Magnes Sul

28
BAB I PENDAHULUAN Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Mereka diklasifikasikan ke dalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau kejang di samping ketiga tanda khas PEB. 1 Angka kematian maternal di Indonesia adalah 4,5 permil, tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah preeklampsia - eklampsia, yang bersama infeksi dan perdarahan, diperkirakan mencakup 75 - 80% dari keseluruhan kematian maternal. Berdasarkan hasil survai yang dilakukan oleh Angsar, insiden preeklampsia-eklampsia berkisar 10-13% dari keseluruhan ibu hamil. Di UK eklampsia terjadi pada satu dari 2000 kelahiran di negara miskin dan menengah terjadi pada 1 dari 100 dan 1 dari 1700 kelahiran. Eklampsia menyebabkan 1

Transcript of Magnes Sul

Page 1: Magnes Sul

BAB I

PENDAHULUAN

Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama

kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Mereka diklasifikasikan ke dalam penyakit

hipertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat,

edema, dan proteinuria yang masif. Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau

kejang di samping ketiga tanda khas PEB.1

Angka kematian maternal di Indonesia adalah 4,5 permil, tertinggi di antara negara-

negara ASEAN. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah preeklampsia - eklampsia, yang

bersama infeksi dan perdarahan, diperkirakan mencakup 75 - 80% dari keseluruhan kematian

maternal. Berdasarkan hasil survai yang dilakukan oleh Angsar, insiden preeklampsia-eklampsia

berkisar 10-13% dari keseluruhan ibu hamil. Di UK eklampsia terjadi pada satu dari 2000

kelahiran di negara miskin dan menengah terjadi pada 1 dari 100 dan 1 dari 1700 kelahiran.

Eklampsia menyebabkan 50.000 kematian/tahun di seluruh dunia, 10% dari total kematian

maternal. Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang

mempengaruhinya, diantaranya jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, perbedaan kriteria

dalam penentuan diagnosis dan lain-lain. 2,3,4

Perlu ditekankan bahwa sindrom preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema, dan

proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan

secara rutin mencari tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia

berat dan eklampsia, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain.Oleh

1

Page 2: Magnes Sul

karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta

penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.1

Salah satu terapi pada preeklampsia yaitu dengan penggunaan magnesium sulfat

(MgSO4). Pengunaan magnesium sulfat parenteral untuk pengobatan eklampsia pertama kali

dilakukan oleh Horn tahun 1906 dengan penyuntikan secara intrathekal. Rissmann tahun 1916

memberikan secara subkutan, Fisher tahun 1916 memberikan secara infus sebanyak 250 ml

larutan 2% dan Von Miltner (1920) memberikan secara gabungan suntikan subkutan dan

intramuskuler.5

Eastman dan Steptoe melaporkan pada tahun 1945 mengenai pengunaan megnesium

sulfat pada eklampsia dengan dosis 10 gram di ikuti tiap 6 jam dengan dosis 5 gram. Setelah

mengunakannya untuk 1200 kasus preeklampsia dan eklampsia, Eastman menyatakan bahwa

magnesium sulfat merupakan obat tunggal yang paling ampuh pada preeklampsia berat. Selain

mencegah kejang obat ini tidak menghambat persalinan.6

Sejak tahun 1951, Pritchard mempelajari penggunaan magnesium sulfat sebagai

pengobatan tunggal pada preeklampsia. Selama 3 tahun terdapat 211 penderita preeklampsia dan

eklampsia yang diobati dengan magnesium sulfat dan dilaporkan hanya 1 kamatian ibu,

sedangkan kamatian perinatal sebesar 10%.5

Sampai saat ini magnesium sulfat merupakan obat yang terpakai banyak untuk

pengobatan preeklampsia dan eklampsia di Amerika Serikat.1,7 Di Indonesia sendiri pengunaan

magnesium sulfat pada penderita preeklampsia dan eklampsia sudah cukup lama dan pada saat

KOGI VI tahun 1985 di Ujung Pandang oleh Satgas Gestosis POGI ditetapkan magnesium sulfat

merupakan satu-satunya obat yang dipakai untuk pengobatan preeklampsia dan eklampsia.7

2

Page 3: Magnes Sul

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1 Magnesium Sulfat (MgSO4 )

Magnesium memiliki banyak fungsi fisiologis dalam tubuh, dalam tubuh yang sehat

maupun sakit. Dipandang dari fungsi otot, magnesium mempengaruhi uptake oksigen, produksi

energi dan keseimbangan elektrolit. Kebutuhan akan magnesium meningkat dalam keadaan

olahraga, bekerja berat, dan pengeluaran keringat berlebih.selama aktivitas fisik, magnesium

didistribusikan kembali di dalam tubuh untuk mengakomodasi kebutuhan metabolik. Magnesium

merupakan kation kedua yang terbanyak ditemukan dalam cairan intraseluler. Magnesium

diperlukan untuk aktifitas sistem enzim tubuh dan berfungsi penting dalam transmisi

neurokimiawi dan eksitabilitas otot. Kurangnya kation ini dapat menyebabkan gangguan struktur

dan fungsi dalam tubuh. Pada pembuluh darah, magnesium dapat bekerja pada endotelium

maupun otot polos pembuluh darah. Fungsi magnesium pada endotel dan otot polos pembuluh

darah dapat dilihat pada gambar 1.8

Seorang dewasa dengan berat badan rata-rata 70 kg mengandung kira-kira 2000 meq

magnesium dalam tubuhnya. 50% ditemukan dalam tulang, 45% merupakan kation intraseluler

dan 5% didalamnya cairan ekstraseluler. Kadar dalam darah adalah 1,5 sampai 2,2 meq

magnesium/liter atau 1,8 sampai 2,4 mg/100 ml, dimana 2/3 bagian adalah kation bebas dan 1/3

bagian terikat dengan plasma protein.5,8

3

Page 4: Magnes Sul

Gambar 1, pengaruh magnesium pada pembuluh darah

Seorang dewasa membutuhkan magnesium 20-40 meq/hari dimana hanya 1/3 bagian

diserap dibagian proksimal usus halus melalui suatu proses aktif yang berhubungan erat dengan

sistem transport kalsium. Bila penyerapan magnesium kurang akan menyebabkan penyerapan

kalsium meningkat dan sebaliknya.5

Garam magnesium sedikit sekali diserap oleh saluran pencernaan. Pemberian magnesium

parenteral segera didistribusikan ke cairan ekstrasel, sebagian ketulang dan sebagian lagi segera

melewati plasenta. Ekskresi magnesium terutama melalui ginjal, sedikit melalui penapasan, air

susu ibu, saliva dan diserap kembali melalui tubulus ginjal bagian proksimal. Bila kadar

magnesium dalam darah meningkat maka penyerapan ditubulus ginjal menurun, sedangkan

4

Page 5: Magnes Sul

clearence ginjal meningkat dan sebaliknya. Peningkatan kadar magnesium dalam darah dapat

disebabkan karena pemberian yang berlebihan atau terlalu lama dan karena terhambatnya

ekskresi melalui ginjal akibat adanya insufisiensi atau kerusakan ginjal.4,5

Ekskresi melalui ginjal meningkat selama pemberian glukosa, amonium klorida,

furosemide, asam etakrinat dan merkuri organik. Kekurangan magnesium dapat disebabkan oleh

karena penurunan absorbsi misalnya pada sindroma malabsorbsi, by pass usus halus, malnutrisi,

alkholisme, diabetik ketoasidosis, pengobatan diuretika, diare, hiperaldosteronisme,

hiperkalsiuri, hiperparatiroidisme.5

Cruikshank et al menunjukan bahwa 50% magnesium akan diekskresikan melalui ginjal

pada 4 jam pertama setelah pemberian bolus intravena, 75% setelah 20 jam dan 90% setelah 24

jam pemberian. Pitchard mendemontrasikan bahwa 99% magnesium akan diekskresikan melalui

ginjal setelah 24 jam pemberian intavena.5

Magnesium adalah kation terbesar kedua didalam sel. Jumlah seluruh magnesium dalam

tubuh adalah 24 g. magnesium intraseluler adalah bagian terpenting sebagai kofaktor pada reaksi

berbagai enzim dan masuk ke dalam sel secara difusi. Magnesium dikeluarkan dari dalam tubuh

melalui ginjal. Magnesium secara bebas difiltrasi dalam glomerulus dan sebagian direabsorbsi

dalam tubulus renalis. ekskresi dalam urin kurang lebih 3-5% dari magnesium yang difitrasi.

Pada wanita hamil kadar magnesium plasma menurun ; 1,83 mEq/1 untuk wanita tidak hamil

menjadi 1,39 mEq/1 untuk wanita yang hamil.8

5

Page 6: Magnes Sul

2 Magnesium Sulfat dalam Penatalaksanaan Preeklampsia dan Eklampsia

Magnesium sulfat telah digunakan sejak abad ke-20 dalam pencegahan eklampsia.

Banyak studi empiris maupun studi klinis yang menunjukkan efektivitas dari magnesium sulfat.

Untuk profilaksis eklampsia pada wanita yang mengalami preeklampsia, magnesium sulfat lebih

baik daripada fenitoin, nomodipine, diazepam dan placebo.8

Pengunaan magnesium sulfat parenteral untuk pengobatan eklampsia pertama kali

dilakukan oleh Horn tahun 1906 dengan penyuntikan secara intrathekal. Rissmann tahun 1916

memberikan secara subkutan, Fisher tahun 1916 memberikan secara infus sebanyak 250 ml

larutan 2% dan Von Miltner (1920) memberikan secara gabungan suntikan subkutan dan

intramuskuler.5

Eastman dan Steptoe melaporkan pada tahun 1945 mengenai pengunaan megnesium

sulfat pada eklampsia dengan dosis 10 gram di ikuti tiap 6 jam dengan dosis 5 gram. Setelah

mengunakannya untuk 1200 kasus preeklampsia dan eklampsia, Eastman menyatakan bahwa

magnesium sulfat merupakan obat tunggal yang paling ampuh pada preeklampsia berat. Selain

mencegah kejang obat ini tidak menghambat persalinan.6

Pada penelitian multinasional, magnesium sulfat dapat menurunkan kejadian kejang

berulang pada wanita yang mengalami eklampsia sebanyak 52% jika dibandingkan dengan

diazepam, dan 67% jika dibandingkan dengan fenitoin.6

Sampai saat ini magnesium sulfat merupakan obat yang terpakai banyak untuk

pengobatan preeklampsia dan eklampsia di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri pengunaan

magnesium sulfat pada penderita preeklampsia dan eklampsia sudah cukup lama dan pada saat

6

Page 7: Magnes Sul

KOGI VI tahun 1985 di Ujung Pandang oleh Satgas Gestosis POGI ditetapkan magnesium sulfat

merupakan satu-satunya obat yang dipakai untuk pengobatan preeklampsia dan eklampsia.7

3 Cara Kerja MgSO4

Ada beberapa cara kerja dari Magnesium Sulfat, yaitu bekerja pada:4

Sistem Enzim

Sistem susunan syaraf dan cerebro vaskuler

Sistem neuromuskular

Sistem saraf otonom

Sistem Kardiovaskular

Sistem pernapasan

Uterus

3.1 Sistem Enzym

Magnesium merupakan ko-faktor dari semua enzym dalam rangkaian reaksi adenosin

fosfat (ATP) dan sejumlah besar enzym dalam rangkaian metabolisme fosfat. Juga berperan

penting dalam metabolisme intraseluler, misalnya proses pengikatan messanger-RNA dalam

ribosom.

3.2 Sistem susunan syaraf dan cerebro vaskuler

Mekanisme dan aksi magnesium sulfat mesih belum diketahui dan menjadi pokok

pembahasan. Beberapa peneliti berpendapat bahwa aksi magnesium sulfat di perifer pada

neuromuskular junction dengan minimal atau tidak ada sama sekali pengaruh pada sentral.

7

Page 8: Magnes Sul

Magnesium menekan saraf pusat sehingga menimbulkan anestesi dan mengakibatkan

penurunan reflek fisiologis. Pengaruhnya terhadap SSP mirip dengan ion kalium.

Hipomagnesemia mengakibatkan peningkatan iritabilitas SSP, disorientasi, kebingungan,

kegelisahan, kejang dan perilaku psikotik. Suntikan magnesium sulfat secara intravena cepat dan

dosis tinggi dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan dan hilangnya kesadaran. Hal ini

mungkin disebabkan karena adanya hambatan pada neuromuskular perifer. Penghentian dan

pencegahan kejang pada eklampsia tanpa menimbulkan depresi umum susunan syaraf pusat pada

ibu maupun janin.

3.3 Sistem neuromuskular

Magnesium mempunyai pengaruh depresi langsung terhadap otot rangka. Kelebihan

magnesium dapat menyebabkan:

Penurunan pelepasan asetilkolin pada motor end-plate oleh syaraf simpatis.

Penurunan kepekaan motor end-plate terhadap asetilkolin.

Penurunan amplitudo potensial motor end-plate

Pengaruh yang paling berbahaya adalah hambatan pelepasan asetilkolin. Akibat

kelebihan magnesium terhadap fungsi neuromuskular dapat diatasi dengan pemberian kalsium,

asetilkolin dan fisostigmin. Bila kadar magnesium dalam darah melebihi 4 meq/liter reflek

tendon dalam mulai berkurang dan mungkin menghilang dalam kadar 10 meq/liter. Oleh karena

itu selama pengobatan magnesium sulfat harus dikontrol refleks patela.

8

Page 9: Magnes Sul

3.4 Sistem syaraf otonom

Magnesium menghambat aktifitas dan ganglion simpatis dan dapat digunakan untuk

mengontrol penderita tetanus yang berat dengan cara mencegah pelepasan katekolamin sehingga

dapat menurunkan kepekaan reseptor adrenergik alfa.

3.5 Sistem Kardiovaskular

Pengaruh magnesium terhahap otot jantung menyerupai ion kalium. Kadar magnesium

dalam darah yang tinggi yaitu 10-15 meq/liter menyebabkan perpanjangan waktu hantaran PR

dan QRS interval pada EKG. Menurunkan frekuensi pengiriman infuls SA node dan pada kadar

lebih dari 15 meq/liter akan menyebabkan bradikardi bahkan sampai terjadi henti jantung yaitu

pada kadar 30 meq/liter. Pengaruh ini dapat terjadi karena efek langsung terhadap otot jantung

atau terjadi hipoksemia akibat depresi pernapasan.

Kadar magnesium 2-5 meq/liter dapat menurunkan tekanan darah. Hal ini terjadi karena

pengaruh vasodilatasi pembuluh darah, depresi otot jantung dan hambatan gangguan simpatis.

Magnesium sulfat dapat menurunkan tekanan darah pada wanita hamil dengan preeklampsia dan

eklampsia, wanita tidak hamil dengan tekanan darah tinggi serta pada anak-anak dengan tekanan

darah tinggi akibat penyakit glomerulonefritis akut.

3.6 Sistem pernapasan

Magnesium dapat menyebabkan depresi pernapasan bila kadarnya lebih dari 10 meq/liter

bahkan dapat menyebabkan henti napas bila kadarnya mencapai 15 meq/liter. Somjen memonitor

secara ketat dua orang penderita dengan kadar magnesium dalam darah 15 meq/liter akan

didapati kelumpuhan otot pernapasan tanpa disertai gangguan kesadaran maupun sensoris.

9

Page 10: Magnes Sul

Sebagai pengobatan hipermagnesia segera setelah terjadi depresi pernapasan diberikan

kalsium glukonas dengan dosis 1 gram (10 ml dari larutan 10%) secara intravena dalam waktu 3

menit dan dilakukan pernapasan buatan sampai penderita dapat bernapas sendiri. Pemberian ini

dapat dilanjutkan 50 ml kalsium glukonas 10% yang dilarutkan dalam dektrose 10% per infus.

Bila keadaan tidak dapat diatasi dianjurkan untuk hemodialisis atau peritoneum dialisis.

3.7 Uterus

Pengaruh magnesium sulfat terhadap kontraksi uterus telah banyak dipelajari oleh para

peneliti. Hutchinson dkk meneliti 32 penderita yang diberi 4 gram MgSO4 secara intravena dan

mendapatkan adanya penurunan kontraksi uterus yang nyata pada 21 penderita , pada 7 penderita

terdapat penurunan kontraksi uterus yang sedang dan pada 4 penderita malah di dapatkan

penambahan kekuatan kontraksi uterus. Perubahan kontraksi ini hanya berlangsung selama 3-15

menit dimana kadar magnesium meningkat dari 2 meq/liter menjadi 7-8 meq/liter dan menurun

kembali 5-6 meq/liter pada akhir menit ke-15. Lama dan derajat perubahan sangat individual,

bahkan diperoleh perbaikan sifat kontraksi uterus.

Pada tahun 1959, Hall melakukan penelitian invitro efek magnesium sulfat pada

miometrium. Pada penelitian ini megnesium sulfat menyebabkan relaksasi bila konsentrasi

mencapai 8-19 mEq/1, penghambatan sempurna dicapai bila konsentrasi magnesium 14-30

mEq/1. pada penelitian invivo, digunakan magnesium sulfat dengan kadar dalam darah 5-8

mEq/1. Toksisitas tampak bila kadar dalam darah mencapai kurang lebih 10 mEq/1. Hall juga

mendemontrasikan perpanjangan proses persalinan pada penderita preeklampsia yang diberikan

pengobatan dengan magnesium sulfat. Lama proses persalinan secara berlangsung sebanding

dengan kadar magnesium sulfat dalam darah. Tahun 1966, pertama kali pemakaian magnesium

sulfat sebagai obat tokolitik dilaporkan oleh Rusu dan tahun 1975, Kiss dan Szoke melaporkan

10

Page 11: Magnes Sul

pengunaan magnesium secara intravena untuk tokolitik. Pemberian magnesium sulfat oleh

beberapa ahli disebutkan dapat menurunkan angka kejadian celebral palsy. Namun grether dkk,

tidak menemukan adanya hubungan yang bermakna antara pemberian magnesium sulfat dengan

resiko cerebral plsy ini. Pada penelitian lainnya Grether telah membuktikan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara pemberian magnesium sulfat dengan resiko kematian neonatus.9

Magnesium sulfat tampaknya mempunyai dua aktivitas sebagai obat tokolitik yakni

dengan cara menekan transmisi syaraf ke miometrium dan secara langsung berefek pada sel-sel

miometrium. Pertama, peningkatan kadar megnesium menurun pelepasan asetikolin oleh motor

end plate pada neuromuscular junction. Sebagai tambahan Magnesium mencagah masuknya

kalsium neuron dan efektif memblokir transmisi syaraf. Kedua, magnesium berefek sebagai

antagonis terhadap kalsium pada tingkat sel dan dalam ruang ekstraseluler. Peningkatan kadar

magnesium menyebabkan hipokalsemia melalui penekanan sekresi hormon paratiroid dan

melalui peningkatan pembuangan kalsium oleh ginjal. Baik Magnesium dan kalsium

direabsorbsi pada tubulus renalis. Pada sisi yang sama Peningkatan kadar magnesium mencegah

rabsorbsi kalsium dan menyebabkan hiperkalsiuria. Disamping menyebabkan hipokalsemia,

peningkatan kadar magnesium juga berkompetisi dengan sisi ikatan kalsium yang sama yang

mengakibatkan penurunan menurunnya kadar ATP (adenosine triphosphate) sampai pada kadar

dimana sel tidak mengikat kalsium. Hal ini mencegah aktivasi dari kompleks aktin dan myosin.

Data klinik mendukung teori bahwa magnesium berefek sebagai tokolitiknya melalui antogonism

kalsium : pada keadaan hipokalsemia pada penderita yang menerima magnesium sulfat

kemudian diobati dengan pemberian kalsium, terjadi peningkatan aktivitas uterus.10

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menilai efektifitas magnesium sulfat sebagai

tokolitik. Namun, batasan saat pemberian tokolitik sulfat sangat bervariasi. Steer dan Petrie

11

Page 12: Magnes Sul

mengemukan bahwa magnesium sulfat efektif sebagai tokolitik dan mampu menghambat

persalinan prematur selama 24 jam pada 96% penderita bila pembukaan serviks kurang dari 1

sentimeter. Tetapi bila pembukaan serviks 2-5 sentimeter hanya 25% yang berhasil. Para ahli

berkesimpulan bahwa makin cepat pemberian obat tokolitik merupakan kunci keberhasilan

penundaan proses persalinan prematur. Tokolitik dengan magnesium sulfat secara konvensional

dibatasi selama 72 jam.10

Kadar magnesium dalam serum untuk tokolitik dipertahankan pada kadar 4-9 mg/dl. Bila

digunakan sebagai tokolitik, toksisitas magnesium sulfat sangat jarang meskipun kecepatan

pemberiannya kurang lebih 4 g/jam atau pasien penderita penyakit ginjal. Refleks patella akan

menghilang bila kadar magnesium plasma 9-13 mg/dl, depresi pernapasan terjadi pada kadar 14

mg/dl. Sebagai antidotum untuk toksisitas magnesium adalah 1 g kalsium glukonas yang

dinerikan secara intravena. Keseimbangan cairan harus dimonitor secara ketat dan pemberian

cairan sacara intravena harus dibatasi untuk mencegah terjadinya edema paru.10

Cara kerja dari magnesium sulfat dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Cara kerja Magnesium sulfat

12

Page 13: Magnes Sul

4 Efek Samping

Berbagai efek samping yang mungkin muncul dengan pemberian magnesium sulfat

adalah edema paru, flushing, peningkatan suhu tubuh, nyeri kepala, pandangan kabur, mual,

muntah, nistagmus, letargi, hipotermi, retensi urin, dan konstipasi. Efek samping yang jarang

tetapi dampaknya serius adalah hipokalsemi. Pada kadar kalsium kurang dari 7 mg/dl dapat

menyebabkan tegang.10

Pada penyuntikan intravena didapatkan gejala yang kurang enak berupa rasa panas

dimuka, muka merah, mual-mual dan muntah. Reaksi ini segera timbul karena kadar magnesium

segera meningkat dan akan menghilang dengan menurunnya kadar magnesium. Reaksi tidak

didapatkan pada penyuntikan secara intramuskular walaupun dengan dosis tinggi, karena

peningkatan kadar magnesium secara perlahan-lahan. Rasa panas dimuka dan muka merah akibat

vasodilatasi yang terjadi setelah pemberian magnesium sulfat. 4

5 Bentuk Sediaan

Magnesium sulfat atau disebut juga garam Epson, banyak dipergunakan dalam bidang

kebidanan, merupakan sediaan yang dipakai untuk pengunaan parenteral. Apabila kita menyebut

magnesium sulfat maka yang dimaksud adalah senyawa MgSO4 7H2O yang merupakan kristal

berbentuk prisma dingin, pahit dan larut dalam air (kelarutan 1 : 1). Satu gram garam ini setara

dengan 4,08 milimol atau 8,12 meq magnesium. Larutan injeksi MgSO4 7H2O terdapat dalam

konsentrasi 10%, 12,5%, 20%, 40%, dan 50%.

13

Page 14: Magnes Sul

6 Dosis dan Cara Pemberian

Magnesium sulfat merupakan garam yang sangat larut dalam air dan dapat diberikan

melalui berbagai cara. Peroral ternyata magnesium sulfat sangat sedikit diserap dari saluran

pencernaan dan jumlah sedikit yang diserap tersebut segera dikeluarkan melalui urin, sehingga

kadar magnesium dalam serum hampir tidak dipengaruhi. Pemberian secara parenteral barulah

dapat menaikan kadar magnesium. Dalam sejarah pengunaannya, cara pemberian parenteral

sangat bervariasi dari mulai pemberian secara intratekal, intraspinal, hipodemal, subkutan,

intramuskular dan intravena.

Kebanyakan sekarang digunakan secara pemberian intravena secara kontinu karena lebih

baik bagi pasien dari pada suntikan intramuskuler yang sangat nyeri walaupun sudah dicampur

dengan procain. Suntikan intramuskuler berulang-ulang dapat berakibat mialgia dan abses.

Namun cara pemberian intravena membutuhkan pangawasan yang ketat karena bahaya toksisitas

lebih cepat.

Eastman menganjurkan cara pemberian sabagai berikut; yaitu dosis awal 10 gram diikuti

5 gram setiap 6 jam, akan memberikan kadar serum magnesium sebesar 3 sampai 6 mg per 100

ml dan tidak ada yang melebihi 7 mg, sehingga kadar ini masih dalam batas aman. Pritchard

mengunakan dodis yang lebih tinggi dari pada Eastman yaitu pada eklampsia diberikan dosis 4

gram secara intravena dan 10 gram secara intramuskuler, selanjutnya setiap 4 jam diberikan 5

gram intramuskuler, sehingga dosis total dalam 24 jam mencapai 39 gram. Kadar magnesium

serum yang diperoleh biasanya diantara 4-7 meq/liter atau 8-8,4 mg/100 ml.

Zuspan mengunakan cara infus dengan dosis 10-20 gram magnesium sulfat dilarutkan

dalam larutan 1000 ml dekstrose 5%, diberikan pada kecepatan 1 gram/jam atau 16 tetes/menit.

Untuk kasus eklampsia ditambahkan dosis awal sebanyak 4-6 gram, diberikan secara intravena

14

Page 15: Magnes Sul

perlahan-lahan selama 5-10 menit. Apabila penderita masih kejang atau 2-4 gram intravena.

Apabila penderita sudah tidak kejang lagi dan dosis pemeliharaan tetap 1 gram/jam yang

diberikan dengan pompa infus.

Satgas Gestosis POGI dalam buku Panduan Pengolaan Hipertensi Dalam Kehamilan di

Indonesia menganjurkan cara pemberian dan dosis magnesium sulfat sebagai berikut:

a. Preeklampsia berat

Dosis awal

4 gram magnesium sulfat, (20% dalam 20 ml) intravena sebanyal 1 g/menit, ditambah 4

gram intra muskuler di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40% dalam 10 ml)

Dosis pemeliharaan

Diberikan 4 gram intramuskuler, setelah 6 jam pemberian dosis awal, selanjutnya

diberikan 4 gram intramuskuler setiap 6 jam

b. Eklampsia

Dosis awal

4 gram magnesium sulfat 20% dalam larutan 20 ml intravena selam 4 menit,

disusul 8 gram larutan 40% dalam larutan 10 ml diberikan pada bokong kiri dan bokong

kanan masing-masing 4 gram

Dosis pemeliharaan

Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram intramuskuler

Dosis tambahan

Bila timbul kejang lagi dapat diberikan MgSO4 2gram intravena 2 menit.

Diberikan sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir

Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan sekali dalam 6 jam saja

15

Page 16: Magnes Sul

Bila setelah diberikan dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan

amobarbital 3-5 mg/KgBB secara intravena perlahan-lahan.

Adapun Protap pemberian MgSO4 di RSUD Ulin pada penanganan preeklampsia

berat yaitu:11

o Dosis awal, 8 g SM (20 ml 40%) : 4 g bokong kanan & 4 g bokong kiri

o Dosis ulangan, tiap 4 jam : 4 g SM (10 cc 40%) im

o Syarat-syarat pemberian sulfas magnesikus :

Tersedia kalsium glukonas 1 g – 10 ml 10% iv pelan (3 menit)

Refleks patella (+) kuat

Pernafasan > 16 x/menit, tanpa tanda-tanda distress pernafasan

Produksi urin > 100 ml dalam 4 jam sebelumnya (0,5/kg bb/jam)

o Dihentikan bila :

adanya tanda-tanda intoksikasi

setelah 24 jam paska persalinan

6 jam paska persalinan normotensif

Sedangkan pemberian MgSO4 pada penatalaksanaan Eklampsia yaitu:11

Dosis awal : 4 g 20% iv pelan (3 menit atau lebih), disusul dengan 10 g 40% im

terbagi pada bokong kanan dan bokong kiri.

Dosis ulangan : tiap 4 jam diberikan 4 g 40% im diteruskan sampai 24 jam paska

persalinan atau 24 jam bebas kejang

Apabila ada kejang lagi, diberikan 2 g MgSO4 20% iv pelan. Pemberian iv

ulangan ini hanya sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi, maka diberikan

penthotal 5 mg/kgbb/iv pelan

16

Page 17: Magnes Sul

Bila ada tanda-tanda keracunan MgSO4, diberikan antidotum glukonas

kalikus10%, 10 ml iv pelan (selama 3 menit atau lebih)

Pemantauan Keracunan MgSO4:11

Hitung napas selama 1 menit/jam.

Periksa refleks patella tiap jam.

Pasang kateter menetap dan lakukan pengukuran urin setiap 4 jam.

Catat pemberian obat dan temuan dalam catatan medik untuk ibu.

7 Pengaruh MgSo4 Pada Janin Dan Bayi Baru Lahir

Magnesium dapat melewati plasenta dan segera masuk kejaringan janin. Seorang bayi

baru lahir dengan berat badan 3,5 kg mempunyai 600 meq magnesium dalam badan.

Cruickshank dkk. menyelidiki hubungan antara kadar magnesium dan kalsium dalam serum ibu

dan bayi setelah mendapatkan pengobatan magnesium sulfat. Ternyata kenaikan kadar

magnesium dalam serum ibu, juga diikuti dengan kenaikan kadar magnesium dalam darah tali

pusat janin tetapi sedikit lebih rendah.4,8

Pengaruh magnesium sulfat terhadap variabilitas frekwensi dasar denyut jantung janin

masih diperdebatkan. Beberapa peneliti mengatakan tidak ada perubahan. Tetapi penulis lain

mendapatkan peningkatan variabilitas frekuensi dasar denyut jantung janin.

Hipermagnesia pada ibu dapat menyebabkan keadaan yang kurang baik bagi janin dan

bayi yang baru lahir. Gejala hipermagnesia pada bayi adalah : mengantuk, hambatan pada

pernapasan sehingga diperlukan resusitasi atau ventilasi yang baik, tidak dapat menangis atau

lemah, tonus menurun dan refleks yang menurun.4,8

17

Page 18: Magnes Sul

Pengobatan hipermagnesemia pada bayi baru lahir:

Resusitasi dan bantuan pernapasan, bila perlu dengan intubasi dan alat resusitator

Berikan kalsium glukonnas sebagai antagonis terhadap depresi susunan syaraf tepi dan

pusat dengan dosis 200-500 mg yang diencerkan dalam 10 ml NaCl dan diberikan secara

perlahan-lahan secara intravena dengan memonitor denyut jantung bayi

Dekstrose 10% dengan dosis 65 ml/kg/hari dalam 24 jam pertama kemudian dilanjutkan

dengan dosis 85 ml/kg/hari dekstrose 10 dalam NaCl 0,2%. Pengobatan ini bertujuan

untuk balans elektrolit dan memperlancar diuresis

Transfusi tukar

18

Page 19: Magnes Sul

BAB III

PENUTUP

Penggunaan magnesium sulfat dalam penatalaksanaan preeklampsia maupun eklampsia

sudah ada sejak abad 20. Banyak studi empiris dan studi klinis yang menunjukkan efektivitas

dari magnesium sulfat. Beberapa studi menunjukkan magnesium sulfat lebih baik daripada

fenitoin, nomodipine, dan diazepam. Ada beberapa titik tangkap dari Magnesium sulfat, yaitu

pada Sistem Enzim, Sistem susunan syaraf dan cerebro vaskuler, Sistem neuromuskular, Sistem

saraf otonom, Sistem Kardiovaskular, Sistem pernapasan, dan Uterus. Efek samping yang dapat

ditimbulkan oleh magnesium sulfat yaitu edema paru, flushing, peningkatan suhu tubuh, nyeri

kepala, pandangan kabur, mual, muntah, nistagmus, lethargy, hipotermi, retensi urin, dan

konstipasi.

19