Madu dan darah

5
Madu dan Darah Madura, engkaulah darahku. Pulau kecil yang dikelilingi lautan itu merupakan mutiara yang terpendam. Madura kaya akan obyek wisata berupa pemandangan alam yang menarik dan mengagumkan. Selain itu Madura juga kaya akan kebudayaan dan kesenian yang unik. Namun hanya sebagian orang saja yang mengatakan demikian. Mendengar kata “Madura”, maka yang terbayang adalah sebuah pulau yang gersang dan kering di ujung timur pulau Jawa. Terlintas dibenak kita sebuah celurit, kerapan sapi, dan adat yang keras seperti carok. Selain itu kata Madura juga akrab dengan makanan khasnya yaitu sate dan soto. Begitulah, gambaran umum orang lain yang tidak pernah mengunjungi pulau ini. Kebudayaan Madura menghadapi tantangan dahsyat dewasa ini. Tantangan paling utama adalah bagaimana menghapus anggapan-anggapan buruk yang sudah terlanjur lengket dibenak orang tentang masyarakat Madura yang identik dengan sikap keras. Padahal tidak ada bukti konkret yang dapat menjelaskan

Transcript of Madu dan darah

Page 1: Madu dan darah

Madu dan

DarahMadura, engkaulah darahku. Pulau kecil yang dikelilingi lautan

itu merupakan mutiara yang terpendam. Madura kaya akan obyek

wisata berupa pemandangan alam yang menarik dan mengagumkan.

Selain itu Madura juga kaya akan kebudayaan dan kesenian yang unik.

Namun hanya sebagian orang saja yang mengatakan demikian.

Mendengar kata “Madura”, maka yang terbayang adalah sebuah

pulau yang gersang dan kering di ujung timur pulau Jawa. Terlintas

dibenak kita sebuah celurit, kerapan sapi, dan adat yang keras seperti

carok. Selain itu kata Madura juga akrab dengan makanan khasnya

yaitu sate dan soto. Begitulah, gambaran umum orang lain yang tidak

pernah mengunjungi pulau ini.

Kebudayaan Madura menghadapi tantangan dahsyat dewasa ini.

Tantangan paling utama adalah bagaimana menghapus anggapan-

anggapan buruk yang sudah terlanjur lengket dibenak orang tentang

masyarakat Madura yang identik dengan sikap keras. Padahal tidak ada

bukti konkret yang dapat menjelaskan secara gamblang bagaimana

sebenarnya watak orang Madura. Banyak hal yang mempengaruhi

pandangan orang tentang masyarakat Madura.

Pertama karena Madura terkenal dengan “Carok”. Carok dan

celurit laksana dua sisi mata uang. Satu sama lain tak dapat dipisahkan.

Senjata celurit mulai muncul pada zaman legenda Pak Sakera. Mandor

tebu ini hampir tak pernah meninggalkan celurit setiap pergi ke kebun

Page 2: Madu dan darah

untuk mengawasi para pekerja. Munculnya budaya carok di pulau

Madura bermula pada zaman penjajahan Belanda, yaitu pada abad ke-

18 M. Karena provokasi Belanda itulah, golongan bawah seringkali

melakukan carok pada masa itu. Setelah pak Sakera tertangkap dan

dihukum gantung , orang- orang bawah mulai berani melakukan

perlawanan dengan senjata celurit. Carok sebenarnya berasal dari

kebiasaan yang disalah tafsirkan oleh orang-orang sebagai budaya

Madura. Carok dipicu oleh permasalahan yang bersangkutan dengan

“harga diri”, “masalah harta terutama tanah”, dan “istri”. Jika ada salah

satu dari ketiga hal ini dialami oleh orang Madura “kuno”, maka

meletuslah carok. Seperti pepatah orang Madura yang menyatakan “

Oreng lake’ mate acarok,oreng bine’ mate arembi’ “ yang berarti,

laki-laki mati karena carok, perempuan mati karena melahirkan.

Carok pada dasarnya berkelahi menggunakan senjata tradisional

Madura yaitu ”celurit”. Celurit ini merupakan senjata yang setia. Kedua

orang saling bersaing untuk saling melukai, dan pada saat ada yang

terluka maka selesailah carok tersebut. Mereka tidak melanjutkan

carok saat ada yang terluka. Namun sebagian besar orang yang terluka

karena carok akan mati.Bagi orang Madura, kehormatan adalah

masalah prinsip yang tidak dapat ditawar lagi. Harga diri atau martabat

adalah nilai yang sangat mendasar dalam masyarakat Madura. Bagi

mereka lebih baik mati daripada harus menanggung malu, maka

berlakulah ungkapan yang menyatakan “angoan potena tolang

etembeng potena mata”.

Selain itu, karena Madura merupakan daerah yang panas dengan

alam yang gersang dan kering sehingga menyebabkan orang-orang

Madura mempunyai type pekerja keras, sederhana, dan tidak menyia-

nyiakan kesempatan. Hal ini menyebabkan orang-orang Madura marah

ketika ada sumberdaya alam yang terbuang percuma dan mereka

sungguh sangat menyesal ketika tidak dapat memanfaatkan

kesempatan yang ada dengan baik.

Namun, pada saat ini carok sudah jarang dan bahkan sudah tidak

diketemukan lagi di Madura, sehingga sudah tidak benar apabila

masyarakat Madura masih diidentikkan atau terkenal dengan caroknya.

“ Saya tidak setuju, kalau masyarakat Madura ini dikenal sebagai

Page 3: Madu dan darah

masyarakat yang keras oleh orang yang tinggal diluar Madura. Karena

tidak akan ada asap jika tidak ada api, artinya orang Madura tidak akan

menjadi keras bila tidak ada penyebabnya. Orang Madura juga akan

memperlakukan orang lain dengan baik asalkan mereka dapat

menghargainya. Dan saat ini carok sudah jarang diketemukan lagi,

hanya orang-orang yang berada di pedesaan yang tidak memiliki

pendidikan saja yang masih melakukan carok untuk mengakhiri

permasalahannya.” tutur seorang guru senior Budaya Madura di SMAN

1 Sumenep.

Kekerasan seakan-akan menjadi atribut yang melekat dalam jati

diri masyarakat Madura. Banyak orang mencitrakan masyarakat dan

kebudayaan Madura dengan sikap serba sangar, mudah menggunakan

senjata dalam penyelesaian masalahnya, pendendam dan tidak mudah

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Namun, dibalik kesan

sikapnya yang keras, pulau Madura terkenal sangat menjunjung tinggi

kehormatan dan agama. Dalam hal penghormatan, orang Madura tidak

mau diremehkan maupun meremehkan orang. Sifat demikian dapat

diungkapkan dalam ungkapan “Madu dan Darah”, yang berarti bila

orang Madura diperlakukan secara baik, sopan dan penghormatan,

maka balasannya adalah kebaikan pula. Sebaliknya, bila diperlakukan

secara sewenang-wenang dan tidak adil, maka balasannya jauh lebih

berat bahkan dapat menimbulkan pertumpahan darah.

Bagi orang Madura, agama Islam seakan sudah menjadi bagian

tak terpisahkan dari jati dirinya. Dan hebatnya lagi, orang Madura

sangat terbuka dan menghargai perbedaan identitas keagamaan.

Perbedaan agama tidak menjadi penghalang bagi masyarakat Madura

untuk tetap menjalin kerja sama ataupun bersilaturrahmi dengan orang

lain. Hingga tidak pernah terjadi kerusuhan ataupun pertengkaran

antar agama di Madura. Seperti pembakaran tempat-tempat ibadah

atau yang lainnya.

Orang yang pernah tinggal di Pulau Madura ini akan lebih

menerima bila anggapan yang dimaksud keras menjurus dalam konteks

pekerja keras. Namun, ini bukan hanya rekayasa semata, ini merupakan

kenyataan yang sebenarnya bahwasannya orang Madura memiliki etos

kerja yang tinggi. Orang Madura memiliki semangat yang menggebu-

Page 4: Madu dan darah

gebu pula dalam urusan bekerja. Hingga banyak masyarakat asli

Madura yang rela meninggalkan kota kelahirannya dan sanak family

hanya untuk menghidupi keluarganya. Itu juga merupakan bukti bahwa

orang Madura memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi pula. Tak

heran bila masyarakat Madura banyak kita temui di pulau-pulau besar

lainnya di Indonesia hingga di luar negeri sekalipun.

Orang Madura memiliki prinsip “Kar-karkar colpek ajem”.

Maksudnya, karakter seperti ayam yang mencakar-cakar rezeki sedikit

demi sedikit dan bila dikumpulkan akan menjadi banyak. Prinsip

tersebut memang dipegang teguh oleh masyarakat Madura sebagai

dorongan untuk tetap bekerja keras. Hingga ada kecenderungan orang

Madura sukses di perantauan, karena adanya desakan dari lingkungan

internal untuk selalu berhasil. Orang-orang Madura ditanah rantau

adalah saksi hidup dari semangat itu. Mereka berani melakukan

pekerjaan apapu demi kehidupannya.

Pada umumnya, masyarakat Madura di perantauan akan tetap

menjunjung tinggi kebudayaan yang dimilikinya. Seperti menggunakan

bahasa Madura dalam berkomunikasi dengan perantau-perantau lain

yang juga berasal dari Madura. Hingga bahasa Madura ini dapat

dikenal oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Tak heran lagi bila saat

ini bahasa Madura berada diperingkat ke 3 diantara bahasa-bahasa

daerah lain yang ada di Indonesia. Jadi, untuk mengubah anggapan-

angapan buruk tentang Pulau ini, orang Madura harus mampu melawan

kebodohan dan ketertinggalan. Saya bangga menjadi orang Madura.

Madura engkaulah inspirasiku.

By: Aprilia Rasidah

XI IIA-1/02