M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

24
PANDANGAN MASTEL : UNDANG UNDANG 39/1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI Jakarta, November 10, 2014 RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI I DPR-RI DENGAN MASYARAKAT TELEMATIKA INDONESOIA

Transcript of M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

Page 1: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

PANDANGAN MASTEL : UNDANG UNDANG 39/1999 TENTANG

TELEKOMUNIKASI

Jakarta, November 10, 2014

RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUMKOMISI I DPR-RI

DENGANMASYARAKAT TELEMATIKA

INDONESOIA

Page 2: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

2

Mastel(Masyarakat TeleMatika

Indonesia)

Organisasi profesional, nirlaba, independen, Beranggotakan : Asosiasi-asosiasi di bidang

telekomunikasi dan penyiaran, perusahaan-perusahaan (operator dan produsen peralatan telekomunikasi), lembaga penelitian, akademisi, profesional, praktisi perseorangan yang bergerak dan perduli dalam pembangunan bidang telekomunikasi dan informatika.

Page 3: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

33

Mastel

Didirikan pada 1 Desember 1993 Memiliki anggota dengan kategori:

Profesional (500 orang anggota) Perusahaan (55 perusahaan yang terdiri dari

Operator Telekomunikasi, Penyiaran, ISP, Produsen peralatan telekomunikasi, Content)

Asosiasi (21 asosiasi) Organisasi Non-Profit (22 organisasi) Anggota Kehormatan (14 anggota)

Page 4: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

44

Visi Mastel

Sebagai organisasi yang kredibel dan mampu berperan aktif dalam mendorong pengembangan TeleMatika untuk kepentingan masyarakat Indonesia.

 

Page 5: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

5

Page 6: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

66

Dewan Profesi & Asosiasi Ketua DPA

Darmoni Badri Wakil Ketua DPA

Munawar Ahmad Abidin Sekretaris

Erina Tobing Anggota:

A. Haryawirasma Ann Gusnayanti Taib Darso G. Hidayat Tjokrodjojo Dr. Ilham A. Habibie, MBA Dani Indra Widjanarko Indra Utoyo Rakhmat Junaedi Riad Oscha Chalik

Chandra NovriadiSamuel A. Pangerapan– Srijanto TjokrosudarmoSukarno AbdulrachmanSylvia SumarlinDr. Edmon Makarim,

S.Kom, SH Ir. Djamhari Sirat, M.Sc,

PhdEddy SatriyaDr. Ir. Hamam Riza, M.Sc

Dr. Agus MulyantoAnton A. NangoyBrata T.

HardjosubrotoBetti AlisjahbanaKoesmarihatiLily RustandiNies PurwatiSumitro RoestamDr. Taufik Hasan

Page 7: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

Broadband Growth to Economic Development…

• Biggest Indonesian economic growth by transportation and communication (10.7%) and the lowest spending (inflation contribution) (0.15%) by Q2-2011

• The contribution will remain strong and in line with internet penetration growth, As Indonesia will experience the biggest economy growth in SEA and already in investment grade

1.3% spike in GDP Growth is resulted from 10% BB penetration2

7

Page 8: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

8

REKOMENDASI BANK DUNIA

broadband needs to be considered as basic national infrastructure, as it will fundamentally reshape the world in the 21st century and change the way services are delivered – from e-health to e-education to e-commerce to e-government

jaringan pita lebar harus dipertimbangkan sebagai infrastruktur dasar, sebagai konsekuensi secara mendasar ini akan mengubah bentuk dunia pada abad ke-21 dan mengubah cara kegiatan bisnis dilakukan- diawali dari e-education,e-health sampai ke e-commerce dan e-government

Page 9: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

Pergeseran Paradigma : TIK dari Support ke Enabler

Pergeseran paradigma dari TIK sebagai pendukung (support)

menjadi TIK sebagai pemungkin (enabler)

Mengolah data

Mengolah kata

KoordinasiKolaborasi

Komunikasi

TIK Sebagai Enabler

TIK Sebagai Support

Input Data

Page 10: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

1010Mastel 10

PROFIL TIK DI INDONESIA Indonesia Population: ±250 juta Television coverage : ± 190 juta Internet user: ± 107 million (43 %) Handphone : ± 270 million (108 % ) Effective SIM Card : 60% (162 juta-64 %) PayTV : ± 4 million Facebook : ± 62 million Twitter : ± 70 million

Page 11: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

Broadband Penetration 2010

Source Frost and Sullivan 11

Page 12: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

Wireless Broadband Penetration 2010

Source Frost and Sullivan12

Page 13: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

INDONESIA : Networked Readiness Index - 2014

Page 14: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

POSISI INDONESIA DI KAWASAN ASEAN

Page 15: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

Penyediaan jaringan dan layanan telekomunikasi by default dilakukan oleh penyelenggara. Untuk daerah non komersial, Pemerintah perlu memastikan bahwa masyarakat di daerah tersebut juga mendapatkan akses untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi (pemenuhan Pasal 28F UUD 1945).

Kewajiban pelayanan universal (USO) merupakan kewajiban penyediaan jaringan telekomunikasi oleh penyelenggara jaringan telekomunikasi agar kebutuhan masyarakat terutama di daerah terpencil dan atau belum berkembang untuk mendapatkan akses telepon dapat dipenuhi.

Setiap penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa telekomunikasi wajib memberikan kontribusi dalam pelayanan universal.

Kontribusi tersebut berbentuk penyediaan sarana dan prasarana telekomunikasi dan atau kompensasi lain.

Dana USODana USO

15

Page 16: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

LANDASAN HUKUM USOUU 36/1999

Pasal.16: wajib memberi kontribusi layanan universalBerbentuk penyediaan sarana dan prasarana telekomunikasi dan/atau kompensasi lain

PP no.52/2000 Pasal 26Dikenakan kontribusi Penyediaan jasa dan jaringan/kompensasi interkoneksi/kontribusi lain

PP no. 52 Pasal 28Siapa penyelenggara?

JartaplokalKewajiban kepada penyelenggara jaringan lainnya yang menyalurkan trafik ke jartaplokal (mindset PSTN)Mengatur jartup/isp dan penyelenggara jasa

PP no.7/2009, ttg PNBP pasal 3Mengatur besaran PNBP (1.25% utk USO)

Page 17: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

Dana USO untuk pembangunan jaringan serat optik ke rumah (FTTH) di Daerah Penyangga Kota Besar

Solusi Menyeluruh

Jaringan serat optik ke rumah

(FTTH)

Kelebihan dan potensi dari pembangunan FTTH

Kelebihan dan potensi dari pembangunan FTTH

Gambar Ilustrasi : FTTHSumber : FTTH Handbook, FTTH Council Europe 2012

FTTH menyediakan koneksi yang cepat sampai konsumen akhir (~30 GBps)

FTTH menghubungkan kantor-kantor pemerintah, desa-desa, sekolah-sekolah, secara online dan realtime

FTTH mempercepat penyebaran coverage layanan operator telekomunikasi pada teknologi masa datang (LTE)

FTTH mengintegrasikan teknologi dan layanan : Telepon, Media Penyiaran, IPTV, dan VoD

Page 18: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

LANDASAN HUKUM PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

PP 52 / 2000 (Penyelenggaraan Telekomunikasi)

•Pasal 12 : Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib memenuhi setiap permohonan dari calon pelanggan jaringan telekomunikasi yang telah memenuhi syarat-syarat berlangganan jaringan telekomunikasi sepanjang jaringan telekomunikasi tersedia. •Pasal 13 : Dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, penyelenggara jasa telekomunikasi menggunakan jaringan telekomunikasi milik penyelenggara jaringan telekomunikasi.

PP 52 / 2000 (Penyelenggaraan Telekomunikasi)

•Pasal 12 : Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib memenuhi setiap permohonan dari calon pelanggan jaringan telekomunikasi yang telah memenuhi syarat-syarat berlangganan jaringan telekomunikasi sepanjang jaringan telekomunikasi tersedia. •Pasal 13 : Dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, penyelenggara jasa telekomunikasi menggunakan jaringan telekomunikasi milik penyelenggara jaringan telekomunikasi.

KM 21 / 2001 (Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi)

•Pasal 5 1) Dalam menyelenggarakan jasa

telekomunikasi, penyelenggara jasa telekomunikasi menggunakan jaringan telekomunikasi milik penyelenggara jaringan telekomunikasi.

2) Penyelenggara jasa telekomunikasi dalam menggunakan jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui kerjasama yang dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis.

•Pasal 61) Dalam hal tidak tersedia jaringan

telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), penyelenggara jasa telekomunikasi dapat membangun jaringan telekomunikasi.

2) Jaringan telekomunikasi yang dibangun oleh penyelenggara jasa telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilarang disewakan kepada pihak lain.

KM 21 / 2001 (Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi)

•Pasal 5 1) Dalam menyelenggarakan jasa

telekomunikasi, penyelenggara jasa telekomunikasi menggunakan jaringan telekomunikasi milik penyelenggara jaringan telekomunikasi.

2) Penyelenggara jasa telekomunikasi dalam menggunakan jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui kerjasama yang dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis.

•Pasal 61) Dalam hal tidak tersedia jaringan

telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), penyelenggara jasa telekomunikasi dapat membangun jaringan telekomunikasi.

2) Jaringan telekomunikasi yang dibangun oleh penyelenggara jasa telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilarang disewakan kepada pihak lain.

UU 36 / 1999 (Telekomunikasi)

•Pasal 9 (1) : Penyelenggara jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dapat menyelenggarakan jasa telekomunikasi•Pasal 9 (2) : Penyelengara jasa telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi, menggunakan dan atau menyewa jaringan telekomunikasi milik penyelenggara jaringan telekomunikasi

UU 36 / 1999 (Telekomunikasi)

•Pasal 9 (1) : Penyelenggara jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dapat menyelenggarakan jasa telekomunikasi•Pasal 9 (2) : Penyelengara jasa telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi, menggunakan dan atau menyewa jaringan telekomunikasi milik penyelenggara jaringan telekomunikasi

Page 19: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

PRINSIP DASARPENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

PRINSIP PENYELENGGARAAN JASA•Menggunakan jaringan milik Penyelenggara Jaringan.•Dalam hal tidak tersedia jaringan milik Penyelenggara Jaringan, dapat membangun jaringannya sendiri. Jaringan yang dibangun oleh Penyelenggara Jasa tidak dapat disewakan.

PRINSIP PENYELENGGARAAN JASA•Menggunakan jaringan milik Penyelenggara Jaringan.•Dalam hal tidak tersedia jaringan milik Penyelenggara Jaringan, dapat membangun jaringannya sendiri. Jaringan yang dibangun oleh Penyelenggara Jasa tidak dapat disewakan.

Penyelenggara Jasa menyewa kepada Penyelenggara JaringanPenyelenggara Jasa menyewa

kepada Penyelenggara Jaringan

LAIN-LAIN•Menjual layanannya (sesuai izin) kepada pengguna akhir.•Bertanggungjawab secara end-to-end dalam penyelenggaraan layanannya

LAIN-LAIN•Menjual layanannya (sesuai izin) kepada pengguna akhir.•Bertanggungjawab secara end-to-end dalam penyelenggaraan layanannya

PRINSIP PENYELENGGARAAN JARINGAN•Membangun dan menjamin ketersediaan jaringan telekomunikasi•Memberikan layanan kepada calon pelanggan (Penyelenggara Jasa) setelah memenuhi memenuhi syarat dan sepanjang jaringan tersedia

PRINSIP PENYELENGGARAAN JARINGAN•Membangun dan menjamin ketersediaan jaringan telekomunikasi•Memberikan layanan kepada calon pelanggan (Penyelenggara Jasa) setelah memenuhi memenuhi syarat dan sepanjang jaringan tersedia

LAIN-LAIN•Dapat sekaligus menjadi Penyelenggara Jasa (misal Penyelenggara Jasa Teleponi Dasar)

LAIN-LAIN•Dapat sekaligus menjadi Penyelenggara Jasa (misal Penyelenggara Jasa Teleponi Dasar)

Page 20: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

DugaanTindak pidana korupsi dalam penggunaan jaringan

frekuensi Radio 2,1 Ghz/Generasi ketiga (3G) oleh PT Indosat dan PT IM2 an. Ir. Indar Atmanto, MSc.

DakwaanKerjasama bertentangan dengan:•Pasal 2 ayat (2) PM 7/2006 1)

•Pasal 25 ayat (1) PP 53/2000 2)

•Pasal 4 PM 7/2006 3)

•Pasal 14 PP 53/2000 4)

•Pasal 30 PP 53/2000 5)

•Ijin-ijin IM2 6)Tuntutan

Kerjasama bertentangan dengan:•Pasal 2 ayat (2) PM 7/2006•Pasal 25 ayat (1) PP 53/2000•Pasal 4 PM 7/2006•Pasal 30 PP 53/2000•Pasal 17 PP 53/2000 7)

•Pasal 29 ayat (1) PP 53/2000 8)

•Pasal 34 ayat (1) UU 36/1999 9)PutusanKerjasama bertentangan dengan:•Pasal 2 ayat (2) PM 7/2006•Pasal 25 ayat (1) PP 53/2000•Pasal 4 PM 7/2006•Pasal 30 PP 53/2000•Pasal 17 PP 53/2000•Pasal 29 ayat (1) PP 53/2000•Pasal 34 ayat (1) UU 36/1999BandingMenyatakan pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama,

telah tepat dan benar

KasasiBerharap Hakim yang Mulia memberi keputusan yag adil, tepat & sesuai azas hukum & perundang-undangan serta

mempertimbangkan azas perikemanusiaan dengan memohon MA melakukan rekonstruksi ulang duduk perkara

RegulasiKerjasama Penyelenggara Jasa dan Jaringan Telekomunikasi:•Pasal 9 ayat (2) UU 36/1999 10)

•Pasal 12 PP 52/2000 11)

•Pasal 13 PP 52/2000 12)

•Pasal 5 Kep. Menhub 21/2001 13)

Surat Menkominfo 1•Kepada Dirut Indosat, 24 Feb. 2012•Jasa akses internet IM2 yang menggunakan jaringan bergerak seluler Indosat sudah sesuai dengan UU 36/1999 tentang Telekomunikasi beserta peraturan pelaksanaannya.

Surat Menkominfo 2•Kepada Jaksa Agung, 13 Nov. 2012•Pasal 30 PP 53/2000 tidak dapat diterapkan karena tidak terdapat penggunaan bersama frekuensi•Kerjasama antara IM2 dengan Indosat sudah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

Peny

idik

anPe

ngad

ilan

Tipi

kor

PT D

KIM

A

Ada perbedaan Dakwaan & Tuntutan:Psl 14 PP 53/2000 dan Izin-izin hilangMuncul Psl 17, 29 PP 53/2000 & Psl 34 UU 36/1999

Tuduhan adalah Tipikor, namun ketentuan yang dilanggar seluruh-nya adalah regulasi Telekomunikasi

Pelanggaran (JIKA ADA) Pasal 34 ayat (1) UU 36/1999, sanksinya pencabutan izin (administratif)

Argumentasi Menkominfo: tidak ada pelanggaran regulasi Telekomunikasi

TELAH TERJADI KEKELIRUAN PENERAPAN AZAS HUKUM

“Kerjasama Sesuai ketentuan”

?KEKELIRUAN TAFSIRAN

UU 36/1999

20

Page 21: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

21

EXAMPLE OF CONVERGENCE

Page 22: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

Radio trunking, CB, amatir, VSAT, Telsus;Telepon, facsimile,Telepon seluler, SMS, ISDN services, VPN, Data over PSTN,

Teleko-munikasi

Internet Broadcasting

TV-Kabel berbayarRadio & TV SatelitRadio & TV free-to-airLPP RRI & TVRI

File Transfer, email,Browsing, searching,Gaming, e-transaction,Distance learning, etc.

VoIP, video-call, VPN, messaging, mobile IP, conference, presence, File Transfer, email,Browsing, searching,e-health, e-transaction,Distance learning, etc.

AV streaming, gaming, animasi, web-TV, IPTV, radio online, mobile-advertising, MM over IP, SMS-broadcast, etc.

Telekomunikasi

Internet&

Broadcasting

Sebelum Konvergensi Setelah TIK Konvergen

TV-Kabel berbayarRadio & TV SatelitRadio & TV free-to-airLPP RRI & TVRIMobile TV ?

dapat tergantikan

mungkin muncul

TRANSISI

Menuju Konvergensi TIK

22Sumber Nonoth-KRT BRTI

Teleko-munikasiInternet

Broadcasting

Radio trunking, CB, amatir, VSAT, Telsus;

ISP tanpa QoS & security

Masa Transisi

Page 23: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

Sumber KRT-BRTI

UU 36/1999PP 52/2000

PM

Internet yang saat ini mendominasi, hanya diatur dengan PM jasa multimedia; lisensi berupa SK Dirjen

UU 36 tahun 1999 belum memandang INTERNET sebagai Jaringan terpisah yang berkembang paralel dengan TELEKOMUNIKASI.

Saat ini, dimana teknologi dan tuntutan pasar telah mendorong konvergensi keduanya, maka UU 36 tidak lagi sesuai dengan proses bisnis yang ada.

UU 36 perlu Revisi TOTAL?

Page 24: M 001 -a1- rdpu komisi i - mastel

2424Mastel

TERIMA KASIH

[email protected]