K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

23
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI I DPR RI DENGAN DIRUT PT INDOSAT TBK TANGGAL 15 JANUARI 2013 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Tahun Sidang : 2012-2013 Masa Persidangan : III Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi I DPR RI dengan Direksi PT Indosat Tbk. Sifat Rapat : Terbuka Hari/tanggal : Selasa, 15 Januari 2013 Waktu : Pukul 14.00 WIB Pimpinan Rapat : Drs. Ramadhan Pohan, MIS Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP. Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Acara : Hadir : .... orang dari 45 orang Anggota Anggota yang hadir :- Pimpinan Komisi I DPR RI: 1. Drs. Mahfudz Siddiq, M.SI /Ketua Komisi I DPR RI/F-PKS 2. Drs. Ramadhan Pohan, MIS/Wakil Ketua Komisi I DPR RI/F-PD 3. Drs. Agus Gumiwang Kartasasmita/Wakil Ketua Komisi I DPR RI/F-PG 4. Tubagus Hasanuddin/Wakil Ketua Komisi I DPR RI/F-PDI P - Anggota Komisi I DPR RI: F-PARTAI DEMOKRAT: 5. Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si 6. H. Hayono Isman, S.IP 7. Drs. H. Guntur Sasono, M.SI. 8. DR. Hj. R. Adjeng Ratna Suminar, S.H., M.H. 9. Fardan fauzan, BA, M.Sc 10. Mayjen TNI (Purn) Yahya Sacawiria, S.IP, MM 11. Max Sopacua 12. Hj. Nany Sulistyani Herawati F-PG: 13. Meutya Viada Daulay 14. Ir. Idris Laena 15. Drs. Enggartiasto Lukita 16. Yorrys Raweyai F-PDI PERJUANGAN: 17. Sidarto Danusubroto, SH 18. H. Tri Tamtomo, SH 19. Heri Akhmadi 20. Helmy Fauzi

description

K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

Transcript of K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

Page 1: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT

RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI I DPR RI DENGAN DIRUT PT INDOSAT TBK

TANGGAL 15 JANUARI 2013 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Tahun Sidang : 2012-2013 Masa Persidangan : III Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi I DPR RI dengan Direksi

PT Indosat Tbk. Sifat Rapat : Terbuka Hari/tanggal : Selasa, 15 Januari 2013 Waktu : Pukul 14.00 WIB Pimpinan Rapat : Drs. Ramadhan Pohan, MIS Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP. Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Acara : Hadir : .... orang dari 45 orang Anggota Anggota yang hadir :- Pimpinan Komisi I DPR RI:

1. Drs. Mahfudz Siddiq, M.SI /Ketua Komisi I DPR RI/F-PKS 2. Drs. Ramadhan Pohan, MIS/Wakil Ketua Komisi I DPR RI/F-PD 3. Drs. Agus Gumiwang Kartasasmita/Wakil Ketua Komisi I DPR RI/F-PG 4. Tubagus Hasanuddin/Wakil Ketua Komisi I DPR RI/F-PDI P

- Anggota Komisi I DPR RI: F-PARTAI DEMOKRAT: 5. Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si 6. H. Hayono Isman, S.IP 7. Drs. H. Guntur Sasono, M.SI. 8. DR. Hj. R. Adjeng Ratna Suminar, S.H., M.H. 9. Fardan fauzan, BA, M.Sc 10. Mayjen TNI (Purn) Yahya Sacawiria, S.IP, MM 11. Max Sopacua 12. Hj. Nany Sulistyani Herawati

F-PG:

13. Meutya Viada Daulay 14. Ir. Idris Laena 15. Drs. Enggartiasto Lukita 16. Yorrys Raweyai F-PDI PERJUANGAN: 17. Sidarto Danusubroto, SH 18. H. Tri Tamtomo, SH 19. Heri Akhmadi 20. Helmy Fauzi

Page 2: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

2

21. Evita Nursanty

F-PKS: 22. Mustafa Kamal, SS 23. DR. H. Mardani Ali Sera, M.Eng

F-PAN: 24. Ir. Muhammad Najib, M.Sc. 25. Ir. Chandra Tirta Wijaya 26. Sayed Mustafa Usab, SE, M.Si.

F-PPP: 27. Drs. H. Husnan Bey Fananie, MA 28. DR. H. Maiyasyak Johan, SH, MH 29. H.A. Daeng Se’re, S.Sos.

F-PKB:

30. DR. H.A. Effendy Choirie, MH

F-GERINDRA: 31. H. Ahmad Muzani 32. Drs. H. Harun Al-Rasjid, M.SI F-PARTAI HANURA: 33. DR. Susaningtyas N.H. Kertopati, M.Si.

Anggota Izin 1. Puan Maharani 2. Luthfi Hasan Ishaaq, M.Sc.

KETUA RAPAT (DRS. RAMADHAN POHAN): Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera buat kita semua. Selamat datang kami ucapkan kepada Pimpinan dari Komisi I dan rekan-rekan dari Komisi I DPR RI, Dirut PT. Indosat beserta jajaran, Dirut PT. Indosat Mega Media (IM2) beserta jajaran, Serta hadirin yang kami muliakan.

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena hanya atas

perkenan-Nya kita dapat melaksanakan dan menghadiri Rapat Dengar Pendapat Umum pada hari ini dalam keadaan sehat wal afiat.

Sesuai dengan informasi dari Sekretariat, berdasarkan daftar hadir pada hari ini telah

tercapai kuorum, oleh karena kuorum telah terpenuhi dan telah sesuai dengan ketentuan Pasal 245 ayat (1) Peraturan DPR RI tentang tata Tertib maka perkenankan kami membuka RDPU pada hari ini. Sebelum RDPU dimulai kami menawarkan kepada Bapak-bapak, Ibu-ibu, rekan-rekan Komisi I apakah RDPU hari ini bersifat terbuka atau tertutup, atau tertutup terbatas. Baiklah, rapat dengar pendapat hari ini bersifat terbuka.

(RAPAT: SETUJU)

(Ketok Palu 1 x) Bapak-bapak dan Ibu-Ibu yang kami hormati.

Page 3: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

3

Rapat dengar pendapat Komisi I DPR RI hari ini dilaksanakan dalam rangka mendengarkan penjelasan Dirut PT. Indosat mengenai penggunaan frekuensi 2,1Ghz yang kini proses hukumnya telah ditangani oleh Kejaksaan Agung.

Permasalahan mengenai kasus Indosat ini dilatarbelakangi oleh adanya laporan LSM,

lembaga dari Konsumen telekomunikasi Indonesia (KTI) yang diketuai oleh Deni, A.K. yang melaporkan adanya dugaan korupsi yang dilakukan oleh PT. Indosat bersama PT. Indosat Mega Media (IM2) yang diduga mengakibatkan kerugian Negara sekitar Rp3,8 triliun, selanjutnya laporan tersebut ditindaklanjuti oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Barat pada Bulan Oktober 2011. Pada pertengahan Januari 2012, penanganan kasus tersebut diambil alih oleh Kejaksaan Agung mengingat lingkup kasus bersifat nasional. Pada tanggal 13 Januari 2012, Kejaksaan Agung menetapkan Mantan Dirut PT. IM2 saudara Indar Atmanto sebagai tersangka, pada bulan November 2012 BPKP menerbitkan surat yang menyatakan adanya kerugian Negara sebesar Rp1,3 triliun rupiah. Pada tanggal 30 November 2012 mantan Dirut Indosat Jhonny Suwandi Syam dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus tersebut. Selanjutnya memasuki 2013 tepatnya tanggal 5 Januari 2013 Kejaksaan Agung menetapkan Indosat dan IM2 sebagai tersangka. Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati,

Sebelum kami persilakan kepada DIrut PT, Indosat untuk memberikan penjelasannya kami perkenalkan Anggota Komisi I DPR RI yang abru bergabung Pak Mardani ada disini, tetapi paling tidak dari Indosat dan jajarannya mengetahui bahwa Bapak Dr. H. Mardani Ali Sera M.Eng dari Fraksi PKS menggantikan Bapak Muhammad Hidayat Nur Wahid.

Yang kedua Bapak Mustafa Kamal dari Fraksi PKS juga baru bergabung, yang ketiga

Bapak Drs. H. Husnan B. Fanani, MA dari Fraksi PPP, mungklin berdiri Pak, dan yang keempat Bapak Ir. Idris Laena dari Fraksi Partai Golkar. Selain itu kami menanyakan kepada Bapak dan Ibu Anggota Komisi I DPR RI pada kesempatan ini juga hadir bersama kita Dirut IM2, apakah beliau akan diberikan kesempatan untuk menyampaikan paparan dan penjelasan atau cukup Dirut Indosat saja dan Dirut IM2 diperkenankan memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari Bapak dan Ibu sekalian yang terkait dengan IM2. Bagaimana. F-PD (DRS. H. GUNTUR SASONO, M.Si):

Mohon untuk Dirut IM2 diberikan kesempatan untuk bicara, keduanya diberikan kesempatan bicara.

KETUA RAPAT:

Jadi keduanya menyampaikan paparannya dan dibatasi tepat waktunya, baik. Nanti Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati, selanjutnya kami persilakan yang pertama kepada Dirut PT. Indosat untuk memberikan penjelasannya dan kedua nanti kami persilakan Dirut IM2 untuk menyampaikan penjelasannya juga. Selanjutnya kami persilakan kepada Dirut PT. Indosat untuk memberikan penjelasannya.

DIRUT PT. INDOSAT:

Terima kasih. Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

Pertama-tama saya ingin memperkenalkan tim jajaran yang hadir bersama saya hari ini, di sebelah kiri saya Pak Fajri Sentosa, sebagai Direktur Holdsale PT. Indosat Tbk, di sebelah kiri Pak Fajri, Pak Ridwan yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama IM2, di sebelah kiri Pak Ridwan itu adalah Pak Hilman Direktur Keuangan PT. IM2. Dis ebelah kanan saya Pak Erick Meyer sebagai Direktur Commercial dan sales PT. Indosat Tbk, di sebelah kanannya Pak Erick adalah Pak Stephan, merupakan CEO atau Direktur Keuangan dari PT. Indosat Tbk, dan yang paling kanan adalah Pak Hans Morrits yang merupakan Direktur Tehnik di PT. Indosat Tbk.

Page 4: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

4

Kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dewan yang memberikan

kesempatan kepada kami pada hari in iuntuk bertatap muka, untuk memberikan penjelasan pada kasus kami, dan pada saat yang bersamaan memberikan kesempatan kepada kami untuk memohon perlindungan terhadap kasus yang terjadi pada saat ini, dimana kami melihat bahwa terjadi krisis terhadap implementasi Undang-Undang Telekomunikasi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999.

Indosat merupakan perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi yang

kepemilikannya 65% dimiliki oleh asing, oleh Kitel, dan 14,29% dimiliki oleh Pemerintah Indonesia yang dikelola melalui Kementerian BUMN,dan sisanya 20,71% dimiliki oleh Publik. Sebagai perusahaan telekomunikasi di Indonesia, kami beroperasi dibawah naungan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 dan semua peraturan dan regulasi yang untuk implementasinya.

Dalam beroperasi Indosat memiliki izin penyelenggaraan jaringan yang diterbitkan oleh

Departemen Kominfo dna dalam keseharian kami di monitor oleh BRTI yang bertindak sebagai regulator sekaligus Pembina kami dalam industri. Indosat juga memiliki anak perusahaan yang tadi saya perkenalkan sebagai Indosat PT. IM2, juga beroperasi atas undang-undang Nomor 36 Tahun 1999, dan memiliki izin penyelenggaraan jasa ISP. Dan IM2 merupakan salah satu lebih dari 200 pemegang izin ISP yang dikeluarkan oleh Departemen Kominfo.

Sejak tahun 2006 Indosat juga mendapatkan izin penyelenggaraan jaringan berbasis 3G

yang memungkinkan Indosat memberikan pelayanan telepon seluler berbasis frekuensi 2.100 atau 3G kepada semua pelanggannya, dan sebagai bagian dari strategi usaha Indosat pada saat itu memutuskan untuk berjualan jasa internet melalui indosat IM2. Pilihan ini dilakukan pada saat itu karena untuk jasa internet memang dibutuhkan strategi go to market yang berbeda, yang berbeda dengan selular, sehingga memang dihitung di IM2. Kita melihat konstruktur ini bukan satu masalah karena pola kerjasama indosat sebagai penyelenggara jasa jaringan dengan IM2 sebagai penyelenggara jasa merupakan format yang sangat umum dilakukan di Indonesia, dan merupakan format yang dilakukan oleh semua pemegang lisensi ISP di Indonesia pada saat memang berhubungan dengan penyelenggara jaringan. Dan apabila yang dituduhkan oleh kejaksaan itu benar bahwa IM2 harus membayar BHP Frekuensi pada saat menggunakan frekuensi 3G sebesar Rp1,3 triliun. Maka kita semua disini pada saat menggunakan telepon harus menggunakan BHP yang sama karena pada prinsipnya logikanya sama.

Selama ini dibawah regulasi dan pembinaan Depkominfo ekosistem diantara

penyelenggara jaringan dan penyelenggara jada di Indonesia berjalan dengan lancar. Sehingga memang pada saat oknum LSM yang bernama Deni AK yang melaporkan kerjasama Indosat IM2 ke kejati Jawa Barat, bahwa kita telah merugikan uang Negara sebesar Rp3,8 triliun sebetulnya dengan dalih melakukan pemerasan, kami sebetulnya tidak terlalu gubris. Memang pengaduan ini masuk 6 Oktober 2011. Kami memang mulai kaget pada saat Mantan Dirut IM2 Pak Indar ditetapkan sebagai tersangka pada tanggal 13 Januari 2011 untuk kasus tersebut.

Sebagai pemegang lisensi dibawah Undang-Undang 36 Indosat meminta klarifikasi kepada

Departemen Kominfo dan secara cepat Menteri Kominfo memberikan klarifikasi melalui surat tanggal 24 Februari 2012 yang menyatakan bahwa pola kerjasama yang dilakukan Indosat dan IM2 merupakan kerjasama yang sah secara hukum berdasarkan lisensi yang diterbitkan. Sebagai catatan oknum Deni AK terus melakukan berbagai upaya pemerasan kepada kami sehingga kami bekerjasama dnegan Polisi dan berujung kepada Deni AK ditangkap, tertangkap tangan dan pada tanggal 30 Oktober 2012 Deni AK dijatuhkan vonis 1 tahun 4 bulan karena tindak pemerasan.

Yang kami tidak mengerti adalah meskipun pengadu awal terbukti bukan seorang yang

beritikad baik, dan kami juga didukung oleh surat Menteri yang membawahi industry bahwa tidak ada permasalahan dalam format kerjasama yang dilakukan, kiasus tetap jalan di Kejaksaan, dan bahkan tanpa ada kejelasan mengenai regulasi apa yang dipakai dan atas permintaan kejaksaan BPKP mengeluarkan surat yang menyatakan adanya kerugian Negara sebesar Rp1,3 triliun dari pola kerjasama Indosat dan IM2 pada tanggal 9 November 2012.

Page 5: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

5

Kemudian atas niat baik kepada Kominfo juga sebagai Pembina industry Menteri Kominfo

untuk kedua kalinya mengeluarkan surat klarifikasi kepada Jaksa Agung pada tanggal 13 November 2012 dan menekankan kembali bahwa kerjasama antara Indosat dan IM2 sudah sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Meskipun dukungan Menkominfo dan BRTI sudah disampaikan secara tertulis, secara verbal, kejaksaan terus mendorong kasus ini sehingga pad atanggal 30 November 2012 mantan Dirut Indosat Bapak Jhonny Swandisan dijadikan tersangka dan bahkan 5 Januari 2013 kemarin Indosat dan IM2 sebagai korporasi masing-masing dijadikan tersangka.

Dengan proses perjalanan yang telah kami uraikan secara singkat kami hari ini

menghadap di depan Anggota Dewan terhormat untuk mohon perlindungan. Kami mohon perlindungan Karena undang-undang yang telah disahkan oleh Dewan yang dalam keseharian kami gunakan sebagai dasar untuk beroperasi saat ini sudah tidak dapat digunakan sebagai pegangahn atau landasan untuk beroperasi. Hal ini juga mengancam kerjasama penyelenggara jaringan dan lebih dari 200 penyelenggara jasa ISP di Indonesia, dan tentunya sebagai konsekuensi mengancam eksistensi internet di Indonesia.

Kami mendengar bahwa Kejaksaan mengambil masukan dan beberapa saksi ahli yang

sebetulnya tidak memiliki kredibilitas didalam Industri dan tentunya kami sebagai pelaku industry tidak rela bahwa paparan perundang-undangan industry telekomunikasi dirusak oleh orang-orang yang tidak memiliki kredibilitas dna bahkan dapat mengalahkan suara yang dikeluarkan oleh regulator dalam kasus ini.

Kami sangat memohon kesediaan Bapak dan Ibu Anggota Dewan yang terhormat sehingga dapat menegakkan kembali krisis Undang-Undang 36 yang saat ini terjadi. Kami juga sangat memohon Dewan untuk meminta Depkominfo untuk minta BPKP untuk melakukan audit kembali mengenai kerugian Negara yang terjadi dengan menggunakan dasar undang-undang nomor 36 sebagai basis perhitungan dan penjelasan Menteri sebagai basis perhitungan tadi. Demikian secara singkat kami sampaikan, terima kasih. Wassallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Baik terima kasih, kami lanjutkan kepada Dirut IM2 untuk menyampaikan penjelasannya singkat, efektif, dan padat. DIRUT IM2:

Baik. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Komisi I yang telah memberikan waktu kepada kami dan Indosat untuk menyampaikan permasalahan-permasalahan kami dan juga mohon sama dukungan atau perlindungan Komisi I atau dari DPR secara khususnya.

Penyampaian yang disampaikan oleh Pak Alex kami anggap sudah cukup, kami persilakan

dari Pimpinan yang ingin bertanya akan kami siapkan jawabannya. Demikian terima kasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih. Baik, terima kasih atas penjelasannya Dirut PT. Indosat dan tadi sudah disambung dari

Dirut IM2, selanjutnya kami persilakan kepada rekan-rekan Komisi I untuk menyampaikan respon, pertanyaan, ataupun tanggapan terhadap yang sudah disampaikan oleh Dirut PT. Indosat. Kami persilakan.

F-PG (DRS. ENGARTIASTO LUKITA):

Page 6: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

6

Ketua, mohon izin yang pertama Wakil Ketua Umum Partai Demokrat dulu Ketua, karena

itu daru dua instansi pemerintah berbeda pendapat soalnya itu, antara Kejaksaan Agung dengan Menkominfo berbeda, jadi sama pemerintah, mungkin oke Wakil Ketua Umum memberikan pendapatnya dulu Ketua.

F-PD (DRS. H. GUNTUR SASONO, M.SI):

Setelah itu dari Nasdem Ketua.

KETUA RAPAT:

Baik, kalau begitu dari sebelah kanan Pak Max, kami persilakan.

F-PD (MAX SOPACUA, SE., MM):

Pak Ketua, saya mau tanya saja ini yang pimpin rapat siapa ini, Pak Enggar atau Pak Ramadhan ini. KETUA RAPAT:

Jadi kita bikin selang seling, kanan-kiri, kanan-kiri. Tetapi di daftar dulu kalau bisa, tolong dari Sekretariat. Pak Fardan Fauzan, Pak Engartiasto Lukita, yang ketiga, yang keempat dari sisi kiri, Ibu Evita kemudian Ibu Nuni, Mardani Ali Sera, terus cukup, Pak Muzani tidak, baik. Terakhir nanti sementara Pak Effendi Choirie, kami persilakan yang pertama.

F-PD (MAX SOPACUA, SE., MM):

Terima kasih Ketua, Pimpinan Rapat. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yang saya hormati Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI. Yang saya hormati Pimpinan, Direktur dari PT, Indosat dan IM2, Dan semua jajarannya yang hadir pada hari ini.

Tadi saya disebut oleh Pak Engar dari Golkar, bahwa ini ada dua institusi Pemerintah yang tidak sama tingkat pengambilan keputusannya, mungkin dikasih ke saya karena saya dari Partai pendukung kebijakan Pemerintah dari Demokrat, tidak apa-apa. Kalaupun itu diserahkan atau diminta pendapat saya pertama, atau akan saya sampaikan kepada Pimpinan dan teman-teman Komisi. Saya minta rapat ini saya kira tidak perlu panjang-panjang, kita tutup saja rapat ini sebentar lagi, mungkin setengah jam atau satu jam menghormati teman-teman yang mau bicara.

Karena klarifikasi dari dua institusi pemerintah ini perlu kita dengar, satu dari Menkominfo,

mungkin satu lagi dari pihak kejaksaan yang mungkin diwakili oleh siapa. Sementara saksi ahli yang tadi disebut-sebut oleh Pak Direktur itu diminta penjelasannya, sehingga kita sebagai legislative ataupun anggota DPR yang ingin menunjukkan perkaranya persoalannya sesuai dengan koridor hukum tidak bisa kita ambil keputusan sekarang hanya sebatas kesimpulan Pak Ketua untuk menyampaikan dan menyampaikan kepada Menteri yang bersangkutan kenapa ada dua surat yang sama yang menyatakan tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh pihak indosat, sementara kejaksaan melakukan sebuah kegiatan yang kira-kira sudha masuk ke wilayah hukum dan sudah ada yang tersangka. Bagi saya misalnya saya agak bingung sekarang apalagi Pak Engar bilang dari Partai pendukung Pemerintah, jadi persoalannya Pemerintah, ini pemerintah ada kesepakatan dua keputusan Pemerintah yang berbeda, kita mau meluruskan mana yang sebenarnya.

Jadi Pak Ketua, saya minta Menkominfo dipanggil dan saksi ahli itu juga saya kira perlu

kita panggil dan kita dengarkan apa yang menjadi acuan dasar sehingga terjadi peristiwa, kalau hanya berkutat kepada seorang yang namanya Deni itu kita bisa masukan dalam persoalan suka atau tidak suka. Bisa juga bermain pihak ketiga sehingga yang korban banyak orang. Jadi kalau

Page 7: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

7

saya hanya satu saja saya minta rapat ini tidak terlalu panjang-panjang, Menkominfo dijadikan kesimpulan untuk dipanggil dan saksi ahli. Terima kasih Pak Ketua. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

BAIK Pak Max, sementara ini kita mendengarkan dari PT. Indosat dulu,dan IM2 nanti kalau pertemuannya lebih lanjut tentu Kominfo juga akan kita mintakan penjelasannya, tetapi kita bertahap dulu dan kita dengarkan suara-suara dari rekan-rekan komisi I lainnya secara lebih lengkap. Kejaksaannya juga demikian, walaupun bukan jaksanya yang kita panggil untuk kita adili disini tetapi karena ini sudah di ranah hukum, tetapi semua pihak kita akan dengarkan Pak. Proses hukum berjalan, proses politik juga itu tugas kita. Selanjutnya yang kedua tadi dari sebelah kiri Ibu Evita kami persilakan, kita kembalikan ke sebelah kanan yaitu Bapak Fardan.

F-PD (FARDAN FAUZAN, BA,. M.SC):

Terima kasih Pimpinan, yang saya hormati Pimpinan Anggota Komisi I, jajaran Indosat dan IM2, yang pertama saya garis bawahi disini adanya miss communication dan perbedaan pendapat antara Kejagung dan Kominfo. Untuk itu ada baiknya seperti yang Pak Max katakan, dipanggil juga kedua belah pihak supaya ada satu kata bahwa yang kita hadapi ini seperti apa masalahnya.

Yang kedua yang saya garisbawahi disini adanya intervensi dari Kominfo terhadap kasus

hukum yang sedang berjalan, itu tidak boleh dilakukan Ketua, jadi kasus hukum sedang berjalan tetapi Kominfo mengeluarkan dua surat yaitu yang tertanggal 13 November 2011 dan 24 Februari 2012 yang menyatakan Indosat dan IM2 tidak bersalah, itu sebetulnya tidak boleh dilakukan oleh Kominfo, jadi dia intervensi terhadap kasus hukum.

Yang ketiga, kalau memang pelaku industry dan Kominfo tidak sepakat dnegan apa yang

dikatakan oleh Kejagung, saya usulkan untuk kasus ini dialihkan ke KPK saja, biar netral. Begitu Pimpinan, terima kasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Ini dia, ibu kita sudah datang, kami persilakan Ibu Evita.

F-PDIP (EVITA NURSHANTY):

Terima kasih Bapak Pimpinan. Terima kasih Dirut Indosat dan jajaran yang telah hadir pada sore hari ini. Ini polemik

sekali, kalau kita melihat dari angle yang berbeda, Kejaksaan punya strong reason kenapa bersikap begitu demikian juga daripada Indosat dan IM2, saya ada pertanyaan mungkin menjawab semua pertanyaan kita. IM2 ini sebagai penyelenggara jaringan telekomunikasi atau sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi itu dulu saya ingin jawabnya, apa posisi dari IM2.

Kemudian yang ingin saya tahu juga adalah PKS antara Indosat dan IM2, apakah ini sewa

apakah ini profit sharing. Dari dua ini sebenarnya kalau saya lihat Kejaksaan itu memandang dari angle yang berbeda, kita musti lihat dulu PKS kita musti lihat Perjanjian Kerja Sama antara ISP-ISP yang lain dengan Telkom misalnya, itu sewa menyewakah atau itu profit sharing. Ini yang kita belum bisa mendalami posisi dari IM2 ini yang saya ingin jelas dulu bagaimana, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Ibu Evita, kami persilakan Kepala Suku, Pak Engar.

F-PG (DRS. ENGARTIASTO LUKITA):

Terima kasih Ketua, ini

Page 8: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

8

F-PD (MAX SOPACUA, SE., MM):

Ini maksudnya primus enterparts Ketua.

F-PG (DRS. ENGARTIASTO LUKITA):

Ini komentar saja, sekarang nomor berapa, kita belum tentu masih ada atau tidak. Baik, Ibu dan Bapak.

KETUA RAPAT:

Ini supaya cair Bapak dan Ibu, biasa kita di Komisi I tetapi substansi nanti tidak akan jauh, silakan Pak Engar.

F-PG (DRS. ENGARTIASTO LUKITA):

Komisi I selalu nomor satu dan kita pilih nomor 1. Terima kasih Ketua. Begini,, saya dengan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini setuju karena nanti yang ini

akan menjadi nasionalis, Demokrat yang nasionalis, kita setuju. Menurut saya kita undang Pemerintah, dua instansi Pemerintah berbeda pendapat, tetapi yang saya pikir bahwa saya memang disini ada yang muda masih melawan kepada seniornya, bahwa itu disalahkan ada intervensi menurut saya tidak ada intervensi karena sebagai regulator perlu memberikan klarifikasi pada posisi dia yang membidangi ini. Dan kalau Pemerintah sebagai regulator mengatakan bahwa ini tidak ada pelanggaran harusnya pemerintah yang satu lagi mengikuti, kecuali Kejaksaan Agung diluar pemerintahan.

Jadi menurut saya ini harus kita luruskan, karena Ketua, ada dampaknya yang negative,

bagi pengusaha tidak ada kepastian hukum mau kemana ini, sebab dari regulator kita dapat izin, dapat persetujuan tetapi dari dilain dituntut, jadi in iakan menjadi preseden yang luar biasa negatifnya kalau ini didiamkan dan terus berlanjut. Kecuali memang dinyatakan oleh Pemerintah, oleh regulator bahwa Indosat memang melanggar, maka kita ramai-ramai kerubutin indosat eh anda melanggar, kita bahkan akan rekomendasikan untuk Indosat dicabut izinnya kalau perlu, tetapi sekarang regulator mengatakan bahwa tidak dan dampak ini seandainya mendapatkan hukuman dan mempunyai kekuatan hukum, maka kita bsia bayangkan apa yang terjadi dengan bisnis telekomunikasi ini. Saya pikir sesegera mungkin Pak Ketua, kita haru smelakukan itu.

Dari bisnis practice sebenanrya karena juga diizinkan dan tidak melanggar ketentuan

mereka tidak ada persoalan melakukan ini, tetapi kemudian ini dijadikan persoalan. Saya juga tidak melihat ini BPKP yang kedua kali berurusan dengan kita dengan Komisi I yang pertama adalah yang dia tidak ada kewenangan melakukan pemeriksaan atas perintah dari sesuatu yang tidak ini, yang kedua seperti ini.

Saya rasanya BPKP juga darimana dia bisa menetapkan bahwa ada unsur kerugian itu, in

iagak aneh, tetapi sudahlah BPKP dia mau ngomong apa saja terserah karena dia suka-suka saja, tetapi dua instansi yang berbeda ini yang perlu kita luruskan.

Saya mendukung Pak Max Sopacua yang kali ini benar, bahwa sesegera mungkinkita

mengundang mereka, dan mereka perlu mendapatkan kepastian sehingga ada ketenangan Ketua, ini yang satu sudah jadi terdakwa, kemarin sudah tersangka, sebentar lagi bubar mereka semua. Terima kasih Ketua.

KETUA RAPAT:

Page 9: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

9

Terima kasih, dan untuk menuntaskan soal seperti ini kita memang harus mengundang berbagai pihak, kita mendengarkan secara langsung tidak hanya membaca membaca pernyataan mereka di media, termasuk BPKP, bilamana dirasa perlu nanti dari meja Pimpinan kami berpikiran untuk bisa mengundang BPKP.

Selanjutnya Bapak Mardani Ali Sera kami persilakan.

F-PKS (DR. H. MARDANI ALI SERA, M. ENG):

Terima kasih Pimpinan. Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pimpinan dan Anggota Komisi I yang dihormati.

Rekan-rekan dari Indosat dan IM2 yang menurut saya langkahnya tepat datang kemari karena salah satu dasar permasalahan adalah tafsir yang berbeda terhadap aturan yang berlaku dalam hal ini Undang-Undang kita, layak ke DPR karena memang itu dikaji disini.

Saya ada beberapa hal yang ingin disampaikan Pimpinan. Yang pertama ini yang kedua

saya hadir, kasus yang pertama Telkomsel digugat pailit, yang kedua teman-teman Indosat dan IM2 yang juga dilaporkan.

Dulu saya ingat saya mengangkat perspektif tentang ketahanan nasional kita terkait

dengan kepastian investasi di negeri kita. Kita tahu bahwa kedepan salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi kita adala hiklim investasi kita. Tetapi dengan undang-undang kepailitan yang demikian mudah ditembus plus kalau tadi Pak Dirut telah menjelaskan ada satu actor yang tadi disebut namanya itu juga bisa menembus katakan benteng kepastian investasi yang mustimnya ini salah satu pilar dari demokrasi ekonomi kita, saya mungkin mengusulkan pada Pimpinan khususnya kasus ini kita teliti lebih dalam karena ada kaitan dengan perangkat undang-undang kita yang “bisa menjadi jalan masuk untuk meruntuhkan pilah perekonomian kita”. Itu yang pertama. Kalau memang kita perlu mengadakan kajian kita kaji beberapa undang-undang karena kebetulan yang mengemuka kemarin Telkomsel sekarang Indosat dan IM2, itu yang pertama.

Poin yang kedua yang ingin disampaikan ini terkait dengan materi hukum yang menjadi

dasar. Bagaimanapun kita Negara hukum pandangan saya proses hukum ini harus berjalan dan saya agak setuju dengan Pak Engar bahwa Kominfo menurut saya tidak melakukan intervensi tetapi termasuk pihak yang diminta oleh Indosat, IM2, atau pihak yang terperkara untuk memperjelas duduk perkara dari Undang-Undang yang ada, termasuk DPR juga bisa memberikan standing position terhadap beberapa pasal yang dijadikan rujukan perkara itu tidak dalam kerangka intervensi. Kalau ada intervensi pasti ada perintah, ini untuk memperjelas duduk perkara sehingga, saya sendiri tidak menilai bahwa Kejaksaan Agung dalam hal ini itdak tunduk dalam aturan pemerintahan tidak, menurut saya kejaksaan agung hanya melaksanakan fungsinya ketika ada delik aduan mereka proses itu ada klausulnya, diundang juga saksi ahli yang quote and unquote yang mendukung yang mustinya nanti dalam persidangan Indosat pasti menyiapkan saksi ahli atau berbagai pihak yang melawan berbagai argument-argumen dari Kejagung dan penuntut sehingga ketika ini berjalan dengan baik akan jelas.

Tadi Pak Engar, maaf saya kutip tentang BPK, dulu Ibu Lili juga kita ingat ketika kita

dnegan Seskab, ada juga kasus-kasus kejadian seperti itu menurut saya apapun keputusan dari kasus ini termasuk kasus yang juga perlu kita cermati tentang Telkomsel, mustinya ini menjadi pelajaran berharga buat kita sebagai salah satu pilar berbangsa selain eksekutif untuk menata ulang hubungan antar lembaga. Karena kalau hubungan antar lembaga bisa ditarik ke kiri ke kanan sesuai kepentingan tertentu yang terjadi bangsa ini law enforcementnya akan menjadi pertanyaan besar kalau kepada kelompok yang kecil katakan itu sudah terjadi dan mudah sekarnag kepada kelompok korporasi juga mudah maka ini akan menjadi preseden yang sangat buruk. Jadi himbauan buat kita semua Pimpinan, kita mencermati kasus ini dan saya tadi usul kalau Kominfo memberikan standing position kita juga kalau diminta berhak untuk memberikan penjelasan terhadap pasal tersebut.

Page 10: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

10

Dan terakhir mungkin perlu dijawab oleh teman-teman Indosat dan IM2 tadi pertanyaan Ibu

Evita menurut saya, substansinya diperjelas, titik mana yang berbeda Kejagung dan Kominfo sehingga ketika nanti kita mengundnag Kejagung dan Kominfo stand position dari Indosat atau IM2 terhadap masalah ini sudha jelas, terima kasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Terim akasih Pak Mardani, selanjutnya yang terakhir di sebelah kanan kami Bapak Effendi Choirie, Pak Chandra juga mau nanya ya, baik didaftar lagi, Ibu Mutia Hafid juga mau tanya, apakah ada, senior Bapak Tri Tamtomo, tolong dicatatkan. Baik, kami persilakan Gus Choi untuk menyampaikan responnya.

F-PKB (DR. H. A. EFFENDY CHOIRIE, MH):

Terima kasih Ketua. Bapak-bapak dari Indosat, jadi statement Dirut yang pertama tadi itu antara lain mohon

perlindungan kepada DPR. Saya kira pada kesempatan ini DPR harus memahami lebih detail dulu, memahami secara komprehensif, kalau benar akan dilindungi, kalau salah, justru semakin kita dorong supaya Indosat memperbaiki diri, atau diproses secara hukum dan hukum ini betul-betul harus ditegakkan kalau misalnya ini salah. Bahkan tadi ada yang mengusulkan di bubarkan atau di diskualifikasi atau apa.

Tetapi baik, soal permohonan perlindungan itu bisa kita layani. Karena itu yang pertama

saya memberikan dukungan kepada Pikiran-pikrian yang berkembang tadi yaitu kita dengar secara tuntas penjelasan dari, tadi kalau IM2 itu hanya sekilas saya rasa harus memberikan penjelasan lebih jauh, hanya seperti itu apa maksudnya, dikasih kesempatan memebri penjelasan tetapi hanya sekedar say hallo, ini saya kira penghinana terhadap forum yang terhormat ini, mustinya dijelaskan apa adanya, masalah ini muncul kalau kita hanya dengan menggunakan filosofi tidak mungkin ada asap tanpa ada api, ini ada asap, ini asap, pasti ada api, pasti terjadi sesuatu di dalam yang tidak beres, apa itu.

Indicator yang pertama proses hukum adalah orang, kemudian kejaksaan berani

melakukan langkah-langkah hukumnya kemudian sampai kemudian ada yang tersngaka. Ini mustahil kalau tidak ada norma hukum yang bisa menjerat itu. Apakah ini kemudian hanya persoalan cara pandang yang berbeda antara Kementerian Kominfo sama Kejaksaan, saya kira mungkin lebih dari itu, apa lebih dari itu inilah yang perlu kita pahami. Tidak mungkin tanpa ada norma hukum yang jelas, yang nyata, kemudian berani menjatuhkan status tersangka.

Memang banyak sekali tuduhan-tuduhan hukum, sangkaan-sangkaan hukum karena di

peradilan kita seperti itu, tetapi baik. Ini kalau dalam kaitan Indosat saya kira saya harus dalami lebih jauh, tidak mungkin itu, pasti ada sesuatu. Itu yang kesatu.

Yang kedua bapak-bapak, persoalan indosat ini bukan hanya persoalan hukum, bukan

hanya soal dia statusnya sebagai penyelenggara, pengguna jaringan dan lain-lainnya itu, tetapi ini menyangkut bisnis dengan menggunakan ranah public yang terbatas. Ini terkait dengan barang gaib, kekayaan Negara yang agak gaib ini. Tetapi itu harus kita imani, kita harus beriman pada para gaib ini bahwa frekuensi yang gaib ini dalam konteks Negara ini yang harus kita imani bahwa ini untuk sebesar kemakmuran rakyat dan itu barangnya ada, itu ada dan keberadaannya itu bisa untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Oleh Karena itu maka terkait dengan ranah public yang terbatas ini kita tidka bisa menyamakan serta merta hukum-hukum yang terkait dengan hukum yang biasa. Pak Ketua. KETUA RAPAT:

Page 11: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

11

Kita mendengarkan, Gus Choi, justru kita sekaligus juga membahas pernyataannya Gus Choi, sambil ini juga bisa kita dnegarkan, tenang saja.

F-PKB (DR. H. A. EFFENDY CHOIRIE, MH):

Baik, begitu Bapak-bapak, jadi cara pandang kita ketika Bapak-bapak berbisnis dengan menggunakan ranah public yang terbatas ini, ini bisnisnya tidak serta merta sama, disamakan dengan berbisnis di dunia yang lain. Ini bisnisnya menggunakan ranah public yang terbatas. Oleh karena itu posisi DPR harus mengkaji lebih jauh, harus mendengarkan sebanyak-banyaknya orang yang mengerti teknis yang sudper teknis ini selain hukum-hukum yang terkait dengan hukum bisnis, yang terkait dengan filosofi dunia frekuensi dan seterusnya.

Oleh karena itu yang kita undang bukan hanya Kominfo, bukan hanya wakil dari

Kejaksaan, tetapi juga ahli-ahli yang lain, saya kira begitu, sehingga ketika kita mengambil sikap perlindungan atau apa itu komprensif. Begitu, saya kira begitu Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Bapak Effendy Choirie. Kami persilakan selanjutnya Bapak Tri Tamtomo di sebelah kiri kami.

F-PDIP (H. TRI TAMTOMO, SH):

Terima kasih. Pimpinan dan Rekan-rekan Anggota Komisi I yang saya hormati, Bapak Dirut PT. Indosat, IM2 dan Pendamping yang saya banggakan, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Mendengar penjelasan yang disampaikan oleh pihak Bapak, tentunya kita harus mensikapi ini dengan arif, bijak, namun penuh kepastian. Kalau kita lihat dari apa yang Bapak sampaikan tentu dari apa yang tadi dijelaskan pihak Bapak adalah sebagai penyelenggara jasa jaringan, kemudian juga sebagai penyelenggara jaringan itu sendiri, dan pertanyaannya, kenapa pihak Kejaksaan masuk dalam hal ini dengan dugaan pelanggaran. Kalau kita lihat disini, apa yang disampaikan Gus Choi karena di sini ada kegiatan bisnis dan pelaku bisnis itu sendiri. Di sini pihak Kejaksaan sudah memberikan suatu vonis bahwa telah terjadi pelanggaran. Kemudian apa yang dituduhkan ini suka, tidak suka, memberikan dampak pencitraan, kemudian nama baik, kehormatan dan harga diri, sehingga suka, tidak suka, terjadi krisis kepercayaan.

Kemudian kalau kita tengok dari apa yang tadi saya sampaikan didepan, ada keganjilan

dan disitu juga ada kelemahan, kenapa demikian? Kalau kita tengok di sini Pak, bahwa Undang-Undang Dasar 1945, negara wajib memberikan perlindungan kepada segenap bangsa dan negara. Kemudian di sini karena menyangkut seperti apa yang disampaikan Pak Mardani tadi, ada demokrasi ekonomi yang sedang bergerak, ini bisa terganggu.

Kemudian keganjilan kedua, kita lihat bahwa ada 2 kementerian lembaga yang merupakan

institusi pemerintah memberikan suatu pandangan yang berbeda. Ini suatu kondisi yang luar biasa. Kelemahan kalau kita lihat K3I diantara kementerian lembaga tadi tidak matching. Oleh karena itu nanti kami perlu mendapatkan kejelasan dari Bapak terlebih dahulu penyelenggara jasa jaringan seperti apa, penyelenggaraan jaringan itu sendiri bagaimana, sehingga kami nanti dalam menentukan sikap, tentu kami perlu kehati-hatian, kenapa demikian? Karena dari alasan-alasan yang mungkin diambil Kejaksaan yang berkait dengan bisnis dan pelaku bisnis, ada hal-hal yang kita tidak tahu secara garis besar, karena tadi Bapak menyampaikan diberi peluang memberikan penjelasan hanya sebatas sekelumit. Oleh karena itu saran kami kepada Bapak Pimpinan, tolong Pak, dengan waktu yang tersedia, kita mengundang kementerian yang terkait dengan pihak tiga yang tadi melakukan suatu intervensi plus pakar-pakar yang punya kompetensi didalam hal ini, sehingga didalam memberikan suatu kesimpulan untuk ditindaklanjuti, kita dalam suatu kondisi

Page 12: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

12

utuh dan bulat, sehingga nanti dalam penyampaian pada pihak pemerintah, ini bisa memberikan solusi yang terbaik. Demikian Pak. Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Tri Tamtomo. Selanjutnya kami persilakan Ibu Meutya Hafid, nanti disusul oleh, Ibu Meutya Hafid kami

persilakan, atau di sebelah kanan masih ada lagi yang daftar? Ya lanjut Ibu Meutya. F-PG (MEUTYA VIADA HAFID):

Terima kasih Ketua. Ada beberapa poin tadi yang kita dengar, baik itu dari Direksi Indosat ataupun juga dari

kawan-kawan Komisi I, ada kekhawatiran-kekhawatiran atau ketidaknyamanan mendengar bahwa pemerintah dalam hal ini ada beberapa instansi yang berbeda pendapat dalam satu kasus. Kemudian yang kedua, ada ketidakpastian dalam iklim investasi, tapi bagi saya yang paling menggalaukan saya adalah sebagai Anggota Komisi I adalah bahwa ada kemungkinan potensi ancaman besar terhadap industri telekomunikasi, karena untuk di industri yang sangat strategis dan kita bersaing dengan negara-negara lain dalam hal ini industrinya tidak boleh, wajib bagi saya, harus kita lindungi karena memang ini industri yang sangat strategis, khususnya di masa depan. Tapi dalam hal ini saya sepakat dengan senior saya, Gus Choi yang tadi sudah bicara, yang wajib kami lindungi di Komisi I adalah industri telekomunikasi, bukan Indosatnya, bukan IM2nya. Jadi kami tentu masih perlu mempelajari dari masukan-masukan yang sebelumnya saya ucapkan sekali lagi terima kasih, karena ini menjadi masukan yang sangat baik bagi Komisi I untuk kemudian kita pelajari lebih lanjut.

Dalam rangka melakukan perlindungan-perlindungan yang memang menjadi kewajiban

kami karena sudah komitmen dan kewajiban kami untuk telekomunikasi ini harus booming, harus besar, harus menjadi industri yang dapat dimanfaatkan secara besar-besaran bagi rakyat Indonesia, kami juga tetap harus patuh terhadap Kejaksaan Agung yang merupakan satu pilar utama hukum negara ini. Jadi tidak bisa juga semena-mena atau tanpa hati-hati kita memberikan rekomendasi atau perlindungan.

Yang terakhir menjadi penting sekali lagi karena industrinya sangat penting dan jangan

sampai tidak terjadi, ini saran untuk Pimpinan, Komisi I wajib memanggil kementerian terkait yang dalam hal ini adalah mitra kita, Kementerian Komunikasi dan Informasi sekali lagi karena melihat bobot strategisnya dari industri ini. Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih Bu Meutya. Dari sebelah kiri sudah tidak ada lagi. Kita, oh, apakah ada persoalan intelijen yang mau

ditanyakan? Kami persilakan Ibu Nuning. Beliau ini adalah pakar intelijen kami, doktor untuk intelijen, ini menarik ini, jangan-jangan ada hal intelijen yang mau disampaikan.

Silakan Bu. F-P HANURA (DR. SUSANINGTYAS NEFO HANDAYANI K., M.Si.):

Menarik sih tidak juga lah, kalau menarik kalau saya hanya ngobrol dengan Pak Eric Meyer itu baru menarik. Ya saya hanya sedikit ingin menambahkan, setuju tadi dengan yang disampaikan Bu Evita, harus disampaikan secara jelas dan lugas supaya nanti apa yang disampaikan ini kita tidak juga kacau balau, yang kita selesaikan ini memang betul-betul tadi apa yang disampaikan Gus Choi, kalau benar, kita bela, kalau tidak benar, ya tidak kita bela.

Page 13: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

13

Tadi saya mendengar rekan-rekan semua mengusulkan bahwa nanti mengundang Kejaksaan, mengundang Kominfo, saya rasa ada satu lagi yang perlu, yaitu BPK, karena menurut Kejaksaan itu sudah dengan audit BPKP.

Saya rasa itu saja dari saya, tidak ada masalah intelijen, nanti kita sampaikan secara diam-

diam saja kalau intelijen. Terima kasih. KETUA RAPAT:

Selanjutnya, jadi ini pertanyaan-pertanyaan penting sekali. Saya ingin mengingatkan kita semua, sehingga kita mendapatkan pengetahuan ataupun hal yang komprehensif menyangkut masalah ini. Jadi argumentasinya tolong nanti disampaikan secara lebih jelas, lebih jernih sehingga untuk membantu kita untuk penelusuran masalah ini, diluar dari proses hukum yang sudah berjalan tadi. Kami persilakan Pak Chandra. F-PAN (Ir. CHANDRA TIRTA WIJAYA):

Terima kasih. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pimpinan Komisi I dan juga Rekan-rekan Komisi I, Direksi Indosat dengan jajarannya, Direksi IM2,

Boleh kalau saya sedikit keluar dari topik ini bahwa hubungan saya pribadi dengan Indosat ini panjang. Jadi dari 2002 sampai sekarang, saya masih tidak setuju Indosat dijual. Jadi terus kita berjuang dan berapa kali saya ke Pengadilan Tata Usaha Negara ataupun segala macam kita sudah laksanakan, ketidaksetujuan kita itu banyak atas dasarnya waktu penjualan tahun 2002 yang dilakukan oleh ya waktu itu pemerintahan Ibu Mega dengan Menteri BUMNnya Pak Laksamana Sukardi. Jadi waktu itu memang kita anggap bahwa Indosat ini strategis dimana waktu itu masih ada Lintas Artha ya juga masih ada, masih menggunakan, kemudian satelit. Jadi ada dasar-dasar yang menurut kita bahwa telekomunikasi ini harus dikuasai oleh negara. Jadi kita mulai demo segala macam sampai kepada waktu itu kami mengajukan kepada KPPU, dimana tidak boleh saham yang dimiliki dalam telekomunikasi ini terlalu banyak oleh Singtel, SPT yang berafiliasi, dan akhirnya kita dimenangkan dimana beberapa operator harus membayar, kemudian STT Telkom menjual kepada Qtell, ini juga proses. Jadi ... dengan Pak Marwan Batubara, mungkin teman-teman juga tahu ini teman-teman ini semua di sini. Kita dengan Venisano, itu teman-teman perjuangan lama, ketemu lagi sekarang. Kalau dengan Pak Alex Rusli ini kawan baik waktu di BUMN Pak ya, staf khususnya Pak dan saya tahu integritasnya dan kebetulan saja sekarang ini dapat permasalahan yang cukup pelik masalah IM2.

Masuk ke kasus ini, ada beberapa hal yang mungkin saya juga sama dengan rekan-rekan

bahwa kami ini tidak bisa membela atau tidak bisa juga menyalahkan, karena memang ini ada proses hukum yang berjalan, dan juga kepada masyarakat yang antipati dengan pemanggilan Bapak, dianggap mengintervensi, kami juga harap tentu paham, bahwa kami hanya melihat bahwa di sini ada 14% sekian milik negara, tapi juga kepada yang meminta bahwa mendukung Indosat, itu juga tidak betul, karena Indosat bukan lagi BUMN, karena sudah dibawah 50% dan Indosat juga sudah punya publik. Jadi dipersilakan mengurus dirinya sendiri.

Saya hanya mau mengembalikan kepada ketika Indosat, XL dan Telkomsel mendapat

frekuensi 2,1 Ghz generasi ketiga 3G, itu Telkom dan Xl itu apakah polanya sama dengan Indosat dan IM2 dalam melakukan penyelenggaraan jasa telekomunikasinya. Jadi kalau memang Telkomsel kemudian menjalankan sendiri, kemudian XL menjalankan sendiri, kemudian Indosat melakukan kerjasama dengan IM2 meskipun anak perusahaan dari Indosat, karena disini saya melihat 97% sahamnya Indosat, tapi ini juga akan menimbulkan celah-celah juga. Jadi jangan juga ini dipresepsikan apabila Kejaksaan itu melakukan pemeriksaan atau melakukan tuduhan, itu adalah untuk perbaikan semua pihak. Jadi usaha-usaha sama ketika kemarin Telkomsel dipailitkan. Kita juga tidak bisa mengintervensi, tapi kita meminta Direksi Telkomsel, Direksi Telkom dan

Page 14: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

14

Kementerian BUMN untuk aktif dalam hal membuktikan bahwa ini tidak salah. Meyakinkan semua pihak terutama hakim di pengadilan, karena Telkomsel itu BUMN, DPR waktu itu Komisi I dan Komisi VI itu dibelakang TELKOMSEL, dibelakang TELKOM, itu bisa, tapi kalau kasus Indosat ini ya karena memang ketika kita ributkan jangan dijual, tetap dijual ya silakan saja Bapak berjuang sendiri, tapi kami hanya bisa memberikan dorongan moral bahwa Bapak harus meyakinkan secara hukum bahwa ini tidak menyalahi, karena waktu kita meminta untuk tidak dijual saja, saya sampai bolak-balik Kejaksaan Agung itu tidak pernah bisa diteruskan kasusnya, tapi kok ini dengan mudahnya bisa diteruskan kasusnya.

Dulu lawyer-nya hebat-hebat lawannya, Todung Mulya, Lucas, sekarang Bapak-bapak

pakai lawyer siapa? Ini hanya saya karena story-nya panjang dan tahu persis sekarang, sampai sekarang pun saya tidak rela Indosat di tangan luar itu saya tidak rela. Pada suatu saat saya akan beli ini Indosat, tidak perlu, duitnya bukan duit kita, asal ada policy dari pemerintah, silakan, Pak Chandra beli, beli, duit datang sendiri, dan itu pernah kita lakukan setelah KPPU kita mau beli, keburuan dijual ke Qtell.

Jadi maksud saya, sebenarnya potensi dari, waktu dulu masih bersinar ya, kalau sekarang

ini memang karena pelanggannya sudah stag, sudah ratusan juga, TELKOMSEL, XL, jadi memang harus ada inovasi-inovasi yang dari Bapak yang harus lebih lagi, tidak hanya mengandalkan selular, sekarang sudah ada blackberry, sudah ada macam-macam, memang Bapak-bapak disini diperlukan lebih inovatif lagi, memang dalam kasus IM2 ini adalah batu sandungan untuk Bapak ... karena saat ini kami melihat bahwa Indosat sudah hampir ke uber ini oleh XL. Jadi meskipun kita sudah tidak begitu membantu Indosat karena hanya 14% milik negara, tapi dibandingkan dengan XL yang sama sekali tidak ada saham dari pemerintah, kami masih berpihak ke Indosat. Bagaimana direksi baru ini di samping ada kasus ini, memperbaiki kinerja, jangan sampai ke uber dengan XL yang direktur utamanya pernah jadi direktur Indosat, Hasno dan dia yang menyetujui penjualan, dia lari ke XL. Jadi saya hafal semuanya di Indosat dan itu saya hafal, karena masih sampai sekarang saya tidak setuju bahwa Indosat dijual ke luar. Itu saja dari saya. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Chandra. Saya kira perlu ditutup sama senior hukum kita. Ini juga tadi dicari pengacara terkenal, di

Komisi I juga ada pengacara terkenal kita, tapi sekarang menjadi legislator. Bapak Maiyasyak, kami persilakan. F-PPP (MAIYASYAK JOHAN, SH, MH):

Ini berat ini Ketua. Dari Komisi I, nomor 1, nomor 7, kita nomor 5, saya pikir dari Komisi I lah ya biar jelas. Terima kasih Saudara Ketua.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Sudah banyak sekali pendapat, tapi saya ingin masuk langsung pada pertanyaan yang

sederhana kepada teman-teman dari Indosat. Pertanyaan saya ini sebenarnya ada yang sudah terjawab tapi ada yang belum. Terlepas sudah terjawab atau belum, saya tetap ingin mengajukan pertanyaan karena ini kata kuncinya menurut hemat saya di sini.

Pertama, apa status hukum dari kasus ini sekarang? Apakah masih dalam proses

pendidikan, atau sudah P21 atau sudah dalam proses peradilan. Saya pikir yang menjawab biarkan saja, pertanyaan ini perlu dijawab dengan jelas oleh Indosat kepada Komisi I sehingga Komisi I bisa mengetahui sampai batas mana dia dapat ikut me-maintenance masalah ini terutama dalam rangka menjaga kepastian hukum. Karena apabila hal ini tidak clear, maka posisi Komisi I bisa menjadi sangat dilematis, bisa dianggap intervensi, tapi bisa dianggap tidak peduli terhadap proses penegakkan hukum kalau terjadi abuse of power. Karena itu di sini masalah yang harus jelas sama kami.

Yang kedua, Komisi I barangkali perlu juga mendapatkan penjelasan dari perspektif Indosat, apa status dari lisensi yang memberikan hak penggunaan frekuensi kepada Indosat dilihat

Page 15: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

15

dari segi hukum. Bagaimana sebenarnya pemahaman dari Indosat. Karena esensinya itu disini menurut hemat saya. Dari sini barulah kita bisa melihat apakah perbuatan yang dilakukan oleh Indosat dan IM2 itu merupakan perbuatan pidana atau bukan. Ada dalam rezim hukum bisnis atau dalam rezim hukum pidana, itulah masalahnya. Persoalannya ini tidak terlalu jauh, tidak pakai sampai mengancam dunia industri. Ini persoalannya adalah persoalan kejelasan hukum. Saya sudah baca dokumen surat yang dikeluarkan oleh Menkoinfokom. Saya pikir nanti akan saya klarifikasi kepada mereka karena ada beberapa hal yang barangkali apakah itu domain mereka atau bukan, karena yang menyatakan salah suatu perbuatan itu pengadilan kalau dia masuk dalam kualifikasi perbuatan melawan hukum, tetapi prosesnya ini ada kejanggalan, ya, tapi kejanggalan ini saya pikir belum disikapi dengan benar juga oleh teman-teman Indosat. Misalnya di sini ada di halaman berapa ini disebutkan di situ BPKP tidak pernah melakukan audit dan menyatakan kerugian negara. Kalau betul BPKP benar tidak pernah melakukan audit, kenapa pihak Indosat tidak mengambil langkah hukum terhadap pihak BPKP.

Saya belum pernah mendengar bahwa BPKP bebas dari kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan apa yang diperbuatnya. Kalau ada dokumen audit yang dipakai oleh Kejaksaan Agung, dan benar tidak pernah dilakukan audit oleh BPKP, itu menurut hemat saya, boleh dibuka itu Pasal 263 KUH Pidana. Pemerintah bisa juga melakukan perbuatan pidana yang di situ pasti oknumnya, tapi apa benar ini? Itu kenanya Pasal 263 itu. Kemudian saksi ahli tidak dipertimbangkan. Ya, yang mempertimbangkan itu ya tentu Majelis Hakim, bahwa Kejaksaan pasti tidak berada pada posisi mempertimbangkan. Soal penggunaan undang-undang, saya pikir tidak masuk kualifikasi kejanggalan dia itu ya. Saya kira itu beberapa hal yang penting yang mendapat perhatian dari saya.

Dan yang terakhir sebagaimana teman-teman yang lain, kita perlu juga ini penjelasan lebih

rinci dan detail dari pihak Indosat, karena kalau tidak, saya khawatir apa yang mau kita tanggapi, nanti betul pula seperti yang dibilang Ibu Evi tadi, keliru angle-nya. Saya pikir tentu tidak keliru penjelasan yang rinci yang dibutuhkan. Terima kasih Ketua. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Saya kira pertanyaanya sudah bisa di-cluster-kan dan mengerucut disini dan kami persilakan kepada Dirut PT. Indosat untuk menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan atau merespon tanggapan-tanggapan dari rekan-rekan Komisi I tadi, setelah itu disusulkan oleh Pak Ridwan nanti untuk dijawabkan secara komprehensif juga Pak, nanti Gus Choi bisa bertanya lagi disana soal itu. Kami persilakan Pak Alex. DIRUT PT. INDOSAT (ALEX):

Terima kasih Pak Ketua. Mohon izin saya akan menanggapi komentar dan juga mencoba menjawab beberapa

pertanyaan dari Anggota Dewan yang terhormat dan kemudian di ujung saya juga mohon izin salah satu tim dari kami untuk menjelaskan secara teknis sesuai dengan permintaan yang telah diminta terkait dengan penyelenggara jaringan dan penyelenggara jasa.

Untuk pertanyaan nomor satu dan komentar nomor satu, Pak Max, terima kasih atas

dukungan Bapak dan kami mohon bantuan pada saat memanggil saksi ahli. Selain saksi ahli yang menjadi rujukan kejaksaan dipanggil, kami juga mohon saksi ahli-saksi ahli lain yang memiliki kredibilitas juga mohon dapat juga dihadirkan, sehingga bisa didapatkan pandangan yang lebih objektif terkait dengan masalah ini.

Juga pertanyaan di nomor dua, kami selama ini bergerak dibagi dalam domain atau

ekosistem Undang-Undang Nomor 36, dan Undang-Undang Nomor 36 itu juga sebetulnya memberikan ada komponen penyidik di dalam Undang-Undang Nomor 36. Dan kami selama ini

Page 16: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

16

tunduk terhadap semua komponen berada dalam ekosistem dan apabila kami selama ini dipandang salah biasanya yang turun itu memang tim dari penyidik dari Depkominfo. Ini yang kami lihat sebagai suatu hal yang janggal, karena kami lihat bahwa Undang-Undang Nomor 32 ini lengkap dengan segala macam perangkat yang ada, hal ini dibawa ke arah pidana korupsi, itu yang menurut kami agak janggal dan oleh karena itu kami berterima kasih diberikan kesempatan hari ini untuk menyampaikan pandangan kami.

Terkait pertanyaan Ibu Evita, IM2 adalah penyelenggara jasa, itu adalah jelas, dan

Undang-Undang Nomor 36 itu memang memberikan izin bagi penyelenggara jaringan untuk pihak lain menggunakan jaringan tersebut. Ini di Undang-Undang Nomor 36 itu memang mekanismenya itu diatur melalui proses business to business, ada. INTERUPSI F-PDIP (DRS. HELMI FAUZY): Pimpinan,

Kalau bisa saya interupsi sebentar soal ini, Pimpinan. Saya ingin klarifikasi dari Indosat, karena terkait dengan penyelenggara telekomunikasi ini,

IM2 dikatakan hanya dapat melaksanakan kegiatan menggunakan jaringan tetap tertutup dengan ruang lingkup layanan terbatas, sesuai dengan Pasal 33 ayat (1) Kepmen Perhubungan Nomor 20 Tahun 2001. Yang menjadi persoalan kemudian IM2 menggunakan frekuensi 3G yang bergerak selular milik PT. Indosat Tbk. Disini yang saya pikir perlu kita klarifikasi. DIRUT PT. INDOSAT (ALEX):

Mohon izin tim teknis menjelaskan. TIM AHLI PT. INDOSAT:

Terima kasih Pak. Menyambung penjelasan dari Pak Dirut, bahwa penyelenggara jasa itu dalam Undang-

Undang Nomor 36 itu diperbolehkan menggunakan jaringan milik penyelenggara jaringan Pak. jadi dalam hal ini adalah jaringan bergerak seluler yang digunakan. KETUA RAPAT:

Pasal berapa Ibu tadi? TIM AHLI PT. INDOSAT:

Pasal 9 ayat (2). KETUA RAPAT:

Kurang dengar Ibu suaranya halus sekali. TIM AHLI PT. INDOSAT:

Pasal 9 ayat (2). KETUA RAPAT:

Baik, terima kasih. F-PDIP (EVITA NURSANTY, M.Sc):

Saya rasa belum terjawab pertanyaan saya tadi Pak ya. Saya juga tanya, oke, disini IM2 sebagai jasa penyedia telekomunikasi, tidak jaringan, tetapi tadi Bapak mengatakan berdasarkan

Page 17: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

17

undang-undang bisa Indosat itu boleh menyewakan, iya kan? Bapak mengatakan, tapi kalau kita mengacu kepada perjanjian kerjasama antara Indosat dan IM2, itu profit sharing Pak, tidak sewa menyewa, nah ini yang saya tanyakan. Kalau memang perjanjian kerjasama antara Indosat dan IM2 itu profit sharing, keberadaan daripada IM2 itu, itu adalah penyelenggara jaringan, sementara di undang-undang, Indosat itu tidak boleh mengalihkan haknya itu kepada yang lain, nah kejelasan ini, positioning daripada IM2 ini apa? Kalau dia sebagai penyelenggara jasa, itu perjanjiannya seharusnya sewa menyewa seperti ISP yang lain-lain Pak, perjanjian itu adalah sewa menyewa, tetapi perjanjian kerjasama Indosat dan IM2 itu profit sharing Pak. Disinilah angle tadi yang Pak Maiyasyak yang dilihat oleh Kejaksaan saya rasa, karena ini profit sharing, berarti kan IM2 punya profit, pajak dan lain-lainnya itu mungkin bisa diberi kejelasan positioning IM2 itu sendiri Pak mengacu kepada perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak. Terima kasih. KETUA RAPAT:

Silakan Pak Alex. Saya kira penting ini menjawab pertanyaan Ibu Evita.

DIRUT PT. INDOSAT (ALEX):

Memang Bu, kami mengacu pada aturan dimana IM2 sebagai penyelenggara jasa diperbolehkan menggunakan jaringan milik penyelenggara jaringan, memang pegangan kami seperti itu Bu, dan pegangan kami juga bahwa penggunaan tersebut harus tertuang dalam bentuk PKS (Perjanjian Kerja Sama), dan dimana model bisnisnya itu diserahkan kepada para pihak bahwa dalam substansinya Bu, tidak ada, di dalam substansi itu tetap ada perjanjian sifatnya menyewakan Bu. Makanya walaupun dalam substansi perjanjian bisnis ini kata-katanya menggunakan kata-kata profit sharing, tapi pada substansi tidak ada, kalau sebagai penyelenggara jasa, IM2 tidak memiliki akses terhadap. KETUA RAPAT: Pak Alex,

Pasal perjanjiannya seperti apa? Di pasal berapa itu? DIRUT PT. INDOSAT (ALEX):

Mohon maaf, mungkin saya tambahkan atau ditegaskan, memang di kalimat perjanjian itu revenue sharing, tapi kalau dilihat kedalam itu ada angkanya bulat, berapa ratus rupiah per kilobyte. Jadi sebenarnya itu sewa menyewa bukan revenue sharing. Jadi itu hanya judul revenue sharing tapi di perhitungan cara perhitungannya itu sewa menyewa, dengan ada angkanya berapa, kalau internet itu berapa rupiah per kilobyte, mungkin itu. F-PDIP (EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Kemudian ini di Pasal 6, saya punya copy-nya Pak, perjanjian kerjasama Bapak dengan IM2. Ada di pasal 6 memang 350, tetapi di sini di perjanjian juga mengatakan bahwa IM2 itu boleh menaikkan menjual dengan harga yang sama, menurunkan atau menaikkan kan begitu, dengan revenue sharing 65-30 something lah, disini ada, yang saya tanyakan itu, inilah posisi IM2 ini menyewa mungkin ini kadang-kadang kesalahan administrasi didalam melakukan kontrak kerja Pak ya. Jadi saya katakan tadi ada orang yang bisa melihat dari angle yang berbeda sehingga kita terbendung dengan itu. Kalau Bapak katakan sewa menyewa dengan profit sharing itu sama, saya katakan tidak sama profit sharing dengan sewa menyewa. Iya, karena itu yang mesti ditegaskan dulu Pak, kita ingin jelas. Ini sebenarnya Kejaksaan ini melihat dari angle yang mana, begitu. Terima kasih. KETUA RAPAT:

Page 18: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

18

Kami persilakan Pak Ridwan ya. PT. INDOSAT:

Jadi dari kejadian atau operasional tiap hari, itu waktu settlement itu selalu berbasisnya bukan persentasi itu tapi dari angka tarifnya itu. Jadi ini memang pure sewa bukan revenue sharing. Harga memang kita bisa naikkan, turunkan, tapi kita selalu diatas karena kan itu kita lihat ke market-nya apakah dia bisa terima harga lebih tinggi atau kita harus sesuaikan dengan market-nya. Mungkin itu penjelasan dari kami. KETUA RAPAT:

Ya, kita dapal rapat dengar pendapat ini mendengarkan penjelasan-penjelasan yang segala sesuatunya kan ter-record ya, terekam dan untuk pendalaman-pendalaman kita persilakan tetap, tetapi kalau tidak cukup, untuk sementara demikian ya, Ibu Evita, sudah cukup. Silakan Pak Alex meneruskan. DIRUT PT. INDOSAT (ALEX):

Mungkin Pak Ketua, karena beberapa pertanyaan memang terkait mengenai definisi pengertian penyelenggara jaringan dan jasa, mohon izin diterangkan lebih dahulu sebagai dasar ... kita semua. Mohon izin, Pak Fajar?

PT. INDOSAT (FAJAR):

Terima kasih Pak Alex. Saya Fajar Pak.

KETUA RAPAT:

Tapi saya kira singkat saja Pak ya, karena soal beda penyelenggara itu sudah kita pahami.

PT. INDOSAT (FAJAR):

Oke Pak, substansi dari sangkaan yang disampaikan oleh Kejaksaan itu adalah bahwa IM2 menggunakan frekuensinya Indosat. Jadi kami tegaskan disini yang dipermasalahkan adalah masalah menggunakan frekuensinya Indosat, itu ya. Padahal dalam PKS kalau Bapak/Ibu lihat disitu tidak ada satu pun pasal yang membahas mengenai penggunaan frekuensi, semuanya terkait dengan penggunaan jaringan, dimana yang disebutkan Pak Alex tadi penggunaan jaringan oleh penyelenggara jasa itu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Pasal 9 ayat (2). Jadi Kejaksaan itu tidak mengarah seperti yang Ibu Evita tadi angkat masalah sewa menyewa dan sebagainya tapi menuju ke penggunaan frekuensi. Jadi debatnya itu masalah penggunaan jaringan atau penggunaan frekuensi, karena kalau penggunaan jaringan itu di Undang-Undang Nomor 36 sudah disebutkan disitu sudah jelas bahwa itu memang diperbolehkan even diwajibkan, karena di pasal berikutnya disebutkan bahwa penyelenggara jaringan itu tidak boleh menolak permintaan dari permintaan dari penyelenggara jasa, itu di PP 52 Pak Tahun 2000. Penyelenggara jaringan tidak boleh menolak permintaan dari penyelenggara jasa. Jadi itu couple, bahwa penyelenggara jasa harus menggunakan jaringan milik penyelenggara jaringan dan penyelenggara jaringan tidak boleh menolak permintaan dari penyelenggara jasa, itu aturannya seperti itu.

Nah sekarang debatnya adalah apakah IM2 itu menggunakan jaringan atau menggunakan

frekuensinya Indosat? Disitulah letak perbedaan persepsi antara Kominfo, Indosat maupun industri secara umum dengan Kejaksaan. Jadi Kejaksaan menganggap bahwa IM2 itu sudah menggunakan frekuensinya Indosat. Itu yang kita juga bingung bagaimana kok bisa dikatakan seperti itu.

Page 19: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

19

Jadi saya ambil ilustrasi ya Pak, kalau kita punya sebidang tanah, ibaratnya frekuensi itu

tanah, memang ini seperti dikatakan Gus Choi tadi sesuatu yang ghaib begitu ya tapi kita bisa coba cari ilustrasi yang mirip. Kita punya sebidang tanah ini, Pemerintah punya sebidang tanah, dilakukan tender, siapa yang bisa membangun mall di situ misalnya. Di tender, keluar pemenang, someone begitu, PT. A, dia menang tender, itulah Indosat, Indosat menang tender frekuensi, begitu Pak ya, itu jelas, Indosat, XL, Telkomsel menang tender frekuensi. Selanjutnya si pemenang tender itu kan membangun bangunannya, membangun mall-nya, seperti Indosat juga membangun jaringannya, jaringan seluler. Mall ini kan kemudian dijual kembali sama si pemilik bangunannya, dia jual lagi kepada tenant-tenant, tenant-tenant ini kan membayar kepada pemilik mall bukan dia harus membayar PBB atau harus mengurus IMB yang seharusnya menjadi kewajiban dari si pengelola bangunannya itu, nah itulah yang terjadi sekarang Pak. IM2 itu, itu kan hanya cost saja Pak di jaringannya Indosat, dan yang cost di jaringannya Indosat bukan hanya IM2, banyak yang lain, termasuk pelanggan-pelanggan biasa seperti Bapak/Ibu sekalian. Semuanya itu hanya menggunakan jaringannya Indosat. Frekuensinya itu sudah diolah oleh Indosat menjadi jaringan. Jadi jaringan dan frekuensi ini adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Jadi kira-kira penjelasannya seperti itu Pak. Kalau tadi ada pertanyaan mengenai contoh,

operator lain juga melakukan hal yang sama dengan ISP yang lain dengan Centrin dalam hal ini. Kemudian Telkomsel itu kerjasama dengan Telkom, kalau Indosat dengan anaknya, Telkomsel dengan Bapaknya, itu model kerjasamanya juga sama. Jadi kalau ini nanti menjadi preseden divonis bersalah, maka hampir keseluruhan industri akan divonis bersalah juga akhirnya. Jadi terima kasih Pak, itu penjelasan kami. KETUA RAPAT:

Ya, Pak Alex, apakah ada hal yang sudah cukupkah penjelasan yang disampaikan atau masih ada lagi. DIRUT PT. INDOSAT (ALEX):

Saya rasa terkait penyelenggara jaringan dan jasa mungkin Pak Fajar sudah menjelaskan cukup gamblang termasuk juga memberikan contoh yang sedang berlangsung juga di industri tadi XL dan kemudian Centrin, Telkomsel dengan Telkom dan bahkan IM2 juga pernah menyewa jaringan dari Mobile-8. Ini karena memang seperti dikatakan penyelenggara jasa begitu minta kepada penyelenggara jaringan, penyelenggara jaringan wajib memberikan akses.

Pertanyaan berikutnya ini terkait dengan kasus apa yang sedang berlangsung. Jadi ada 4

kasus yang saat ini berlangsung secara paralel. Yang pertama-tama, kasus Pak Indar. Pak Indar ini statusnya sebagai terdakwa dan kemarin sudah mulai sidang hari pertama. Yang juga kami kaget didalam sidang pertama, ada dua orang lain yang namanya disebut yaitu Pak Hari Sasongko, Dirut sebelum saya, dan satunya lagi Pak Kaizah Nurzi itu wakil dirut pada saat STT namanya disebut pada saat dakwaan tapi kami belum tahu statusnya seperti apa, yang pasti juga sekarang sedang berlangsung Pak Joni Swadisam sebagai tersangka dan pada saat ini saksi-saksi sedang dipanggil dan proses sudah dimulai.

Kemudian dua kasus lagi juga berjalan secara paralel Indosat Tbk sendiri sebagai

tersangka dan IM2 sebagai tersangka namun pemanggilan baru terjadi. Kami baru menerima surat panggilan dan interaksi belum dimulai. Itu yang sedang secara paralel. Mungkin dalam kesempatan ini juga saya juga ingin mengangkat pertanyaan dari Pak Maiyasyak tadi di ujung bahwa kenapa tidak mengambil sikap terhadap BPKP? Jawabannya, kami sudah melakukan proses TUN. Jadi baik kami, Pak Joni bersama dari Indosat itu men-TUN-kan BPKP terkait dengan dokumen yang mereka keluarkan menyatakan bahwa hubungan kerjasama Indosat dan IM2 menyebabkan kerugian negara dan proses itu sudah mulai hari Kamis kemarin di pengadilan, besok sudah dimulai. INTERUPSI F-PG (Drs. ENGGARTIASTO LUKITA):

Page 20: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

20

Saya interupsi, melalui Pimpinan, kiri Ketua. Jadi disitu saya baca tidak pernah ada audit. Kalau tidak pernah ada audit kan berarti

keterangannya bohong, kalau ada laporan audit, kan begitu, dan itu bukan objek TUN, objek pidana. Sekedar itu saja Ketua. Terima kasih. Jadi sudah memberikan ilustrasi-ilustrasi gambaran-gambaran. Pengacara itu bisa mencari kesalahan, bisa juga mencari pembenaran itu ketua. KETUA RAPAT:

Ada yang bisa dielaborasi disitu atau cukup segitu saja? F-PG (Drs. ENGGARTIASTO LUKITA):

Cukup Ketua, yang dia sebentar lagi ... jangan sampai dihilangkan. KETUA RAPAT:

Kita lanjutkan supaya rapat kita tidak kemana-mana. F-PDIP (EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Saya cuma kurang setuju tadi Bapak mengambil contoh seperti itu, karena itu bangunan mall, kita bicara aset negara sekarang ini. Jadi tidak bisa, frekuensi ini adalah aset negara tidak bisa dikasih contoh membangun sebuah mall kemudian pemiliknya menyewakan kepada tenant-tenant-nya itu bukan suatu. KETUA RAPAT:

Jadi ilustrasinya tidak tepat? F-PDIP (EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Tidak tepat, ini aset milik negara. KETUA RAPAT:

Ya, silakan lanjut Pak. DIRUT PT. INDOSAT (ALEX):

Jadi kepada tadi pertanyaan atau pernyataan Pak Effendy Choirie, kami setuju, memang ini mengenai masalah ranah publik yang sangat terbatas, dan kami mengikuti ketentuan yang ada. Sementara itu memang ketentuan yang diikuti ya undang-undang yang berlaku Undang-Undang Nomor 36, dan apabila nanti ada perubahan terhadap undang-undang, kami juga siap mengikuti ketentuan yang baru apabila nanti ada. Pak Sri, tadi mungkin sudah mendapatkan penjelasan sedikit mengenai masalah. F-PKB (DR. H.A. EFFENDY CHOIRIE, MH):

Melalui Ketua, boleh tidak mendalami sedikit ini. KETUA RAPAT:

Silakan Pak Gus Choi. F-PKB (DR. H.A. EFFENDY CHOIRIE, MH):

Page 21: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

21

Jadi sebetulnya yang punya hak atau pengguna frekuensi ini adalah Indosat, begitu kan Pak ya. Kemudian IM2 ini, ini anak perusahaan dari Indosat. Kemudian anak perusahaan Indosat posisinya beberapa dimiliki oleh sahamnya oleh asing 65%, pemerintah hanya 14 ya? Publik berapa persen? 25 ya? Publiknya itu boleh tidak dihitung? Dari mana saja? Tidak, artinya secara umum itu asing atau dalam negeri, campur? Ya campurnya itu kemudian kalau dikomposisikan itu negerinya itu berapa, asingnya itu berapa. DIRUT PT. INDOSAT (ALEX):

Ya mungkin bisa dipastikan dari 20 itu 4% dipegang oleh beberapa pihak asing, sisanya campur di Indonesia, kan melalui transaksi banyak dilakukan di ... Pak. F-PKB (DR. H.A. EFFENDY CHOIRIE, MH):

Jadi nanti kita perlu tahu lebih jauh. Sekarang kita berbicara IM2 ini. Ini bisnis anak perusahaannya Indosat. Ini posisinya apa? Operator ya? Operator atau apa? Di pemilik saham sepenuhnya Indosat, Indosat dalam pengertian termasuk pemerintah pemiliknya, termasuk otomatis? DIRUT PT. INDOSAT (ALEX):

14% saja Pak. F-PKB (DR. H.A. EFFENDY CHOIRIE, MH):

Dia kemudian tidak punya izin sendiri untuk frekuensi, dia hanya menggunakan jaringan itu kan? Disini Pak, disinilah harus ada yang ahli menjelaskan karena itu sudah sangat teknis sekali. Bagaimana liuk-liuk, lekak-lekuk permainan disini ini, ini kita harus paham betul. Hakim-hakim ini juga saya kira perlu juga paham disini supaya tidak gampang untuk ini ya menjadikan vonis, begitu kan? Tapi kita sendiri juga harus paham disini, bagaimana? Begitu pak.

Jadi kami perlu juga mendalami yang ini sehingga perlu ada pakar khusus termasuk bisnis

dalam yang terkait dengan ini, begitu sehingga tidak salah mengambil sikap. Terima kasih. DIRUT PT. INDOSAT (ALEX):

Terima kasih Pak Effendy. Oleh karena itu kami juga sangat mendukung pandangan Bapak bahwa dalam proses

saksi ahli yang benar-benar ahli dalam hal ini Pak memang perlu dihadirkan Pak, untuk memberikan gambaran yang detail mengenai saksi ahli memang harus dihadirkan bu, kemudian pertanyaan Ibu Mutya atau pernyataan kami sepakat dan kami juga sebagai perusahaan yang bergerak di Indonesia kami mengikuti proses hukum yang ada dan apa yang kami lakukan dengan datang ke DPR pada hari ini bukan tidak bersedia dengan proses yang ada, terkait masalah interpretasi dengan UU yang ada, yang menjadi dasar kami beroperasi dan kami sepakat mengikuti ketentuan hukum yang berlaku. Ibu Nuning kami sepakat bahwa BPKP juga mungkin kami juga tidak habis pikir bagaimana BPKP mengambil kesimpulan sehingga mencapai angka kerugian 1,3 triliun kami juga mohon ijin ingin mendapat klarifikikasi mengenai hal tersebut, kami tidak pernah ditanya pendapat mengenai soal ini, kemudian terima kasih atas dukungan dan memang hal yang dilakukan Indosat bukan hal yang sebagai operator yang besar IM2 sebagai penyelengara jasa memang pernah menyewa jaringan ke Indosat tapi juga pernah menyewa jaringan kepada mobile ID mencari yang terbaik.

Seperti yang kami katakan diawal tadi 200 lebih ISP di Indonesia semuanya menggunakan skema yang sama,karna pada dasarnya konsep penyelenggaraan dan jaringan itu dibuat terpisah agar banyak pemain-pemain yang lebih kecil dan tidak butuh modal besar sebagai penyelenggara jasa, jadi memang konsep awal dipisah memang untuk itu. Begitu juga penyelenggara jaringan

Page 22: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

22

wajib memberikan akses jaringan yang meminta menggunakan jaringan. Mungkin tadi terkait dengan peryataan Pak Maisyak saya sudah jelaskan kasus yang berjalan secara pararel dan kami terkait dengan masalah rezim kami merasa tetap beroperasi dibawah Undang-Undang yang berada dibawah naungan Komisi I DPR RI. Terima kasih. Wassalamu'alikum Warahmatullahi Wabarakatuh KETUA RAPAT : Ada lagi yang ingin ditanyakan, rekan-rekan Anggota Komisi I, kalau tidak ada lagi kami akan mengambil kesimpulan. Jadi pada hari ini kita akan mengambil sikap atau posisi terhadap kasus ini banyak sekali masukan-masukan dari berbagai pihak kita perlu itu, dengan berbagai macam alasan, saya sipulkan saja secara singkat bahwa ada beberapa pihak yang pertama adalah Kominfo, yang kedua BPKP yang ketiga Mastel, APJ, dan yang kelima ahli. F-PG (DRS.AGUS GUMIWANG KARTASASMITA) : Pimpinan karena ini sebenaranya kalau kita lihat ini suatu proses hukum yang sedang telah berjalan P21 karena itu Pimpinan perlu berhati-hati dalam kasus ini jangan sampai kita dipandang melalukan suatu intervensi proses hukum yang sedang berjalan dan kita juga harus meletakan ini sebagai suatu proses gelar perkara P21, sehingga penting untuk melibatkan Kejaksaan untuk kita dengatkan duduk persoalannya dimana. Yang menjadi fokus kita disisi lain adalah bukanlah proses hukunya itu sendiri, karena kasus hukum itu domainnya sendiri yang tidak akan kita intervensi,yang perlu kita pikirkan implikasinya untuk kepentingan publik secara keseluruhan, dan yang kedua sayapikir yang perlu kita persoalkan bagaimana dua pangkal negara bisa saling berbeda terhadap suatu permasalahan masing-masing agen kekuasaan negara...suara tidak jelas, justeru ini yang jadi fokus kita Pimpinan KETUA RAPAT : Baik kita tampung Pak...silahkan F-PKB (DR.H.A.EFFENDY CHOIRIE.MH) : Harus kita tegaskan bahwa kita tidak ikut intrevensi dalam proses hukum jalan terus. Karena itu jadi jangan ada konotasi sedikitpun bahwa kita akan ikut campur intrevensi dalam urusan hukum, ini harus jalan terus. Yang kedua yang juga penting untuk diberi catatan sekali lagi bahwa disini harus selalu kita tegaskan berbisnis dengan menggunakan ranah publik yang terbatas ini berbeda dengan ranah lain, oleh karena itu ingin mengejar lebih jauh dan kita memang harus ahli...suara tidak jelas, kemudian pajaknya ini bagaimana dan ujungnya nanti bisa kita baca. Pemasukan untuk kepentingan negara masyarakat atau korporat ini kan diranah publik disini kita akan lihat dan perlu ahli F-PG (DRS.AGUS GUMIWANG KARTASASMITA) : Kita akan mengundang Kominfo, BPKP, Mastel, JII, pakar-pakar, para ahli kemudian menusulkan untuk mengundang Kejaksaan Agung. KETUA RAPAT : Baik jadi kesimpulan rapat rengar pendapat umum kita pada sore hari ini dengan PT Indosat dan PT Indosat Mega Media IM2 kami bacakan disini

1. Komisi I DPR RI akan meng agendakan rapat dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kejaksaan Agung, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, pakar saksi ahli dibidang telekomunikasi guna mendapatkan penjelasan yang konprehensif, kita akan undang pihak-pihak yang relevan dan terkait dengan persoalan ini guna mendapatkan penjelasan yang konprehensif mengenai kasus PT Indosat Tbk dan PT Indosat Multi Media IM2 terkait dugaan penyalahgunaan ijin jaringan generasi ketiga atau 3G. Baik reka-rekan Komisi I setuju.

Page 23: K1 risalah risalah_rapat_dengar_pendapat_umum_(rdpu)_dengan_direksi_pt_indosat_terkait_kasus_im2

23

( RAPAT SETUJU)

F-PG (DRS.AGUS GUMIWANG KARTASASMITA) : Pimpinan, setuju Cuma perlu diletakan esensi pokok kita yang tadi dikatakan oleh Gus Coy bahwa kita terus mendorong mendukung proses hukum terkait kasus ini sesuai dengan UU yang berlaku. Karena ini tidak mengatakan salah atau tidak karena proses ini sudah P21 jadi tidak ada intrevensi seolah-olah kita mendeponer ini, jadi saya pikir begitu, jadi justeru pendekatannya agar proses hukumnya kita dorong sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku F-PDIP (EVITA NURSHANTY) : Pimpinan apa perlu kita melakukan RDPU,pemanggilan..pemanggilan yang lain-lain itu internal kita, jadi tidak usah pakai kesimpulan jadi kita hanya minta masukan, tidak perlu ada kesimpulan Pimpina, nanti kesimpulan ini bisa dimanipulasi, tidak usah ada kesimpulan KETUA : Biasanya, ini berdasarkan kepada bukan kesimpulan tapi juga catatan, tapi tergantung dari kesepakatan, rekan-rekan sekalian bersepakat ini dijadikan sebagai catatan, sebelum kami bacakan kesimpulan apakah ada lagi yang ingin disampaikan. Baik dengan catatan kita tadi maka rapat dengar pendapat umum ini hari ini kiami tutup dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbilalamin Assalamu'alikum Warahmatullahi Wabarakatuh (RAPAT DITUTUP PUKUL : 16.25 WIB)

(KETOK PALU 3 X)

Jakarta, 15 Januari 2013

a.n Ketua Rapat Sekretaris Rapat

SUPRIHARTINI, S.IP NIP 19710106 199003 2 001