Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

37
POLITIK BERMARTABAT, MELURUSKAN REFORMASI SESAT 1 J. Kristiadi Peneliti Senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Pengantar Setelah melalui proses yang panjang, sekitar satu dekade, akhirnya keinginan masyarakat Ngayogyakarta memiliki UU Keistimewaan, UU 13/2012, yang dapat dijadikan landasan melakukan pembangunan yang di dasarkan oleh nilai-nilai adiluhung. Tema sentral dari dan mantra dari Keistimewaan Yogyakarta, sebagai diungkapkan dalam visi, misi & program calon Gubernur DIY 2012 – 2017, Renaissans Yogyakarta ditujukan guna terciptanya peradaban baru unggul yang menghasilkan ‘manusia yang utama’ (jalmâ kang utâmâ), yang berasaskan ‘rasa ke-Tuhan-an, rasa kemanusiaan dan rasa keadilan’, dengan mengandalkan modal dasar ‘kebudayaan dan pendidikan’. Visi dan Misi Pemerintah daerah juga sarat dengan ungkapan nilai-nilai luhur dan kegairahan untuk mewujudkan peradaban baru. Berkenaan dengan itu, beberapa pemikiran dibawah ini, meskipun dalam ruang limhgkup reformasi yang di paparkan adalah 1 Makalah ini disusun dan di edit dari beberapa makalah dan artikel dari penulis dan dilakukan beberapa “up dating” sebagai bahan bacaan anggota DPRD DIY dalam Rapat Dengan Pendapat Umum Konsultasi dan Sosialisasi UU 13/2012 tentang Keistimewaan DIY. 1

Transcript of Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

Page 1: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

POLITIK BERMARTABAT, MELURUSKAN REFORMASI SESAT1

J. Kristiadi

Peneliti Senior

Centre for Strategic and International Studies (CSIS)

Pengantar

Setelah melalui proses yang panjang, sekitar satu dekade, akhirnya

keinginan masyarakat Ngayogyakarta memiliki UU Keistimewaan, UU

13/2012, yang dapat dijadikan landasan melakukan pembangunan yang di

dasarkan oleh nilai-nilai adiluhung. Tema sentral dari dan mantra dari

Keistimewaan Yogyakarta, sebagai diungkapkan dalam visi, misi & program

calon Gubernur DIY 2012 – 2017, Renaissans Yogyakarta ditujukan

guna terciptanya peradaban baru unggul yang menghasilkan ‘manusia yang

utama’ (jalmâ kang utâmâ), yang berasaskan ‘rasa ke-Tuhan-an, rasa

kemanusiaan dan rasa keadilan’, dengan mengandalkan modal dasar

‘kebudayaan dan pendidikan’. Visi dan Misi Pemerintah daerah juga sarat

dengan ungkapan nilai-nilai luhur dan kegairahan untuk mewujudkan

peradaban baru.

Berkenaan dengan itu, beberapa pemikiran dibawah ini, meskipun

dalam ruang limhgkup reformasi yang di paparkan adalah makro-nasional ,

tetapi mungkin dapat dijadikan bahan permenungan untuk melakukan

renaisans di Yogyakarta.

Reformasi telah membawa berkah sekaligus musibah. Masyarakat

mendapat berkah kebebasan, tetapi sebagian masyarakat mempergunakan

kebebasan tidak mengindahkan kepentingan orang lain. Ranah paling rawan

dalam melakukan transformasi politik adalah menata tertib politik yang

demokratis. Pengalaman selama hampir 15 tahun ber-reformasi,

1 Makalah ini disusun dan di edit dari beberapa makalah dan artikel dari penulis dan dilakukan beberapa “up dating” sebagai bahan bacaan anggota DPRD DIY dalam Rapat Dengan Pendapat Umum Konsultasi dan Sosialisasi UU 13/2012 tentang Keistimewaan DIY.

1

Page 2: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

menunjukkan demokratisasi telah dimanipulasi oleh para elit politik.

Perobahan tatanan kekuasaan yang sangat kompleks, rumit dan sarat dengan

berbagai kepentingan memerlukan tuntutan dan roh yang memberikan sinar

terang, agar proses transformasi tidak terjebak dalam gelapnya nikmat

kekuasaan.

Benang merah dari keseluruhan makalah ini mencoba menjawab

permasalahan yang sering dikemukakan oleh publik sebagai berikut. Pertama

adakah jalan keluar mengatasi persoalan multi dimensi yang dihadapi oleh

bangsa Indonesia pasca reformasi politik dewasa ini? Kedua, dari titik mana

persoalan yang kompleks dan tali-temali tersebut diurai? Bagaimana

mewujudkan kehidupan politik yang bermartabat?

Dalam konteks kekinian jawaban terhadap pertanyaan tersebut

menjadi semakin mendesak mengingat kehidupan politik dewasa ini

mengalami pendangkalan, manipulatif, transaksional serta semakin jauh dari

budaya politik yang bermartabat dalam memaknai demokrasi serta hakekat

kekuasaan. Ranah politik hanya sekedar arena pertarungan kepentingan

kekuasaan tanpa roh dan ideologi serta kepemihakan kepada yang lemah.

Kecenderungan ini kalau dibiarkan tidak mustahil akan menyeret transformasi

politik menuju ke arah anarki sosial atau kembalinya kekuasaan yang represif.

Pancasila Landasan Politik Bermartabat

Setiap bangsa, terlebih yang sedang mengalami perobahan tatanan

kekuasaan yang mendasar, memerlukan sebuah cita-cita besar baik untuk

mempertahankan eksistensi dan survivalitasnya maupun untuk

mengembangkan diri mencapai cita-citayang diimpikan bangsa yang

bersangkutan. Gagasan luhur tersebut menjadi absolut karena bangsa yang

bersangkutan harus menemukan nilai-nilai yang dapat memotivasi, memberi

inspirasi serta mempersatukan mereka mewujudkan cita-cita bersama. Upaya

tersebut menjadi lebih sulit kalau bangsa tersebut mempunyai tingkat

keragaman primordialistik yang tinggi. Heterogonitas yang didasarkan atas

2

Page 3: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

sentimen primitif sangat rawan terhadap konflik karena pertarungan menjadi

sangat tidak rasional. Glorifikasi dan keunggulan kelompok satu dengan

lainnya tidak mempunyai ukuran yang masuk akal, dan oleh sebab itu sulit

dikompromikan. Dalam sejarah umat manusia perbedaan primordial yang

dijadikan sarana berburu kekuasaan menjadi awal dan penyebab perang

saudara yang berdarah-darah dan saling mematikan.

Nasion Indonesia yang terdiri dari berbagai ‘bangsa’ sangat beruntung

karena mempunyai modal sosial dan modal kesejarahan yang panjang.

Berdasarkan modal tersebut, melalui negosiasi yang keras dan melelahkan,

namun disertai dengan semangat dan jiwa yang luhur, para pendiri bangsa

berhasil merumuskan pemikiran-pemikiran besar yang sarat dengan nilai-nilai

mulia bangsa sebagai dasar, ideologi dan falsafah bangsa. Titik kulminasi dari

semangat para pendiri negara untuk membangun bangsa dan negara,

akhirnya mereka menemukan jawaban terhadap permasalahan ideologi

tersebut: Pancasila. Sebagai ideologi bangsa, Pancasila adalah kekayaan

bangsa yang tidak ternilai harganya. Ia merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur

yang digali dari akar budaya bangsa. Keutamaan yang mencakup seluruh

kebutuhan hak-hak dasar dan azasi manusia secara universal sehingga dapat

dijadikan landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang heterogen.

Pancasila secara moral dan imperatif menjadi tuntunan tabiat dan

perilaku seluruh warga negara dalam mewujudkan cita-cita bersama.

Kesepakatan seluruh bangsa tersebut menjadi sangat monumental karena

kelompok-kelompok yang mempunyai perbedaan ideologi yang bersandarkan

sentimen primordial sepakat lebih mengutamakan kepentingan umum, dan

mengesampingkan kepentingan sempit mereka. Oleh karena itu bangsa

Indonesia sudah seharusnya mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai

tersebut sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara untuk

mewujudkan cita-cita bersama.

Dalam tataran ide atau gagasan, Pancasila sebagai ideologi yang

mempersatukan seluruh elemen bangsa dalam mewujudkan cita-cita sudah

final. Namun sayangnya dalam sejarah perjalanan bangsa, sejak

3

Page 4: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

kemerdekaan hingga kini, pelaksanaan Pancasila mengalami berbagai

hambatan. Terutama disebabkan oleh dinamika politik yang

menyalahgunakan Pancasila untuk menyusun kekuasaan. Idelogi bangsa dan

negara yang sarat dengan nilai-nilai luhur sekedar dijadikan sarana memburu

kekuasaan dengan mengingkari nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Sumber dari

segala sumber persoalan terjadinya perilaku politik yang berseberangan

dengan Pancasila adalah rentannya para pemegang kekuasaan terhadap

godaan kekuasaan. Melalui sejarah perjalanan bangsa dapat dengan mudah

ditelusuri mulai dari rejim Orde Lama, Orde Baru serta Orde Reformasi, pada

awalnya rejim-rejim selalu beretorika bertekad melaksanakan Pancasila.

Namun dalam perjalanannya rejim-rejim tersebut tumbang atau gontai karena

memanipulasi Pancasila untuk kepentingan kekuasaan.

Mengelola Kekuasaan Secara Beradab

Upaya mewujudkan cita-cita bangsa muncul kembali dengan terjadinya

transformasi politik dari otoritarian menuju kehidupan politik yang demokratis

akhir tahun 1990-an. Makna yang paling mendasar adalah mengatur sistem

manajemen kekuasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila serta politik

perundang-undangan yang visioner dalam memproyeksikan transformasi

politik ke depan, sehingga akan menghasilkan struktur, sistem dan budaya

politik yang semakin bermartabat.

Namun hal itu tidak mudah dilakukan mengingat fenomena kekuasaan

sangat rentan untuk disalahgunakan. Oleh karena itu dalam dunia politik

sangat dikenal ungkapan klasik tetapi populer sebagai berikut: ‘Power tends

to corrupt, absolute power corrupts absolutely’2 Rangkaian kata yang

mengungkapkan makna sangat mendalam. Kekuasaan mempunyai dua tabiat

yang kontradiksi secara diametral satu sama lain: daya pesona yang luar

2 2. Konon, ungkapan berasal dari surat Lord Acton kepada Bishop Mandell Creighton, 1887: “Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely. Great men are almost always bad men”. Acton was preceded by William Pitt, the elder, who voiced a similar thought in a House of Lords speech in 1770: “Unlimited power is apt to corrupt the minds of those who possess it; and this I know, my lords, that where laws end, tyranny begins”..Ungkapan itu juga dapat dicermati dalam Gertrude Himmelfarb; Lord Acton : A study in Concsience and Politics; The University Of Chicago Press, 1952.

4

Page 5: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

biasa, tetapi sekaligus juga mempunyai kecenderungan merusak. Apalagi

kalau kekuasaan itu absolut, pemegang kekuasaan pasti akan merusak

tatanan kehidupan masyarakat. Daya pikat kekuasaan semacam itu

mengakibatkan pertarungan memperebutkan kekuasaan menjadi sangat

rawan terhadap tindakan yang menghalalkan cara.

Dalam terminologi Rudolf Otto, sebagaimana dikutip oleh Eddy

Kristiyanto, OFM, fenomena tersebut disebut ‘tremendum et fascinosum’,

menggentarkan sekaligus memikat dan mempesona. Politik praktis tidak

mengenal kawan atau lawan, sehingga begitu banyak orang melakukan

simplifikasi dengan menganggap bahwa dalam dunia politik praktis satu-

satunya yang abadi adalah kepentingan, yang diidentikkan dengan

kekuasaan. Kompetensi etik dan moral dibalik perjuangan kekuasaan adalah

agar politikus mampu melayani masyarakat warga sehingga kemungkinan

untuk mencapai ‘bonum commune’ itu diperbesar dan diperluas3.

Dalam perspektif yang berbeda, tetapi masih berkaitan dengan pengelolaan

kekuasaan, Albert Hirschman dengan panjang lebar mencoba meyakinkan

bahwa nafsu manusia, termasuk nafsu kekuasaan (yang merusak) hanya

dapat ditundukkan oleh nafsu lain yang lebih rendah daya rusaknya, yaitu

kepentingan pribadi (self interest) terutama interes ekonomi (kemakmuran)4.

Untuk lebih menegaskan pendapatnya ia juga mengutip James Stuart

mengatakan bahwa ekonomi modern adalah kendali ampuh yang pernah

ditemukan untuk melawan kekuasaan yang despotik, ‘A modern economy,

therefore, is the most effectual bridle against the folly of despotism5’.

Pendapat yang lebih spektakuler dikemukakan oleh Michael Jones. Menurut

dia, bahkan liberalisasi sex (Sexual Liberation) dapat menjadi alat kontrol

politik yang efektif6.

3 Kristiyanto, Eddy, OFM; Sakramen Politik: Mempertanggungjawabkan Memoria, Penerbit Lamalera, Desa Wilirejo, Kecamatan Pandak, Bantul, 2008, hal. 6

4 Hirschman, Albert O., The Passion and the Interest: Political Argument for Capitalist Before Its Trial, Princeton University Press, New Jersey, 1997, hal. 3-66

4

5 Ibid, hal. 836 Jones, Michael E, Libido Dominandi: Sexual Liberation and Political Control, St. Agustine’s Press, South Bend, Indiana, 2000.

5

Page 6: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

Keseluruhan penjelasan Albert Hirschman mungkin dapat mudah

difahami dalam pengantar bukunya yang memberikan ilustrasi bahwa

sekelompok orang yang mempunyai nafsu membunuh dengan alasan yang

sama sekali tidak rasional, perbedaan warna kulit, misalnya, dapat batal

melakukan perbuatan itu karena orang yang akan dibunuh menyebarkan

uang. Para pembunuh membiarkan korban terus lari dan mereka lebih tertarik

mengumpulkan uang yang berceceran dari pada membunuh. Ia

menyimpulkan, dalam perspektif individual mungkin peristiwa itu hanya

dianggap korban beruntung, batal dibunuh, karena para jagal mempunyai

kepentingan/interes yang relatif lebih bijak. Tetapi dalam perspektif universal

ia mencoba meyakinkan bahwa nafsu kekerasan (violent passion) dapat

ditundukkan oleh kepentingan yang kurang ganas (innocuous interest)7.

Watak kekuasaan semacam itu mengakibatkan pertarungan

memperebutkan kekuasaan menjadi sangat rawan terhadap tindakan yang

menghalalkan cara, mulai dari bujuk rayu, intimidasi sampai dengan tekanan

fisik. Sedemikian kejamnya pertarungan kekuasaan sehingga ikatan-ikatan

pertemanan, keakraban, persaudaraan, bahkan ikatan yang didasarkan atas

sentimen primordial: suku, agama, ras dan keturunan tidak dapat dijadikan

sarana meredakan pertarungan politik. Bahkan sebaliknya, penyalahgunaan

ikatan primordial sebagai sarana perburuan kekuasaan dapat mengakibatkan

perang saudara yang sangat kejam dan berlarut-larut8.

Dalam perspektif politik, upaya umat manusia mengelola nafsu

kekuasaan agar para pemegang kekuasaan tidak sewenang-wenang adalah

tatanan politik yang dapat memaksa penguasa tunduk dan dikontrol oleh

warga masyarakat. Prinsip manajemen kekuasaan tersebut dinamakan

demokrasi. Kehadiran demokrasi sebagai tatanan kekuasaan yang

bermartabat memang tidak dapat dilepaskan dari sejarah panjang praktek

pengelolaan kekuasaan yang sentralistis dan sewenang-wenang; baik yang

7 Ibid, hal. X 8 Buku yang membahas itu antara lain: Snyder, Jack , Dari Pemungutan Suara ke Pertumpahan Darah, terjemahan dari buku From Voting to Violence, penterjemah Martin Aleida & Parakitri Simbolon, Penerbit Gramedia, November 2003.

6

Page 7: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

bersumber dari keturunan, dominasi kekuatan militer maupun oligarki politik

lainnya. Sistem kekuasaan yang tidak manusiawi itulah yang mendorong

umat manusia mencari sistem pengelolaan kekuasaan yang beradab.

Kekuasaan yang otoritarian adalah musuh umat manusia karena penguasa

tidak hanya memonopoli kekuasaan tetapi juga memonopoli kebenaran.

Kebenaran menjadi milik penguasa, akibatnya perbedaan pendapat bukan

saja dianggap sebagai tindakan kriminal atau subversi yang harus ditindak

oleh negara.

Menegaskan mengenai apa yang telah disampaikan sebelumnya,

secara sederhana demokrasi dapat dirumuskan sebagai tatanan kekuasaan

yang berprinsip bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat. Jelasnya, siapa

pun yang ingin berkuasa harus mendapat mandat dan dikontrol oleh pemberi

kekuasaan. Inilah temuan rasional manusia dalam mengelola kekuasaan

modern yang dianggap paling bermartabat. Ia adalah sistem manajemen

kekuasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai dan etika serta peradaban yang

menghargai martabat manusia. Upaya pencarian tata kelola kekuasaan yang

dapat membendung kelaliman pemegang kekuasaan, sejalan dengan mulai

tumbuhnya nilai-nilai kehidupan yang lebih menghargai hak-hak individu,

kesetaraan serta pengakuan terhadap hak-hak azasi manusia. Pada dasarnya

perkembangan peradaban manusialah yang telah memungkinkan umat

manusia dapat memperadabkan kekuasaan yang mempunyai daya pesona

yang luar biasa, tetapi sekaligus juga watak yang cenderung merusak tatanan

kehidupan manusia. Pesona kekuasaan yang menakjubkan itulah yang

membuat para pemburu kekuasaan menghalalkan segala cara untuk

mencapai tujuannya. Memang dalam tatanan demokrasi daya rusak

kekuasaan tidak dapat ditaklukkan secara absolut, karena hal itu juga

berkaitan erat dengan salah satu sifat manusia yang serakah dan lemah

menghadapi godaan kenikmatan. Namun karena sifat luhur manusia jugalah

kekuasaan dapat digunakan untuk kemaslahatan umat manusia, terutama

untuk mengelola kehidupan bersama menuju kesejahteraan lahir dan batin.

Martabat dalam tertib politik yang demokrasi juga dibahas secara panjang

7

Page 8: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

lebar oleh Montesquieu9. Dia membedakan tiga jenis pengelola kekuasaan

negara: Republik, Monarki dan Depostik atau disebut juga Demokrasi, Oligarki

dan Monarki. Dari ketiga jenis tersebut, demokrasi adalah tatanan kekuasaan

yang mempunyai ‘virtue’ yang menghargai martabat warganya.

Secara kelembagaan agar perilaku kekuasaan tidak menjadi liar, ia

harus ‘dikerangkeng’ dalam suatu struktur bangunan kekuasaan sedemikian

rupa sehingga terjadi keseimbangan kekuatan di dalam komponen-komponen

struktur tersebut, agar mereka satu dengan lainnya dapat saling mengontrol.

Dalam bahasa yang lebih teknis disebut ‘checks and balances mechanism’.

Praktek penyelenggaraan tertib politik yang demokratis dengan membangun

saling kontrol antara lembaga-lembaga politik tidak terlepas dari pemikiran

Montesquieu mengenai pemisahan kekuasaan antara legislatif, eksekutif dan

judikatif. Ungkapannya yang sangat terkenal bahwa kekuasaan hanya dapat

dilawan dengan kekuasaan10.

Oleh karena itu, mewujudkan demokrasi bukan hanya sekedar

membangun sistem, mekanisme, prosedur politik, tetapi juga harus

membangun lembaga-lembaga yang dapat menjamin mekanisme saling

kontrol tersebut dapat berfungsi, seperti partai politik, lembaga peradilan dan

penegak hukum, lembaga perwakilan, birokrasi dan lain sebagainya. Namun

upaya lain yang tidak kalah pentingnya adalah menanamkan tata nilai yang

dapat menghadirkan roh yang menghidupkan dan sekaligus menguatkan

demokrasi. Tiadanya sukma dalam tatanan demokrasi hanya akan

menjadikan sistem tersebut rapuh sehingga mudah ambruk atau menjadi

anarkis. Oleh karena itu tidak mustahil bahwa negara-negara seperti Yunani

dan Roma11 yang pernah berabad-abad menerapkan sistem ini, mengalami

9 Montesquieu, The Spirit of Laws, terutama buku ke-2: On Laws Deriving Directly from the Nature of the Government, hal. 10: dan buku ke-3: On the Principles of the Three Governments, diterjemahkan dan diedit oleh: Anne M. Cohler, Basia; Miller, Harold Stone, Cambridge University Press, New York, 1989, hal. 113.10 Opcit, Hirschman, Albert O, hal. 78: Ungkapan tersebut lengkapnya berbunyi: ‘So that may be no abuse of power, it is necessary that, through the disposition of things (par la disposition de chose), power be stopped by power’.11 Banyak sumber yang dapat dijadikan referensi mengenai jatuh bangunnya dua negara tersebut, antara lain Susan Wise Bauer, The History of the Ancient World – From the Earliest Accounts to the Fall of Rome, published by W.W. Norton & Company Inc. USA, 2007, yang diterjemahkan oleh Aloysius Prasetyo A., Sejarah Dunia Kuno: Dari Cerita-cerita Tertua Sampai Jatuhnya Roma, Penerbit PT Elex Media

8

Page 9: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

arus balik menjadi kekaisaran. Pengalaman tersebut harus lebih menyadarkan

siapa pun yang ingin mewujudkan kehidupan demokrasi adalah perjuangan

membangun peradaban untuk menyelamatkan manusia dari kesewenang-

wenangan rejim yang lalim, serta mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Dengan demikian demokrasi bukan hanya bangunan struktur

kekuasaan yang masing-masing lembaga-lembaga politik saling kontrol satu

dengan lainnya. Demokrasi adalah pandangan hidup (tata nilai) yang menjadi

pedoman sikap dan perilaku warganya, karena itu ia harus menjadi referensi

bagi perilaku politik warga masyarakat. Oleh sebab itu dalam masyarakat

demokratis, pendidikan politik merupakan faktor yang sangat penting

mendukung terwujudnya masyarakat yang demokratis, yaitu proses

internalisasi nilai-nilai demokrasi universal yang mengutamakan kesetaraan

(termasuk gender), pluralisme, toleransi, hak azasi manusia, perlindungan

minoritas, penegakan hukum, kepemihakan terhadap mereka yang lemah,

serta membangun sikap siap untuk menang tetapi juga bersedia kalah

dengan ikhlas.

Transformasi Politik Tanpa Roh

Runtuhnya tatanan politik yang memonopoli kekuasaan dan kebenaran

pada akhir tahun 1990, merupakan peristiwa yang menandai bangkitnya

bangsa dari represi penguasa. Perobahan tersebut terjadi sangat cepat,

dalam sekejap terjadi penjungkirbalikan tatanan kekuasaan. Rakyat yang

selama 30 tahun diperlakukan sebagai ‘kawula alit’ yang ditindas oleh represi

penguasa, dalam hitungan hari menjadi pemegang kedaulatan. Rakyat telah

bebas dari belenggu rantai kekuasaan yang menelikung dan mengendalikan

perilaku publik, sehingga warga masyarakat lebih merupakan robot politik

dari pada insan manusia.

Kedatangan ‘zaman’ baru memberikan harapan besar untuk

mewujudkan masa depan Indonesia yang gemilang. Era demokrasi telah

Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta 20109

Page 10: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

dimulai, dan agenda politik segera disusun untuk menopang struktur

kekuasaan yang baru. Harapan munculnya tatanan politik yang bermartabat

disambut dengan antusias oleh seluruh masyarakat. Demokrasi menjadi tanda

dan sarana keselamatan menuju masyarakat yang bebas, adil, makmur dan

berkeadilan.

Namun sayangnya, transformasi politik yang terlalu cepat

mengakibatkan amandemen dilakukan tanpa disertai perdebatan yang cukup

luas dan mendalam. Amandemen konstitusi juga tidak berdasarkan atas

prinsip-prinsip konstitusionalisme. Menurut Hayek, penyusunan konstitusi

harus merupakan prinsip-prinsip yang disepakati oleh rakyat sehingga rakyat

akan taat kepada konstitusi tersebut12. Sementara itu, sebagian besar elit

politik lebih mengedepankan daftar keinginan subyektif yang dikemas secara

retorik sekedar mendapatkan dukungan atau popularitas masyarakat.

Ketergesaan memahami konsep menghasilkan beberapa pasal dalam

konstitusi yang tidak sinkron satu sama lain sehingga mempunyai potensi

mengacaukan peraturan perundangan yang lebih rendah tingkatannya.

Merebaknya Politik Transaksional

Faktor yang lebih menyedihkan, memperburuk serta mengancam

tujuan restrukturisasi kekuasaan adalah perilaku para elit yang memanipulasi

demokrasi prosedural. Mereka menganggap sudah mendapatkan legitimasi

kalau sudah mengikuti prosedur dan regulasi yang mereka buat sendiri.

Dengan mengatasnamakan rakyat mereka bahkan dapat menguras kekayaan

negara untuk dinikmati sendiri atau bersama kelompoknya. Perilaku para elit

yang sangat merusak tatanan tersebut kalau tidak segera dihentikan akan

menggerogoti modal sosial (social capital) bangsa ini yang selama satu

dekade ini dapat dijadikan asset dalam melakukan transisi politik. Sebab,

demokrasi yang hanya menjadi sekedar pertarungan perebutan kekuasaan

demi kepentingan transaksional, mencerabut posibilitas politik sebagai upaya

membangun kehidupan bersama yang beradab.

12 Opcit, Hayek, F.A., hal. 18110

Page 11: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

Modal sosial yang disumbangkan masyarakat dalam masa transisi

adalah kesanggupan rakyat melakukan proses transisi politik yang sangat

kritikal. Kompetisi pertarungan kekuasaan untuk mendapatkan jabatan publik,

secara prosedural semakin melembaga. Indikasi yang sangat meyakinkan

adalah kontestasi politik yang dilakukan dalam skala yang masif dapat

dilakukan dengan aman. Hal itu membuktikan bahwa bangsa Indonesia

mempunyai peradaban yang cukup tinggi sebagai landasan untuk menjadi

bangsa yang besar. Pertarungan politik yang rawan konflik komunal karena

keragaman bangsa Indonesia disebabkan ikatan-ikatan primordial kesukuan,

ras, bahasa, agama serta pengelompokan ekslusif lainnya, meskipun sangat

disesalkan, tetapi tidak membawa ekses yang destruktif dalam masyarakat.

Kematangan masyarakat berdemokrasi juga menunjukkan tanda-tanda

menggembirakan. Kekuatan politik yang hanya bertopang kepada sentimen

primordial semakin surut pendukungnya. Secara a kontrario hal ini berarti

bahwa hanya kekuatan politik yang inklusif yang akan memperoleh dukungan

luas masyarakat. Inilah salah satu modal sosial bangsa. Rajutan sosial yang

silang-menyilang membuahkan struktur masyarakat yang kompleks yang

tidak monolit. Di segala pelosok tanah air bertebaran berbagai gerakan-

gerakan kemasyarakatan lintas agama, suku, ras, golongan yang merupakan

perwujudan konkrit dari masyarakat yang plural.

Namun ironinya justru di tataran elit perpolitikan di Indonesia sarat

dengan pertarungan politik tanpa cita-cita. Kiblat politik yang sangat didorong

oleh godaan nafsu berkuasa telah menyingkirkan jauh-jauh arti politik sebagai

perjuangan bersama mewujudkan cita-cita luhur bangsa. Manuver politik

didominasi oleh nafsu berkuasa sehingga jagad politik Indonesia sarat dengan

intrik dan kompromi politik yang pragmatik-transaksional, oportunistik, politik

uang, tebar pesona dan janji kosong sebagai alat merayu dukungan politik.

Demikian pula perselingkuhan politik, dengan segala bentuk dan manifestasi

semarak; semuanya dilakukan untuk mengejar kenikmatan kekuasaan.

Tiadanya roh kehidupan politik, kekurangmengertian tentang hakekat

kekuasaan serta akselerasi perobahan yang sedemikian cepat,

11

Page 12: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

mengakibatkan wajah perpolitikan di Indonesia selama lebih kurang sepuluh

tahun sarat dengan pertarungan politik dari para elit yang ingin berkuasa,

mempertahankan kekuasaan atau mereka yang ingin lebih berkuasa.

Perilaku elit yang berorientasi kepada kekuasaan subyektif cenderung

merusak tatanan dan menginjak-injak serta menggagahi martabat rakyat.

Padahal bangsa Indonesia memiliki semua persyaratan untuk berhasil13.

Sesat Niat

Transformasi politik juga memberikan kesempatan rakyat membangun

tertib politik yang bersumber pada kedaulatan rakyat. Namun sayangnya

kebebasan yang telah direbut kembali tidak disertai dengan tanggung jawab

yang sepadan. Kebebasan telah menimbulkan anarki di tataran masyarakat

maupun negara. Akibatnya peran negara menjadi nihil, kekuatan komunal

menjadi ancaman demokrasi. Kebebasan telah mengancam kebebasan itu

sendiri. Bahkan atas nama kebebasan orang dapat berperilaku yang

bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila yang telah disepakati menjadi

falsafah bangsa dan negara seakan-akan hanya menjadi monumen mati

akibat dari praktek-praktek politik dan perilaku para pemimpin yang munafik.

Kebebasan juga dipraktekkan secara eksesif oleh sementara media yang tidak

melayani kepentingan publik, melainkan mengabdi kepada kepentingan

modal serta politik jangka pendek.

Penyebab utama kesesatan karena kiblat serta panji-panji telah

membawa rakyat kehilangan orientasi. Cakrawala hidup telah sedemikian

kabur sehingga politik yang seharusnya mulia menjadi tindakan yang

terkutuk. Kebusukan perilaku korup secara habis-habisan ditutupi dengan

politik citra yang sarat dengan kepalsuan. Masyarakat hampir setiap hari

dijejasali dengan ha-hal yang palsu, mlai dari janji-janj palsu, pidato-pidato

yang membawa angin surga, perbuatan palsu selalu diyakinkan sebagai

tindakan original. Kepura-puraan menjadi senjata sangat sangat ampuh untuk

13 “The country has all the ingredients for success: a stable democracy, a wealth of natural resources and a large consumer market. But Indonesia is not keeping pace with Asia’s booming economies”. Majalah Time, edisi 12 September 2008.

12

Page 13: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

mengelabuhi public. Kebohongan public telah menggunung , sebaliknya amal

public semakin terkuras oleh dosa public. Kebebasan telah menjerat

demokrasi. Kebebasan yang direguk dan telah dijadikan landasan menyusun

pemerintahan yang didasarkan atas kedaulatan rakyat, ternyata melenceng

dari cita-cita semula.

Akibatnya, kebebasan dan demokrasi yang merupakan tanda dan

sarana menuju bangsa yang sejahtera serta memberikan sinar terang yang

menuntun bangsa Indonesia ke peradaban yang lebih tinggi, dalam waktu

yang hampir bersamaan muncul ‘tanda-tanda zaman’ menuju ‘abad’

kegelapan. Terjadi gerhana peradaban. Sinar yang memancar dari nilai-nilai

luhur bangsa terhalang oleh politik transaksional, terutama ‘money politics’,

yang melekat dalam proses politik, baik rekrutmen maupun dalam menyusun

regulasi di tingkat pusat dan daerah. ‘Jabang bayi’ demokrasi yang tumbuh

dalam wujud demokrasi prosedural telah semakin menjauhkan kehidupan

politik yang beradab dan bermartabat. Kerusakan tatanan politik sudah

dimulai sejak mereka yang berniat menjadi pejabat publik hanya

menginginkan kedudukan politik. Mereka mengawali dengan niat yang sesat,

semata-mata mereka hanya berangan-angan untuk berkuasa, memburu

kekayaan serta membangun dinasti politik; bukan iktikad luhur mengabdikan

diri kepada masyarakat. Terjun ke dunia politik bukan karena panggilan hidup

sehingga berani me-wakaf-kan diri untuk bangsa, melainkan menjadi

pemburu kekuasaan dan kenikmatan. Pendangkalan politik semakin lama

semakin menggerus modal sosial bangsa. Saling percaya ada kecenderungan

semakin menipis. Tingkat kepercayaan politik terhadap seluruh lembaga

politik dan lembaga negara mencapai tingkat sangat rendah. Demikian pula

intoleransi di antara warga masyarakat juga meningkat. Gejala pembusukan

tidak hanya terjadi pada tataran negara tetapi juga merangsek ke ranah

publik.

Sesat niat juga sangat menyuburkan korupsi politik dalam bentuk

penyalahgunaan kekuasaan yang merajalela. Produk legislasi ditengarai

menjadi arena perdagangan kepentingan politik yang pragmatik dan

oportunistik. Akibatnya negara tidak mempunyai kebijakan perundang-

undangan sebagai infrastruktur kebijakan politik guna mewujudkan

13

Page 14: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

masyarakat yang dicita-citakan. Proses penyusunan regulasi dari pembuatan

undang-undang sampai dengan peraturan daerah, ditengarai sarat dengan

transaksi politik kepentingan golongan. Oleh karena perundang-undangan

tidak memberikan arah kebijakan melainkan jalan yang menyesatkan bagi

siapa pun yang melaluinya. Negara praktis macet dan terkunci dengan

berbagai kepentingan yang saling menyandera karena struktur kekuasaan

yang dirajut dengan nafsu keserakahan. Manajemen pemerintahan semakin

parah karena politik citra menjadi pola pengelolaan kekuasaan yang

mengutamakan ‘wajah’ dari pada efektifitas pemerintahan. Akibatnya banyak

kebijakan-kebijakan yang tidak dapat dilaksanakan dengan semestinya.

Padahal, terlebih dalam masa transisi politik, rakyat memerlukan bukti konkrit

bahwa demokrasi adalah sistem yang lebih baik dalam memperhatikan nasib

rakyat dibandingkan dengan sistem-sistem yang lain. Oleh sebab itu

beberapa kajian politik-ekonomi mensyaratkan agar demokrasi dapat berjalan

dengan baik diperlukan reformasi ekonomi sehingga penghasilan penduduk

rata-rata sekitar 4.000 US dollar per tahun14.

Sementara itu praktek politik pasca reformasi menunjukkan eskalasi

penetrasi parlemen semakin meningkat. Nyaris tidak ada lembaga negara dan

publik yang bebas dari campur tangan DPR. Bahkan Komisi Pemilihan Umum

yang seharus independen karena menjadi wasit dalam pertarungan politik,

semakin potensial disusupi kader partai. Prinsip dasarnya, wasit harus

dilarang menjadi pemain sekaligus.

Kalau praktek Politik semacam itu diteruskan, dikuatirkan parlemen

tidak hanya memelintir mekanisme cheks and balances yang sedang

dibangun. Lembaga tersebut dapat mendorong Indonesia menuju ke negara

partitokrasi (biasa juga dinamakan partocracy, partitocracy, atau

partitocrazia).Ia adalah fenomena tatanan politik yang mengatas namakan

demokrasi tetapi prakteknya parpol menjadi pemain utama dengan

melakukan invasi, intrusi serta penetrasi di berbagai lembaga negara dan

publik. Kebijakan negara diwakili oleh partai politik dengan melakukan deal-

14 Buku yang mengkaji isu tersebut antara lain: Przewosrski, Adam (et.al): Democracy and Development: Political Institutional and Well-being in the World, Cambridge University Press, 2000; dan Przewosrski, Adam: Democracy and the Market: Political and Economics Reforms in Eastern Europe and Latin America, Cambridge University Press, 1991.

14

Page 15: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

deal illegal,tidak bermoral (shady and sleaze deal) serta melakukan

favoritisme demi kejayaan partai.15

Sangat disesalkan setelah hampir satu setengah dekade usia reformasi

keterlibatan kader parpol dalam kasus korupsi semakin intensif. Hal ini

memperkuat persepsi publik bahwa eksistensi parpol lebih banyak

mudaratnya dari pada manfaatnya. Telah terjadi darurat partai politik. Defisit

kredibilitas parpol semakin besar berbanding lurus dengan semakin

merebaknya kasus korupsi dikalangan partai.

Darurat partai politik dapat dipastikan akan mengakibatkan negara dan

bangsa berada dalam tepi jurang kehancuran mengingat parpol adalah

sumber dan produsen penguasa. Kader-kader partai adalah calon pamegang

kekuasaan. Mereka mempunyai otoritas politik yang didukung segenap

instrumen negara agar keputusan politik ditaati oleh warganya. Mereka

adalah penentu nasib seluruh rakyat Indonesia.

Perilaku korup semakin destruktif karena perbuatan jahat tersebut

seakan-akan “mulia” dikalangan sementara kader parpol. Perbuatan laknat

menjadi rancu karena atas nama survivalitas dan kejayaan partai, korup

dianggap sebagai bagian dari usaha membangun partai. Perbuatan korup

adalah heroik, asal atas nama partai. Persepsi sesat tersebut menjadi

kesadaran kolektif dan referensi kelompok yang mencekoki dirinya dengan

kata-kata mulia tetapi perbuatannya sangat hina. Mereka sangat percaya diri

meskipun melakukan perbuatan terkutuk.

Korupsi tekah membuat rute yang menakutkan karena fenomena

hiperealitas telah menyurak kepada tubuh negara dan bangsa. Sesuai

dengan karakternya, hiperealitas menciptakan kepalsuan berbaur dengan

orisinalitas, masa lalu berbaur masa kini; fakta bersilang sengkarut dengan

rekayasa; symbol, gambar, kata-kata melebur dengan kenyataan; dusta

bersenyawa dengan kebenaran. Prinsip-prinsip kebenaran, kepalsuan,

keaslian, isu, realitas mambaur menjadi satu sehingga sebagian masyarakat

menjadi binggung mana yang benar mana yang laknat.

15 Jean Blondel; Party Government, Patronage, and Party Decline in Westrern Europe: dlm Political Parties: Old Concepts and New Challenges; Ricahrd Gunther, et. al; 2002.

15

Page 16: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

Mantra politik tersebut akan semakin riuh seiring dengan semakin

dekatnya pertarungan kekuasaan pada Pemilu 2014. Yang sangat

menyedihkan mengguritanya penyalahgunaan kekuasaan telah menyusup

keseluruh tubuh negara, sehingga kader PD melalui bukunya menjuluki

Indonesia sebagai Negara Mafia Dan Republik Koruptor ( Benny Harman,

2012). Akibatnya, penyelenggaraan pemerintahan menjadi lumpuh, eskalasi

anarki diperkirakan semakin meningkat sejalan dengan lenyapnya peran

negara.

Akibat berikutnya adalah kematian politik akal sehat. Nalar politik sehat

yang memihak rakyat yang lahir akhir tahun 1990-an adalah buah dari

rajutan cinta dan kerinduan terhadap tatanan kekuasaan yang menghargai

serta memuliakan martabat manusia; seperti keadilan, kesetaraan, toleransi,

pengakuan dan penghargaan terhadap heterogenitas serta nilai-nilai luhur

lainya. Romantisme cinta publik terhadap manejemen kekuasaan negara di

awal reformasi, mungkin mirip sensasi dan fantasi romantisme rakyat Athena

ratusan abad sebelum Masehi terhadap demokrasi, dalam buku Victoria Wohl,

Love Among The Ruins (2002), mengenai erotisme demokrasi di Athena

klasik.

Kehadiran politik akal sehat juga menghasilkan energi dahsyat yang

mampu meluluh lantakkan tatanan kekuasaan yang represif dan otoritarian.

Namun daya tahan tubuhnya merosot secara drastis sejalan dengan

semakin menumpuknya racun opium kekuasan yang bersarang di tubuhnya.

Toksin yang memproduksi penyakit kanker ganas yang disebut korupsi politik

sudah menjalar ke seluruh sendi –sendi dan tulang sumsum hampir di

sekujur tubuh politik negara. Daya bunuh racun ganas juga mematikan

nurani dan integritas, menghancurkan kredibilitas, melumpuhkan kompetensi

serta meluluhlantakkan nilai-nilai yang menjadi pilar politik akal sehat.

Sementara itu praktek politik akal-akalan dan perilaku munafik yang

menghamba uang semakin subur. Akibatnya, demokrasi disulap penjadi

mobokrasi, seremoni mengalahkan substasi, citra menghapus fakta, sikap

santun bersenyawa dengan perilaku durhaka, kejujuran identik dengan

kebodohan. Medan politik menjadi ladang pembantaian oleh para petualang

politik yang bermodal besar terhadap politisi bersih dan idealis tetapi

bermodal cupet.

16

Page 17: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

Ranah politik sangat di dominasi oleh politik uang. Jumlah uang yang

diperlukan untuk mereguk nikmatnya kekuasaan sangat fantastis dan

membikin merinding bulu kuduk rakyat yang terengah-engah berjuang

memenuhi kehidupan minimal sehari-hari. Hal tersebut membuktikan hasrat

politisi yang di domimasi dan tunduk kepada kepentingan ekonomi bersedia

mengeluarkan biaya yang sangat tinggi demi kekuasaan; meskipun mereka

tahu total pendapatan selama lima tahun jauh lebih kecil dari ongkos yang

dikeluarkan. Perilaku yang sama dan sebangun sudah akan terjadi pada

tahun 2013, karena pada tahun ini diperkirakan akan diselenggarakan Pilkada

sebanyak 160 kali, termasuk Pilkada yang seharusnya dilakukan pada tahun

2014. Oleh sebab itu Pilkada tahun ini diperkirakan tidak akan banyak

manfaatnya bagi masyarakat. Terlebih, selain masih di dominasi politik uang,

regulasi Pilkada, termasuk RUU yang sedang dibahas, belum dapat menjamin

lahirnya kepala daerah yang mempunyai komitmen mempergunnakan

kekuasaan untuk kepentingn rakyat. Kualitas yang berkaitan dengan

integritas dan kompetensi tidak cukup hanya diobati dengan rekayasa

elektoral melalui perobahan dari pemilihan kepala daerah secara langsung

dirobah melalui DPRD. Persoalanya jauh lebih mendasar, partai politik harus

melakukan pendidikan karakter bagi kader-kadernya yang dipersiapkan untuk

menduduki jabatan tersebut.

Hal yang sudah hampir dapat dipastikan akan terjadi pula pada pemilu

legislatif dan Pilpres yang secara maraton akan diselenggarakan pada rahun

2014. Medan politik akan benar- menjadi pasar modal. Para pemilik modal

akan menjadi Tuan Besar dan pemenang yang sesunguhnya karena

merekalah yang akan banyak menentukan kalah menang dalam pertarungan

politik tahun depan. Bahkan dikuatirkan para petualang politik juga akan

berusaha menggerogoti Anggaran Belanja Negara serta memanfaatkan akses

poltik mereka untuk menguras kekayaan negara.

Akibat kematian politik akal sehat sangat menghancurkan sendi-sendi

kehidupan bangsa dan negara. Sayangnya, tidak banyak orang yang tahu,

oleh sebab itu yang meratapi dan berduka juga tidak banyak. Namun yang

masih memberikan harapan adalah pengalaman empirik yang menjadi dalil

politik, orang sekali mati akan mati selamanya. Tetapi perjuangan politik

dapat mati berkali-kali dan akan hidup kembali. Oleh sebab itu orang-orang

17

Page 18: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

yang berniat baik tidak boleh berdiam diri. Dalam kehidupan yang sarat

dengan segala macam penyakit masyarakat, bersenyap-senyap sendiri dan

tidak peduli adalah kejahatan sosial. Siprit dan roh yang menebarkan

kemuliaan masih banyak dan tesebar bebagai kalangan, cendikiawan,

kelompok profesional, bahkan di kalangan politisi dan birokrat serta berbagai

organisasi masyarakat yang gigih dan tidak pernah lelah melakukan

perlawanan terhadap kebatilan tersebut di bumi nusantara ini. Kekuatan

magis inilah yang akan menghidupkan kembali politik yang bernalar dan

mulia. Agenda yang sangat penting adalah mengawasi rekruitmen politik

serta mempersiapan gagasan besar untuk menata kekuasaan yang lebih

beradab pasca Pemilu 2014.

Tanpa partsipasi rakyat, demokrasi hanya akan di bajak oleh para

petuaalng –petualang politik. Kesaktimandragunaan rakyat yang

diuangkapkan dalam dua aksioma negara yang berkedaulatan rakyat: suara

rakyat adalah suara Tuhan (vox populi vox Dei) dan kesejahteraan rakyat

adalah hukum yang tertinggi (salus populi suprema lex), secara dramatis

tergerus oleh keserakahan pemegang kekuasaan.

Ungkapan bijak tersebut dikemukakan karena rakyat Indonesia pada

2014 akan memilih pengelola kekuasaan negara yang dapat membebaskan

rakyat dari segala impitan kesulitan hidup sehari-hari. Rakyat sebagai

pemegang kedaulatan akan menentukan orang-orang yang dipercaya menjadi

nakhoda kapal induk bernama Indonesia menuju †�Tanjung Harapan†�, tempat rakyat mencecap dan menikmati kesejahteraan lahir batin.

Hanya saja, tampaknya harapan itu masih jauh dari kenyataan.

Kedigdayaan rakyat seakan lumpuh karena dimanipulasi dan disalahgunakan

pemegang kekuasaan dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat.

Distorsi inilah yang selama hampir 15 tahun reformasi yang menegaskan

rakyat berdaulat, tetapi nasib rakyat tidak mengalami perbaikan signifikan.

Politik citra yang mengakibatkan kebijakan negara semakin

memperlebar jurang antara kelompok kaya dan masyarakat miskin terus

dilakukan. Mereka tak mau menyadari bahwa kebijakan yang tidak memihak

rakyat merupakan kejahatan politik yang dapat berakibat sangat buruk bagi

18

Page 19: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

bangsa dan negara. Elite politik bahkan tega menukar kedaulatan sebagai

milik rakyat yang sangat bernilai dengan bahan pokok.

Oleh karena itu, tahun 2013 sangat bermakna karena dalam kurun

waktu yang hanya lebih kurang setahun rakyat harus benar-benar aktif dalam

proses rekrutmen para pengelola kekuasaan. Kesadaran publik perlu digugah

karena kemapanan demokrasi prosedural ternyata berjalan seiring dengan

merajalelanya korupsi politik serta menguatnya politik kekerabatan. Penetrasi

politik dan politisasi hampir di segala bidang kehidupan kenegaraan telah

memorakporandakan tatanan kekuasaan. Politik kepentingan merambah di

sekujur tubuh negara sehingga roda pemerintahan seakan lumpuh, paralisis,

serta mandul karena digerogoti interes politik yang tidak berkiblat pada

kepentingan publik. Situasi semakin buruk karena kepemimpinan nasional

yang lembek dan bersandarkan pada pemujaan politik imaji.

Suara publik yang cerdas, meski kadang-kadang pedas mengkritik perilaku

korup mereka, ditanggapi dengan silogisme sesat yang intinya justru rakyat

yang harus bertanggung jawab atas kelakuan mereka yang tidak terpuji.

Alasannya, rakyatlah yang memilih semua pemegang kekuasaan.

Argumentasi sungsang tersebut menjungkirbalikkan logika dan nalar sehat.

Wajib hukumnya bagi mereka yang memperoleh mandat publik memberikan

akuntabilitas kepada rakyat pemilik kedaulatan.

Tahun 2013 harus dijadikan momentum untuk memperkokoh

kedigdayaan rakyat agar tak terperangkap dalam skenario politik, yang

dirancang dengan sistematis dan canggih, untuk melumpuhkan kekuatan

rakyat. Ancaman yang paling merusak adalah semakin dekat dengan pemilu,

aktor-aktor politik akan semakin membabi buta menguras kekayaan negara

untuk memperoleh, mempertahankan, atau membangun imperium

kekuasaan. Peringatan keras Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi

Busyro Muqoddas bahwa sepanjang 2012 aktor-aktor dalam pidana korupsi

sebagian besar adalah dari elite parpol dan anggota DPR. November 2012,

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menyebutkan, 474 pejabat daerah

bermasalah dengan hukum. Sebagian besar terlibat tindak pidana korupsi.

19

Page 20: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

Selain menguras kekayaan negara, elite politik dapat dipastikan akan

melakukan segala manuver untuk mencapai tujuan, seperti mengobral janji,

blusukan menjajakan citra, mengobral air mata buaya, dan politik uang. Cara

terakhir ini sangat merusak karena dikhawatirkan mereka tak hanya membeli

suara, tetapi juga akan membeli penyelenggara pemilu. Maka, hampir dapat

dipastikan tahun 2013 akan menjadi ajang pemanasan pertarungan hidup dan

mati bagi para elite politik yang sudah kesurupan roh kekuasaan tanpa

amanah.

Rakyat harus melawan kecenderungan tersebut. Kalau didiamkan

tahun ini akan menjadi annus horribilis, tahun horor yang menakutkan. Rakyat

harus dapat mengubah ancaman itu sehingga tahun 2013 menjadi annus

mirabilis, tahun yang elok dan menggembirakan. Karena itu, kontrol publik

terhadap proses Pemilu 2014 di segala tingkatan adalah keniscayaan. Tanpa

kontrol yang ketat, sensasi kenikmatan kekuasaan sangat mudah membuat

elite politik mengalami ekstase kolektif yang mengakibatkan mereka

kehilangan kontrol dan pengendalian diri terhadap nalar dan persepsi indrawi.

Pengawasan publik akan membuat mereka selalu terjaga dan sadar bahwa

kekuasaan yang mereka genggam adalah untuk dikelola guna mewujudkan

kesejahteraan rakyat.

Rakyat tak perlu ragu dengan kekuatannya. Kedigdayaannya telah

dibuktikan dengan kemampuan rakyat menjinakkan buasnya perebutan

kekuasaan dengan membakukan proses dan prosedur pemilihan secara

demokratis. Sesuatu yang tidak mudah dilakukan, apalagi sebagai bangsa

yang heterogen. Kedigdayaan tersebut tidak datang tiba-tiba, tetapi diperoleh

melalui sikap askestis serta semangat juang yang pantang menyerah para

pendiri dan pemimpin bangsa. Oleh sebab itu, tahun 2013 harus dijadikan

tahun pemberdayaan kedigdayaan rakyat.

Salah satu upaya yang perlu mendapat apresiasi adalah Menteri Dalam

Negeri Gamawan Fauzi. Penerima Bung Hatta Award 2004 yang bercita-cita

menjadi guru mengaji setelah pensiun dari menteri, dalam batas-batas

20

Page 21: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

otoritasnya mencoba menembus lingkaran besi korupsi di lingkungan

pemerintahan daerah. Ia menerbitkan Surat Edaran Nomor 800/4329/SJ

tanggal 29 Oktober 2012 tentang Pengangkatan Kembali PNS dalam Jabatan

Struktural. Surat edaran tersebut pada dasarnya melarang kepala daerah

mengangkat bekas terpidana korupsi menjadi pejabat struktural di daerah.

Kebijakan tersebut merupakan terobosan agar dalam penyelenggaraan

pemerintahan disertakan pula konsiderasi etis serta kepatutan.

Kegelisahan Gamawan terhadap porak porandanya pemerintahan

daerah dapat dimengerti. Sehari-hari ia harus menghadapi perilaku politik

lebih dari 500 kepala daerah dengan seribu satu persoalan. Sebut saja

beberapa yang kronis, misalnya merebaknya konflik antara kepala daerah dan

wakilnya, perseteruan di antara kandidat kepala daerah pasca- pilkada,

politisasi dan komersialisasi birokrasi, mutasi dan promosi tanpa prinsip

meritokrasi, transparansi, profesionalisme, dan aparat pemerintah daerah

yang rendah.

Berbagai persoalan akut tersebut mengakibatkan tingkat ambang batas

kelumpuhan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Bahkan, di

beberapa daerah, itu dapat membuat roda pemerintahan stagnan. Kebijakan

itu tampaknya membuat siuman beberapa kepala daerah yang terlelap

karena menghirup terlalu banyak udara politik yang kotor akibat limbah

korupsi yang meracuni sensitivitas mereka untuk menentukan antara

perbuatan patut dan tidak pantas. Oleh sebab itu, dalam revisi Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Gamawan

mendesak agar moralitas kandidat menjadi salah satu kriteria mereka yang

ingin menjadi kepala daerah. Selain itu, ia juga mendorong kandidat kepala

daerah supaya jangan dikotori oleh politik kekerabatan, terutama saudara

yang mempunyai garis keturunan lurus terhadap petahana.

Terobosan Menteri Dalam Negeri mendapat respons dan dukungan

publik. Alasannya, selain karena rekam jejak Gamawan sebagai tokoh anti-

KKN, didorong pula oleh ekspektasi publik agar pejabat di daerah benar-benar

lebih bersih. Oleh karena itu, diharapkan mereka lebih memikirkan nasib

rakyat daripada kepentingan sempitnya. Dukungan dilakukan pula oleh

21

Page 22: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

beberapa kepala daerah yang segera memberhentikan para bekas narapidana

korupsi di lingkungan kewenangannya. Hal ini tentu memberikan secercah

harapan.

Dalam suasana yang jenuh terhadap perilaku korup di kalangan para

elite politik, masyarakat sering kali gundah dan miris karena dalil serta

imbauan moral sudah tidak mempan menghadapi nafsu para koruptor.

Ancaman neraka dianggap angin lalu. Simfoni keluhan publik hanya dianggap

sebagai pesorak yang menyemangati sebuah pertandingan sepak bola.

Sumpah jabatan sudah lama tidak mempan mengatasi sensasi nikmatnya

hasil korupsi.

Hasrat berkobar dan gelegak melakukan penyalahgunaan kekuasaan

juga makin menjadi-jadi karena kejahatan korupsi sudah dimulai dari niat para

elite politik dan dirancang sangat cermat. Oleh sebab itu, kecanggihan

mereka menggerogoti kekayaan negara semakin mengagumkan. Perilaku

korup telah menembus ambang batas nalar manusia yang dianugerahi hati

nurani.

Momentum ini tampaknya harus dimanfaatkan oleh seluruh jajaran dan

sektor pemerintahan. Memang masih terdapat hambatan, antara lain

ketentuan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian, yang menyatakan bahwa pengangkatan (bekas narapidana)

dimungkinkan sebab masa hukuman yang dijalani di bawah empat tahun.

Namun, hal tersebut dapat diatasi karena Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi bersedia merevisi Peraturan Pemerintah

Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Kepegawaian agar kinerja birokrat

lebih maksimal.

Membiarkan bekas narapidana menjadi pejabat akan menimbulkan

efek ganda yang memperburuk kredibilitas birokrasi karena menyuburkan

perilaku asal bapak senang (ABS) yang ujung-ujungnya KKN. Selain itu, juga

dapat dipastikan akan membuat cemburu dan melukai hati mereka yang

benar-benar mencoba jujur dan mengabdi kepada masyarakat. Namun, yang

22

Page 23: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

lebih menghancurkan, pengangkatan bekas narapidana, terutama koruptor,

menjadi pejabat dapat merusak nilai-nilai keteladanan. Karena itu, ke depan,

rekam jejak karier harus menjadi konsiderasi untuk mempromosikan pejabat.

Sumber kejahatan korupsi adalah insting dan nafsu serakah untuk

mencapai kenikmatan pribadi. Kehendak itu melekat dalam setiap manusia.

Karena itu, jika doktrin, kaidah, dan akal sehat tidak mempan menaklukkan

perilaku korup, kejahatan tersebut harus dihadapkan dengan hasrat amanah

yang juga intrinsik dalam setiap manusia. Oleh karena itu, perjuangan

memberantas korupsi adalah perjuangan secara terus-menerus bagaimana

hasrat amanah dapat dikelola sehingga dapat menjinakkan hawa nafsu

koruptif.

Agenda Mendesak

1. Mewujudkan pemerintahan yang efektif.

Beberapa prinsip mendasar dan paradigma yang harus dijadikan acuan

dalam menyusun penyempurnaan regulasi politik adalah sebagai

berikut. Pertama, proses demokratisasi yang sedang berlangsung

dewasa ini perlu ditingkatkan dan dilembagakan. Kedua, sementara itu

pada saat yang sama diperlukan pemerintahan yang efektif agar rakyat

dapat menikmati secara konkrit hasil dari proses demokrasi dalam

wujud kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Hal itu harus

menjadi pilihan mengingat demokrasi dalam dirinya selalu

mengandung kontradiksi antara governability (pemerintahan yang

efektif) di satu pihak, representativeness (keterwakilan) di pihak lain.

Secara lebih rinci prinsip-prinsip tersebut harus dituangkan dalam

kebijakan politik perundangan komprehensif, kohesif serta koheren.

2. Reformasi partai politik

Peningkatan kualitas pertama-tama adalah dengan melakukan

pengkaderan partai politik. Pendidikan kader partai dimaksudkan untuk

23

Page 24: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

menghasilkan kader partai yang kapabel, akuntable, mempunyai

komitmen, kepekaan serta ketrampilan menterjemahkan ideologi

kebijakan partai, disiplin terhadap keputusan partai sampai dengan

ketrampilan-ketrampilan melakukan lobi, diskusi, meyakinkan lawan

politiknya, berdebat, memimpin rapat, dan lain sebagainya. Dengan

melakukan kaderisasi dan pendidikan politik secara reguler maka

kapasitas partai dalam menjalankan fungsi-fungsi pokoknya yakni

sosialisasi dan pendidikan politik, artikulasi dan agregasi kepentingan,

partisipasi politik dan lain-lain juga akan ditingkatkan. Melalui proses

pendidikan politik yang semacam itulah partai akan didorong

melakukan institusionalisasi agar menjadi pilar demokrasi yang

kredibel.

3. Kontrol dana parpol

Agenda mendesak yang harus dilakukan jangka dekat adalah

mengontrol dana partai politik. Kalau dibiarkan partai menjadi lembaga

pemburu rente yang tidak hanya menggerogoti kredibilitasnya tetapi

bahkan dapat melumpuhkan kehidupan demokrasi16. Oleh sebab itu

pengaturan dana partai sangat penting dilakukan, karena tiadanya

peraturan yang jelas dan tegas mengenai keuangan partai bukan

hanya mengakibatkan ‘vote buying’17, tetapi yang lebih berbahaya

adalah akses pemilik kapital terhadap penguasa atau calon penguasa-

penguasa di dalam partai politik. Banyak dugaan dana partai selain dari

para pemilik modal yang ingin selalu mempertahankan dan

meningkatkan keuntungannya, disedot pula dari sumber-sumber

kekayaan negara melalui akses parpol birokrasi pemerintahan. Oleh

karena itu lembaga perwakilan rakyat sebagai tempat bertemunya

berbagai kepentingan politik selalu tidak tegas dalam menyusun

rumusan tentang dana parpol.

16 Mietzner, Marcus, Party Financing in Post-Soeharto Indonesia: Between State Subsidies and Political Corruption, Contemporary Southeast Asia: A Journal of International and Strategic Affairs, Volume 29, Number 2, August 2007, pp. 238-263.17 Pendalaman mengenai fenomena ‘vote buying’, antara lain dapat dibaca dalam: Schaffer, Frederic Charles (eds), Election for Sale: The Causes and Consequences of Vote Buying, Ateneo De Manila University Press, 2000, dan Heinz Nassamacher, Karl, Foundation for Democracy: Approach to Comparative Political Finance, Nomos Verlagsgesellschaft, Baden-Baden, 2001

24

Page 25: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

Mengingat politik uang sudah menjadi bagian dari proses politik,

ia harus dapat dicegah, diredam dan bahkan harus diberantas agar

tidak mengakibatkan pembusukan politik yang semakin parah. Caranya

adalah membatasi dan mengontrol keuangan partai dan dana kandidat.

Penutup

Praktek politik selama lebih kurang 13 tahun telah berhasil

melembagakan sebagian dari penyelenggaraan politik demokratis, khususnya

kompetisi dalam memperebutkan jabatan-jabatan publik telah menjadi bagian

dari kehidupan politik yang wajar. Prestasi yang patut dibanggakan karena

pelembagaan dalam kompetisi politik dapat menjadi modal yang sangat

berharga untuk melakukan konsolidasi kehidupan demokrasi yang lebih

substansial. Namun sayangnya, dalam waktu yang hampir bersamaan muncul

tanda-tanda menakutkan karena elit politik telah memanipulasi demokrasi

prosedural sebagai legitimasi perilaku politik yang korup. Elit politik mendapat

mandat rakyat tetapi justru menginjak-injak harkat dan martabat rakyat.

Rakyat digagahi oleh mereka yang seharusnya melindungi, mengayomi serta

membuat rakyat sejahtera. Reformasi politik masih belum berhasil

membentuk sikap dan perilaku elit politik yang mempunyai komitmen

mengutamakan kepentingan umum. Pesona dan nikmat kekuasaan telah

membuat perilaku politik elit semakin jauh dari standar peradaban bangsa.

Praktek penyelenggaraan pemerintahan semacam itu jelas lebih banyak

mudaratnya dari pada manfaatnya bagi masyarakat. Kemudaratan telah

dimulai dari niat para politisi yakni upaya habis-habisan untuk menjadi bagian

dari penguasa yang bergelimang kemewahan. Sesat pikir dan niat sudah

dimulai sejak mereka membayangkan nikmatnya kekuasaan yang akan

direguk. Keserakahan para penguasa telah menghilangkan roh peradaban

yang memuliakan politik: Pancasila.

Oleh sebab itu pendidikan ideologi Pancasila harus dilakukan kepada

para kader-kader partai politik yang nanti akan menjadi pemegang otoritas

politik. Mereka inilah harus menjadi sasaran prioritas, sebab merekalah yang

25

Page 26: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

akan memiliki kewenangan yang setiap keputusannya mengikat warga

masyarakat. Transformasi politik tanpa disertai dengan pembangunan

karakter yang didasarkan nilai-nilai luhur bangsa dapat dipastikan hanya akan

merusak tatanan dan menghancurkan masa depan bangsa dan negara. Oleh

karena itu pembangunan karakter harus pula menjadi salah agenda urgensi.

Dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila, diharapkan kehidupan politik

menjadi lebih mulia. Kehidupan politik lebih bermartabat. Ke depan

diharapkan, mereka yang akan terjun ke medan politik harus berbekal niat

untuk berjuang bagi kepentingan bangsanya; bukan mencari gelimang

kemewahan dan kekuasaan. Cara paling praktis, murah tetapi efektif adalah

kesediaan para tokoh dan pimpinan di berbagai bidang dan lapisan

masyarakat memberikan keteladanan dalam sikap dan perilaku kehidupan

sehari-hari. Mengatakan sesuatu, terutama janji-janji politik tanpa disertai

dengan bukti yang konkrit, hanya akan menyuburkan perilaku munafik dan

membuat rakyat semakin tidak percaya kepada tatanan baru yang disebut

demokrasi.

Sementara itu untuk memutus mata rantai kesemrawutan yang

dihadapi bangsa Indonesia agenda yang harus menjadi prioritas adalah

menyusun regulasi yang berkenaan dengan penyelenggaraan kekuasaan

pemerintahan. Perangkat regulasi harus mempunyai tujuan dan arah yang

jelas serta dilakukan secara komprehensif, kohesif, dan koheren antara

regulasi yang satu dengan lainnya. Beberapa regulasi yang terkait dengan

penataan kekuasaan pemerintahan, misalnya regulasi tentang pemilihan

presiden, kepala daerah, dewan perwakilan rakyat, sistem kepartaian,

pemilihan umum, desentralisasi, perimbangan keuangan pusat dan daerah,

bahkan regulasi yang berkenaan dengan keamanan nasional. Dengan

kebijakan politik perundang-undangan yang mempunyai proyeksi yang

visioner serta pakem dan paradigma yang jelas, diharapkan dapat diwujudkan

pemerintahan yang efektif tetapi tetap dapat dikontrol oleh masyarakat.

Gagasan dan pemikiran semacam itu sudah banyak dimiliki oleh

masyarakat, bahkan sudah terlalu sering disampaikan kepada para wakil

rakyat serta pemerintah dalam berbagai forum dan kesempatan. Namun

26

Page 27: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

nampaknya mereka sudah kedap terhadap himbauan serta wacana publik

yang menyuarakan dan mendesak agar agenda reformasi dilakukan dengan

kaidah-kaidah yang benar. Oleh sebab itu sudah saatnya masyarakat

membangun kekuatan yang demokratis untuk melakukan tekanan dan

desakan terus-menerus kepada otoritas politik agar tunduk kepada kehendak

rakyat.

BIBLIOGRAFI

1. Kristiyanto, Eddy, OFM, Sakramen P olitik: Mempertanggungjawabkan

M emoria , Penerbit Lamalera, Desa Wilirejo, Kecamatan Pandak, Bantul,

2008;

2. Hirschman, Albert O., The Passion and T he Interest: Political Argument

for Capitalist Before Its Trial, Princeton University Press, New Jersey,

1997.

3. Snyder, Jack, Dari Pemungutan Suara Ke Pertumpahan Darah,

terjemahan dari buku From Voting to Violence, penterjemah: Martin

Aleida & Parakitri T. Simbolon, Penerbit Gramedia, November 2003.

4. Montesquieu, The Spirit of Laws, diterjemahkan dan diedit oleh: Anne

M. Cohler; Basia. Miller; Harold Stone; Cambridge University Press, New

York, 1989.

5. The International Bank for Reconstruction and Development/The World

Bank Report: Sub-Saharan Africa: From Crisis to Sustainable Growth,

First Printing November 1989, manufactured in the United States of

America.

6. Huntington, Samuel P; The Third Wave: Democratization in the Late

Twentieth Century, University of Oklahoma Press, 1991.27

Page 28: Diy Rdpu Dprd Jan 2013 Kristiadi

7. Hayek, FA; The Constitution of Liberty, Routledge & Kegan Paul Ltd,

London EC4E 4EE.

8. Hollifield, James F. & Jillison Calvin (eds), Pathways to Democracy: The

Political Economy of Democratic Transitions, Routledge, London, 2000.

9. Kristiadi, J.; Sistem Pemilihan Umum dan Representasi Politik dalam

Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia; Bantarto Bandoro

(eds), CSIS, Jakarta, 1995.

10.Grabow, Karsten dan Riek. E, Christian (eds.), Parties and Democracy,

pp 110-111; Konrad-Adenauer-Stiftung e.V; Klingenhoferstrasse 23, D-

10907 Berlin, Germany.

11.Przewosrski, Adam (et.al): Democracy and Development: Political

Institutional and Well-being in the World, Cambridge University Press,

2000.

12.Przewosrski, Adam, Democracy and the Market: Political and Economics

Reforms in Eastern Europe and Latin America, Cambridge University

Press, 1991.

13.Jones, Michael E, Libido Dominandi: Sexual Liberation and Political

Control; St Agustine’s Press, South Bend, Indiana, 2000.

14.Mainwaring, Scott, Presidentialism, Multipartism, and Democracy: The

Difficult Combination, Comparative Political Studies, Volume 26, No. 2,

July 1993, pp 198-228.

15.Liphard, Arend (ed), Parliamentary Versus Presidential Government,

Oxford University Press, 1992.

16.Mainwaring, Scott & Soberg Shugart (eds): Presidentialism and

Democracy in Latin America, Cambridge University Press, 1997.

Jakarta, akhir Januari 2013

28