Ltm Agama IV(1)

5
Iman Kristen dan Seni Kinanthi Nareswari-1206258074 Judul: Iman, Budaya, dan Ipteks Pengarang: Tamuntuan, Junius, dkk. Data Publikasi: Buku Ajar MPK Agama Kristen Pokok Bahasan IV A. Bakat dan Kreativitas Lagu “Song of Joy” ciptaan Ludwig Von Beethoven adalah salah satu hasil karya seni yang luar biasa. Selain karya Beethoven, masih banyak karya-karya luar biasa lainnya oleh seniman- seniman lain. Bagaimana mereka dapat membuat hasil karya tersebut tidak lepas oleh karunia Tuhan yang menciptakan setiap manusia dengan potensi yang besar walaupun tidak semua ciptaan Tuhan memiliki potensi yang sama. Francis Schaeffer di dalam artikel “The Aesthetic Imoerative” sebagaimana telah dikutip oleh Frank E. Gaebelein di dalam buku The Christian, The Arts, and Truth mengatakan bahwa “Diciptakan menurut gambar Allah, manusia diciptakan untuk menjadi hebat, dia diciptakan untuk menjadi kreatif di dalam kehidupan dan di dalam bidang seni…” [terjemahan bebas] (Gaebelein, 1978:73). Menurut Verkuyl, seni adalah hasil (yang memuaskan atau yang urang memuaskan) usaha untuk menyatakan atau mewujudkan keindahan dengan alat-alat tertentu. Di dalam seni musik, yang menjadi alat untuk menyatakan keindahan ialah nada, bunyi, yakni dengan mengatur berbagai-bagai bunyi dengan irama dan melodi, sehingga menjadi sesuatu yang indah dindengar. Menurutnya juga, ciri-ciri musik adalah nada, irama, dan melodi. Musik adalah “seni nada” namun nada baru dapat disebut musik apabila yang dipadukan menjadi irama. Untaian nada yang

description

Chrisitan

Transcript of Ltm Agama IV(1)

Page 1: Ltm Agama IV(1)

Iman Kristen dan Seni

Kinanthi Nareswari-1206258074

Judul: Iman, Budaya, dan Ipteks

Pengarang: Tamuntuan, Junius, dkk.

Data Publikasi: Buku Ajar MPK Agama Kristen Pokok Bahasan IV

A. Bakat dan Kreativitas

Lagu “Song of Joy” ciptaan Ludwig Von Beethoven adalah salah satu hasil karya seni

yang luar biasa. Selain karya Beethoven, masih banyak karya-karya luar biasa lainnya oleh

seniman-seniman lain. Bagaimana mereka dapat membuat hasil karya tersebut tidak lepas

oleh karunia Tuhan yang menciptakan setiap manusia dengan potensi yang besar walaupun

tidak semua ciptaan Tuhan memiliki potensi yang sama. Francis Schaeffer di dalam artikel

“The Aesthetic Imoerative” sebagaimana telah dikutip oleh Frank E. Gaebelein di dalam buku

The Christian, The Arts, and Truth mengatakan bahwa “Diciptakan menurut gambar Allah,

manusia diciptakan untuk menjadi hebat, dia diciptakan untuk menjadi kreatif di dalam

kehidupan dan di dalam bidang seni…” [terjemahan bebas] (Gaebelein, 1978:73).

Menurut Verkuyl, seni adalah hasil (yang memuaskan atau yang urang memuaskan) usaha

untuk menyatakan atau mewujudkan keindahan dengan alat-alat tertentu. Di dalam seni

musik, yang menjadi alat untuk menyatakan keindahan ialah nada, bunyi, yakni dengan

mengatur berbagai-bagai bunyi dengan irama dan melodi, sehingga menjadi sesuatu yang

indah dindengar. Menurutnya juga, ciri-ciri musik adalah nada, irama, dan melodi. Musik

adalah “seni nada” namun nada baru dapat disebut musik apabila yang dipadukan menjadi

irama. Untaian nada yang teratur dan berirama sehingga musik yang terdengar itu merdu

disebut melodi. Unsur-unsur tadi dapat dipadukan lagi untuk menghasilkan unsur yang baru,

menjadi paduan suara atau orkestra.

Potensi manusia dalam seni musik dapat digali dan dikembangkan sedemikian rupa

sehingga terciptalah berbagai jenis alat musik dan aliran musik. Musik sudah dikenal sejak

dulu hingga sekarang. Musik itu memberikan keceriaan dan menjadi sarana untuk

mengungkapkan perasaan bagi manusia. Musik merupakan ekspresi iman. Melalui musik,

orang yang percaya kepada Tuhan mengakui imannya, menyatakan kasihnya, menyampaikan

keluh kesahnya, menyatakan penyesannya dan pertobatannya, menaikkan pujian dan rasa

syukur kepada-Nya. Hal ini tampak nyata dalam Alkitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian

Baru.

Sitompoel didalam bukunya menjelaskan bahwa jemaat dalam Perjanjian Lama dan

Perjanjian Baru diwarnai nyanyian penyembahan untuk memuji Allah. Yubal keturunan Kain

Page 2: Ltm Agama IV(1)

disebut sebagai bapa semua orang yang bermain kecapi dan suling (kejadian 4:21). Bernyanyi

bagi Allah dapat kita baca di dalam Keluaran 15:21; Mazmur 96:1-2; dan yang lainnya. Di

dalam Perjanjian Baru terdapat di dalam Matius 26:30; Markus 14:26; dan lainnya. Tujuan

mereka bernyanyi adalah untuk mengagungkan dan memuliakan nama Allah sebagai salah

satu pelayanan dan pertanggungjawaban setiap waktu, baik pada masa kesusahan maupun

kesukaan. Dari penjelasan tersebut, musik dipakai untuk memuliakan Allah tetapi juga harus

diwaspadai agar musik tidak mengabdi kepada ilah atau kejahatan.

Bukan hanya seni musik, bakat dan kreativitas manusia dapat dikembangkan melalui seni

tari. Seni tari merupakan gerak-gerik tubuh dan anggota-anggota tubuh yang diatur

sedemikian rupa mengikuti irama tertentu yang memerlihatkan suatu keharmonisan yang

indah. Selain keindahan yang ditonjolkan lewat gerakan tubuh juga tampak ekspresi emosi

manusia yang ingin disampaikan lewat tari-tarian. Menari merupakan ekspresi iman kepada

Tuhan, berupa pujian dan penyembahan kepada-Nya. Sebuah contoh dari 2 Samuel 6:5

diceritakan bagaimana raja Daud dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan Tuhan dan

Mazmur 149:3 memerlihatkan ajakan unuk memuji Tuhan dengan tari-tarian dan sebagainya.

Ada juga yang menggunakan tari-tarian ke arah yang negatif. Oleh sebab itu, perlu dikaji

ulang motivasi dan tujuan, serta bentuk gerakan tarian tersebut, apakah memuliakan Tuhan

atau tidak.

Inti dari macam-macam seni yang beragam itu adalah keindahan. Di dalam konteks iman

Kristen, nilai yang paling mendasar yaitu menghormati Tuhan, memuliakan nama Tuhan,

menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan, dan peduli terhadap lingkungan. Setiap

bakat dan talenta yang Tuhan berikan harus disyukuri dan dikembangkan sesuai dengan

kehendak-Nya dan kesejahteraan bagi umat manusia. Jadi etika dalam menghasilkan karya

seni harus didasarkan pada ketaatan manusia akan perintah-perintah Tuhan dan kekudusan-

Nya.

B. Iman dan Sastra

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang diciptakan menurut gambar-Nya juga

diberikan kemampuan untuk mengucapkan kata-kata. Mengingat bahwa kata-kata itu penting

dan mempunya kuasa, manusia harus berhati-hati di dalam mengucapkan kata-kata. Kata-kata

yang digunakan itu disebut bahasa dan diungkapkan dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Kemampuan untuk mengucapkan kata-kata meruakan suatu keistimewaan yang dianugerahi

Tuhan kepada manusia, sehingga melalui kata-kata manusia dapat berkomunikasi kepada

Tuhan maupun kepada sesamanya.

Page 3: Ltm Agama IV(1)

Tulisan yang indah ditulis dengan gaya bahasa yang indah, yang mempunyai nilai

kesusasteraan. Banyak orang yang kurang menghargai kesusasteraan karena mereka kurang

memahami makna yang terkandung di dalam tulisan-tulisan bernilai kesusasteraan. Menurut

Ryken, subyek dari sastra itu adalah pengalaman manusia. Sastra mewujudkan pengalaman

dalam bentuk konkrit, bukan abstrak. Sastra memerlihatkan conto dan bukan hanya

pengajaran. Sastra juga menafsirkann pengalaman tersebut dan mewujudkan pokok-pokok

pikiran yang tersirat di dalamnya. Contoh yang dikemukakan Tuhan Yesus di dalam alkitab

juga menggambarkan sastra. Misalnya, pada waktu Tuhan Yesus menjelaskan tentang

“Siapakah sesama manusia”, Ia bercerita tentang perumpaan “Orang Samaria yang baik”.

Dapat disimpulkan bahwa Tuhan Yesus menggunakan metode regleksif, yakni mengajak

murid-muridnya untuk bercermin pada karakter tokoh di dalam cerita tersebut.

Dari kesaksian Alkitab, secara singkat kia melihat bahwa Iman merupakan percaya,

harapan, pengakuan, ketaatan, dan penyerahan diri kepada Tuhan. Iman merupakan respon

manusia atas panggilan Allah untuk bersekutu dengan Dia, sehingga di dalam kehidupan

orang beriman ada persekutuan yang erat dengan Allah dan tercipta hubungan kasih yang

timbal balik. Iman tidak dapat disembunyikan di dalam hati dan pikiran saja, melainkan iman

itu juga akan menyatakan diri melalui sikap, perkataan, dan perbuatan kita. Saat kita

memerhatikan karya sastra seseorang maka akan tampak prinsip-prinsip iman dan moral si

penulis. Di sinilah hubungan iman dan sastra. Dan bagi penulis yang beriman kepada Tuan

Yesus, hal itu berarti bahwa prinsip iman dan moral mereka itu bersumber keaa Tuhan Yesus

dan firman-Nya yang terdapat di dalam alkitab.

Kita mengenal alkitab sebagai buku yang berisikan firman Tuhan. Tuhan juga memakai

manusia yang beriman untuk menuangkan firman-Nya ke dalam alkitab. Oleh sebab itu

alkitab memiliki gaya bahasa yang indah, yang memiliki niali kesusasteraan. Jadi alkitab

sebenarnya merupakan sebuah buku yang luar biasa, di mana Allah berfirman kepada manusia

melalui umat pilihan-Nya dan bagaimana umat pilihan-Nya menyaksikan dan meneruskan

firman Tuhan itu melalui karya tulisan. Dan disini kita melihat betapa pentingnya suatu karya

sastra.

Kita patut bersyukur bahwa kita memiliki alkitab dan kita patut bersyukur untuk para

penulis yang telah bersedia dipakai oleh Tuhan serta menyaksikan tentang Tuhan dengan

segala kebaikan-Nya. Oleh karena itu marilah kita menulis dan menulis terus tentang Dia

sebagai tanda kasih kita kepada-Nya dengan menggunakan talenta dan ilmu yang kita peroleh

dari Tuhan.