LPM kasar
Transcript of LPM kasar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Senen
1.1.1.1 Keadaan Geografis
Pada bulan Agustus 1966 di DKI Jakarta dibentuk beberapa Kota
Administrasi. Berbeda dengan kota otonom yang dilengkapi DPRD tingkat II, maka
kota-kota administrasi di DKI Jakarta tidak memiliki DPRD Tingkat II yang
mendampingi Walikota. Berdasarkan lembaran daerah no 4/1966 ditetapkanlah 5
wilayah kota administrasi di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta
Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, yang dilengkapi dengan 22 kecamatan dan 220
Kelurahan. Pembentukan Kecamatan dan Kelurahan ini didasarkan atas asas
teritorial dengan mengacu pada jumlah penduduk yaitu 200.000 jiwa untuk
kecamatan, 30.000 jiwa untuk kelurahan perkotaan dan 10.000 jiwa untuk kelurahan
pinggiran. Secara administratif kotamadya Jakarta Pusat dibagi menjadi 8
kecamatan, 44 kelurahan 394 RW dan 4.711 RT.
Kecamatan Senen termasuk wilayah Kotamadya Jakarta Pusat memiliki luas
wilayah 422 Ha. Menurut data statistik 2004, peruntukan luas tanah tersebut terdiri
dari perumahan 237,25 Ha; industri 4,85 Ha; kantor dan gudang 120,48 Ha; taman
6,92 Ha; pertanian 0 Ha; lahan tidur 0 Ha dB 52,37 Ha. Secara administratif terdiri 6
kelurahan, 46 RW, 508 RT, 22.451 KK, 102.324 jiwa, dengan kepadatan penduduk
24.230/Km2. Kecamatan Senen terdiri dari (a) Kelurahan Kenari (92 Ha) Kelurahan
Paseban (71 Ha); (b) Kelurahan Kramat (71 Ha); (c) Kelurahan Kwitang (45 Ha); (d)
Kelurahan Senen (81 Ha); dan (e) Kelurahan Bungur (63 Ha).
1
Tabel 1.1 Data Kelurahan di Wilayah Kecamatan Senen
Puskesmas Luas (Ha) RW RT KK
Senen 80,90 4 34 1.620
Kwitang 46,61 9 81 5.175
Kenari 91,00 8 54 2.265
Kramat 70,87 8 96 6.355
Paseban 71,41 8 115 7.013
Bungur 62,64 10 130 6.250
Jumlah 422,31 47 510 28.678
(Sumber : Laporan Bulanan Kecamatan Senen Tahun 2012)
Batas wilayah Kecamatan Senen adalah sebagai berikut :
Utara : Jalan Pejambon, Jalan Abdurrahman Saleh, Jalan Kalilio
Senen, Kepu Selatan, Gunung Sahari I, II dan Jalan
Kalibaru Timur Raya
Timur : Jalan Kereta Api dan Kali Sentiong
Selatan: Jalan Pramuka, Matraman, Jalan Letjen Suprapto (Tanah
Tinggi Barat/Poncol)
Barat : Kali Ciliwung
Gambar 1.1 Peta Kecamatan Senen
(Sumber : Profil Puskesmas kec Senen)
2
Dari gambar 1.1 menunjukkan peta wilayah di Kecamatan Senen terdapat enam
Kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Senen
2. Kelurahan Kwitang
3. Kelurahan Kenari
4. Kelurahan Kramat
5. Kelurahan Paseban
6. Kelurahan Bungur
Kelurahan Senen mempunyai empat RW, Kelurahan Kwitang mempunyai
sembilan RW dan satu Puskesmas Kelurahan, Kelurahan Kenari mempunyai delapan
RW, satu Puskesmas Kelurahan dan Puskesmas Kecamatan Senen terdapat di
Kelurahan Kenari, Kelurahan Kramat mempunyai delapan RW dan satu Puskesmas
Kelurahan, Kelurahan Paseban mempunyai delapan RW dan satu Puskesmas
Kelurahan, Kelurahan Bungur mempunyai sepuluh RW dan satu Puskesmas
Kelurahan.
1.1.1.2 Keadaan Demografi
Wilayah Kecamatan Senen adalah wilayah padat penduduk yang sangat
heterogen. Menurut data Biro Pusat Statistik Jakarta Pusat pada periode Januari
hingga Desember2012, Kecamatan Senen mempunyai jumlah penduduk sebanyak
74.582 jiwa, dengan kepadatan penduduk 17.660 per Km2.
Berikut rincian kepadatan penduduk di Kelurahan yang ada di wilayah Puskemas
Kecamatan Senen tahun 2012:
3
Tabel 1.2 Kepadatan Penduduk per KelurahanDi Wilayah Sekecamatan Senen
Tahun 2012
No. Keluraha
n
Jumlah
Pendudu
k
Luas
Wilayah
(Km2)
Kepadatan
Penduduk
Per Km2
1 Senen 5.407 0,81 6.683
2 Kwitang 16.032 0,45 34.396
3 Kenari 8.469 0,91 9.306
4 Kramat 23.234 0,71 32.940
5 Paseban 23.603 0,71 33.052
6 Bungur 16.206 0,64 25.871
Jumlah 93.062 4,23 22.036
(Sumber: Laporan Bulanan Kecamatan Senen 2012)
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Agamadi Wilayah Kecamatan Senen
Tahun 2012
Kelurahan Islam Katolik Protestan Hindu Budha Jumlah
Pendudu
k
Senen 3.740 640 531 157 339 5.407
Kwitang 14.884 219 474 214 241 16.032
Kenari 6.300 708 747 135 579 8.469
Kramat 21.643 451 620 196 324 23.234
Paseban 21.395 762 809 138 499 23.603
Bungur 14.096 620 853 138 499 16.206
Jumlah 93.062
(Sumber: Laporan Bulanan Kecamatan Senen 2012)
4
Tabel 1.4 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usiadi Wilayah Sekecamatan
Senen Tahun 2012
No. Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 0 – 4 4.232 4.407 8.639
2. 5 – 9 3.585 3.652 7.237
3. 10 – 14 3.776 3.374 7.150
4. 15 – 19 3.340 3.369 6.709
5. 20 – 24 3.348 3.355 6.703
6. 25 – 29 3.685 3.680 7.365
7. 30 – 34 3.878 3.430 7.308
8. 35 – 39 3.767 3.414 7.181
9. 40 – 44 3.410 3.254 6.664
10. 45 – 49 3.306 2.957 6.263
11. 50 – 54 2.950 2.758 5.708
12. 55 – 59 2.439 2.363 4.802
13. 60 – 64 1.927 1.865 3.792
14. 65 – 69 1.703 1.574 3.277
15. 70 – 74 1.152 1.207 2.359
16. > 75 924 981 1.905
Jumlah 48.835 44.227 93.062
(Sumber: Laporan Bulanan Kecamatan Senen 2012
Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Menurut Jenjang Pendidikan di Wilayah
Sekecamatan Senen Tahun 2012
Kelurahan Belum
Sekolah
SD SMP SMA AK/DIPLOMA/PT Jumlah
Senen 1.301 102 1.071 1.925 1.008 5.407
Kwitang 4.574 563 3.089 5.827 1.976 16.032
Kenari 738 834 2.832 2.810 1.255 8.469
Kramat 5.334 430 3.505 10.70
4
3.259 23.234
Paseban 7.434 2.64 4.917 4.235 4.372 23.603
5
5
Bungur 3.804 592 4.367 6.120 1.323 16.206
Jumlah 19.608 834 16.22
4
28.28
1
9.635 93.062
(Sumber: Laporan Bulanan Kecamatan Senen 2012)
Tabel 1.6 Fasilitas Kesehatan di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen
Tahun 2012
Fasilitas
Kesehatan
Kelurahan Jumlah
Senen Kwitang Kenari Kramat Paseban Bungur
Puskesmas - 1 2 1 1 1 6
RS.
Umum/
Swasta
1/- - 2/1 - -/2 - 3/3
Puskesmas
Keliling
- - - - - - -
Posyandu
Lansia
6 5 8 12 11 11 53
Praktek
dr./ drg.
Praktek
Dr.
Spesialis
- - 1 7 1 - 9
Bidan
Praktek
- 4 - 17 1 1 23
Apotek 5 4 5 2 4 1 18
Dokter 24
Jam
- - - - 3 - 3
Poliklinik - 4 - 3 - 2 9
RB.
Pemerintah
- - 1 - - - 1
RB. - - 2 - 2 - 4
6
Swasta
Klinik KB - 3 - - - - 3
(Sumber: Laporan Bulanan Kecamatan Senen 2012)
1.1.2 Gambaran Umum Puskesmas
1.1.2.1 Definisi
Pusat Kesehatan Masyarakat(PUSKESMAS) adalah pusat pengembangan,
pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus merupakan garda
terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Untuk tujuan tersebut,
puskesmas berfungsi melayani tugas teknis dan administratif. Wilayah kerja
puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan
penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan infrastruktur lainnya merupakan
bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 –
50.000 penduduk setiap puskesmas.Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan
maka puskesmas perlu ditunjang oleh unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana
yang disebut Puskesmas Pembantu atau Puskesmas Keliling. Khusus untuk kota
besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat
meliputi satu kelurahan.
Indonesia sehat 2015 adalah visi pembangunan sehat di Indonesia.
Puskesmas dijadikan sebagai ujung tombak upaya kesehatan baik upaya kesehatan
masyarakat maupun kesehatan perorangan. Lebih dari tiga dasawarsa Republik
Indonesia mencoba berupaya menyelesaikan persoalan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
telah mengembangkan berbagai inovasi strategi peningkatan pelayanan kesehatan
yang lebih efektif, efisien dan terpadu. Gagasan–gagasan baru untuk menyelesaikan
berbagai persoalan pelayanan kesehatan dicoba namun demikian faktanya adalah
kualitas pelayanan kesehatan di negara Indonesia masih jauh dari memuaskan bila
dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
1.1.2.2 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan Puskesmas meliputi :
a. Promotif ( peningkatan kesehatan )
b. Preventif ( upaya pencegahan )
7
c. Kuratif ( pengobatan )
d. Rehabilitatif ( pemulihan kesehatan )
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan
jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.
1.1.2.2 Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat
adalah gambaran masyarakat Kecamatan di masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Indikator Kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator
utama yakni (1) lingkungan sehat (2) perilaku sehat (3) cakupan pelayanan kesehatan
yang bermutu serta (4) derajat kesehatan penduduk Kecamatan. Rumusan visi untuk
masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan
Puskesmas di atas yakni, terwujudnya Kecamatan sehat yang harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah Kecamatan setempat.
1.1.2.3 Misi Puskesmas
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu
pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan,
setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang
kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan, menuju
kemandirian hidup.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standard dan
8
memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung
dan bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan
menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai.
1.1.2.4 Strategi Puskesmas
a. Mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan
b. Mengembangkan dan menetapkan azas kemitraan serta pemberdayaan
masyarakat dan keluarga
c. Meningkatkan profesionalisme petugas
d. Mengembangkan kemandirian puskesmas sesuai dengan kewenangan yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
1.1.2.5 Fungsi Puskesmas
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah
kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
9
pembiayaannya, serta ikut menerapkan, menyelenggarakan dan memantau
program kesehatan. Pemberadayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial
budaya masyarakat setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah
dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
10
Gambar 1.2 Fungsi Puskesmas
Sumber : Buku ARRIMES Manajemen Puskesmas
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas,
puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan program kesehatan perorangan
dan program kesehatan masyarakat, yang bila ditinjau dalam sistem kesehatan
nasional, keduanya merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Program
kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu program kesehatan wajib dan
program kesehatan pengembangan.
1. Program Kesehatan Pengembangan
Program yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan
di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Program kesehatan pengembangan dipilih dari daftar program kesehatan pokok
puskesmas yang telah ada yakni :
a. Program Kesehatan Sekolah
b. Program Kesehatan Olahraga
c. Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Program Kesehatan Kerja
e. Program Kesehatan Gigi & Mulut
f.Program Kesehatan Jiwa
g. Program Kesehatan Mata
h. Program Kesehatan Usia Lanjut
11
i.Program Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pemilihan program kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan Kabupaten/ Kota dengan mempertimbangkan masukan dari
Konkes/ BPKM/ BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila program
kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan
serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan program kesehatan
pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
Kabupaten/Kota. Dalam keadaan tertentu program kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas Kabupaten / Kota.
Penyelenggaraan program kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan
tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah
pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam
menyelenggarakan setiap program puskesmas, baik program kesehatan wajib
maupun program kesehatan pengembangan.
1.1.2.6 Upaya Kesehatan Wajib
Program yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan
global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Program kesehatan wajib ini diselenggarakan oleh setiap Puskesmas
yang ada di wilayah Indonesia.
Program Kesehatan Wajib Puskesmas adalah:
a. Program Promosi Kesehatan
b. Program Kesehatan Lingkungan
c. Program Kesehatan Ibu dan Anak
d. Program Keluarga Berencana
e. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
f. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
g. Program Pengobatan Dasar
h. Berikut ini akan ditampilkan upaya kesehatan wajib yang ditampilkan dalam
bentuk tabel, yaitu sebagai berikut:
12
Tabel 1.7 Indikator Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Program
Kesehatan WajibKegiatan Indikator
Promosi
Kesehatan
Promosi Hidup Bersih dan
Sehat
Tatanan sehat
Perbaikan perilaku sehat
Kesehatan
LingkunganPenyehatan Pemukiman
Cakupan air bersih
Cakupan jamban keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
Kesehatan Ibu
dan Anak
ANC Cakupan K1, K4
Pertolongan Persalinan Cakupan linakes
MTBS Cakupan MTBS
Imunisasi Cakupan imunisasi
Keluarga
Berencana
Pelayanan Keluarga
BerencanaCakupan MKET
Pengendalian
Penyakit
Menular
Diare Cakupan kasus diare
ISPA Cakupan kasus ISPA
MalariaCakupan kasus malaria
Cakupan kelambunisasi
TuberkulosisCakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan
Gizi
Distribusi vit A/ Fe / cap
yodium
Cakupan vit A /Fe / cap
yodium
PSG % gizi kurang / buruk, SKDN
Promosi Kesehatan % kadar gizi
Pengobatan
Medik Dasar Cakupan pelayanan
UGD Jumlah kasus yang ditangani
Laboratorium Sederhana Jumlah pemeriksaan
(Sumber : Trihono. 2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes)
13
1.1.2.6.1 Upaya Kesehatan Pengembangan
Program yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Program kesehatan pengembangan dipilih dari daftar program kesehatan pokok
puskesmas yang telah ada yakni :
a. Program Kesehatan Sekolah
b. Program Kesehatan Olahraga
c. Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Program Kesehatan Kerja
e. Program Kesehatan Gigi & Mulut
f. Program Kesehatan Jiwa
g. Program Kesehatan Mata
h. Program Kesehatan Usia Lanjut
i. Program Pembinaan Pengobatan Tradisional.
Pemilihan program kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan Kabupaten/ Kota dengan mempertimbangkan masukan dari
Konkes/ BPKM/ BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila program
kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan
serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan program kesehatan
pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
Kabupaten/Kota.Dalam keadaan tertentu program kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan program kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan
tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah
pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam
menyelenggarakan setiap program puskesmas, baik program kesehatan wajib
maupun program kesehatan pengembangan.
14
Tabel 1.8Indikator Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas
Upaya Kesehatan
Pengembangan
Kegiatan Indikator
Upaya kesehatan
sekolahUKS/UKGS
Jumlah Sekolah dengan UKS/UKGS %
sekolah sehat
Upaya kesehatan olah
raga
Memasyarakatkan olah
raga untuk kesehatan
Jumlah kelompok senam
Jumlah klub jantung sehat
Upaya perawatan
kesehatan masyarakat
Kunjungan rumah
konseling
% keluarga rawan yang dikunjungi
Upaya kesehatan kerja
Memasyarakatkan
masker (norma sehat
dalam bekerja)
% pos UKK
Tingkat perkembangan pos UKK
Upaya kesehatan gigi
dan mulutPoliklinik gigi
Jumlah kasus gigi
Upaya kesehatan jiwa Konseling Jumlah kasus penyakit jiwa
Upaya kesehatan mata Mencegah kebutaan
Jumlah penduduk katarak yang
dioperasi
Jumlah kelainan visus yang dikoreksi
Upaya kesehatan usia
lanjut
Memasyarakatkan
perilaku sehat di usia
lanjut
% Posyandu Usila
Tingkat perkembangan Posyandu Usila
Usaha pembinaan
pengobatan tradisional
Membina pengobatan
tradisional yang rasional
Jumlah sarasehan battra
Jumlah battra yang dibina
(Sumber : Trihono.2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes,ed.)
1.1.2.7 Azas Puskesmas
1. Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus
melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan.
15
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata
dan terjangkau di wilayah kerjanya.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas. Untuk ini,
berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan
Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain
a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Pokestren)
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Kerja : Pos Program Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Kesehatan Jiwa :Tim Pelaksana Kesehatan jiwa Masyarakat (TPKJM)
i. Pembinaan Pengobatan Tradisional: Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).
3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu. Ada dua macam keterpaduan yang perlu
diperhatikan yakni :
a. Keterpaduan Lintas Program
16
Program memadukan penyelengaraan berbagai program kesehatan yang
menjadi tanggung jawab puskesmas. Contoh : MTBS, UKS, Puskesmas
Keliling, Posyandu.
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Program memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan program
dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatn
dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral antara lain 1). UKS,
Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan
& agama. 2). Promosi Kesehatan, keterpaduan sektor kesehatan dengan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama & pertanian. 3).
Perbaikan Gizi, keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha &
organisasi kemsyarakatan. 4). Kesehatan kerja, keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja & dunia usaha.
4. Azas Rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik,
baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke
strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam
arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Ada dua macam
rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Kesehatan Perorangan (Medis)
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit
tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan
program kesehatan perorangan dibedakan atas 1). Rujukan kasus untuk
keperluan diagnostik, pengobatan tindakan medis (contoh: operasi) dan lain-
lain. 2). Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap. 3). Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain
mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan
tenaga puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di
puskesmas.
17
b. Rujukan Kesehatan Masyarakat (Kesehatan)
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah
kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan
dan bencana. Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam: 1).
Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual,
bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian. 2). Rujukan
tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa, bantuan
penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan kesehatan karena bencana
alam. 3). Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan
dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan kesehatan masyarakat kepada dinas kesehatan
Kabupaten/Kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas
tidak mampu.
Gambar 1.3 Sistem Rujukan Puskesmas
(Sumber :Trihono. 2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes)
18
1.2 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Senen
Wilayah Kecamatan Senen mempunyai satu unit Puskesmas tingkat
Kecamatan, lima unit Puskesmas tingkat Kelurahan, yaitu :
1. Puskesmas Kecamatan Senen
Puskesmas Kecamatan Senen merupakan puskesmas dengan luas bangunan
1500 m2 terdiri dari tiga lantai yang baru selesai dibangun tahun 2000 dan
dioperasionalkan sebagai Puskesmas Kecamatan pada periode Juli 2000,
dilengkapi dengan unit rawat inap rumah bersalin.
2. Puskesmas Kelurahan Kwitang
Dibangun di atas tanah seluas 542 m2 dengan luas bangunan 435 m2.
3. Puskesmas Kelurahan Kenari
Dibangun di atas tanah seluas 300 m2 dengan luas bangunan 250 m2.
4. Puskesmas Kelurahan Paseban
Dibangun di atas tanah seluas 700 m2 dengan luas bangunan 640 m2.
5. Puskesmas Kelurahan Kramat
Dibangun di atas tanah seluas 450 m2 dengan luas bangunan 435 m2.
6. Puskesmas Kelurahan Bungur
Dibangun di atas tanah seluas 500 m2 dengan luas bangunan 435 m2..
Gambar 1.4 Skema Puskesmas di wilayah Kecamatan Senen
19
1.2.1 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Senen
Stuktur organisasi Puskesmas Kecamatan Senen tahun 2012, terdiri atas
Kepala Puskesmas Kecamatan Senen yang dibantu oleh Tata Usaha, bagian Mutu,
seksi Kesehatan Masyarakat, seksi Pelayanan Kesehatan dan bertanggung jawab
terhadap Puskesmas Kelurahan Kenari, Puskesmas Kelurahan Kwitang, Puskesmas
Kelurahan Paseban, Puskesmas Kelurahan Kramat dan Puskesmas Kelurahan
Bungur. Seksi kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap bagian P2M, PTM,
Gizi/PSM, Jiwa/NAPZA, Kesehatan Lingkungan dan Pomosi Kesehatan. Seksi
Pelayanan Kesehatan bertanggung jawab terhadap pelayanan dasar yang membawahi
BPU, BPG, KIA/KB, Jamsostek, MTBS, Tindakan, Laboratorium, Rontgen, Loket,
apotik selain itu seksi pelayanan kesehatan membawahi Gadar, Gakin, Haji,
Spesialis dan RB (Rumah Bersalin).
20
KEPALA PUSKESMAS KECAMATAN SENENDr. M. Budiman Panjaitan
KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA
Nur Rahmawati, S.Sos
PENGELOLA PROG & ANG
drg. Anisulistyorini
Bagian DiklitDr. Yulihartati
PJ SIK/DATAFuri M/Yanti M
PENGELOLA UMUM & RT
Asep Rahmat
BENDAHARA BARANGSaminah
BENDAHARA PENERIMAAN
Sumarni
MANAJEMEN REPRESENTATIF
drg. Aprilina Maryani S
BENDAHARA PENGELUARAN
Tri Rahayu
PENGELOLA KEPEGAWAIAN
Yanto
KOORDINATOR PENUNJANGDr. Yulihartati
Penanggung Jawab Poli UmumDr. Corry. Dami
Puspita
Penanggung Farmasi
Dian Ekawati, Ssi, Apt
Penanggung jawab
Peny. MenularDr. Anna HAsnaini
Penanggung jawab rantai
Dingin VaksinAnita Panjaitan
Penanggung jawab
LaboratoriumRini Sartika
Penanggung Jawab poliRadiologi
Dimas Novianto
Penanggung jawab UKS
Martini
Penanggung Jawab
Gizi/PPSMYuyun. S
Penanggung jawab PTM
Dr. Corry. Dami Puspita
Penanggung jawab
Surveilans PM/PTM
Murniati/Ali Surahman
Penanggung jawab
Promkes Mukti Sawitri
Penanggung jawab DBDKusmanto
Penanggung jawab
Kes. LingkunganRodouli Girsang
Penanggung Jawab Kematian
Martini
Penaggnung jawab
Perkesmas Jumiati Ningsih
Penanggung jawab lansia
Purnama
Penanggung jawab poli gigi/UKGS
Drg. Kastur Yuli. S
Penanggung Jawab Poli Spesialis
Drg. Emida DS, SpOrtPenanggung
jawab Poli GiziRetno Hartati
Penanggung jawab Poli TB/KustaMurniati
Penanggung jawab poli 24 Jam/Gadarben
Dr. fanny Rasany
Koord. Yan Asuransi
(Ask,Jams,Gakin)Dr. corry Dami
Puspita
KOORDINATOR PELAYANAN
Dr. Anna Hasnaini
Penanggung jawab poliMet/HR/Ims/HIV/VCT
Dr. Jeferson
Penanggung jawab
Rumah BersalinMerlina Pardosi
Penanggung jawab poliKIA/KB
Nurtadevi
PJ loketKusmanto
Penanggung jawab IVA
Dr. Corry Dami Puspita
Penanggungn jawab poli haji
Dr. anna Hasnaini
PUSKESMAS KELURAHAN
Diagram1.1 Struktur Organisasi Puskesmas Sekecamatan Senen 2012
21
1.2.1 Visi, Misi dan Kebijakan Mutu Puskesmas Sekecamatan Senen
Dengan surat keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No
15 Tahun 2001 tentang uji coba Puskesmas Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota
DKI Jakarta sebagai unit swadana daerah maka Puskesmas Kecamatan Senen resmi
menjadi “Puskesmas Unit Swadana Kecamatan Senen” terhitung mulai tanggal 14
Februari 2001.
Puskesmas Unit Swadana merupakan Puskesmas yang diberi wewenang
mengelola sendiri penerimaan fungsionalnya untuk keperluan operasional secara
langsung dan mengoptimalkan mobilisasi potensi pembiayaan masyarakat dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Visi Puskesmas adalah Pelayanan prima dan rujukan deteksi dini kanker leher rahim
di Jakarta Pusat pada tahun 2015.
Misi Puskesmas sebagai berikut :
1. Mengembangkan mutu pelayanan sesuai dengan standart mutu
yangditetapkan
2. Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang profesional
3. Mengembangkan efektifitas manajemen puskesmas
4. Mengembangkan kemandirian masyarakat di dalam bidang kesehatan
5. Mengembangkan Sumber Daya Manusia dan Prasarana untuk pelayanan
deteksi dini untuk kanker rahim.
Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Senen
Memberikan pelayanan kesehatan profesional yang berorientasi pada
peningkatan kepuasan pelangganan serta secara terus menerus melakukan
peningkatan mutu pelayanan melalui penetapan sistem manajemen mutu( Laptah
puskesmas kecamatan senen 2011)
Sasaran mutu puskesmas :
a. Indeks kepuasan pelangganan/masyarakat : Minimal 3,3
b. Keluhan pelanggan ditindak lanjuti : 100 %
Tujuan Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif
2. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang bersifat preventif
22
3. Memperbanyak ragam pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif
4. Memperbanyak ragam pelayanan kesehatan yang bersifat rehabilitatif
5. Mengembangkan proses Perencanaan (P1), Pengorganisasian dan
Pelaksanaan (P2), Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3) dan pelayanan
kesehatan
6. Mengembangkan pengorganisasian pelayanan kesehatan
7. Mengembangkan sistem pelaksanaan tugas pelayanan kesehatan
8. Mengembangkan sistem pengendalian dan evaluasi pelayanan kesehatan
9. Meningkatkan kemampuan manajemen dan teknis petugas medis dan
paramedik
10. Meningkatkan kemampuan teknis petugas-petugas non medis
11. Mensosialisasikan paradigma baru
1.2.2 Tugas Pokok
Puskesmas Kecamatan merupakan unit pelaksana teknik Dinas Kesehatan
yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, pengendalian,
Puskesmas Kelurahan, pengembangan upaya kesehatan, pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan di wilayah kerjanya.
1.2.2.1Fungsi Puskesmas adalah :
1. Puskesmas Kecamatan merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, pengendalian
Puskesmas Kelurahan, pengembangan upaya kesehatan dan pendidikan di
wilayah kerjanya
2. Melakukan pembinaan, pengawasan, pengendalianterhadap pengelolaan
dan pelayanan Puskesmas Kelurahan
3. Memberikan pelayanan kesehatan klinis meliputi: loket, rekam medis,
klinik umum, ibu anak, KB, gigi, spesialis, konsultasi remaja, gizi, geriatri, klinik
24 jam
4. Rawat inap, laboratorium klinik, apotek, farmasi komunikasi, radiologi,
optik, serta klinik lainnya sesuai kebutuhan.
23
Mengkoordinasi temu lintas batas, lintas sektoral dalam penanggulangan masalah
kesehatan. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
meliputi kesehatan kader, Posyandu, Karang weda dan lain-lain.
Gambar 1.5 Denah Lantai Dua Puskesmas Kecamatan Senen
(Sumber : Arsip Profil Puskesmas Kecamatan Senen)
1.3 Sumber Daya Manusia (SDM)
Potensi tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas wilayah Kecamatan Senen Periode
Januari – oktober 2012 berjumlah 83 orang, dengan perincian:
Tabel 1.9 Ketenagaan di Puskesmas Se-kecamatan Senen
Jenis Puskesmas Jumla
hKec.
Sene
n
Kel.
Kwitan
g
Kel.
Kenar
i
Kel.
Krama
t
Kel.
Paseba
n
Kel.
Bungu
r
Dr.Spesialis
Dr. Umum
Dr. Gigi
Apoteker
Bidan
Akper
3
6
3
3
1
4
-
1
-
1
-
1
-
1
-
1
-
2
-
1
-
1
-
1
-
1
-
1
-
1
-
1
1
1
-
1
3
11
4
8
1
10
24
Perawat
Perw. Gigi
Ass.Apoteke
r
Akzi
AKL
Ak.
Analisis
Pek. Kes
Lain-lain
6
1
1
2
1
3
3
2
12
1
1
-
1
-
-
-
-
1
1
-
-
-
-
-
-
-
1
2
-
-
-
-
-
-
-
1
2
-
1
-
-
-
-
-
2
-
1
-
-
-
-
-
-
-
12
3
2
3
1
3
3
2
17
Jumlah 51 7 6 6 8 5 83
(Sumber: Laporan Bulanan Kecamatan Senen 2012)
1.4 Sarana dan Prasarana
Puskesmas Kecamatan Senen terdiri dari tiga lantai, pada lantai satu terdapat
Rumah Bersalin (RB) yang dilengkapi dengan kamar rawat inap dan kamar mandi,
Instalasi Gawat Darurat (IGD), serta satu poliklinik dokter spesialis obstetri dan
ginekologi yang dilengkapi dengan pemeriksaan USG. Di lantai dua terdapat loket
pendaftaran, apotik, laboratorium, pelayanan KIA, KB, Imunisasi, Gizi, poli anak,
poli penyakit dalam, poli khusus asuransi & rujukan (Jamsostek, Askes, dan Gakin),
poli gigi, poli spesialis, ruang tindakan dan kamar mandi. Lantai tiga terdapat kantor
kepala puskesmas, tata usaha, staff program puskesmas, ruang arsip dan aula. Lantai
satu digunakan untuk rumah bersalin swadaya, sedangkan lantai tiga digunakan
sebagai ruang tata usaha.
Puskesmas Kecamatan Senen juga dilengkapi dengan sarana medis dan non
medis. Sarana medis dan non medis adalah perlengkapan dan alat - alat yang tidak
habis pakai yang diberikan kepada Puskesmas, termasuk perlengkapan laboratorium
seperti:
1. Basic Equipment:
a. Umum
b. KlA set
c. Poliklinik set
2. Public Health Nursing dan Midwifery kit25
3. Diagnostic and Surgical Equipment
4. Physician kit
5. Health Education Equipment
6. Laboratory Equipment
7. Alat - alat resusitasi dasar
8. Skrining kit bagi UKS di Puskesmas
9. Alat- alat imunisasi
10. IUD set (for family planning )
11. Alat - alat penyuluhan
12. Perangkat peralatan gigi A dan B
13. Perlengkapan / alat - alat pertolongan persalinan
14. Alat kesehatan gigi
15. Alat kesehatan untuk membantu partisipasi masyarakat
16. USG
17. EKG.
Sedangkan perlengkapan non medis yang dimiliki Puskesmas Kecamatan Senen
adalah :
1. Meubel :
a. Lemari arsip dan obat
b. Lemari kartu
c. Lemari instrumen
d. Meja periksa
e. Meja rapat
f. Meja kerja
g. Kursi
h. Bangku tunggu
2. Kendaraan / transportasi :
a. Mobil puskesmas keliling 2 buah
b. Sepeda motor 11 buah
3. Perlengkapan kantor :
a. Administrasi (formulir, kertas,map, dll)
b. Mesin tulis (portabel, elektronik)
26
c. Mesin hitung
d. Peti uang / brankas
e. Personal komputer tiga unit pada puskesmas Kecamatan.
4. Alat komunikasi: telepon
5. Alat penerangan: PLN dan generator diesel
6. Alat rumah tangga kantor :
a. Televisi
b. Radio kaset / Radio
c. Kulkas (bukan untuk vaksin)
d. Peralatan dapur
e. Kasur, bantal, sprei, gorden, taplak, Alat - alat kebersihan
Puskesmas Kecamatan Senen juga dilengkapi dengan sarana obat-obatan.
Pengelolaan obat di Puskesmas marupakan suatu rangkaian kegiatan yang
menyangkut perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia, yang mencakup pola / tata laksana dan
perangkat lunak lainnya, tenaga, sarana dan dana dalam rangka memelihara dan
meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan ekonomis di unit-unit kesehatan
meliputi penyediaan obat yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tempat.
1.5 Program Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML)
Ada beberapa kegiatan Pengendalian Penyakit Menular Langsung di Puskesmas
Kecamatan Senen, yaitu :
A. Pengendalian penyakit TB paru
Penyakit Tuberculosis paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Tujuan P2M di Puskesmas Kecamatan Senen
pada kasus TB paru adalah untuk mengetahui jumlah penderita TB paru yang
berobat ke puskesmas yang berada di wilayah Kecamatan Senen dan agar
semua penderita TB yang berobat mendapat obat TB paru secara lengkap
(mendapatkan dan meminum obat TB paru selama 6 bulan tanpa terputus).
Sasaran dari program P2M di Puskesmas Kecamatan Senen pada kasus TB
paru adalah seluruh penderita TB paru yang datang ke poli TB paru.
27
Rumus perhitungan Perkiraan BTA (+) 1 Tahun, CDR, Angka Konversi dan
Angka Kesembuhan :
- Rumus Perkiraan BTA (+) 1 tahun= 130/100.000 x Jumlah
Penduduk
- CDR (Case Detection Rate) adalah penemuan pasien baru TB
BTA positif pada penduduk suatu wilayah
=
Jumlah penemuan BTA (+) Jumlah perkiraan BTA (+) pada penduduk wilayah tertentu
×100%
Dengan target >70%
- CVR (Conversion Rate ) adalah Angka konversi adalah BTA
positif menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif
diantara penderita TB paru yang diobati.
=
Jumlah BTA (+) menjadi BTA (−) setelah fase intensif Jumlah BTA (+)
×100%
Dengan target >80%
- CR (Cure Rate) adalah Angka kesembuhan adalah BTA posi-
tif menjadi BTA negatif setelah pengobatan selesai
=
Jumlah BTA (+) menjadi BTA (−) setelah pengobatan selesai Jumlah BTA (+)
×100 %
Dengan target >85%
- Error Rate adalahangka kesalahan laboratorium yang
menunjukkan persentasekesalahan diagnosis yang dilakukan oleh
28
laboratorium pemeriksaan pertama, setelah diuji silang oleh BLK atau lab-
oratorium rujukan lain dimana kualitas diagnosis secara mikroskopis di
laboratorium pemeriksaan pertama.
=
Jumlah sediaan false positif + sediaan false negatife Jumlah sediaan yang di cross check
×100 %
Tabel 1.11 Angka Penemuan Penderita (CDR) TB di wilayah kerja
Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari –Oktober 2012
No PuskesmasPerkiraan BTA (+)
(a)
Penemuan pen-
derita BTA(+) (b)
CDR (>70%)
(b/a x 100%)
1 Pkc Senen 182 17 9,3%
2 Pkl Paseban 82 4 4,8%
3 Pkl Kwitang 100 12 12%
4 Pkl Kenari 41 1 2, 44%
5 Pkl Bungur 35 1 2,85%
6 Pkl Kramat 99 17 17,17%
Jumlah 539 52 9,65%
(Sumber: Laporan bulanan hasil pemeriksaan BTA Puskesmas Kecamatan SenenPeri-
ode Januari-Oktober 2012)
Keterangan :
Dari tabel 1.11 didapatkan angka penemuan penderita (CDR) di Kecamatan Senen
sebesar 9,65%kurang dari target yaitu > 70%.
Tabel 1.12 Angka Konversi TB di wilayah Puskesmas Sekecamatan
Senen Periode Januari–Oktober 2012
No Puskesmas Penemuan pen-
derita BTA(+) (a)
Penemuan pen-
derita konversi
Angka kon-
versi TB
29
(b)(>80%)
(b/a x 100%)
1 Pkc Senen 17 17 100%
2 Pkl Paseban 4 4 100%
3 Pkl Kwitang 12 11 91,6%
4 Pkl Kenari 1 1 100%
5 Pkl Bungur 1 1 100%
6 Pkl Kramat 17 17 100%
Jumlah 52 51 98,071.25
(Sumber: Laporan bulanan hasil pemeriksaan dahak akhir tahap intensif pasien
baru BTA Positif P2M Puskesmas Kecamatan Senen Periode Januari-Oktober
2012)
Keterangan : Dari tabel 1.12 didapatkan angka konversi TB di Kecamatan Senen
sebesar 27,27% ,lebih dari target yaitu > 80%.
Tabel 1.13 Angka Kesembuhan (CR) TB di wilayah Puskesmas Sekecamatan
Senen Periode Januari-Oktober2012
No Kelurahan
Penemuan pen-
derita BTA(+)
(a)
Penemuan pen-
derita sembuh
(b)
Angka ke-
sembuhan TB
(>85%)
(b/a x 100%)
1 Pkc Senen 10 15 0%
2 Pkl Paseban 4 0 0%
3 Pkl Kwitang 12 0 0%
4 Pkl Kenari 3 0 0%
5 Pkl Bungur 2 0 0%
6 Pkl Kramat 17 0 0%
Jumlah 48 0 31,25%
(Sumber: Laporan bulanan hasil pemeriksaan dahak akhir tahap intensif pasien
baru BTA Positif P2M Puskesmas Kecamatan Senen Periode Januari-Oktober
2012)
Keterangan :
30
Dari tabel 1.13 didapatkan angka kesembuhan TB di Kecamatan Senen sebe-
sar 0%, kurang dari target yaitu > 85%. Error rate tidak dapat dihitung karena tidak
terdapatnya data mengenai hasil false positive dan false negative.
B. Pengendalian Penyakit ISPA/Pneumonia
Tujuan kegiatan pengendalian penyakit ISPA adalah penemuan pneumonia
pada balita, tatalaksana pneumonia dan menurunkan angka kematian balita. Indikator
kinerja Pengendalian Penyakit ISPA adalah persentase kasus ISPA balita < 10 %.
Kegiatan yang dilaksanakan pada program pengendalian penyakit ISPA/Pneumonia
serta penyebar luasan informasi penyakit pneumonia yaitu melalui leaflet.
Incidence Rate kasus ISPA/Pneumonia
= Jumlah penderita ISPA/Pneumonia baru X 100%
Jumlah bayi dan balita
Tabel 1.14 Jumlah Penderita ISPA pada Balita di wilayah Puskesmas Sekecamatan
Tanah Abang Periode Januari – April 2013
No Kelurahan
Jumlah Penderita
ISPA Balita
(a)
Jumlah Selu-
ruh Balita
(b)
Angka kesakitan
a x100%
b
Target
1 Pkc Kebon
Melati 686 4137 16,58% <10%
2 Pkc Kebon
Kacang
3 Pkl Benhil 50 2107 2,37% <10%
4 Pkl Gelora 1621 4395 36,88% <10%
5 PKl Kampung
Bali
896 1725 51,94% <10%
6 Pkl Petambu-
ran
445 3182 13,98% <10%
7 Pkl Karet
Tengsin
39 2333 1,67% <10%
Jumlah 3737 17879 20,9% <10%
31
(Sumber: Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Periode Januari-
April 2013)
Keterangan :
Dari tabel 1.14 Persentase kasus ISPA pada balita di wilayah Kecamatan Tanah
Abang sebesar 20,9%, tidak mencapai target yaitu <10%.
C. Pengendalian Penyakit Diare
Tujuan kegiatan ini adalah menurunkan angka kematian akibat diare,
tatalaksana diare standar dan meningkatkan penggunaan oralit di tingkat rumah
tangga. Indikator kinerja dan pemberantasan penyakit diare di wilayah Puskesmas
Kecamatan Senen periode bulan Januari - April 2013 adalah angka kesakitan < 5 %.
Jumlah penderita diare baru
Incidence Rate kasus diare = X 100%
Jumlah penduduk
Tabel 1.15 Incidence Rate Kasus Diare di Wilayah Puskesmas
SekecamatanSenen periode bulan Januari - Oktober 2012
No Kelurahan
Jumlah Penderita
Diare Balita
(a)
Jumlah Selu-
ruh Balita
(b)
Angka kesakitan
a x100%
b
Target
1 Pkc Kebon
Melati 200 4137 4.83% <10%
2 Pkc Kebon
Kacang
3 Pkl Benhil 122 2107 5.8% <10%
4 Pkl Gelora 87 4395 1.98% <10%
5 PKl Kampung
Bali
87 1725 0.5% <10%
32
6 Pkl Petambu-
ran
113 3182 3.55% <10%
7 Pkl Karet
Tengsin
69 2333 3% <10%
Jumlah 678 17879 0.04% <10%
(Sumber : Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Senen periode bulan Januari - April
2013)
Keterangan :
Dari tabel 1.15 dapat dilihat bahwa angka Incidence Rate kasus diare di
wilayah Puskesmas Kecamatan Senen periode bulan Januari - April 2013 sebesar
0,04 % mencapai target,dengan target yaitu <10%.
33
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Program Pemberantasan Penyakit Menular Langsung merupakan suatu sub-
sistem Puskesmas, untuk mendukung prasarana tersebut dibutuhkan beberapa
fungsi yaitu :
1. Angka Penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Sekecamatan
Senen periode bulan Januari - Oktober 2012sebesar 9,65%
2. Angka kesembuhan TB di Puskesmas Sekecamatan Senen periode bulan
Januari - Oktober 2012 sebesar 31,25%
3. Jumlah Penderita ISPA di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode
bulan Januari - Oktober 2012sebesar 11,6%.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Setelah mengidentifikasi masalah dari program wajib Puskesmas Kecamatan
Senen maka dipilih program yang menjadi masalah, dengan cara menghitung dan
membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan
apa yang telah terjadi (observed), selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk
membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan.
Rumusan masalah dari Program P2ML di puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Angka Penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Sekecamatan
Senen periode bulan Januari - Oktober 2012 sebesar 9,65%
2. Angka kesembuhan TB di Puskesmas Sekecamatan Senen periode bulan
Januari - Oktober 2012 sebesar 31,25 %
3. Jumlah Penderita ISPA di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode
bulan Januari - Oktober 2012 sebesar 11,6%.
34
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH
2.1 PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan
apa yang aktual terjadi (observed). Perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas
karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua per-
masalahan dapat dipecahkan sekaligus. Setelah pada tahap awal merumuskan masa-
lah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan.
Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantita-
tif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.
Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat pada program Pembe-
rantasan Penyakit Menular Langsung (P2ML) di Puskesmas Kecamatan Senen.
Dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya manusia, dana, dan waktu, maka dari
semua masalah yang telah dirumuskan, perlu ditetapkan masalah yang menjadi prio-
ritas untuk diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobo-
tan. Untuk dapat menetapkankriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah
kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan menca-
pai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan
data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas ma-
salah meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah
Berdasarkan hasil analisis program P2ML Puskesmas Kecamatan Senen yang
diangkat, maka didapatkan empat permasalahan. Adapun masalah tersebut meliputi:
1. Angka Penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Sekecamatan
Senen periode bulan Januari - Oktober 2012 sebesar 9,65%
2. Angka kesembuhan TB di Puskesmas Sekecamatan Senen periode bulan
Januari - Oktober 2012 sebesar 31,25%
3. Jumlah Penderita ISPA di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode
bulan Januari - Oktober 2012 sebesar 11,6%.
35
2.1.1 Non-Scoring Technique
Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim digu-
nakan adalah teknik non skoring. Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai
melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut “Nominal Group Technique”
(NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu :
A. Metode Delbecq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui
diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya. Se-
hingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu
untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa mempengaruhi
peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
B. Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempun-
yai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta un-
tuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang ter-
banyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas masalah.
2.1.2 Scoring Technique
Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik sko-
ring antara lain:
A. Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
- Prevalence: Besarnya masalah yang dihadapi.
- Seriousness:Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam mas-
yarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat
masalah kesehatan tersebut.
- Manageability : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber
daya.
- Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah
Kesehatan tersebut.
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai
36
lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian
dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing
masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan
sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil
yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan
prioritas masalah yang akan diambil.
B. Metode Matematik PAHO
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah
yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk
penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang
dipakai ialah :
Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit
yang ditunjukkan dengan angka prevalens.
Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fa-
tality rate masing- masing penyakit.
Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif un-
tuk mengatasi masalah tersebut.
Community and political concern : Menunjukkan sejauh mana masalah
tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi
Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia
C. Metode MCUA
Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan
prioritas masalah adalah :
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menim-
bulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah
CFR (Case Fatality Rate),jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika
yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,maka digunakan parameter kuantitatif
berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh per-
masalahan tersebut. Misalnya masalahK1, maka yang digunakan sebagai parameter
adalah angka kematian ibu,dan lain sebagainya.
37
2. Greetest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena
masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka
parameter yang digunakan adalahprevalence rate.Sedangkan untuk masalah lain,
maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian su-
atu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain
diluar sektor kesehatan.Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas
wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut,
serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan
masalah tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin
masalah tersebut diselesaikan.Parameteryang digunakan adalah ketersediaan sumber
daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan
bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan
tersebut.
5. Policy
Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah
kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat memi-
liki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah men-
dukung terselesaikannya masalah tersebut. Metode ini memakai lima kriteria yang
tersebut diatas untuk penilaian masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan
bobot penilaian untuk dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil
yang didapat lebih obyektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai
kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu dengan
yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot yang lebih
tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang mempunyai nilai
bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang
tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
Bobot 5 : paling penting
38
Bobot 4 : sangat penting sekali
Bobot 3 : sangat penting
Bobot 2 : penting
Bobot 1 : cukup penting
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini
adalah CFR (Case Fatality Rate),jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun
jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,maka digunakan parameter
kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan
oleh permasalahan tersebut. Misalnya masalah K1, maka yang digunakan sebagai
parameter adalah Angka Kematian Ibu, dan lain sebagainya.
Tabel 2.1 Skoring terhadap CFR (Case Fatality Rate) di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Senen yang berkaitan dengan program P2ML Periode
Januari–Oktober 2012
No. CFR Score
1. TB Paru 5
2. ISPA 3
Tabel 2.2 Penentuan score emergency terhadap masalah P2ML yang terdapat
diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan SenenPeriode Januari–Oktober 2012
39
No Daftar Masalah Score
1Angka Penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di
Puskesmas Kecamatan Senen10
2Angka kesembuhan TB di Puskesmas sekecamatan
Senen15
3Jumlah Penderita ISPA di wilayah Puskesmas
sekecamatan Senen5
Pada emergency, daftar masalah program P2ML didapatkan skor terbesar
yaitu 10 pada angka Penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di puskesmas
Sekecamatan Senen, angka konversi TB di Puskesmas Kecamatan Senen dan angka
kesembuhan TB di Puskesmas Kecamatan Senen.
2. Greetest Member
Greetest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena
masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi. Semakin besar
selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar score yang didapatkan.
Tabel 2.3 Skala padaScore Greetest Member
MS 1 9,65 30
MS 2 31,25 20
MS 3 11,6 10
Keterangan:
Untuk menentukan score pada greetest member digunakan range. Range
didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah. Diberikan score
dari 10 sampai 30 dengan jarak tiap range sebesar 10 agar mendapatkan nilai
greetest member yang bervariasi.
40
Tabel 2.4 Penentuan Greetest Member terhadap masalah P2ML yang terdapat
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan SenenPeriode Januari–Oktober 2012
No. Program dan Kegiatan Cakupan Target Selisih Score
1.
Angka Penemuan kasus baru (CDR)
TB Paru di Puskesmas Kecamatan
Senen
9,65 % 70 % 60,35% 30
2.Angka kesembuhan TB di Puskesmas
Kecamatan Senen31,25% 85 % 48,75 % 20
3.Jumlah Penderita ISPA pada Balita di
wilayah Puskesmas Kecamatan Senen11,6% 10% 1,6% 10
Skor Greetes Member terbesar didapatkan pada masalah Angka kesembuhan TB di
wilayah Puskesmas Kecamatan Senen sebesar 20.
3. Expanding Scope
Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan
terhadap sektor lain diluar kesehatan, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah
tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan
dengan masalah tersebut. Untuk Jumlah penduduk diurut berdasarkan kelurahan
yang memiliki penduduk terbanyak sampai yang terkecil, dimulai dari kelurahan
Senen yang penduduknya berjumlah 39.044 jiwa, kelurahan Kwitang sebanyak
16.032, kelurahan Kenari sebanyak 8.469, kelurahan Kramat sebanyak 23.234,
kelurahan Paseban sebanyak 23.603, dan kelurahan Bungur sebanyak 16.206 jika
ditotal untuk kecamatan Senen yang memiliki 6 kelurahan maka jumlah
penduduknya 93.062 jiwa. Maka diputuskan dari hasil terbanyak penduduk diberi
nilai 20, 15, 10 dan 5. berurutan untuk kecamatan Senen, kelurahan Paseban,
kelurahan Kramat, kelurahan Bungur, kelurahan Kwitang, dan kelurahan Kenari.
Untuk luas wilayah diurut dari luas wilayah terluas sampai terkecil dimulai
dari kelurahan Kenari yang luas wilayahnya 91,00 Ha, kelurahan Senen yang luas
wilayahnya 80,90 Ha, kelurahan Paseban yang luas wilayahnya 71,41 Ha,
KelurahanKramat yang luas wilayahnya 70,87 Ha, Kelurahan Bungur yang luas
wilayahnya 62,64, dan kelurahan Kwitang yang luas wilayahnya 46,61 Ha jika
41
ditotal kecamatan Senen memiliki luas wilayah 1.633,70 km2 .Maka diputuskan dari
urutan dari wilayah yang paling luas adalah Kelurahan Kenari,kelurahan Senen,
Kelurahan Paseban, Kelurahan Kramat, Kelurahan Bungur, dan Kelurahan Kwitang
diberi nilai masing masing 20, 15, 15, 10, 10 dan 5.Untuk adanya keterpaduan lintas
sektor diberikan nilai 20 karena masalah pada suatu program memungkinkan untuk
menimbulkan masalah pada banyak sektor lainnya yang berhubungan langsung
sedangkan yang tidak ada kaitan dengan sektor lain diberikan nilai 5.
Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk
di Wilayah Puskesmas Kecamatan SenenPeriode Januari – Oktober 2012
Jumlah Penduduk Nilai
KelurahanSenen : 5407 5
Kelurahan Paseban: 23.603 30
Kelurahan Kramat: 23.234 25
Kelurahan Bungur: 16.206 20
Kelurahan Kwitang:16.032 15
Kelurahan Kenari : 8469 10
Total Kecamatan Senen : 93.062
Tabel 2.6 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Luas Wilayah
di Wilayah Puskesmas Kecamatan SenenPeriode Januari – Oktober 2012
Luas Wilayah Nilai
Kecamatan Senen :
Kelurahan Kenari : 91,00 Ha 30
Kecamatan Senen : 80,90 Ha 25
Kelurahan Paseban : 71,41 Ha 20
Kelurahan Kramat : 70,87 Ha 15
Kelurahan Bungur : 62,64 Ha 10
Kelurahan Kwitang: 46,61 Ha 5
42
Tabel 2.7 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas
Sektoral di Wilayah Puskesmas Kecamatan Senen Periode Januari – Oktober
2012
Nilai Lintas Sektor
5 Tidak ada keterpaduan lintas sektor
10 Ada keterpaduan lintas sektor
Tabel 2.8 Penentuan Score Expanding Scope program pengendalian penyakit
menular langsung di Wilayah Puskesmas Kecamatan Senen Periode Januari –
Oktober 2012
NO DAFTAR MASALAHJumlah
Penduduk
Luas
Wilayah
Lintas
SektoralJumlah
1.
Angka Penemuan kasus baru
(CDR) TB Paru di Puskesmas
Kecamatan Senen periode
Januari – Oktober 2012
5 25 10 50
2.
Angka kesembuhan TB di
Puskesmas Kecamatan Senen
periode Januari – Oktober 2012
5 25 10 50
3.
Jumlah penderita ISPA pada
balita di wilayah Puskesmas
kecamatan Senen
5 25 5 50
Nilai expanding scope terbesar pada program pengendalian penyakit menular
langsung periode Januari – Oktober 2012 adalah angka penemuan kasus baru (CDR)
TB Paru di puskesmas se-kecamatan Senen periode Januari – Oktober 2012, angka
konversi TB di puskesmas se-kecamatan Senen periode Januari s/d Oktober 2012,
angka kesembuhan TB di puskesmas se-kecamatan Senen periode Januari s/d
oktober 2012dan angka penderita ISPA di kecamatan Senen periode Januari-
Oktober 2012 yaitu sebesar 50.
4. Feasibility43
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa
mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah kriteria
kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga penilaian
terhadap kriteria ini menjadi obyektif.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah dapat
diselesaikan meliputi:
1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk. Semakin
banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk, maka
kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan semakin besar. Oleh
karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap Puskesmas
kelurahan terhadap jumlah penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan
di masing – masing wilayah Puskesmas.
Berikut adalah rasio tenaga kesehatan di tiap puskesmas terhadap jumlah
penduduk sasaran di wilayah Puskesmas tersebut :
Tabel 2.9 Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Sasaran
Program P2ML di Wilayah Kecamatan SenenPeriode Januari – Oktober 2012
PuskesmasJumlah Tenaga
KesehatanJumlah
Penduduk
Perbandingan Score
Senen 51 5407 1 : 106 30
Kwitang 7 16.032 1 : 2.290 20
Kenari 6 8469 1:1.411 25
Kramat 6 23.234 1:3.872 5
Paseban 8 23.603 1:2.950 15
Bungur 5 16.206 1 : 3.241 10
Jumlah 83 93.862
2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang dibutuhkan
untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu masalah dan
cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas yang dibutuhkan oleh setiap
kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatkan kategori untuk fasilitas yang
dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut.Kategori fasilitas digolongkan
44
menjadi dua yaitu ketersediaan alat/obat dan ketersediaan tempat. Penilaian
berdasarkan ada dalam jumlah mencukupi, ada namun kurang mencukupi dan
tidak ada sama sekali. Digolongkan cukup bila dari kegiatan pelaksanaan
program tidak ada masalah yaitu selalu tersedia dan diberi nilai dua.
Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlah kurang, atau terlambat datang,
atau ada namun tidak layak pakai dan diberi nilai satu. Dan tidak ada bila tidak
tersedia dan diberi nilai nol.
Tabel 2.10 Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan di
wilayahPuskesmas Kecamatan Senen Periode Januari –Oktober 2012
Kategori Ketersediaan Score
Tempat
Tidak ada 0
Ada tetapi kurang 1
Ada dan cukup 2
Alat/ Obat
Tidak ada 0
Ada tetapi kurang 1
Ada dan cukup 2
2. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan
Puskesmas penilaian dibagi dua yaitu“cukup” dan“kurang”. Penilaian
berdasarkan wawancara dengan pemegang program dan kepala Puskesmas
terkait.
Tabel 2.11 Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan Di Puskesmas
KecamatanSenen Periode Januari – Oktober 2012
Dana Score
Cukup 2
Kurang 1
45
Tabel 2.12 Penentuan Score Feasibility Program P2ML Terhadap Kegiatan
diPuskesmas Kecamatan Senen Periode Januari – Oktober 2012
NO DAFTAR MASALAHSDM Fasilitas
Dana JumlahAlat/Obat Tempat
1.
Angka Penemuan kasus baru
(CDR) TB Paru di Puskesmas
Kecamatan Senen
2 2 2 2 8
2.Angka kesembuhan TB di
Puskesmas Kecamatan Senen2 2 2 2 8
3.
Jumlah Penderita ISPA pada
Balita di wilayah Puskesmas
Kecamatan Senen
4 1 2 1 8
Feasibility tertinggi pada program P2ML periode Januari – Oktober 2012 adalah
angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kecamatan Senen, angka
kesembuhan TB di Puskesmas Kecamatan Senen dengan skor 8.
5. Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu
masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap masalah
tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern pemerintah
adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta
apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.
Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling
mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak
memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor
untuk penyuluhan diberikan 1, sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan nilai
5.Begitupun dengan media elektronik yang memiliki jangkauan yang lebih luas
dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk adanya publikasi masalah kesehatan
tersebut di media elektronik diberikan nilai 10.
46
Tabel 2.13 Scoring Kebijakan Pemerintah Terhadap Program P2ML
padaPuskesmas di Wilayah Kecamatan SenenPeriode Januari – Oktober 2012
Parameter Score
Tidak ada kebijakan 0
Ada kebijakan1
Tabel 2.14 ScoringPolicy Terhadap Kegiatan Puskesmas
di Wilayah Puskesmas Kecamatan Senen Periode Januari – Oktober 2012
Parameter Score
Penyuluhan 1
Media Cetak (Poster, Majalah, Koran) 5
Media Elektronik (TV, radio, internet) 10
Tabel 2.15. PenentuanScore Policy Program P2ML pada Puskesmas
di Wilayah Puskesmas Kecamatan SenenPeriode Januari – Oktober 2012
No MasalahKebijakan
PemerintahPenyuluhan
Media
Cetak
Media
ElektronikJumlah
1.
Angka penemuan kasus baru
(CDR) TB Paru di Puskesmas
Kecamatan Senen
1 1 5 10 17
2.Angka kesembuhan TB di
PuskesmasKecamatanSenen1 1 5 10 17
3.
Jumlah Penderita ISPA pada
Balita di wilayah Puskesmas
Kecamatan Senen
1 1 5 10 17
Skor policy untuk semua masalah dari TB dan ISPA didapatkan hasil dengan nilai
sama yaitu sebesar 17 untuk setiap masalah.
47
Tabel 2.16 Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA MS 1-
MS 4 pada Puskesmas kecamatan Senen periode Januari – Oktober 2012
No Kriteria Bobot
MS1 MS2 MS3
N BN N BN N BN
1 Greates Member 5 30 150 20 100 10 50
2 Emergency 415 60 10 40 5 20
3 Expanding Scope 310 30 10 30 5 15
4 Feasibility 28 16 8 16 8 16
5 Policy 1 17 17 17 17 17 17
Jumlah 138 203 118
MS-1 : Angka Penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Sekecamatan
Senen periode Januari – Oktober 2012 sebesar 9,65% dibawah target, dari
target >70 %.
MS-2 : Angka kesembuhan TB di Puskesmas Sekecamatan Senen periode Januari
– Oktober 2012 sebesar 31,25% dibawah target, dari target >85 %.
MS-3 : Jumlah Penderita ISPA di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen
periode Januari – Oktober 2012 sebesar 11,6% lebih dari target, dari target
<10%.
Setelah dilakukan penghitungan, dipilih masalah dengan hasil penjumlahan bobot
nilai tertinggi. Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan dibuat dengan
menggunakan fishbone atau diagram Ishikawa :
1. Angka kesembuhan TB di Puskesmas Sekecamatan Senen periode Januari –
Oktober 2012sebesar 31,25% dibawah target, dari target >85 %.
2. Angka penemuan kasus baru(CDR) TB di Puskesmas Sekecamatan Senen periode
Januari – Oktober 2012 sebesar 9,65% dibawah target, dari target >70 %.
48
3. Angka jumlah pendertia ISPA di Puskesmas Sekecamatan Senen periode Januari
– Oktober 2012 sebesar 11,6% dibawah target, dari target >10 %.
2.2 MENENTUKAN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya
ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian
masalah yang ada terlebih dahulu. Pada tahap ini dicari apa yang menjadi akar per-
masalahan dari setiap masalah yang telah diprioritaskan. Pada tahap ini, digunakan
diagram sebab akibat yang disebut juga dengan diagram tulang ikan (fishbone dia-
gram/Ishikawa). Dengan memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data
Puskesmas yang tersedia dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input yaitu
sumber daya atau masukan yang diperlukan oleh suatu sistem. Sumber daya sistem
adalah: (Azwar Azrul, 1996).
Man : Sumber daya manusia
Money : Dana
Material : Sarana
Method : Cara
Proses adalah semua kegiatan sistem untuk mengubah input menjadi output.
Pada proses, menurut George R. Terry, terdiri dari:
Planning (perencanaan):
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi,
sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.
Organizing (pengorganisasian):49
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber
daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara
efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
Actuating (panggerak pelaksanaan):
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara
optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan
yang telah dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia.
Controlling (monitoring):
Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi
jika terjadi penyimpangan.
Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan ditetapkan penyebab masalah dengan
menggunakan diagram fishbone/Ishikawa:
1. Angka kesembuhan TB di Puskesmas Sekecamatan Senen periode Januari –
Oktober 2012 sebesar 31,25% dibawah target, dari target >85 % dengan hasil
203.
2. Angka penemuan kasus baru(CDR) TB di Puskesmas Sekecamatan Senen
periode Januari – Oktober 2012 sebesar 9,65% dibawah target dari target >70
%. Dengan hasil 138,
3. Angka jumlah pendertia ISPA di Puskesmas Sekecamatan Senen periode
Januari – Oktober 2012 sebesar 11,6% dibawah target, dari target >10 %
dengan hasil 118.
50