LP Mobilisasi

11
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Mobilisasi tubuh merupakan aktivitas yang memegang peranan penting dalam kesehatan tubuh. Mobilisasi mempunyai tujuan, seperti mengekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas sehari-hari, kebutuhan sosialisasi dan kegiatan rekreasi. Dalam melaksanakan mobilisasi fisik secara optimal maka sistem saraf, otot dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik. Beberapa pasien mengalami kemunduran dan berada dalam rentang mobilisasi-immobilisasi, tetapi pada pasien lain berada pada kondisi immobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas (Saryono dan Kamaluddin, 2008). Keperawatan klinik menghendaki perawat untuk menggabungkan ilmu pengetahuan dan keterampilan ke dalam praktik. Salah satu komponen keterampilan adalah mekanika tubuh. Salah satu istilah untuk menggambarkan usaha untuk mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal. Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang mengapa dan bagaimana otot tertentu digunakan untuk mengasilkan dan mempertahankan pergerakan secara aman. Dalam memperguanakan mekanika tubuh yang tepat, perawat perlu mengerti mengenai konsep

Transcript of LP Mobilisasi

Page 1: LP Mobilisasi

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Mobilisasi tubuh merupakan aktivitas yang memegang peranan

penting dalam kesehatan tubuh. Mobilisasi mempunyai tujuan, seperti

mengekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri,

pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas sehari-hari, kebutuhan sosialisasi

dan kegiatan rekreasi. Dalam melaksanakan mobilisasi fisik secara

optimal maka sistem saraf, otot dan skeletal harus tetap utuh dan

berfungsi baik. Beberapa pasien mengalami kemunduran dan berada

dalam rentang mobilisasi-immobilisasi, tetapi pada pasien lain berada

pada kondisi immobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu

tidak terbatas (Saryono dan Kamaluddin, 2008).

Keperawatan klinik menghendaki perawat untuk menggabungkan

ilmu pengetahuan dan keterampilan ke dalam praktik. Salah satu

komponen keterampilan adalah mekanika tubuh. Salah satu istilah untuk

menggambarkan usaha untuk mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal.

Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang mengapa dan

bagaimana otot tertentu digunakan untuk mengasilkan dan

mempertahankan pergerakan secara aman. Dalam memperguanakan

mekanika tubuh yang tepat, perawat perlu mengerti mengenai konsep

pergerakan, termasuk bagaimana mengkoordinasikan gerakan tubuh yang

meliputi fungsi integrasi dari sistem muskuloskeletal (otak, otot, skelet dan

syaraf yang berperan).

Pada kondisi tertentu, klien dapat kehilangan kemampuan untuk

melakukan pergerakan atau aktivitas. Kondisi seperti ini dapat terjadi

karena gangguanpada sistem muskuloskeletal. Baik itu otak, otot, skelet

maupun syaraf sistem tersebut.klien dapat kehilangan kemampuan dalam

menggerakkan ekstrimitasnya dan anggota gerak lainnya. Ekstrimitas yang

tidak digerakan dalam kurun waktu yang lama dapat mengakibatkan atrofi

otot atau pengecilan massa otot karena otot tidak pernah dipergunakan

untuk beraktivitas. Klien dengan gangguan mobilisasi harus menjadi

Page 2: LP Mobilisasi

perhatian perawat untuk mencegah atrofi otot atau merawat jika telah

terjadi atrofi pada klien dengan gangguan mobilisasi.

2. Tujuan

a. Mengetahui dan memahami tentang gangguan mobilisasi

b. Memberikan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan

mobilisasi

c. Mampu mengaplikasikan intervensi keperawatan tentang gangguan

mobilisasi

B. TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Mobolisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak

bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi aktivitas guna

mempertahankan kesehatannya. Sedangkan gangguan mobilisasi fisik

(immobilisasi) didefinisikan sebagai suatu keadaan ketika individu

mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al,

1995 dalam Fundamental Keperawatan Potter dan Perry). Mobilisasi dan

immobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan,

beberapa pasien mengalami kemunduran dan berada dalam rentang

mobilisasi-immobilisasi, tetapi pada pasien lain berada pada kondisi

immobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas.

Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat mengakibatkan instruksi

pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik

selama penggunaan alat bantu eksternal (misalnya gips atau traksi

rangka), pembatasan gerak volunter, atau kehilangan fungsi motorik.

Mobilisasi atau bergerak adalah kemampuan seseorang untuk

bergerak secara bebas dengan menggunakan koordinasi sistim saraf dan

muskuloskeletal. Kemampuan bergerak bebas di dalam lingkungan

merupakan dasar kehidupan normal. Kemandirian biasanya didefinisikan

sebagai seseorang mampu menunjukkan aktivitas sehari-hari (ADL),

aktivitas terkait kerja, dan aktivitas terkait peranya. Keterbatasan

Page 3: LP Mobilisasi

kemampuan bergerak secara normal dan spontan dapat mempengaruhi

semua area baik fisik, psikologis, maupun sosial.

Sedangkan imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada

alat/ organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental. Imobilisasi merupakan

ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya sendiri.

Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja

kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami

penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).

Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi

aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan untuk

mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah baring

akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).

2. Etiologi

Kerusakan mobolitas fisik dapat disebabkan oleh berbagai hal, baik

karena kerusakan otot maupun tulang, seperti fraktur, osteomilitis,

osteoartritis, dan lain lain dapat diakibatkan oleh trauma atau infeksi.

Gangguan pada salah satu faktor penyusun anggota gerak dapat

mengakibatkan berbagai keterbatasan sehingga mobilitas fisik akan

terganggu.

a. Gangguan sendi dan tulang, penyakit reumatik seperti pengapuran

tulang atau patah tulang tentu akan menghambat pergerakan

(mobilisasi)

b. Gangguan Kesadaran

Kemampuan melakukan mobiliotas fisik juga dipengaruhi oleh

koordinasi otak dan muskuloskeletal. Berbagai gangguan dapat

mempengaruhi kemampuan otak dalam melakukan koordinasi dengan

sistem muskuloskeletal yaitu cedera kepala, stroke, dan tumor otak.

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan

kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian

menyatakan bahwa cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik

Page 4: LP Mobilisasi

pada kulit kepala, yulang tengkorak dan otak dengan pembuluh darah

danselaput otaknya. Cedera kepala adalah cedera yang terjadi akibat

benturan baik langsung atau tidak langsung pada kepala. Benturan

dapat dibedakan dari macam kekuatannya yaitu kompres akselerasi

dan deselerasi (perlambatan).

c. Penyakit saraf. Adanya strok, penyakit Parkinson, dan gangguan saraf

tepi juga menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan

imobilisasi.

d. Penyakit jantung atau pernapasan. Penyakit jantung dan/atau

pernapasan akan menimbulkan kelelahan dan sesak napas ketika

beraktivitas. Akibatnya, pasien dengan gangguan pada organ-organ

tersebut akan mengurangi mobilitasnya. Ia cenderung lebih banyak

duduk atau berbaring.

e. Gangguan penglihatan. Rasa percaya diri untuk bergerak akan

terganggu bila ada gangguan penglihatan karena ada kekhawatiran

terpeleset, terbentur, atau tersandung.

f. Masa penyembuhan. Pasien yang masih lemah setelah menjalani

operasi atau penyakit berat tentu memerlukan bantuan untuk berjalan.

3. Faktor Predisposisi

Beberapa hal yang mempengaruhi mobilitas fisik antara lain:

1. Gaya hidup dan kebiasaan

Mobilitas fisik semakin tinggi pada seseorang yang mempunyai gaya

hidup tinggi. Gaya hidup sehat akan mempengaruhi terhadap

kemampuan mobilitas fisik, dengan makan yang bergizi dan olahraga

yang teratur maka keutuhan sistem musculoskeletal dan saraf menjadi

bagian penting dalam melakukan pergerakan.

2. Keutuhan sistem musculoskeletal

Sistem musculoskeletal yang utuh lebih mudah memfasilitasi

kebebasan dalam melakukan mobilisasi, sedangkan kecacatan akan

dapat membatasi ruang gerak.

3. Kontrol sistem saraf

Page 5: LP Mobilisasi

Sistem saraf digunakan untuk mengontrol sistem otot dan tulang.

Semakin kuat dan normal sistem saraf dalam mengontrol gerakan

maka mobilitas akan berjalan dengan baik.

4. Sirkulasi dan oksigenasi

Vaskularisasi digunakan untuk mengirim nutrisi dan oksigen yang

dibutuhkan oleh sel untuk melakukan metabolisme. Aliran darah

dalam sirkulasi yang normal memungkinkan metabolism berjalan

normal dan efektif.

5. Energi

Kelangsungan suatu mobilisasi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan

energy. Cadangan energi semakin menipis pada otot menyebabkan

kelelahan otot hingga tidak mampu melakukan pergerakan.

6. Kelainan kongenital

Masalah kongenital seperti serebral palsi, spina bifida, osteogenesis

imperfecta dapat menybabkan mobilisasi berjalan tidak normal atau

tidak sempurna. Pembentukan tulang dan otot yang tidak normal dapat

mengganggu keseimbangan tubuh, sehingga pergerakan menjadi

terbatas.

7. Gangguan Kejiwaan

Proses gangguan kejiwaan seperti depresi dan katatonik dapat

berpengaruh terhadap keinginan untuk melakukan pergerakan.

8. Mobilits terapi

Mobilitas terapi seperti traksi, gips dan pengikatan bertujuan untuk

mengurangi pergerakan. Pemasangan gips pada bagian lengan hanya

membatasi gerak pada tangan yang dipasang gips saja.

4. Patofisiologi

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke

substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan

komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan

komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan

menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan

Page 6: LP Mobilisasi

herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang

mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan

edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut

menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi

nekrosis jaringan otak dan kerusakan sel syaraf.

Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke

otak. Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan

anggota gerak. Jadi, jika syaraf tergganggu maka akan terjadi gangguan

penyampaian impuls dari dan ke organ target. Dengan tidak sampainya

impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.

5. Tanda dan Gejala

a. Metabolisme : penyembuhan luka yang lambat, data pemeriksaan

laboratorium yang tidak normal, atrofi otot, dan penurunan lemak

subkutan, pada umumnya edema

b. Respirasi : gerakan dinding dada yang asimetris, dispnoe, crakles,

wheezing, peningkatan kecepatan pernapasan

c. Kardiovaskuler : hipotensi ortostatik, peningkatan nadi, suara jantung

III, nadi perifer melemah, edema perifer

d. Muskuloskeletal : eritema, peningkatan diameter batis atau paha,

penurunan rentang gerak, kontraktur sendi, intoleransi aktivitas, atrofi

otot, kontraksi sendi

e. Integumen : kerusakan integritas kulit

f. Eliminasi : penurunan haluaran urine, urine pekata atau berawan,

penurunan frekuensi defekasi, distensi kandung kemih dan perut,

penurunan dinding usus.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan dalam gangguan mobilitas

fisik adalah :

a. Foto rontgen : menentukan densitas tulang, mengevaluasi perubahan

struktur dan fungsi tulang dan sendi.

Page 7: LP Mobilisasi

b. CT Scan : mengidentifikasi abnormalitas jaringan lunak, tulang dan

berbagai trauma muskuloskeletal

c. MRI : diagnosis nekrosis avaskuler, penyakit sendi, tumor,

osteomielitis, robekan ligamen, dan kartilago

d. Arthroskopi : bedah eksplorasi dan diagnosis sendi

e. Pemeriksaan alkaline phosfatase, kalsium, phospor, CRP, dan

kreatinin kinase.

7. Pathway

Pembuluh darah otak pecah

Darah mengalir ke ruangan sub arachnoid

edema Spasme pemb darah penekanan

Aliran darah berkurang

Nekrosis jar otak Dan kerusakan sel saraf

Gangguan penyampaian impuls

Hambatan mobilitas fisik

L. parietalis L. Temporalis L. Parietalis cerebellum

Sulit menyusun kata

Rangsang bicara terhambat

hambatan komunikasi verbal

Hambatan gerak/lumpuh

fungsional

Defisit perawatan diri : eliminasi

Kondisi gerak

Page 8: LP Mobilisasi

8. Pengkajian

a. Pengkajian Umum

1. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat,

dan lain-lain)

2. Riwayat kesehatan meliputi :

a.

3. Pola kesehatan fungsional

4. Pemeriksaan fisik

5. Pemeriksaan penunjang

b. Pengkajian Khusus

9. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

10. Rencana Asuhan Keperawatan