LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

46
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN, TIDUR, DAN ISTIRAHAT Di Unit Stroke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek Keperawatan Dasar Disusun oleh : Gabi Ceria 10/299650/KU/13979 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

description

n

Transcript of LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

Page 1: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

RASA NYAMAN, TIDUR, DAN ISTIRAHAT

Di Unit Stroke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Tugas Mandiri

Stase Praktek Keperawatan Dasar

Disusun oleh :

Gabi Ceria

10/299650/KU/13979

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

I. KONSEP KEBUTUHAN RASA NYAMAN

A. PENGERTIAN

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang

tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya

(Carpenito, Linda Jual, 2000)

Nyeri adalah kondisi suatu mekanisme prolektif tubuh yang timbul bilamana jaringan

mengalami kerusakan dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan

rangsangan tersebut. (Guyton Hall, 1997)

1. Nyeri Akut

Nyeri akut adalah suatu keadaan dimana seseorang melaporkan adanya

ketidaknyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak, durasinya

singkat kurang dari 6 bulan.

2. Nyeri Kronik

Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang

berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non keganasan atau

intermiten selama 6 bulan atau lebih

3. Mual

Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu ketidaknyamanan,

sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan epigastrium, atau seluruh

abdomen yang mungkin atau mungkin tidak menimbulkan muntah.

B. PROSES FISIOLOGI

1. Nyeri

Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subyektif nyeri terhadap

empat proses tersendiri: Transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi

nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas

listrik di reseptor nyeri.

Trasmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat

terinduksi melewati saraf perifer sampai termal di medula spinalis dan jaringan

neoron-neuron pemancar yang naik dan medula spinalis ke otak. Medulasi nyeri

melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang dapat

mempengaruhi transmisi nyeri yang setinggi medula spinalis.

Medulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau

meningkatkan aktivitas direseptor nyeri aferen primer. Akhirnya, persepsi nyeri

2

Page 3: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

adalah pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas

transmisi nyeri oleh saraf.

C. KLASIFIKASI NYERI

1. Nyeri berdasarkan kualitasnya

- Nyeri yang menyayat

- Nyeri yang menusuk

2. Nyeri berdasarkan tempatnya

- Nyeri superfisial/nyeri permukaan tubuh

- Nyeri dalam/nyeri tusuk bagian dalam

- Nyeri ulseral/nyeri dari tusuk jaringan ulseral

- Nyeri neurologis/nyeri dari kerusakan saraf perifer

- Nyeri menjalar/nyeri akibat kerusakan jaringan ditempat lain

- Nyeri sindrom/nyeri akibat kehilangan sesuatu bagian tubuh karena

pengalaman masa lalu

- Nyeri patogenik/nyeri tanpa adanya stimulus

3. Nyeri berdasarkan serangannya

- Nyeri akut: nyeri yang timbul tiba-tiba, waktu kurang dari 6 bulan

- Nyeri kronis: nyeri yang timbul terus-menerus, waktu lebih atau sama 6 bulan

4. Nyeri menurut sifatnya

- Nyeri timbul sewaktu-waktu

- Nyeri yang menetap

- Nyeri yang kumat-kumatan

5. Nyeri menurut rasa

- Nyeri yang cepat: nyeri yang menusuk

- Nyeri difus: nyeri normal yang bisa dirasakan

6. Nyeri menurut kegawatan

- Nyeri ringan

- Nyeri sedang

- Nyeri berat

3

Page 4: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI

1. Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon

nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah

patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam

nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang

harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal

jika nyeri diperiksakan.

2. Jenis kelamin

Laki -laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru

lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri,

wanita boleh mengeluh nyeri).

3. Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap

nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah

akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak

mengeluh jika ada nyeri.

4. Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan

bagaimana mengatasinya.

5. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill, perhatian yang meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi

dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided

imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.

6. Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan

seseorang cemas.

7. Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri

yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah

tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam

mengatasi nyeri.

4

Page 5: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

8. Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan

sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi

nyeri.

9. Support keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga

atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan

E. INTENSITAS NYERI

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh

individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan

nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda

oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling

mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,

pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri

itu sendiri.

Menurut smeltzer, S.C bare B.G adalah sebagai berikut :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan

lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi

masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan

distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

F. Penatalaksanaan

5

Page 6: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

Secara umum penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dibagi

menjadi 2, yaitu :

1. Non Farmakologik : Distraksi, Relaksasi, Stimulasi Kutaneus

a. Distraksi

Beberapa teknik distraksi, antara lain :

Nafas lambat, berirama

Massage and Slow, Rhythmic Breathing

Rhytmic Singing and Tapping

Active Listening

Guide Imagery

b. Relaksasi

Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa

keuntungan, antara lain :

Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress

Menurunkan nyeri otot

Menolong individu untuk melupakan nyeri

Meningkatkan periode istirahat dan tidur

Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain

Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri

Beberapa teknik relaksasi yang dianjurkan adalah :

Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru

Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan

rasakan betapa nyaman hal tersebut

Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu

Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada

saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk

mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.

Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan

kelompok otot-otot lain

Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri

menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

c. Stimulasi Kulit (Cutaneus)

Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :

Kompres dingin

6

Page 7: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

Analgesics ointments

Counteriritan, seperti plester hangat.

Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan

area yang nyeri.

2. Farmakologi

Agen farmakologik

a. Analgesics

Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri dengan

jalan mendepresi Sistem Saraf Pusat pada Thalamus dan Korteks Cerebri. Analgesik

akan lebih efektif diberikan sebelum klien merasakan nyeri yang berat dibandingkan

setelah mengeluh nyeri. Untuk alasan ini maka analgesik dianjurkan untuk diberikan

secara teratur dengan interval, seperti setiap 4 jam setelah pembedahan.

Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :

1) Narcotic (Strong analgesics)

Termasuk didalamnya adalah : derivat opiate seperti morphine dan codein.

Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari

pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan

perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman meskipun nyerinya

masih timbul.

2) Nonnarcotics (Mild analgesics)

Mencakup derivat dari : Asam Salisilat (aspirin); Para-aminophenols

(phenacetin); Pyrazolon (Phenylbutazone). Meskipun begitu terdapat pula obat

analgesik kombinasi, seperti kombinasi dari analgesik kuat (strong analgesics)

dengan analgesik ringan (mild analgesics), contohnya : Tylenol #3, merupakan

kombinasi dari acetaminophen sebagai obat analgesik nonnarkotik dengan

codein, 30mg.

b. Plasebo

Plasebo merupakan jenis dari tindakan, seperti pada intervensi keperawatan yang

menghasilkan efek pada klien dikarenakan adanya suatu kepercayaan daripada

kandungan fisik atau kimianya. Pengobatannya tidak mengandung komponen obat

analgesik (seperti:” gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat

menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus mempunyai izin dari

dokter.

7

Page 8: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

8

Page 9: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

G. NILAI-NILAI NORMAL

Suhu tubuh : 36,5 ° C – 37,5 ° C

Nyeri : klien tidak melaporkan nyeri secara verbal dan ekspresi nonverbal tidak

menunjukkan terjadinya nyeri, nyeri tidak mempengaruhi kualitas hidup.

Karakteristik Nyeri Akut dan Kronis

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis

Onset Baru Terus-menerus atau hilang

timbul

Durasi <6bulan >6bulan

Respon SSO Peningkatan denyut

jantung, pernapasan,

tekanan darah,

diaphoreses, tegangan otot,

dilatasi papilris

Jarang ditemukan

Hubungan dengan

penyembuhan

Menghilang saat terjadi

penyembuhan

Berlanjut lama setelah

terjadi penyembuhan

Respon terhadap

analgetik

Responsif Jarang responsif

H. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI

GANGGUAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN

Penilaian Nyeri:

Singkata

n

Deskripsi Contoh Pertanyaan

O Onset Tentukan kapan terjadi ketidaknyamanan yang

membuat pasien mulai mencari bantuan

P Provocation

(Provokasi)

Tanyakan apa yang memperburuk nyeri atau

ketidaknyamanan. Apakah posisi? Apakah

memburuk dengan menarik nafas dalam atau

palpasi pada dada? Atau nyeri menetap?

Q Quality (kualitas) Tanyakan bagaimana jenis nyerinya. Biarkan

9

Page 10: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

pasien menjelaskan dengan bahasanya sendiri

R Radiation (Radiasi) Apakah nyeri berjalan (menjalar) ke bagian tubuh

yang lain? Dimana?

S Severity (keparahan) Gunakan perangkat penilaian skala nyeri (sesuai

untuk pasien) untuk pengukuran keparahan nyeri

yang konsisten. Gunakan skala nyeri yang sama

untuk menilai kembali keparahan nyeri dan apakah

nyeri berkurang atau memburuk.

T Time (Waktu) Berapa lama nyeri berlangsung dan apakah hilang

timbul atau terus-menerus?

C Characteristic Apakah nyeri bersifat tumpul, sakit, tajam,

menusuk, atau menekan

O Onset Kapan nyeri mulai terasa

L Location Di mana nyeri terasa

D Duration Berapa lama nyeri berlangsung, terus-menurus atau

hilang timbul

E Exacerbation Apa yang memperburuk nyeri

R Radiation Apakah nyeri menjalar ke lokasi tubuh lain

R Relief Apa yang dapat meredakan nyeri

A Associated Sign Mual, cemas, perasaan lain

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Nyeri Akut

2. Nyeri kronis

10

Page 11: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

No Nama Diagnosa Tujuan /NOC Intervensi / NIC

1 Nyeri akut

berhubungan dengan

agen cedera fisik

atau trauma

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama .......x24 jam, diharapakan nyeri

berkurang dengan kriteria:

Kontrol Nyeri 

- Mengenal faktor penyebab

- Mengenal reaksi serangan nyeri

- Mengenali gejala nyeri

- Melaporkan nyeri terkontrol

Tingkat Nyeri

- Frekuensi nyeri - Ekspresi akibat nyeri

Keterangan Penilaian NOC

1. tidak dilakukan samasekali

2. jarang dilakukan

3. kadang dilakukan

4. sering dilakukan

5. selalu dilakukan

Pain Management

- Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,karakteristik,dan

onset,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya nyeri, faktor-faktor

presipitasi

- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon

pasien terhadap ketidaknyamanan

- Berikan informasi tentang nyeri

-  Ajarkan teknik relaksasi

- Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup

- Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri

- Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri

Analgetik Administration

- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat

- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik

- Berikan analgetik yang tepat sesuai dengan resep

- Catat reaksi analgetik dan efek buruk yang ditimbulkan

- Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan frekuensi

2 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pain Management

11

Page 12: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

berhubungan dengan

kontrol nyeri yang

tidak adekuat

selama .......x24 jam, diharapakan nyeri

berkurang dengan kriteria:

Kontrol Nyeri 

- Mengenal faktor penyebab

- Mengenal reaksi serangan nyeri

- Mengenali gejala nyeri

- Melaporkan nyeri terkontrol

Tingkat Nyeri

- Frekuensi nyeri

- Ekspresi akibat nyeri

Keterangan Penilaian NOC

1. tidak dilakukan samasekali

2. jarang dilakukan

3. kadang dilakukan

4. sering dilakukan

5. selalu dilakukan

- Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,karakteristik,dan

onset,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya nyeri, faktor-faktor

presipitasi

- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon

pasien terhadap ketidaknyamanan

-  Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk menguragi nyeri (relaksasi,

distraksi)

- Perhatikan tipe dan sumber nyeri

- Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri

- Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri

- Tingkatkan istirahat atau tidur untuk memfasilitasi manajemen nyeri

Analgetik Administration

-          Cek obat, dosis, frekuensi, pemberian analgesik

-          Cek riwayat alergi obat

-          Pilih analgetik atau kombinasi yang  tepat apabila lebih

satu analgetik yang diresepkan

-          Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian

analgesik

12

Page 13: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

II. KONSEP KEBUTUHAN TIDUR DAN ISTIRAHAT

A. PENGERTIAN

Istirahat dan tidur yang sesuai adalah samapentingnya bagi kesehatan yang baik

dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan

jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung

pada kemampuan memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan

tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan

berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas.

Tidur merupakan suatu fenomena fisiologis dimana terjadi kondisi istirahat alami

yang sangat penting untuk kesehatan yang dialami oleh manusia dan hewan-hewan

lainnya. Tidur juga dapat diartikan sebagai bagian dari periode ilmiah kesadaran yang

terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki) yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran

dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal.

B. FISIOLOGI TIDUR

Tidur yang normal melibatkan dua fase yaitu tidur non-rapid eye movement

(NREM) dan tidur rapid eye movement (REM).

Tidur non-rapid eye movement (NREM) sering disebut tidur ortodoks karena

terjadi penurunan aktivasi sel-sel otak pada gambara EEG. Tidur NREM terdiri dari 4

tahap yang memiliki ciri-ciri tersendiri.

Pada tidur tahap I terjadi bila merasakan ngantuk dan mulai tertidur. Jika

telepon berbunyi atau ada sesuatu sampai terbangun, sering kali tidak merasakan

bahwa sebenarnya kita telah tertidur. Gelombang listrik otak memperlihatkan

‘gelombang alfa’ dengan penurunan voltase. Tahap I ini berlangsung 30 detik sampai

5 menit pertama dari siklus tidur.

Tidur tahap II, seluruh tubuh kita seperti berada pada tahap tidur yang lebih

dalam. Tidur masih mudah dibangunkan, meskipun kita benar-benar berada dalam

keadaan tidur. Periode tahap II berlangsung dari 10 sampai 40 menit. Kadang-kadang

selama tahap tidur II seseorang dapat terbangun karena sentakan tiba-tiba dari

ekstremitas tubuhnya. Ini normal, kejadian sentakan ini, sebagai akibat masuknya

tahapan REM.

Tahap III dan IV. Tahap ini merupakan tahap tidur nyenyak. Pada tahap III,

Orang yang tertidur cukup pulas, rileks sekali karena tonus otot lenyap sama. Tahap

IV mempunyai karakter : tanpa mimpi dan sulit dibangunkan, dan orang akan bingung

bila terbangun langsung dari tahap ini, dan memerlukan waktu beberapa menit untuk

13

Page 14: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

meresponnya. Pada tahap ini, diproduksi hormone pertumbuhan guna memulihkan

tubuh, memperbaiki sel, membangun otot dan jaringan pendukung. Perasaan enak dan

segar setelah tidur nyenyak, setidaknya disebabkan karena hormon pertumbuhan

bekerja baik.

Tidur rapid eye movement (REM) adalah tahapan tidur yang sangat aktif. Pola

nafas dan denyut jantung tak teratur dan tidak terjadi pembentukan keringat. Kadang-

kadang timbul twitching pada tangan, kaki, atau muka, dan pada laki-laki dapat timbul

ereksi pada periode tidur REM. Walaupun ada aktivitas demikian orang masih tidur

lelap dan sulit untuk dibangunkan. Sebagian besar anggota gerak tetap lemah dan

rileks. Tahap tidur ini diduga berperan dalam memulihkan pikiran, menjernihkan rasa

kuatir dan daya ingat dan mempertahankan fungsi sel-sel otak.

Siklus tidur orang dewasa normal biasanya terjadi setiap 90 menit sehingga

ketika seseorang tidur biasanya melewati 4-6 siklus tidur penuh dengan alur seperti

gambar berikut ini

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR

1. Usia atau Tingkat perkembangan

Pada dasarnya pola tidur berdasarkan durasi dan kualitas setiap orang berbeda-

beda hal ini dapat dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat perkembangannya.

Semakin bertambahnya usia maka durasi tidur dalam sehari semakin berkurang.

2. Penyakit Fisik

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik (mis.

kesulitan bernapas), atau masalah suasana hari, seperti kecemasan atau depresim

dapat menyebabkan masalah tidur. Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tidur

dalam posisi yang tidak biasa sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Beberapa

14

Page 15: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

dampak dari timbulnya penyakit fisik yang dapat menimbulkan gangguan tidur

contohnya sebagai berikut :

Pasien dengan gangguan pernafasan, keadaannya yang sulit untuk bernafas

menimbulkan gangguan tidur.

Pasien jantung koroner, sering mengalami nyeri dada secara tiba-tiba dan

denyut jantung yang tidak teratur. Klien yanng berpenyakit ini seringkali

mengalami frekuensi terbangun yang sering dan perubahan tahapan tidur.

Nokturia atau berkemih pada malam hari, mengganggu tidur.

Lansia sering mengalami ‘restless leg syndrome’ yang sering terjadi pada

saat sebelum tidur.

Pasien dengan masalah sirkulasi arteri akan mengalami kram kaki pada

malam hari.

3. Obat-obatan dan substansi

Ada beberapa zat dan obat-obatan yang memiliki efek samping mengantuk,

insomnia atau kelelahan yang semuanya itu dapat mengganggu kualitas dan

kuantitas tidur. Beberapa efek obat atau zat tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut.

Nama Obat/Substansi Efek yang Mempengaruhi Tidur

Hypnotics Turut serta dalam mencapai tahapan tidur yang lebih dalam.Memberi peningkatan kualitas tidur sementara (1 minggu)Sering menimbulkan rasa mengambang sepanjang hariDapat menimbulkan sleep apnea pada lansia

Diuretics Menyebabkan nokturia

Antidepressants dan Stimulants

Menekan fase tidur REMMenurunkan total waktu tidur

Alkohol Mempercepat onset tidur dan mengganggu tidur REMMebangunkan orang pada malam hari dan menyebabkan kesulitan untuk kembali tidur.

Kafein Mencegah seseorang tertidurMenyebabkan seseorang terbangun sepanjang malam

Beta-adrenegic Blockers Menyebabkan mimpi buruk dan insomnia

Benzodiazepines Meningkatkan waktu tidurMeningkatkan kantuk di siang hari

Narcotics (Opiates) Menekan fase tidur REMMeningkatkan kantuk di siang hari

Antihistamines Menyebabkan kantukJika dosis berlebih menyebabkan insomnia

Nasal Decongestants Menyebabkan kantuk di siang hari

15

Page 16: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

4. Gaya Hidup / Lifestyle

Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang sering

mengalami perubahan jam / shift bekerja mengalami kesulitan untuk

mempertahankan jam biologisnya.

5. Stress emosional

Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur.

Stress menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering

terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat

menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk. Seseorang yang mengalami masalah

perasaan depresi, sering mengalami perlambatan untuk jatuh tertidur, munculnya

tidur REM secara dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu tidur, perasaan

tidur yang kurang, dan terbangun cepat.

6. Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan dapat mendukung keadaan tidur maupun

sebaliknya, dapat mengganggu tidur. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh

diantaranya : lampu, temperatur, bau, ventilasi, dan suara.

7. Latihan fisik dan kelelahan

Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur

untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal ini tampak bahwa

aktifitas fisik meningkatkan baik tidur REM maupun NREM.

8. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.

Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya

trytophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian pula

sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang juga dapat mempengaruhi proses tidur,

bahkan terkadang sulit untuk tidur. Konsumsi makanan yang mengandung

mangnesium dan kalsium dapat membantu tidur lebih nyenyak karena magnesium

berfungsi dalam relaksasi otot, sedangkan kalsium berdampak calming effect.

Konsumsi makanan dengan tinggi kafein seperti kopi, cola, dan coklat dapat

memicu gangguan siklus tidur. Konsumsi makanan berat dalam jumlah yang besar

atau pedas sesaat sebelum tidur dapat mengganggu tidur. Namun, tidur dalam

keadaan lapar juga sulit karena individu akan fokus terhadap laparnya sehingga

sulit untuk tidur.

16

Page 17: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

9. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang. Motivasi tersebut

dapat berupa motivasi untuk mempertahankan keadaan tetap terbangun. Sebagai

contoh : Seorang mahasiswa dengan banyak tugas namun keadaan fisiknya sudah

sangat lelah akibat aktivitas seharian memutuskan untuk tidur terlebih dahulu dan

berniat bangun pada tengah malam untuk menyelesaikan tugasnya.

Beberapa kondisi untuk Istirahat yang cukup

1. Kenyamanan Fisik

a. Eliminasi sumber-sumber yang mengiritasi fisik

b. Kontrol suhu ruangan

c. Pertahankan kesejajaran anatomis yang tepat atau posisi yang sesuai

d. Pindahkan distraksi lingkungan

e. Sediakan ventilasi yang cukup

2. Bebas dari kecemasan

a. Buat keputusan sendiri

b. Berpartisipasi di dalam pelayanan kesehatan pribadi

c. Mempunyai pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami masalah dan

implikasi kesehatan

d. Praktikan aktivitas yang mengistirahatkan secara teratur

e. Mengetahui bahwa lingkungan aman

3. Tidur yang cukup

a. Memperoleh jumlah jam tidur yang dibutuhkan untuk merasa segar kembali

b. Ikuti kebiasaan higiene yang baik sebelum tidur

D. MACAM-MACAM GANGGUAN TIDUR

Gangguan tidur dapat diklasifikasikan menjadi menjadi beberapa kategori berikut ini:

4. Disomnia adalah gangguan primer yang berasal dari sistem tubuh yang berbeda.

a. Gangguan tidur intrinsik

i. Insomnia psikofisiologi : gejala yang dialami oleh klien yang

mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur,

dan/atau tidur singkat atau tidur nonrestoratif.

17

Page 18: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

ii. Narkolepsi : disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun dan

tidur.

iii. Sindrom apnea tidur : kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut

selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur

iv. Gangguan gerakan ekstremitas periodik

b. Gangguan tidur ekstrinsik

i. Higiene tidur yang tidak adekuat

ii. Gangguan tidur tegantung hipnotik

iii. Gangguan tidur tergantung alkohol

c. Ganguan tidur irama sirkadian

i. Sindrom perubahan waktu tidur (jet lag)

ii. Gangguan tidur karena jam kerja

iii. Sindrom fase tidur tertunda

5. Parasomnia

a. Gangguan terjaga

i. Berjalan dalam tidur

ii. Teror tidur

b. Gangguan transisi tidur bangun

i. Berbicara dalam tidur

ii. Kram tungkai nokturnal

c. Parasomnia yang lain

i. Bruksisme tidur (menggeretakkan gigi)

ii. Enuresis tidur (mengompol)

iii. Sindrom kematian bayi mendadak

6. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan medis/psikiatrik

a. Demensia

b. Parkinsonisme

c. Iskemia jantung nookturnal

d. Penyakit paru obstruktif menahun

18

Page 19: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

E. NILAI-NILAI NORMAL

Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Usia/Perkembangan adalah sebagai berikut

Neonatus

(lahir-1 bulan)

Tidur selama 3-4 jam dengan total tidur per hari 16-20 jam.

Belum ada pola perbedaan tidur pada malam dan siang hari.

Bayi Total tidur 12-16 jam per hari, seiring bertambahnya usia maka

waktu tidur makin berkurang.

Mulai usia 2 bulan bayi dapat tidur penuh pada malam hari dan

tidur siang sebanyak 2-3 kali.

Toddler

(1-3 tahun)

Total tidur 10-14 jam per hari (10-12 jam pada malam hari + 2-4

jam tidur siang)

Usia Prasekolah

(3-5 tahun)

Rata-rata total tidur 10-12 jam per hari.

Sulit tidur siang karena senang bermain dan sering bermimpi

pada malam hari.

Usia sekolah Total tidur 10-12 jam.

Remaja Total tidur sekitar 8-10 jam per hari.

Sering mengantuk pada siang hari karena tidur terlalu larut dan

bangun pagi.

Dewasa Muda Total tidur sekitar 8 jam per hari.

Jarang tidur siang karena aktivitas.

Dewasa

Menengah

Total tidur 6-8 jam per hari.

Sering mengalami gangguan tidur terutama insomnia

Lansia Total tidur per hari 5-7 jam.

Kualitas tidur mulai menurun dan memiliki fase tidur REM yang

pendek.

F. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI

Beberapa hal yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan tidur yaitu :

1. Deskripsi masalah tidur : sifat dari masalah, tanda dan gejala, awitan dan

durasi, keparahan, faktor pencetus, efek pada klien.

2. Pola tidur biasa

3. Penyakit fisik

4. Peristiwa hidup yang baru terjadi : perubahan gaya hidup, pekerjaan,

aktivitas terakhir, jadwal makan

19

Page 20: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

5. Status emosional dan mental

6. Rutinitas menjelang tidur

7. Lingkungan tidur

8. Perilaku deprivasi tidur

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Insomnia

Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mempengaruhi fungsi

Batasan Karakteristik :

Perubahan konsentrasi

Perubahan mood

Perubahan pola tidur

Status kesehatan

dikompromikan

Penurunan kualitas hidup

Kesulitan memulai tidur

Kesulitan

mempertahankan hidup

Ketidakpuasan tidur

Terbangun lebih awal

Peningkatan ketidakhadiran

Peningkatan kecelakaan

Ketidak cukupan energi

Pola tidur nonrestoratif

Gangguan tidur berefek pada

hari selanjutnya

Faktor yang berhubungan:

Konsumsi alkohol

Cemas

Rata-rata jumlah

aktivitas lebih sedikit

dari yang

direkomendasikan

Deperesi

Lingkungan

Ketakutan

Sering tidur siang

Berduka

Perubahan hormonal

Ketidakadekuatan kebersihan

tidur

Pengaruh obat

Ketidaknyamanan fisik

Stresor

2. Sleep deprivation

Periode waktu tanpa tidur dalam jangka waktu yang lama

Batasan Karakteristik :

Agitasi

Perubahan konsentrasi

Kecemasan

Apatis

20

Page 21: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

Suka melawan

Kebingungan

Penurunan kemampuan

fungsional

Penurunan waktu reaksi

Mengantuk

Kelelahan

Halusinasi

Tremor di tangan

Peningkatan sensitivitas

nyeri

Iritabilitas

Letargi

Lesu

Malaise

Gangguan persepsi

Gelisah

Faktor yang berhubungan

Rata-rata jumlah

aktivitas lebih sedikit

dari yang

direkomendasikan

Kondisi dengan

pergerakan tungkai

(restless leg syndrome)

Demensia

Lingkungan yang tidak

nyaman

Idiopathic central

nervous system

hyperomnolence

Narcolepsy

Mimpi buruk

Pola tidur yang

nonrestoratif

Ketidaknyamanan (fisik,

psikologis)

Sleep apnea

Sleep terror

Sleep walking

Sleep-related enuresis

Sleep-related painful

erections

Sundowner’s syndrome

Tindakan perawatan

3. Disturbed sleep pattern

Jumlah tidur secara kualitas maupun kuantitas yang terbatas dan terinterupsi

terkait dengan faktor eksternal.

Batasan karakteristik :

Perubahan pola tidur

Kesulitan dalam melakukan fungsi sehari-hari

Kesulitan dalam memulai tidur

Ketidakpuasan tidur

Merasa tidak istirahat

21

Page 22: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

Terbangun secara tidak sengaja

Faktor yang berhubungan

Gangguan disebabkan oleh teman tidur

Lingkunganyang tidak nyaman

Imobilisasi

Kurangnya privasi

Pola tidur nonrestoratif

22

Page 23: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

No Nama Diagnosa Tujuan /NOC Intervensi / NIC

1 Insomnia Sleep

Dalam waktu 3x24 jam, pasien mampu

mencapai kriteria berikut :

-Jam tidur bertambah

-Pola tidur membaik

-Kualitas tidur meningkat

-Merasa segar setelah bangun

-Tidak kesulitan memulai tidur

-Tidur tidak terganggu

-Tidur setiap malam dengan konsisten

-Bangun di waktu yang tepat

-Tempat tidur nyaman

-Suhu ruangan nyaman

Comfort Status

Dalam waktu 3x24 jam, pasien mampu

mencapai kriteria berikut :

-Fisik dan psikis lebih segar/sehat

-Gejala terkontrol

Sleep Enhancement

-Tentukan pola aktivitas/tidur pasien

-Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit

-Tentukan efek dari obat terhadap pola tidur

-Monitor pola tidur pasien, dan catat hal-hal yang mengganggu tidur

-Instruksikan pasien untuk memonitor pola tidurnya

-Monitor keterlibatan dalam aktivitas yang melelahkan selama tidak

tidur untuk mencegah kelelahan

-Sesuaikan lingkungan untuk mendukung tidur

-Dukung pasien untuk melakukan rutinitas sebelum tidur

-Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur

-Monitor asupan makanan yang berefek pada tidur

-Dukung pasien untuk mempraktekkan relaksasi otot atau bentuk

nonfarmasi lainnya

-Dukung kenyamanan dengan memberi pijatan, mengubah posisi, dan

sentuhan afektif

-Dukung peningkatan jam tidur

-Dukung tidru siang

-Mengatur jadwal pemberian obat untuk mendukung siklus

23

Page 24: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

-Lingkungan sekitar nyaman

-Suhu ruangan nyaman-

-Adanya dukungan sosial dari keluarga

-Adanya dukungan sosial dari teman

-Mampu terpenuhi kebutuhan komunikasi

tidur/bangun pasien

-Instruksikan kepada pasien dan beberapa orang lainnya bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan tidur

-Identifikasi obat tidur yang digunakan pasien

-Dukung penggunaan obat tidur yang tidak mengandung REM

supressor

-Diskusikan dengan pasein dan keluarga tentang teknik

mempertahankan tidur dan berikan pamfletnya.

Relaxation therapy

-Deskripsikan rasieonalisasi relaksasi dan keuntungan, keterbatasan

dan tipe relaksasi yang tersedia

-Kaji hal-hal yang dapat menurunkan fokus terhadap teknik relaksasi

-Terntukan apakah teknik relaksasi yang sebelumnya bermanfaat

-Pertimbangkan kemauan pasien untuk berpartisipasi, kemampuan

untuk berpartisipasi, pengalamanmasalalu, kontraindikasi, sebelum

memilih strategi relaksasi yang spesifik

-Berikan penjelasan yang detail terkait intervemnsi relaksasi

-Ciptakan lingkungan yang tenang, suhu dan lampu yang nyaman jika

memungkinkan

-Sarankan pasien untuk mengambil posisi yang nyaman

-Timbulkan rasa relax (pasien nafas dalam, menguap, bernafas

24

Page 25: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

menggunakan perut, atau gambaran ketenangan)

-Ajakpasien untuk relax dan membiarkan sensasi terjadi

-Gunakan suara yang lembut, dan kata-kata yang ritmis

-Dukung pengulangan teknik yang sama

-Evaluasi tingkat relaksasi yang diperoleh pasien dan memonitor

tekanan otot, HR, BP, dan suhu secara periodik

-Evaluasi dan dokumentasikan respon dari teknik relaksasi

NIC tambahan:

Music Therapy

Calming Technique

Meditation Facilitation

Positioning

2 Sleep

deprivation

Sleep

Dalam waktu 3x24 jam, pasien mampu

mencapai kriteria berikut :

-Jam tidur bertambah

-Pola tidur membaik

-Kualitas tidur meningkat

-Merasa segar setelah bangun

-Tidak kesulitan memulai tidur

Sleep Enhancement

-Tentukan pola aktivitas/tidur pasien

-Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit

-Tentukan efek dari obat terhadap pola tidur

-Monitor pola tidur pasien, dan catat hal-hal yang mengganggu tidur

-Instruksikan pasien untuk memonitor pola tidurnya

-Monitor keterlibatan dalam aktivitas yang melelahkan selama tidak

tidur untuk mencegah kelelahan

25

Page 26: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

-Tidur tidak terganggu

-Tidur setiap malam dengan konsisten

-Bangun di waktu yang tepat

-Tempat tidur nyaman

-Suhu ruangan nyaman

Comfort Status

Dalam waktu 3x24 jam, pasien mampu

mencapai kriteria berikut :

-Fisik dan psikis lebih segar/sehat

-Gejala terkontrol

-Lingkungan sekitar nyaman

-Suhu ruangan nyaman-

-Adanya dukungan sosial dari keluarga

-Adanya dukungan sosial dari teman

-Mampu terpenuhi kebutuhan komunikasi

-Sesuaikan lingkungan untuk mendukung tidur

-Dukung pasien untuk melakukan rutinitas sebelum tidur

-Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur

-Monitor asupan makanan yang berefek pada tidur

-Dukung pasien untuk mempraktekkan relaksasi otot atau bentuk

nonfarmasi lainnya

-Dukung kenyamanan dengan memberi pijatan, mengubah posisi, dan

sentuhan afektif

-Dukung peningkatan jam tidur

-Dukung tidru siang

-Mengatur jadwal pemberian obat untuk mendukung siklus

tidur/bangun pasien

-Instruksikan kepada pasien dan beberapa orang lainnya bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan tidur

-Identifikasi obat tidur yang digunakan pasien

-Dukung penggunaan obat tidur yang tidak mengandung REM

supressor

-Diskusikan dengan pasein dan keluarga tentang teknik

mempertahankan tidur dan berikan pamfletnya.

Relaxation therapy

-Deskripsikan rasieonalisasi relaksasi dan keuntungan, keterbatasan

26

Page 27: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

dan tipe relaksasi yang tersedia

-Kaji hal-hal yang dapat menurunkan fokus terhadap teknik relaksasi

-Terntukan apakah teknik relaksasi yang sebelumnya bermanfaat

-Pertimbangkan kemauan pasien untuk berpartisipasi, kemampuan

untuk berpartisipasi, pengalamanmasalalu, kontraindikasi, sebelum

memilih strategi relaksasi yang spesifik

-Berikan penjelasan yang detail terkait intervemnsi relaksasi

-Ciptakan lingkungan yang tenang, suhu dan lampu yang nyaman jika

memungkinkan

-Sarankan pasien untuk mengambil posisi yang nyaman

-Timbulkan rasa relax (pasien nafas dalam, menguap, bernafas

menggunakan perut, atau gambaran ketenangan)

-Ajakpasien untuk relax dan membiarkan sensasi terjadi

-Gunakan suara yang lembut, dan kata-kata yang ritmis

-Dukung pengulangan teknik yang sama

-Evaluasi tingkat relaksasi yang diperoleh pasien dan memonitor

tekanan otot, HR, BP, dan suhu secara periodik

-Evaluasi dan dokumentasikan respon dari teknik relaksasi

NIC tambahan:

Music Therapy

27

Page 28: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

Calming Technique

Meditation Facilitation

Art Therapy

3. Disturbed sleep

pattern

Sleep

Dalam waktu 3x24 jam, pasien mampu

mencapai kriteria berikut :

-Jam tidur bertambah

-Pola tidur membaik

-Kualitas tidur meningkat

-Merasa segar setelah bangun

-Tidak kesulitan memulai tidur

-Tidur tidak terganggu

-Tidur setiap malam dengan konsisten

-Bangun di waktu yang tepat

-Tempat tidur nyaman

-Suhu ruangan nyaman

Sleep Enhancement

-Tentukan pola aktivitas/tidur pasien

-Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit

-Tentukan efek dari obat terhadap pola tidur

-Monitor pola tidur pasien, dan catat hal-hal yang mengganggu tidur

-Instruksikan pasien untuk memonitor pola tidurnya

-Monitor keterlibatan dalam aktivitas yang melelahkan selama tidak

tidur untuk mencegah kelelahan

-Sesuaikan lingkungan untuk mendukung tidur

-Dukung pasien untuk melakukan rutinitas sebelum tidur

-Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur

-Monitor asupan makanan yang berefek pada tidur

-Dukung pasien untuk mempraktekkan relaksasi otot atau bentuk

nonfarmasi lainnya

-Dukung kenyamanan dengan memberi pijatan, mengubah posisi, dan

sentuhan afektif

-Dukung peningkatan jam tidur

-Dukung tidru siang

-Mengatur jadwal pemberian obat untuk mendukung siklus

28

Page 29: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

tidur/bangun pasien

-Instruksikan kepada pasien dan beberapa orang lainnya bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan tidur

-Identifikasi obat tidur yang digunakan pasien

-Dukung penggunaan obat tidur yang tidak mengandung REM

supressor

-Diskusikan dengan pasein dan keluarga tentang teknik

mempertahankan tidur dan berikan pamfletnya.

Relaxation therapy

-Deskripsikan rasieonalisasi relaksasi dan keuntungan, keterbatasan

dan tipe relaksasi yang tersedia

-Kaji hal-hal yang dapat menurunkan fokus terhadap teknik relaksasi

-Terntukan apakah teknik relaksasi yang sebelumnya bermanfaat

-Pertimbangkan kemauan pasien untuk berpartisipasi, kemampuan

untuk berpartisipasi, pengalamanmasalalu, kontraindikasi, sebelum

memilih strategi relaksasi yang spesifik

-Berikan penjelasan yang detail terkait intervemnsi relaksasi

-Ciptakan lingkungan yang tenang, suhu dan lampu yang nyaman jika

memungkinkan

-Sarankan pasien untuk mengambil posisi yang nyaman

-Timbulkan rasa relax (pasien nafas dalam, menguap, bernafas

29

Page 30: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

menggunakan perut, atau gambaran ketenangan)

-Ajakpasien untuk relax dan membiarkan sensasi terjadi

-Gunakan suara yang lembut, dan kata-kata yang ritmis

-Dukung pengulangan teknik yang sama

-Evaluasi tingkat relaksasi yang diperoleh pasien dan memonitor

tekanan otot, HR, BP, dan suhu secara periodik

-Evaluasi dan dokumentasikan respon dari teknik relaksasi

NIC tambahan:

Music Therapy

Calming Technique

Meditation Facilitation

Positioning

30

Page 31: LP Mgg2 Kebutuhan Rasa Nyaman

DAFTAR PUSTAKA

Ali mulhidayat, Aziz. 1997. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta

Arjunam, Kaarthini. (2012). Pengaruh Pola Tidur Terhadap Tinggi Badan Anak Umur 15-18

Tahun Di SMA Raksana, Medan Tahun 2011. Retrieved from

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31208/4/Chapter%20II.pdf

Brunner&Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. KeperawatanMedikal

Bedah. EGC: Jakarta

Delaune, Sue C dan Ladner, P.K. 2011. Fundamentalas of Nursing Standards and Practice.

Edisi 4. USA : Delmar.

Dochterman, JM., Butcher, H.K., & Bullechek, GM. (Eds.). 2008. Nursing Interventions

Classification (NIC) Edisi Kelima. St. Louis: Mosby.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing Diagnoses :

Definition & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.

Morhead, S., Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E (Eds.). 2008. Nursing Outcomes

Classification (NOC) Edisi Kelima. St. Louis: Mosby.

Nisa, Nurun. (2009). Efek Hipnotik Ekstrak Valerian pada Mencit BALB/C. Retrieved from

http://eprints.undip.ac.id/8078/1/Nurun_Nisa.pdf

Potter & Perry. 2006. Buku ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. EGC: Jakarta.

____________. 2011. Basic Nursing Essentials For Practice. Edisi 6. Canada : Mosby

Elsevier.

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume I dan II. EGC: Jakarta

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4.

Salemba Medika : Jakarta

Wahyuningsih. (2007). Hubungan antara Tingkat kecemasa pada Pasien Dewasa pre

operasi dengan Pola Tidur di Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. Retrieved from

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-wahyunigsi-5300-3-

bab2.pdf

31