Lp Katarak

26
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KATARAK OLEH: NI KETUT RAHAJENG INTAN HANDAYANI 1002105016 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Transcript of Lp Katarak

Page 1: Lp Katarak

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KATARAK

OLEH:

NI KETUT RAHAJENG INTAN HANDAYANI

1002105016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2012

Page 2: Lp Katarak

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Pengertian

Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada

lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi

protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua

mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat

dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan

menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada

setiap lensa mata dapat bervariasi.

Katarak adalah terjadinya opasitas dari lensa kristalina yang seharusnya jernih

(Smeltzer,2001) atau dapat dikatakan katarak adalah proses pengaburan pada lensa.

(Pearce,1999) katarak senilis adalah katarak yang terjadi pada usia lanjut

Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul

lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari

65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).

Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-

duanya.Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.(kapita selekta. jilid

satu.2001)

2. Epidemiologi/insiden kasus

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas juta

populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka

menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta.

Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering ditemukan. 90% dari

seluruh kasus katarak adalah katarak senilis. Sekitar 5 % dari golongan usia 70 tahun dan

10% dari golongan usia 80 tahun harus menjalani operasi katarak.

3. Penyebab/faktor predisposisi

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia

seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan

tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat

hamil muda. Duke Elder mencoba membuat ikhtisar dari penyebab-penyebab yang dapat

menimbulkan katarak sebagai berikut. :

a. Sebab-sebab biologik : (a) Karena usia tua. Seperti juga pada seluruh makhluk hidup

maka lensa pun mengalami proses tua dimana dalam keadaan ini ia menjadi katarak.

(b) Pengaruh genetik. Pengaruh genetik dikatakan berhubungan dengan proses

degenerasi yang timbul pada lensa.

Page 3: Lp Katarak

b. Sebab-sebab imunologik : Badan manusia mempunyai kemampuan membentuk

antibodi spesifik terhadap salah satu dari protein-protein lensa. Oleh sebab-sebab

tertentu dapat terjadi sensitisasi secara tidak disengaja oleh protein lensa yang

menyebabkan terbentuknya antibodi tersebut. Bila hal ini terjadi maka dapat

menimbulkan katarak.

c. Sebab-sebab fungsional : Akomodasi yang sangat kuat (memforsir mata)

mempunyai efek yang buruk terhadap serabut-serabut lensa dan cenderung

memudahkan terjadinya kekeruhan pada lensa. Ini dapat terlihat pada keadaan-

keadaan seperti intoksikasi ergot, keadaan tetani dan aparathyroidisme.

d. Gangguan yang bersifat lokal terhadap lensa : Dapat berupa (a) Gangguan nutrisi

pada lensa, (b) Gangguan permeabilitas kapsul lensa, (c) Efek radiasi dari cahaya

matahari.

e. Gangguan metabolisme umum : defisiensi vitamin dan gangguan endokrin dapat

menyebabkan katarak misalnya seperti pada penyakit diabetes melitus atau

hyperparathyroidea.

Penyebab katarak lainnya meliputi :

Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/ degenerasi, yang

mengakibatkan lensa mata menjadi keras dan keruh (Katarak Senilis)

Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet, alkohol,

kurang vitamin E,radang menahun dalam bola mata, polusi asap motor/pabrik karena

mengandung timbal

Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, bahan

kimia yang merusak lensa (Katarak Traumatik)

Peradangan/infeksi pada saat hamil, penyakit yang diturunkan (Katarak Kongenital)

Penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolik misalnya diabetes mellitus (Katarak

komplikata)

Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin , klorpromazin, ergotamine,

pilokarpin)

Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.

4. Patofisiologi terjadinya penyakit

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan berbentuk

seperti kancing baju, meempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga

komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer terdapat korteks, dan

yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya

usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas

terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul

posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju

Page 4: Lp Katarak

pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya

trnsparasi. Perubahan pada serabut halus multiple ( zonula ) yang memajang dari badan

silier kesekitar daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami

distorsi.

Perubahan kimia dalam perubahan lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga

mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya keretina. Salah satu teori

menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa.

Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu tranmisi sinar. Teori

lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalm melindungi lensa dari

degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada

kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun

mempunyai kecepatan yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun

sistemis, seperti diabetes. Namun sebenarnya katarak merupakan konsekwensi dari

proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang kronik dan “ matang “.

Ketika orang memasuki dekade ketujuh katarak bersifat kongenital dan harus

diindentifikasi awal karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan

kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam

terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,

diabetes dan asupan antitoksin dan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

( Brunner & Suddarth,2002;1997)

5. Klasifikasi

Katarak primer

Katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu :

1. Katark juvenilis (umur <20 tahun ),

2. Katarak presenilis (umur sampai 50tahun)

3. katarak senilis (umur sampai 50tahun )

Katarak primer dibagi menjadi 4stadium :

a. Stadium Insipien

- Stadium paling dini

- Kekeruhan lensa terdapat pada bagian perifer berbentuk bercak-bercak yang

tidak teratur

- Pasien mengeluh gangguan penglihatan melihat ganda dengan satu mata

- Tajam penglihatan belum terganggu

- Proses degenerasi belum menyerap cairan mata yang kedalam lensa

sehingga terlihat bilik mata depan yang kedalaman normal.

b. Stadium Imatur

- Proses degenerasi mulai menyerap cairan mata kedalam lensa sehingga lensa

Page 5: Lp Katarak

- Menjadi cembung.

- Terjadi pembengkakan lensa yang dapat menjadi katarak intumesen.

- Terjadi miopisasi

- Dapat terjadi glaucoma sekunder

- Shadow test positif

c. Stadium Matur

- Terjadi kekeruhan seluruh lensa

- Tekanan dalam seimbang dengan cairan dalam mata dengan ukuran lensa

normal

- Tajam penglihatan sangat menurun dan hanya tinggal proyeksi sinar positif

- Di pupil tampak lensa seperti mutiara

d. Stadium Hypermatur

- Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nucleus lensa turun

karena daya beratnya.

- Melalui pupil, nucleus terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian

bawah dengan warna berbeda dari atasnya yaitu kecoklatan

- Terjadi kerusakan kapsul lensa yang menjadi lebih permeabel dsehingga isi

korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis yang dibawahnya terdapat

nucleus lensa (Katarak Morgagni)

Katarak Komplikata

Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakir lain.

Penyebab katarak jenis ini adalah :

- Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa glaucoma, ablasio retinayang

sudah lama, uveitis, myopia maligna.

- Penyakit sistemik, Diabetes Mellitus, hipoparatiroid, sindrom down, dermatitis

atopik.

- Trauma, trauma tumpul, pukulan, benda asing di dalam mata, terpajan panas

yang berlebihan, sinar –X, radioaktif, terpajan sinar matahari, toksik kimia.

Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan

lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan

pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes mellitus,

toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, galaktosemia. Ada pula yang menyertai

kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma ,

ektopia lentis, keratokonus, megalokornea, heterokornea iris. Kekeruhan dapat

dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten, katarak polaris anterior-

Page 6: Lp Katarak

posterior, katarak aksialis, katarak zonularis, katarak stelata, katarak totalis dan

katarak congenital membranasea.

6. Gejala Klinis

a. Pandangan kabur

Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau

berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-hole.

b. Penglihatan silau

Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana tigkat

kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun dengan latar

belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa silau terhadap

lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip pada

malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak kortikal.

c. Sensitifitas terhadap kontras

Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui

perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan dan

tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini

diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui

kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya

penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.

d. Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,

biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan

pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini

mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan

memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti

dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris

pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi,

dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

e. Variasi Diurnal Penglihatan

Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan menurun

pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya

paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih

baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.

f. Distorsi

Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul

atau bergelombang.

Page 7: Lp Katarak

g. Halo

Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat

disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita

glaucoma.

h. Diplopia monokuler

Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang

keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular

dengan cover test dan pin hole.

i. Perubahan persepsi warna

Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan

persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan

dibanding warna sebenarnya.

j. Bintik hitam

Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak

pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous

yang sering bergerak-gerak.

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

- Peka terhadap sinar atau cahaya.

- Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).

- Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Gangguan penglihatan bisa berupa :

- Kesulitan melihat pada malam hari

- Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata

- Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari)

Gejala lainya adalah :

- Sering berganti kaca mata

- Penglihatan sering pada salah satu mata.

Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam

mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri

7. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Diagnostik

- Kartu nama snellen / mesin telebinokuler ( tes ketajaman penglihatan dan sentral

penglihatan ) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akvesus atau

vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau penglihatan

keretina atau jalan optik.

Page 8: Lp Katarak

- Lapang penglihatan. Penurnan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro vaskuler,

massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri serebral, gloukoma.

- Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler ( TIO ) normalnya 12-25

mmHg.

- Pemeriksaan oftalmoskopi. Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi

lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi dan

pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.

- Darah lengkap, laju sedimentasi ( LED ). Menunjukkan anemia sistemik atau infeksi.

- EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk memastikan

aterosklerosis.

- Tes toleransi glukosa ( FBS ). Menunjukkan adanya atau kontrol diabetes. ( Marilyn

E. Doenges,2000 )

8. Diagnosis/kriteria diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan

diagnostik yang biasa dilakukan adalah:

- Pemeriksaan mata standar, termasuk pemeriksaan dengan slit lamp

- USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak. 

Selain uji mata yang biasa, keratometri, dan pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis,

maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat

diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan penbedahan. Dengan hitung

sel endotel 2000 sel/mm3 , pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan

fakoemulsifikasi dan implantasi IOL.

9. Therapy/tindakan penanganan

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke

titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya

konservatif.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk

bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang

terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang

mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior

sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf

optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan

lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.

1) Pengangkatan lensa

Ada tiga macam teknik pembedahan ynag biasa digunakan untuk mengangkat

lensa:

Page 9: Lp Katarak

a. Operasi katarak Ekstrakapsular atau Ekstraksi katarak ekstra kapsular

(EKEK/ECCE)

EKEK adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior

sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan

endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intraokuler posterior,

perencanaan implantasi sekunder lensa intraokuler, kemungkinan akan

dilakukan bedah glaukomamata dengan predisposisi untuk terjadinya prolaps

badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolaps badan kaca, sebelumnya

mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah

ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak

seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini

yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

b. Operasi katarak intrakapsular atau Ekstraksi katarak intrakapsular(EKIK/ICCE)

EKIK adalah pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.

Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah

putus. Pada katarak ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder

dan merupakan pembedahan yang sangat lama populer. Pembedahan ini

dilakukan dengan mempergunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus

sehingga penyulit tidak banyak. Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh

dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang

masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada

pembedahan ini adalah astigmatisme, glaucoma ,uveitis, endoftalmiti dan

perdarahan. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.

c. Phacoemulsification : Merupakan modifikasi dari ECCE. Pembukaan kapsul

dilakukan dengan teknik Capsular Helix. Keuntungannya: insisi lebih kecil,

komplikasi lebih sedikit, dan lebih aman

2) Penggantian lensa

Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan

lensa buatan sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat. Lensa buatan ini

merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler dan biasanya lensa

intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata. Untuk mencegah

infeksi, mengurangi peradangan, dan mempercepat penyembuhan selama beberapa

minggu setelah pembedahan di berikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi

mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata

yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.

Page 10: Lp Katarak

10. Komplikasi

Komplikasi yang sering timbul akibat katarak adalah:

Glaukoma. Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan

terjadi keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan akhir

dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan luar

katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat menyebabkan

peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi kebocoran. bila tidak diobati,

katarak dapat menyebabkan glaukoma.

Ada beberapa fase dari katarak yang bisa menimbulkan glaukoma, yaitu:

1. Phocomorpic Glaucoma

Lensa lebih besar karena menyarap air sehingga pada orang dengan

predisposes itertentu akan menyebabkan bilik matanya menjadi dangkal dan

jaringan trabekulum bisa tertutup akibat irisnya maju. Bisa menimbulkan

glaucoma sekunder sudut tertutup. Glaukomanya mirip dengan glaukoma akut,

tapi glaukomanya sekunder.

2. Phacolytic Glaucoma

Terjadi pada katarak hipermatur di mana protein lensa keluar dari kapsul, bisa

ke bilik mata depan dan menyumbat trabekulum sehingga menyebabkan

tekanan intraokular meningkat. Pada kasus ini glaukomanya sudut terbuka,

tetapi tersumbat oleh protein-protein lensa.

3. Phacotoxic Glaucoma

Lensa sudah keriput sehingga bisa maju ke depan atau ke belakang. Kalau

lebih ke arah anterior maka keadaan ini bisa menyebabkan blokade pupil yang

bias menyebabkan glaukoma sekunder sudut tertutup.

Uveitis

Protein lensa keluar dan dianggap benda asing, sehingga tubuh berusaha

menghancurkannya. Keadaan ini menimbulkan reaksi uveitis

Subluksasi dan Dislokasi lensa

Terjadi pada stadium hipermatur, di mana pada stadium ini zonulnya

menjadi kaku dan rapuh sehingga bisa lepas dari lensa. Lensa bisa

subluksasi atau dislokasi

Komplikasi pembedahan katarak

- Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka

gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan risiko terjadinya

glaukoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan

satu instrumen yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (vitrektomi). Pemasangan

lensa intraokular sesegera mungkin tidak bisa dilakukan pada kondisi ini.

Page 11: Lp Katarak

- Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode

pascaoperasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil

mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan

pembedahan.

- Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang terjadi

(kurang dari 0,3%). Pasien datang dengan:

a. mata merah yang terasa nyeri

b. penurunan tajam penglihatan, biasanya dalam beberapa hari setelah

pembedahan

c. pengumpulan sel darah putih di bilik anterior (hipopion).

d. Pasien membutuhkan penilaian mata segera, pengambilan sampel akueous dan

vitreous untuk analisis mikrobiologi, dan terapi dengan antibiotik intravitreal,

topikal, dan sistemik.

- Astigmatisnne pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea untuk

mengurangi astigmatisme kornea. Ini dilakukan sebelum melakukan pengekuran

kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh dan tetes mata steroid dihentikan.

Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan

terlalu erat. Pengangkatan jahitan biasanya menyelesaikan masalah ini dan bisa

dilakukan dengan mudah di klinik dengan anestesi lokal, dengan pasien duduk di

depan slit lamp. Jahitan yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi namun

rnungkin diperlukan penjahitan kembali jika penyembuhan lokasi insisi tidak

sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melalui insisi yang kecil rnenghindarkan

komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka memungkinkan koreksi astigmatisme

yang telah ada sebelurnnya.

- Edema makular sistoid. Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bile

disertai hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring waktu namun dapat menyebabkan

penurunan tajam penglihatan yang berat.

- Ablasio retina. Teknk-teknik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan dengan

rendahnya tingkat kornplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila terdapat

kehilangan vitreous.

- Opasifikasi kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihanan kapsul posterior

berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu

bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan mungkin

didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil pada kapsul dengan laser

(neodymium yttrium (ndYAG) laser) sebagai prosedur klinis rawat jalan. Terdapat

risiko kecil edema makular sistoid atau terlepasnya retina setelah kapsulotomi YAG.

Penelitian yang ditujukan pada pengurangan komplikasi ini menunjukkan bahwa

Page 12: Lp Katarak

bahan yang digunakan untuk membuat lens, bentuk tepi lens. dan tumpang tindih

lensa intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior penting dalarn

mencegah opasifikasi kapsul posterior.

- Jika jahitan nilon dada tidak diangkat setelah pembedahan maka jahitan dapat lepas

dalam beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan mengakibatkan iritasi atau

infeksi. Gejala hilang dengan pengangkatan jahitan.

11. Prognosis

Prognosis katarak adalah baik dengan lebih dari 95% pasien mengalami perbaikan

visual setelah dilakukan operasi. Prognosis visual pada pasien anak yang mengalami

katarak dan menjalani operasi tidak sebaik pada pasien dengan katarak yang

berhubungan dengan umur. Prognosis untuk perbaikan kemampuan visual paling buruk

pada katarak kongenital unilateral yang dioperasi dan paling baik pada katarak

kongenital bilateral inkomplit yang bersifat progresif lambat. Penderita penyakit katarak

memiliki prognosis untuk menjadi lebih baik setelah dilakukan pembedahan dan disiplin

dalam mematuhi penatalaksanaan.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1) Pengumpulan Data

a) Data klien

b) Keluhan Utama

Klien mengeluh mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, serta penglihatan kabur

setelah mengalami jatuh dan benturan batu pada matanya.

c) Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang:

P : jatuh dan benturan batu pada mata klien

Q: mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, penglihatan kabur

R: mata

S: -

T: -

Riwayat kesehatan masa lalu: -

Apakah klien pernah mengalami trauma yang mengenai mata; penyakit lain

yang diderita seperti DM, arteriosklerosis, dan myopia tinggi.

Riwayat kesehatan keluarga: -

Apakah keluarga pernah mempunyai penyakit glaucoma.

d) Pola Kehidupan Sehari-hari

Pola aktivitas

Page 13: Lp Katarak

Tanyakan pada klien apakah terjadi gangguan pada aktivitasnya sehari-hari.

Pola nutrisi

Tanyakan pada klien tentang riwayat diet, makanan dan nutrisi yang

dikonsumsi selama ini.

Pola eliminasi dan keseimbangan cairan

Tanyakan pada klien berapa volume cairan yang dikonsumsi setiap hari, serta

frekuensi dan keluhan BAK/BAB.

Pola tidur dan istirahat

Tanyakan mengenai kebiasaan tidur dan istirahat klien.

Pola gordon

e) Pengkajian Pola Gordon

1. persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan

mengkaji pengetahuan klien mengenai penyakitnya.

Kaji upaya klien untuk mengatasi penyakitnya.

2. pola nutrisi metabolic

kaji nafsu makan klien

3. pola eliminasi

kaji frekuensi eliminasi urine klien

kaji karakteristik urine klien

4. pola aktivitas dan latihan

kaji rasa nyeri

kaji keterbatasan aktivitas sehari-hari (keluhan lemah, letih sulit bergerak)

kaji penurunan kekuatan otot

5. pola tidur dan istirahat

kaji pola tidur klien. Klien dengan diabetes insipidus mengalami kencing

terus menerus saat malam hari sehingga mengganggu pola tidur/istirahat

klien.

6. pola kognitif/perceptual

kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu

dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.

7. pola persepsi diri/konsep diri

kaji/tanyakan perasaan klien tentang dirinya saat sedang mengalami sakit.

Kaji dampak sakit terhadap klien

Kaji keinginan klien untuk berubah (mis : melakukan diet sehat dan

latihan).

8. pola peran/hubungan

kaji peengaruh sakit yang diderita klien terhadap pekerjaannya

Page 14: Lp Katarak

kaji keefektifan hubungan klien dengan orang terdekatnya.

9. pola seksualitas/reproduksi

kaji dampak sakit terhadap seksualitas.

Kaji perubahan perhatian terhadap aktivitas seksualitas.

10. pola koping/toleransi stress

kaji metode kopping yang digunakan klien untuk menghidari stress

system pendukung dalam mengatasi stress

11. pola nilai/kepercayaan

klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap sembahyang tiap ada

kesempatan.

f) Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

Klien mengalami mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, penglihatan kabur.

Inspeksi

Postur dan gambaran klien : -

Kesimetrisan mata : -

Alis : -

Kelopak mata : -

Konjungtiva : kemerahan

Sklera : -

Iris : terganggu fungsinya

Kornea : keruh (beruap)

Pupil : pupil terlihat membesar dan terfiksasi

Lensa mata : -

Pemeriksaan penglihatan

- Penurunan visus

- Pemeriksaan lapang pandang: lapang pandang perifer

- Halo positif

Palpasi

Palpasi ringan pada kelopak mata untuk menentukan adanya pembengkakan

dan kelemahan, palpasi sakus lakrimalis dengan menekankan jari telunjuk

pada kantus medial untuk menentukan adanya regurgitasi material purulen

yang abnormal atau air mata berlebihan yang merupakan indikasi hambatan

duktus nasolakrimalis.

g) TTV

h) Data Psikososial

Page 15: Lp Katarak

Mencakup ansietas yang ditandai dengan bicara cepat, mudah berganti topik, sulit

berkonsentrasi dan sensitif, berduka karena kehilangan penglihatan.

i) Data penunjang

Pemeriksaan diagnostic

Pengukuran tonometri: mengkaji tekanan intraokuler (TIO), normalnya 10-21

mmHg. Pada kasus, nilai IOP klien 50 mmHg. Pemeriksaan oftalmoskoi

Terapi

Klien diberikan terapi betoptic, diamox, xalatan, dan manitol.

2) Pengumpulan data

Pre operasi

DS :

- Klien mengatakan penglihatan kabur

- Klien mengatakan takut untuk dioperasi

- Klien mengatakan kesulitan dalam membaca

- Klien melaporkan pandangan ganda

- Klien melaporkan memiliki riwayat trauma pada mata karena benda tumpul

- Klien melaporkan memiliki riwayat operasi mata

- Klien melaporkan merasa silau jika terkena cahaya

- Klien melaporkan memiliki riwayat penyakit DM

DO :

- Pupil tampak putih

- Retina tidak tampak

- Air mata atau krusta berlebih

- Menurunnya ketajaman/gangguan penglihatan

- Visus menurun dari normal

- Klien tampak cemas dan gelisah

- Ekspresi wajah tegang

- Klien bertanya tentang penyakitnya

- Klien tampak berhati-hati saat berjalan

- Terjadi penurunan fungsi penglihatan

Post operasi

DS :

- Klien mengeluh nyeri pada area yang dioperasi

DO :

- Wajah klien nampak meringis

- Adanya luka operasi pada daerah mata

- TTV tidak dalam rentang normal

Page 16: Lp Katarak

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Pre Operasi

Gangguan Persepsi Sensori (visual) berhubungan dengan keterbatasan penglihatan

yang ditandai dengan klien mengeluh penglihatan kabur, penurunan visus dan lapang

pandang perifer.

Ansietas berhubungan dengan penglihatan kabur karena keruhnya lensa mata yang

ditandai dengan penurunan visus dan lapang pandang perifer.

Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensoris penurunan visus dan lapang

pandang perifer.

Post operasi

Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan ditandai dengan

klien megeluh nyeri pada bagian post op, klien tampak meringis, klien tampak

memposisikan diri untuk menghindari nyeri.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan

tubuh dan peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen.

Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori/status organ indera.

Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan –

kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Terlampir

4. Evaluasi

Terlampir

Page 17: Lp Katarak

DAFTAR PUSTAKA

Guyton&Hall.2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, (Edisi

8), EGC, Jakarta

NANDA International. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.

Jakarta : EGC.

Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Interventions Classification :

Fourth Edition. United States of America : Mosby.

Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United States of

America : Mosby