Lp Hepatitis

26
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS VIRUS OLEH: A A ARI NOVIA SULISTIAWATI 1102105008

description

hepatitis virus

Transcript of Lp Hepatitis

Page 1: Lp Hepatitis

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS VIRUS

OLEH:

A A ARI NOVIA SULISTIAWATI

1102105008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2012

Page 2: Lp Hepatitis

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS

DI RUANG CEMPAKA RSU BANGLI

1. DEFINISI

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan

klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).

Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat sembuh sendiri

dan tersebar diseluruh dunia, biasanya ditularkan melalui penelanan bahan-bahan

yang terinfeksi secara oral tetapi terkadang-kadang dapat juga secara parenteral

(Brunner & Suddart, 2001).

Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, bersifat akut, terutama

ditularkan secara parenteral tetapi juga dapat secara oral, melalui hubungan yang

erat antara penderita dengan orang lain, dan dari ibu ke bayi nya (Dorland, 1998).

Hepatitis adalah penyakit infeksi virus hepatotropik yang bersifat sistemik dan

akut (Arif Mansjoer, 2001).

2. EPIDEMIOLOGI

Hepatitis virus akut merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang

penting tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga di seluruh dunia. The Centers for

Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi sekitar

300.000 infeksi virus Hepatitis B di Amerika Serikat. Walaupun mortalitas penyakit

hepatitis rendah, factor morbiditas yang luas dan ekonomi yang kurang memiliki

kaitan dengan penyakit ini. Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang

penyebarannya luas, walaupun efek utamanya pada hati (Price, Wilson, 2005).

HAV merupakan jenis infeksi hepatitis virus yang paling sering di Amerika

Serikat. Namun, kasus HAV di Negara ini telah menurun sejak tahun 1970-an. HAV

lazim terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Terdapat peningkatan insidensi

pada musim tertentu, yaitu pada musim gugur dan musim dingin. Kasus yang timbul

dapat bersifat sporadis, sedangkan epidemic dapat timbul pada daerah yang sangat

padat seperti pada pusat perawatan dan rumah sakit jiwa. Wisatawan ke daerah

Page 3: Lp Hepatitis

endemis seperti Asia Tenggara, Afrika Utara, dan Timur Tengah juga sangat

beresiko tertular jika mereka melanggar aturan turis yang umum (Price, Wilson,

2005).

Virus hepatitis B (HBV) endemis di daerah timur, sebagian besar kepulauan

Pasifik, Negara-negara di Afrika, sebagian Timur Tengah, dan di Lembah Amazon.

Infeksi HBV tidak terlalu endemis di Amerika Serikat dan infeksi terutama terjadi

pada usia dewasa. CDC memperkirakan bahwa sejumlah 200.000 hingga 300.000

orang (terutama dewasa muda) terinfeksi oleh HBV setiap tahunnya. Hanya sekitar

25% dari mereka yang mengalami ikterus, 10.000 kasus memerlukan perawatan di

rumah sakit, dan sekitar 1-2% meninggal karena penyakit yang fulminant. Perkiraan

jumlah karier di Amerika Serikat adalah sekitar 800.000 hingga 1 juta orang. Sekitar

25% dari karier ini berkembang menjadi hepatitis kronik aktif, yang seringkali

berlanjut menjadi sirosis. Selain itu, resiko berkembangnya kanker primer di hati

juga meningkat secara bermakna pada karier. Diperkirakan 25 hingga 40% penderita

HBV akut sangat beresiko mengalami sirosis dan karsinoma hepatoselular (Price,

Wilson, 2005).

3. PENYEBAB

Hepatitis A (HAV)

Virus hepatitis A ,erupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang

dapat dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubasi dan fase preikterik.

Sewaktu timbul ikterik, antibodi terhadap HAV (anti-HAV) telah dapat diukur

di dalam serum. Awalnya kadar antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam,

sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya suatu infeksi

HAV. Setelah masa akut, antibody IgG anti-HAV menjadi dominan dan

bertahan seterusnya sehingga keadaan ini menunjukkan penderita pernah

mengalami infeksi HAV di masa lampau dan memiliki imunitas. Keadaan karier

tidak pernah ditemukan.

HAV terutama ditularkan per oral dengan menelan makanan yang telah

terkontaminasi feses. Penularan melalui transfusi darah pernah dilaporkan

namun jarang terjadi (CDC, 2000). Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak

atau terjadi akibat kontak dengan orang terinfeksi melalui kontaminasi feses

Page 4: Lp Hepatitis

pada makanan atau minuman atau dengan menelan kerang mengandung virus

yang tidak dimasak dengan baik. Penularan ditunjang oleh sanitasi yang buruk,

kontak yang intim (tinggal serumah atau seksual). Masa inkubasi rata-rata 30

hari. Masa penularan tertinggi adalah pada minggu kedua setelah timbulnya

icterus (Price, Wilson, 2005).

Hepatitis B (HBV)

Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus DNA berselubung ganda

berukuran 42 nm yang memiliki lapisan permukaan dan bagian inti. Infeksi

HBV merupakan penyebab utama hepatitis akut, hepatitis kronis, sirosis dan

kanker hati di seluruh dunia. Cara utama penularan HBV adalah melalui

parenteral dan menembus membran mukosa, terutama melalui hubungan

seksual. Masa inkubasi rata-rata adalah sekitar 60 hingga 90 hari. HBsAg telah

ditemukan pada hampir semua cairan tubuh orang yang terinfeksi (darah, semen,

saliva, air mata, asites, air susu ibu, urine dan bahkan feses). Setidaknya

sebagian cairan tubuh ini (terutama darah, semen, dan saliva) telah terbukti

bersifat infeksius (Price, Wilson, 2005).

Hepatitis C (HCV)

HCV merupakan virus RNA untai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.

Telah digunakan suatu pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi

terhadap HCV (anti-HCV), namun pemeriksaan ini banyak menghasilkan

negatif palsu, sehingga digunakan juga pemeriksaan rekombinan suplemental

(recombinant assay, RIBA).

HCV ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan melalui

pemakaian obat IV dan transfusi darah. Risiko penularan melalui hubungan

seksual masih menjadi perdebatan namun jumlahnya rendah. Masa inkubasi

berkisar dari 15 sampai 160 hari, dengan rata-rata sekitar 50 hari. Infeksi yang

berkaitan dengan HCV dan HBV melalui transfusi darah tidak lagi menjadi

masalah utaman karena semua darah menjalani pemeriksaan sebelum transfusi

(Price, Wilson, 2005).

Page 5: Lp Hepatitis

Hepatitis D

Virus hepatitis D (HDV, virus delta) merupakan virus RNA berukuran

35 sampai 37 nm yang tidak biasa karena membutuhkan HBsAg untuk berperan

sebagai lapisan luar partikel yang infeksius. Sehingga hanya penderita positif

HBsAg yang dapat terinfeksi HDV. Penanda serologis untuk antigen (HDAg)

(yang menandakan infeksi akut dini) dan antibodi (anti HDV) (yang

menunjukkan adanya infeksi pada saat ini atau infeksi di masa lalu) kini telah

dapat dibeli. Penularan terjadi terutama melalui serum. Masa inkubasinya

diperkirakan menyerupai HBV yaitu sekitar 1 hingga 2 bulan. HDV dapat

timbul sendiri sebagai infeksi akut, infeksi kronis, koinfeksi atau superinfeksi

dengan HBV (Price, Wilson, 2005).

Hepatitis E

HEV adalah suatu virus RNA untai tunggal yang kecil berdiameter

kurang lebih 32 sampai 34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis

non-A, non-B yang ditularkan secara enterik melalui jalur fekal-oral. Sejauh ini

dapat dilakukan pemeriksaan serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan

imun enzim yang dikodekan secara khusus. Metode ini telah berhasil

membedakan aktivitas antibodi terhadap HEV dalam serum. Masa inkubasi

sekitar 6 minggu (Price, Wilson, 2005).

Kemungkinan Hepatitis F dan G

Fagan (1994) yang melaporkan ditemukannya beberapa partikel virus

(non-A, non-B, non-C, dan non-E) yang dia suntikkan ke dalam kera rhesus

Indian. Kera-kera ini kemudian mengalami infeksi virus yang dikenal sebagai

hepatitis F (HFV). Sayangnya tidak terdapat kasus lain yang menunjukkan

temuan ini. Oleh karena itu meskipun telah terdapat sistem klasifikasi nama

HFV, masih belum dipastikan bahwa virus hepatitis F benar-benar ada.

Virus hepatitis G (HGV) adalah suatu flavivirus RNA yang mungkin

menyebabkan hepatitis fulminant. HGV ditularkan terutama melalui air, namun

juga dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kelompok yang beresiko

Page 6: Lp Hepatitis

adalah individu yang menjalani transfusi darah, tertusuk jarum suntik yang telah

terinfeksi, pengguna obat melalui intravena atau pasien hemodialisis. Saat ini

pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) merupakan satu-satunya metode

pendeteksi HGV yang tersedia. Beberapa peneliti meyakini bahwa HGV tidak

menyebabkan hepatitis yang bermakna secara klinis sehingga mereka tidak lagi

mempertimbangkan virus ini sebagai virus hepatitis (Yeo, 2000; Lefrere, 1999

dalam Patofisiologi Volume 1 Edisi 6, 2005).

4. KLASIFIKASI HEPATITIS

a. Virus hepatitis A (HAV)

b. Virus hepatitis B (HBV)

c. Virus hepatitis C (HCV)

d. Virus hepatitis D (HDV)

e. Virus hepatitis E (HEV)

f. Virus hepatitis F (HFV)

g. Virus hepatitis G (HGV)

5. MANIFESTASI KLINIS

Masa tunas

HAV : 15-45 hari, rata-rata 30 hari

HBV : 50-180 hari, rata-rata 60-90 hari

Virus RNA HCV : 15-160 hari, rata-rata 50 hari

Virus RNA HDV : 30-60 hari, 21-140 hari, rata-rata: 35 hari

Virus RNA HEV : 15-60 hari, rata-rata: 40 hari

Fase Pre Ikterik

Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus

berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul),

nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan

pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, cepat lelah terutama sore

hari, suhu badan meningkat sekitar (hipertermi) berlangsung selama 2-5 hari,

pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

Page 7: Lp Hepatitis

Fase Ikterik

Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan

disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat

pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.

Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai

dirasakan selama 1-2 minggu.

Fase penyembuhan

Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu

hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya

masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar

kembali, namun lemas dan cepat lelah.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Laboratorium

Pemeriksaan Pigmen

- Urobilirubin direk

- Bilirubun serum total

- Bilirubin urine

- Urobilinogen urine

- Urobilinogen feses

Pemeriksaan Protein

- Protein totel seru

- Albumin serum

- Globulin serum

- HbsAg

Waktu Protombin

- Respon waktu protombin terhadap vitamin K

Page 8: Lp Hepatitis

Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

- AST atau SGOT

- ALT atau SGPT

- LDH

- Amonia Serum

b. Radiologi

- Foto rontgen abdomen

- Pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang

berlabel radioaktif

- Kolestogram dan kalangiogram

- Arteriografi pembuluh darah seliaka

c. Pemeriksaan tambahan

- Laparoskopi

- Biopsi hati

7. PENGOBATAN

Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase

akut penting dilakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya

merupakan makanan yang paling dapat dimakan oleh penderita. Pemberian makanan

secara intravena mungkin perlu diberikan selama fase akut bila pasien terus-menerus

muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala mereda dan tes fungsi

hati kembali normal.

Pengobatan terpilih untuk hepatitis B kronis atau hepatitis C kronis simtomatik

adalah terapi antivirus dengan interferon-α. Terapi antivirus untuk hepatitis D kronis

membutuhkan pasien uji eksperimental. Jenis hepatitis kronis ini beresiko tinggi

berkembang menjadi sirosis. Kecepatan respons yang terjadi bervariasi dan lebih

besar kemungkinan berhasil dengan durasi infeksi yang lebih pendek. Penderita

imunosupresi dengan hepatitis B kronis serta anak-anak yang terinfeksi saat lahir

tampaknya tidak berespons terhadap terapi interferon. Transplantasi hati merupakan

Page 9: Lp Hepatitis

terapi pilihan bagi penyakit stadium akhir, meskipun terdapat kemungkinan yang

tinggi untuk terjadinya reinfeksi hati yang baru (Price, Wilson, 2005).

8. PENCEGAHAN

Pengobatan lebih ditekankan pada pencegahan melalui imunisasi karena

keterbatasan pengobatan hepatitis virus. Kini tersedia imunisasi pasif dan aktif untuk

HAV maupun HBV. CDC (2000) telah menerbitkan rekomendasi untuk praktik

pemberian imunisasi sebelum dan sesudah pajanan virus.

Vaksin HAV diberikan dengan rekomendasi jadwal pemberian dua dosis bagi

orang dewasa berumur 18 tahun keatas dan dosis kedua diberikan 6 hingga 12 bulan

setelah dosis pertama. Anak berusia lebih dari 2 tahun dan remaja diberi tiga dosis,

dosis kedua diberikan satu bulan setelah dosis pertama, dan dosis ketiga diberikan 6

hingga 12 bulan berikutnya. Anak berusia kurang dari 2 tahun tidak divaksinasi. Cara

pemberiannya adalah melalui injeksi intramuscular (IM) dalam otot deltoideus.

Imunoglobulin (IG) yang dulu disebut globulin serum imun diberikan sebagai

perlindungan sebelum atau sesudah terpajan HAV. Semua sediaan IG mengandung

anti-HAV. Profilaksis sebelum pajanan dianjurkan untuk wisatawan manca Negara

yang akan berkunjung ke negara-negara endemis HAV. Bila kunjungan kurang dari 6

bulan, maka diberikan dosis tunggal IG (0,2 ml/kgBB) secara IM; bila kunjungan

diperkirakan lebih lama, diberikan 0,06 ml/kgBB setiap 4 hingga 6 bulan.

Pemberian IG pascapajanan bersifat efektif dalam mencegah atau mengurangi

keparahan infeksi HAV. Dosis 0,02 ml/kgBB diberikan sesegera mungkin atau

dalam waktu 2 minggu setelah pajanan. Inokulasi dengan IG diindikasikan bagi

anggota keluarga yang tinggal serumah, staff pusat penitipan anak, pekerja di panti

asuhan, dan wisatawan yang berkunjung ke Negara berkembang atau tropis.

Imunoglobulin HBV titer tertinggi (HBIG) dan vaksin untuk mencegah dan

mengobati HBV. Pemberian profilaksis sebelum pajanan dianjurkan bagi individu

yang beresiko menderita HBV, yang meliputi:

- Pekerja layanan kesehatan

- Klien dan staff lembaga cacat mental

- Pasien hemodialysis

- Pasangan homoseksual yang aktif secara seksual

Page 10: Lp Hepatitis

- Pemakai obat intravena

- Penerima produk darah secara kronis

- Kontak serumah atau berhubungan seksual dengan penderita karier HBsAg

- Heteroseksual yang aktif secara seksual dengan banyak pasangan

- Wisatawan mancanegara ke daerah endemis HBV

- Pengungsi dari daerah endemis HBV

Vaksin HBV mengandung partikel-partikel HBsAg yang tidak menular yang

berasal dari rekayasa genetika dari DNA rekombinan. Tiga suntikan secara serial

(bulan ke-0, bulan ke-1, bulan ke-6) akan menghasilkan antibodi terhadap HBsAg

pada 95% kasus yang telah divaksinasi, namun tidak berefek pada individu karier.

HBIG merupakan obat terpilih untuk profilaksis pascapajanan jangka pendek.

Pemberian vaksin HBV dapat dilakukan bersamaan untuk memperoleh imunitas

jangka panjang, bergantung pada situasi pajanan. CDC merekomendasikan

pemberian HBIG dan HBV dalam 12 jam setelah lahir pada bayi yang lahir dari ibu

dengan HBsAg positif. Uji rutin HBsAg prenatal pada semua wanita hamil sangat

disarankan karena kehamilan akan menyebabkan penyakit berat pada ibu dan infeksi

kronis pada neonatus. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif dan HBeAg

positif beresiko 70-90% untuk terinfeksi HBV. 80-90% bayi yang terinfeksi akan

menjadi karier HBV kronis, dan lebih dari 25% penderita karier ini akan meninggal

akibat karsinoma hepatoselular primer atau sirosis hati.

HBIG (0,06 ml/kgBB) adalah pengobatan terpilih untuk mencegah infeksi HBV

setelah suntikan perkutan (jarum suntik) atau mukosa terpajan darah HBsAg positif.

Vaksin HBV harus segera diberikan dalam waktu 7 hingga 14 hari bila individu

yang terpajan belum divaksinasi. Individu terpajan yang telah divaksinasi harus

menjalani pengukuran antibodi anti-HBs, kemudian tidak membutuhkan

pengobatan. Bila kadar antibodi HBs tidak mencukupi, maka perlu diberikan dosis

booster vaksin.

Petugas yang terlibat dalam kontak resiko tinggi (misal: pada hemodialisis,

transfusi tukar, dan terapi parenteral) perlu sangat berhati-hati dalam menangani

peralatan dan menghindari tusukan jarum.

Tindakan dalam masyarakat yang penting untuk mencegah hepatitis mencakup

penyediaan makanan dan air bersih yang aman, serta sistem pembuangan sampah

Page 11: Lp Hepatitis

yang efektif. Penting untuk memerhatikan hygiene umum seperti mencuci tangan,

serta membuang urine dan feses pasien terinfeksi dengan aman. Pemakaian kateter,

jarum suntik, dan spuit sekali pakai, dapat mengurangi sumber infeksi, dan yang

terpenting, semua donor darah harus diseleksi terlebih dahulu terhadap virus HAV,

HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor (Price, Wilson, 2005).

9. KOMPLIKASI

Tidak setiap penderita hepatitis virus akan mengalami perjalanan penyakit yang

lengkap. Hepatitis fulminant ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut

(penciutan hati), kadar bilirubin serum meningkat cepat, pemanjangan waktu

protrombin yang sangat nyata, dan koma hepatikum. Prognosis adalah kematian

pada 60 hingga 80% pasien ini. Kematian dapat terjadi dalam beberapa hari pada

sebagian kasus dan yang lain dapat bertahan selama beberapa minggu bila

kerusakan tidak begitu parah. HBV merupakan penyebab 50% kasus hepatitis

fulminant, dan sering disertai oleh infeksi HDV. Agen delta (HDV) dapat

menyebabkan hepatitis bila terdapat dalam tubuh dengan HBsAg. Hepatitis

fulminant jarang menjadi komplikasi HCV dan kadang disetai HAV.

Komplikasi tersering hepatitis virus adalah perjalanan klinis yang lebih lama

hingga berkisar dari 2 hungga 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai hepatitis kronis

persisten, dan terjadi pada 5 hingga 10% pasien. Walaupun pemulihan terlambat,

penderita hepatitis kronis persisten hamper selalu sembuh.

Sekitar 5 hingga 10% pasien hepatitis virus mengalami kekambuhan setelah

sembuh dari serangan awal. Hal ini biasanya berkaitan dengan individu yang berada

dalam risiko tinggi (misalnya penyalahgunaan zat, dan penderita karier).

Kekambuhan icterus biasanya tidak terlalu nyata, dan uji fungsi hati tidak

memperlihatkan kelainan dalam derajat yang sama seperti pada serangan awal.

Tirah baring biasanya akan mempercepat kesembuhan.

Setelah hepatitis virus akut, sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif

atau kronis aktif bila terjadi kerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan

terjadi sirosis.

Page 12: Lp Hepatitis

Yang terakhir, komplikasi lanjut hepatitis yang cukup bermakna adalah

berkembangnya karsinoma hepatoselular primer. Dua factor penyebab utama yang

terkait dalam pathogenesis adalah: infeksi HBV kronis dan sirosis terkait.

Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh

akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati

hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis

hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik (Price, Wilson, 2005).

Page 13: Lp Hepatitis

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

(1) Identitas Pasien

Nama :

Umur :

Alamat :

Pekerjaan :

No. Reg. :

Tgl. MRS :

Tgl. Pengkajian :

Dx Medis :

(2) Identitas Penanggung Jawab

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Hub. dgn pasien :

(3) Riwayat Kesehatan

Keluhan utama

Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kehamilan dan kelahiran

Riwayat kesehatan keluarga

(4) Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

b. Pola nutrisi dan metabolic

c. Pola cairan dan metabolic

d. Pola istirahat dan tidur

Page 14: Lp Hepatitis

e. Pola aktivitas dan latihan

f. Pola eliminasi

g. Pola persepsi dan kognitif

h. Pola reproduksi dan seksual

i. Pola persepsi dan konsep diri

j. Pola mekanisme koping

k. Pola nilai dan kepercayaan

(5) Pengkajian Fisik

Keadaan umum pasien

Kesadaran

Pemeriksaan TTV

(6) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan radiologic

(7) Analisa (pengelompokan data)

Data subjektif

Data objektif

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik

Berhubungan dengan:

Faktor biologis

Faktor ekonomi

Ketidakmampuan untuk

mengabsorpsi nutrient

Ketidakmampuan untuk

mencerna makanan

Ketidakmampuan menelan

makanan

Faktor psikologis

Ditandai dengan:

Page 15: Lp Hepatitis

Kram abdomen

Nyeri abdomen

Menghindari makan

Berat badan 20% atau lebih di

bawah berat badan ideal

Kerapuhan kapiler

Diare

Kehilangan rambut berlebihan

Bising usus hiperaktif

Kurang makanan

Kurang informasi

Kurang minat pada makanan

Penurunan berat badan dengan

asupan makanan adekuat

Kesalahan konsepsi

Kesalahan informasi

Membrane mukosa pucat

Ketidakmampuan memakan

makanan

Tonus otot menurun

Mengeluh gangguan sensasi rasa

Mengeluh asupan makanan

kurang dari RDA (recommended

daily allowance)

Cepat kenyang setelah makan

Sariawan rongga mulut

Steatorea

Kelemahan otot pengunyah

Kelemahan otot menelan

2. Nyeri akut

Definisi: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul

akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial yang digambaran dalam hal

kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain); awitan

yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.

Berhubungan dengan:

Agens cedera (mis: biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

Ditandai dengan:

Perubahan selera makan

Perubahan tekanan darah

Perubahan frekuensi jantung

Perubahan frekuensi pernapasan

Laporan isyarat

Diaforesis

Perilaku distraksi

Mengekspresikan perilaku

Masker wajah

Sikap melindungi area nyeri

Fokus menyempit

Indikasi nyeri yang dapat diamati

Page 16: Lp Hepatitis

Perubahan posisi untuk menghindari

nyeri

Sikap tubuh melindungi

Dilatasi pupil

Melaporkan nyeri secara verbal

Fokus pada diri sendiri

Gangguan tidur

3. Ganggguan rasa nyaman

Definisi: Merasa kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,

psikospiritual, lingkungan, dan social.

Berhubungan dengan:

Gejala terkait penyakit

Sumber yang tidak adekuat (mis. Dukungan finansial dan social)

Kurang pengendalian lingkungan

Kurang privasi

Kurang control situasional

Stimuli lingkungan yang mengganggu

Efek samping terkait terapi (mis. Medikasi, radiasi)

Ditandai dengan:

Ansietas

Menangis

Gangguan pola tidur

Takut

Ketidakmampuan untuk relaks

Iritabilitas

Merintih, melaporkan merasa

dingin

Melaporkan merasa panas

Melaporkan perasaan tidak

nyaman

Melaporkan gejala distress

Melaporkan rasa lapar

Melaporkan rasa gatal

Melaporkan kurang puas dengan

keadaan

Melaporkan kurang senang

dengan situasi tersebut

Gelisah

Berkeluh kesah

4. Hypertermia

Definisi: peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal

Berhubungan dengan:

Page 17: Lp Hepatitis

Anesthesia

Penurunan perspirasi

Dehidrasi

Pemajanan lingkungan yang

panas

Penyakit

Pemakaian pakaian yang tidak

sesuai dengan suhu lingkungan

Peningkatan laju metabolism

Medikasi

Trauma

Aktivitas berlebihan

Ditandai dengan:

Konvulsi

Kulit kemerahan

Peningkatan suhu tubuh di atas

kisaran normal

Kejang

Takikardia

Takipnea

Kulit terasa hangat

5. Keletihan

Definisi: Rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa pada

tingkat yang biasanya secara terus-menerus.

Berhubungan dengan:

Psikologis:

Ansietas

Depresi

Mengatakan gaya hidup membosankan

Stress

Fisiologis:

Anemia

Status penyakit

Peningkatan kelelahan fisik

Malnutrisi

Kondisi fisik buruk

Kehamilan

Deprivasi tidur

6. Risiko Gangguan Fungsi Hati

Definisi: Beresiko pada penurunan fungsi hati yang mungkin mengganggu

kesehatan.

Page 18: Lp Hepatitis

Faktor Resiko:

Medikasi hepatotoksik (missal: asetaminofen, statin)

Ko-infeksi HIV

Penyalahgunaan zat (misal: alkohol, kokain)

Infeksi virus (misal: hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, Epstein-Barr)

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Lp Hepatitis

Dochterman, Joanne Mccloskey. 2004. Nursing Intervention Classification. America:

Mosby

Heater Herdman, T. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan 2012-

2014.Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, FKUI ; Media

Aesculapius.

Suzanne, C, Smeltzer, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Alih

Bahasa, Kuncana Y Hartono Andry, Ester, Yasin, Jakarta: EGC.

Swanson, Elizabeth. 2008. Nursing Outcome Classification. America: Mosby

Price, Wilson. 2000. Patofisiologi Volume 1 Edisi 6, Jakarta: EGC.