LP febris KO

download LP febris KO

of 13

description

FK

Transcript of LP febris KO

3

LAPORAN PENDAHULUANFEBRIS

I. KONSEP DASARA. DefinisiFebris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu lebih dari 380C (Hidayat, 2005).Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainandalamotak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Hidayat, 2005).Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38 C atau lebih.Ada jugayang yang mengambil batasan lebih dari 37,8C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari40C disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Ngastiah, 2005).B. EtiologiMenurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi febris,diantaranya1. Suhu lingkungan.2. Adanya infeksi.3. Pneumonia.4. Malaria.5. Otitis media.6. ImunisasiDemam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungandengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain (Ngastiah, 2005). Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otaksendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakitbakteri, tumor otakatau dehidrasi (Ngastiah, 2005).

C. Klasifikasi Febris Klasifikasi febris/demam menurut Suriadi dan Yuliani (2001), adalah :FeverKeabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis

HyperthermiaKeabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat obatan

Malignant HyperthermiaPeningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai kekakuan otot karena anestesi total

Tipe - tipe demam.diantaranya:1. Demam SeptikSuhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik2. Demam remitenSuhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik3. Demam intermitenSuhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana4. Demam intermitenVariasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.5. Demam siklikTerjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semulaSuatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.D. PatofisiologiNukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada demamhypothalamic thermal set pointmeningkat dan mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru. Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone. Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat digambarkan sebagai berikut : Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus)menginduksi sel darah putih untuk produksi pirogen endogenyang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-a, selain itu ada IL-6 dan IFNbekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum pada lamina terminalis (OVLT)OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum. Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature, yang mentranduksi sinyal ke otak. OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris oleh lipopolisakarida, TNF-adan IL-1byang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris (Corwin, 2000).Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan seluler. Sitokin proinflamotorimasuk ke sirkulasi hipotalamikstimulasi pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamiksitokin proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi lain seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid)membatasi besar dan lamanya demam (Corwin, 2000).E. Manifestasi KlinisPada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam (Corwin, 2000), meliputi:Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)Tanda dangejalaa. Peningkatan denyut jantungb. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasanc. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi ototd. Peningkatan suhu tubuhe. Pengeluaran keringat berlebihf. Rambut pada kulit berdirig. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darahFase 2 ( proses demam)Tanda dan gejalaa. Proses mengigil lenyapb. Kulit terasa hangat / panasc. Merasa tidak panas / dingind. Peningkatan nadie. Peningkatan rasa hausf. Dehidrasig. Kelemahanh. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.Fase 3 (pemulihan)Tanda dan gejalaa. Kulit tampak merah dan hangatb. Berkeringatc. Mengigil ringand. Kemungkinan mengalami dehidrasiF. Pemeriksaan PenunjangMenurut Suriadi dan Yuliani (2001)1. Uji coba darah,Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat(SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat,reverse alkalimenurun.2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksaG. PenatalaksanaanMenurut Hidayat, (2005) :1. Secara Fisika. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normalb. Pakaian anak diusahakan tidak tebalc. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkatd. Memberikan kompresBerikut ini cara mengkompres yang benar :a. Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau esb. Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang telah dibasahi air hangatc. Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dadad. Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air hangat2. Obat- obat AntipiretikAntipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit ini tidak menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan.Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid adalahantibiotikagolongan Chloramphenicoldengandosis3-4 x500 mg/hari;Petunjuk pemberian antipiretik:a. Bayi 6 12 bulan : 1 sendok the sirup parasetamolb. Anak 1 6 tahun : parasetamol 500 mg atau 1 1 sendokteh sirup parasetamolc. Anak 6 12 tahun : 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demamH. KomplikasiFebrisMenurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya:1. Takikardi2. Insufisiensi jantung3. Insufisiensi pulmonal4. Kejang demam

II. Konsep KeperawatanMenurut Doenges, (2000) :A. Pengkajian1. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan2. Riwayat kesehatana. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)3. Pemeriksaan fisikKeadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi4. Pemeriksaan persistema. Sistem persepsi sensorib. Sistem persyarafan: kesadaranc. Sistem pernafasand. Sistem kardiovaskulere. Sistem gastrointestinalf. Sistem integumentg. Sistem perkemihan5. Pada fungsi kesehatana. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatanb. Pola nutrisi dan metabolismc. Pola eliminasid. Pola aktivitas dan latihane. Pola tidur dan istirahatf. Pola kognitif dan perseptualg. Pola toleransi dan koping stressh. Pola nilai dan keyakinani. Pola hubungan dan peran6. Pemeriksaan penunjanga. Laboratoriumb. Foto rontgentc. USG

B. PathwayExogenous pyrogens(seperti : bakteri, virus, kompleks antigen antibody)

Sel host inflamasi(seperti : makrofag, netrofil, sel kuffer, makrofag splenic dan alveolar)

Memproduksi endogenous pyrogens(interleukin 1, interieukin 6, factor nekrosis tumor, dan cytokine pyrogenic lain)

Sintesis PGE2 dalam hipotalamus

Kurang informasi Pusat termoregulator(neuron preoptik pada hipotalamus anterior)

Cemas Perubahan fisiologi dan tingkah laku

Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya b/d kurang informasi.Peningkatan suhu tubuh nafsu makan

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(Corwin, 2000)

C. Diagnosa Keperawatan 1. Peningkatan suhu tubuh b/d proses penyakit.2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d nafsu makan menurun.3. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya b/d kurang informasi.

D. intervensi keperawatan Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

HipertermiaBerhubungan dengan :1. penyakit/ trauma1. peningkatan metabolisme1. aktivitas yang berlebih1. dehidrasi

DO/DS:1. kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal1. serangan atau konvulsi (kejang)1. kulit kemerahan1. pertambahan RR1. takikardi1. Kulit teraba panas/ hangat

NOC:Thermoregulasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..pasien menunjukkan :Suhu tubuh dalam batas normal dengan kreiteria hasil:1. Suhu 36 37C1. Nadi dan RR dalam rentang normal1. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyamanNIC :1. Monitor suhu sesering mungkin1. Monitor warna dan suhu kulit1. Monitor tekanan darah, nadi dan RR1. Monitor penurunan tingkat kesadaran1. Monitor WBC, Hb, dan Hct1. Monitor intake dan output1. Berikan anti piretik:1. Kelola Antibiotik:..1. Selimuti pasien1. Berikan cairan intravena1. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila1. Tingkatkan sirkulasi udara1. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR1. Catat adanya fluktuasi tekanan darah1. Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa)

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhBerhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi. DS:1. Nyeri abdomen1. Muntah1. Kejang perut1. Rasa penuh tiba-tiba setelah makanDO:1. Diare1. Rontok rambut yang berlebih1. Kurang nafsu makan1. Bising usus berlebih1. Konjungtiva pucat1. Denyut nadi lemah NOC:0. Nutritional status: Adequacy of nutrient0. Nutritional Status : food and Fluid Intake0. Weight ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama.nutrisi kurang teratasi dengan indikator:1. Albumin serum1. Pre albumin serum1. Hematokrit1. Hemoglobin1. Total iron binding capacity1. Jumlah limfosit1. Kaji adanya alergi makanan1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien1. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi1. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.1. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah1. Monitor lingkungan selama makan1. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan1. Monitor turgor kulit1. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht1. Monitor mual dan muntah1. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva1. Monitor intake nuntrisi1. Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi1. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.1. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan1. Kelola pemberan anti emetik:.....1. Anjurkan banyak minum1. Pertahankan terapi IV line1. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Kurang PengetahuanBerhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

DS: Menyatakan secara verbal adanya masalahDO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai

NOC:1. Kowlwdge : disease process1. Kowledge : health BehaviorSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama . pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan1. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar1. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnyaNIC : Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat Diskusikan pilihan terapi atau penanganan Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Corwin.(2000).Hand Book Of Pathofisiologi.Jakarta:EGC.Doenges, M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F. (2000).Rencana KeperawatanHidayat,A. A.(2005).Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:Ngastiah.(2005).Bukukeperawatan anak sakit. Jakarta:EGC.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan klasifikasi. 2014. Jakarta: Prima Medika. Suriadi dan Yuliani, R.(2001).Asuhan Keperawatan Pada Anak.Jakarta: CV. Sagung Seto.