LP autis

29
LAPORAN PENDAHULUAN AUTISME PADA ANAK A. KONSEP DASAR AUTISME 1. Pengertian Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autism hingga saat ini masih belum jelas penyebabnya. Dari berbagai penelitian klinis hingga saat ini masih belum terungkap dengan pasti penyebab autisme. Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa Autisme adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh muktifaktorial dengan banyak ditemukan kelainan pada tubuh penderita. Beberapa ahli menyebutkan autisme disebabkan karena terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Terdapat juga pendapat seorang ahli bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autisme. Tetapi beberapa penelitian menunjukkan keluhan autism dipengaruhi dan diperberat oleh banyak hal,

Transcript of LP autis

Page 1: LP autis

    LAPORAN PENDAHULUAN

AUTISME PADA ANAK

A.     KONSEP DASAR AUTISME

1.      Pengertian

Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai

dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,

perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autism hingga saat ini masih belum

jelas penyebabnya. Dari berbagai penelitian klinis hingga saat ini masih belum

terungkap dengan pasti penyebab autisme. Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa

Autisme adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh muktifaktorial dengan

banyak ditemukan kelainan pada tubuh penderita. Beberapa ahli menyebutkan

autisme disebabkan karena terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat

bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Terdapat juga pendapat

seorang ahli bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang

salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan

kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan

fisik termasuk autisme.

Tetapi beberapa penelitian menunjukkan keluhan autism dipengaruhi dan

diperberat oleh banyak hal, salah satunya karena manifestasi alergi. Renzoni A

dkk tahun 1995 melaporkan autism berkaitan erat dengan alergi. Menage P tahun

1992 mengemukakan bahwa didapatkan kaitan IgE dengan penderita Autism.

Obanion dkk 1987 melaporkan setelah melakukan eliminasi makanan

beberapa gfejala autisme tampak membaik secara bermakna. Hal ini dapat juga

dibuktikan dalam beberapa penelitian yang menunjukkan adanya perbaikan gejala

pada anak autism yang menderita alergi, setelah dilakukan penanganan elimnasi

diet alergi. Beberapa laporan lain mengatakan bahwa gejala autism semakin

buruk bila manifestasi alergi itu timbul.

Page 2: LP autis

a.       Menurut Pendapat Lain Autisme Berasal Dari Kata Auto Yang Berarti Sendiri.

1)      Autisme diartikan oleh Lei Kanner dalam penelitiannya pada tahun 1943 adalah suatu gangguan metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan kelainan pada seseorang sehingga secara tidak langsung individu tersebut dapat dikatakan “ hidup dalam dalam dunianya sendiri” (Dr. Melly Budhiman, 2002)

2)       Autisme infatil adalah salah satu kelainan psikosis (istilah umu yang dipakai

untuk menjelasakan suatu perilaku aneh dan tak dapat diprediksi berlanjut) yang

berarti penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain yang

terjadi pada masa usia anak-anak (M.Sacharin, 1993).

3)       Autisme adalah ketidakmampuan anak untuk mengerti perilaku, apa yang mereka

lihat, dengan yang mengakibatkan masalah yang cukup berat dalam hubungan

sosialnya.

4)       Autisme merupakan istilah untuk sekumpulan gejal / masalah gangguan

perkembangan pervasif pada 3 tahun pertama kehidupan karena adanya

abnormalitas pada pusat otak, sehingga terjadi gangguan dalam interaksi

sosialgangguan komunikasi dan gangguan perilaku.

5)       Autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan pervasif

yang ditandai dengan gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, komunikasi dan

adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku minatdan

kegiatan yang terjadi pada anak sebelum umur 3 tahun.

6)       Autisme bukanlah penyakit menular namun suatu gangguan perkembangan yang

luas yang ada pada anak. Bahkan ada seorang ahli yang mengatakan bahwa

autisme merupakan dasar dari manusia yang berkepribadian ganda (scizhophren).

b.      Jenis Kelainan Autisme :

1)       Childhood autisme yaitu kelainan pertumbuhan anak sejak lahir sampai usia 3

tahun.

2)       Atypical autisme yaitu kelainan pertumbuhan pada anak sesudah usia 3 tahun.

3)       Reff’s syndrom yang umumnya pada anak perempuan.

Page 3: LP autis

4)       Overach disorder associated with Mental Retardation and Stereotyped

Movement.

5)       Childhood Disintegrative Disorders.

6)       Asperges Syndrom.

7)       Other persasive development Disorder.

2.      Etiologi

Penyebab kelainan ini masih belum diketahui secara pasti dan masih dalam tahap penelitian, tetapi dalam beberapa asumsi menyatakan bahwa penyebab dan faktor pencetus autisme dapat berasal, dari (Dr. Melly Budhiman, 2002) :

a.       Lingkungan yang terpapar oleh organisme atau bahan beracun seperti virus,

jamur, rubella, herpes toxoplasma dalam vaksin imunisasi MMR (Mums,

Measles, Rubella), zat aditif yaitu MSG, pewarna, ethil mercury (Thimerosal)

dalam pengawetmakanan, serta beberapa logam berat seperti Arsen (As),

Cadmium (Cd), Raksa (Hg), Timbal (Pb), alergi berat, obat-obatan, jamu peluntur,

muntah hebat, perdarahan berat.

b.      Adanya gangguan pencernaan dan radang dinding usus karena alergi sehingga

terjadi ketidak sempurnaan pencernaan kasein dan gluten.

c.       Kelainan otak organik, hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan SSP yaitu

jumlah serat Purkinje Cerebellum yang diikuti oleh dampak menurunnya jumlah

serotonin sehingga jumlah rangsang informasi antar otak menurun. Pada struktur

sistem limbik otak yang mengatur emosi juga mengalami kelainan.

d.      Faktor genesis atau keturunan (yang diperkirakan menjadi penyebab utama) dan

kelainan gen yang dapat menyebabkan gangguan proses sekresi logam berat dari

tubuh yang dapat berdampak pada keracunan otak. Hal ini dapat menjadi pencetus

autisme jika ada faktor pemicu lain yang ikut berperan.

Faktor pemicu lain yang berperan dalam timbulnya gejala Autisme adalah :a.       Kelainan Otak Organik

Bagian otak yang mengalami kelainan adalah :

1)      Lobus Parietalis otak, yang menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya.

2)      Otak kecil (cerebellum) pada lobus VI dan VII yang bertanggung jawab pada

proses sensoris, daya ingat, berpikir, belajar berbahasa dan proses atensi

Page 4: LP autis

(perhatian). Juga didapatkan jumlah sel purkinje di otak kecil yang sangat sedikit,

sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan dopamin, lalu terjadi

kekacauan impuls di otak.

3)      Sistem Limbik yang disebut hippocampus dan amygdala, yang mengganggu

fungsi kontrol terhadap agresi dan emosi. Amygdala bertanggung jawab terhadap

berbagai rangsang sensoris, Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi

belajar dan daya ingat, sehingga terjadilah kesulitan menyimpan informasi baru.

b.      Faktor Genetika

Diperkirakan adanya kelainan kromosom pada anak autisme.

c.       Gangguan Kehamilan dan Kelahiran

1)      Gangguan pada ibu saat kehamilan semester pertama

Faktor pemicunya adalah : infeksi (toksoplasmosis, rubella, candida), logam berat

(Pb, Al, Hg, Cd), zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), alergi berat, obat-obatan,

jamu peluntur, hiperemesis dan perdarahan hebat.

2)      Kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin serta pemakaian forcep.

d.      Lingkungan

Terjadi sesudah lahir yaitu infeksi ringan-berat pada bayi oleh karena imunisasi

MMR dan Hepatitis B (masih kontroversi), logam berat, zat pewarna dan

pengawet, protein susu sapi (kasein), protein tepung terigu (gluten), infeksi jamur

akibat pemakaian antibiotik yang berlebihan.

3.      Gejala

Perilaku autisme dapat digolongkan dalam 2 jenis :

a.       Eksesif (berlebihan) misalnya hiperaktif, tantrum, menjerit, mengepak, menggigit, mencakar, memukul, sering terjadi self abuse.

b.       Defisit (kekurangan) misalnya gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai,

defisit sensori, emosi tidak tepat (tertawa tanpa sebab, menangis tanpa sebab dan

melamun).

Page 5: LP autis

Umumnya penderita autis infantil memperlihatkan pertumbuhan fisik yang wajar

dan normal seperti pada tingkat kemampuan gerak (berjalan, merangkak, berdiri),

kemampuan bercakap-cakap, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Anak

dengan autis juga dapat meniru beberapa lagu yang didengarkannya atau dapat

mengunakan panca indranya dengan normal dan luas ketika mengeksploraesi

lingkungannya. Walaupun terdapat kenormalan pada proses pertumbuhannya,

pada anak penderita autis didapati keterbatasan dalam memfungsikan organnya.

Misalnya :

a.       Sulit berbicara (Aphasia), pada pertumbuhan anak normal didapati kelancaran

bicara pada usia 12-14 bulan.

b.      Sulit menggerakkan badan karena gangguan saraf motorik (Apraxia).

c.       Sulit menggerakkan otot (Athaxia)

d.      Tangan terus bergerak dan tak terkendali (Athetoid).

e.       Mengalami kesulitan membaca(Dyslexia).

f.       Mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata atau kalimat yang sulit dan rumit

(Dyphasia).

g.      Sulit menggerakkan kaki dan tangan (Dyskinesia) karena kekakuan otot kaki dan

tangan (Spastic) atau kelemasan ototkaki dan tangan (hipotonic) sehingga tak

mampu untuk mengembangkan kemampun duduk, berdiri dan berjalan secara

mandiri, pada pertumbuhan anak normal didapati kemampuan untuk berdiri

sendiri dan berjalan pada usia 6-18 bulan.

h.      Terdapat kegagalan untuk memberikan respon terhadap rangsang nyeri sehingga

anak sering terlihat menyakiti diri sendiri.

i.        Mungkin didapatkan adanya kelainan bentuk jari tangan dan kaki yang nantinya

juga dapat mempengaruhi perkembangan mental, kejiwaan, dan intelektual.

Anak autis dapat menunjukkan pertumbuhan fisik normal hingga sekitar usia 2

tahun setelah itu didapati penurunan kesehatan yang drastic, Kriteria DSM-IV

(Diagnostik dan Stastistikal Manual) autisme ,Harus ada sedikitnya 6 gejala dari

1,2 dan 3

a.       Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal 2 gejala :

Page 6: LP autis

1)      Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, kontak mata kurang,

ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju.

2)      Tak bisa main dengan teman sebaya.

3)      Tak dapat merasaka apa yang dirasa orang lain.

4)      Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.

b.      Gangguan kualitatif dalam komunikasi

1)      Bicara terlambat / bahkan sama sekali tak berkembang (dan tak ad usaha untuk

mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).

2)      Bila bisa bicara tak dipakai untuk komunikasi.

3)      Cara main kurang variatif, kurang imajinatif, kurang bisa meniru.

4)      Menggunakan bahasa aneh dan diulang.

c.       Suatu pola yang dipertahankan dan diulang dari perilaku, minat dan kegiatan

1)      Pertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebih.

2)      Terpaku suatu kegiatan ritualistik/ rutinitas tidak berguna, menolak suatu

perubahan.

3)      Gerakan aneh yang khas dan diulang.

4)      Sering terpukau pada bagian benda.

d.      Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan / gangguan dalam bidang :

1)      Interaksi sosial

2)      Bicara dan berbahasa

3)      Cara bermain yang kurang variatif

e.       Bukan disebabkan oleh Reff’s Syndrom.

4.      Ciri Dan Mitos Autisme

Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan jenis autisme adalah

standar Amerika DSM revisi keempat (Diagnostic and Statistical Manual) yang

memuat kriteria yang harus dipenuhi dalam melakukan diagnosa autisme.

Diagnosa ini hanya dapat dilakukan oleh tim dokter / praktisi ahli bersadarkan

pengamatan seksama terhadap perilaku anak autisme dan disertai konsultasi

dengan orang tua anak.

Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi kategory / jenis autisme

mengingat tidak ada / jarang ditemukan antara satu dan lain penyandang autisme

Page 7: LP autis

yang mempunyai gejala yang sama. Setiap penyandang autisme mempunyai

ke-'khas'-annya sendiri sendiri. Dengan kata lain ada 1001 jenis atau mungkin satu

juta satu jenis autisme di dunia ini yang tidak dapat diperinci satu persatu. Istilah

yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli adalah 'kelainan spektrum autisme' atau

ASD (Autism Spectrum Disorder).

Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam kategori PDD mempunyai

persamaan dalam hal kekurang mampuan bersosialisasi dan berkomunikasi akan

tetapi tingkat kelainan-nya (spektrum-nya) berbeda satu dengan lainnya.

Seperti dikatakan oleh Ibu Dra Dyah Puspita (psikolog) quote - karena

begitu banyaknya jenis / ciri penyandang autisme, sehingga lebih berupa

rangkaian dari kelabu muda sekali hingga kelabu tua sekali... (banyak nuansa-nya)

. Penggunaan istilah autisme berat/parah dan autisme ringan dapat menyesatkan

karena jika dikatakan berat/parah orang tua dapat merasa frustasi dan berhenti

berusaha karena merasa tidak ada gunanya lagi. Sebaliknya jika dikatakan

ringan/tidak parah maka orang tua merasa senang dan juga dapat berhenti

berusaha karena merasa anaknya akan sembuh sendiri. Pada kenyataannya, baik

ringan ataupun berat, tanpa penanganan terpadu dan intensif, penyandang autisme

sulit mandiri - unquote.

Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok besar spektrum autisme

yang ada, dapat dilihat dari kategori utama dibawah ini:

a.       Kelainan Autis

Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Sampai dengan umur 3

tahun mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam bermain dan mempunyai

perilaku, minat dan aktifitas yang unik (aneh).

Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam bersosialisasi dan mempunyai

minat dan aktifitas yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam kemampuan

berbicara. Kecerdasannya berada pada tingkat normal atau diatas normal.

b.      PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified)

Atau biasa disebut Autis yang tidak umum dimana diagnosis PDD-NOS dapat

dilakukan jika anak tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-IV) akan

tetapi terdapat ketidakmampuan pada beberapa perilakunya.

Page 8: LP autis

c.       Kelainan Rett

Ketidakmampuan yang semakin hari semakin parah (progresif). Sampai saat ini

diketahui hanya menimpa anak perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti

dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik-

khususnya kehilangan kemampuan menggunakan tangan yang kemudian berganti

menjadi pergerakan tangan yang berulang ulang dimulai pada umur 1 hingga 4

tahun.

d.      Kelainan Disintegrasi Masa Kanak-kanak

Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2 tahun kemudian kehilangan

kemampuan yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik.

e.       Kutipan dari tulisan Dr. Hardiono D. Pusponegoro SpA(K)

"Klasifikasi autisme ditentukan berdasarkan kesepakatan para dokter dan

dituangkan dalam Diagnostic and Statistical Manual IV (DSM-IV) atau

International Classification of Diseases 9 dan 10 (ICD-9 dan ICD-10). Dalam

klasifikasi tersebut, diagnosis autisme harus memenuhi syarat tertentu. Bila tidak

memenuhi semua kriteria diagnosis, digolongkan dalam PDD-NOS (Pervasive

Developmental Disorders not otherwise specified). Akhir-akhir ini, banyak

ditemukan kasus-kasus yang masih sangat kecil dengan gejala yang tidak khas.

Khusus untuk kasus-kasus ini, kriteria DSM-IV atau ICD-9-10 sulit diterapkan.

Beberapa peneliti mencoba membuat klasifikasi khusus untuk anak yang masih

kecil dengan fokus pada tahapan perkembangan anak, disebut sebagai Diagnostic

Classification: 0-3 (DC 0-3). Walaupun klasifikasi ini belum diterima secara

menyeluruh, ada baiknya kita mempelajarinya. Dalam DC 0-3, ada beberapa

klasifikasi untuk anak-anak yang menunjukkan gejala mirip sekali dengan autisme

misalnya Regulatory Disorder dan Disorders of Relating and Communicating

dengan MSDD (Multisystem Developmental Disorder) sebagai salah satu contoh.

Sebagian anak ini akan berkembang menjadi autisme, namun banyak di antaranya

yang sangat responsif terhadap terapi dan berkembang menjadi anak yang normal.

"

f.       Pertanyaan seputar MSDD (Multisystem Developmental Disorder)

Page 9: LP autis

Dalam klasifikasi DSM IV tidak ada istilah MSDD. Hanya Gangguan Autistik

untuk yang memenuhi kriteria dan PDD NOS (Pervasive Developmental

Disorders Not Otherwise Specified) untuk yang tidak memenuhi kriteria.

g.      Klasifikasi Yang Menyebut Tentang MSDD Dibuat Oleh Sekelompok Peneliti

Yangdisebut Sebagai Klasifikasi 0-3 (Diagnostic Classification:0-3).

DC:0-3 berpendapat bahwa ada kasus-kasus dimana gangguan interaksi dan

komunikasi terjadi sekunder terhadap kesulitan pemrosesan input sensoris,

sehingga kasus-kasus ini lebih fleksibel dan memberi respons yang baik terhadap

intervensi dini. Gangguan prosesing menyebabkan gangguan komprehensi/

pengertian, dan kesanggupan melakukan ekspresi atau aksi. Istilah MSDD

menggambarkan bahwa anak mengalami gangguan sensoris multipel

dan interaksi sensori-motor.

Ada 3 pola MSDD:

1.      Pola A: Anak tidak mempunyai tujuan dan tidak mengadakan hubungan untuk

sebagian besar waktunya. Mereka menunjukkan kesulitan yang menonjol dalam

perencanaan gerak, sehingga tidak memperlihatkan suatu mimik yang sederhana

sekalipun.

2.      Pola B: Anak-anak ini memperlihatkan pola hubungan yang intermiten.

Merekadapat menunjukkan mimik yang sesuai sekali-sekali.

3.      Pola C: Anak-anak ini memperlihatkan hubungan yang lebih konsisten.Jadi bila

berpegang pada DSM-IV hanya ada Gangguan Autistik dan PDD-NOS,

4.      Kalau berpegang pada DC:0-3 ada MSDD dengan 3 pola, pola A paling berat, B

lebih ringan, C paling ringan.

8. Indikator Perilaku

a.       Bahasa

1)      Ekspresi wajah yang datar

2)      Tidak menggunakan bahasa / isyarat tubuh

3)      Jarang memulai komunikasi

4)      Tidak meniru aksi dan suara

5)      Bicara sedikit / tidak ada mungkin cukup verbal

Page 10: LP autis

6)      Membeo kata / ekolia (bicara yang mengulang kata)

7)      Intonasi atau ritme vokal yang aneh

8)      Tampak tidak mengerti arti kata

9)      Mengerti dan menggunakan kata secar terbatas (Literally, letterlik)

b.      Hubungan dengan orang

1)      Tidak responsif

2)      Tidak ada senyum sosial

3)      Tidak komunikasi dengan mata

4)      Kontak mata terbatas

5)      Tampak asyik bila dibiarkan sendiri

6)      Tidak melakukan permainan giliran

7)      Menggunakan tangan dewasa sebagai alat

8)      Menarik diri

c.       Hubungan dengan lingkungan

1)      Bermain repetitif / diulang

2)      Marah atau tidak menghendaki perubahan

3)      Berkembangnya rutinitas yang kaku

4)      Memperlihatkan ketertarikan sangat dan tidak fleksibel

d.      Respon terhadap rangsangan indra

1)      Kadang seperti tuli

2)      Panik / ketakutan terhadap suara tertentu yang akan mengarah anak mangalami

gangguan mental psikotik paranoid, schizonypal (menyendiri), histionik (selalu

ingin diperhatikan).

3)      Sensitif terhadap suara

4)      Main dengan cahaya dan pantulan

5)      Memainkan jari didepan mata

6)      Tidak suka terhadap pakaian dan makanan tertentu

7)      Tertarik pola/ tekstur/ bentuk tertentu

8)      Hiper/ inaktif

9)      Memutar-mutar, membentur-benurkan kepala, menggigit pergelangan

10)  Lompat-lompat/ mengepakkan tangan

Page 11: LP autis

11)  Tahan / respon aneh terhadap nyeri

12)  Sering mengedipkan mata

13)  Wajah sering menyeringai

9.      Patofisiologi

Diperkirakan bahwa genetik merupakan penyebab utama dari autisme. Tapi selain itu juga faktor lingkungan misal terinfeksi oleh bahan beracunyang akan merusak struktur tubuh. Selain itu bahan-bahan kimia juga dapat menyebabkan autisme.karena kita ketahui bahwa bila bahan tersebut masuk dalam tubuh akan merusak pencernaan dan radang dinding usus karena alergi. Bahan racun masuk melalui pembuluh darah yang bila tidak segera diatasi bisa menuju ke otak kemudian bereaksi dengan endhorphin yang akan mengakibatkan perubahan perilaku.

Anak dengan autisme mengalami gangguan pada otaknya yang terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh jamur, logam berat, zat aditif, alergi berat,obat-obatan, kasein dan gluten. Infeksi tersebut terjadi pada saat bayi dalam kandungan maupun setelah lahir. Kelainan yang dialami anak autisme terjadi pada otak bagian lobus parietalis, otak kecil (cerebellum) dan pada bagian sistem limbik. Kelainan ini menyebabkan anak mengalami gangguan dalam berpikir, mengingat dan belajar berbahasa serta dalam proses atensi. Sehingga anak dengan autisme kurang berespon terhadap berbagai rangsang sensoris dan terjadilah kesulitan dalam menyimpan informasi baru.

10.  Terapi dan Penatalaksanan

Terapi dan stimulasi mana yang diperlukan? Kita kembali kepada

kenyataan bahwa terapi bersifat individual dan harus disesuaikan dengan umur,

fase perkembangan dan gejala yang ditemukan. Tidak ada metode yang 100%

paling baik untuk semua anak. Para terapis yang menggunakan berbagai metode

berlainan harus bekerjasama dengan baik. Bila kasus tidak mengalami kemajuan

dengan satu metode terapi, harus dilakukan terapi kombinasi atau dicari cara

terapi yang lain.

Page 12: LP autis

Apakah peran obat-obatan? Karena penyebab belum diketahui dengan

pasti, obat biasanya hanya ditujukan untuk menghilangkan gejala yang sangat

mengganggu. Contoh paling klasik adalah perilaku self-injurious yang sangat

berbahaya karena anak mencoba melakukan hal yang menyakiti atau merusak diri

sendiri misalnya membenturkan kepala ke tembok atau lantai, memukul kepala

dengan sangat keras, atau menggigit anggota tubuhnya. Dua puluh persen

penyandang autisme mengalami kejang atau epilepsi. Hal ini juga harus mendapat

obat yang tepat. Ini berarti bahwa terapi obat untuk penyandang autisme bersifat

sangat individual. Bila dokter menganggap bahwa anak memerlukan pengobatan

khusus, sebaiknya hal tersebut didiskusikan dengan orang tua. Orang tua harus

mendapat penjelasan mengapa perlu diberikan, bagaimana cara mengkonsumsi

obat, efek samping yang mungkin terjadi dan lain-lain. Dokter juga harus

menghargai pendapat orang tua bila mereka tidak menginginkan terapi obat-

obatan.

Dalam bidang yang masih merupakan grey area, dokter dan orang tua

harus memahami bahwa tidak semua publikasi kedokteran atau publikasi lain

adalah benar atau sahih. Dokter harus mempelajari teknik menilai Evidence-based

medicine sehingga mereka dapat menentukan apakah suatu publikasi memang

benar atau kurang benar, dan mendiskusikan hal tersebut dengan orang tua.

Selanjutnya, karena ilmu kedokteran belum dapat memberi jawaban yang pasti,

muncul berbagai terapi komplementer dan alternatif. Bila terapi komplementer

dan alternatif ini memang merupakan hasil suatu penelitian yang sahih, pasti akan

di adopsi oleh dunia kedokteran sebagai terapi standar. Dokter dan orang tua harus

waspada terhadap laporan anekdotal, testimoni, serta berbagai klaim berlebihan

mengenai kesembuhan, terutama bila teknik pengobatan tersebut memerlukan

kepatuhan, waktu, enerji, dan biaya yang berlebihan.

Bila keluarga sudah memutuskan untuk memberikan terapi komplementer

atau alternatif, lakukanlah diskusi dengan dokter anda. Barangkali dokter dapat

memberi bantuan mengenai bagaimana cara mengevaluasi terapi, menentukan

hasil yang harus diperoleh, menentukan kemungkinan efek samping dan

menentukan apakah terapi dapat diteruskan karena bermanfaat atau dihentikan

Page 13: LP autis

karena tidak bermanfaat atau ada efek samping. Berilah kesempatan kepada

dokter untuk mempelajari terapi alternatif tersebut dan mendiskusikannya dengan

anda.

Akhirnya, khusus dalam bidang autisme tidak ada yang dapat mengklaim

diri sebagai pakar, tidak ada juga yang dapat mengklaim bahwa autisme milik

suatu subspesialisasi tertentu. Kerjasama antara dokter, terapis dan orang tua

sangat penting demi kemajuan anak, jangan saling merasa benar sendiri atau

saling menyalahkan.

Tetapi Menurut Beberapa Sumber Ada Terapi Yang Biasanya Digunakan

Yaitu :

a.       Terapi perilaku misal dengan Tx. Okupasi, Tx. Wicara, sosialisasi dengan

menghilangkan perilaku yang tidak benar.

Terapi perilaku pada anak dengan autisme berguna untuk mengurangi perilaku

yang tidak lazim dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima oleh

masyarakat.

1)      Terapi Okupasi

Terapi okupasi pada anak dengan autisme bertujuan untuk membantu

menguatkan, memperbaiki koordinasi dan ketrampilan ototnya karena kadang

anak autisme juga mempunyai perkembangan motorik yang kurang baik.

2)      Terapi Wicara

Speech Therapy merupakan suatu keharusan karena semua penyandang autisme

mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa

3)      Sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak wajar

Terapi ini dimulai dari kepatuhan dan kontak mata, kemudian diberikan

pengenalan konsep atau kognitif melalui bahasa reseptif dan ekspresif. Setelah itu

barulah anak dapat diajarkan hal-hal yang bersangkutan dengan tata krama.

b.      Terapi Biomedik

Obat-obatan untuk autisme sifatnya sangat individual dan perlu berhati-hati,

sebaiknya dosis dan jenisnya diserahkan kepada dokter spesialis yang memahami

autisme.

Page 14: LP autis

Jenis obat, food suplement dan vitamin yang sering dipakai saat ini untuk anak

autisme adalah risperidone (Risperdal), ritalin, baloperidol, pyridoksin (vit. B6),

DMG (vit. B15), TMG, magnesium, omega-3 dan omega- 6.

c.       Sosialisasi school regular

Anak dengan autisme yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan

baik dapat dicoba untuk memasuki sekolah normal sesuai dengan umurnya.

d.      Sekolah Khusus.

Di dalam pendidikan khusus ini biasanya telah diramu terapi perilaku, terapi

wicara dan terapi okupasi dan bila perlu dapat ditambah dengan terapi obat-

obatan, vitamin dan nutrisi yang memadai.

Pada saat ini masih belum terdapat terapi medis maupun psikologis yang

dianggap efektif dalam proses penyembuhan autis ini. Tujuan umum terapi pada

autis ini menurut Sacharin (1995) ialah untuk membantu mengatasi cacatnya dan

mengembangkan ketrampilan sosialnya. Farmakoterapi pada penderita auits hany

a bermanfaat untuk menangani masalah penyimpangan perilaku ( gelisah, selalu

ribut, dan berusaha untuk melukai diri sendiri)yaitu dengan Tionidazin dan

Klorpromazin. Keadaan tidak bisa tidur dapat diatasi dengan

Sedatif(Kloralhidrat), konvulsi dapat diatasi dengan Antikonvulsant, dan

hiperkinesis dapat diatasi dengan diit bebas pengawet. Metode terapi non

farmakologis dapat berupa dukungan Reward-punishment yaitu pemberian haida

sebagai dorongan positif dan dorongan negatif berupa hukuman.

Sedangkan pada terapi yang diterapkan oleh Dr. Amdreas Rett

(Peduliautisme.org) didapatkan 3 buah langkah terapi yang disebut dengan istilah

Rehabilitasi :

1)      Tahapan yang pertama adalah Rehabilitasi dasar, kegiatan ini ditujukan untuk

meningkatkan kemampuan anak untuk menggerakkan tangan dan kaki, berbicara

dan mengenali suara senormal mungkin.

2)      Tahap kedua adalah tahap Rehabilitasi lanjutan atau tahap fungsiologis yang

nantinya diarahkan untuk memulihakan kelemahan yang tak dapat diatasi pada

tahap sebelumnya, berisikan kegiatan pelatihan fisik lanjutan, pelatihan emosi

Page 15: LP autis

kejiwaan, dan peningkatan intelektualitasdasar anak secara padu dalam kelompok

bermain.

3)      Tahap ketiga adalah tahap Rehabilitasi antisipasi Plateu or Pseudo-Stationery

Stage, yang diarahkan pada terapis dan orang tua anak untuk terus mengawasi

anak dari tahapan makin sulit bergerrak ( Late Motor Deterioration) walaupun

pada tahap 1 dan 2 telah mengalami kemajuan. Bentuk lain dari terapi autis yang

ada pada masa sekarang ini pelatihan oleh sekolah autis yang bekerja sama

dengan organisasi internasional penanggulangan autis yang salah satu bentuk

pengajarannya adalah dengan melatih anak dengan berbicara sambil menatap

wajah lawan bicara dan car duduk yang tenang. Informasi dalam bidang terapi

autis yang sedang trend saat ini adalah Kasein (susu, keju, yogurth, krim), dan

Glutein (terigu, tepung vanir, bulgur, gandum dan oath).

Keduanya adalah semacam protein enzim yang tak dapat dipecah oleh

metabolisme tubuh penderita autis, kerusakan mukosa kecil akan menyebabkan

bahan masuk melalui pembuluh darah. Bahan beracun dalam sawar darah

terbawa ke otak dan kemudian beraksi dengan endhorphin sehingga muncul

gangguan perilaku. Terapi seperti ini disebut terapi biomedis yang tujuannya

adalah untuk memperbaiki sistem pencernaan dan menurunkan jumlah alergen

yang masuk. Prinsip dari kelainan autis adalah kemunculannya disebabkan karena

adanya daya tahan tubuh anak yang menurun, sehingga prinsip pengobatan ialah

untuk meningkatkan kekebalan tubuh klien.

11.  Lima Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan :

a.       Berat ringannya derajat

b.      Usia anak pertama tidak ditangani secara benar dan teratur

c.       Intensitas penanganan, metode menetapkan 40 jam perminggu

d.      IQ anak

e.       Keutuhan pusat bahasa di otak

B.      ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

Page 16: LP autis

Dalam mengkaji anak autis adalah :a.       Pola tingkah laku anak

b.      Cara mereka berinteraksi / berhubungan dengan orang lain

c.       Cara berkomunikasi secara verbal

d.      Perkembangan mental

2.      Diagnosa

Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung

autisme. Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati

perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat

perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan

oleh adanya kelainan kelainan lain (bukan autisme) sehingga tes klinis dapat pula

dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.

Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali ragamnya

sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada

beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit

anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang

autisme. Dokter ahli / praktisi profesional yang hanya mempunyai sedikit

pengetahuan / training mengenai autisme akan mengalami kesulitan dalam men-

diagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli / praktisi profesional keliru

melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan diagnosa.

Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat menjurus pada kesalahan dalam

memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang secara umum sangat

memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.

Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak

dari kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai

kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan

keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autisme dapat terlihat

seperti anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan

pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan

lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara bersamaan.

Page 17: LP autis

Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autisme dengan

yang lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin

dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat

Adapun Diagnosa Autis Yang Biasanya Terjadi Adalah :

a.       Resiko terjadi trauma b/d keinginan untuk bunuh diri

b.      Gangguan komunikasi verbal b/d keterlambatan dan gangguan Intelektual

c.       Gangguan interaksi sosial b/d menarik diri

3.      Implementasi

1.)    Tujuan :

Agar anak dapat menghindari benda-benda tajam atau benda-benda yang

membahayakan dirinya.

a.       Bina hubungan saling percaya

b.      Hindari benda yang berbahaya di sekitar klien

c.       Observasi perilaku yang membahayakan klien

d.      Berikan aktivitas yang positif untuk mengembangkan kemampuan

e.       Dorong anak agar mau bermain dengan teman-temannya sebagai alat untuk

distraksi agar tidak menyendiri

f.       Beri reinforcement bila anak dapat mengurangi perilaku yang berbahaya

2.)    Tujuan :

Anak dapat berkomunikasi dengan verbal sehingga ia dapat melakukan hubungan

sosial engan orang lain.

a.       Bina hubungan saling percaya

b.      Berikan stimuli untuk mengadakan interaksi dengan lingkungan misal dengan alat

permainan

c.       Gunakan kata-kata / kalimat yang mudah dimengerti

d.      Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan

e.       Beri reinforcement bila anak berhasil

3.)    Tujuan :

Anak mampu mengadakan interaksi sosial dengan lingkungan

Page 18: LP autis

a.       Bina hibungan saling percaya

b.      Seringlah berinteraksi dengan anak

c.       Ajak anak untuk berinetraksi dengan teman sebayanya

d.      Beri sentuhan lembut pada anak

4        Evaluasi

a.       Memantau perilaku anak apakah masih melakukan tindakan yang sekiranya

membahayakan dirinya.

b.      Mengobservasi kemampuan anak dalam berkomunikasi, apakah ada hambatan.

c.       Mengobservasi anak dalam berinteraksi sosial dengan orang lain, apakah anak

sudah merasa senang dan nyaman.

REFERENSI :

Handojo. 2003. Auits. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.

Soetjiningsih.1995. Tumbuh Kembang Anak..Jakarta : EGC

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :

Infomedika.

Ward, N I. Assessment of chemical factors in relation to child hyperactivity. J.Nutr.&

Env.Med. (ABINGDON) 7(4);1997:333-342.

http://www.microsoft.com/isapi/redir/Autismepenelitian.autisme/padaanak/.dll?

prd=ie&pver=6&ar=msnhome

http://www.manajemenqolbu.com/new/isi/autisme/anak.2004.kolom.php?isi_id=303&produk_id=4

http://www.puterakembara.org/milis/journal/autisme5.shtml

htpp://www.allergycenter/allergy Hormone.

htpp://www.allergies/wkm/behaviour.

htpp://www.allergycenter/UCK/allergy.