Lp ASMA

21
BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus. Asma timbul pada orang-orang tertentu yang secara agresif berespon terhadap mediator-mediator peradangan atau iritan alergi. Faktor resiko adalah riwayat asma pada keluarga, yang mengisyaratkan adanya kecenderungan genetik mengalami bronkospasme. Orang dewasa dapat menderita asma tanpa riwayat asma pada masa anak-anak. Tercetusnya asma pada orang dewasa mungkin berkaitan dengan semakin parahnya alergi yang sudah ada. Infeksi saluran napas atas yang berulang-ulang juga dapat mencetuskan asma pada orang dewasa, demikian juga pajanan debu dan iritan lingkungan kerja. 1

description

Lp ASMA2015

Transcript of Lp ASMA

Page 1: Lp ASMA

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut

otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan

ventilasi alveolus.

Asma timbul pada orang-orang tertentu yang secara agresif berespon terhadap

mediator-mediator peradangan atau iritan alergi. Faktor resiko adalah riwayat

asma pada keluarga, yang mengisyaratkan adanya kecenderungan genetik

mengalami bronkospasme.

Orang dewasa dapat menderita asma tanpa riwayat asma pada masa anak-

anak. Tercetusnya asma pada orang dewasa mungkin berkaitan dengan semakin

parahnya alergi yang sudah ada. Infeksi saluran napas atas yang berulang-ulang

juga dapat mencetuskan asma pada orang dewasa, demikian juga pajanan debu

dan iritan lingkungan kerja.

1

Page 2: Lp ASMA

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

1. Pengertian

Asma atau RAD (Reactive Air-way Disease) adalah gangguan inflamasi

kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini

adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan

gejala pernafasan (mengi dan gerak). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat

reversible, namun dapat menjadi kurang reversible bahkan relatif non reversible

tergantung berat dan lamanya penyakit.

2. Etiologi

Penyakit asma selalu dihubungkan dengan bronkospasme yang reversibel

sebagai faktor pencetusnya adalah:

a. Faktor ekstrinsik

Reaksi antigen-antibodi: karena inhalasi allergen seperti: debu, serbuk, bulu

binatang, makanan

b. Faktor intrinsik

- Infeksi: para influenza virus, pneumonia

- Fisik: cuaca dingin

- Iritan: kimia

- Latihan

- Emosional

3. Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat

hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan

maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain:

a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop

b. Batuk produktif, sering pada malam hari

2

Page 3: Lp ASMA

c. Nafas atau dada seperti tertekan

d. Dipsnu berat

e. Retraksi dada

f. Napas cuping hidung

g. Pernapasan yang dangkal dan cepat

h. Selama serangan asma, udara terperangkap karena spasme dan mucus

memperlambat ekspirasi. Hal ini menyebabkan waktu menghembuskan udara

menjadi lebih lama.

Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk

pada malam hari.

4. Patofisiologi

Patofisiologi asma tampaknya melibatkan suatu hiperresponsivitas suatu

reaksi peradangan. Pada raspon alergi di saluran napas, antibody IgE berikatan

dengan alergan dan menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi

tersebut, histamine dilepaskan. Histamine menyebabkan konstriksi otot polos

bronkhiolus. Apabila respons histaminnya berlebihan, maka dapat timbul spasme

asmatik. Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan

meningkatkan permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan

pembengkakan ruang intertisium paru.

Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang

sensitive berlebihan terhadap suatu alergan atau sel-sel mastnya terlalu mudah

mengalami degranulasi. Dimana pun letak hiphipersensitivitas respon peradangan

tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mucus, udema dan

obstruksi aliran udara. apakah kejadian pencetus dari suatu serangan asma adalah

infeksi virus, debu, atau iritan alergi, reaksi peradangan hipersensitiv dapat

mencetuskan suatu serangan. olah raga juga dapat berlaku sebagai suatu iritan

karena terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah besar dan cepat.

3

Page 4: Lp ASMA

Udara ini belum mendapat pelembaban (humidifikasi), penghangatan, atau

pembersihan dari partikel-partikel debu secara adekuat sehingga dapat

mencetuskan serangan asma.

5. Komplikasi

Pneumotoraks, pneumomediastinum dan emfisema subkutis, atelektasis,

aspergilosis bronkopulmonal alergik, gagal nafas, bronchitis dan faktor iga.

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Sediaan hapus darah tepi dan pemeriksaan sputum

b. Uji prick tes

c. Sinar X dada

d. Uji fungsi paru

e. Tes tantangan metakolin atau histamin

f. Analisa gas darah: PaCO2 > 40 mmHg

g. PaO2 > 70 mmHg

7. Penatalaksanaan

Tujuan terapi asma adalah:

a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma

b. Mencegah kekambuhan

c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya

d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan

exercise

e. Menghindari efek samping obat asma dan mencegah obstruksi jalan nafas

yang irreversible.

4

Page 5: Lp ASMA

Penatalaksanaan non farmakologis Terapi obat

Oksigen bila diperlukan Agonis 2: terbufalin, salbutamol, dan fenetol

Hindari faktor pencetus Metilxantin: teofilin, aminophilin

Fisioterapi bila perlu Antikolinergik

Penyuluhan pada klien Kortikostereoid

dan keluarga Inhibitor sel mast dan Natrium krondin

8. Prognosis

Prognosis sesuai dengan tingkat keparahan penyakit dan pengobatan yang

diberikan kepada klien.

5

Page 6: Lp ASMA

BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Data Dasar Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat

Gejala : letih, lemah, tidak mampu melakukan aktivitas, susah tidur,

dispnea.

Tanda : keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan/kehilangan massa otot

b. Integritas ego

Gejala : perubahan pola hidup

Tanda : ansietas, ketakutan, peka rangsang

c. Makanan/cairan

Gejala : tidak selera makan, berat badan menurun

d. Hygiene

Gejala : penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan

melakukan aktivitas sehari-hari.

e. Pernafasan

Gejala : sesak nafas, dada terasa tertekan, lapar udara (kronis), batuk

Tanda : ekspirasi yang memanjang, penggunaan otot aksesori pernafasan,

bunyi nafas mengi, gelisah

f. Keamanan

Gejala : riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan

Tanda : kemerahan, berkeringat

g. Interaksi sosial

Gejala : ketergantungan hubungan, kurang sistem pendukung

Tanda : keterbatasan mobilitas fisik

6

Page 7: Lp ASMA

Penyimpangan KDM

Faktor intrinsik Faktor ekstrinsik↓ ↓

Infeksi oleh kuman Alergen↓

Menginfeksi saluran nafas

Pengaktifan sel mast sebagai respon imun (makrofag, eosinofil, limfosit)↓

Pengaktifan mediator kimiawi (serotonim, bradikinin, histamine)

Edema bronkus Sekresi mukus meningkat Bronkospasme inflamasi

Hiperesponsive jalan nafas↓

Hipersekresi mukus dalam Penyempitan jalan nafas Mukosa saluran rongga jalan nafas ↓ nafas menebal

↓ Kompensasi tubuh untuk ↓Sesak nafas dan mendapatkan suplai O2 yang Penyempitan lumenbatuk bersputum cukup ke jaringan menurun ↓

↓ ↓ Batuk bersputumPemasukan O2 Kontraksi otot-otot pernafasan ↓

inadekuat ↓ Peningkatan produksi↓ Metabolisme tubuh meningkat sputum

Pola nafas ↓ ↓tidak efektif Pengeluaran energi berlebihan Jalan nafas tidak efektif

↓ ↓Serangan Cadangan energi kurang Bersihan jalan

paroksimal ↓ nafas inefektif ↓ Metabolisme ke jaringan terhambat

Merangsang ↓sistem saraf Kelemahan dan kelelahan otot

simpatis ↓↓ Intoleransi aktivitas

Mengaktifkan RASdalam mengaktifkan Dispnea, wheezing, batuk, sputum Perubahan status

kerja organ tubuh ↓ kesehatan klien↓ Merangsang vomiting center ↓

Rapid Eye Movement ↓ Proses hospitalisasi(REM) menurun Mual/muntah ↓

↓ ↓ Kurangnya informasi danSusah tidur Anoreksia pengetahuan klien dan

↓ ↓ keluarga tentangPerubahan pola Asupan makanan berkurang penyakitnyaIstirahat tidur ↓ ↓

Gangguan nutrisi kurang Stressor psikologis bagi dari kebutuhan klien dan keluarga

↓Ansietas

7

Page 8: Lp ASMA

2. Diagnosa keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas

2. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan peningkatan produksi

mukus

3. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan otot

5. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan pengetahuan klien dan

keluarga tentang penyakitnya

6. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan pengetahuan klien dan

keluarga tentang penyakitnya

3. Rencana Tindakan Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas

1) Auskultasi bunyi nafas

Rasional : derajat spasme bronkus dengan obstruksi jalan nafas dapat/tak

dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misal: tidak

ada bunyi nafas mengi.

2) Kaji frekuensi nafas

Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat

ditemukan pada penerimaan atau selama adanya stress/

proses infeksi akut

3) Berikan pada klien posisi yang nyaman

Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi

pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

4) Pertahankan polusi udara minimum, misal: debu, asap dan bulu bantal

yang berhubungan dengan kondisi individu.

Rasional :merupakan faktor pencetus alergi, pernafasan dan dapat

memperberat sesak.

5) Dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir

8

Page 9: Lp ASMA

Rasional : memberi pasien beberapa cara untuk mengatasi dan

mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

6) Penatalaksanaan pemberian O2

Rasional : dapat memperbaiki/mencegah terjadinya hipoksia

7) Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi

a. Bronchodilator

Rasional : merilekskan otot pernafasan dan menurunkan kongesti

lokal. Menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan

produksi mukosa.

b. Metilxantin

Rasional : menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos

dengan peningkatan langsung siklus AMP. Dapat juga

menurunkan kelemahan otot/kegagalan pernafasan

dengan meningkatkan kontraktilitas diafragma.

b. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan peningkatan produksi

mukus

1) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk:

c. Nafas dalam dan perlahan sebelum duduk setegak mungkin

d. Gunakan nafas diafragmatik

e. Tahan nafas selama 3 – 5 detik kemudian dengan perlahan hembuskan

sebanyak mungkin melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen

harus turun)

f. Ambil nafas kedua, tahan dan batuk dari dada (bukan dari belakang

mulut atau tenggorok) dengan menggunakan nafas pendek

g. Demonstrasikan pernafasan pursed-up

Rasional : batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif,

dapat menimbulkan frustasi

9

Page 10: Lp ASMA

2) Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekret

a. Pertahankan hidrasi adekuat: meningkatkan masukan cairan 2-4

liter/hari. Bila tidak dikontraindikasikan oleh penurunan cardiac

output viskositas sekresi.

b. Pertahankan kelembaban adekuat udara inspirasi

c. Hindari lingkungan yang mengandung stimulasi

Rasional : sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat

menyebabkan sumbatan mukus yang dapat menimbulkan

atelektasis.

3) Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan

Rasional : pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan

tindakan

4) Dorong dan berikan perawatan mulut

Rasional : hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan

mencegah bau mulut.

5) Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi

a. Expectorant

Rasional : mengencerkan sputum sehingga mudah dikeluarkan

c. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk

1) Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi

Rasional : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensiyang tepat

2) Instruksikan tindakan relaksasi

Rasional : membantu menginduksi tidur

3) Hindari mengganggu bila mungkin, misal: membangunkan untuk obat

atau terapi.

Rasional : tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien

mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun

4) Penatalaksanaan pemberian sedatif sesuai indikasi

10

Page 11: Lp ASMA

Rasional : Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur/istirahat

selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru.

Hindari penggunaan kebiasaan, karena obat ini menurunkan

waktu tidur REM.

d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan

makan, dan evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

Rasional : Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena

dispnea, produksi sputum dan obat. Selain itu, banyak pasien

dengan asma mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun

kegagalan pernafasan membuat status hipermetabolik dengan

peningkatan kebutuhan kalori.

2) Auskultasi bunyi usus

Rasional : penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan

motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang

berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan

makanan buruk, penurunan aktivitas.

3) Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk

sekali pakai dan tissue.

Rasional : rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama

terhadap nafsu makan dan membuat mual dan muntah

dengan peningkatan kesulitan nafas.

4) Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan.

Berikan porsi kecil tapi sering

Rasional : membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan

dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan

kalori total.

5) Timbang berat badan sesuai indikasi jika memungkinkan

Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori. Penurunan

11

Page 12: Lp ASMA

berat badan dapat berlanjut meskipun masukan adekuat

sesuai teratasinya edema.

6) Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi

Rasional : menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan

meningkatkan masukan.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan otot

1) Atur posisi yang nyaman bagi klien

Rasional : meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi

yang digunakan untuk penyembuhan.

2) Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea,

peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda-tanda vital.

Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi

3) Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung selama waktu fase akut

sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalihan

yang tepat.

Rasional : menurunkan stres dan rangsang berlebihan, meningkatkan

istirahat

4) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya

keseimbangan aktivitas dan istirahat

Rasional :pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual

pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan

5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen

f. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan pengetahuan klien dan

keluarga tentang penyakitnya

1) Kaji perasaan klien dan keluarga, beri sikap empati dan dengarkan

keluhan klien

12

Page 13: Lp ASMA

Rasional : mengurangi kecemasan klien dan keluarga sehingga dapat

bekerjasama dalam proses perawatan

2) Berikan informasi/penjelasan pada klien dan keluarga mengenal kondisi,

rencana perawatan dan prognosis pasien secara akurat dan

memperingatkan kondisi dan situasi

Rasional : pemberian informasi yang jelas sehingga menghindari

kesalahan persepsi.

3) Kaji tingkat kecemasan klien

Rasional : memungkinkan untuk menyampaikan bahwa yang

didasarkan adalah kebutuhan dari individu dan kelancaran

proses perawatan.

4) Diskusikan tentang tindakan keperawatan dan medis serta penggunaan

obat-obat yang diberi.

Rasional : penting untuk perkembangan pemulihan atau pencegahan

terhadap komplikasi.

13

Page 14: Lp ASMA

DAFTAR PUSTAKA

Corwin J. Elizabeth buku saku Patofisiologi. 2001, Jakarta. EGC.

Pearce C. Evalin. Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia. Jakarta.

1981

Masjoer Arif. dkk. Kapita Salekta Kedokteran. Jakarta. Media Aescula Plus. 2001

www.google.com

14