Lp Arthritis Rhematoid

37
STASE KEPERAWATAN GERONTIK LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. “M” DENGAN ARTHRITIS RHEMATOID HOME CARE PSTW YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR DI KALIPUCANG BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL Disusun Oleh : Diyah Nur Rahmawati NIM : 3213042 PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN V

description

LP RA

Transcript of Lp Arthritis Rhematoid

Page 1: Lp Arthritis Rhematoid

STASE KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA Ny. “M” DENGAN ARTHRITIS RHEMATOID

HOME CARE PSTW YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR

DI KALIPUCANG BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL

Disusun Oleh :

Diyah Nur Rahmawati

NIM : 3213042

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN V

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Lp Arthritis Rhematoid

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA Ny. “M” DENGAN ARTHRITIS RHEMATOID

HOME CARE PSTW YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR

DI KALIPUCANG BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL

Disusun Oleh :

Diyah Nur Rahmawati

NIM : 3213042

Telah disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

Ngatoiatu Rahmani, S.Kep.,Ns Surantini Diyah Nur Rahmawati

2

Page 3: Lp Arthritis Rhematoid

KONSEP LANSIA

A. DEFINISI LANSIAGerontologi berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti usia lanjut dan logos

berarti ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang terjadi pada lanjut usia. Geriatri berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti lanjut usia dan eatriea berarti kesehatan atau medis. Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada masalah kedokteran, yaitu penyakit yang timbul pada usia lanjut (Kushariyadi, 2010).

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap indivindu. Lansia adalah orang yang berusia 50 tahun atau lebih. Lansia merupakan kelompok orang lanjut usia yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindarkan (Ernawati, 2005). Sedangkan menurut Prayitno (2002), mengatakan bahwa lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas,tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluanpokok bagi kehidupannya sehari-hari.

Di Indonesia, dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat (2), (3), (4), mengatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita. Penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya tahan fisik dan rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Secara ekonomi lansia dianggap sebagai beban sumber daya. Lansia merupakan kelompok umur yang mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh dan berbagai tekanan psikologis (Saparinah,2006). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berumur lebih dari 50 tahun yang secara fisiologis mengalami kemunduran baik dari segi biologis, ekonomi maupun sosial secara bertahap hingga akhirnya sampai pada kematian.

B. BATASAN LANSIA

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut:1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menggolongkan lanjut usia menjadi 4

yaitu:a) Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahunb) Lanjut usia (elderly) 60-74 tahunc) Lanjut usia tua (old) 75-90 tahund) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

2. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.Kj., batasan usia dewasa sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi:a) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahunb) Usia dewasa penuh (middle years) usia 25-60/65 tahunc) Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun

3. Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia ada dua tahap, yaitu:a) Early old age (usia 60-70 tahun)b) Advanced old age (usia >70 tahun)

3

Page 4: Lp Arthritis Rhematoid

4. Menurut Burnsie, ada empat tahap lanjut usia, yaitu:a) Young old (usia 60-69 tahun)b) Middle age old (usia 70-79 tahun)c) Old-old (usia 80-89 tahun)d) Very old-old (usia > 90 tahun)

C. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA1. Perubahan Fisik

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.a. Sistem pernafasan pada lansia.

a) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

b) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.

c) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

d) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya proses difusi.

e) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu proses oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.

f) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

g) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

b. Sistem persyarafan pada lansia.1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.3) Mengecilnya syaraf panca indera.4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf

pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

2. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.a. Penglihatan

1) Kornea lebih berbentuk skeris.2) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).4) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan

lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.5) Hilangnya daya akomodasi.6) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.

b. Pendengaran.1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :

4

Page 5: Lp Arthritis Rhematoid

Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

2) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

c. Pengecap dan penghidu.1) Menurunnya kemampuan pengecap.2) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan

berkurang.d. Peraba

1) Kemunduran dalam merasakan sakit.2) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

3. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.a. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20

tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).

d. Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).

4. Sistem genito urinaria.a. Ginjal. Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun

sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

b. Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.

c. Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.d. Atropi vulva.e. Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan

menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.

f. Daya sexual, Frekuensi sexual intercouse cenderung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

5. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.a. Produksi hampir semua hormon menurun.b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tak berubah.c. Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh

darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.d. Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.e. Menurunnya produksi aldosteron.

5

Page 6: Lp Arthritis Rhematoid

f. Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.g. Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang

serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stress).6. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.

a. Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

b. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.

c. Esofagus melebar.d. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung

menurun, waktu mengosongkan menurun.e. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.f. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).g. Liver (hati). Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya

aliran darah.7. Sistem muskuloskeletal.

a. Tulang kehilangan densikusnya rapuh.b. Resiko terjadi fraktur.c. Kyphosis.d. Persendian besar & menjadi kaku.e. Pada wanita lansia : resiko fraktur lebih besar.f. Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.g. Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang)

1) Gerakan volunter Ù gerakan berlawanan.2) Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap

rangsangan pada lobus.3) Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap

suatu perangsangan terhadap lobus.4) Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin

efektifitas dan ketangkasan otot volunter.8. Perubahan sistem kulit & jaringan ikat.

a. Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.b. Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan

adiposec. Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu

tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.d. Kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan

menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.e. Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka

kurang baik.f. Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.g. Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut

kelabu.h. Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.

6

Page 7: Lp Arthritis Rhematoid

i. Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.j. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak

rendahnya akitfitas otot.9. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan seksual.

a. Perubahan sistem reprduksi.1) Selaput lendir vagina menurun/kering.2) Menciutnya ovarium dan uterus.3) Atropi payudara.4) Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur

berangsur.5) Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.

b. Kegiatan seksual.Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan

yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola-pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial untuk kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang paling diharapkan dalam menjalani sexualitas.

Seksualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, masih banyak cara lain untuk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan seksualitas dalam pengalaman seks.

10. Perubahan-perubahan mental/ psikologisFaktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.b. Kesehatan umumc. Tingkat pendidikand. Keturunan (herediter)e. Lingkungan f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketuliang. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatanh. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan familyi. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan

perubahan konsep diriPerubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa

ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.

Kenangan (memory) ada dua : 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.

7

Page 8: Lp Arthritis Rhematoid

Intelegentia Quation : 1) tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial.a. Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran

orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.

b. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.c. Gangguan halusinasi.d. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.e. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.

11. Perubahan Spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,1970).

D. PENYAKIT YANG UMUM TERJADI PADA LANSIA

1. Osteo Artritis (OA)OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.

2. OsteoporosisOsteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana massa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.

3. HipertensiHipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal.

4. Diabetes MellitusSekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.

5. DimensiaMerupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-

8

Page 9: Lp Arthritis Rhematoid

hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah.

6. Penyakit jantung koronerPenyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.

7. KankerKanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.

PENGKAJIAN PADA LANSIAA. Hal-hal yang mendasari timbulnya perhatian kepada lanjut usia

Meliputi :1. Pensiunan dan masalah-masalahnya2. Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke3. Meningkatnya julah lanjut usia4. Pemerataan pelayanan kesehatan5. Kewajiban pemerintah terhadap orang cacat dan jompo6. Perkembangan ilmu ; Gerontologi ; Geriatri7. Program PBB8. Konferensi Internasional di WINA tahun 19839. Kurangnya jumlah tempat tidur di rumah sakit 10. Mahalnya obat-obatan11. Tahun lanjut usia Internasional 1 Oktober 1999

B. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lanjut UsiaMenurut Depkes (1993) dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok seperti lingkungan keluarga atau di rumah, Panti werdha atau puskesmas yang diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan anggota keluarga atau bukan tenaga keperawatan diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit atau panti.Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :1. Lanjut usia aktif : asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal

hygiene, kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu, kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga; kebersihan lingkungan seperti tempat tidur, dan ruangan; maknana yang sesuai misalnya porsi kecil bergizi, bervariaasi dan mudah dicerna dan kesegaran jasmani.

9

Page 10: Lp Arthritis Rhematoid

2. Untuk lanjut usia pasif; hal yang perlu diperhatikan pada dasarnya sama seperti di atas, khususnya bagi lansia yang lumpuh perlu dicegah terjadinya dekubitus.

C. Pendekatan Perawatan Lanjut Usiaa. Pendekatan Fisik

Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progesivitasnya.Kemunduran fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tuubh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.

b. Pendekatan PsikisPerawat dapat berperan segai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan. Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya.Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang membosankan. Kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku mereka dan lemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.

c. Pendekatan SosialMengadakan diskusi, tukar pikiran dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatanuntuk berkumpul bersama dengan sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka.

d. Pendekatan SpiritualPerawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama, terutama bila klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.

D. Tujuan Asuhan Keperawatan1. Agar lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan :

a. Peningkatan kesehatanb. Pencegahan penyakitc. Pemeliharan kesehatan

2. Mempertahankan kesehatanserta kemampuan dari kereka yang usianya lebih lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan

3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (Life Support).

4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut)

5. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnose yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelaiann tertentu.

6. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para klien yang menderita suatu penyakit/gangguan masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (melakukan kemandirian secara maksimal).

E. Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia1. Peningkatan kesehatan

10

Page 11: Lp Arthritis Rhematoid

2. Pencegahan penyakit3. Mengoptimalkan fungsi mental4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum

F. PengkajianTujuan :1. Menentukan kemampuan klien untu memeihara diri sendiri2. Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individuMeliputi aspek :1. Fisik

Wawancara :a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatannyab. Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usiac. Kebiasaan Lanjut usia merawat diri sendirid. Kekuatan fisik lanjut usia otot, sendi, penglihatan dan pendengarane. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecilf. Kebiasaan gerak badan.olah raga.senam lanjut usiag. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakanh. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum

obat.i. Masalah-masalah seksual yang dirasakanPemeriksaan fisika. Pemeriksan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk

mengetahui perubahan system tubuh.b. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan fisik yaitu :

Head to toe Sistem tubuh

2. Psikologisa. Apakah mengenal masalah-masalah utamanyab. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaanc. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidakd. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupane. Bagaimana mengatasi stress yang dialamif. Apakah mudah dalam menyesuaikan dirig. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datingi. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif; daya ingat, proses piker, alam

perasaan, orientasi dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah3. Sosial Ekonomi

a. Darimana sumber keuangan lanjut usiab. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luangc. Dengan siapa dia tinggald. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usiae. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannyaf. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumahg. Siapa saja yang biasa mengunjunginyah. Seberapa besar etergantungannya

11

Page 12: Lp Arthritis Rhematoid

i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada4. Spiritual

a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanyab. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,

misalnya pengajian.c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah.d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal

5. Pengkajian dasara. Temperatur

Mungkin serendah ± 35oC Lebih teliti diperiksa di sublingual

b. Pulse (denyut nadi) Kecepatan, irama, volume Apikal, radial, pedal

c. Respirasi Kecepatan, irama dan kedalaman Tidak teraturnya pernafasan

d. Tekanan darah Saat baring, duduk, berdiri Hipotensi akibat posisi tubuh

e. Berat badan Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir

f. Tingkat orientasig. Memory h. Pola tiduri. Penyesuaian psikososialSistem Persyarafan1. Kesimetrisan raut wajah2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak

Kebanyakan mempunyai daya ingatan yang menurun3. Mata: pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak4. Pupil : kesamaan, dilatasi5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua6. Sensory deprivation (gangguan sensorik)7. Ketajaman pendengaran

Apakah menggunakan alat bantu dengar8. Adanya rasa sakit atau nyeriSistem Kardiovaskuler1. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan2. Auskultasi denyut nadi apical3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis4. Pusing5. Sakit6. EdemaSistem Gastrointestinal1. Status gizi

12

Page 13: Lp Arthritis Rhematoid

2. Pemasukan diet3. Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah4. Mengunyah dan menelan5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut6. Auskultasi bising usus7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon8. Apakah ada konstipasi, diare, dan inkontinensia.Sistem Genitourinarius1. Warna dan bau urine2. Distensi kandung kemih, inkontinensia.3. Frekuensi, tekanan atau desakan4. Pemasukan dan pengeluaran cairan5. Disuria6. Seksualitas

Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual

Sistem Kulit1. Kulit

Temperatur, tingkat kelembaban Keutuhan luka, luka terbuka, robekan Turgor Perubahan pigmen

2. Adanya jaringan parut3. Keadaan kuku4. Keadaan rambutSistem Muskuloskeletal1. Kontraktur

Atrofi otot Ketidakadekuatan gerakan sendi

2. Tingkat Mobilisasi Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan Keterbatasan gerak Kekuatan otot Kemampuan melangkah atau berjalan

3. Gerakan sendi4. Paralisis5. KifosisPsikososial1. Menunjukan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan2. Fokus-fokus pada diri bertambah3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan

13

Page 14: Lp Arthritis Rhematoid

LAPORAN PENDAHULUAN ARTHRITIS RHEMATOID

A. DEFINISIArtritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi

utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien-pasien artritis reumatoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresivitasnya. Pasien dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah, atau gangguan nonartikular lain (Mansjoer, 1999).

Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehinga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Annonimous, 2007).

Artritis Reumatoid adalah peradangan pada persendian, baik yang terjadi secara mendadak (akut) atau menahun (kronis). Artritis ini dapat menyerang satu sendi atau beberapa sendi sekaligus. Penyakit ini biasanya disertai dengan pembengkakan dan rasa nyeri pada sendi yang terkena. Bila penyakitnya kronis, kadang hanya timbul rasa nyeri saja (Annonimous 2007).

B. ETIOLOGIPenyebab artritis reumatoid masih belum diketahui, tetapi terdapat hipotesis yang dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya artritis reumatoid, yaitu:

1. GenetikTerbukti bahwa seorang individu yang menderita artritis reumatoid, memiliki riwayat keluarga artritis reumatoid, 2-3 kali lebih banyak dari populasi normal.

2. Kompleks imun (autoimun)Antibodi yang tidak biasa dg tipe IgM dan atau IgG terbentuk di sinosium dan jaringan konektif lainnya sehingga berakibat inflamasi lokal dan sistemik

3. Pengaruh hormonalLebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki

4. Perkembangan virusSetelah terjangkit virus, misalnya virus Epstein Barr yang menyebabkan terjadi autoimun.

C. MANIFESTASI KLINIKKriteria dari American Rheumatism Association (ARA) yang direvisi tahun 1987, adalah:1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada persendian dan

disekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.

2. Artritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang (hiperostosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 belas persendian yang memenuhi kriteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.

3. Artritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera diatas.

14

Page 15: Lp Arthritis Rhematoid

4. Artritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama (tidak mutlak bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak (symmetrical polyarthritis simultaneously).

5. Nodul reumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan ektensor atau daerah jukstaartrikular dalam observasi seorang dokter.

6. Faktor reumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor reumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari 5 % kelompok kontrol.

7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan sinar rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

Diagnosis artritis reumatoid ditegakkan jika sekurang-kurangnya terpenuhi 4 dari 7 kriteria diatas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu.

Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu: 1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala

sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala

sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala

sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala

sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :1. Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.

2. Stadium destruksi Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

3. Stadium deformitasPada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

D. TANDA DAN GEJALAPasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :1. Nyeri persendian2. Bengkak (Rheumatoid nodule)3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari4. Terbatasnya pergerakan5. Sendi-sendi terasa panas6. Demam (pireksia)7. Anemia8. Berat badan menurun

15

Page 16: Lp Arthritis Rhematoid

9. Kekuatan berkurang10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

E. PATOFISIOLOGI1. Reaksi tipe III (kompleks imun) dan tipe IV (cell-mediated)

Destruksi pencernaan oleh produksi protease, kolagenase, dan enzim-enzim hidrolitiknya yang memecahkan tulang rawan, ligamen, tendon dan tulang pada sendi yang dilepaskan secara bersama dengan radikal O2 dan metabolis asam arakidonat oleh leukosit polimorfonukuler dalam cairan sinovial, yang diduga sebagai suatu respon autoimun terhadap antigen yang diproduksi secara lokal.

2. Destruksi jaringan, terdiri dari empat (4) tahap:a. Sinovitis

Fase awal inflamasi sendi, membran sendi mengeluarkan eksudat fibrinosa dan membentuk vilus. Lekosit PMN ditemukan banyak pada cairan sendi, tetapi tidak ditemukan pada membran. Sel radang pada membran adalah sel limfosit dan sel plasma yang berkelompok nodul dan sentrum germinal. Jaringan granulasi meluas sampai jaringan ikat subsinovial sehingga menjadi edema, akan menjadi fibrotik atau jaringan parut yang menimbulkan kontraktur dan deformitas.

b. Formasi/pembentukan pannusJaringan granulasi yang mencapai permukaan sendi dan pannus berpengaruh pada nutrisi tulang rawan sendi dan cairan sendi, yang berakibat tulang-tulang rawan mengalami nekrosis. Bila mengenai tulang subchondral akan menjadi osteolisis atau kista tulang, sedang tulang yang tersisa akan mengalami osteoporosis regional.

c. Ankilosis fibrosaProses yang berkelanjutan dari bulanan sampai tahunan, akan terjadi perlekatan dengan permukaan sendi yang berdekatan sehingga terjadi ankaliosis fibrosa.

d. Ankaliosis tulangTerjadi bila jaringan fibrosa berubah menjadi jaringan tulang.

16

Page 17: Lp Arthritis Rhematoid

PATHWAY ARHTRITIS RHEUMATOID

F. DATA PENUNJANGTidak banyak berperan dalam diagnosis artritis reumatoid, namun dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat:1. Tes faktor reumatik biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid

terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatitis, hepatitis infeksiosa, endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan sarkoidosis.

2. Protein C-reaktif biasanya positif3. LED meningkat4. Leukosit normal atau meningkat sedikit5. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik6. Trombosit meningkat7. Kadar albumin serum turun dan globulin naik8. Rontgen, pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering

adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi penyempitan ruang sendi dan erosi.

9. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan

dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.

17

Page 18: Lp Arthritis Rhematoid

2. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri semdi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:a. Aspirin

Pasien dibawah 65 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari, kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl

b. Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.3. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi

akibat artritis reumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektifitasnya dalam menekan proses reumatoid akan berkurang. Keputusan penggunaannya tergantung pada pertimbangan resiko manfaat oleh dokter. Umumnya segera diberikan setelah diagnosis artritis reumatoid ditegakkan, atau bila respon OAINS tidak baik, meski dalam status tersangka.Jenis-jenis yang digunakan adalah:a. Klorokuin, paling banyak digunakan karena harganya terjangkau, namun

efektifitasnya lebih rendah dibanding dengan yang lain. Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari atau hidroksiklorokuin 400mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik.

b. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enterik digunakan dalam dosis 1x500 mg/hari, ditingkatkan 500 mg perminggu, sampai mencapai dosis 4x500 mg. Setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka panjang sampai tercapai remisi sempurna. Jika dalam waktu 3 bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan dan diganti dengan yang lain, atau dikombinasi. Efek sampingnya nausea, muntah dan dispepsia.

c. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan dalam dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4 x 250-300 mg/hari. Efek samping antara lain ruam kulit urtikaria atau mobiliformis, stomatitis, dan pemfigus.

d. Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak diragukan lagi meski sering timbul efek samping. Auro sodium tiomalat (AST) diberikan intramuskular, dimulai dengan dosis percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu kemudian disusul dosis kedua sebesar 20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis penuh 50 mg/perminggu selama 20 minggu. Dapat dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan. Jika diperlukan, dapat diberikan dosis 50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan remisi tercapai. Efek samping berupa pruritus, stomatitis, proteinuria, trombositopenia, dan aplasia sumsum tulang. Jenis yang lain adalah auranofin yang diberikan dalam dosis 2 x 3 mg. Efek samping lebih jarang dijumpai, pada awal sering ditemukan diare yang dapat diatasi dengan penurunan dosis

e. Obat imunosupresif atau imunoregulatorMetotreksat sangat mudah digunakan dan waktu mulai kerjanya relatif pendek dibandingkan dengan yang lain.

f. Kortikosteroid, hanya dipakai untuk pengobatan artritis reumatoid dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang sangat berat

18

Page 19: Lp Arthritis Rhematoid

4. Rehabilitasi, bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan, pemanasan, dan sebagainya. Fisioterapi dimulai segera setelah rasa pada sendi berkurang atau minimal. Bila tidak juga berhasil, mungkin diperlukan untuk tindakan operatif. Sering pula diperlukan alat-alat. Karena itu, pengertian tentang rehabilitasi termasuk:a. Pemakaian alat bidai, tongkat/tongkat penyangga, walking machine, kursi roda,

sepatu dan alat.b. Alat ortotik protetik lainnya.c. Terapi mekanik.d. Pemanasan: baik hidroterapi maupun elektroterapi.e. Occupational therapy.

5. PembedahanJika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien artritis reumatoid umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektomi, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.

Untuk menilai kemajuan pengobatan dipakai parameter:1. Lamanya morning stiffness2. Banyaknya sendi yang nyeri bila digerakkan/berjalan3. Kekuatan menggenggam (dinilai dengan tensimeter).4. Waktu yang diperlukan untuk berjalan 10-15 meter5. Jumlah obat-obat yang digunakan

19

Page 20: Lp Arthritis Rhematoid

ASUHAN KEPERAWATAN ARTHRITIS RHEMATOID

A. PENGKAJIAN1. Aktivitas / istirahat

Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelainan pada sendi.

2. KardiovaskulerFenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

3. Integritas ego.Faktor-faktor stres akut/kronis: misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan), Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).

4. Makanan / cairanKetidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi makanan / cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.

5. Hygiene Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.

6. Neurosensori Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. pembengkakan sendi simetris

7. Nyeri/kenyamananFase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi).

8. Keamanan Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan ringan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan menetap, kekeringan pada meta dan membran mukosa.

9. Interaksi sosialKerusakan interaksi sosial dengan keluarga/orang lain; perubahan peran; isolasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Nyeri akut/ kronis b/d agen cedera biologis2. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal3. Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal4. Kurang Pengetahuan b/d keterbatasan kognitif5. Resiko infeksi b/d trauma

20

Page 21: Lp Arthritis Rhematoid

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC1. Nyeri akut/ kronis

b/d agen cedera biologis

1.

Pain level1. Mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

5. Tanda vital dalam rentang normal

6. Tidak mengalami gangguan tidur

Pain management1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan3. Monitor vital sign 4. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan6. Kurangi faktor presipitasi nyeri7. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi8. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam,

relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin9. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri10. Tingkatkan istirahat11. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

2. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal

Mobility level1. Klien meningkat dalam aktivitas

fisik.2. Mengerti tujuan dari peningkatan

mobilitas.3. Memverbalisasikan perasaan

dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah.

4. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker)

Exercise therapy : ambulation1. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi2. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat

respon pasien saat latihan3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan

cegah terhadap cedera4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik

ambulasi5. Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara

mandiri sesuai kemampuan6. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu

21

Page 22: Lp Arthritis Rhematoid

penuhi kebutuhan ADLs klien.7. Berikan alat bantu jika klien memerlukan.8. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan

bantuan jika diperlukan3. Defisit perawatan

diri b/d gangguan muskuloskeletal

Self care : Activity of Daily Living (ADLs)1. Menyatakan kenyamanan

terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs

2. Dapat melakukan ADLs dengan bantuan

Self Care assistane : ADL1. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang

mandiri.2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk

kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk

melakukan self-care.4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang

normal sesuai kemampuan yang dimiliki.5. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan

ketika klien tidak mampu melakukannya.6. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian,

untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.

7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.8. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan

aktivitas sehari-hari. 4. Kurang Pengetahuan

b/d keterbatasan kognitif

Knowledge : health Behavior1. Klien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

2. Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

3. Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini

berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat 6. Sediakan informasi pada klien tentang kondisi, dengan cara

yang tepat 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan klien

dengan cara yang tepat

22

Page 23: Lp Arthritis Rhematoid

8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan9. Dukung klien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan

second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan

cara yangtepat5. Resiko infeksi b/d

traumaRisk kontrol1. Klien bebas dari tanda dan gejala

infeksi2. Menunjukkan kemampuan untuk

mencegah timbulnya infeksi3. Jumlah leukosit dalam batas

normal4. Menunjukkan perilaku hidup

sehat.5. Status imun,gastrointestinal,

genitourinaria dalam batas normal

1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal2. Monitor vital sign3. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,

panas, drainase4. Monitor adanya luka5. Pertahankan teknik aseptif6. Ajarkan klien tanda dan gejala infeksi7. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

keperawatan8. Tingkatkan intake nutrisi9. Berikan terapi antibiotik

23

Page 24: Lp Arthritis Rhematoid

DAFTAR PUSTAKA

Annonimous, (2007), Apotik Online Dan Media Informasi Penyakit, diakses dari

http://www.medicastore.com/

Annonimous, (2007), Artritis, diakses dari http://republika_online.com

Mansjoer, Arif, dkk. (ed), (1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, jilid 1. Media

Aeskulapius : Jakarta.

Santosa, Budi (ed.), (2005), Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006, Prima Medika,

Jakarta

Wilkinson, Judith M., (2007), Diagnosis Keperawatan, dengan intervensi NIC dan Kriteria Hasil

NOC, EGC, JakartA.

Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby

Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). America :

Mosby

Mansjoer, arif. Dkk.2009. Kapita Selekta Kedokteran . Media Aesculapius : Jakarta.

Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume II.

ECG. Jakarta : 2006.

24

Page 25: Lp Arthritis Rhematoid

25