Long Case OMSK THT

download Long Case OMSK THT

of 29

Transcript of Long Case OMSK THT

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    1/29

    LONG CASE

    Pasien dengan Otomastoiditis Kronik Sinistra dengan Kolesteatoma dan Fistel

    Retroaurikular serta Paresis n.VII Perifer Sinistra Ringan

    DISUSUN OLEH:

    Almirazada Zhes Putri

    NIM: 030 10 022

    PEMBIMBING:

    Dr. Teppy Hartubi Djohar, Sp.THT

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN

    TENGGOROKAN

    RUMAH SAKIT OTORITA BATAM

    PERIODE 07 JULI 201416 AGUSTUS 2014

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    2/29

    1

    Universitas Trisakti

    Fakultas Kedokteran

    Rumah Sakit Otorita Batam

    STATUS PASIEN THT

    STATUS DOKTER MUDA

    Tanggal : 07-Juli-2014

    Medical Record : 35-16-27

    I. IDENTIFIKASINama : Ana Sahroni Sirait Pekerjaan : Karyawan Swasta

    Umur : 21 tahun Pendidikan : SMA

    Jenis Kel. : Perempuan Alamat : Perum.Bida Ayu Blok O No.51

    Agama : Protestan Status : Lajang

    Suku : Batak

    II. ANAMNESIS

    A. Keluhan Utama:

    Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 tahun yang lalu.

    Keluhan Tambahan:

    Pasien juga mengeluh keluar cairan kadang kental,encer bahkan berdarah pada telinga

    kirinya, juga terdapat nanah pada belakang telinga kirinya. Pasien juga merasa telinga

    kiri mengalami penurunan pendengaran dibandingkan telinga kananya.

    B. Riwayat Penyakit Sekarang:

    Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya pasien

    berobat ke klinik perusahaan karena keluhan pusing berputar serta adanya demam,flu,

    nyeri pada telinga kiri serta keluarnya cairan yang cair, encer, kental dan kadang

    berdarah pada telinga kiri. Nyeri telinga dirasakan sekitar 6 bulan yang lalu. Sekitar 2

    bulan yang lalu pasien juga merasa terdapat bisul yang pecah pada belakang telingakirinya. Di klinik Perusahaan tersebut pasien diberi obat salep dan oral. Kemudian

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    3/29

    2

    dirasa bengkak berkurang, tetapi keluhan pusing dan nyeri telinga tak kunjung hilang,

    Setelah itu oleh dr. klinik perusahaan pasien di sarankan berobat ke RSUP Batu Aji.

    Disana pasien tidak diberi obat namun pasien kemudian dirujuk ke ahli THT di RSOB.

    Pasien lalu diberikan obat tetes telinga dan oral. Pasien juga disarankan untuk

    melakukan beberapa pemeriksaan penunjang dan melakukan uji tes pendengaran di RS

    Awal Bros Batam. Setelah hasil test keluar pasien kembali ke RSOB pada tanggal 6

    juli 2014 untuk persiapan melakukan operasi telinga kirinya (mastoidektomi radikal)

    yang dijadwaklan pada tanggal 8 juli 2014. Keluhan Demam, batuk,pilek, penurunan

    berat badan, gangguan makan, BAB/BAK disangkal.

    Riwayat Penyakit Dahulu:

    Pasien mengaku pernah mengalami hal serupa, keluar cairan pada liang telinga kiri

    sekitar 7 tahun yang lalu dan pada kelas 3 SMK keluar cairan pada belakang telinga

    kirinya. Saat kelas 3 SMK pasien mengaku hanya berobat ke bidan lalu diberi salep

    dan obat minum, awalnya luka bengkak dan kemudian pecah hingga keluar nanah lalu

    luka mengering,kemudian luka dirasa membaik. Pasien mengaku juga sering

    mengalami batuk pilek kurang lebih 1 minggu setiap kali terjadi dan biasanya pasien

    mengobatinya dengan obat warung. Riwayat hipertensi, asma, penyakit jantung,kencing manis, dan alergi disangkal.

    C. Riwayat Pengobatan:

    Sekitar satu bulan yang lalu pasien berobat ke rumah sakit perusahaan, kemudian

    pasien diberi obat oral dan salep telinga untuk mengobati bengkak pada belakang

    telinga kirinya, pasien meminum dan menggunakan obat secara teratur dan hasilnya

    dirasa bengkak berkurang dan keluhan sakit sedikit membaik.

    D.

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang serupa. Ibu pasien penderita Hipertensi

    dan Diabetes Mellitus

    E. Riwayat Kebiasaan:

    Pasien sering membersihkan kedua telingannya dengan cotton bud 2 kali sehari.

    Pasien mengaku jarang berolahraga.

    III. PEMERIKSAAN FISIK

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    4/29

    3

    A. Status Generalis:

    Keadaan Umum : Kesadaran : Compos mentis

    : Kesan sakit : Tampak sakit ringan

    : Kesan gizi : Cukup

    Tanda Vital : Tekanan darah : 120/85 mmHg

    : Nadi : 80 x/menit,regular

    : Pernapasan : 16x/menit

    : Suhu : 36 C

    Kepala : Normosefali, rambut hitam dengan distribusi merata dan tidak

    mudah dicabut

    Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+,

    refleks cahaya tidak langsung +/+. Pada inspeksi mata kiri terlihat

    susah menutup sempurna.

    Leher : Trakea terletak lurus ditengah, tidak teraba adanya massa, tidak

    teraba pembesaran KGB, JVP tidak naik.

    Thoraks : Jantung : BJ I-II reguler, murmur -, gallop -

    : Paru-paru : Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

    Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan -, bising usus 3 x/menit

    Ekstremitas : Keempat akral teraba hangat, edema -

    B. Status THT:

    a. Pemeriksaan Telinga:

    Telinga Kanan Yang Diperiksa Telinga Kiri

    Normotia Bentuk telinga luar Normotia

    Fistula preaurikula -, abses -

    , hematoma -, meatus

    akustikus eksternus tampak,

    nyeri tarik auricula -, nyeri

    tekan tragus -

    Daun telinga

    Fistula preaurikula -, abses -,

    hematoma -, meatus

    akustikus eksternus tampak,

    nyeri tarik auricula +, nyeri

    tekan tragus +

    Nyeri tekan mastoid -,

    sikatriks -Retroaurikuler

    Nyeri tekan mastoid +,

    sikatriks +

    Fistel postaurikular +abses+

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    5/29

    4

    Lapang

    Tidak hiperemis

    -

    -

    Liang telinga

    a)Lapang/sempit

    b)Warna epidermis

    c)

    Sekretd)Serumen

    e)Kelainan lain

    Lapang

    Tidak hiperemis

    purulen

    -

    Intak Membrana timpani Tidak terlihat

    GAMBAR

    b. Pemeriksaan Hidung:

    Hidung Kanan Yang Diperiksa Hidung Kiri

    Bentuk hidung normal Bentuk hidung luar Bentuk hidung normal

    Tidak tampak Deformitas Tidak tampak

    - Nyeri tekan -

    - Krepitasi -

    Rinoskopi Anterior

    Lapang, vibrissae + Vestibulum Lapang, vibrissae +

    Sulit dinilai Konka inferior Sulit dinilai

    Tidak hiperemis, eutrofi,

    permukaan rataKonka media

    Tidak hiperemis, eutrofi,

    permukaan rata

    Sulit dinilai Konka superior Sulit dinilai

    Sulit dinilai Meatus nasi Sulit dinilai

    Sekret -, darah - Kavum nasi Sekret -, darah -

    Tidak hiperemis Mukosa Tidak hiperemis

    - Sekret -

    Deviasi - Septum Deviasi -

    Sekret -, krusta - Dasar hidung Sekret -, krusta -

    c.

    Pemeriksaan Tenggorok:Trismus : -

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    6/29

    5

    Palatum : Tidak ditemukan kelainan

    Mukosa faring : Hiperemis -

    Arkus faring : Simetris kanan dan kiri, hiperemis -

    Uvula : Di tengah, edema -, hiperemis -

    Tonsila palatina : Besar : T1-T1

    : Warna : Hiperemis -

    : Kripta : Tidak melebar

    : Detritus : -/-

    Dinding posterior faring : Hiperemis -, permukaan rata,post nasal drip-

    Lidah : Normoglossia

    Gusi dan gigi-geligi : Oral hygienecukup, karies gigi -

    d. Pemeriksaan Maksilofasial:

    Wajah Kanan Yang Diperiksa Wajah Kiri

    - Deformitas -

    -Nyeri tekan dahi/

    pertengahan alis-

    - Nyeri tekan pangkalhidung

    -

    - Nyeri tekan pelipis -

    - Nyeri tekan pipi -

    e. Pemeriksaan Leher:

    Deformitas : -

    Pergerakan : Baik atas-bawah serta kanan-kiri

    Massa : Tidak tampak dan tidak teraba

    KGB : Tidak teraba membesar, nyeri tekan -

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    A. Pemeriksaan Laboratorium (06 Juli dan 7 juli 2014):

    Parameter Hasil Pasien Nilai Rujukan Kesimpulan

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    7/29

    6

    Hb 13.3 g/dl 11.0-16.5 g/dl Normal

    Eritrosit 5.00 x 10 / ul 3.8-5.8 x 10 / ul Normal

    Ht 38.4 % 35.0-50.0 % Normal

    MCV 76.8 Fl 80.0-97.0 fL Normal

    MCH 26.6 pg 26.5-33.5 pg Normal

    MCHC 34.6 g/dl 31.5-35.0 g/dl Normal

    Leukosit 9.75 x 103/ ul 4-11 x 103/ ul Normal

    Eosinofil 8.6 % 0-5 % Meningkat

    Basofil 0.04 % 0-1 % Normal

    Neutrofil 60.0 % 46-75 % Normal

    Limfosit 26.4 % 17-48 % Normal

    Monosit 4.6 % 4-10 % Normal

    LED 7 mm/jam < 5 mm/jam Normal

    Golongan Darah O - -

    HbsAg Negatif Negatif Normal

    Ureum 9.5 mg/dl 10-50 mg/dl MenurunKreatinin 0.53 mg/dl 0.7-1.2 mg/dl Menurun

    Gula Darah sewaktu 84 mg/dl 70-150 mg/dl Normal

    SGOT 9 Up to :32 U/l Normal

    SGPT 7 Up to: 31 U/l Normal

    Total Protein 8,1 6.6-8.7 g/dl Normal

    Albumin 4.5 3.4-4.8 g/dl Normal

    Na 142 135-147 meq/l Normal

    Kalium 4.1 3.5-5.0 meq/l Normal

    Chlor 105 94-111 meq/l Normal

    B. Pemeriksaan Radiografi Mastoid Bilateral (28 juni 2014): Pada hasil pemeriksaan

    fisik serta interpretasi gambar didapatkan kesan Mastoiditis Kronis bilateral dengan

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    8/29

    7

    suspek Cholesteatoma sinistra, namun pada hasil pemeriksaan Radiografi didapatkan

    kesan Matoiditis Kronis bilateral dengan suspek Cholesteatoma kanan

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    9/29

    8

    CT-Scan Mastoid tanpa kontras (07 Juli 2014):

    Mastoid air cell kiri kanan tampak sklerotik, tampak bayangan masa hypodermis yang

    tampak meluas sampai telinga tengah dan CAE kiri, tampak destruksi pada temporalis

    mastoid kiri sampai sinus sigmoid kiri, assicle dan cochlea kiri tampak terobliterasi

    bayangan massa,choclea dan issicle kanan tampak baik, tampak bayangan lusen kecil

    pada antrum mastoid kanan, tegmen timpani kiri kanan intak, CAE kanan cerah.

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    10/29

    9

    a. CT-Scan Potongan Aksial :

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    11/29

    10

    b. CT-Scan Potongan Koronoal:

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    12/29

    11

    Kesimpulan: otomastoiditis kiri dan mastoiditis kanan susp. massa pada mastoiditis

    kiri yang meluas ke telonga tengah dan CAE sampai sinus sigmoid kiri dengan

    destruksi pada temporalis mastoid kiri; susp.ec kolesteatom maligna. kolesteatom

    kanan.

    C. Audiometri :

    AD: Ambang dengar 20 dBAS: Gangguan hantaran udara 80 Db, test hantaran telinga sulit dilakukan.

    V. RESUME

    Ana perempuan berusia 21 tahun datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 tahun yang

    lalu,diawali dengan demam, flu, nyeri dan bengkak pada telinga kiri, serta terdapat nanah

    pada belakang telinga kiri. Pasien juga mengeluh sering keluar cairan kadang kental, encer

    bahkan berdarah pada telinga kirinya sejak usia 7 tahun hilang timbul. Nyeri pada telinga

    kiri dirasa pasien 6 bulan yang lalu dan sekitar 2 bulan yang lalu ada bisul yang pecah

    dibelakang telinga kirinya. Pasien juga merasa telinga kiri mengalami penurunan

    pendengaran. Pasien mengaku sewaktu kelas 3 SMK pernah mengalami hal serupa, namun

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    13/29

    12

    dirasa membaik setelah berobat ke bidan. Pada pemeriksaan liang telinga kiri terdapat nyeri

    tarik auricular, nyeri tekan tragus, nyeri tekan mastoid, serta sikatriks pada RA sinistra.

    Selain itu juga terdapat fistel dan abses paada post auricular. Pemeriksaan foto rontgen

    Schuller didapat gambaran mastoiditis bilateral dengan suspek cholesteatoma kanan, CT-scan

    mastoid didapat gambaran otomastoiditis kiri dan mastoiditis kanan. Pemeriksaan audiometrimenunjukkan gangguan hantaran udara 80 Db.

    VI. DIAGNOSIS KERJA

    Otomasastoiditis kronis sinistra dengan kolesteatoma sinistra.

    VII. DIAGNOSIS BANDING

    OMA stadium perforasi.

    VIII. RENCANA PENGOBATAN

    A. Medikamentosa:

    a. Levofloxacin drip 1x1, 1 jam pre op dilanjutkan post operasi: antibiotik

    diberikan untuk mengatasi otomastoiditis.

    b. Pronalges sirup 2x1 : merupakan obat golongan NSAID sebagai

    antiinflamasi,analgetik serta antipiretik yang juga yang bertujuan untuk

    mengurangi nyeri setelah operasi

    c.

    Micobalamin 3x500 mg : merupakan metabolit dari vitamin B12 yang

    berperan dalam pemeliharaan fungsi saraf.

    d. Dexametason 3x1 amp : merupakan obat golongan glukokortikoid yang

    bekerja sebagai anti inflamasi.

    e. Omeprazol 2x1 kap I jam setelah makan. : merupakan obat golongan proton

    pump inhibitor (ppi) untuk menghindari radang pada lambung.

    B. Operatif: Tindakan operatif mastoidektomi radikal sinistra merupakan prinsip terapi

    OMSK tipe bahaya.

    IX. LAPORAN OPERASI

    Pada hari Sabtu tanggal 8 juli 2014, dilakukan tindakan operatif dengan laporan

    operasi sebagai berikut:

    Operator : Dr. Teppy Hartubi Djohar, Sp.THT

    Assisten Operator : Rosmiar

    Ahli Anastesi : Dr. Marshel, Sp.An

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    14/29

    13

    Assisten Anastesi : Rosmiar

    Teknik Anastesi : GA-OTK

    ASA : II

    Nama Pembedahan : Mastoidektomi radikal sinistra

    Sifat Pembedahan : Elektif

    Jam Mulai/ Selesai : 10.20 WIB

    Lama Pembedahan : 240 menit

    Uraian Pembedahan : Setelah pasien dalam keadaan anastesi dilakukan tindakan

    aseptik dan antiseptik dengan larutan betadine dan alcohol pada

    daerah telinga dan sekitarnya. Dilakukan evaluasi CAE dengan

    menggunakan mikroskop. Ditemukan jaringan granulasi

    memenuhi CAE, fistel retroaurikula,dan sikatrik bekas fistel

    lama. Dilakukan batas garis insisi kira-kira 3mm dibelakang

    plika retroaurikular, mulai dari superior hingga mendekati titik

    mastoid. Kemudian dilakukan infiltrasi cairan Aqua yang

    mengandung Adrenalin 1/100.000 di beberapa titik. Kemudian

    dilakukan insisi lapis demi lapis kearah CAE. Dilakukan

    pengambilan fasia muskulus temporalis profunda kira-kira d=

    15 mm x 20mm. Dilakukan separasi dengan memasang

    retraktor mastoid hingga tampak planum mastoid. Kemudian

    dilakukan pengeluaran bagian anteriornya ternyata dinding

    sudah tipis, rapu, tampak didalamnya kolesteatoma memenuhi

    antrum mastoid. Kemudian kolesteatom dibuang ternyata

    kolesteatom sampai kearah cavum timpani. Dinding posterior

    CAE sudah hancur, sehingga tampak nervus fasialis yang

    terbuka. Rongga mastoid, cavum timpani, dan mastoid saling

    berhubungan. Ketiga kanalis semisirkularis masih utuh, n.

    korda timpani sudah tidak ada, osikel sudah hancur, kecuali

    foot plate stapes. Sinus sigmoid terbuka kira-kira 15x10 mm.

    tegmen timpani dan tegmen mastoid masih utuh. Tuba tertutup

    oleh jaringan granulasi dan kolesteatom.

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    15/29

    14

    Dilakukan pembersihan kolesteatom dan jaringan granulasi

    diseluruh kavum mastoid dan timpani semaksimal mungkin.

    Kemudian dilakukan tindakan pembersihan dengan H202 3%

    kemudian dibilas dengan Aqua san terakhir dibersihkan dengan

    betadin. Defek pada sigmoid plate di tutup dengan graft fasia ,

    kemudian diatasnya ditampon oleh sponge gel. Kemudian

    dibuat plate superior dan inferior untuk obliterans rongga

    mastoid dan dibuat flap krner agar dinding CAE terbuka

    lebar.

    Keadaan Pre-Op : Kesadaran CM, TD 110/70 mmHg, N 80x/menit, S 36C, RR

    22x/menit, Sat 100%

    Keadaan Post-Op : Keadaan umum lemah, CM, TD 92/51 mmHg, N 66x/menit,

    Tatalaksana Post-Op : Awasi tanda-tanda vital

    : Bed Rest

    : makan bubur terlebih dahulu

    : Terapi obat : Levofloxacin drip 1 x 1

    : pronalges sirup 2 x 1

    X. FOLLOW UP PASIEN

    Tanggal 09-07-2014 10-07-2014 11-07-2014

    Subjective Pasien mengaku setelah

    operasi muntah satu

    kali dan merasa pusing,

    kemudian pada daerahpipi kiri dan sekitar

    mata kiri terasa nyut-

    nyut an. Luka bekas

    operasi masih terasa

    berdenyut. Pada

    pendengaran sebelah

    kiri pasien merasa tidak

    membaik. BAK +,

    Pasien merasa kedutan

    yang dirasakan kemarin

    sudah mulai

    menghilang, hanyaterasa sedikit di area

    sekitar mata kiri. Luka

    bekas operasi masi

    berdenyut.

    Pada telinga kiri

    dirasakan masih sakit,

    kemarin sore pasien

    Pasien mengaku luka

    bekas operasi masih

    sedikitberdenyutt tetapi

    terasa lebih baik. nyut-nyutan diarea wajah

    sudah tidak dirasakan

    lagi. Pendengaran dirasa

    tetap tidak membaik.

    BAB+, BAB post op +

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    16/29

    15

    BAB post op - mengaku merasa keluar

    cairan pada belakang

    telinga kirinya.

    Pendengaran tidak

    membaik. BAK +,

    BAB post op -

    Objective Status generalis:

    Kesadaran CM

    Tampak sakit sedang

    Kesan gizi cukup

    TTV: TD 110/80mmHg, N 80x/m, S

    36.8C, RR 16x/m

    Status lokalis:

    Telinga: tampak

    darah yang

    merembes pada luka

    beks operasi di

    perban. Oedem pada

    area sekitar luka

    operasi.

    Pada inspeksi mata

    tampak mata kiri

    yang tidak dapat

    menutup dengansempurna.

    Pada pemeriksaan

    dahi terlihat kerutan

    dahi sebelah kiri

    sedikit menghilang

    Hidung: DBN

    Tenggorokan: DBN

    Status generalis:

    Kesadaran CM

    Tampak sakit ringan

    Kesan gizi cukup

    TTV: TD 110/70mmHg, N 76x/m, S

    35.2C, RR 18x/m

    Status lokalis:

    Telinga: sama

    dengan hari

    sebelumnya.

    Pada inspeksi mata

    dan dahi juga terlihat

    belum membaik.

    Hidung: DBN

    Tenggorokan: DBN,

    PND berupa darah

    Maksilofasial: Nyeri

    tekan

    Leher: DBN

    Status generalis:

    Kesadaran CM

    Tampak sakit ringan

    Kesan gizi cukup

    TTV: TD 110/70mmHg, N 60x/m, S

    36.5C, RR 16x/m

    Status lokalis:

    Telinga: verban telah

    diganti. Tidak tampak

    lagi darah yang

    merembes pada luka

    bekas operasi. Hidung:

    Sekret -/-, darah

    mengalir -/-, bekuan

    darah +/-

    Tenggorokan: DBN,

    PND berupa darah

    Maksilofasial: Nyeritekan

    Leher: DBN

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    17/29

    16

    Maksilofasial: Nyeri

    tekan

    Leher: DBN

    Assessment Post-operasiMastoidektomi radikal

    sinistra

    Post-operasiMastoidektomi radikal

    sinistra,komplikasi +,

    perbaikan +

    Post-operasiMastoidektomi radikal

    sinistra,komplikasi +,

    perbaikan +

    Planning Verban telinga

    dipertahankan

    Terapi obat

    dilanjutkan sesuaiinstruksi post-

    operasi

    Ganti verban

    Terapi obat

    dilanjutkan

    Tambahan obat:

    Micobalamin 3x50

    mg post operasi

    Dexametason inj 3x1

    amp (iv)

    Omeprazol 2x1 kap

    1 jam ac

    Pasien rawat jalan

    karena sudah tidak ada

    perdarahan

    Terapi obat rawatjalan: Levofloxacin

    500 mg tablet 1 x 1,

    Ambroxol tablet 3 x 1,

    Pseudoephedrine 30

    mg + Terfenadine 40

    mg tablet 1 x 1

    Kontrol 5 hari

    XI. RESUME PERAWATAN

    07 juli 2014 :Pasien dirawat dengan diagnosis masuk OMSK sinistra suspek

    kolesteatoma sinistra dan paresis nervus fasialis sinistra ringan. Rencana operasi

    mastoidektomi radikal dengan tujuan untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut.

    Persetujuan tindakan operasi ada dan telah ditandatangani.

    08 juli 2014 :Dilakukan operasi mastoidektomi radikal di kamar pembedahan

    dilanjutkan dengan pemberian obat sesuai instruksi post operasi.

    09 juli 2014 :Pasien post-operasi Mastoidektomi radikal tanpa komplikasi. Terapi

    dilanjutkan dan mendapatkan tambahan terapi.

    10 juli 2014 :Dilakukan pencabutan verban telinga yang dipasang pada telinga kiri.

    11 juli 2014 :Pasien dipulangkan dengan obat Levofloxacin 500 mg tablet 1 x

    1,serta instruksi kontrol 5 hari pasca perawatan.

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    18/29

    17

    XII. PROGNOSIS

    Quo ad Vitam : Ad Bonam

    Quo ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam

    Quo ad Sanationam : Dubia Ad Malam

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    19/29

    18

    TINJAUAN PUSTAKA

    I.

    OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

    1.1 Definisi

    Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan

    perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus dan

    hilang timbul.Sekret mungkin encer, atau kental, bening atau berupa nanah. Dimaksud

    dengan kronis ialah infeksi pada telinga tengah sudah lebih dari 2 bulan bila kurang dari 2

    bulan disebut otitis media supuratif subakut.1

    1.2 Per jalanan Penyakit OMSK

    Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif

    kronik apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan,

    disebut otitis media supuratif sub-akut.1

    Beberapa faktor yang menyebabkan otitis media akut (OMA) menjadi OMSK ialah

    terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya

    tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.1

    1.3 Klasif ikasi OMSK

    OMSK bisa diklasifikasikan berdasarkan letak perforasi dan juga berdasarkan

    aktivitas sekret sebagai berikut:

    Berdasarkan letak perforasi:

    1.

    OMSK tipe aman/ tipe mukosa/ tipe benigna

    Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan

    biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral.Umumnya OMSK tipe

    aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak

    terdapat kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi

    deskuamasi epitel (keratin).1

    2. OMSK tipe bahaya/ tipe tulang/ tipe maligna

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    20/29

    19

    OMSK tipe bahaya, ialah OMSK yang disertai kolesteatoma. Perforasi pada OMSK

    tipe bahaya letaknya marginal atau di atik. Kadang kadang terdapat juga

    kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi sub-total. Sebagian besar komplikasi

    yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya1 OMSK tipe bahaya

    seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya pula, maka perlu ditegakkan

    diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di kamar operasi,

    namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman akan adanya OMSK tipe

    bahaya, yaitu perforasi pada marginal atau atik. Sedangkan kasus yang sudah lanjut

    dapat terlihat abses fistula retroaurikuler (di belakang telinga), polip atau jaringan

    granulasi di liang telinga luar yang berasal dari telinga tengah, sekret berbentuk nanah

    dan berbau khas (aroma kolesteatoma) atau terlihat kolesteatoma pada telinga tengah,

    serta pada foto rontgen mastoid.1

    Berdasarkan aktivitas sekret:

    1. OMSK aktif: OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara

    aktif.(1)

    2. OMSK tenang: OMSK dimana sekret tidak mengalir keluar dari kavum timpani.

    Kavum timpani dapat terlihat basah atau kering.(1)

    1.4 Diagnosis OMSK

    Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama

    pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan

    pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan

    pemeriksaan audiometri nada murni, audiometric tutu (speech audiometry) dan pemeriksaan

    BERA (brainstem evoked response audiometri), bagi pasien/ anak yang tidak kooperatif

    dengan pemeriksaan audiometri nada murni.1 Pemeriksaan penunjang lain berupa foto

    rontgen mastioid serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga.1

    1.5 Tatalaksana OMSK

    Tatalaksana OMSK berbeda antara OMSK tipe aman dan OMSK tipe bahaya.Terapi

    OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang ulang. Sekret yang

    keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Hal ini bisa terjadi karena satu atau

    beberapa keadaan, yaitu:1

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    21/29

    20

    Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah

    berhubungan dengan dunia luar.

    Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.

    Sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversibledalam rongga mastoid. Gizi dan higienis yang kurang

    Prinsip OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret

    yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan hydrogen

    peroksida 3% selama 3 5 hari. Setelah sekret berkurang dilanjutkan terapi dengan

    memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.Secara oral

    diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau dapat diberikan eritromisin jika pasien

    alergi penisilin.Pada infeksi yang dicurigai bakterinya dicurigai telah resisten terhadap

    ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.1

    Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan,

    maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.Operasi ini bertujuan untuk

    menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,

    mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta

    memperbaiki pendengaran.1

    Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan infeksi masih tetap ada, atau

    terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin

    juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi, atau tonsilektomi.1

    Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi, dengan

    atau tanpa timpanoplasti.Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan

    terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal

    retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.1

    Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad

    antrum.Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya

    disertai infeksi kronis di rongga mastoid.Infeksi rongga mastoid dikenal dengan

    mastoiditis.Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.1

    Berikut pedoman tatalaksana OMSK :

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    22/29

    21

    1.6 Jenis Pembedahan Pada OMSK

    Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada

    OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau bahaya, antara lain:1

    Mastoidektomi sederhana

    Mastoidektomi radikal

    Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

    Miringoplasti

    Timpanoplasti

    Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach timpanoplasty)

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    23/29

    22

    Jenis operasi yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi, atau kolesteatom,

    sarana yang tersedia serta pengalaman operator.1

    Mastoidektomi sederhana dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan

    konservatif tidak sembuh.Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid

    dari jaringan patologik.Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.1

    Mastoidektomi radikal dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau

    kolesteatoma yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani

    dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga

    tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi

    satu ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan

    mencegah komplikasi ke intrakranial.Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.1

    Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy) dilakukan pada OMSK

    dengan kolesteatoma di bagian atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga

    mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah

    untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan

    pendengaran yang masih ada.1

    Miringoplasti merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan.Rekonstruksi hanya

    dilakukan pada membran timpani.Tujuan operasi ini ialah untuk mencegah berulangnya

    infeksi telinga tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap.1

    Timpanoplasti adalah operasi yang dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan

    kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan

    pengobatan medikamentosa.Tujuan operasi ini ialah untuk menyembuhkan penyakit serta

    memperbaiki pendengaran.Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali

    harus rekonstruksi tulang pendengaran.1

    Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (combined approach tympanoplasty)

    merupakan operasi timpanolasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe bahaya atau OMSK

    tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ini untuk menyembuhkan

    penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (

    tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga)1

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    24/29

    23

    II. KELUMPUHAN NERVUS FASIALIS PERIFER

    2.1Definisi

    Kelumpuhan n. fasialis (nervus VII) merupakan kelumpuhan otot-otot wajah. Pasien

    tidak dapat atau kurang dapat menggerakkan otot wajah, sehingga wajah tampak tidak

    simetris. Dalam menggerakkan otot ketika menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi

    tampak sekali wajah pasien tidak simetris.2

    2.2Anatomi

    n. fasialis merupakan saraf cranial terpanjang yang berjalan di dalam tulang, sehingga

    sebagian besar kelainan n. fasialis terletak di dalam tulang temporal. N. fasialis terdiri dari 3komponen, yaitu komponen motoris, sensoris dan parasimpatis.2 Komponen motoris

    mensarafi otot wajah, kecuali m. levator palpebra superior.Selain otot wajah n. fasialis juga

    mensarafi m. stapedius dan venter posterior m. digastrikus.2Komponen sensoris mensarafi

    duapertiga anterior lidah untuk mengecap, melalui n. korda timpani.2Komponen parasimpatis

    memberikan persarafan pada glandula lakrimalis, glandula submandibula dan glandula

    lingualis.2n. fasialis mempunyai dua inti, yaitu inti superior dan inti inferior. Inti superior

    mendapat persarafan dari korteks motor secara bilateral, sedangkan inti inferior hanyamendapat persarafan dari satu sisi. Serabut dari kedua inti berjalan mengelilingi ini (nucleus)

    nervus abdusen (n. VI), kemudian meninggalkan pons bersama-sama dengan n. VIII (nervus

    koklea) dan nervus intermedius (Whrisberg), masuk ke dalam tulang temporal melalui porus

    akustikus interus. Setelah masuk ke dalam tulang temporal, n. VII (n. fasialis) akan berjalan

    dalam suatu saluran tulang yang disebut kanal Fallopi.2

    Dalam perjalanan di dalam tulang temporal, n. VII dibagi 3 segmen, yaitu segmen

    labirin, segmen timpani dan segmen mastoid.2

    Segmen labirin terletak antara akhir kanal akustik internus dan ganglion

    genikulatum.Panjang segmen ini 2-4 milimeter.2

    Segmen timpani (segmen vertical) terletak diantara bagian distal ganglion

    genikulatum dan berjalan ke arah posterior telinga tengah, kemudian naik ke arah tingkap

    lonjong (fenestra ovalis) dan stapes, lalu turun dan kemudian terletak sejajar dengan kanal

    semisirkularis horizontal. Panjang segmen ini kira-kira 12 milimeter.2

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    25/29

    24

    Segmen mastoid (segmen vertical), mulai dari dinding medial dan superior kavum

    timpani.Perubahan posisi dari segmen timpani menjadi segmen mastoid, disebut segmen

    pyramidal atau genu eksterna. Bagian ini merupakan bagian paling posterior dari n. VII,

    sehingga mudah terkena trauma pada saat operasi.Selanjutnya segmen ini berjalan ke arah

    kaudal menuju foramen stilomastoid. Panjang segmen ini 15-21 milimeter.2

    Setelah keluar dari dalam tulang mastoid, n. VII menuju ke glandula parotis dan

    membagi dini untuk untuk mensarafi otot-otot wajah.2

    Di dalam tulang temporal, n. VII memberikan 3 cabang penting, yaitu nervus petrosus

    superior mayor, nervus stapedius dan korda timpani.2

    Nervus petrosus superior mayor yang keluar dari ganglion genikulatum.Sarafmemberikan rangsang untuk sekresi pada kelenjar lakrimalis.Nervus stapedius yang

    mensarafi muskulsu stapedius dan berfungsi sebagai peredam suara.Korda timpani yang

    memberikan serabut perasa pada duapertiga lidah bagian depan.2

    Beikut gambaran perjalanan nervus fasialis :

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    26/29

    25

    2.3Etiologi Kelumpuhan n. Fasial is

    Penyebab kelumpuhan n. fasialis mungkin congenital, infeksi, tumor, trauma,

    gangguan pembuluh darah, dan idiopatik. Biasanya kelumpuhan yang didapat sejak lahir

    (congenital) bersifat irreversible dan terdapat bersamaan dengan anomaly pada telinga dan

    tulang pendengaran.2

    Sebagai akibat proses infeksi di intracranial atau infeksi telinga tengah, dapat

    menyebabkan kelumpuhan n.fasialis. infeksiintrakranial yang menyebabkan kelumpuhan ini

    sindrom Ramsey-Hunt, herpes optikus, dan infeksi telinga tengah yang dapat menyebabkan

    kelumpuhan n. fasialis adalah otitis media supuratif kronis yang telah merusak kanal fallopi.2

    Selain itu nervus fasialis juga dapat terkena oleh karena penyebaran infeksi langsungke kanalis fasialis pada otitis media akut.Pada otitis media kronis, kerusakan terjadi oleh erosi

    tulang oleh kolesteatom atau oleh jaringan granulasi, disusul oleh infeksi ke dalam kanalis

    fasialis tersebut.2

    Pada otitis media akut operasi dekompresi kanalis fasialis tidak diperlukan.Perlu

    diberikan antibiotika dosis tinggi dan terapi penunjang lainnya, serta menghilangkan tekanan

    di dalam kavum timpani dengan drainase.Bila dalam jangka waktu tertentu ternyata tidak ada

    perbaikan setelah diukur dengan elektrodiagnostik, barulah dipikirkan untuk melakukan

    dekompresi.3

    Pada otitis media supuratif kronis, tindakan dekompresi harus segera dilakukan tanpa

    harus menunggu pemeriksaan elektrodiagnostik.3

    Selain itu fraktur pars petrosa os temporal oleh karena trauma kepala dapat

    menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis.2

    Etiologi kelumpuhan nervus fasialis ini kadang-kadang tidak jelas

    (idiopatik).Kelumpuhan ini disebut juga bells palsy.2

    2.4Penatalaksanaan

    Pengobatan terhadap kasus parese nervus fasialis dapat dikelompokkan menjadi dua,

    yaitu:2

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    27/29

    26

    1. Pada kasus dengan gangguan hantaran ringan dan fungsi motor masih baik

    pengobatan ditujukan untuk menghilangkan edema saraf dengan menggunakan obat

    obatan sepert anti edem, vasodilatansia, dan neurotro-nika.

    2. Pada kasus dengan gangguan hantaran berat atau sudah terjadi denervasi total

    tindakan operatif segera harus dilakukan dengan teknik dekompresi nervus fasialis

    transmastoid.

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    28/29

    27

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi Efiaty A,

    Iskandar Nurbaiti; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. 6 th

    ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.69-74.

    2. Sjarifuddin, Bashiruddin J, Bramantyo B. Kelumpuhan Nervus Fasialis Perifer. In:

    Soepardi Efiaty A, Iskandar Nurbaiti; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

    Hidung Tenggorok. 6thed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.114-117.

    3. Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. Komplikasi Otitis Media Supuratif. In: Soepardi

    Efiaty A, Iskandar Nurbaiti; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

    Tenggorok. 6thed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.80

  • 8/12/2019 Long Case OMSK THT

    29/29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi Efiaty A,

    Iskandar Nurbaiti; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. 6 th

    ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.69-73.

    2. Van David C. ENT Emergencies Disorders of The Ear, Nose, Sinuses, Oropharynx,

    and Mouth. In: Stone C, Humprhries R; editors. Current Emergency Diagnosis and

    Treatment. 4th

    ed. Philadelphia: McGraw Hill Publishing; 2004. p.348-50.3. Johnson Jonas T, Ferguson Berylin J. Paranasal Sinuses. In: Cummings CW,

    Frederickson JM, Harker LA, Krause CJ, Richardson M; editors. Otolaryngology-

    Head and Neck Surgery. Missouri: Mosby; 1998. p.1059-118.

    4. Handley John G, Tobin Evan, Tagge Bryan. The Nose and Paranasal Sinuses. In:

    Rakel Robert E; editor. Textbook of Family Practice. 6 th ed. Philadelphia: WB

    Saunders Company; 2001. p.446-53.

    5.

    Mangunkusumo Endang, Rifki Nusjirwan. Sinusitis. In: Soepardi Efiaty A, IskandarNurbaiti; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. 6th ed.

    Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.150-4.

    6. Adams G, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT (BOIES

    Fundamentals of Otolaryongology). 6thed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

    1997. p.240-60.