Long Case OMSK THT
-
Upload
riza-tafson -
Category
Documents
-
view
267 -
download
2
Transcript of Long Case OMSK THT
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
1/29
LONG CASE
Pasien dengan Otomastoiditis Kronik Sinistra dengan Kolesteatoma dan Fistel
Retroaurikular serta Paresis n.VII Perifer Sinistra Ringan
DISUSUN OLEH:
Almirazada Zhes Putri
NIM: 030 10 022
PEMBIMBING:
Dr. Teppy Hartubi Djohar, Sp.THT
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN
TENGGOROKAN
RUMAH SAKIT OTORITA BATAM
PERIODE 07 JULI 201416 AGUSTUS 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
2/29
1
Universitas Trisakti
Fakultas Kedokteran
Rumah Sakit Otorita Batam
STATUS PASIEN THT
STATUS DOKTER MUDA
Tanggal : 07-Juli-2014
Medical Record : 35-16-27
I. IDENTIFIKASINama : Ana Sahroni Sirait Pekerjaan : Karyawan Swasta
Umur : 21 tahun Pendidikan : SMA
Jenis Kel. : Perempuan Alamat : Perum.Bida Ayu Blok O No.51
Agama : Protestan Status : Lajang
Suku : Batak
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 tahun yang lalu.
Keluhan Tambahan:
Pasien juga mengeluh keluar cairan kadang kental,encer bahkan berdarah pada telinga
kirinya, juga terdapat nanah pada belakang telinga kirinya. Pasien juga merasa telinga
kiri mengalami penurunan pendengaran dibandingkan telinga kananya.
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya pasien
berobat ke klinik perusahaan karena keluhan pusing berputar serta adanya demam,flu,
nyeri pada telinga kiri serta keluarnya cairan yang cair, encer, kental dan kadang
berdarah pada telinga kiri. Nyeri telinga dirasakan sekitar 6 bulan yang lalu. Sekitar 2
bulan yang lalu pasien juga merasa terdapat bisul yang pecah pada belakang telingakirinya. Di klinik Perusahaan tersebut pasien diberi obat salep dan oral. Kemudian
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
3/29
2
dirasa bengkak berkurang, tetapi keluhan pusing dan nyeri telinga tak kunjung hilang,
Setelah itu oleh dr. klinik perusahaan pasien di sarankan berobat ke RSUP Batu Aji.
Disana pasien tidak diberi obat namun pasien kemudian dirujuk ke ahli THT di RSOB.
Pasien lalu diberikan obat tetes telinga dan oral. Pasien juga disarankan untuk
melakukan beberapa pemeriksaan penunjang dan melakukan uji tes pendengaran di RS
Awal Bros Batam. Setelah hasil test keluar pasien kembali ke RSOB pada tanggal 6
juli 2014 untuk persiapan melakukan operasi telinga kirinya (mastoidektomi radikal)
yang dijadwaklan pada tanggal 8 juli 2014. Keluhan Demam, batuk,pilek, penurunan
berat badan, gangguan makan, BAB/BAK disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku pernah mengalami hal serupa, keluar cairan pada liang telinga kiri
sekitar 7 tahun yang lalu dan pada kelas 3 SMK keluar cairan pada belakang telinga
kirinya. Saat kelas 3 SMK pasien mengaku hanya berobat ke bidan lalu diberi salep
dan obat minum, awalnya luka bengkak dan kemudian pecah hingga keluar nanah lalu
luka mengering,kemudian luka dirasa membaik. Pasien mengaku juga sering
mengalami batuk pilek kurang lebih 1 minggu setiap kali terjadi dan biasanya pasien
mengobatinya dengan obat warung. Riwayat hipertensi, asma, penyakit jantung,kencing manis, dan alergi disangkal.
C. Riwayat Pengobatan:
Sekitar satu bulan yang lalu pasien berobat ke rumah sakit perusahaan, kemudian
pasien diberi obat oral dan salep telinga untuk mengobati bengkak pada belakang
telinga kirinya, pasien meminum dan menggunakan obat secara teratur dan hasilnya
dirasa bengkak berkurang dan keluhan sakit sedikit membaik.
D.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang serupa. Ibu pasien penderita Hipertensi
dan Diabetes Mellitus
E. Riwayat Kebiasaan:
Pasien sering membersihkan kedua telingannya dengan cotton bud 2 kali sehari.
Pasien mengaku jarang berolahraga.
III. PEMERIKSAAN FISIK
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
4/29
3
A. Status Generalis:
Keadaan Umum : Kesadaran : Compos mentis
: Kesan sakit : Tampak sakit ringan
: Kesan gizi : Cukup
Tanda Vital : Tekanan darah : 120/85 mmHg
: Nadi : 80 x/menit,regular
: Pernapasan : 16x/menit
: Suhu : 36 C
Kepala : Normosefali, rambut hitam dengan distribusi merata dan tidak
mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+,
refleks cahaya tidak langsung +/+. Pada inspeksi mata kiri terlihat
susah menutup sempurna.
Leher : Trakea terletak lurus ditengah, tidak teraba adanya massa, tidak
teraba pembesaran KGB, JVP tidak naik.
Thoraks : Jantung : BJ I-II reguler, murmur -, gallop -
: Paru-paru : Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan -, bising usus 3 x/menit
Ekstremitas : Keempat akral teraba hangat, edema -
B. Status THT:
a. Pemeriksaan Telinga:
Telinga Kanan Yang Diperiksa Telinga Kiri
Normotia Bentuk telinga luar Normotia
Fistula preaurikula -, abses -
, hematoma -, meatus
akustikus eksternus tampak,
nyeri tarik auricula -, nyeri
tekan tragus -
Daun telinga
Fistula preaurikula -, abses -,
hematoma -, meatus
akustikus eksternus tampak,
nyeri tarik auricula +, nyeri
tekan tragus +
Nyeri tekan mastoid -,
sikatriks -Retroaurikuler
Nyeri tekan mastoid +,
sikatriks +
Fistel postaurikular +abses+
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
5/29
4
Lapang
Tidak hiperemis
-
-
Liang telinga
a)Lapang/sempit
b)Warna epidermis
c)
Sekretd)Serumen
e)Kelainan lain
Lapang
Tidak hiperemis
purulen
-
Intak Membrana timpani Tidak terlihat
GAMBAR
b. Pemeriksaan Hidung:
Hidung Kanan Yang Diperiksa Hidung Kiri
Bentuk hidung normal Bentuk hidung luar Bentuk hidung normal
Tidak tampak Deformitas Tidak tampak
- Nyeri tekan -
- Krepitasi -
Rinoskopi Anterior
Lapang, vibrissae + Vestibulum Lapang, vibrissae +
Sulit dinilai Konka inferior Sulit dinilai
Tidak hiperemis, eutrofi,
permukaan rataKonka media
Tidak hiperemis, eutrofi,
permukaan rata
Sulit dinilai Konka superior Sulit dinilai
Sulit dinilai Meatus nasi Sulit dinilai
Sekret -, darah - Kavum nasi Sekret -, darah -
Tidak hiperemis Mukosa Tidak hiperemis
- Sekret -
Deviasi - Septum Deviasi -
Sekret -, krusta - Dasar hidung Sekret -, krusta -
c.
Pemeriksaan Tenggorok:Trismus : -
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
6/29
5
Palatum : Tidak ditemukan kelainan
Mukosa faring : Hiperemis -
Arkus faring : Simetris kanan dan kiri, hiperemis -
Uvula : Di tengah, edema -, hiperemis -
Tonsila palatina : Besar : T1-T1
: Warna : Hiperemis -
: Kripta : Tidak melebar
: Detritus : -/-
Dinding posterior faring : Hiperemis -, permukaan rata,post nasal drip-
Lidah : Normoglossia
Gusi dan gigi-geligi : Oral hygienecukup, karies gigi -
d. Pemeriksaan Maksilofasial:
Wajah Kanan Yang Diperiksa Wajah Kiri
- Deformitas -
-Nyeri tekan dahi/
pertengahan alis-
- Nyeri tekan pangkalhidung
-
- Nyeri tekan pelipis -
- Nyeri tekan pipi -
e. Pemeriksaan Leher:
Deformitas : -
Pergerakan : Baik atas-bawah serta kanan-kiri
Massa : Tidak tampak dan tidak teraba
KGB : Tidak teraba membesar, nyeri tekan -
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium (06 Juli dan 7 juli 2014):
Parameter Hasil Pasien Nilai Rujukan Kesimpulan
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
7/29
6
Hb 13.3 g/dl 11.0-16.5 g/dl Normal
Eritrosit 5.00 x 10 / ul 3.8-5.8 x 10 / ul Normal
Ht 38.4 % 35.0-50.0 % Normal
MCV 76.8 Fl 80.0-97.0 fL Normal
MCH 26.6 pg 26.5-33.5 pg Normal
MCHC 34.6 g/dl 31.5-35.0 g/dl Normal
Leukosit 9.75 x 103/ ul 4-11 x 103/ ul Normal
Eosinofil 8.6 % 0-5 % Meningkat
Basofil 0.04 % 0-1 % Normal
Neutrofil 60.0 % 46-75 % Normal
Limfosit 26.4 % 17-48 % Normal
Monosit 4.6 % 4-10 % Normal
LED 7 mm/jam < 5 mm/jam Normal
Golongan Darah O - -
HbsAg Negatif Negatif Normal
Ureum 9.5 mg/dl 10-50 mg/dl MenurunKreatinin 0.53 mg/dl 0.7-1.2 mg/dl Menurun
Gula Darah sewaktu 84 mg/dl 70-150 mg/dl Normal
SGOT 9 Up to :32 U/l Normal
SGPT 7 Up to: 31 U/l Normal
Total Protein 8,1 6.6-8.7 g/dl Normal
Albumin 4.5 3.4-4.8 g/dl Normal
Na 142 135-147 meq/l Normal
Kalium 4.1 3.5-5.0 meq/l Normal
Chlor 105 94-111 meq/l Normal
B. Pemeriksaan Radiografi Mastoid Bilateral (28 juni 2014): Pada hasil pemeriksaan
fisik serta interpretasi gambar didapatkan kesan Mastoiditis Kronis bilateral dengan
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
8/29
7
suspek Cholesteatoma sinistra, namun pada hasil pemeriksaan Radiografi didapatkan
kesan Matoiditis Kronis bilateral dengan suspek Cholesteatoma kanan
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
9/29
8
CT-Scan Mastoid tanpa kontras (07 Juli 2014):
Mastoid air cell kiri kanan tampak sklerotik, tampak bayangan masa hypodermis yang
tampak meluas sampai telinga tengah dan CAE kiri, tampak destruksi pada temporalis
mastoid kiri sampai sinus sigmoid kiri, assicle dan cochlea kiri tampak terobliterasi
bayangan massa,choclea dan issicle kanan tampak baik, tampak bayangan lusen kecil
pada antrum mastoid kanan, tegmen timpani kiri kanan intak, CAE kanan cerah.
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
10/29
9
a. CT-Scan Potongan Aksial :
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
11/29
10
b. CT-Scan Potongan Koronoal:
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
12/29
11
Kesimpulan: otomastoiditis kiri dan mastoiditis kanan susp. massa pada mastoiditis
kiri yang meluas ke telonga tengah dan CAE sampai sinus sigmoid kiri dengan
destruksi pada temporalis mastoid kiri; susp.ec kolesteatom maligna. kolesteatom
kanan.
C. Audiometri :
AD: Ambang dengar 20 dBAS: Gangguan hantaran udara 80 Db, test hantaran telinga sulit dilakukan.
V. RESUME
Ana perempuan berusia 21 tahun datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 tahun yang
lalu,diawali dengan demam, flu, nyeri dan bengkak pada telinga kiri, serta terdapat nanah
pada belakang telinga kiri. Pasien juga mengeluh sering keluar cairan kadang kental, encer
bahkan berdarah pada telinga kirinya sejak usia 7 tahun hilang timbul. Nyeri pada telinga
kiri dirasa pasien 6 bulan yang lalu dan sekitar 2 bulan yang lalu ada bisul yang pecah
dibelakang telinga kirinya. Pasien juga merasa telinga kiri mengalami penurunan
pendengaran. Pasien mengaku sewaktu kelas 3 SMK pernah mengalami hal serupa, namun
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
13/29
12
dirasa membaik setelah berobat ke bidan. Pada pemeriksaan liang telinga kiri terdapat nyeri
tarik auricular, nyeri tekan tragus, nyeri tekan mastoid, serta sikatriks pada RA sinistra.
Selain itu juga terdapat fistel dan abses paada post auricular. Pemeriksaan foto rontgen
Schuller didapat gambaran mastoiditis bilateral dengan suspek cholesteatoma kanan, CT-scan
mastoid didapat gambaran otomastoiditis kiri dan mastoiditis kanan. Pemeriksaan audiometrimenunjukkan gangguan hantaran udara 80 Db.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Otomasastoiditis kronis sinistra dengan kolesteatoma sinistra.
VII. DIAGNOSIS BANDING
OMA stadium perforasi.
VIII. RENCANA PENGOBATAN
A. Medikamentosa:
a. Levofloxacin drip 1x1, 1 jam pre op dilanjutkan post operasi: antibiotik
diberikan untuk mengatasi otomastoiditis.
b. Pronalges sirup 2x1 : merupakan obat golongan NSAID sebagai
antiinflamasi,analgetik serta antipiretik yang juga yang bertujuan untuk
mengurangi nyeri setelah operasi
c.
Micobalamin 3x500 mg : merupakan metabolit dari vitamin B12 yang
berperan dalam pemeliharaan fungsi saraf.
d. Dexametason 3x1 amp : merupakan obat golongan glukokortikoid yang
bekerja sebagai anti inflamasi.
e. Omeprazol 2x1 kap I jam setelah makan. : merupakan obat golongan proton
pump inhibitor (ppi) untuk menghindari radang pada lambung.
B. Operatif: Tindakan operatif mastoidektomi radikal sinistra merupakan prinsip terapi
OMSK tipe bahaya.
IX. LAPORAN OPERASI
Pada hari Sabtu tanggal 8 juli 2014, dilakukan tindakan operatif dengan laporan
operasi sebagai berikut:
Operator : Dr. Teppy Hartubi Djohar, Sp.THT
Assisten Operator : Rosmiar
Ahli Anastesi : Dr. Marshel, Sp.An
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
14/29
13
Assisten Anastesi : Rosmiar
Teknik Anastesi : GA-OTK
ASA : II
Nama Pembedahan : Mastoidektomi radikal sinistra
Sifat Pembedahan : Elektif
Jam Mulai/ Selesai : 10.20 WIB
Lama Pembedahan : 240 menit
Uraian Pembedahan : Setelah pasien dalam keadaan anastesi dilakukan tindakan
aseptik dan antiseptik dengan larutan betadine dan alcohol pada
daerah telinga dan sekitarnya. Dilakukan evaluasi CAE dengan
menggunakan mikroskop. Ditemukan jaringan granulasi
memenuhi CAE, fistel retroaurikula,dan sikatrik bekas fistel
lama. Dilakukan batas garis insisi kira-kira 3mm dibelakang
plika retroaurikular, mulai dari superior hingga mendekati titik
mastoid. Kemudian dilakukan infiltrasi cairan Aqua yang
mengandung Adrenalin 1/100.000 di beberapa titik. Kemudian
dilakukan insisi lapis demi lapis kearah CAE. Dilakukan
pengambilan fasia muskulus temporalis profunda kira-kira d=
15 mm x 20mm. Dilakukan separasi dengan memasang
retraktor mastoid hingga tampak planum mastoid. Kemudian
dilakukan pengeluaran bagian anteriornya ternyata dinding
sudah tipis, rapu, tampak didalamnya kolesteatoma memenuhi
antrum mastoid. Kemudian kolesteatom dibuang ternyata
kolesteatom sampai kearah cavum timpani. Dinding posterior
CAE sudah hancur, sehingga tampak nervus fasialis yang
terbuka. Rongga mastoid, cavum timpani, dan mastoid saling
berhubungan. Ketiga kanalis semisirkularis masih utuh, n.
korda timpani sudah tidak ada, osikel sudah hancur, kecuali
foot plate stapes. Sinus sigmoid terbuka kira-kira 15x10 mm.
tegmen timpani dan tegmen mastoid masih utuh. Tuba tertutup
oleh jaringan granulasi dan kolesteatom.
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
15/29
14
Dilakukan pembersihan kolesteatom dan jaringan granulasi
diseluruh kavum mastoid dan timpani semaksimal mungkin.
Kemudian dilakukan tindakan pembersihan dengan H202 3%
kemudian dibilas dengan Aqua san terakhir dibersihkan dengan
betadin. Defek pada sigmoid plate di tutup dengan graft fasia ,
kemudian diatasnya ditampon oleh sponge gel. Kemudian
dibuat plate superior dan inferior untuk obliterans rongga
mastoid dan dibuat flap krner agar dinding CAE terbuka
lebar.
Keadaan Pre-Op : Kesadaran CM, TD 110/70 mmHg, N 80x/menit, S 36C, RR
22x/menit, Sat 100%
Keadaan Post-Op : Keadaan umum lemah, CM, TD 92/51 mmHg, N 66x/menit,
Tatalaksana Post-Op : Awasi tanda-tanda vital
: Bed Rest
: makan bubur terlebih dahulu
: Terapi obat : Levofloxacin drip 1 x 1
: pronalges sirup 2 x 1
X. FOLLOW UP PASIEN
Tanggal 09-07-2014 10-07-2014 11-07-2014
Subjective Pasien mengaku setelah
operasi muntah satu
kali dan merasa pusing,
kemudian pada daerahpipi kiri dan sekitar
mata kiri terasa nyut-
nyut an. Luka bekas
operasi masih terasa
berdenyut. Pada
pendengaran sebelah
kiri pasien merasa tidak
membaik. BAK +,
Pasien merasa kedutan
yang dirasakan kemarin
sudah mulai
menghilang, hanyaterasa sedikit di area
sekitar mata kiri. Luka
bekas operasi masi
berdenyut.
Pada telinga kiri
dirasakan masih sakit,
kemarin sore pasien
Pasien mengaku luka
bekas operasi masih
sedikitberdenyutt tetapi
terasa lebih baik. nyut-nyutan diarea wajah
sudah tidak dirasakan
lagi. Pendengaran dirasa
tetap tidak membaik.
BAB+, BAB post op +
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
16/29
15
BAB post op - mengaku merasa keluar
cairan pada belakang
telinga kirinya.
Pendengaran tidak
membaik. BAK +,
BAB post op -
Objective Status generalis:
Kesadaran CM
Tampak sakit sedang
Kesan gizi cukup
TTV: TD 110/80mmHg, N 80x/m, S
36.8C, RR 16x/m
Status lokalis:
Telinga: tampak
darah yang
merembes pada luka
beks operasi di
perban. Oedem pada
area sekitar luka
operasi.
Pada inspeksi mata
tampak mata kiri
yang tidak dapat
menutup dengansempurna.
Pada pemeriksaan
dahi terlihat kerutan
dahi sebelah kiri
sedikit menghilang
Hidung: DBN
Tenggorokan: DBN
Status generalis:
Kesadaran CM
Tampak sakit ringan
Kesan gizi cukup
TTV: TD 110/70mmHg, N 76x/m, S
35.2C, RR 18x/m
Status lokalis:
Telinga: sama
dengan hari
sebelumnya.
Pada inspeksi mata
dan dahi juga terlihat
belum membaik.
Hidung: DBN
Tenggorokan: DBN,
PND berupa darah
Maksilofasial: Nyeri
tekan
Leher: DBN
Status generalis:
Kesadaran CM
Tampak sakit ringan
Kesan gizi cukup
TTV: TD 110/70mmHg, N 60x/m, S
36.5C, RR 16x/m
Status lokalis:
Telinga: verban telah
diganti. Tidak tampak
lagi darah yang
merembes pada luka
bekas operasi. Hidung:
Sekret -/-, darah
mengalir -/-, bekuan
darah +/-
Tenggorokan: DBN,
PND berupa darah
Maksilofasial: Nyeritekan
Leher: DBN
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
17/29
16
Maksilofasial: Nyeri
tekan
Leher: DBN
Assessment Post-operasiMastoidektomi radikal
sinistra
Post-operasiMastoidektomi radikal
sinistra,komplikasi +,
perbaikan +
Post-operasiMastoidektomi radikal
sinistra,komplikasi +,
perbaikan +
Planning Verban telinga
dipertahankan
Terapi obat
dilanjutkan sesuaiinstruksi post-
operasi
Ganti verban
Terapi obat
dilanjutkan
Tambahan obat:
Micobalamin 3x50
mg post operasi
Dexametason inj 3x1
amp (iv)
Omeprazol 2x1 kap
1 jam ac
Pasien rawat jalan
karena sudah tidak ada
perdarahan
Terapi obat rawatjalan: Levofloxacin
500 mg tablet 1 x 1,
Ambroxol tablet 3 x 1,
Pseudoephedrine 30
mg + Terfenadine 40
mg tablet 1 x 1
Kontrol 5 hari
XI. RESUME PERAWATAN
07 juli 2014 :Pasien dirawat dengan diagnosis masuk OMSK sinistra suspek
kolesteatoma sinistra dan paresis nervus fasialis sinistra ringan. Rencana operasi
mastoidektomi radikal dengan tujuan untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut.
Persetujuan tindakan operasi ada dan telah ditandatangani.
08 juli 2014 :Dilakukan operasi mastoidektomi radikal di kamar pembedahan
dilanjutkan dengan pemberian obat sesuai instruksi post operasi.
09 juli 2014 :Pasien post-operasi Mastoidektomi radikal tanpa komplikasi. Terapi
dilanjutkan dan mendapatkan tambahan terapi.
10 juli 2014 :Dilakukan pencabutan verban telinga yang dipasang pada telinga kiri.
11 juli 2014 :Pasien dipulangkan dengan obat Levofloxacin 500 mg tablet 1 x
1,serta instruksi kontrol 5 hari pasca perawatan.
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
18/29
17
XII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Ad Bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia Ad Malam
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
19/29
18
TINJAUAN PUSTAKA
I.
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
1.1 Definisi
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus dan
hilang timbul.Sekret mungkin encer, atau kental, bening atau berupa nanah. Dimaksud
dengan kronis ialah infeksi pada telinga tengah sudah lebih dari 2 bulan bila kurang dari 2
bulan disebut otitis media supuratif subakut.1
1.2 Per jalanan Penyakit OMSK
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif
kronik apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan,
disebut otitis media supuratif sub-akut.1
Beberapa faktor yang menyebabkan otitis media akut (OMA) menjadi OMSK ialah
terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya
tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.1
1.3 Klasif ikasi OMSK
OMSK bisa diklasifikasikan berdasarkan letak perforasi dan juga berdasarkan
aktivitas sekret sebagai berikut:
Berdasarkan letak perforasi:
1.
OMSK tipe aman/ tipe mukosa/ tipe benigna
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral.Umumnya OMSK tipe
aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak
terdapat kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi
deskuamasi epitel (keratin).1
2. OMSK tipe bahaya/ tipe tulang/ tipe maligna
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
20/29
19
OMSK tipe bahaya, ialah OMSK yang disertai kolesteatoma. Perforasi pada OMSK
tipe bahaya letaknya marginal atau di atik. Kadang kadang terdapat juga
kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi sub-total. Sebagian besar komplikasi
yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya1 OMSK tipe bahaya
seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya pula, maka perlu ditegakkan
diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di kamar operasi,
namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman akan adanya OMSK tipe
bahaya, yaitu perforasi pada marginal atau atik. Sedangkan kasus yang sudah lanjut
dapat terlihat abses fistula retroaurikuler (di belakang telinga), polip atau jaringan
granulasi di liang telinga luar yang berasal dari telinga tengah, sekret berbentuk nanah
dan berbau khas (aroma kolesteatoma) atau terlihat kolesteatoma pada telinga tengah,
serta pada foto rontgen mastoid.1
Berdasarkan aktivitas sekret:
1. OMSK aktif: OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara
aktif.(1)
2. OMSK tenang: OMSK dimana sekret tidak mengalir keluar dari kavum timpani.
Kavum timpani dapat terlihat basah atau kering.(1)
1.4 Diagnosis OMSK
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan
pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan
pemeriksaan audiometri nada murni, audiometric tutu (speech audiometry) dan pemeriksaan
BERA (brainstem evoked response audiometri), bagi pasien/ anak yang tidak kooperatif
dengan pemeriksaan audiometri nada murni.1 Pemeriksaan penunjang lain berupa foto
rontgen mastioid serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga.1
1.5 Tatalaksana OMSK
Tatalaksana OMSK berbeda antara OMSK tipe aman dan OMSK tipe bahaya.Terapi
OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang ulang. Sekret yang
keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Hal ini bisa terjadi karena satu atau
beberapa keadaan, yaitu:1
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
21/29
20
Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar.
Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.
Sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversibledalam rongga mastoid. Gizi dan higienis yang kurang
Prinsip OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret
yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan hydrogen
peroksida 3% selama 3 5 hari. Setelah sekret berkurang dilanjutkan terapi dengan
memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.Secara oral
diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau dapat diberikan eritromisin jika pasien
alergi penisilin.Pada infeksi yang dicurigai bakterinya dicurigai telah resisten terhadap
ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.1
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan,
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.1
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan infeksi masih tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin
juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi, atau tonsilektomi.1
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi, dengan
atau tanpa timpanoplasti.Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan
terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal
retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.1
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad
antrum.Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya
disertai infeksi kronis di rongga mastoid.Infeksi rongga mastoid dikenal dengan
mastoiditis.Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.1
Berikut pedoman tatalaksana OMSK :
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
22/29
21
1.6 Jenis Pembedahan Pada OMSK
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau bahaya, antara lain:1
Mastoidektomi sederhana
Mastoidektomi radikal
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Miringoplasti
Timpanoplasti
Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach timpanoplasty)
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
23/29
22
Jenis operasi yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi, atau kolesteatom,
sarana yang tersedia serta pengalaman operator.1
Mastoidektomi sederhana dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh.Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid
dari jaringan patologik.Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.1
Mastoidektomi radikal dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau
kolesteatoma yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga
tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi
satu ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial.Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.1
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy) dilakukan pada OMSK
dengan kolesteatoma di bagian atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga
mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah
untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan
pendengaran yang masih ada.1
Miringoplasti merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan.Rekonstruksi hanya
dilakukan pada membran timpani.Tujuan operasi ini ialah untuk mencegah berulangnya
infeksi telinga tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap.1
Timpanoplasti adalah operasi yang dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan
kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan
pengobatan medikamentosa.Tujuan operasi ini ialah untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran.Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali
harus rekonstruksi tulang pendengaran.1
Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (combined approach tympanoplasty)
merupakan operasi timpanolasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe bahaya atau OMSK
tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ini untuk menyembuhkan
penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (
tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga)1
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
24/29
23
II. KELUMPUHAN NERVUS FASIALIS PERIFER
2.1Definisi
Kelumpuhan n. fasialis (nervus VII) merupakan kelumpuhan otot-otot wajah. Pasien
tidak dapat atau kurang dapat menggerakkan otot wajah, sehingga wajah tampak tidak
simetris. Dalam menggerakkan otot ketika menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi
tampak sekali wajah pasien tidak simetris.2
2.2Anatomi
n. fasialis merupakan saraf cranial terpanjang yang berjalan di dalam tulang, sehingga
sebagian besar kelainan n. fasialis terletak di dalam tulang temporal. N. fasialis terdiri dari 3komponen, yaitu komponen motoris, sensoris dan parasimpatis.2 Komponen motoris
mensarafi otot wajah, kecuali m. levator palpebra superior.Selain otot wajah n. fasialis juga
mensarafi m. stapedius dan venter posterior m. digastrikus.2Komponen sensoris mensarafi
duapertiga anterior lidah untuk mengecap, melalui n. korda timpani.2Komponen parasimpatis
memberikan persarafan pada glandula lakrimalis, glandula submandibula dan glandula
lingualis.2n. fasialis mempunyai dua inti, yaitu inti superior dan inti inferior. Inti superior
mendapat persarafan dari korteks motor secara bilateral, sedangkan inti inferior hanyamendapat persarafan dari satu sisi. Serabut dari kedua inti berjalan mengelilingi ini (nucleus)
nervus abdusen (n. VI), kemudian meninggalkan pons bersama-sama dengan n. VIII (nervus
koklea) dan nervus intermedius (Whrisberg), masuk ke dalam tulang temporal melalui porus
akustikus interus. Setelah masuk ke dalam tulang temporal, n. VII (n. fasialis) akan berjalan
dalam suatu saluran tulang yang disebut kanal Fallopi.2
Dalam perjalanan di dalam tulang temporal, n. VII dibagi 3 segmen, yaitu segmen
labirin, segmen timpani dan segmen mastoid.2
Segmen labirin terletak antara akhir kanal akustik internus dan ganglion
genikulatum.Panjang segmen ini 2-4 milimeter.2
Segmen timpani (segmen vertical) terletak diantara bagian distal ganglion
genikulatum dan berjalan ke arah posterior telinga tengah, kemudian naik ke arah tingkap
lonjong (fenestra ovalis) dan stapes, lalu turun dan kemudian terletak sejajar dengan kanal
semisirkularis horizontal. Panjang segmen ini kira-kira 12 milimeter.2
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
25/29
24
Segmen mastoid (segmen vertical), mulai dari dinding medial dan superior kavum
timpani.Perubahan posisi dari segmen timpani menjadi segmen mastoid, disebut segmen
pyramidal atau genu eksterna. Bagian ini merupakan bagian paling posterior dari n. VII,
sehingga mudah terkena trauma pada saat operasi.Selanjutnya segmen ini berjalan ke arah
kaudal menuju foramen stilomastoid. Panjang segmen ini 15-21 milimeter.2
Setelah keluar dari dalam tulang mastoid, n. VII menuju ke glandula parotis dan
membagi dini untuk untuk mensarafi otot-otot wajah.2
Di dalam tulang temporal, n. VII memberikan 3 cabang penting, yaitu nervus petrosus
superior mayor, nervus stapedius dan korda timpani.2
Nervus petrosus superior mayor yang keluar dari ganglion genikulatum.Sarafmemberikan rangsang untuk sekresi pada kelenjar lakrimalis.Nervus stapedius yang
mensarafi muskulsu stapedius dan berfungsi sebagai peredam suara.Korda timpani yang
memberikan serabut perasa pada duapertiga lidah bagian depan.2
Beikut gambaran perjalanan nervus fasialis :
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
26/29
25
2.3Etiologi Kelumpuhan n. Fasial is
Penyebab kelumpuhan n. fasialis mungkin congenital, infeksi, tumor, trauma,
gangguan pembuluh darah, dan idiopatik. Biasanya kelumpuhan yang didapat sejak lahir
(congenital) bersifat irreversible dan terdapat bersamaan dengan anomaly pada telinga dan
tulang pendengaran.2
Sebagai akibat proses infeksi di intracranial atau infeksi telinga tengah, dapat
menyebabkan kelumpuhan n.fasialis. infeksiintrakranial yang menyebabkan kelumpuhan ini
sindrom Ramsey-Hunt, herpes optikus, dan infeksi telinga tengah yang dapat menyebabkan
kelumpuhan n. fasialis adalah otitis media supuratif kronis yang telah merusak kanal fallopi.2
Selain itu nervus fasialis juga dapat terkena oleh karena penyebaran infeksi langsungke kanalis fasialis pada otitis media akut.Pada otitis media kronis, kerusakan terjadi oleh erosi
tulang oleh kolesteatom atau oleh jaringan granulasi, disusul oleh infeksi ke dalam kanalis
fasialis tersebut.2
Pada otitis media akut operasi dekompresi kanalis fasialis tidak diperlukan.Perlu
diberikan antibiotika dosis tinggi dan terapi penunjang lainnya, serta menghilangkan tekanan
di dalam kavum timpani dengan drainase.Bila dalam jangka waktu tertentu ternyata tidak ada
perbaikan setelah diukur dengan elektrodiagnostik, barulah dipikirkan untuk melakukan
dekompresi.3
Pada otitis media supuratif kronis, tindakan dekompresi harus segera dilakukan tanpa
harus menunggu pemeriksaan elektrodiagnostik.3
Selain itu fraktur pars petrosa os temporal oleh karena trauma kepala dapat
menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis.2
Etiologi kelumpuhan nervus fasialis ini kadang-kadang tidak jelas
(idiopatik).Kelumpuhan ini disebut juga bells palsy.2
2.4Penatalaksanaan
Pengobatan terhadap kasus parese nervus fasialis dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:2
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
27/29
26
1. Pada kasus dengan gangguan hantaran ringan dan fungsi motor masih baik
pengobatan ditujukan untuk menghilangkan edema saraf dengan menggunakan obat
obatan sepert anti edem, vasodilatansia, dan neurotro-nika.
2. Pada kasus dengan gangguan hantaran berat atau sudah terjadi denervasi total
tindakan operatif segera harus dilakukan dengan teknik dekompresi nervus fasialis
transmastoid.
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
28/29
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi Efiaty A,
Iskandar Nurbaiti; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. 6 th
ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.69-74.
2. Sjarifuddin, Bashiruddin J, Bramantyo B. Kelumpuhan Nervus Fasialis Perifer. In:
Soepardi Efiaty A, Iskandar Nurbaiti; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok. 6thed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.114-117.
3. Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. Komplikasi Otitis Media Supuratif. In: Soepardi
Efiaty A, Iskandar Nurbaiti; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok. 6thed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.80
-
8/12/2019 Long Case OMSK THT
29/29
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi Efiaty A,
Iskandar Nurbaiti; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. 6 th
ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.69-73.
2. Van David C. ENT Emergencies Disorders of The Ear, Nose, Sinuses, Oropharynx,
and Mouth. In: Stone C, Humprhries R; editors. Current Emergency Diagnosis and
Treatment. 4th
ed. Philadelphia: McGraw Hill Publishing; 2004. p.348-50.3. Johnson Jonas T, Ferguson Berylin J. Paranasal Sinuses. In: Cummings CW,
Frederickson JM, Harker LA, Krause CJ, Richardson M; editors. Otolaryngology-
Head and Neck Surgery. Missouri: Mosby; 1998. p.1059-118.
4. Handley John G, Tobin Evan, Tagge Bryan. The Nose and Paranasal Sinuses. In:
Rakel Robert E; editor. Textbook of Family Practice. 6 th ed. Philadelphia: WB
Saunders Company; 2001. p.446-53.
5.
Mangunkusumo Endang, Rifki Nusjirwan. Sinusitis. In: Soepardi Efiaty A, IskandarNurbaiti; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. 6th ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.150-4.
6. Adams G, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT (BOIES
Fundamentals of Otolaryongology). 6thed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
1997. p.240-60.