LO 13 5.docx
-
Upload
galuh-panji-rakasiwi -
Category
Documents
-
view
92 -
download
0
Transcript of LO 13 5.docx
1.
LO 1
Berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasi resin komposit, sistem adhesif
dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu :
1. Total-etch adhesive system
Memerlukan pencucian pada permukaan yang dietsa, antara lain :
a. Three-step total-etch adhesive
Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap etching/conditioning,
dilanjutkan dengan tahap priming, dan terakhir tahap bonding yaitu
aplikasi dengan resin adhesif. Bahan primer dan adhesif berada dalam
keadaan terpisah (two-bottle component). Bahan ini merupakan sistem
adhesif generasi ke-4.
Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan menggunakan
asam phosphor 40% selama 15 sampai 20 detik. Untuk mencegah kolaps,
permukaan harus dibuat lembab. Namun, pelembaban dentin sulit
dilakukan dengan benar karena menyebabkan perlekatan yang terbentuk
lebih rendah dari perleakayan ideal jika dentin terlalu basah atau terlalu
kering.
b. Two-step total-etch adhesive
Bahan primer dan adhesif digabung dalam satu kemasan (single-
bottle component atau one-bottle system), sehingga terdiri dari dua tahap
aplikasi yaitu tahap etching dan rinsing yang menggunakan bahan
gabungan primer dan resin adhesif. Bahan ini merupakan sistem adhesif
generasi ke-5.
Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan dengan asam
phosphor 35% sampai 37% selama 15 sampai 20 detik.
2. Self-etch adhesive system
Tidak memerlukan tahap pencucian pada permukaan yang dietsa. Bahan etsa
dan primer digabung menjadi satu (konsep self-etch primer), antara lain :
a. Two-step self-etch adhesive
Terdiri dari dua tahap aplikasi self-etch primer, kemudian
dilanjutkan dengan tahap aplikasi resin adhesive. Bahan ini merupakan
sistem adhesive generasi ke V.
Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan menggunakan
larutan aqueous berisi phenyl-P 20% di dalam HEMA 30%.
Keuntunganya adalah resiko kolapsnya kolage dapat dieliminasi.
Kerugiannya adalah larutan harus diperbarui secara terus menerus karena
formulasi liquidnya tidak dapat dikendalikan di tempatnya. Keaktifan
pengetsaan enamel dengan tepat, kurang dapat diramalkan dengan larutan
asam phosphor, karena asam yang digunakan lebih enak.
b. One-step self-etch adhesive (all in one)
Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu kemasan,
sehingga hanya terdiri satu tahap aplikasi. Bahan ini merupakan sistem
adhesif generasi ke-7.
One-step self-etch adhesive adalah alternatif sistem adhesif yang
menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah.
Tujuan aplikasi one-step self-etch adalah untuk memudahkan prosedur
restorasi dengan mengurangi langkah-langkah yang dibutuhkan dalam
prosedur bonding. Bahkan all-in-one adhesive tidak hanya mempermudah
proses perlekatan dengan mengeliminasi langkah, tetapi juga
mengeliminasi beberapa sensitivitas teknik pada sistem total-etch.
LO 5
7.3 Tahapan Preparasi Restorasi Resin Komposit
1. Tahapan Isolasi
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi
saliva dan lidah akan menggangu penglihatan. Gingiva yang berdarah adalah
masalah yang harus diatasi sebelum melakukan preparasi. Beberapa metode
tepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan
kapas atau cotton roll, dan isolator karet atau rubber dam (Baum, 1997)
a. Saliva Ejector
Alat ini mempuyani diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva
yang tertumpuk di dalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya
dari diletakkan didasar mulut. Pada posisi ini terkadang membuat pasien
tidak nyaman karena diletakkan terus menerus di dasar mulut, di bawah
tekanan negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan
menimbulkan lesi jaringan lunak.
Gambar 1. Saliva ejector (http://www.rushsupplies.com/images/Saliva Ejectors)
Gambar 2. Penggunaan Saliva ejector(htpp://Blog dentalsuction.wordpress.com )
b. Gulungan Kapas atau Cotton Roll
Cotton roll yang digunakan di kedokteran gigi memiliki beberpa
ukuran panjang dan besar. Namun yang sering digunakan adalah cotton roll
nomor 2 dengan panjang 112
inchi dan diameter 38
inchi. Cotton roll dapat
menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi jangka pendek
pada rongga mulut. Biasanya cotton roll harus sering diganti karena akan
sering terbashi oleh saliva. Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector
efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002)
c. Isolator karet atau Rubber Dam
Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari
rubber dam. Lembaran karet ini dengan gigi-gigi yang menonjol melalui
lubang pada lembaran itu memnerikan isolasi yang positif dan jangka
panjang pada gigi yang perlu dirawat. Penggunaan dari rubber dam
merupakan keharusan untuk prosedur operatif. Rubber dam terdiri dari 2
bagian yaitu isolator karet dan klem.
Gambar 3. Rubber Dam(http:// dentallecnotes.blogspot.com )
1. Pembersihan Gigi
Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur
dengan air. Bila ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu.
2. Tahap preparasi
Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel
selebar 2-3 mm dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut
450 Gigi dengan karies dibersihkan dengan diamond fissure bur atau
excavator, kemudin dibuat bevel seperti di atas.
Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies.
Untuk kasus kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena
ridge ini tidak didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial sedapat
mungkin dipertahankan mengingat samapai saat ini tak satupun warna bahan
restorasi yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal memang
lebih menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan
karena akan menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung
bisa dilakukan jika gigi tetangganya tidak ada.
Isolator Klem
Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas
atau outline form. Ragangan pada kasus ini hanaya dibuat berdasarkan
perluasan kariesnya yang mengenai email dan dentin. Semua email dan dentin
yang sebenarnya tidak terserang kaires tetapi kelihatannya sudah lemah harus
dihilangkan. Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau
extension for prevention.
Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatan bevel tidak perlu
dilakukan karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari
kontak dengan gigi tetan pada tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah
menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur retensi khusus. Bentuk
retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya apakah
kecil atau besar Retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat di
dnding gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding
insisal. Pada restorasi plastis kommposit proses pengetsaan juga merupakan
suatu retensi mekanis. Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya
perlu dilakukan pengecekan tepi kavitas agar tidak ada email dan dentin
karies yang tersisa sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya
adalah pembersihan kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan
aquadest steril dan kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa
lagi dari berbagai aspek sebelum dilakukan penumpatan.
3. Pemberian Liner/ Basis
Basis adalah lapisan tipis yang diletakkan antara dentin dan atau pulpa
dengan restorasi. Perbedaan antara basis dan liner adalah ketebalan dan hal
yang mampu ditahannya. Jika basis dengan ketebalan yang lebih daripada
liner mampu menahan tekanan mekanik dari bahan restorasi selain juga
sebagai penahan termal, listrik dan kimiawi.
Pada restorasi resin komposit, perlu diplikasikan basis atau liner karena
sifat dari resin itu sendiri yang iritan terhadap pulpa sehingga perlu adanya
perlindungan sehingga bahan restorasi resin komposit ini tidak secara
langsung mengenai struktur gigi. Bahan basis atau liner yang biasanya
digunakan adalah kalsium hidroksida, terutama karies yang hampir mencapai
pulpa, karena sifatnya yang mampu merangsang pembentukan dentin
sekunder. Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) sebagai liner berbentuk suspensi
dalam liquid organik seperti methyl ethyl ketone atau ether alcohol atau dapat
juga dalam larutan encer seperti methyl cellusose yang berfungsi sebagai
bahan pengental.
Liner ini diaplikasikan dalam konsistensi encer yang mengalir sehingga
mudah diaplikasikan ke permukaan dentin. Larutan tersebut menguap
meninggalkan sebuah lapisa tipis yang berfungsi memberikan proteksi pada
pulpa di bawahnya.Selain liner, perlindungan lain dapat berupa basis. Basis
yang dapat digunakan adalah basis dari kalsium hidroksida, semen ionomer
kaca, dan seng fosfat. Sebagai basis, kalsium hidroksida berbentuk pasta yang
terdiri dari basis dan katalis. Basisnya terdiri dari calcium tungstate, tribasic
calcium phosphate, dan zinc oxide dalam glycol salycilate. Katalisnya terdiri
dari calcium hydroxide, zinc oxide, dan zinc stearate dalam ethylene toluene
sulfonamide. Basis kalsium hidroksida yang diaktivasi dengan sinar biasanya
mengandung calcium hydroxide dan barium sulfate yang terdispersi dalam
resin urethane dimethacrylate. Kalsium hidroksida sebagai basis mempunyai
kekuatan tensile dan kompresi yang rendah . dibandingkan dengan basis
dengan kekuatan dan rigiditas yang tinggi. Karena itulah, kalsium hidroksida
tidak diperuntukkan untuk menahan kekuatan mekanik yang besar, biasanya
jika digunakan untuk memberikan tahanan terhadap tekanan mekanik, harus
didukung oleh dentin yang kuat. Untuk memberikan perlindungan terhadap
termis, ketebalan lapisan yang dianjurka tidak lebih dari 0,5 mm. keuntungan
dari penggunaan kalsium hidroksida adalah sifat terapeutiknya yang mampu
merangsang pembentukan dentin sekunder.
4. Tahap etsa asam
1) Ulaskan bahan etsa (asam phospat 30%-50%) dalam bentuk gel/cairan
dengan pinset dan gulungan kapas kecil (cutton pellet) pada permukaan
enamel sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas (pada bagian bevel).
2) Pengulasan dilakukan selama 30 detik dan jangan sampai mengenai
gusi.
3) Dilakukan pencucian dengan air sebanyak 20 cc, menggunakan syiring.
4) Air ditampung dengan tampon atau cotton roll.
5) Setelah pencucian gigi dikeringkan dengan semprotan udara sehingga
permukaan tampak putih buram.
5. Tahap bonding
Ulaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush kecil
pada permukaan yang telah di etsa . Ditunggu ± 10 detik sambil di semprot
udara ringan di sekitar kavitas (tidak langsung mengenai kavitas) .Kemudian
dilakukan penyinaran selama 20 detik.
Saat ini, pemakaian bahan adhesif pada dentin telah meluas ke seluruh
dunia dan perkembangannya pun bervariasi didasarkan pada tahun
pembuatan, jumlah kemasan dan sistem etsa. Berdasarkan tahun pembuatan,
bahan adhesif dibagi mulai dari generasi I sampai pada generasi VII.
Generasi I dan II mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an dan 1970-an
yang tanpa melakukan pengetsaan pada enamel, bahan bonding yang dipakai
berikatan dengan smear layer yang ada. Ikatan bahan adhesif yang dihasilkan
sangat lemah (2 MPa-6MPa) dan smear layer yang ada dapat menyebabkan
celah yang dapat terlihat dengan pewarnaan pada tepi restorasi.
Generasi III mulai diperkenalkan pada tahun 1980-an, mulai
diperkenalkan pengetsaan pada dentin dan mulai dipakai bahan primer yang
dibuat untuk dapat mempenetrasi ke dalam tubulus dentin dengan demikian
diharapkan kekuatan ikatan bahan adhesif tersebut menjadi lebih baik.
Generasi III ini dapat meningkatkan ikatan terhadap dentin 12MPa–15MPa
dan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kegagalan batas tepi bahan
adhesif dan dentin (marginal failure). Tetapi seiring waktu tetap terjadi juga
kegagalan tersebut.
Generasi IV mulai diperkenalkan awal tahun 1990-an. Mulai dipakai
bahan yang dapat mempenetrasi baik itu tubulus dentin yang terbuka dengan
pengetsaan maupun yang telah mengalami dekalsifikasi dan juga berikatan
dengan substrat dentin, membentuk lapisan “hybrid”. Fusayama dan
Nakabayashi menyatakan bahwa adanya penetrasi resin akan memberikan
kekuatan ikatan yang lebih tinggi dan juga dapat membentuk lapisan pada
permukaan dentin. Kekuatan ikatan bahan adhesif ini rendah sampai dengan
sedang sampai dengan 20 MPa dan secara signifikan dapat menurunkan
kemungkinan terjadinya celah marginal yang lebih baik daripada sistem
adhesif sebelumnya. Sistem ini memerlukan teknik pemakaian yang sensitif
dan memerlukan keahlian untuk dapat mengontrol pengetsaan pada enamel
dan dentin. Cara pemakaiannya cukup rumit dengan beberapa botol sediaan
bahan dan beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan.
Generasi V mulai berkembang pada tahun 1990-an. Pada generasi ini
bahan primer dan bonding telah dikombinasikan dalam satu kemasan. Pada
generasi ini juga mulai diperkenalkan pemakaian bahan adhesif sekali pakai.
Generasi VI mulai berkembang pada akhir tahun 1990-an awal tahun 2000,
pada generasi ini mulai dikenal pemakaian “self etching” yang merupakan
suatu terobosan baru pada sistem adhesif.
Pada generasi VI ini tahap pengetsaan tidak lagi memerlukan pembilasan
karena pada generasi ini telah dipakai acidic primer, yaiu bahan etsa dan
primer yang dikombinasikan dalam satu kemasan.
Generasi VII mulai berkembang sekitar tahun 2002, generasi ini juga
dikenal sebagai generasi ”all in one” adhesif, dikatakan demikian karena pada
generasi VII ini bahan etsa, primer dan bonding telah dikombinasikan dalam
satu kemasan saja, sehingga waktu pemakaian bahan adhesif generasi VII ini
menjadi lebih singkat.
Berdasarkan jumlah kemasan atau tempat penyimpanan, bahan adhesif
dibagi menjadi tiga yakni sistem tiga botol, dua botol dan satu botol. Pada
sistem tiga botol, bahan adhesif terdiri dari tiga botol bahan yang terpisah
yakni etsa, primer dan bonding. Sistem ini diperkenalkan pertama kali tahun
1990-an. Sistem ini menghasilkan kekuatan ikatan yang baik dan efektif.
Namun, kekurangan sistem ini adalah banyaknya kemasan yang ada di meja
unit dan waktu pemakaian yang lama dikarenakan sistem ini yang terdiri dari
tiga botol dan tidak praktis.
Sistem bahan adhesif lainnya yakni sistem dua botol yang terdiri dari dua
botol bahan yang terpisah yakni satu botol bahan etsa dan satu botol yang
merupakan gabungan antara primer dan bonding. Saat ini, sistem in
merupakan bahan adhesif yang paling banyak digunakan di praktek dokter
gigi. Hal ini dikarenakan sistem ini lebih simpel dan waktu pemakaiannya
lebih cepat. Disamping itu, ikatan yang dihasilkan cukup kuat.
Sistem bahan adhesif terakhir yakni sistem satu botol yang hanya terdiri
satu botol yang merupakan gabungan etsa, primer dan bonding. Sistem ini
merupakan sistem bahan adhesif yang terakhir kali keluar. Kelebihan sistem
ini adalah waktu pemakaian yang lebih cepat dan mudah pengaplikasiannya
dibandingkan dengan sistem bahan adhesif lainnya. Namun, kekurangan
sistem ini adalah kekuatan ikatan yang dihasilkan lebih rendah.
6. Tumpatan Resin Komposit
Cara penumpatan kavitas di servikal gigi serupa dengan penumpatan
kavias oklusal. Walaupun tumpatannya nanti tidak akan menerima tekanan
kunyah oklusal, tekanan kondensasi tetap harus memadai agar alur-alur
retensi terisi dengan baik, sehingga tumpatan dapat bertahan lama.
Pengukiran pada tahap yang dini dapat dilakukan dengan sonde, kalau sudah
terlambat dengan alat Ward atau Hollenbach.
Hendaknya bentuk anatomi permukaan servikal dapat dikembalikan, dan
untuk itu dapat degunakan dengan pengukir dengan bilah cembung misalnya
pengukir Ward atau Hollenbach. Pengukiran dilakukan dengan jalan
mengukir tepi oklusal dan tepi gingival sendiri-sendiri sehingga terbentuknya
permukaan yang cekung dapat dicegah. Tumpatan lebih baik dibuat sedikit
cekung daripada overkontur kea rah gingival sebab hal ini akan menyebabkan
akumulasi plak dan merangsang timbulnya gingivitis.
7. Tahap finishing dan polishing komposit
Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi.
Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi
mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar
telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal.
Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :
1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12
atau12b atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide,
anodized aluminium, atau nikel titanium.
2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai
tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal
dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.
a. Diamond dan carbide burs
Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin
komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan
restorasi.
b. Discs
Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive
dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk
terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa
digunakan secara berurutan saat melakukan finishing dan polishing.
c. Impregnated rubber points dan cups
Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar
digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang
halus efektif untuk membuat permukaan menjadi halus dan berkilau.
Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat
permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk bentuk
permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada
lingual gigi anterior
d. Finishing stips
Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin
gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk
metal dan plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses
yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhati-hati
karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin.
Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing.
Juga tersedia dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat
digunakan secara berurutan (wordpress, 2009).
Prosedur finishing dan polishing resin komposit:
1. sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses
di area proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan
proksimal dari resin komposit.
2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin
komposit pada aspek distal
3. alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk
polishing permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.
4. finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal
5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk
menghaluskan permukaan oklusal restorasi
6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau
polishing permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal.
7.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk
restorasi sesuai dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh
hasil yang maksimal.
2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti taktil,
kontak dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi
antagonisnya.
Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti
warna permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.