Lkt Djarum 09- Lisa Narulita-umm
-
Upload
lisa-narulita -
Category
Documents
-
view
1.163 -
download
0
description
Transcript of Lkt Djarum 09- Lisa Narulita-umm
JUDUL MAKALAH
TEROBOSAN BARU MEMPERKECIL KANDUNGAN KARBONDIOKSIDA
DI UDARA MENGGUNAKAN STEK DAUN LIDAH MERTUA
(Pemanfaatan Sansevieria trifasciata Prain untuk Menangani Pemanasan
Global)
TEMA MAKALAH
TEKNOLOGI (IPTEK) BIOLOGI DAN PERTANIAN
NAMA PENULIS : LISA NARULITA
NIM : 06040026
UNIVERSITAS : UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH
MALANG (RSO SURABAYA)
TINGKAT KEMAHASISWAAN : SEMESTER VI (FARMASI)
ALAMAT : Jln. SUMBER SARI GANG V NO 385A
MALANG
No.Hp 085230237212
1
ABSTRAK
Pemanasan global (global warming) merupakan peningkatan suhu dari tahun ke tahun yang dikhwatirkan, sebab semua es di kutub akan lenyap karena mencairnya. Oleh karena itu, upaya yang bisa dilakukan dengan meminimalkan karbon dioksida (CO2), karena karbon dioksida (CO2) sebagai kontributor terbesar (63%) terhadap terjadinya pemanasan global. Hal ini disebabkan karena karbon dioksida bersama polutan lainnya (metana, dinitro oksida, dan lain – lain), akan membentuk gas rumah kaca, yang pada umumnya disebut efek rumah kaca. Sedangkan karbon monoksida (CO) dalam udara bebas akan teroksidasi menjadi karbon dioksida (CO2). Sehingga, tujuan menulis karya tulis ini adalah untuk menawarkan salah satu upaya yang efektif dan efisien yaitu dengan memanfaatkan tanaman hias seperti penanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain) yang mampu mengikat karbon dioksida sehingga dapat mencegah akumulasi karbon dioksida (CO2) secara berlebihan dan diharapkan mampu mengurangi efek rumah kaca. Sansevieria, pada maka ruangan dengan luas 25 m2 atau 250.000 cm2 hanya membutuh dukungan 1750 cm2, yaitu sekitar 0,07% untuk mengikat karbon dioksida CO2 di udara.
Lidah mertua (Sanseviera trifasciata Prain) memiliki keistimewaan menyerap bahan beracun seperti karbon dioksida, benzenue, formaldehyde, dan trichloroethylene. Mekanisme tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain) dalam mengikat polutan seperti gas karbon dioksida (CO2) dengan cara fotosintesis, disebut juga sebagai asimilasi karbon. Fotosintesis merupakan kombinasi dari karbon dioksida (CO2) dan air yang menghasilkan karbohidrat (glukosa) serta oksigen dengan bantuan energi cahaya matahari. Oksigen bebas dilepaskan sebagai gas dari penguraian molekul air, sedangkan hidrogen dipisahkan menjadi proton dan elektron, dan digunakan untuk menghasilkan energi kimia melalui fotofosforilasi. Energi ini diperlukan untuk fiksasi karbon dioksida pada siklus kalvin untuk membentuk glukosa. Glukosa yang dihasilkan kemudian digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Sehingga karbon dioksida yang dilepaskan oleh tanaman diambil kembali untuk diubah menjadi energi. Jadi lidah mertua memiliki keistimewaan menyerap bahan beracun secara terus – menerus sepanjang hidupnya. Guna memaksimalkan fungsi tanaman tersebut dengan metode menanamkan stek lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain). Penanaman dianjurkan pada tempat beresiko tercemar polusi udara seperti urban farming (di pinggir jalan raya, di area pabrik, serta di dalam ruangan seperti kantor atau rumah ) dan agraris farming (lahan pertanian di indonesia).
Kata kunci: Sansevieria trifasciata, karbondioksida, pemanasan global.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pemanasan global (Global Warming) isu global yang semakin sering di
dengungkan oleh berbagai pihak belakangan ini. Tetapi porsi penangan dan
tanggapan topik belum teralaksasi pada tiap negara karena mendesak dan masih
sangat minim penangannya. Peningkatan suhu yang dari tahun ketahun yang di
khwatirkan karena hampir semua es di kutub akan lenyap. Hal tersebut merupakan
ancaman terbesar sebab ada Para ilmuwan mengakui bahwa ada faktor-faktor kunci
yang tidak mereka ikutkan dalam model prediksi yang ada. Dengan menggunakan
data es terbaru serta model prediksi yang lebih akurat, Dr. H. J. Zwally, seorang ahli
iklim NASA membuat prediksi baru yang sangat mencengangkan sebab hampir
semua es di kutub utara akan lenyap pada akhir musim panas 2012. (Agus R. dan
Rudy S, 2007)
Pemanasan global disebabkan dari penumpukkan emisi gas rumah kaca
seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida yang dihasilkan oleh penghuni
dunia saat ini mulai dari penggunaan produk-produk berteknologi hingga dari sektor
peternakan (Herhar, 2009). Antara lain polutan yang berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) pada industri energi (pembangkit listrik) dan
pada asap kendaraan bermotor, maupun asap rokok yang mengandung gas – gas
beracun seperti karbon monoksida (CO), timbal (Pb), dinitro oksida (N2O), dan lain –
3
lain yang berbahaya bagi manusia maupun lingkungan sekitar. Salah satu contoh,
yaitu gas karbon monoksida (CO) yang banyak terdapat pada asap kendaraan
bermotor maupun asap rokok. Jika terhirup oleh manusia lalu masuk ke dalam
pembuluh darah (sirkulasi sistemik), maka karbon monoksida akan berikatan dengan
hemoglobin membentuk karboksihemoglobin (COHb). Afinitas hemoglobin terhadap
karbon monoksida 210 kali lebih besar dibandingkan afinitasnya terhadap oksigen
dan COHb sangat lambat melepaskan karbon monoksida. (Widjajakusumah, 2003)
Pencemaran udara (polution) di Indonesia sangat memprihatinkan. Udara
bersih sangat sulit didapatkan tidak hanya di luar ruangan (outdoor) tetapi juga di
dalam ruangan (indoor). Hal ini disebabkan adanya gas gas beracun yang berasal dari
asap kendaraan bermotor dan asap rokok serta adanya mikroorganisme merugikan di
udara. Karbon monoksida (CO) dalam udara bebas akan teroksidasi menjadi karbon
dioksida (CO2). karbon dioksida sebagai kontributor terbesar (63%) terhadap
terjadinya pemanasan global. Hal ini disebabkan karena karbon dioksida bersama
polutan lainnya (metana, dinitro oksida, dan lain – lain), akan membentuk gas rumah
kaca sehingga panas matahari tidak dapat dipantulkan ke angkasa dan terperangkap di
dalam bumi yang pada akhirnya menyebabkan pemanasan global dan perubahan
iklim. ( Ujang, 2007)
Sansevieria termasuk tanaman hias yang sering disimpan di
dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi
dengan sedikit air dan cahaya matahari. Daun tumbuhan ini tebal
4
dan banyak mengandung air (sukulen). Oleh karena itu, Sansevieria
sangat tahan kekeringan. Sekitar 40 persen air saja yang diperlukan
tanaman ini untuk tumbuh, akan tetapi, dalam kondisi lembap atau
basah, Sansevieria juga bisa tumbuh subur. ( Rikara D, 2007)
Keistimewaan Sansevieria adalah memiliki daya adaptasi
yang tinggi terhadap lingkungannya. Penelitian yang dilakukan
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah menemukan bukti-
bukti bahwa tanaman ini secara alami mampu memerangi Sick
Building Syndrome yaitu salah satu fenomena gangguan kesehatan
yang berkaitan dengan kualitas udara dalam ruangan. Fenomena
tersebut gejala awalnya adalah sakit tenggorokan berkepanjangan,
badan cepat letih, dan iritasi pada mata (Utami E, 2007).
Sansevieria mampu memberikan udara segar pada suatu ruangan
karena sepanjang hidupnya tanaman ini terus-menerus menyerap
zat berbahaya di udara. Sanseveria sangat tahan terhadap polutan
(Rikara D, 2007). Selain sebagai anti polutan terhadap asap rokok,
sansevieria juga mampu menyerap carbon dioxide, benzene,
formaldehyde, dan trichloroethylene. (Franz J.B, 2008)
Penelitian yang dilakukan NASA selama 25 tahun
menunjukkan bahwa Sansevieria mampu menyerap lebih dari 107
unsur polutan berbahaya yang terdapat di udara sebab Sansevieria
5
mengandung bahan aktif pregnane glikosid, yang berfungsi untuk
mereduksi polutan menjadi asam organik, gula dan asam amino,
dengan demikian unsur polutan tersebut jadi tidak berbahaya lagi
bagi manusia. Sansevieria juga menjadi objek penelitian tanaman
penyaring udara NASA untuk membersihkan udara di stasiun ruang
angkasa. Sebagai tambahan, berdasarkan riset dari Wolfereton
Environmental Service, kemampuan setiap helai daun Sansevieria
bisa menyerap 0.938 mikrogram per jam formaldehyde. Bila
disetarakan dengan ruangan berukuran 75 meter persegi cukup
diletakkan Sansevieria dengan 4 helai daun (syariefa E, 2008). Riset
lainnya dapat disimpulkan bahwa untuk ruangan seluas 100 m3
cukup ditempatkan Sansevieria trifasciata-laurentii dewasa berdaun
5 helai agar ruangan tersebut bebas polutan. Ciri spesifik yang
jarang ditemukan pada tanaman lain, diantaranya mampu hidup
pada rentang suhu dan cahaya yang banyak ( Sansevieria-indogallery,
2007).
Sansivieria umumnya diperbanyak dengan cara setek potongan daun. Teknik
perbanyakan setek banyak dilakukan karena bahan induk yang digunakan relatif
sedikit dan dapat menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah yang besar. Tanaman
yang dihasilkan mempunyai beberapa kelebihan, yaitu keseragaman umur, ukuran,
6
tinggi, dan dapat memperoleh tanaman yang sempurna dalam waktu singkat
( Ramadiana, 2007)
B. RUMUSAN MASALAHAN
1. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk mencegah pemanasan global
khususnya menurunkan kandungan CO2 di udara?
2. Bagaimana mekanisme pengikatan CO2 oleh daun Lidah Mertua (Sansevieria
Trifasciata Prain)?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Menentukan usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah pemanasan
global khususnya menurunkan kandungan CO2 di udara?
2. Mempelajari mekanisme pengikatan CO2 dari udara oleh Daun Lidah Mertua
(Sansevieria Trifasciata Prain) ?
D. MANFAAT PENULISAN
1. Mendapatkan terobosan baru mengurangi kandungan CO2 di udara sehingga
membantu pencegah terjadinya efek pemanasan global
2. Data yang didapat dijadikan sebagai data awal untuk sektor pertanian baru
di indonesia karena penanaman stek daun lidah mertua (Sansevieria
Trifasciata Prain) sangat efektif dan efisien wujud kepedulian terhadap
pencegahan efek pemanasan global.
Karya tulis ini menawarkan salah satu upaya yang efektif dan efisien yaitu
dengan memanfaatkan tanaman hias seperti Lidah Mertua (Sansevieria
7
trifasciata Prain) yang mampu mengikat karbon dioksida guna mampu
mengurangi pemanasan global dengan metode stek lidah mertua (Sansevieria
trifasciata Prain). Selain itu, sebagai bentuk realisasi untuk mengembangkan
khasiat Sansevieria trifasciata Prain pada masyarakat indonesia dan kanca
internasional.
E. TELAAH PUSTAKA
1. Pencermaran Udara ( polutioan)
a. Pengertian Pencemaran Udara (Polution)
Pencemaran udara adalah kondisi menurunnya kualitas udara karena
terkontaminasi oleh berbagai macam zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang
membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-
kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas atau zat-zat di
atas batas kewajaran (Organisasi.org, 2006). Pencemaran udara adalah masuknya,
atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfer (udara) yang dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia,
8
serta menurunkan kualitas lingkungan. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana,
misalnya di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini sering disebut
pencemaran dalam ruangan (indoor pollution) misalnya asap rokok dan hasil
pembakaran oleh peralatan rumah tangga. Sementara pencemaran di luar ruangan
(outdoor pollution) berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan
proses alami oleh makhluk hidup. Pada prinsipnya, pencemaran udara adalah kondisi
udara yang mempunyai komposisi tidak ideal untuk digunakan atau dihirup oleh
makhluk hidup ( Sudrajad, 2005).
Ruangan yang terasa sejuk belum tentu bebas dari polusi. Udara di dalam
ruangan juga dapat dicemari oleh mikroorganisme antara lain bakteri, virus, dan
jamur. Menurut dr Hendrawati Utomo, MS, SpOk, spesialis okupasi yang juga ahli
masalah polusi udara dalam ruang, penyakit infeksi pernapasan akut yang disebabkan
bakteri, populer disebut sebagai legionella disease (penyakit legionella). Bakteri
legionella sangat umum di lingkungan dan terdapat di mana-mana ( Kompas, 2007 ).
b. Karbon dioksida
Gas pencemar dari udara yang paling berpengaruh bagi tubuh manusia adalah
gas karbon monoksida (CO). Gas CO jka terhisap oleh manusia melalui proses
pernafasan, kemudian gas CO tersebut akan ikut dalam aliran darah termasuk aliran
darah jantung. Bila di dalam darah terdapat gas CO, maka hemoglobin akan lebih
banyak terikat dengan CO, karena daya ikat CO dengan hemoglobin 200-250 kali
lebih kuat dari daya ikat oksigen dengan hemoglobin. Bila terdapat kadar CO yang
berlebihan dalam darah, maka pada akhirnya kadar oksigen dalam darah akan turun
9
dengan drastis ( Manohara L, 2007). Pada tubuh yang kekurangan oksigen dapat
menimbulkan terjadinya hipoksia. Akibatnya jaringan tubuh juga akan kekurangan
oksigen. Bila hipoksia menyerang otak, maka akan menimbulkan gangguan susunan
syaraf pusat yang disebut ensefalopati. Apabila mengenai jantung dan darah disebut
gangguan kardiovaskuler. Ikatan gas CO dengan hemoglobin disebut
karboksihemoglobin COHb. (Tanya dokter anda com, 2008)
Karbon monoksida (CO) dalam udara bebas akan teroksidasi menjadi karbon
dioksida (CO2). karbon dioksida sebagai kontributor terbesar (63%) terhadap
terjadinya pemanasan global. Hal ini disebabkan karena karbon dioksida bersama
polutan lainnya (metana, dinitro oksida, dan lain – lain), akan membentuk gas rumah
kaca sehingga panas matahari tidak dapat dipantulkan ke angkasa dan terperangkap di
dalam bumi yang pada akhirnya menyebabkan pemanasan global dan perubahan
iklim ( Ujang, 2007).
Karbon dioksida di atmosfer bumi dianggap sebagai gas kelumit dengan
konsentrasi sekitar 385 ppm berdasarkan volume dan 582 ppm berdasarkan massa.
Massa atmosfer bumi adalah 5,14×1018 kg, sehingga massa total karbon dioksida
atmosfer adalah 3,0×1015 kg 3.000 gigaton. (Wikipedia bahasa Indonesia).
Salah satu pernyataan dalam laporan terakhir Panel PBB untuk Perubahan
Iklim atau United Nation Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC),
sekretaris Jendral PBB Ban Ki Moon menghimbau pemerintah negara-negara di
seluruh dunia untuk melakukan aksi nyata mengatasi ancaman tersebut. Ia mengajak
10
para pengambil kebijakan untuk merespon temuan ini dalam konferensi perubahan
iklim di Bali yang digelar awal Desember 2007. (Valensia, 2007).
2. Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain)
a. Nama dan Klasifikasi
Nama Ilmiah : Sansevieria trifasciata Prain
Nama Umum : - Indonesia : Lidah Mertua
- Inggris : Sanseviera, Snake Plant, Mother In Law’s Tongue
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Liliidae
Ordo : Liliales
Famili : Agavaceae
Genus : Sansevieria
Spesies : Sansevieria trifasciata Prain.
Bahan Aktif : Pregnane glikosid iaitu 1 beta,3 beta-dihydroxypregna-5,16-dien-
20-one glikosid, Ruscogenin, Abamagenin, Neoruscogenin, sansevierigenin, Saponin.
b. Kandungan Kimia
11
Kandungan kimia lidah mertua (Sansevieria) di antaranya vitamin C, tanin,
glucogallin, gallic acid, ellagic acid, corilagin, terchebin, chebulagic, acid,
chebulinic acid, -3,6-digalloylglucose, mucid acid, phyllembic acid, dan emblicol
(Hariana, 2007)
c. Perbanyakan dan perawatan pertumbuhan
Sansivieria umumnya diperbanyak dengan cara setek potongan daun.
Teknik perbanyakan setek banyak dilakukan karena bahan induk yang digunakan
relatif sedikit dan dapat menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah yang besar.
Tanaman yang dihasilkan mempunyai beberapa kelebihan, yaitu keseragaman umur,
ukuran, tinggi, dan dapat memperoleh tanaman yang sempurna dalam waktu singkat.
Lidah mertua dirawat dengan disiram air yang secukupnya, di jaga kelembapab
tanahnya, dan pupuk dengan organik (Hariana, 2007).
BAB II
METODE PENULISAN
Karya tulis ini ditulis berdasarkan metode studi literatur yang
menguraikan prosedur secara cermat, meliputiyang menguraikan prosedur secara cermat,
meliputi :
a. Pengumpulan data atau informasi
b. Pengolahan data atau informasi
c. Analisis sintesis
12
d. Pengambilan kesimpulan
e. Perumusan saran atau rekomendasi
f. Penyusunan naskah
Dalam penyusunan karya tulis ini dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
A. Penelusuran Pustaka
Penelusuran pustaka merupakan landasan awal dalam penulisan suatu karya tulis.
Penelusuran pustaka ini dilakukan untuk memperoleh data atau informasi yang berkaitan
dengan penulisan karya tulis ini. Penelusuran
pustaka merupakan studi literatur, meliputi :
1) Pemanasan Global yang disebabkan polutan khususnya CO2
2) Kandungan kimia Lidah Mertua (Sansevieria).
3) Mekanisme karbo dioksida dalam Lidah Mertua (Sansevieria)
4) Metode perbanyakan (Sansevieria).
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun karya tulis, teknik pengumpulan data dilakukan melalui
penelitian kepustakaan yaitu metode pengumpulan data dengan mempelajari data
sekunder dan data tersier yang berkaitan dengan pemanasan global yang disebabkan
polutan khususnya karbon dioksida dan potensi Sanseveri memperkecil kandungan
karbondioksida di udara dengan memperbanyak (stek) lidah mertua (Sanseveria)
C. Analisis Data
13
Analisis data pada penyusunan karya tulis ini lebih diutamakan pada
pelurusan isu global tentang pemanasan global yang disebabkan polutan khususnya
karbon dioksida dan potensi Sanseveri memperkecil kandungan karbondioksida di
udara dengan memperbanyak (stek) lidah mertua (Sanseveria)
BAB III
PEMBAHASAN
a. Pemanasan Global Yang Disebabkan Polutan Khususnya Co2
Pemanasan global didefinisikan sebagai proses peningkatan suhu rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan di Bumi yang disebabkan dari penumpukkan emisi gas
rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida. Aktifitas industri
dan kendaraan bermotor menghasilkan gas karbon dioksida hasil pembakaran secara
bebas di udara, pemakaian alat elektronik seperti AC yang mengandung freon (CFC)
14
juga ikut menyumbang emisi gas rumah kaca. Dampaknya anatara lain mencairnya es
di kutub utara & selatan pemanasan global, meningkatnya level permukaan laut,
perubahan iklim atau cuaca yang semakin ekstrim, gelombang panas menjadi
semakin ganas, habisnya gletser sebagai sumber air bersih dunia serta menyebabkan
asidosis dan efek – efek merugikan pada metabolisme (Herhar, 2009).
Karbon monoksida (CO) dalam udara bebas akan teroksidasi menjadi karbon
dioksida (CO2). karbon dioksida sebagai kontributor terbesar (63%) terhadap
terjadinya pemanasan global. Hal ini disebabkan karena karbon dioksida bersama
polutan lainnya (metana, dinitro oksida, dan lain – lain), akan membentuk gas rumah
kaca sehingga panas matahari tidak dapat dipantulkan ke angkasa dan terperangkap di
dalam bumi yang pada akhirnya menyebabkan pemanasan global dan perubahan
iklim ( Ujang, 2007).
Siklus karbon adalah suatu proses yang mana carbon ini mengalami
perputaran dari udara, tanah, tanaman, binatang, dan bahan fosil. Carbon terbesar di
bumi ini terletak di atmosfer yaitu karbon dioksida (CO2). Siklus karbon dioksida
dilakukan oleh tanaman selama proses fotosintesis untuk membentuk molekul
organik (glukosa, sebagai makanan). Mereka mengeluarkan karbon dioksida ke udara
sebagai hasil dari proses respirasi. Pengurai di mana mereka mengolah bahan organik,
juga mengeluarkan karbon dioksida ke udara. Karbon juga dihasilkan oleh bahan fosil
(fosil) seperti batu bara, minyak tanah, dan gas alam. Ketika semua ini mengalami
pembakaran, maka karbon dioksida keluar ke udara. (Anonim, 2007).
15
Karbon di Atmosfer merupakn bagian terbesar dari karbon yang berada di
atmosfer Bumi adalah gas karbon dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini
merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya
sekitar 0,04% dalam basis molar, meskipun sedangmengalami kenaikan), namun
iamemiliki peran yang penting dalam menyokong kehidupan. Gas-gas lain
yangmengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloroflorokarbon atau CFC
(CFC ini merupakan gas artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah
kaca yang konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan
berperan dalam pemanasan global (Janzen, 2005).
Selama masa hidup kita, CO2 ditambahkan ke atmosfer oleh respirasi
tumbuhan, mikroorganisme, dan hewan, oleh pembakaran bahan bakar fosil, serta
oleh pembukaan lahan. Dalam kurun waktu geolegi (berlanjut sampai sekarang), CO2
ditambahkan ke atmosfer melalui semburan gunung api dan semburan mata air
mineral. Dalam jangka pendek, fotosintesis merupakan salah satu mekanisme
terpenting dalam pengambilan karbon dioksida dari atmosfer (Salisbury & Ross,
1995).
Tingginya kadar CO2 dapat mengurangi hilangnya energi yang disebabkan
oleh fotorespirasi. Tanaman tropis dengan jalur C4 hanya sedikit melakukan
fotorespirasi sebab kadar CO2 di dalam sel bersarangnya mempercepat reaksi
karboksilase dibandingkan dengan reaksi oksigenase. Pengaruh ini terutama penting
pada suhu tinggi. Distribusi geografis tanaman yang memiliki jalur ini memiliki
keuntungan pada lingkungan bersuhu tinggi dan bila banyak cahaya (Stryer, 1995).
16
b. Kandungan kimia Lidah Mertua (Sansevieria).
Kandungan kimia lidah Mertua (Sansevieria) di antaranya vitamin C, tanin,
glucogallin, gallic acid, ellagic acid, corilagin, terchebin, chebulagic, acid,
chebulinic acid, -3,6-digalloylglucose, mucid acid, phyllembic acid, dan emblicol
bahan aktif : Pregnane glikosid iaitu 1 beta,3 beta-dihydroxypregna-5,16-dien-20-
one glikosid, Ruscogenin, Abamagenin, Neoruscogenin, sansevierigenin, Saponin.
(Hariana, 2007).
Sansevieria mampu memberikan udara segar pada suatu ruangan karena
sepanjang hidupnya tanaman ini terus-menerus menyerap zat berbahaya di udara.
Sanseveria sangat tahan terhadap polutan (Rikara, 2007). Selain sebagai anti polutan
terhadap asap rokok, sansevieria juga mampu menyerap carbon dioxide, benzene,
formaldehyde, dan trichloroethylene (Franz J.B. 2008).
Penelitian yang dilakukan NASA selama 25 tahun menunjukkan bahwa
Sansevieria mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan berbahaya yang terdapat
di udara sebab Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid, yang
berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organik, gula dan asam amino
manusia, dengan demikian unsur polutan tersebut menjadi tidak berbahaya lagi bagi
beracun. (Rikara, 2007).
c. Mekanisme karbo dioksida dalam Lidah Mertua (Sansevieria)
Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain ) tersebut mengurangi kadar
karbon dioksida di atmosfer dengan melakukan fotosintesis, disebut juga sebagai
asimilasi karbon. Fotosintesis merupakan kombinasi dari karbon dioksida dan air
17
yang menghasilkan karbohidrat (glukosa) dan oksigen dengan bantuan energi cahaya
matahari (Poedjiadi, 2006).
Reaksi fotosintesis: 12H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2 + 6H2O
Oksigen bebas dilepaskan sebagai gas dari penguraian molekul air, sedangkan
hidrogen dipisahkan menjadi proton dan elektron, dan digunakan untuk menghasilkan
energi kimia melalui fotofosforilasi. Energi ini diperlukan untuk fiksasi karbon
dioksida pada siklus Kalvin untuk membentuk glukosa. Glukosa ini kemudian
digunakan untuk pertumbuhan tumbuhan melalui. Proses transport gas – gas dalam
tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi. Oksigen yang digunakan
dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui
ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya
dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam
ruang antar sel. Hal ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat
permeabel bagi kedua gas tersebut. (Poedjiadi, 2006).
Jalur metabolisme reaksi pembentukan glukosa dari CO 2 ini merupakan suatu
jalur metabolisme mendaur yang pertama kali diusulkan oleh M.Calvin, disebut daur
Calvin. Dalam tahap reaksi pertamanya 6 molekul CO 2 dari udara bereaksi dengan 6
molekul ribulosa 1,5-difosfat, dikatalis oleh enzim ribulosa difosfat karboksilase,
menghasilkan 2 molekul 3-fosfogliserat melalui pembentukan senyawa antara, 2-
karboksi 3-ketoribitol 1,5-difosfat.
18
CO 2 H 2 O
Ribulosa 1,5 difosfat 2-karboksi 3-ketoribitol 1,5-difosfat 3-fosfogliserat
Pada tahap reaksi kedua, 12 molekul 3-fosfogliserat diubah menjadi 12
molekul gliseral dehida 3-fosfat melalui pembentukan 1,3-difosfogliserat, dikatalis
oleh enzim fosfogliserat kinase dan gliseraldehidafosfat dehidrogenase, serta
menggunakan 12 ATP dan 12 NADPH.
ATP ADP NADPH + H NADP
3-fosfogliserat 3-fosfogliseroil fosfat gliseraldehida-3-fosfat
Tahap reaksi ketiga , 12 gliseraldehida 3-P diubah menjadi 3 molekul fruktosa 6-P
dengan melalui pembentukan senyawa dihidroksi aseton fosfat dan fruktosa 1,6
difosfat.
Gambar 1. Daur Calvin: Jalur mendaur metabolisme penambatan CO2
19
Fosfogliserat kinase
Gliseraldehida fosfat dehidrogenase
Reaksi tahap gelap cahaya pada proses fotosintesis.
Gambar 1. diatas menunjukkan ringkasan keseluruhan jalur metabolisme daur
Calvin. Dalam daur ini yang sangat menonjol adalah tahap reaksi penambatan CO 2 ,
reaksi yang menggunakan energi NADPH dan ATP dan reaksi yang menghasilkan
glukosa sebagai hasil akhir. Dalam reaksi penambatan CO2, ternyata dibutuhkan tiga
molekul ATP dan dua molekul NADPH untukm mereduksi satu molekul CO 2 .
Energi matahari yang ditangkap oleh foto sistem I dan foto sistem II dalam fase
terang cahaya diubah menjadi energi kimia NADPH dan ATP. Kedua macam energi
ini kemudian dipakai untuk menjalankan daur Calvin dengan mendorong tahap reaksi
pembentukan gliseraldehida 3-fosfat dan ribosa 1,5-difosfat serta pelepasan dlukosa
dari daur. (Murray R, 1999)
Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses
respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, siklus asam sitrat, dan transpor elektron. Oleh sebab itu, karbondioksida
dari udara diubah menjadi glukosa yang diperlukan sehingga Sanseviera memiliki
keistimewaan menyerap bahan beracun secara terus – menerus sepanjang hidupnya
(Rikara, 2007).
20
Sansevieria juga menjadi objek penelitian tanaman penyaring udara NASA
untuk membersihkan udara di stasiun ruang angkasa. Selain itu, penelitian NASA
bekerja sama dengan ALCA telah menemukan bukti-bukti bahwa tanaman ini secara
alami mampu memerangi Sick Building Syndrome. Lidah mertua mampu memberikan
napas segar bagi ruangan di mana ia ditempatkan (Rikara, 2007). Berdasarkan
penelitian dari Wolfereton Environmental Service, kemampuan setiap helai daun
Sansevieria bisa menyerap 0.938 mikrogram per jam formaldehyde. Bila disetarakan
dengan ruangan berukuran 75 meter persegi cukup diletakkan Sansevieria dengan 4
helai daun.
Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Sofyan (2008) menyatakan bahwa
ruangan dengan volume 100 m3 (panjang x lebar x tinggi = 5 x 5 x 4 m3) dapat
ditempatkan Sansevieria dewasa sebanyak 5 helai dengan luas daun Sansevieria
sekitar 350 cm2 (Dukungan luas daun tanaman = 350 x 5= 1750 cm2), maka ruangan
dengan luas 25 m2 atau 250.000 cm2 hanya membutuh dukungan 1750 cm2, yaitu
sekitar 0,07%. Sehingga dapat direkomendasikan bahwa dalam satu ruangan dengan
volume 100 m3 dapat diletakkan Sansevieria dewasa yang memiliki luasan per daun
350 cm2 dengan jumlah paling sedikit 5 helai sebagai penetralisir udara tercemar.
d. Metode perbanyakan (Sansevieria)
Sansivieria umumnya diperbanyak dengan cara setek potongan daun. Teknik
perbanyakan setek banyak dilakukan karena bahan induk yang digunakan relatif
21
sedikit dan dapat menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah yang besar. Setiap
bagian tanaman dapat digunakan sebagai bahan setek. Pembentukan akar dan tunas
pada setek merupakan indikasi berhasil atau tidaknya usaha penyetekan. (Hartman
dan Kester 1983)
Secara umum bahan setek bagian tengah menghasilkan respon terbaik untuk
variabel waktu muncul akar, jumlah akar, panjang akar, jumlah tunas, dan bobot
basah tunas, namun demikian bahan setek bagian tengah tidak memberikan pengaruh
pada waktu muncul tunas, sama halnya dengan setek bagian bawah. Yang
menyatakan bahwa setek adenium yang berasal dari bagian tengah menghasilkan
pertumbuhan akar lebih baik dari pada setek yang berasal dari bagian atas/pucuk Pada
awal penyetekan karbohidrat berperan penting dalam metabolisme tanaman yang
menghasilkan energi yang kemudian digunakan untuk pertumbuhan akar (Hardjanti,
2005).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa setek bagian atas menghasilkan waktu
muncul tunas dan jumlah tunas lebih baik dibandingkan dengan setek bagian pangkal
meskipun tidak berbeda nyata dengan setek bagian tengah Ini diduga karena bahan
setek bagian atas atau pucuk lebih meristematik, yang artinya sel-sel dalam jaringan
sangat aktif membelah sehingga tunas lebih cepat muncul dan tunas yang dihasilkan
lebih banyak (Salisbury dan Ross, 1995).
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
22
Tanaman hias Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain) dapat
dimanfaatkan sebagai tanaman anti – polutan yang secara efektif mampu mengikat
gas – gas beracun terutama karbon dioksida.
Prosesnya adalah melalui reaksi fotosintesis dengan siklus kalvin yang
menghasilkan oksigen yang bermanfaat bagi sehingga diharapkan manfaat tanaman
ini dapat dijadikan suatu upaya dalam mengurangi pemanasan global.
2. SARAN
Memanfaatkan Lidah Mertua dan Puring untuk mengikat gas – gas beracun, di
lingkungan sekitar kita dengan cara:
- Meletakkan Lidah Mertua dan Puring pada tempat – tempat yang beresiko
tercemar polusi udara, seperti menanam di pinggir jalan raya, di dalam area
pabrik (salah satu contoh yang telah dilakukan oleh pabrik Pulp di Sumatra),
untuk menetralisir gas buangan yang dihasilkan oleh pabrik tersebut dan di
kantor ataupun di rumah
- Mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung serta melakukan
penghijauan dengan cara mengikuti program menanam sehingga untuk
mengurangi pemanasan global.
DAFTAR PUSTAKA
Hariana, Arief. 2007. Tumbuhan obat dan khasiat seri 2 / Arief Hariana- Cet.3.-
Jakarta: Penebar Swadaya. 106 hlm.
23
Hartman, H.T dan D.E, Kester. 1983. Plant Propagation Principles and Practices
Fourth Edition. Prentice-Hall, Inc. New Jersey. 727 p.
Janzen, H.H. 2004. Carbon Cycling in Earth Systems — A Soil Science Perspective.
Mc Graw Hill Book Company: New York.
Murray, Robert . 1999. Biokomia Happer Edisi 24. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Terjemahan dari harper’ biochemistry
Poedjiadi, A. dan Supriyanti, Titin F.M. 2006. Dasar – Dasar Biokimia Edisi Revisi.
Jakarta: UI – Press.
Salisbury & Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB : Bandung
Stryer, L. 1995. Biochemistry 4. W. H. Freeman and Company: New York
Salisbury B.F dan C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Diah R.
Lukman dan Ir. Sumaryono, M.Sc. Jilid 3. ITB. Bandung. 343 hlm.
Widjajakusumah, Djauhari M. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20,
Penerjemah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari:
Review of Medical Physiology
Hardjanti, S. 2005. “Pertumbuhan Setek Adenium Melalui Penganginan, Asal Bahan
Setek, Penggunaan Pupuk Daun dan Komposisi Media”.
http://pertanian.uns.ac.id. Diaksespada 28 Maret 2009.
Agus R dan Rudy S, 2007. Global Warming Mengancam Keselamatan Planet Bumi
III. Blog: hiduplebihmulia.wordpress.com . Diaksespada 28 Mei 2009
Franz J.B. 2008. Tangkis Renggutan Gas Polutan.
http://agriculturesupercamp.wordpress.com/. [03 April 2009
Herhar. 2009. Pemanasan Global Dan Upaya Untuk Menanggulanginya.
http://www.pemanasanglobal.net . Diaksespada 25 April 2009
Kompas. 2007. Waspadai Polusi dalam Ruangan.
http://www.kompas.co.id/kompascetak/0505/29/konsumen/1778573.htm.
Diakses tanggal 15 April 2009
24
Manohara L. 2007. Karbon Monoksida "The Silent Killer".
http://www.kaskus.us/showpost.php?s=9eb00153dfd032fc75cce33527358049
&p=19391850&postcount=1. Diakses tanggal 17 Maret 2009
Organisasi.org. 2006. Pencemaran Udara pada Lingkungan Hidup Sekitar Kita.
http://www.organisasi.org/user/godam64. diakses tanggal 28 Januari 2008
Rikara, Dessy. 2007. Menjilati Polusi Dengan Lidah Mertua.
http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/26/%E2%80%9Dmenjilati
%E2%80%9D-polusi-dengan-%E2%80%9Dlidah-mertua%E2%80%9D/. [28
Mei 2009]
Sansevieria-indogallery. 2007. Tentang Sansieveria.
http://www.sansevieriaindogallery. com/Indonesia/Home/Tentang_Sansieveria
.htm
Sudrajad A. 2005. Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan. http://www.io.ppijepang.
org/article.php?edition=5. Diakses tanggal 2 Juli 2009
Syariefa E. 2008. Ampuhnya si Penyedot Bau Maut.
http://www.trubusonline.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid
=1&artid= 1160.Diakses tanggal 5 Juni 2009
Sansevieria trifasciata.http://www.prn2.usm.my/mainsite/plant/sansevieria.html
Tanya dokter anda com. 2008. Kau Bakar Dirimu, Kau Bunuh Jantungmu.
http://www.tanyadokteranda.com/taxonomy/term/130. Diakses tanggal 17
Mei 2009
Ujang, Zaini. 2007. Global Warming Global And Local Impacts: Disaster
Management. http://www.fkkksa.utm.my/staff/zaini [03 juni 2009]
Utami E. 2005. Hubungan Antara Kualitas Udara Pada Ruangan Ber-AC Sentral
dan Sick Building Sindrome di Kantor Telkom DIVRE IV Jateng-DIY.
http://www.kesmas-unnes.or.id.htm. Diakses tanggal 13 Juni 2009.
Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/karbon_dioksida [02 April 2009]
http://id.wikipedia.org/wiki/Puring [02 April 2009]
25
26