LKIR LIPI'45 2013 Bid. IPS Analisis Peran RS Jak-Tim, Bab 1-5 (Rofiqoh Laili, Wahidiyah) KIR SMAN 27...

83
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman tidak dapat dihindari termasuk permasalahan yang terkandung pada setiap zaman yang semakin kompleks. Masalah yang timbul dalam mayoritas masyarakat di dunia seperti kemiskinan, kesehatan, lingkungan, bencana alam dan bahkan kelaparan secara global, dunia sudah menyadari bahwa tanpa bekerja sama antar negara mustahil pembangunan berkeadilan terutama bagi negara-negara di dunia ketiga akan tercapai. Untuk itulah 189 negara anggota PBB pada tahu 2000 mendeklarasikan MIllenium Development Goals (MDGs). Pembangunan millennium memiliki delapan tujuan diantaranya : 1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan 2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua 3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan 4. Mengurangi angka kematian anak 5. Meningkatkan kesehatan ibu 6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya

description

Just share with others^^

Transcript of LKIR LIPI'45 2013 Bid. IPS Analisis Peran RS Jak-Tim, Bab 1-5 (Rofiqoh Laili, Wahidiyah) KIR SMAN 27...

20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman tidak dapat dihindari termasuk permasalahan yang terkandung pada setiap zaman yang semakin kompleks. Masalah yang timbul dalam mayoritas masyarakat di dunia seperti kemiskinan, kesehatan, lingkungan, bencana alam dan bahkan kelaparan secara global, dunia sudah menyadari bahwa tanpa bekerja sama antar negara mustahil pembangunan berkeadilan terutama bagi negara-negara di dunia ketiga akan tercapai. Untuk itulah 189 negara anggota PBB pada tahu 2000 mendeklarasikan MIllenium Development Goals (MDGs). Pembangunan millennium memiliki delapan tujuan diantaranya :

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua

3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

4. Mengurangi angka kematian anak

5. Meningkatkan kesehatan ibu

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya

7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup

8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan

Salah satu masalah social yang timbul dalam lingkup masyarakat global adalah anak jalanan. Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan beragam dengan permasalahan social yang juga luas dan beragam. Salah satu permasalahan social di Indonesia adalah kemiskinan target MDGs dalam aspek ini adalah menurunkan proporsi (jumlah) penduduk yang jumlah pendapatannya kurang dari US$1 perhari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015. Kemiskinan merupakan factor utama penyebab anak turun ke jalan seperti yang di ungkapkan PBB dalam Alimuddin (2007) anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya di jalan untuk berkerja, bermain, atau beraktifitas mereka tinggal di jalanan karena di campakan atau tercampakan dari keluarga yang tidak mampu menanggung beban karena kemiskinan. Di Indonesia menurut data BPS dalam Salahudin (2010) jumlah anak jalanan pada tahun 2009 mencapai 230.000 anak. Data tersebut menunjukan banyaknya keluarga miskin yang menyebabkan banyak anak-anak dari keluarga miskin turun ke jalan untuk membantu perekonomian keluarga mereka atau hanya sekedar beraktifitas dengan teman-teman mereka.

Dari masalah kemiskinan membuka cabang untuk masalah social lainnya yaitu pendidikan, karena anak-anak dari keluarga miskin yang turun ke jalan terancam kehilangan hak memperoleh pendidikan. Terkait dengan aspek MDGs memiliki target pada tahun 2015 semua anak, di manapun, laki-laki maupun perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Kemiskinan tentunya menghambat target tersebut karena ketidak mampuan untuk memenuhi biaya pendidikan. Permasalahan pendidikan pada anak jalanan tidak hanya pada biaya karena pemerintah telah mengalokasikan dana untuk biaya pendidikan untuk anak jalanan, namun anak jalanan juga mengalami kesulitan dalam pemberkasan untuk melengkapi data diri sebagai syarat untuk bersekolah di sekolah formal. Seperti yang terjadi di rumah singgah YKPIM di Jakarta Pusat, di sana tidak semua anak bisa disekolahkan walau terdapat anggaran karena tidak memiliki berkas data yang lengkap seperti kartu keluarga.

Selain masalah kemiskinan dan pendidikan anak jalanan juga rentan mengalami ancaman kekerasan seksual. Di Indonesia khususnya di Jakarta terdapat laporan dari anak jalanan di Terminal Pulogadung mengatakan kalau setiap malam mereka di datangi kaum paedofil (Sudrajat). Kekerasan seksual tidak hanya dialami oleh segelintir anak jalanan di Indonesia tetapi terjadi juga di Thailand yang 40% dari puluhan pelacur anak-anak di Bangkok di vonis tercemar virus HIV. Di Bombay juga terdapat 50.000 pekerja seks berusia di bawah 18 tahun. Serta di Brazil terdapat sekitar 250.000 anak terlibat prostitusi (andri,clc.1993). Sedangkan salah satu aspek MDGs yaitu mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus penularan HIV/AIDS pada tahun 2015. Hal ini menunjukan bahwa masalah anak jalanan tidak hanya menjadi permasalahan di lingkup nasional namun juga menjadi masalah social di lingkup internasional.

Di Indonesia salah satu program yang di terapkan dalam menanggulangi permasalahan anak jalanan adalah melalui program rumah singgah. Berdasarkan pada program pemerintah kerjasama dengan UNDP mulai tahun 1995 hingga sekarang yaitu melalui proyek INS/94/007 yang kemudian berkembang menjadi proyek INS/97/001 tertulis pada Modul PPRS (2000) dalam Alimuddin (2007) proyek tersebut adalah pembinaan anak jalanan melalui rumah singgah yang di definisikan sebagai suatu wahana yang di persiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka, dengan penghubung pekerja social yang akan menjadi pemandu jalannya program yang telah rancang pemerintah. Penyediaan dari progam rumah singgah merupakan upaya agar hak-hak anak jalanan dapat terpenuhi dan dapat mendorong tumbuh kembangnya dan pada akhirnya dapat ikut serta dalam pembangunan nasional dengan peran dan tugas sebagai anak. Program ini bertujuan untuk membentuk dan mengembalikan sikap dan perilaku anak jalanan sesuai norma di masyarakat serta membekali kebutuhan anak jalanan sehingga menjadi warga masyarakat yang produktif. Dan fungsi rumah singgah adalah sebagai pusat assessment dan rujukan, ini berarti rumah singgah melakukan diagnosis terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan serta berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi anak jalanan seperti berlindung dari kekerasan seks.

Terkait dengan aspek-aspek MDGs dan permasalahan social terkait anak jalanan. Terlihat pentingnya peran rumah singgah dalam memberi pelatihan keterampilan untuk anak jalanan sebagai salah satu solusi untuk menyukseskan serta mewujudkan MDGs dalam menjaga hak anak jalanan. Dengan demikian kami ingin menganalisis efektivitas peran rumah singgah dalam memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan pada anak jalanan dalam menyukseskan tiga aspek yang terdapat dalam MDGs yang terkait dengan masalah anak jalanan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat digambarkan bahwa sebagian anak jalanan telah mendapatkan kesempatan pembinaan keterampilan dari rumah singgah. Namun tidak semua pelatihan keterampilan yang diberikan rumah singgah berjalan secara efektif sebagaimana diharapkan. Untuk lebih jelasnya, rumusan masalah ini dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan berikut ini:1. Bagaimanakah efektivitas rumah singgah dalam memberikan pelatihan keterampilan bagi anak jalanan?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas pelatihan rumah singgah?C. Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah :1. Mengetahui efektivitas pelatihan keterampilan untuk anak jalanan yang dilaksanakan rumah singgah2. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelatihan rumah singgah kepada anak jalanan sehingga anak jalanan dapat menerimanya dengan baik.D. Manfaat Penelitian

Dari pemaparan diatas dapat dilihat bahwa manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kepada pengelola rumah singgah sebagai evaluasi dan masukan perbaikan dalam upaya meningkatkan efektivitas dalam memberikan pelatihan keterampilan kepada anak jalanan.

2. Kepada pemerintah sebagai bahan evaluasi ketepatan kebijakan yang telah dibuat untuk lembaga-lembaga masyarakat.

3. Kepada anak jalanan sebagai tolak ukur apakah mereka sudah mendapatkan hak yang semestinya didapatkan.

4. Berperan dalam berupaya menyukseskan dan mewujudkan pembangunan milenium (Millenium Development Goals).BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Anak Jalanan

Anak jalanan adalah seseorang yang berumur dibawah 17 tahun dan menghabiskan waktunya dijalanan. Banyak faktor yang mendorong anak-anak yang seharusnya masih menikmati masanya seperti bermain, bersekolah dengan penuh suka cita dan kasih sayang namun harus terjun kejalanan untuk mencari uang tambahan atau bahkan menjadi pencaharian pokok. Faktor utama yang menyebabkan hal tersebut adalah masalah perekonomian saat terjadi krisis moneter yang terjadi tahun 1998 menyebabkan semakin meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia. Menurut Menteri Sosial, Chamsyah (2002), di Indonesia ada 40,7 juta anak yang membutuhkan perhatian khusus. Mereka terdiri atas anak telantar, anak jalanan, dan anak yang disia-siakan orang tua mereka. Jumlah angka putus sekolah pun semakin besar, yakni mencapai angka 7.422.825 orang (Direktorat Pendidikan Kemasyarakatan, 2001). Dari jumlah tersebut, 4.453.749 orang di antaranya adalah anak usia Sekolah Dasar (SD), dan 1.570.167 orang putus sekolah dari Sekolah Menengah Pertama (SMP). Faktor yang kedua adalah brokenhome, disaat orang tua mereka tidak lagi utuh mereka kekurangan perhatian dan kasih sayang dan memilih untuk melampiaskannya kelingkungan jalanan yang bebas.

Berdasarkan data dari Dinas Sosial DKI Jakarta, jumlah anak jalanan pada tahun 2009 sebanyak 3.724 orang, tahun 2010 meningkat menjadi 5.650 orang, dan pada tahun 2011 ini juga meningkat menjadi 7.315 orang. Pada umumnya mereka bekerja sebagai pengemis, pengamen, pengelap kaca mobil, pedagang asongan, joki 3 in 1, dan parkir liar (Kompas.com 2011).

Menurut Sunusi (1997) dalam Amal (2002), latar belakang anak turun ke jalan diantaranya adalah ekonomi keluarga, konflik antar orang tua (broken home), dan mencari pengalaman.

Pemda DKI Jakarta sejak tahun 1998 telah mencanangkan program rumah singgah. Dimana bagi mereka disediakan rumah penampungan dan pendidikan. Akan tetapi, pendekatan yang cenderung represif dan tidak integrative, ditunjang dengan watak dasar anak jalanan yang tidak efektif. Sehingga mendorong anak jalanan tidak betah tinggal di rumah singgah (Draft Pembinaan Anak Jalanan : Pemda DKI, 1998).

B. Rumah Singgah

Rumah singgah adalah suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah merupakan tahap awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya, oleh karena itu penting menciptakan rumah singgah yang aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan bagi anak jalanan. Adapun pengertian rumah singgah adalah sebagai berikut :

1. Anak jalanan boleh tinggal sementara untuk tujuan perlindungan.

2. Pada saat tinggal sementara mereka memperoleh intervensi yang intensif dari pekerja sosial sehingga tidak bergantung terus kepada rumah singgah.

3. Anak jalanan datang sewaktu-waktu untuk beristirahat, bermain, dan mengikuti kegiatan lainnya.

4. Rumah singgah tidak memperkenankan anak jalanan untuk tinggal selamanya.

5. Anak jalanan yang masih memiliki tempat tinggal, tidak diperkenankan tinggal menetap di rumah singgah.

Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain :

-Sebagai tempat perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap menimpa anak jalanan dari kekerasan dan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya.

-Rehabilitasi, yaitu mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak.

-Sebagai akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan dll.

Lokasi rumah singgah harus berada ditengah-tengah masyarakat agar memudahkan proses pendidikan dini, penanaman norma dan sosialisasi bagi anak jalanan (Ika Umaya, 2012).

Dari sekian Rumah Singgah yang berada di DKI Jakarta kebanyakan milik swasta, mayoritas dari mereka yang telah menjadi rumah singgah legal mendapat bantuan dana dari pemerintah (KEMENSOS) namun ternyata masih ada pula rumah singgah illegal yang sudah jelas tidak mendapatkan bantuan dana dari KEMENSOS untuk dana yang didapat rumah singgah illegal ini menggalang dana dari relasi-relasinya. Program yang dilakukan pada setiap rumah singgah berbeda-beda tergantung dari dana yang didapat dan sukarelawan yang perduli terhadap keberadaan rumah singgah tersebut.

C. Pelatihan

Pelatihan merupakan salah satu metode pendidikan khusus yang digunakan dalam meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan, dalam prosesnya pelatihan lebih menekankan pada praktek dibandingkan dengan teori, adapun tujuan dari pelatihan adalah untuk meningkatkan kemapuan dalam satu atau beberapa keteramplan tertentu. Suatu pelatihan dapat dikatakan efektif apabila pelatihan tersebut dapat menghasilkan sumber daya manusia yang meningkat kemampuan, keterampilan dan perubahan sikap yang lebih mandiri. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasila dari pelatihan adalah kurikulum, pelatih, penyelenggara, sarana, metode yang digunakan, karakterisasi peserta seperti umur, pekerjaan, pendidikan, dan pengalaman.

D. Keterampilan

Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut (Anonim, 2013).Keterampilan tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang ada. Beberapa contoh dari keterampilan itu sendiri antara lain (Anonim, 2013):r1. keterampilan menjahit

2. keterampilan menulis

3. keterampilan mengemudi

4. keterampilan memasak

Bisa disimpulkan bahwaketerampilantersebut dapat dilatih sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya latihan dan proses pengasahan akal, fikiran tersebut tidak akan bisa menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus atau terampil karena keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja didapat tanpa melalui proses belajar yang intensif dan merupakan kelebihan yang sudah diberikan semenjak lahir (Anonim, 2013).

Pelatihan keterampilan diperlukan anak-anak jalanan untuk bekal hidup masa depannya kelak. Ini semua di berikan sesuai minat dan bakat yang dimiliki untuk mengembangkan skill yang memang sudah ada dalam diri anak-anak tersebut.D. Program Pelatihan Keterampilan

Program pelatihan keterampilan adalah pemberian bantuan biaya pelatihan keterampilan yang bertujuan untuk membekali kemampuan keterampilan tertentu agar mereka siap bekerja dan mendidik anak jalanan menjadi masyarakat yang produktif.Jenis pelatihan dan kursus yang dapat dipilih antara lain ;

1. Bahasa Inggris

2. Mengemudi

3. Montir mobil

4. Montir motor

5. Sablon

6. Teknik mesin pendingin (AC)

7. Komputer

8. Menjahit

Untuk mengikuti program pelatihan keterampilan ada syarat yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:1. Laki-laki atau perempuan

2. Berusia dibawah 21 tahun (UU Kesejahteraan Anak No. 4 Tahun 1979) dan tidak mungkin untuk kembali sekolah.

3. Belum menikah dan sudah putus sekolah (sejak SD, SLTP, ataupun SMU/K)

4. Bisa membaca dan menulis.

5. Tinggal atau tidak tinggal dengan orang tua atau wali.

6. Mempunyai kegiatan ekonomi dijalanan baik kontiyu maupun tidak.

7. Mempunyai alamat yang jelas dan dapat dihubungi.8. Mempunyai kartu bukti diri (KTP atau tanda pengenal lainnya)

E. Penelitian Rujukan

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang berkaitan dengan fenomena anak jalanan :

1. R. Dwi Harwin Kusmaryo, SE, MA. ; Ir.Akhmat Munawar, M.Si. ; DR. Much. Romzi, M.Sc. ; Agung Priyo Utomo, SSi. (2001). Kesimpulan penelitian dirangkai seperti dibawah ini :

Hasil survei Tri Wulan I (Januari-Pebruari-Maret) 2001 menunjukkan bahwa jumlah anak jalanan di 25 kantong penelitian di DKI Jakarta, diperkirakan sebanyak 1135 orang. Berdasarkan data tersebut jumlah anak jalanan yang paling banyak berada di wilayah/kodya Jakarta Barat, yaitu sebanyak 30.67 %, sedangkan yang paling sedikit berada di wilayah/kodya Jakarta Pusat, yaitu sebanyak 10.40 %.

Dari sisi komposisi umur, anak jalanan yang paling banyak adalah pada kelompok umur 10-14 tahun yaitu sebesar 28.97 %, dan paling sedikit pada kelompok umur balita (