200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren...

124
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 200 BAB IV POLEMIK, DESIMINASI, REKONSILIASI DAN PENERIMAAN TERHADAP IDEOLOGI LDII A. Setting Sosial Keagamaan Masyarakat Kediri Kediri merupakan lahan subur bagi perkembangan agama Islam, yang ditandai dengan banyaknya aliran atau ormas serta tarikat yang tumbuh dan berkembang di Kediri, seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Wah}idiyyah, serta Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Bukan hanya itu, Kediri banyak sekali memiliki pondok-pondok pesantren yang menjadi sumber utama perkembangan Islam. pada kenyataannya masyarakat Kediri cukup agamis. Salah satu indikatornya adalah persebaran tempat ibadah dan kajian keagamaan yang cukup merata. Mengutip dari catatan Drs. Rifa’i, M.Pd.I, Kepala Seksi Penerangan Masyarakat Departemen Agama Kota Kediri, di sekitar Burengan terdapat 55 masjid, 107 langgar, 45 musala, 3 gereja Katolik, 17 gereja Protestan, dan 2 pura/wihara. Tempat peribadatan Hindu sebenarnya masih ada, namun agak jauh dari Burengan, tepatnya di Kecamatan Mojoroto. Di Kota Kediri terdapat 16 pondok pesantren dengan jumlah santri 12.339 orang. Lembaga pendidikan keagamaan lainnya adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI) 18 buah dengan 1.246 siswa; Madrasah Diniyah 18 buah dengan 525 siswa; Madrasah Tsanawiyah (MTs) 8 buah dengan 3.707 siswa; 200

Transcript of 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren...

Page 1: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

200

BAB IV

POLEMIK, DESIMINASI, REKONSILIASI DAN PENERIMAAN

TERHADAP IDEOLOGI LDII

A. Setting Sosial Keagamaan Masyarakat Kediri

Kediri merupakan lahan subur bagi perkembangan agama Islam, yang

ditandai dengan banyaknya aliran atau ormas serta tarikat yang tumbuh dan

berkembang di Kediri, seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah,

Wah}idiyyah, serta Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Bukan hanya

itu, Kediri banyak sekali memiliki pondok-pondok pesantren yang menjadi

sumber utama perkembangan Islam. pada kenyataannya masyarakat Kediri

cukup agamis. Salah satu indikatornya adalah persebaran tempat ibadah dan

kajian keagamaan yang cukup merata. Mengutip dari catatan Drs. Rifa’i,

M.Pd.I, Kepala Seksi Penerangan Masyarakat Departemen Agama Kota

Kediri, di sekitar Burengan terdapat 55 masjid, 107 langgar, 45 musala, 3

gereja Katolik, 17 gereja Protestan, dan 2 pura/wihara. Tempat peribadatan

Hindu sebenarnya masih ada, namun agak jauh dari Burengan, tepatnya di

Kecamatan Mojoroto.

Di Kota Kediri terdapat 16 pondok pesantren dengan jumlah santri

12.339 orang. Lembaga pendidikan keagamaan lainnya adalah Madrasah

Ibtidaiyah (MI) 18 buah dengan 1.246 siswa; Madrasah Diniyah 18 buah

dengan 525 siswa; Madrasah Tsanawiyah (MTs) 8 buah dengan 3.707 siswa;

200

Page 2: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

201

Madrasah Aliyah (MA) 5 buah dengan 2.634 siswa; dan 7 buah perguruan

tinggi.1

Berikut setting masyarakat Muslim di Kediri:

1. Masyarakat Sufisme

Sufisme atau mistisisme adalah suatu bentuk pengalaman religious

yang tertinggi dalam ajaran agama Islam, namun sufisme pada

perkembangannya lebih bersifat institusi keagamaan dalam Islam.Institusi

tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu memperoleh pengalaman

keagamaan secara mendalam. Dalam buku Fenomenologi Agama, menurut

Dhavamony mistisisme memiliki ciri-ciri ekstasis, entasis dan teistis.

Ekstasis yang berarti jiwa merasakan dirinya disatukan (itti>h}ad) dengan

kehidupan yang tak terjamah oleh maut,2 sedangkan entasis adalah

terserapnya jiwa kedalam hakikatnya sendiri, semuanyalenyap dan jiwa

melihat dirinya sebagai sesuatu yang satu utuh serta mengatasi segala

dualitas kehidupan duniawi (manunggaling kawula gusti atau wahdatul

wujud).3 Sedangkan teistis adalah sebuah kecintaan akan Tuhan yang

sangat mendalam melebihi segala hal (al-h}u>bb).4

Clifford Geertz mengatakan mistisisme adalah suatu gerakan

metafisika terapan, dan merupakan serangkaian aturan praktis untuk

memperkaya kehidupan batin orang yang didasarkan pada analisa

1 Dikutip dari data Kasi Penerangan Masyarakat Departemen Agama Kota Kediri tahun 2014

2Ajaran Ma’rifatu>llah ini diperkenalkan oleh Imam al-Ghazali, dan merupakan tingkatan tertinggi dari tahapan kesufian yang diajarkannya. Sedangkan al-itti>h}ad diajarkan oleh seorang tokoh sufi semi falsafi yang bernama Abu Yazid al-Bustami.

3Wahda>tal-wuju>ddi perkenalkan oleh sufi falsafi yaitu Al-Hallaj dan Ibnu Arabi, akan tetapi memiliki pendapat yang berbeda mengenai proses dan pengetahuan tentang wahda>tal-wuju>d.

4Marisusai Dhavamony, Fenomenologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 288.

Page 3: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

202

intelektual atau pengalaman.5 Mistisisme bisa dilakukan secara individu

maupun secara berkelompok. Bila dilakukan secara personal maka aturan

yang diterapkan lebih longgar dari pada mistisisme yang dilakukan secara

berkelompok. Mistisisme yang bersifat individu biasanya dilakukan oleh

masyarakat pedesaan, sedangkan gerakan mistisisme berkelompok

dilakukan di tengah-tengah masyarakat perkotaan.

Perkembangan Sufisme yang terorganisir dan besar di Kediri

dimulai pada awal bulan Juli 1959, ketika KH Abdoel Madjid Ma’roef,

Pengasuh Pesantren Kedunglo, Desa Bandar Lor, Kota Kediri,6 menerima

“alamat ghaib” (istilah yang digunakan KH. Abdul Majid) dalam keadaan

terjaga dan sadar, bukan dalam mimpi. Meskipun Kediri memiliki banyak

kelompok tariqah seperti Shidiqiyah, Naqsabandiyah wa Qadiriyah dan

kelompok sufi yang lain, hanya Wahidiyah yang terbesar dan terorginisir.

Selain itu Wahidiyah memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan

sosial keagamaan masyarakat di Kediri.7

Pada tahun 1964, s}alawat Wah}idi>yyah di Kedonglo diadakan oleh

para kiai dan tokoh agama dari daerah Kediri, Blitar, Nganjuk, Jombang,

Mojokerto, Surabaya, Malang, Madiun dan Ngawi. Acara ini dilaksanakan

selama tujuh hari tujuh malam. Kuliah-kuliah Wah}idi>yyah diberikan

langsung oleh KH. Abdoel Madjid Ma’roef sendiri. Widodo menuturkan:

5 Clifford Geertz, Abangan Santri Priyayi Dalam Masyarakat Jawa (Jakarta: Pustaka Jaya, 1989),

425. 6KH. Latief Majid, Pengasuh Pondok Kedunglo, Wawancara, Kediri , 12 Maret 2014. 7 Wahidiyyah menjadi objek penelitian dalam penelitian ini dikarenakan Kota Kediri merupakan

pusat dari penyebaran ajaran s}alawatWahidiyyah dan memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan sosial keagamaan di Kota Kediri.

Page 4: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

203

Di dalam acaratahun 1964 diperkenalkan kalimat nida’ “Ya> Sayyi>di> Ya> Rasu>lalla>h”. Untuk melengkapi amalan S}alawat Wah}idi>yyah yang telah ada, kalimat nida’ tersebut dimasukkan dalam lembaran S}alawat Wah}idi>yyah. Lembaran S}alawat Wah}idi>yyah yang berisi tiga rangkaian itu beredar dengan tidak ada perubahan sampai awal tahun 1968.8

Pada tahun 1990, KH. Abdul Latief Madjid mendirikan gedung

untuk SLTP dan SMA dengan menelan biaya lebih dari 1 milyar. Dia

menuturkan:

Biaya pembangunan gedung berlantai dua ini didapat dari para pengamal Wahidiyyah, alumni Pondok Pesantren Kedunglo dan kas pondok pesantren. Seluruh managemen pondok, SLTP dan SMU Wahidiyyah ditingkatkan, sehingga terjalin hubungan timbal balik antara pengamal Wahidiyyah, para alumni pondok, dan pondok pesantren Kedunglo.9

Dengan banyaknya tuntutan dari para pengamal disekitar pondok

pesantren Kedunglo yang menginginkan anaknya memperoleh pendidikan

Wahidiyyah yang masih berusia Sekolah Dasar, akhirnya pada tahun 1996

KH. Abdul Latief Madjid mendirikan Sekolah Dasar (SD).10 KH. Abdul

Latief Madjid menuturkan:

Dengan lebih meningkatnya mutu pendidikan di pondok pesantren Kedunglo, maka pengamal Wahidiyyah tidak ragu lagi untuk menyekolahkan putra-putrinya di TK, SD, SLTP dan SMA Wah}idi>yyah. Santri pondok pesantren Kedunglo semakin lama semakin meningkat dengan pesat,dan sarana dan prasaranapun dicukupi. Santri diharapkan hanya untuk belajar, sebab kebutuhan makan dan minum terorganisir dengan baik dengan terbentuknya katering pondok pada akhir tahun 1996. Sistem yang dianut pondok pesantren Kedunglo menggunakan sistem konvensional atau adat.11

8Widodo, Wawancara, Kediri, 20 Maret 2014. 9KH. Abdul Latief Madjid, Wawancara, Kediri, 23 Maret 2014. 10Moch. Alfian, “Seputar Wahidiyyah”, http://almujahadah-miftahulhidayah.blogspot.com/p/info-

seputar-situs.html, diunduh tanggal 12 Maret 2014. 11KH. Abdul Latief Madjid, Wawancara, Kediri, 23 Maret 2014.

Page 5: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

204

Pada tahun 1997 KH. Abdul Latief Madjid melegalkan satu bentuk

yayasan perjuangan Wah}idi>yyah dan pondok pesantren Kedunglo yang

telah didaftarkan pada Akta No. 05 tahun 1997 pada Tambahan Berita

Negara (TBN), yaitu Nomor : I/AD/1998 BN. No. 1/98.12

Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo

adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di

berbagai wilayah di Indonesia dan luar negeri. Inilah yang mengolah

sepenuhnya para santri yang berada di pondok pesantren Kedunglo dan

para pengamal S}alawat Wah}idi>yyah. Di pondok pesantren Kedunglo

terdapat 11 Departemen. sebagai berikut:

a. Departemen Urusan Wilayah

b. Departemen Penyiaran dan Pembinaan Wahidiyah (DPPW).

c. Departemen Pembina Remaja Wahidiyah (DPRW)

d. Departemen Pembina Wanita Wahidiyah (DPWW)

e. Departemen Pembina Kanak-kanak Wahidiyah(DPKW)

f. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Wahidiyah(Depdikbudwa)

g. Departemen Keuangan Wahidiyah (DKW)

h. Departemen Koperasi Wahidiyah (Depkop)

i. Departemen Perlengkapan Wahidiyah

j. Badan Penyalur Bantuan Koperasi Wahidiyah13

12 Mulyadi, “Pondok Pesantren Kedunglo”, https://foursquare.com/v/pondok-pesantren-kedunglo

/4ee0c42177c804cac6a2db83, diunduh tanggal 10 Maret 2014. 13Moch. Alfian, “Seputar Wahidiyyah”, http://almujahadah-miftahulhidayah.blogspot.com/p/info-

seputar-situs.html, diunduh tanggal 12 Maret 2014.

Page 6: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

205

Saat ini telah terbentuk cabang kepengurusan Yayasan Perjuangan

Wahidiyah di 15 propinsi dan ratusan kota dan kabupaten di wilayah

Indonesia. Di luar negeri pun sudah banyak orang yang mengamalkan

Shalawat Wah}idi>yyah seperti di Brunai Darussalam, Malaysia, Australia,

Thailand, Hongkong, Saudi Arabia, Singapura, Amerika, Perancis yang

disebar luasakan oleh para TKI.14 Heri Cahyono mengatakan:

Untuk mencetak kader-kader Wah}idi>yyah sejak dini seperti yang dicita-citakan oleh KH. Abdul Madjid Ma'roef, KH. Abdul Latief Madjid pada tahun 1998 mendirikan pondok pesantren kanak-kanak, yang bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi dan bertaqwa berlandaskan ajaran Islam.15

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin menuntut

SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, pada tahun 1998 KH.

Abdul Latief Madjid mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Wahidiyah (STIEWA) dengan jurusan Menejemen dan Akuntansi, dan

pada tahun 2002 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) dengan

jurusan Ahwalus Syahsiyah. KH.Abdul Latief Madjid juga ingin

mendirikan Sekolah Tinggi Teknik (STT) dengan jurusan Teknik

Informasi dan Teknik Industri untuk menambah kualitas SDM.16 Widodo

mengatakan:

Pada masa ini pula nama Kedunglo mendapatkan tambahan gelar al-Munaz}z}arah dari pengasuh pengasuh perjuangan Wahidiyahdan

14 Mulyadi, “Universitas Wahidiyyah”, Berita Informasi Baru, http://beritainformasibaru.blogspot.

com/2013/07/universitas-wahidiyah-ponpes-kedunglo.html, diunduh tanggal 14 Maret 2014. 15 Heri Cahyono, Wawancara, Kediri, 20 Maret 2014. 16 Mulyadi, “Universitas Wahidiyyah”, Berita Informasi Baru, http://beritainformasibaru.blogspot.

com/2013/07/universitas-wahidiyah-ponpes-kedunglo.html, diunduh tanggal 14 Maret 2014.

Page 7: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

206

pondok pesantren Kedunglo sehingga menjadi Pondok Pesantren Kedunglo al-Munaz}z}arah .17

Pada tanggal 22 Rajab 1426 / 27 Agustus 2005 di Pondok

Pesantren Kedunglo al-Munaz}z}arah telah diresmikan laboratorium bahasa

dan pada tahun 2014 dipersiapkan pula laboratorium komputer. Dengan

bertambahnya sarana pendidikan umum di pondok pesantren Kedunglo,

maka jumlah santri juga semakin lama semakin bertambah. Pada tahun

1995 jumlah santri Pondok Pesantren Kedunglo al-Munaz}z}arah sekitar

220-an, sementara pada tahun 2005 jumlah santri sudah mencapai 1.500-

an. Ini adalah santri yang statusnya tinggal di dalam pesantren, sedangkan

santri yang tidak bertempat tinggal dalam pesantren atau bisa diistilahkan

sebagai santri kalong juga banyak.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Wahidiyah digolongkan

gerakan sufisme berdasarkan kategori yang dinyatakan oleh beberapa

pakar keagamaan. M. Nuhrison membedakan sufisme menjadi dua yaitu

sufi yang menekankan praktik ibadah secara rutin dan penuh penghayatan

untuk mencapai ketenangan batin atau biasa disebut dengan sufisme

perkotaan, yang kedua sufi yang menekankan kepada pengetahuan yang

hakiki tentang keislaman atau biasa disebut dengan sufisme konvensional.

Tetapi corak sufi yang berbeda tersebut memiliki kesamaan, yaitu menuju

kepada Allah.18

17 Widodo, Wawancara, Kediri, 20 Maret 2014. 18 Ahmad Syafi’i Mufid, Dialog Agama Dan Kebangsaan (Jakarta: Zikrul Hakim, 2001), 233-234.

Page 8: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

207

Sedangkan Wahidiyah merupakan sufisme kategori yang pertama,

yaitu ketekunan dalam melaksanakan praktik ibadah, dengan cara

berdzikir bersama, bershalawat bersama, mengaji kitab bersama dan lain-

lain. Sufisme perkotaan sebagaimana Wahidiyah tidak mengenal baiat,

karena masyarakat kota tidak mau terikat. Gerakan keagamaan seperti itu

menurut Quintan Wictorowicz disebut gerakan sosial yang berorientasi

militanis.19 Namun model sufisme semacam ini lebih bersifat heterodok

bukan sufisme ortodok. Sufisme heterodok lebih bertendensi kepada

sufisme yang bergerak ke sufisme kaum Syi’i dan golongan Alawiyin,

karena sifat fleksibel dan cenderung melakukan reformasi terhadap

ajarannya.20

Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas sufisme perkotaan

(Wahidiyah), yang membedakan dengan para sufisme konvensional yang

berangkat dari pesantren, majlis ta’lim atau alirantarekat tertentu,

diantaranya adalah:21

a. Peserta sufisme perkotaan tidak seperti lazimnya pengajian tasawwuf di

pesantren atau majelis ta’lim pada umumnya yang datang dari

masyarakat yang sifatnya heterogen bukan dari kalangan tertentu.

Sufisme perkotaan mempunyai jamaah yang datang dari kalangan

tertentu,dan dari berbagai daerah, dengan mengendarai kendaraan

sendiri. Penampilan mereka begitu rapi lengkap dengan gaya kehidupan

19 Quintan Wiktorowicz, “A Geneology of Radical Islam,” Studies in Conflict & Terrorism

(London: Routledge, 2005), 37. 20 Howell, Urban Sufisme., 24. 21 “Kompasiana”, Karakteristik Sufi Perkotaan, 2011, (http://bloggers.com, di unduh tanggal 3

Juni 2012).

Page 9: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

208

perkotaan, karena memang mereka kelompok orang yang berpunya (the

have). Bisa jadi akomodasi yang digunakan adalah dengan fasilitas

hotel atau gedung pertemuan berkelas.

b. Kitab yang mereka gunakan kebanyakan kitab yang mengajarkan serta

membangun rasa spiritual yang tinggi, gemar ibadah, banyak zikir dan

membaca sejarah rasul dan sahabat. Diantara kitab-kitab yang dibahas

adalah Minhaj al-Abidin, Hazinah al-Asrar, Ihya>’ Ulum al-din atau

Kifa>yat al-Atqiya. Mereka bukan saja mempelajari tetapi juga mengkaji

secara mendalam agar dampak positif paham dan nilai tasawwuf pada

zaman modern seperti ini dapat menjawab semua persoalan yang terjadi

pada banyak sektor, terutama yang menyangkut karir mereka yang

dominan memperebutkan dan memburu sesuatu bersifat materialistis.

c. Pakaian adalah salah satu identitas sufi perkotaan. Warna pakaian

seringkali yang serba putih lengkap dengan simbol untuk mengetahui

asal kelompok mereka bahkan terkadang dilengkapi dengan bendera..

Meski demikian deskripsi tentang munculnya fenomena sufisme

Wahidiyah ini merupakan sebuah afirmasi perpanjangan dari ajaran-ajaran

sufi terdahulu yang muncul di abad modern yang bergenre

menyeimbangkan antara kehidupan esoteric (batiniah) dan eksoteris

(lahiriah) manusia, seperti tasawuf modern Hamka, neo sufisme Fazlur

Rahman, Tarekat Sanusiyah di Afrika Utara dan masih banyak lagi.

Page 10: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

209

2. Masyarakat Tradisionalis

Dalam tipologi ini biasanya kaum Muslim tradisionalis

dipersepsikan sebagai golongan yang berpikiran sempit dan kolot karena

mereka hanya ingin mempertahankan tradisi atau khazanah pemikiran

Islam dari Abad Pertengahan yang sudah usang dan tidak cocok lagi

dengan zaman modern. Mereka hanya ingin bertaklid kepada mazhab-

mazhab yang didirikan oleh para Imam dari masa lalu. Kaum Muslim

tradisionalis juga dipandang secara negatif karena mereka dianggap telah

mencampur begitu saja antara ajaran Islam dengan sisa-sisa budaya lama

di Indonesia yang amat kental dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha atau

bahkan masih berbau animisme.

Penghargaan kaum Muslim tradisionalis terhadap khazanah

pemikiran klasik dari Abad Pertengahan juga tidak dapat dilihat sebagai

tendensi konservatif belaka. Tradisi ini justru mendorong kaum Muslim

untuk melihat praktik keagamaan Islam sebagai Tradisi Agung (Great

Tradition) yang menghimpun pelbagai elemen gerakan intelektual yang

kaya teori dan pengalaman. Pengalaman intelektual Islam selama lebih

dari seratus abad yang tampak dalam tradisi-tradisi pemikirannya yang

kaya, dapat dilihat sebagai bekal untuk menghadapi dan merespons

persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh modernitas. Kita malah dapat

melihat usaha kaum modernis atau puritan untuk kembali ke praktik Islam

yang asli dan murni seperti yang dipraktikkan oleh Nabi dan para

Page 11: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

210

Sahabatnya dengan mengabaikan tradisi intelektual Muslim Abad

Pertengahan yang amat kaya itu sebagai kenaifan belaka.

Di kota Kediri masyarakat tradisionalis diinterpretasikan terhadap

kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Padahal NU adalah satu-satunya wadah

untuk menghimpun kekuatan dari seluruh ulama dan cendekiawan muslim

untuk kemajuan Islam dan Bangsa Indonesia.22

Pada hakekatnya, NU dapat dikategorikan sebagai kalangan

moderat yang tidak kaku dalam penafsiran ayat al-Qur’an maupun Hadis.

Mayoritas Ulama NU merepresentasikan dakwahnya dalam lembaga yang

berbentuk pesantren.23 Pondok pesantren yang memiliki perjuangan

Nahdlatul Ulama yang sangat kuat dan militan di kota Kediri adalah

pondok pesantren Lirboyo. Hal ini disebabkan KH. Mahrus Ali, selain

merupakan pengasuh pondok pesantren Lirboyo, dia juga salah satu

22

Keadaan NU yang demikian ini sebagaimana digambarkan oleh Azyumardi Azra, yang menulis sebagai berikut: Akibat bias intelektual itu adalah terdapatnya kecenderungan kuat di kalangan para ahli atau pengamat tentang Islam (baik pada tingkat Indonesia, maupun pada tingkat internasional) untuk lebih memberikan perhatian kepada organisasi-organisasi “modernis” atau reformis. Terdapat banyak sekali kajian yang dihasilkan para ahli dan pengamat tentang organisasi atau kaum modernis atau reformis semacam Muhammadiyah. Bahkan organisasi dan kaum modernis dan reformis ini cenderung mendapat pemberitaan lebih luas dan ekstensif dalam media massa. Karena itu, tidak aneh kalau terdapat complaints dari kalangan “tradisionalis” bahwa media massa di negara-negara Muslim, termasuk Indonesia, semacam memiliki “bias” modernis, dengan mengorbankan kaum “tradisionalis”. Azyumardi Azra, “NU: Islam Tradisional dan Modernitas di Indonesia”, Book Reviw terhadap buku Nahdlatul Ulama: Tradisional Islam and Modernity in Indonesia, Greg Fealy dan Gerg Barton (ed.) dalam Studi Islamika, IV, 4, 1997

23Mujamil Qomar menyebut bahwa dahulu pesantren berfungsi sebagai pusat pendidikan dan penyiaran agama Islam yang bergerak saling menunjang. Kini pesantren ternyata lebih populis dan peka terhadap program-program pembangunan pemerintah maupun masalah-masalah sosial yang menjadi sasaran konsentrasi masyarakat.Namun sejauh ini pesantren-pesantren yang mashur disebut pesantren salaf masih tetap melestarikan model khas pembelajaran bagi santrinya. Keunikan pembelajaran di pesantren dimaksud tidak mengurangi kualitas output santrinya dalam kemahiran membaca teks berbahasa Arab, terutama kitab-kitab klasik. Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta: Erlangga, 2007), 76.

Page 12: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

211

pendiri Nahdlatul Ulama dan turut membesarkannya.24 Meskipun

demikian pada hakikatnya kelompok fundamentalis di Kediri bukan hanya

NU, tetapi ada Hizbut Tahrir Indonesia, al-Irsyad dan Jama’ah Tabliq.

Akan tetapi NU adalah basis terbesar kaum fundamentalis yang berada di

Kediri.

Pondok pesantren Lirboyo sebagai representasi NU di Kota Kediri

terletak di wilayah Barat dari kota Kediri Propinsi Jawa Timur.

Keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari peran Kiai Sholeh Banjarmelati,

mertua dari KH. Abdul Karim (Mbah Manab), pendiri sekaligus

pemimpinnya. Pon. Pes. Lirboyo didirikan pada tahun 1910, dan pada

tahun 1913 di Pon. Pes. Lirboyo didirikan musholla dan masjid untuk

menampung masyarakat sekitar yang telah memeluk agama Islam.25 Hal

ini sebagaimana yang dituturkan oleh Qodir (ketua pondok Lirboyo):

Dahulu kepala Desa Lirboyo menyediakan tanah seluas 1785 M,2

yang dibelinya dari seorang muslim yang tidak tahan dengan lingkungan Desa Lirboyo yang pada waktu itu sebagai sarang rampok dan pencuri. Semenjak Pondok Lirboyo didirikan dengan diawali dibangunnya surau kecil sebagai tempat mengaji para santrinya.26

Pada awalnya pondok Lirboyo menggunakan metode pendidikan

salafi yaitu dengan format pengajian weton sorogan (santri membaca dan

mengulas pelajaran langsung di hadapan kiai) dan bandongan (santri

menyimak dan memaknai kitab sesuai makna yang dibacakan kiai).Namun

seiring dengan perkembangan pondok Lirboyo, pada tahun 1925 Kiai

24Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES,

1982), 50-51. 25 Ibid., 50. 26 Qodir, Wawancara, Kediri, 28 Februari 2014.

Page 13: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

212

Abdul Karim menerapkan sistem klasikal di pondok tersebut. Dari sistem

klasikal ini lahirlah madrasah di pondok pesantren Lirboyo yang dikenal

dengan nama Madrasah Hidayatul Mubtadi’ien. Firrin (ketua lembaga

bahsal-massa’il pondok Lirboyo) menuturkan:

Madrasah Hidayatul Mubatadi-ien pada mulanya pernah mengalami pasang surut, dikarenakan negara pada waktu itu masih dijajah (1925-1931). Bahkan pada tahun keenam (1931) Madrasah ini pernah mengalami kevakuman selama dua tahun. Pada tahun 1933 KH.Jauhari bersama Kiai Kholil dan Kiai Faqih As’yari dari Sumbersari Pare, menghidupkan kembali Madrasah Hiadayatul Mubtadi’ien. Untuk mendukung kegiatan belajar mengajar setiap santri ditarik 5 sen setiap bulan dan ditangani oleh pengurus pondok pada waktu itu.27

Sepeninggal KH. Abdul Karim 1954, kepemimpinan dilanjutkan

oleh KH. Marzuqi Dahlan (1906-1975) dengan dibantu oleh KH.Machrus

Aly (1907-1985) dengan jumlah santri yang mencapai 2.500.Pada masa

kepemimpinan KH.Marzuqi Dahlan dan KH. Machrus Aly, Pondok

Lirboyo mengalami perkembangan yang pesat, dan semakin terkenal di

seantero wilayah Indonesia.28

Berkat komitmen pemimpin tersebut, Pondok Lirboyo banyak

mengalami kemajuan, diantaranya pada tahun 1958 didirikan Majelis

Musyawarah Madrasah Hidayatul Mubtadi’ien (M3HM), untuk menangani

pelaksanaan musyawarah dan muhafadzah. Selain itu pada tanggal 30

April 1966 didirikan Universitas Islam Tribakti (UIT) yang diresmikan

oleh Menteri Agama, KH. Saifuddin Zuhri pada tanggal 25 Oktober 1966,

27 Firrin, Wawancara, Kediri, 28 Februari 2014. 28Pupuh Fathurrahman, Keunggulan Pendidikan Pesantren; Alternatif Sistem Pendidikan Terpadu

Abads XXI (Bandung: Tunas Nusantara, 2000), 20.

Page 14: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

213

dengan tiga fakultas yaitu, Tarbiyah, Syari’ah dan Dakwah. Bapak Qodir

menuturkan:

Seiring dengan perubahan orientasi perkembangan pendidikan, maka UIT sekarang berganti menjadi IAIT (Institut Agama Islam Tribakti). Bukan hanya itu, pada tanggal 15 Nopember 1966 dibentuk Badan Pembina Kesejahteraan Pondok Pesantren Lirboyo (BPK-P2L), untuk menentukan langkah-langkah strategis dalam kaitannya dengan pelestarian, pembinaan dan kesejahteraan pesantren.29

Secara umum, perkembangan dan pembaharuan yang dinamis di

Pondok Lirboyo ditandai dengan kurikulum pendidikan dan materi

pengajaran yang semakin lengkap, baik dalam pendidikan formal maupun

non-formal. Fasilitas sarana dan prasarana juga semakin lengkap,dan juga

jumlah santri semakin meningkat. Pondok Pesantren Lirboyo hingga kini

masih tetap eksis dengan pendidikan salafnya yang menerapkan sistem

klasikal dan sistem pengajian bandongan.30 Firrin mengatakan:

Sistem klasikal dikelola oleh Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien (MHM) dengan tiga tingkatan pendidikan Ibtida’iyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Sedangkan sistem pengajian bandongan dilaksanakan oleh beberapa mas}ayikh dan para asatiz}yang membaca bermacam-macam kitab dan boleh dipilih oleh para santri sesuai dengan kemampuannya.31

Selain dua sistem pendidikan di atas, Pondok Pesantren Lirboyo

juga mengelola pendidikan organisasi dan pendidikan ekstra kurikuler.

Pendidikan organisasi adalah untuk mengembangkan bakat para santri,

hingga kelak siap terjun di masyarakat, meliputi belajar berpidato,

memimpin tahlil, khutbah jum’at dan tajh<iz janazah. Selain Pondok

29Qodir, Wawancara, Kediri, 28 Februari 2014. 30 Observasi di Pondok Lirboyo, 16 Maret 2014. 31 Firrin, Wawancara, Kediri, 28 Februari 2014.

Page 15: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

214

Lirboyo menyediakan pendidikan intrakurikuler, ia juga menyediakan

ekstrakurikuler yang meliputi kursus komputer, seni baca al-Qur’an,

bahasa Inggris dan bahasa Arab yang dapat dipilih santri sesuai dengan

minatnya. Selain itu pondok Lirboyo juga menyediakan pendidikan dasar-

dasar jurnalistik dan mengelola majalah bulanan yang bernama “Misykat”

(Media Santri dan Masyarakat). Semua pendidikan ekstrakurikuler itu

telah dilakukan secara rutin, walaupun masih terdapat juga yang secara

temporer, seperti kursus pertukangan, perbengkelan, kepribadian dan lain

sebagainya.32 Qodir mengatakan:

Pada awal berdirinya pondok pesantren Lirboyo, ketika masih diasuh oleh sang Pendiri, KH. Abdul Karim, menerapkan sistem pembelajaran sorogan. Praktek pembelajaran atau pengajaran ini juga berlaku untuk anak cucu beliau, bahkan mereka mendapat pengajaran yang lebih ketat langsung dari beliau.Hal ini adalah bentuk perhatiannya kepada santri sekaligus keluarganya.33

Kiai Abdul Karim sangat terampil dalam mengajar,dia

memberikan pengajaran mulai dari pelajaran dasar, diantaranya baca al-

Qur’an, tajwid,aqa’id, tas}rif, dan sebagainya, sebelum pelajaran yang

lebih tinggi. Pengajaran tersebut dia mulai setelah Subuh hingga siang

hari. Di sela-sela pengajian atau pengajaran, dia sering memberikan

nasehat (maw>’id}ah h}asanah) untuk bekal hidup santri dengan lemah

lembut sebagaimana percakapan sehari-hari. Firrin menuturkan:

Kiai Manaf (Abdul Karim)sering mengingatkan santri agar tekun belajar. Jika dia mengetahui ada santri yang “nakal”, dia melampiaskan kegundahannya dengan menangis (mengadu kepada

32 Observasi di Pondok Lirboyo,16 Maret 2014. 33 Qodir, Wawancara, Kediri, 28 Februari 2014.

Page 16: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

215

Allah) serta mendoakannya agar lekas diberi petunjuk, bukan mengumpatnya.34 Macam-macam pendidikan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Pendidikan berorganisasi

2) Pendidikan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler diadakan oleh Pondok Pesantren

Lirboyo juga untuk menggali bakat-bakat khusus yang dimiliki

seorang santri.Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan berupa kursus

komputer, seni baca al-Qur’an, bahasa Inggris, dan bahasa Arab, serta

diajarkan pula dasar-dasar jurnalistik.35

3) Pondok-pondok Unit dan Cabang

Pondok Pesantren Lirboyo sampai sekarang memiliki sembilan

Pondok Unit, yaitu Pondok Pesantren Haji Mahrus (PPHM), Pondok

Pesatren Putri HM Qur’aniyah (P3HMQ), Pondok Pesantren Putri

Tahfizhil Qur’an (P3TQ), Pondok Pesantren HM Tahap Remaja

(PPHM ANTARA), Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadiaat

(P3HM), Pondok Pesantren Haji Ya’qub (PPHY), Pondok Pesantren

HM Al-Mahrusiyah, Pondok Pesantren Darusslam (PPDS), dan

Pondok Pesantren Salafy Terpadu Ar-Risalah.36 Qodir menuturkan:

Pondok Pesantren Lirboyo juga memiliki tiga pondok cabang, yaitu Pondok Pesantren yang berada di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, lalu Pondok Pesantren

34 Firrin, Wawancara, Kediri, 28 Februari 2014. 35 Tim Lirboyo, “Madrasah Hidayatul Mubatadien”, http://www.pondokpesantren.net/ponpren/

index.php?option=com_content&task=view&id=37, diunduh tanggal 10 Maret 2014. 36Tim Pondok Haji Ya’qub, Sejarah Pondok Unit Lirboyo”, http://www.lirboyo.net/ pesantren

/pondok-unit-lirboyo/ponpes-haji-yaqub-hy/, diunduh tanggal 10 Maret 2014.

Page 17: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

216

yang berada di Desa Turen, Malang, terakhir Pondok Pesantren yang berada di Desa Bakung, Blitar.37

4) Lajnah Bahtsul Masail (LBM)

5) Lembaga Ittihadul Muballighin

Lembaga Ittihadul Muballighin adalah lembaga yang berada di

bawah naungan Himpunan Alumni Santri Lirboyo (HIMASAL) yang

bergerak di bidang dakwah. Aktifitas lembaga ini meliputi: pertama,

sebagai fasilitator permintaan pengajar, khatib, imam tahlil, dan

penceramah dari luar Pondok Pesantren Lirboyo. Kedua, mengisi

pengajian umum dan pengajian rutin di masyarakat. Ketiga, secara

rutin dan teratur melakukan bimbingan keagamaan kepada masyarakat

dengan menerjunkan langsung para santri yang tergabung dalam Tim

Safari.38

Metode pembelajaran dalam pendidikan di Lirboyo:

a) Hafalan (al-Hifdh)

b) Ngaji Kilatan/Bandongan

c) Diskusi

3. Masyarakat Puritanis

Islam puritan seperti ditulis oleh Khaled A. El Fadlyang dikutip

oleh Azumardi Azra adalah kaum Wahhabi yang dasar-dasar teologinya

dibangun oleh Muhammad Ibn Abd al-Wahhab yang sangat fanatik pada

abad ke-18. Islam puritan sangat menentang modernitas (Barat). Menurut

37 Qodir, Wawancara, Kediri, 28 Februari 2014. 38Tim Lirboyo, “Madrasah Hidayatul Mubatadien”, http://www.pondokpesantren.net/ponpren/

index.php?option=com_content&task=view&id=37, diunduh tanggal 10 Maret 2014.

Page 18: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

217

mereka umat muslim wajib kembali kepada Islam yang dipandang murni,

sederhana, dan lurus. Artinya, umat Islam tidak boleh bersahabat dengan

mereka yang bukan muslim atau muslim yang dinilai bid’ah.39

Adanya pemikiran seperti di atas disebabkan oleh kaum puritan

selalu membesar-besarkan peran teks dan menafikan peran aktif manusia

yang menafsirkan teks keagamaan. Karena kemampuan manusia dalam

menafsirkan teks diabaikan, maka estetika dan wawasan moralitas dinilai

tidak relevan dan tidak berguna.Karena teks menjadi pegangan maka

kehidupan yang berada di luar hukum Tuhan dinilai tidak benar sehingga

harus diperangi atau dihukum.

Hukum yang dimaksud disini adalah al-Qur’an dan tradisi Nabi

(hadis dan sunah). Menurut mereka, 90 % dalam syari’at yang mereka

anggap hukum yang terwahyukan tidak terbuka bagi perdebatan, tidak

boleh dipertanyakan, dan hanya 10 % dari hukum yang terbuka bagi

perdebatan. Dengan kata lain, hukum yang dipegang oleh kaum puritan ini

tertutup bagi penafsiran baik dari dalam maupun dari luar, dan yang benar

adalah apa yang diwahyukan dan di luar itu tidak benar.

Dari pandangan di atas dapat dikatakan bahwa Islam puritan adalah

aliran yang identik dengan fundamentalis, militan, ekstrimis, radikal,

fanatik, dan jahidis. Akibatnya konsep-konsep seperti demokrasi, Hak

Asasi Manusia, dan pengakuan akan peran perempuan sama sekali

ditentang oleh mereka. Bagi mereka orang muslim sudah pernah mencapai

39Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam Dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post

Modernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), 120.

Page 19: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

218

“zaman keemasan Islam” dan karena itu mereka (orang muslim) harus

mempertahankan dan kembali pada zaman keemasan itu. Salah satu kaum

puritan di Indonesia adalah Muhammadiyah.

Di Kota Kediri awal mula eksistensi Muhammadiyah berasal dari

kontribusinya sebagai organisasi Islam yang menekankan kepada amal

usaha nyata seperti mendirikan sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, panti

asuhan, dan sebagainya. Hal inilah yang menjadikan Muhammadiyah

menggunakan semboyan “berlomba-lomba dalam kebaikan “ sebagai

semboyan gerakan.40 Muhammadiyah membangun Rumah Sakit dan Panti

Asuhan Muhammadiyah tanggal 07 Desember 1965 bertempat di Jl. Lawu

No. 25 (sekarang Jl. KHA. Dahlan No. 39) Mojoroto.Ketika itu diadakan

musyawarah antar Pimpinan Pemuda Muhammadiyah yang dihadiri

sebanyak 13 orang yaitu:

a. Bpk. Moh. Sabar (Pimpinan Muhammadiyah)

b. Bpk. Moh. Khuzaini (Pimpinan Muhammadiyah)

c. Bpk. Syamsu Dhuha (Pimpinan Muhammadiyah)

d. Bpk. Moh. Slamet (Pimpinan Muhammadiyah)

e. Ny. Soelaiman (Pimpinan 'Aisyiyah)

f. Ny. Hj. Masyhuri (Pimpinan 'Aisyiyah)

g. Ny. Moh. Khuzaini (Pimpinan 'Aisyiyah)

h. Ny. Hj. Moh. Slamet (Pimpinan 'Aisyiyah)

i. Ny. Imam Suhudi (Pimpinan 'Aisyiyah)

40 Muhammad Saleh,” Panti Asuhan Muhammadiyah Kota kediri ”, http://muhkotakediri.

wordpress.com/organisasi/pantiasuhan-muhammadiyah/ diunduh tanggal 14 Maret 2014.

Page 20: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

219

j. Ny. Hj. Misbah (Pimpinan 'Aisyiyah)

k. Drs. H. Surahmat (Pimpinan Pemuda)

l. HM. Sutejo (Pimpinan Pemuda)

m. Drs. Abu Marsudi (Pimpinan Pemuda)41

Di dalam aktivitas dakwahnya Muhammadiyah berdampingan dan

bersama-sama melakukannya dengan ormas keagamaan yang lain seperti

Nahdlatul Ulama, Wah}idiyyah dan Al-Irsyad. Dengan demikian, ormas

tersebut dapat mencapai fungsinya di masyarakat.42 Hal ini sebagaimana

yang disampaikan oleh Fauzan Saleh (wakil DPM Muhammadiyah Kota

Kediri):

Di Kediri, Muhammadiyah merupakan salah satu ormas keagamaan yang memiliki fungsi untuk meningkatkan peranannya dalam berbagai bidang kehidupan sosial masyarakat. Aktivitas Muhammadiyah Kediri meliputi: bidang keagamaan, bidang pendidikan, bidang sosial, bidang kesehatan, bidang ekonomi, dan bidang budaya. Sampai dengan sekarang PDM Kediri memiliki 7 majelis yang terdiri dari Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran, Majelis Pengembangan Kader dan Sumber Daya Insani, Majelis Wakaf dan Keharta bendaan, Majelis Pembina Kesejahteraan Sosial dan Pengembangan Masyarakat, Majelis Pembina Kesehatan, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Majelis Ekonomi.43

Muhammadiyah daerah kota Kediri didirikan dengan tujuan tajdid

(pembaruan), yangmempunyai dasardari surat pengesahan Pimpinan Pusat

Muhammadiyah No. 48 PMD Tanggal 17 Agustus 1965, dan pada saat itu

aktivitas keagamaan Muhammadiyah di Kediri mendapatkan

legitimasinya, meskipun sebenarnya aktivitas PDM Kediri telah dilakukan

41 Tim Muhammadiyah Kota Kediri, ”Sejarah Muhammadiyah”, http://muhkotakediri. wordpress.

com/organisasi/profil-muhammadiyah/ diunduh tanggal 14 Maret 2014. 42 PDM Kediri, Tanfidz Musyawarah Daerah Muhammadiyah Kota Kediri Tahun 2003, 37-39. 43 Fauzan Saleh, Wakil Ketua PDM Kota Kediri,Wawancara, Kediri, 10 Maret 2014.

Page 21: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

220

sebelum tahun 1965,44 dan pada masa yang akan datang Muhamadiyah

Kota Kediri PDM Kediri terus eksis dalam kehidupan umat Islam di

Kediri.45

PDM kota Kediri telah mendirikan 98 Pimpinan Ranting yang

beranggotakan 10.937 orang. Dari 98 rantingMuhammadiyah baru 66

pimpinan ranting yang memiliki Surat Keputusan PDM, dan 32 pimpinan

ranting lainnya belum memiliki Surat Keputusan PDM.46

Selama ± 37 tahun perjalanannya PDM Kediri telah berhasil

melakukan pembaruan di berbagai bidang yaitu di bidang pendidikan

dengan mendirikan sekolah yang terdiri dari 119 Taman kanak-kanak, 8

44Yang dimaksud ialah pembaruan atau pemurnian sebagai upaya pemeliharan matan (isi) ajaan

Islam yang didasarkan dan bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Adapun pengertian yang lain, ialah peningkatan pengembangan modernisasi, dan pengertian modernisasi, ialah menempatkan tajdid sebagai usaha rasional dalam penafsiran, pengamalan dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Dikutip dari Abdur Munir Mulkhan, Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal Muhammadiyah (Yogyakarta: Persatuan, 1990), 215.

45Pimpinan Daerah Muhammadiyah adalah jenjang struktural Muhammadiyah setingkat Kota (district). Dalam level yang lebih tinggi dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah mempunyai fungsi koordinatif bagi seluruh Pimpinan Muhammadiyah yang ada di wilayah Kota tersebut, sekaligus juga mengkoordinasikan gerakan dakwah Islamiyah di seluruh wilayah Kota tersebut melalui berbagai bentuk, seperti aktivitas keagamaan, pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan, dan sebagainya. Dalam melaksanakan gerak dakwah Islamiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah mempunyai seperangkat pengurus dan lembaga-lembaga yang berfungsi secara praktis untuk melaksanakan program-program Muhammadiyah di tingkat daerah atau Kota.Sebagaimana di ranting dan cabang, proses kaderisasi dalam Pimpinan Daerah Muhammadiyah juga dilakukan secara intensif melalui organisasi-organisasi otonom Muhammadiyah di level daerah yang mempunyai segmentasi tersendiri.Pengambilan keputusan di Pimpinan Daerah Muhammadiyah juga dilaksanakan secara demokratis dalam bentuk permusyawaratan. Permusyawaratan tertinggi ialah Musyawarah Daerah Muhammadiyah yang berfungsi untuk memilih pengurus dalam Pimpinan Daerah Muhammadiyah, strategi dan program dakwah Muhammadiyah di wilayah Kota tersebut, mengevaluasi gerakan dakwah pada periode kepengurusan sebelumnya, dan lain-lain yang penting untuk diputuskan dalam permusyawaratan tersebut. Musyawarah Wilayah Muhammadiyah melibatkan seluruh Pimpinan Cabang dan Ranting Muhammadiyah di wilayah Kota tersebut. Pimpinan Daerah Muhammadiyah dalam melakukan gerakan dakwah juga bekerjasama dengan elemen-elemen lain dalam masyarakat, baik pemerintah daerah setingkat II, organisasi masyarakat lain, LSM, dan sebagainya. Tim Muhammadiyah Kota Kediri,”Tugas Pokok Pimpinan Muhammadiyah”,http://muhkotakediri.wordpress.com /organisasi/jaringan-muhammadiyah/, diunduh tanggal 14 Maret 2014.

46 PDM Kediri, Laporan Tahunan dalam Angka Tahun 2013.

Page 22: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

221

Sekolah Dasar Muhammadiyah, 4 Madrasah Tsnawiyah Muhammadiyah,

2 Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah dan 2 Sekolah Menengah

Kejuruan Muhammadiyah47. Selain itu, di bidang kesehatan PDM Kediri

telah memiliki Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Kediri sejak

tahun 1966.48

Di bidang keagamaan, aktivitas PDM Kediri sangat variatif.

Keinginannya untuk melakukan pembaruan ditempuh dengan berbagai

macam aktivitas keagamaan, seperti pengajian, pelatihan mubaligh,

pelatihan da’i dan lain-lain. Kapasitas Muhammadiyah sebagai ormas

keagamaan didukung olehperan serta Majelis Tabligh49dan Tarjih50di

bidang keagamaan turut membina warga masyarakat Kediri.

Aktivitas kelompok-kelompok pengajian seperti Baitul Arqam dan

Baitul Arqam II pada hakikatnya merupakan gerakan dakwah IslamAmar

ma’ruf nahi munkar PDM Kediri.51 Dari aktivitas pengajian tersebut

muncul pembagian wilayah daerah Kediri menjadi 3 wilayah dakwah yang

meliputi: Wilayah Kediri bagian Timur, Wilayah Kediri bagian Tengah

dan Wilayah Kediri bagian Barat.Kegiatan dakwah PDM yang rutin

dilakukan ialah pengajian pimpinan dan pengajian muballigh, serta

47Ibid. 48 PDM Kediri, Peran Serta Muhammadiyah Daerah Kota Kediri dalam Era Pembangunan,

(sebuah informasi), (Kediri : PDM, 1989), 12. 49Yang dimaksud ialah gerakan dakwah yang bertugas memberikan pengarahan dan pembinaan

kepada umat dalam hal tuntunan praktis mengenai khitanan, kematian, kelahiran, dan perkawinan dengan penjelasan agama.Dikutip Margono Poespo Suwarno, Gerakan Islam Muhammadiyah, Cet IV (Yoyakarta: Persatuan, 1995), 56.

50 Yang dimaksud ialah pelaksana dan pengakomodir usaha Muhammadiyah dengan memberikan fatwa dan nasehat yang didasarkan pada hukum Islam dan merumuskannya menjadi tuntunan Islam terutama di bidang Tauhid, Ibadah, dan Muamalah, lalu dijadikan pedoman hidup pada anggota dan keluarga Muhammadiyah, Ibid.,58.

51 PDM Kediri, Arsip Laporan PDM Kota Kediri periode 1995-2000, 26.

Page 23: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

222

mengelola 304 buah masjid, 142 mushola, 350 orang tenaga khatib, dan

450 orang muballigh.52

Di bidang sosial, aktivitas PDM Kediri meliputi kegiatan khitanan

massal, bakti sosial, pengobatan cuma-cuma, memberikan bantuan korban

bencana alam banjir misalnya PCM Mojoroto memberikan santunan

kepada anak yatim, dan turut mengelola zakat fitrah di beberapa SMA

Negeri.53

Di bidang seni dan budaya, PDM Kediri membina group seni

“Laras Sworo” yang merupakan kesenian gending Jawa yang diisi dengan

dakwah pengajian. Pada tahun 2000 PDM juga membina Karawitan

Paguyuban Muslim “Manunggal Karso”, pembinaan macapat paguyuban

muslim “Manunggal Karso” dan pentas karawitan dan pagelaran wayang

kulit paguyuban muslim “Manunggal Karso”.54

Sampai dengan tahun 2003, PDM Kediri telah memiliki 6

organisasi otonom yang merupakan penerus dan pelangsung amal usaha

Muhammadiyah di masyarakat, yaitu : ‘Aisyiah, Pemuda Muhammadiyah,

Nasyiatul ‘Aisyiah, Ikatan Remaja Muhammadiyah, Kwarda Hizbul

Wathan, dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah.55

Di Kediri kelompok Muslim Puritanis bukan hanya

Muhammadiyah, tetapi juga Lembaga Dakwah Islam Indonesia adalah

salah satu golongan tersebut. LDII memiliki kecenderungan untuk

52Ibid., 25-27. 53 Yudi Wahyudi, Muhammadiyah Daerah Kota Kediri, 1965-1999 (Kajian Terhadap Amal

Usaha) Sebuah Skripsi Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel, yang tidak diterbitkan, 38. 54 PDM Kediri, Laporan Muhammadiyah tahun 1995-2000,20. 55Ibid., 12-13.

Page 24: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

223

mempropagandakan kemurnian dalam beragama dengan menggunakan al-

Qur’an dan Hadis yang harus manqul dari sang Ketua yang dulu disebut

Amir.

B. Tahap Pengenalan LDII

Mistisisme Islam yang sudah mentradisi pada akhirnya menimbulkan

resistensi sehingga mengecilkan dukungan terhadap posisi ortodoksi Islam

yang diusung Nur Hasan al-Ubaidah sebagai pihak yang mengaku mewakili

Islam yang paling “benar” atau “sejati”. Darul Hadits yang diperkenalkan Nur

Hasan al-Ubaidah pun ditolak di mana-mana sehingga kehidupan pengikutnya

menjadi terasing di negerinya sendiri. Penolakan terhadap Darul Hadits

karena dikelompokkan ke dalam ortodoksi model Saudi Arabia modern

(Wahabi).56 Meminjam bahasa Quintan, melihat gerakan-gerakan sosial

keagamaan sebagai sesuatu yang rasional dan merupakan manifestasi tindakan

kolektif yang terorganisir, inilah yang disebut Teori Mobilisasi Sumber Daya

(TMSD).57

56Wahabi adalah kelompok puritanisme dalam sejarah Islam atau sejarah Arab. Pada pertengahan

abad ke-18, muncul gerakan pembaruan puritan yang didirikan oleh seorang Najed dari suku ‘Uyainah bernama Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab (w. 1792).Setelah mengembara di Hijaz, Irak, dan Suriah, Ibn ‘Abd al-Wahhab pulang ke tanah air dengan menanamkan pemikiran bahwa Islam, seperti yang dipraktikan oleh umat pada zaman itu, telah mengalami penyimpangan besar-besaran dari praktik ortodok dan teori yang diajarkan oleh Nabi dan Alquran.Kemudian dia menetapkan diri untuk memurnikan ajaran Islam, dan menyelamatkannya ke dalam bentuk ajaran terdahulu yang ketat. Dengan jelas ia mendapatkan ilhamnya dari ajaran Ibn Hanbal yang ditafsirkan oleh Ibn Taymiyah. Dia menjadikan Muhammad bin Su’ud (1765) yang kemudian menjadi pemimpin kecil kawasan Arab Tengah sebagai sekutu dan menantunya. Inilah fenomena pernikahan antara agama dan penguasa.Persekutuan ini berhasil menyebarkan keyakinan agama, dan kekuasaan Ibn Su’ud dengan cepat menyebar ke seluruh jazirah Arab.Para pengikut Ibn ‘Abd al-Wahhab disebut golongan Wahabi oleh lawan-lawan mereka. Philip K. Hitti, History of The Arabs, Ibid., 948.

57 Quintan Wictorowicz, Gerakan Sosial Islam: Teori Pendekatan dan Studi Kasus. Terj. Paramadina (Jakarta: Paramadina, 2012), 31.

Page 25: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

224

Komunitas LDII dipandang sebagai kelompok yang mempunyai

perilaku berbeda dengan masyarakat kebanyakan sehingga dianggap

menyimpang. Perilaku menyimpang sebagai suatu gejala sosial yang selalu

ada dalam perkembangan kehidupan masyarakat perlu dijelaskan. Durkheim,

lewat penelitiannya terhadap perilaku menyimpang bunuh diri, memperoleh

penjelasan bahwa perilaku menyimpang (deviance) muncul karena adanya

anomi dalam masyarakat. Menurut Ritzer anomi adalah suatu kondisi

masyarakat yang di dalamnya tidak ada keleluasaan moral yang cukup, tidak

mempunyai konsep yang jelas tentang perilaku apa yang sesungguhnya tidak

layak dan apa yang dapat diterima. Jary mengatakan bahwa perilaku

menyimpang menurut Durkheim, yang kemudian diikuti oleh Merton, adalah

problem sosial yang muncul dari bentuk-bentuk “patologis” atau “ketidak

normalan” solidaritas sosial, terutama individualisme dan anomi yang

berlebihan.

Terjadinya persinggungan berupa konflik antara nilai agama yang

mapan dengan lingkungan sekitar memunculkan gerakan sempalan yang

bersifat “menolak dunia” atau mungkin juga “berkompromi dengan dunia”.58

O’dea juga menambahkan, bahwa dalam pandangan Wilson, munculnya sekte

atau gerakan sempalan adalah juga dikarenakan kontak agama dengan dunia

58

Menurut Troeltsch, sekte atau gerakan sempalan muncul sebagai akibat dari konflik antara prinsip dan nilai agama Kristen dengan lembaga-lembaga masyarakat yang telah mapan. Thomas F. O’dea, Sosiologi Agama, terjemahan : Tim Yasogama (Jakarta : Rajawali, 1992), 65.

Page 26: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

225

sekitar. Wilson memperluas sekte pada pelbagai agama. Sekte kadang-kadang

dapat menyesuaikan diri menjadi “sekte yang mapan”.59

Turner menyatakan bahwa masyarakat yang berada pada situasi

peralihan akan mengalami krisis sehingga membutuhkan gerakan penguatan

untuk membangkitkan semangat. Gerakan penguatan itu diaktifkan dengan

seluruh peranti yang mampu membangkitkan emosi keagamaan dalam bentuk

ritual. Dengan ritual, gerakan sosial yang sebelumnya biasa-biasa saja menjadi

gerakan atas nama agama dan menjadi kekuatan dahsyat yang mengejutkan.

Di sisi lain, dengan ritual itu anggota masyarakat yang berada dalam dunia

liminal antara ada dan tiada (between and betwixt) bisa memasuki dunia

komunitas yang normal yang gemilang.60

Agama tidak bisa dilepaskan dari sebuah komunitas kepercayaan (atau

disebut pula umat beragama). Namun, ada beragam cara bagaimana komunitas

keagamaan tersebut tersusun atau terorganisir. Dalam melihat hal tersebut,

salah satu teori penting dalam mengklasifikasikan komunitas keagamaan

adalah teori yang dirumuskan oleh Max Weber bersama koleganya, Ernst

Troeltsch.Teori ini memberikan sumbangan penting dalam mengategorikan

komunitas keagamaan sekaligus dalam melihat kontestasi di antara komunitas

tersebut.

59 Terlepas dari perubahan yang ada di dalam diri dan situasinya, mereka itu tetap (meskipun

generasi pendiri mereka telah berlalu) menarik diri dari atau bertentangan dengan masyarakat umum. Ibid., 70.

60Artinya, dalam ritual itu konsepsi yang abstrak menjadi nyata adanya, wilayah yang tidak tersentuh menjadi tersentuh, dan wilayah yang tidak mungkin menjadi mungkin. Bryan S.Turner, Religion And Social Theory (London : Sage Publications Ltd, 1991), 132.

Page 27: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

226

Weber dan Troeltsch membedakan komunitas keagamaan antara

“gereja” dan ”sekte”. Gereja, walaupun sangat berakar pada tradisi Kristen

tetapi memiliki pengertian sebagai badan keagamaan yang tersusun secara

formal, birokratis, hierarkis, dan memiliki status kemapanan (established)

yang merepresentasikan wajah konservatif dan ortodoks di tengah keteraturan

sosial. Sementara itu, sekte adalah kelompok kecil yang memiliki

kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan yang besar ke dalam

pembentukan komunitasnya sendiri. Kelompok ini memiliki ciri kurang begitu

terorganisir tetapi mempunyai komitmen kolektivitas yang tinggi, disertai

dengan kepemimpinan yang karismatik dan biasanya senantiasa berlawanan

dengan kelompok keagamaan yang mapan.

Selain tipologi kelompok keagamaan tersebut, belakangan ada pula

klasifikasi lain yang oleh Becker disebut denominasi. Denominasi merupakan

sebuah sekte yang berubah menjadi badan yang terlembagakan dan tidak lagi

berbicara lantang tentang protes keagamaan sebagaimana ciri khas sekte.61

Tipologi gerakan keagamaan tersebut relevan untuk membaca gerakan

keagamaan LDII yang pada awalnya merupakan komunitas keagamaan kecil,

namun dalam pergulatan dan dinamika keagamaannya mampu menjadi

denominasi yang lambat laun diakui oleh kelompok keagamaan mapan di

Indonesia. “Komunitas” dalam penelitian ini merujuk pada kelompok yang

semula dianggap sebagai kelompok keagamaan yang selalu menuai protes

keagamaan. Namun, dalam perkembangannya dinamika keagamaan telah

61Anthony Giddens, New Rules of Sociological Method (London: Hutchinson &Co/Publisher,

1977), 447-448.

Page 28: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

227

mendorong mereka untuk menjadi denominasi, bahkan kelompok ortodoksi

baru.62

Sebagaimana paparan data sebelumnya, bahwa LDII tidak bisa

dilepaskan dari sosok seorang yang bernama Nur Hasan al-Ubaidah, tokoh

utama dan pendiri pesantren sekitar tahun 1952. nama lengkap tokoh penting

dalam LDII tersebut adalah Nur Hasan al-Ubaidah Lubis bin Abdul bin Thahir

bin Irsyad. Lahir di Desa Bangi, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Kediri,

Jawa Timur, pada tahun 1915 (sumber lain menyebutkan tahun 1908). Di

masa kecilnya, Nur Hasan al-Ubaidah mendapat bimbingan keagamaan

langsung dari ayahnya sendiri, H. Abdul Aziz bin Tahir bin H. Isyad. Setelah

beranjak remaja, Nur Hasan al-Ubaidah mulai menuntut ilmu dari satu pondok

ke pondok yang lain, seperti Pedes, Samelo, Perak Jombang, Balong Jeruk,

bahkan pernah mondok di Lirboyo, pesantren terbesar yang menjadi basis dan

dikenal sebagai “Pesantren NU” Pada mulanya sasaran dakwah Nur Hasan al-

Ubaidah adalah keluarganya sendiri, kemudian menyebar luas ke masyarakat.

Momen berharga dari proses dakwah tersebut dimulai dengan baiat kesetiaan

pada Nur Hasan al-Ubaidah sebagai pemimpin oleh para pengikutnya yang

terjadi pada tahun 1941.

Nur Hasan al-Ubaidah kemudian mulai mengajar di Gading Mangu,

Jombang, sebuah desa yang sekarang menjadi lokasi Pesantren Gading Mangu

62Sebuah sekte yang survive, dalam perjalanan sejarahnya biasanya berubah menjadi denominasi.

Dalam sejarah Kristen misalnya, ditemukan sekte seperti Calvinisme dan Metodis yang pada awalnya merupakan sekte, namun belakangantelah berubah menjadi denominasi. Dalam hal status sosial, denominasi sedikit banyak mendapatkan pengakuan dari gereja atau kelompok keagamaan mapan dan selalu menjaga sikap kooperatif dengan pihak gereja. Howard S. Becker, Writing for Social Scientist: How to Start and FinishYour Thesis, Book, or Article (Chicago: University of Chicago Press, 1986), 212.

Page 29: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

228

(GAMA). Aktivitasnya di sana berkat jasa H. Bey Prawiro Noto, kepala desa

kala itu, yang masih kerabat Nur Hasan al-Ubaidah. Hal tersebut senada

dengan teori yang di gagas Quintan Wiktorowicz, bahwa; Pendekatan awal

terhadap studi gerakan sosial keagamaan bersumber dari psikologi sosial

fungsional tentang perilaku massa. Titik tolak analisis tersebut ialah asumsi

bahwa keseimbangan sistem merupakan suatu kondisi sosial yang natural dan

stabil.63

Ketika pengikut pengajiannya semakin banyak, dibentuklah suatu

perkumpulan yang disebut Jamaah Qur’an dan Hadits. Sejak saat itu, telah

berdiri sebuah komunitas yang sah dengan pemimpin yang sah. Adapun awal

mula gerakannya, komunitas Nur Hasan al-Ubaidah merekrut anggota secara

sukarela. Ajaran-ajarannya menegaskan karakteristik kelompok tersebut

sebagai suatu kelompok keagamaan yang berbeda dengan kelompok Islam

lainnya. Kehadiran Nur Hasan al-Ubaidah secara empiric merupakan

fenomena seorang tokoh yang mampu mengonstruksi kebudayaan baru di

kalangan umat Islam dan melakukan dinamisasi yang menggoyang Islam

mainstream. Aktivitas Nur Hasan al-Ubaidah menawarkan praktik-praktik

keagamaan yang tidak lagi menghargai ikatan-ikatan lokal.

Islam Jama’ah yang mempunyai bidang kegiatan seperti diskusi,

pengajian-pengajian al-Quran dan Hadis, penerangan agama, sering berganti

nama tapi kegiatan dan ajarannya tetap seirama tidak ada perubahan sama

63 Quintan Wiktorowicz, “A Geneology of Radical Islam,” Studies in Conflict & Terrorism

(London: 2005), 28, 75-97.

Page 30: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

229

sekali, dan perpindahan nama itu hanya bersifat politis saja untuk

menyelamatkan diri sebagai ajaran yang dilarang oleh pemerintah ketika itu.64

Nama-nama yang pernah digunakan oleh gerakan social keagamaan

adalah:

a. Jama’ah Qur’an dan Hadits

Setelah pengikutnya semakin banyak, maka sebagai pelaksanaan

dari ketentuan organisasi perkumpulan ini diberi nama “Jama’ah Qur’an

dan Hadits”. Dengan dibentuknya jama’ah ini maka harus ada Amirnya

dan harus berbai’at. Dengan diangkatnya Nurhasan al-Ubaidah sebagai

amir maka detik itu juga secara resmi berdiri “Aliran Islam Jama’ah”,

gerakan ini hanya bertahan kurang lebih 10 tahun lamanya, mereka

berganti nama “Darul Hadits”

b. Pondok Darul Hadits

Setelah organisasi yang masih bersifat sangat sederhana dan hanya

mengurusi pengajian saja, maka pada tahun 1950 berdirilah cabangnya

yang pertama di Burengan – Banjaran – Kota Kediri, tetapi akhirnya

berubah menjadi pusat sampai sekarang. Sedangkan pondok di dukuh

Bangi – Wonomarto – Purwoasri – Kediri tempat awal keberadaanya

sudah musnah, dan sekarang ditempati adik kandungnya yaitu H. Fattah, ia

tidak mengikuti ajaran kakaknya. Nama Darul Hadits ini diambil dari

nama madrasah Nurhasan al-Ubaidah ketika di Makah dulu. Meskipun

gerakan ini sudah berjalan beberapa tahun, namun secara resmi disahkan

64

Mundzir Thohir, BA, Tinjauan Terhadap Keamiran Islam Jama’ah (Skripsi Doktoral lengkap sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana, Fak. Ushuluddin IAIN Sunan Ampel, 1977), 16.

Page 31: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

230

pada tanggal 2 Januari 1957 disahkan dalam suatu pertemuan resmi di

Balongjeruk-Plemahan-Kediri dan diputuskan di Surabaya.65

Karena pengajian-pengajian yang disampaikan oleh tokoh-tokoh

Darul Hadits ini banyak bertentangan dengan pokok-pokok ajaran Islam

serta uraian dalam pembelajarannya melanggar kesopanan dan kesusilaan

yang ujung-ujungnya menghebohkan masyarakat, demi ketertiban umum

maka akhirnya gerakan ini dilarang oleh Menteri Pertahanan Keamanan/

Panglima ABRI.66

c. YPID (Yayasan Pendidikan Islam Jama’ah)

Setelah Darul Hadits dibekukan, maka pengikutnya beralih haluan

dan berlindung pada sebuah gerakan yang dibuat oleh tokoh-tokohnya

diganti dengan nama Pondok Jama’ah atau lebih popular lagi dengan nama

YPID (Yayasan Pendidikan Islam Jama’ah), mereka padai dalam

membentuk wadah baru itu sebelum ada larangan resmi dari pusat, maka

mereka terlebih dulu membubarkan diri dan membentuk wadah baru

dengan nama dan pengurus yang baru juga.

Kemudian pada tahun 1971 terjadi kehebohan yang sempat

menggoncangkan masyarakat dan juga keamanan, maka pada tanggal 29

Oktober 1971 dengan surat keputusan No. Kep./089/DA/10/1971

menegaskan kembali bahwa ajaran Darul Hadits yang berpusat di Kediri

dan tersebar melalui pondok-pondok Jama’ah Qur’an Hadits, YPID,

Yappenas dan lain-lainnya dibawah Amir Pusat Nurhasan al-Ubaidah

65 Ibid., 17. 66 Abri dilarang mauk DH, Harian Abadi, Jakarta, 19 Desember 1971, halaman 1 kolom 6.

Page 32: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

231

adalah terlarang. Larangan tersebut serupa dengan Surat Keputusan

Panglima Angkatan Laut RI, Laksamana Laut Mulyadi pada tanggal 2

Desember 1968.67 Maka setelah itu beralih nama menjadi DMC (Djama’ah

Motor Club)

d. Djama’ah Motor Club (DMC)

Setelah YPID dilarang, gerakan ini memperbaiki lagi hubungannya

dengan pemerintah dan akhirnya merubah nama menjdai Djama’ah Motor

Club (DMC). Suatu cara dengan mendirikan perkumpulan pengendara

sepeda motor, dengan cara ini gerakan Islam Jama’ah dapat mulai

melakukan pendekatan dengan pemerintah pada hari besar nasional, missal

17 Agustus dan hari-hari besar Nasional yang lain. Hal ini juga merupakan

jalan untuk mensiarkan ajarannya.

e. Pondok Golkar

Setelah masuk Golkar, Islam Jama’ah hidup kembali dengan

lancer, mereka mulai melancarkan penyebaran gerakannya, sebagaimana

sebelu mendapat larangan dari pemerintah dengan cara menyisipkan

pidato kampanyenya untuk menghadapi pemlihan umum, hal ini semakin

mengharmoniskan hubungan para Amir dengan pemerintahan bahkan

lebih baik dari sebelum adanya larangan pemerintah.

Meminjam teori social movement Quintan bahwa Political

opportunity spaces tercipta dari perubahan politik yang terjadi di suatu

wilayah. Perubahan politik inilah yang menyebabkan sebuah gerakan

67

Panglima Angkatan Laut RI., Turunan SK, No. Kep. 15760 I tahun 1968.

Page 33: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

232

muncul.68 Dibukanya kran demokrasi membuat masyarakat bergerak dan

muncul dalam beragam bentuk: Dalam ceramahnya di hadapan para

peserta rapat koordinasi Bapilu tingkat I/II Golkar Se-Sulawesi pada hari

Mingggu, 21 Maret 1971 dalam rangka kampanye Golkar, tapi yang

disampaikan menyangkut ajaran pokok gerakannya juga.69

f. Lemkari (Lembaga Karyawan Islam)

Gerakan ini sebenarnya adalah gerakan yang bertujuan khusus

untuk orang Islam dibawah Golongan Karya, dengan hal ini maka mereka

bias mengadakan kegiatan-kegiatan yang selaras dan dikehendaki

pemerintah, mereka bias mengadakan kegiatan ke luar dan ke dalam.

Dalam perkembanganya pada tahun 1975 gerakan ini mengadakan

reuni keluarga alumni Pondok Burengan. Maksud utama mengadakan

reuni ini adalah untuk menghimpun kembali serta mengadakan suatu

kekompakan di dalam menyebarkan gerakan Islam Jama’ah di seluruh

Indonesia. Dari rapat reuni itu menghasilkan 4 poin yang kemudian

menjadi cikal bakal LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia),

sebagaimana dikutip dari hasil skripsi Mundzir Thahir, bahwa 4 hal itu

adalah:

1) Lemkari (Lembaga Karyawan Islam) adalah suatu lembaga yang merupakan wadah Aliran Islam Jama’ah di seluruh Indonesia.

2) Menentukan Pusat Lembaga Karyawan Islam Jama’ah seluruh Indonesia di Kediri.

3) Membentuk susunan pengurus Pusat Lemkari dan membentuk Kepala Perwakilan Lemkari

68

Quintan wiktorowicz, Islam Activism An Social Movement Theory. A New Direction of Research, dalam B.A. Roberson (eds) Shaping Current Islamic Reformations (London and Portland: Farank Cass, 2003).

69 Nur Hasyim, Islam Adalah Agama Allah (Bandung: tp, 1971), 4.

Page 34: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

233

4) Membagi 20 daerah perwakilan diseluruh Indonesia, dan tiap-tiap profinsi didirikan satu perwakilan Lemkari.70

g. LDII

Pergantian nama gerakan ini terjadi lagi pada tahun 1990, dalam

forum Musyawarah Besar VI LEMKARI di Jakarta yang memutuskan

nama LEMKARI berubah menjadi LDII. Rudini, menteri dalam negeri

saat itu, mempunyai peran besar dalam proses perubahan nama ini.

Campur tangan pemerintah didasarkan pada beberapa hal. Di samping

karena kesamaan nama antara LEMKARI dengan Lembaga Karatedo

Indonesia yang juga disingkat “LEMKARI”, faktor kerisauan masyarakat

juga diperhitungkan.

Paparan di atas kiranya cukup menggambarkan dari sebuah Social

framing yang pernah digagas Quintan yaitu menjadi landasan moral sebuah

gerakan sosial muncul. Artinya, para aktivis gerakan sosial tidak bisa

meninggalkan akar-akar tradisi, melainkan bahkan menggunakannya secara

efektif.71

Gus Lik, sapaan akrab seorang tokoh NU Kediri asal Jamsaren yang

memiliki pondok pesantren yang berlokasi di dekat Pondok LDII, berjarak

kurang lebih 200 meter dari Pondok LDII, yang sekarang berubah nama

menjadi Pondok wali barokah. Ketika di Tanya soal LDII beliau mengatakan:

LDII itu ngajinya sama saja dengan NU, al-Qur’an dan Hadis yang dipakai pegangan sama, hanya saja mereka punya cara menerjemahkan sendiri, metode penafsiran yang lain. 72

70

Mundzir Thohir, BA, Tinjauan Terhadap Keamiran., 22. 71

Quintan wiktorowicz, Islam Activism An Social Movement Theory., 176. 72 Gus Lik, Wawancara, Kediri, 15 Nopember 2014.

Page 35: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

234

Sementara di sisi lain, beliau mempertayakan soal nasab keilmuan

pendiri LDII, apakah berujunng pada ulama salafi, ataukah wahabi. Karena

dalam buku tebal yang beliau miliki yang didalamnya berisi lengkap ajaran

dan bimbingan bagi warga LDII, tidak tercantum tentang hal tersebut.

Kemudian ketika kami bertanya soal bagaimana dengan pengaruh sepak

terjang LDII terhadap warga masyarakat, terutama warga Kediri, beliau

dengan senyum khasnya memberi jawaban demikian:

“arek-arek kene gak enek sing doyan, biyen tahu gawe nggon nek kene karo cah-cah dirubuhne. Sing doyan roto-roto dudu wong Kediri. Dadi LDII lek dakwah kuwi carane misale iki enek santri sepuluh, cah sepuluh ki ditugasne kon golek jamaah dewe-dewe, misal santri siji dikei tugas golek jamaah sepuluh, tapi yo dibiayai (anak-anak sini tidak ada yang mau, dulu pernah membuat tempat disini tapi dirobohkan. Rata-rata yang mau bergabung itu bukan anak Kediri. LDII itu cara dakwahnya, semisal santri sepuluh, masing-masing santri ditugaskan untuk mencari anggota sepuluh dengan cara dibiayai).73

Kalau masyarakat penduduk asli Kediri, menurut Gus Lik sama-sekali

tidak berminat untuk menjadi pengikut LDII. Jadi mayoritas pengikut LDII

adalah bukan orang Kediri tapi pendatang, dan rata-rata orang awam dalam

hal agama, jadi mudah dipengaruhi dan dibujuk. Karena menurut beliau, dulu

H. Nurhasan Ubaidah memang memiliki ilmu mahabbah (pengasihan) yang

cukup tinggi dan ampuh. Dia punya khadam (pembantu dari bangsa jin) yang

beliau bawa dari Makkah. Kemudian mahabbah itu berada pada air wudlu

para santri. Jadi siapa saja, santri atau bukan santri yang berwudlu di

73 Gus Lik, Wawancara, Kediri, 15 Nopember 2014.

Page 36: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

235

pondoknya, dapat dipastikan dia akan tertarik masuk LDII dan bagi yang

sudah masuk sangat sulit untuk bisa lepas atau keluar.74

Wacana kebudayaan yang diusung Nur Hasan al-Ubaidah cenderung

bertentangan dengan yang berkembang di tengah masyarakat. Karena itu

praktik keagamaan yang didoktrinkan Nur Hasan al-Ubaidah sering

bergesekan dengan ritual yang sudah berlangsung di tengah masyarakat.

Sebagaimana dicuplik dari pendapat Alim Roswantoro, jika kemampuan

kelembagaan tidak dapat mengakomodasi tuntutan-tuntutan baru masyarakat,

maka akan mengakibatkan munculnya ketegangan sosial dan kekacauan

politik.75

Setelah wafatnya Nur Hasan al-Ubaidah, LDII kota Kediri dikelola

secara kolektif. Keluarga Nur Hasan al-Ubaidah tidak lagi mendominasi.

Anak-anak Nur Hasan al-Ubaidah lebih banyak memilih terjun ke dunia

bisnis. Hanya dua orang menantu Nur Hasan al-Ubaidah yang aktif, dan saat

ini keduanya sedang studi di Saudi Arabia. Sepeninggal Nur Hasan al-

Ubaidah, Pondok Pesantren LDII Burengan dipimpin oleh Drs. Bachroni

Hertanto sejak 1972 sampai 1985, dilanjutkan oleh H. Abdurrohman sejak

1985 sampai 1990. Lalu pada tahun 1991 hingga 2001 dipimpin oleh K. H.

Manshur, S.H. Kemudian K. H. Kuncoro Kaseno Abdullah Thohir memimpin

Pondok Pesantren LDII Burengan, meneruskan tampuk kepemimpinan

sebelumnya hingga 2009. Saat ini Pondok Pesantren Burengan melengkapi

74 Gus Lik, Wawancara, Kediri, 15 Nopember 2014. 75 Alim Roswantoro, (ed). Antologi Isu-Isu Global dalam Kajian Agama dan Filsafat (Yogyakarta:

Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2010), 20.

Page 37: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

236

namanya dengan mencantumkan LDII, sehingga namanya menjadi Pondok

Pesantren LDII Burengan.

Muslim Kota Kediri adalah potret masyarakat yang tradisinya

dipengaruhi oleh ulama Jawa yang memperoleh pendidikan di Haramain.

Salah satu corak Islam yang berkembang di Jawa, termasuk masyarakat

Kediri, adalah keakrabannya dengan simbol-simbol lokal. Di tengah tradisi

seperti yang berlangsung dalam masyarakat Kediri, kemudian muncul suatu

paham keagamaan baru, yaitu Islam Jamaah yang kemudian berubah menjadi

LDII, di mana Pondok Pesantren LDII Burengan merupakan pusat

pengembangannya.

Melihat tema-tema yang diusung oleh gerakan Salafi pada bab

sebelumnya, LDII dapat dikategorikan berada di dalam kategori gerakan

salafi, namun memiliki perbedaan-perbedaan. Dalam diri LDII sendiri,

perubahan sikap ke-salafi-an dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama,

faktor internal yang ditopang oleh tiga sebab , yaitu (1) keterkaitannya dengan

nama Islam Jama’ah pimpinan Nurhasan Ubaidah yang sempat dilarang oleh

Jaksa Agung; (2) tudingan sesat yang dilontarkan oleh mantan kader-kader

LDII yang mufaroqah (meninggalkan) jama’ah; dan (3) keinginan untuk

mendapatkan pengakuan sebagai bagian dari komunitas ormas-ormas Islam

lainnya, terutama MUI yang menjadi rumah bersama ormas-ormas Islam.

Kedua, faktor eksternal yang ditopang oleh dua keadaan yang saling

bersinergi, yaitu (1) rekonsolidasi politik Orde Baru tahun 1970-an yang

mendorong munculnya politik ruislag (politik tukar guling). Sekretaris

Page 38: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

237

Bersama (Golkar) sebagai operator penguasa Orde Baru memberi “jalan

aman” dengan menampung eks-pengikut Islam Jama’ah ke dalam satu

organisasi bersama LEMKARI, pada saat yang sama mereka digiring pada

sikap politik yang mendukung Golkar dan (2) adanya resistensi sosial dari

ormas-ormas Islam, khususnya Islam Tradisional akibat kesan eksklusif

anggota LDII. Pengelompokkan LDII ke dalam jaringan Islam Salafi

menimbulkan reaksi dari kelompok Salafi. LDII memiliki bebarapa kesamaan,

tetapi secara fundamental memiliki konsep keagamaan yang berbeda dengan

mereka. Perbedaan-perbedaan fundamental tersebut adalah konsep

kejama’ahan dan keimamahan LDII.

LDII tidak terlepas dari asas pemikiran yang terangkum dalam 4

(empat) aspek dimensi dan perspektif yang berkembang dalam paham Salafi.

LDII menekankan pada aspek yang pertama, yaitu purifikasi praktik ubudiyah.

Meskipun demikian, sebagai komunitas sosial LDII bukanlah gerakan

keagamaan yang secara radikal menolak praktik-praktik Islam tradisional.

LDII secara perlahan mengalami moderasi sikap terhadap perkembangan

gerakan-gerakan Islam non-Salafi yang berkembang di Indonesia. Meskipun

LDII dianggap sebagai gerakan Salafi, namun memiliki perbedaan dengan

kelompok Salafi lainnya. Kesamaan bisa dilihat dari semangat LDII dalam

menerapkan apa yang disebut Islam murni, semisal penolakan terhadap

praktik-praktik keislaman lokal seperti “tahlilan”, pengukuhan konsep ijtihad

yang menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai rujukan utama (bukan

Kitab Kuning), penafsiran teks-teks al-Qur’an dan as-Sunnah yang tekstual

Page 39: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

238

(misalnya dalam menafsirkan hadis tentang cara bercelana bagi kaum laki-

laki), dan berbagai kemiripan lain.76

Fenomena Islam Jamaah atau LDII dilihat dari klasifikasi di atas,

memang tergolong unik dalam arti, memiliki beberapa tipe ideal. Gerakan ini

bisa dikatakan sebagai golongan reformis, dalam arti ingin kembali pada

kemurnian ajaran Islam. Di saat yang bersamaan kelompok ini memiliki ciri

khas gnostik, dalam arti adanya susunan hierarkis ketat melalui janji kesetiaan,

pemimpin, dan sistem manqul.77

76

Namun, sebagaimana yang terjadi dengan ormas-ormas yang menekankan konsep ijtihad yang merujuk langsung kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, LDII agaknya sudah mengalami proses moderasi. Artinya, ormas ini mulai realistis dengan berpandangan bahwa untuk menetapkan suatu hukum, mereka tidak bisa mengabaikan prestasi ijtihad ulama-ulama Salaf atau bahkan ulama Khalaf.

77 Kegelisahan akan adanya gerakan Islam model baru juga dirasakan oleh Muhammadiyah. Misalnya, orang-orang Muhammadiyah cukup risau melihat sepak terjang organisasi-organisasi tersebut sehingga PP Muhammadiyah merasa perlu mengirimkan surat instruksi kepada jajaran PD Muhammadiyah se-Indonesia untuk mewaspadai adanya upaya yang dilakukan oleh partai/organisasi dakwah yang disinyalir mengambil kader muda dan aset-aset Muhammadiyah. Kegelisahan yang sama dirasakan pula oleh NU. Pada awalnya NU tidak terlalu risau dan kurang responsif menyikapi sinyalemen upaya perebutan asset ritual yang berada di kantong-kantong NU. Namun, NU mulai merespons dengan keras sejak awal kepemimpinan Dr. K. H. Said Aqil Siradj. Di masa lalu isu yang menggelinding adalah ancaman ideologi transnasional. Sedangkan di masa sekarang Said Aqil menyoroti beberapa gerakan Islam radikal, termasuk beberapa kelompok Islam yang mendapatkan aliran dana dari Timur Tengah. Mereka ini kelompok anti-tahlil, anti-maulid dan ritual lain tradisi yang telah menjadi bagian dari masyarakat Islam tradisional di Indonesia, khususnya Kediri. Mengutip dari Hilmi Muhammadiyah (2012), kesimpulan disertasi dengan judul Pergulatan Komunitas Lembaga Dakwah Islam Indonesia Di Kediri Jawa Timur, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Antropologi Program Studi Pascasarjana Universitas Indonesia.

Page 40: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

239

C. Polemik Ideologi LDII

1. Polemik Ideologi Keagamaan LDII

a. Respon Tokoh MUI Terhadap Ideologi Keagamaan LDII

Kalangan MUI kota Kediri bersikap resistensif terhadap

ideologi keagamaan LDII, meski pada kenyataannya LDII juga tetap

masuk dalam kepengurusan MUI bahkan. Dalam wawancara kami

dengan bapak Slamet (sekretasis MUI kota Kediri), ia menyatakan

demikian:

MUI kota Kediri sangat keberatan ketika mereka (LDII) meminta kepada kami (MUI) untuk dimasukkan ke jajaran kepengurusan di MUI kota Kediri. Mereka berulang kali minta hal itu kepada kami. Namun bapak Shobir (Ketua MUI), enggan menerima mereka, dan kami semua dijajaran pengurus juga demikian. Karena mereka (LDII) di sisi lain sulit untuk di akses informasinya, terutama tentang ideologi yang mereka kembangkan di pondok mereka. Jadi kami merasa hal demikiran kurang adil. Jadi hingga saat ini, dalam jajaran kepengurusan MUI kota Kediri, tidak ada satupun yang merupakan anggota dari LDII. Meskipun mereka minta berkali-kali, kami tidak akan mau mengabulkan permintaan mereka, selama mereka tertutup untuk diakses langsung oleh kami tentang ideologi keagamaan mereka.78

Namun dalam memberikan fatwa terhadap LDII, MUI tidak

secara tegas menghukumi LDII aliran sesat, ataupun menyatakanbahwa

LDII menganut ajaran Islam Jamaah.79 Hal ini membuktikan bahwa

surat dari Kejaksaan Agung mengenai keputusan pelarangan terhadap

ajaran Islam Jamaah tidak dialamatkan kepada LEMKARI atau LDII.

Jadi MUI tidak dapat mendefinisikan keterkaitan dan keterikatan

78Slamet, Kantor Depag Kab.Kediri, 15 Nopember 2014. 79 Debby Murti Nasution, Bahaya Islam Jamaah: Lemkari-LDII (Jakarta: LPPI, 2001), 10.

Page 41: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

240

Lemkari atau LDII dengan Islam Jamaah. Di bawah ini adalah kriteria

aliran sesat menurut MUI:

a) Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun islam

b) Meyakini atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil

syar’i (al-Qur’an dan sunnah)

c) Meyakini turunnya wahyu sesudah alquran

d) Mengingkari autensitas dan kebenaran al-Qur’an

e) Menafsirkan al-Qur’an dengan tidak berdasarkan kaidah-kaidah ilmu

tafsir

f) Mengingkari kedudukan Hadits nabi sebagai sumber ajaran islam

g) Menghina, melecehkan dan atau merendahkan nabi dan rasul

h) Mengingkari nabi Muhammad shollallohu alaihi wasalam sebagai

nabi dan rasul terakhir

i) Mengubah, menambah dan mengurangi pokok-pokok ibadah yang

telah di tetapkan syariat

j) Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i.80

Dalam ajaran Islam, tajassus atau meneliti keburukan orang

lain, apalagi dia adalah sesama muslim bukanlah hal yang etis. Menurut

idealnya, pihak LDII yang seharusnya memberikan informasi secara

jujur dan terbuka dalam persoalan ideologi dan ajaran. Mereka harusnya

berani memberikan presentasi di depan pihak-pihak terkait mengenai

80Hidayatullah, ” Fatwa Sesat Bagi Syi’ah”, Berita tentang Agama, http://www.hidayatullah.

com/berita/nasional/read/2013/11/13/7266/mui-jatim-memenangi-gugatan-terkait-fatwa-tentang-syiah.html, diunduh 20 Maret 2014.

Page 42: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

241

persoalan tersebut, supaya tidak terjadi klaim-klaim yang tidak

diharapkan oleh pihak LDII.

Dari sepuluh kriteria tersebut tentu pihak LDII sendiri yang

harus introspeksi apakah ada yang mengarah kepada keyakinan dan

ajaran yang selama ini mereka yakini dan mereka jalani, tentu dari segi

penggunaan al-Qur’an dan Hadis. Sebagai pedoman dan landasan

hukum adalah hal yang mutlak ada sebagaimana sabda Rasulullah:

�� ������آ� ���� أ���� �� ���ا �� ����� : �آ��ب ا$ وس! روا/ ���. �- ��,+* ن)�'&

Telah aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitabullah (al-Qur’an) dan sunah Nabinya.

Namun tidak cukup dengan penggunaan keduanya, karena

keduanya adalah teks berbahasa Arab yang diturunkan ratusan tahun

yang lalu. Oleh karena itu tentu diperlukan seperangkat metode tafsir

yang baku dan berlaku, agar didapatkan hasl yang baik, tidak

melenceng, tidak pula terlalu menyederhanakan terjemahnya.

b. Respon Tokoh Wahidiyah Terhadap Ideologi Keagamaan LDII

Secara doktrinal anggota Wah}idiyah mempermasalahkan

beberapa hal dari LDII, seperti yang diungkapkan pula oleh Mundir

Thohir dalam tesisnya: Bagi Wahidiyah berdasarkan kefahaman warga

LDII tentang dalil-dalil al-Qur’an dan Hadis, mereka berpendapat

bahwa mengaji al-Qur’an dan Hadis adalah wajib hukumnya, karena

bagi LDII yang menjadikan syarat sahnya menuntut ilmu agama yaitu

mengaji al-Qur’an dan Hadis, mengamalkan al-Qur’an dan Hadis,

Page 43: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

242

membela al-Qur’an dan Hadis, berjama’ah secara al-Qur’an dan Hadis,

serta taat kepada Allah, Rasulullah Saw. dan Imam (Amir).81

Lima syarat yang merupakan doktrin LDII, diformulasikan

dalam doktrin “sistem 354”. Tiga (3) berarti, al-Qur’an, Hadis dan

jama’ah. Lima (5) berarti, lima syarat sahnya mengaji di atas yang

menjadi janji atau sumpah bai’at kepada amir, yang berisi mengaji,

mengamal, membela, sambung jama’ah dan taat Allah, Rasulullah Saw.

serta amir. Sedang empat (4) berarti, syukur pada amir, mengagungkan

amir, bersungguh-sungguh dan berdo’a.82 Menurut Yusuf (salah satu

pengurus perjuangan S}alawatWahidiyyah:

Kecuali itu, mengaji al-Qur’an dan Hadis seorang warga baru dianggap sah, apabila dilakukan secara manqu>l. Maksudnya, alur pengajian harus bersambung pada H. Nur Hasan al-Ubaidah, sebagai imam besar, hingga Nabi saw. dan sanadnya harus disebutkan dengan ungkapan ”Haddatsana Imam H. Nur Hasan al-Ubaidah” yang biasa dilakukan ketika memulai mengaji. Manqu>l ini, sangat penting, karena tanpa manqu>l bagaikan sesuatu yang tiada sarinya.83

Berdasarkan hasil studi Mundir Thohir tentang “Perilaku

beragama: Doktrin Islam Jama’ah dan sosialisasinya dalam membentuk

kesalehan warga LDII” dinyatakan, bahwa doktrin “354” sangat fokus,

jelas dan tegas, praktis, simpel dan bisa diamalkan tanpa harus

diperdebatkan, karena memang al-Qur’an dan Hadis menurut mereka

sudah jelas. Kefahaman itu, ternyata berdampak terhadap kesalehan

81Mundir Thohir, Perilaku Beragama : Doktrin Islam Jama’ah Dan Sosialisasinya Dalam

Membentuk Kesalehan Warga LDII (Malang: PPS.UNMUH, 2000), 73-79, (Tesis, tidak diterbitkan). Lihat juga Nur Hasyim, Imam Jama’ah Di Dalam Agama Islam dan 7 Faktor Syahnya Keamiran di Indonesia, (tk.: tp., tth.), 23, (Diktat, tidak diterbitkan).

82 Nasution, Bahaya Islam Jamaah: Lemkari-LDII., 41. 83Yusuf, Wawancara, Kediri,4 Maret 2014. Lihat juga Mundir Thohir, Perilaku Beragama, 79-81.

Page 44: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

243

beragama warga LDII. Kecuali itu, sosialisasi doktrin di atas

menggunakan prinsip-prinsip fungsional, maksudnya al-Qur’an dan

Hadis dipelajari untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.84

Konsep manqu>l dinilai sangat efektif dalam membentuk

kesalehan beragama warga, sebab langsung merujuk pada al-Qur’an

dan Hadis, sehingga menimbulkan rasa yang kuat tentang keaslian dan

kebenaran suatu ajaran, untuk kemudian para warga merasa puas dan

terus terikat untuk melaksanakannya.85 Itulah beberapa alasan yang

memperkuat, bahwa tingkat pelaksanaan agama warga LDII cukup

tinggi, termasuk dalam hal kehidupan sosialnya. Menurut Agus Heri

(salah satu pengurus s}alawatWah}idiyah):

Aqidah LDII sama dengan kaum Khawarij menurut mereka orang yang melakukan dosa besar kekal di dalam neraka. Orang-orang yang tidak membai’at imam mereka adalah kafir dan najis. Selain itu mereka mempunyai suatu aqidah yang identik dengan taqi>yyah-nya kaum Syi’ah. Mereka menamakannya fat}anah, bit}anah,budiluhur Luhuring budi karena Allah. Yaitu bolehnya berbohong demi kepentingan jamaah mereka, dan melindungi amirnya.Mereka berdalil dengan kisah berbohongnya Nabi Ibrahim ketika berkata bahwa patung besar yang telah menghancurkan patung-patung yang kecil.86

Pernyataan Agus Heri di atas bukanlah tanpa alasan, sebab sikap

eksklusif LDII dalam beragama dan pengkultusan kepada amir atau

imam mereka terlalu berlebihan.Hal ini seolah-olah LDII mengadopsi

dua ajaran aliran teologis dalam Islam, yaitu Khawarij dan Syi’ah.87

84Thohir, Perilaku Beragama, 78, (Tesis, tidak diterbitkan). 85Ibid., 160-162. 86 Agus Heri, Wawancara, Kediri, 17 Maret 2014. 87 Nuhrison, Aliran/Faham Keagamaan., 18.

Page 45: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

244

Berbeda dengan Khawarij maupun Syi’ah, praktek LDII dalam

menjaring orang atau sering dikatakan mencari “penginsaf baru” sangat

halus dan manis,apa saja si penginsaf baru inginkan akan mereka

penuhi. Setelah si penginsaf baru telah menjadi anggotanya maka

keaslian mereka tampak. Mursadat (pengurus yayasan perjuangan

Wah}idiyah) menyatakan:

Kita harus berhati-hati terhadap LDII, jangan sampai tertipu oleh mereka. Sering sekali mereka menutupi sifat-sifat mereka. Sehingga ketika mereka mendakwahi orang awam seakan-akan mereka seperti orang biasa yang mau berjabat tangan dengan orang lain, tidak mengkafirkan orang lain, dan tidak menganggap orang lain membawa najis dan sebagainya. Padahal ini semua adalah tipuan mereka yang mereka sebut dengan bithonah agar bisa mempunyai anggota yang sebanyak-banyaknya.88

Dalam menjalankan dakwah di masyarakat mereka mempunyai

dua wajah. Wajah yang pertama mereka membawa nama otoritas

organisasi LDII dengan berbudi luhur, gaya bahasa dibuat semenarik

mungkin, setelah mendapatkan simpatisan maka wajah yang kedua di

munculkan yakni diajarkan tentang hakikat hidup harus berbai’at dan

mengangkat seorang imam.89

c. Respon Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Terhadap Ideologi

Keagamaan LDII

Mengenai soal perkembangan ideologi keagamaan LDII untuk

sekarang ini, penulis bertanya dengan sedikit memberikan informasi

yang penulis dapatkan ketika berkunjung ke Pondok Wali Barokah

88 Mursadat, Wawancara, Kediri, 12 Maret 2014. 89 Mursadat, Wawancara, Kediri, 12 Maret 2014.

Page 46: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

245

Burengan, Kediri, dengan cara mengikuti shalat Jumat dari awal hingga

akhir di Masjid mereka. Informasi tersebut diantaranya:

Dalam shalat jum’at terdapat rukun khutbah mendoakan

ampunan untuk orang-orang mukmin dan muslim di manapun mereka

berada, apapun golongannya. Tapi dalam khutbah mereka, doanya

adalah memintakan ampunan untuk jamaah.Tentu jamaah yang

dimaksud adalah jamaah LDII. Beliau memberi jawaban yang sangat

bijak sebagai berikut: Ya pantaslah orang mengistimewakan jamaahnya

sendiri dibandingkan jamaah lain. Jadi menurut beliau persoalan seperti

itu tidak terlalu penting untuk dibesar-besarkan.

Begitu pula ketika disodorkan informasi lain bahwa dalam

shalat jum’at mereka, semua santri putri ikut melaksanakan shalat

jum’at. Selain jumlah santri putri yang ikut jamaah begitu banyak,

mereka juga tidak berbaur dengan jamaah laki-laki. Mereka berada di

belakang shaf laki-laki, kira-kira jarak 2 meter. Bahkan ketika

melaksanakan shalat jamaah, jamaah putri mundur lagi ke belakang

hingga jarak kira-kira 5 meter dari jamaah laki-laki. Dalam aturan

shalat jamaah di masjid, hukum para wanita hadir di masjid untuk ikut

jamaah shalat adalah makruh jika dikhawatirkan terjadi fitnah dan

gunjingan. Sedangkan yang penulis amati, karena ini sudah jadi budaya

di sana, maka fitnah dan gunjingan tersebut kemungkinan besar tidak

terjadi.90

90Muhammad Al-Nawa>wi> Al-Banta>ni>, Taushi>h}‘ala> Ibn Qa>sim (Surabaya: Hidayah, 1987), 54.

Page 47: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

246

Sistem keamiran di LDII merupakan tema yang paling menjadi

perhatian Gus Lik. Karena seorang Amir LDII semua perkataannya

harus diyakini sebagai kebenaran mutlak dan harus dijalankan. Hal ini

tentu memberikan paradigma terhadap seluruh pengikut LDII bahwa

sang Amir adalaah orang yang ma’shum (terjaga dari dosa), satu sifat

yang dimiliki oleh seorang Rasulullah. Satu ungkapan singkat beliau

yang cukup dalam maknanya: “Dikongkon ngalor ngidul manut ae koyo

wong goblok”.91 Artinya adalah para pengikut LDII terhadap semua

perintah san Amir harus patuh tunduk, tidak boleh membangkang jika

tidak mau masuk neraka, dan mereka-pun selalu patuh tanpa bisa

berpendapat seperti orang bodoh atau tidak berpendidikan saja.

Sistem pengajian LDII yang diketahui oleh golongan NU Kota

Kediri disebut manq<ul yaitu sebuah kajian Hadis dan al-Qur’an yang

mengharuskan memakai isnad. Mereka berdalil dengan perkataan Ibnul

Mubarak: Isnad itu bagian dari agama. Kalau tanpa isnad, maka siapa

saja akan berkata apa yang dia sukai.92 Hari Widyasmoro (Pengurus

PCNU Kota Kediri) menuturkan:

Dalam masalah Hadis, Nur Hasan Ubaidah mengaku mempunyai isnad sampai ke Imam Bukhari dan Imam-Imam yang lainnya bahkan bersambung sampai kepada Rasulullah (lihat kitab salat versi LDII). Sedang dalam masalah al-Qur’an, dia mengaku mempunyai isnad sampai ke Ali bin Abu Thalib dan Utsman bin Affan, bahkan sampai ke malaikat Jibril. Siapa saja yang memiliki isnad selain Islam Jama’ah dianggap tidak sah dan palsu. Menurut mereka barang siapa yang beramal tanpa isnadsama saja amalnya tidak sah dan tidak diterima oleh Allah.

91 Gus Lik, Wawancara, Kediri, 15 Nopember 2014. 92Khalimi, Ormas-Ormas Islam (Jakarta: Gaung Persada, 2010), 36.

Page 48: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

247

Sehingga wajar saja jika kita masuk masjid atau rumah mereka, mereka selalu mengepel bekas kita karena menganggap t}aharah kita tidak sah dan membawa najis. Menurut mereka sahih tidaknya suatu Hadis tergantung kepada amir mereka. Sebuah Hadis palsu dapat dianggap Hadissahih jika menurut amir mereka Hadis tersebut sahih.93

Manqu>l H. Nur Hasan Ubaidah adalah proses pemindahan ilmu

dari guru ke murid. Ilmu itu harus musnad (mempunyai sandaran) yang

disebut sanad, dan sanad itu harus mutashil (bersambung) sampai ke

Rasulullah sehingga manqu>l musnad muttashil (disingkat M.M.M.).

Manqu>l musnad muttashil sendiri diartikan belajar atau mengaji al-

Qur’an dan Hadis dari guru dan gurunya bersambung terus sampai ke

Rasulullah, atau mempunyai urutan guru yang sambung menyambung

dari awal hingga akhir. Dalam menuntut ilmu warga LDII harus tahu

gerak lisan/badan guru, telinga langsung mendengar, dapat menirukan

amalannya dengan tepat, tanpa terhalang dinding.94Jika warga LDII

belajar lewat buku dianggap tidak sah, dan tidak dibenarkan

mengajarkan apa saja yang tidak manqu>l sekalipun ia menguasai ilmu

tersebut, kecuali murid tersebut telah mendapatkan ijazah dari guru.95

Menurut Musadat (Pengurus PCNU Kota Kediri):

Keyakinan LDII bahwa ilmu tidak sah kecuali bila diperoleh dengan musnad mutashil dan manqu>l, adalah keyakinan yang tidak berdasarkan dalil, adapun dalil-dalil yang LDII pakai sangat lemah dan tidak tepat sebagai dalil. Hal ini bertentangan

93 Hari Widyasmoro, Wawancara, Kediri, 17 Maret 2014. 94 Menurut sebagian warga LDII, berkaitan dengan aturan “terhalang dinding”pada saat ini sudah

tidak diberlakukan kembali. Bagi NU hal ini sungguh aneh, karena aqidah mereka bisa berubah-ubah sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

95 Ijazah artinya pemberian ijin untuk meriwayatkan hadits misalnya saya katakan: 'Saya perbolehkan kamu untuk meriwayatkan hadis-hadis yang telah saya riwayatkan dari guru saya'.

Page 49: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

248

dengan dalil-dalil syar'i yang menunjukan bahwa sampainya ilmu tidak mesti dengan manqu>l, bahkan kapan ilmu itu sampai kepadanya dan ilmu itu benar, maka ilmu itu adalah sah dan harus ia amalkan. Sebagaimana firman Allah:

" وأو�� إ�� ه�ا ا����ن � �رآ �� و�� ���Dan diwahyukan kepadaku al-Qur’an ini untuk aku peringatkan kalian dengannya dan siapa saja yang al-Qur’an sampai padanya.96

Kata 1 (kepada siapa saja yang dapat menerima al-Qur’an) و�� �

ditafsirkan oleh Ibnu Abbas : "Dan apabila ayat al-Qur’an sampai

kepada seseorang, maka al-Qur’an sebagai pemberi peringatan

baginya.".97 Sebagian ulama mengatakanbahwa” kepada siapa saja yang

dapat menerima al-Quran” adalah Nabi sebagai pemberi peringatan bagi

orang yang sampai kepadanya al-Qur’an. Menurut Firrin yang mengutip

dari pendapat As}-S}inqit}i bahwa 1 kepada siapa saja yang dapat) و�� �

menerima al-Qur’an) adalah bahwa Nabi Muhammad pemberi

peringatan bagi setiap orang yang al-Qur’an sampai kepadanya. Dapat

dipahami dari ayat ini bahwa peringatan ini bersifat umum bagi semua

yang sampai kepadanya al-Qur’an. Dari tafsir di atas jelas bahwa tidak

seorangpun dari mereka mengatakan bahwa sampainya ilmu harus

dengan musnad muttashil atau bahkan manqu>lnya LDII”.98 Bagi Firrin

(Ketua LBM Pondok Lirboyo):

Siapa saja yang sampai padanya al-Qur’an dengan riwayat atau tidak, selama itu memang ayat al-Qur’an, maka ia harus beriman dengannya. Apabila tidak maka nerakalah tempatnya. Nabi juga bersabda: �2 �5ا 4!3 و��� “Sampaikan dariku walaupun satu

96 Musadat, Wawancara, Kediri, 7 Maret 2014. 97Hasan Bin Fala>h al-Qaht}ani,Pedoman Harakah Islamiyah, terj. Ummu ‘Udhma ‘Azmina (Solo:

CV. Pustaka Mantiq, 1994), 35. 98Firrin, Wawancara, Kediri, 9 Maret 2014.

Page 50: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

249

kalimat". Nabi tidak mengharuskan cara manqu>l LDII dalam penyampaian ajarannya.99

Keyakinan LDII bertentangan dengan perbuatan Nabi

Muhammad, yang menyampaikan ilmu dengan surat kepada para

raja,seperti yang dikisahkan sahabat Anas bin Malik:

4 &��- ا�6 &��� آ�< إ�- آ��ى وإ�- >�;� وإ�- 4� أن9 أن� ن)3� ا��& وس -��& �C��- و9�� ���!�3A�B' ا��@ي 6��ر �4E�ه� إ�- ا�(F 'G3' وإ�- آA�B�ا�!

���& وس4 ����- ا�6 3(��& ا�!4 "Rasulullah menulis surat kepada Kisra, Qaisar, Najas}i dan kepada seluruh penguasa, mengajak mereka kepada Allah, bukan an-Najas}i yang Nabi mensalatinya"100

An-Nawawi mengatakan ketika menafsirkan hadis ini bahwa

hadis ini menunjukkan bolehnya beramal dengan isi surat Nabi

Muhammad kepada raja Bahrain, lalu kepada Kisra dan banyak lagi

surat Nabi kepada raja atau tokoh-tokoh masyarakat.101 Surat Nabi ini

tentu tidak sah menurut kaidah manqu>l-nya Nur Hasan Ubaidah. Nabi

Muhammad menganggap itu sah, sehingga Nabi Muhammad menerima

mereka yang masuk Islam, karena surat itu tidak menganggap mereka

kafir karena tidak manqu>l. Nabi menganggap surat itu sebagai hujjah

atas mereka yang tidak masuk Islam setelah datangnya surat itu,

sehingga tidak ada alas an lagi jika tetap kafir. Hasan Basri (pengurus

PCNU Kota Kediri) menyatakan:

Setelah Nabi Muhammad wafat cara surat menyurat dipakai oleh para sahabatnya seperti surat Umar kepada Abu Musa al-'Asy'ari yang terdapat di dalamnya hukum-hukum yang

99 Firrin, Wawancara, Kediri, 9 Maret 2014. 100 Shahih, HR Muslim, Kitabal-Jihad.no:4585 cet Darul Ma'rifah (Surat Nabi kepada Heraqlius)

(Shahih, HR Bukhari no:7 dan Muslim: 4583). 101Khan.Revolusi Pemikiran Islam., 32.

Page 51: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

250

berkaitan dengan qadha', dalam buku khusus membahas masalah ini berjudul:

� ��� ا�� ا����ب إ�& أ�� �'�& ا�%$�ي "� ا��!�ء و �دا�� ر)*� � روا+� ودرا+

Aisyah menulis surat kepada Hisyam bin Urwah berisi tentang salat, Mu'awiyahpun menulis kepada al-Mughirah bin Syu'bah tentang zikir setelah salat, Utsman bin Affan mengirim mushaf ke pelosok-pelosok, belum lagi para ulama setelah mereka.102

Semua ini apabila dilihat dari sudut pandang manqu>l-nya LDII

maka Islam mereka tidak sah, yang berarti teori 'manqu>l justru tidak

manqu>l, sebab kenyataannya LDII berpendapat ilmu mereka

bersambung dari Nabi Muhammad namun ternyata berbeda dengan cara

Nabi Muhammad. Hasan Basri (pengurus PCNU Kota Kediri)

menyatakan:

Surat-menyurat ini lalu diistilahkan dengan mukatabah, dan para ulama ahlal-Hadis menjadikannya sebagai salah satu tata cara tah}a>mmul wal ada' (mengambil dan menyampaikan Hadis), bahkan mereka menganggap ini adalah cara yang musnad dan muttashil, walaupun tidak diiringi dengan ijazah. Hal ini ditegaskan oleh As Sakhowi yang mengatakan: "Cara itu benar menurut pendapat yang sahih dan masyhur menurut ahlul Hadis. dan mereka sepakat untuk mengamalkan kandungan Hadisnya serta mereka menganggapnya musnad tanpa ada khilaf (perselisihan) yang diketahui.103

Imam al-Bukhari juga membolehkan cara ini. Al-Bukhari

membuat sebuah bab dalam kitab sahih-nya berjudul: bab muna>walah

dan surat ulama yang berisi ilmu ke berbagai negeri.104 Demikian pula

Imam Nasa'i ketika meriwayatkan dari gurunya yang bernama al-Harith

Ibnu Mis}kin, dia hanya duduk di balik pintu, karena tidak boleh

102 Hasan Basri, Wawancara, Kediri, 9 Maret 2014. 103 Hasan Basri, Wawancara, Kediri, 12 Maret 2014. 104 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari :Kitab al-Zakah (Beirut: dar al-Fikr, 1989), II, 139.

Page 52: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

251

mengikuti kajian Hadisnya. Karena waktu itu imam Nasa'i pakai

pakaian yang membuat curiga al-Harits ibnu Miskin dan ketika itu al-

Harits takut pada urusan-urusan yang berkaitan dengan penguasa

sehingga dia khawatir imam Nasa'i sebagai mata-mata maka dia

melarangnya, sehingga hanya mendengar di luar majelis.105Apabila hal

ini dilihat dari sudut pandang manqu>l maka imam Nasa’i tidak sah

dalam pengambilan ilmu dari gurunya, karena tidak berhadapn

langsung dengan gurunya dan terhalang tembok.

Istilah 'manqu>l' merupakan sesuatu yang benar-benar baru dan

asing bagi ajaran agama Islam di Indonesia. Sejarah istilah ini

menunjukan bahwa ini bukan berasal dari para ulama salaf. Manqu>l

sendiri adalah bahasa Arab yang berarti dinukil atau dipindah. Namun

hal itu hanya sebatas pada ungkapan bahasa (bukan sebagai istilah atau

ilmu tersendiri yang memiliki pengertian khusus) apalagi konsekuensi

khusus dan amat berbahaya.106

Musnad dan muttas}il, memang ada dalam ilmu mus}t}a>lah}ul

Hadis dan masing-masing punya definisi tersendiri. Musnad salah satu

artinya dalam ilmu mus}t}a>lah}ul hadis adalah setiap hadis yang sampai

kepada Nabi dan sanadnya bersambung. Akan tetapi perlu diketahui

bahwa persyaratan musnad ini adalah persyaratan dalam periwayatan

Hadis dari Nabi, bukan persyaratan mengamalkan ilmu. Harus

105 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Faham Sesat di Indonesia (Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar,

2005), 68. 106Mundzir Thohir, Darul Hadist Islam Jamaah dan Hubungannya dengan LEMKARI (Kediri: tp,

tt.), 53

Page 53: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

252

dibedakan antara keduanya, tidak bisa disamakan antara riwayat dan

pengamalan.107 Menurut Qodir (Ketua Pondok Lirboyo):

Musnad muttasil bukan satu-satunya syarat dalam riwayat Hadis,karena Hadis yang shahih itu harus terpenuhi padanya 5 syarat yakni pertama, diriwayatkan oleh seorang yang adil (adil dalam pengertian ilmu mustalah adalah seorang muslim, baligh, berakal selamat dari kefasikan dan hal-hal yang mencacat kehormatannya (muru'ah). Kedua yakni yang sempurna hafalannya, ketiga, sanadnya bersambung, keempat, tidak syaz} (seorang rawi yang bisa diterima menyeleksi yang lebih utama dari dirinya yakni dalam meriwayatkan Hadis bertentangan dengan rawi yang lebih kuat darinya atau lebih banyak jumlahnya). Kelima tidak mu'allal artinya memiliki cacat atau penyakit yang tersembunyi sehingga membuat Hadis itu menjadi lemah.108

Menurut Firrin (Ketua LBM Pondok Lirboyo):

Kalaupun benar apa yang dikatakan oleh Nurhasan bahwa ilmu harus musnad muttashil, mana syarat-syarat yang lain? Kenapa hanya satu yang diambil? Jangan-jangan ilmu tersebut sengaja disembunyikan karena memang tidak terpenuhi padanya.Atau kalau kita berprasangka baik, mungkin tidak tahu syarat-syarat itu, atau lupa, apa ada kemungkinan lainnya lagi? Semua kemungkinan itu pahit. Jadi tidak cukup sekedar musnad muttashil bahkan semua syaratnya harus terpenuhi dan tampaknya keempat syarat yang lain memang tidak terpenuhi sama sekali. Hal itu bisa dibuktikan apabila kita melihat kejanggalan-kejanggalan yang ada pada ajaran LDII, misalnya dalam hal imamah, bai'at, makmum salat, zakat, dan lain-lain. Ini kalau kita anggap syarat musnadmuttas}il terpenuhi pada mereka, sebenarnya itu juga perlu dikaji.109

Kenyataannya mereka hanya mementingkan MMM, tidak

mementingkan kesahihan hadis. Menurut Firrin hal ini dapat dibuktikan

dalam buku himpunan yang dibuat LDII bahwa ada hadis-hadis dha'if,

107Ibid., 73-75. 108 Qodir, Wawancara, Kediri, 4 Maret 2014. 109 Firrin, Wawancara, Kediri, 19 Maret 2014.

Page 54: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

253

bahkan mawd}u' (palsu). Firriin (Ketua LBM Pondok Lirboyo)

menyatakan:

Dalam ilmu mushta}lah al-hadis pada bab tah}ammu>l wal ada' (menerima dan menyampaikan Hadis) terdapat cara periwayatan yang diistilahkan dengan al-wi>jadah, yaitu seseorang mendapatkan sebuah hadis atau kitab dengan tulisan seseorang dengan sanadnya. Dari sisi periwayatan, al-wi>jadah termasuk munqat}i’,110'

Menurut Ibnu Katsir al-wi>jadah, bukan termasuk bab

periwayatan, sebab seseorang hanya menceritakan apa yang ia dapatkan

dalam sebuah kitab. Untuk itu al-wi>jadah yang digunakan oleh LDII

untuk mendapatkan ilmu tidak boleh dilanjutkan, karena kurang kuat

dasarnya.Bahkan hal ini menjadikan haram mengamalkan ilmu yang

diperoleh dengan cara al-wi>jadah.111

Beberapa ulama berpendapat bahwa penulis kitab yang

ditemukan adalah orang yang terpercaya dan amanah dan sanad

Hadisnya sa}h}ih, sehingga wajib diamalkan. Seandainya tidak demikian,

maka ilmu akan terhenti dan umat Islam akan kesulitan mendapatkan

kitab yang menjadi panutan, akan tetapi harus ada patokan-patokan

ilmiah yang detail yang diterangkan para ulama' dalam hal itu sehingga

urusan tetap teratur pada jalannya.112 Dengan demikian pendapat tidak

tepat lebih-lebih di masa ini. Diantara yang mendukung kebenaran

pendapat yang membolehkan atau mewajibkan sesuatu berdasarkan

sabda nabi berikut ini: 110Munqa>thi: terputus sanadnya,mursal: terputus dengan hilangnya rawisetelah tabi'in, mu'allaq:

terputus dengan hilangnya rawidari bawah sanad. 111Tim Saluran Teologi Lirboyo, Akidah Kaum Sarungan(Kediri: Lirboyo Press, 2005), 112. 112Ibid., 114.

Page 55: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

254

I أB4< إ���� إ���ن�؟>���ا Jا� : �KLل.ا���< : E!4 ن وه��!�O�P Qوآ�>���ا !وآ��O� P Q!�ن وا��W!� 3Xل 4��� ؟: ر��� وذآ�وا اUن)��ء،��Rل

>���ا ��� �� رس�ل ا$؟ . وآ��O�P Q!�ن وأن� ��� أ]��آ�: ون�R� �Zل: �ECآ� �EBون ��O� �]Z6ن� ��� ���� >�ل >�م �+��ن ��

"Makhluk mana yang menurut kalian paling ajaib imannya?" Mereka mengatakan: "para malaikat." Nabi Muhammad mengatakan: "bagaimana mereka tidak beriman sedang mereka di sisi Tuhan mereka?". Merekapun (para sahabat) menyebut para Nabi, Nabi Muhammadpun menjawab: "bagaimana mereka tidak beriman sedang wahyu turun kepada mereka". Mereka mengatakan: "kalau begitu kami?" Nabi Muhammad menjawab: "bagaimana kalian tidak beriman sedang aku ditengah-tengah kalian." Mereka mengatakan: "maka siapa wahai Rasul<ullah?" Rasul menjawab: "orang-orang yang datang setelah kalian, mereka mendapatkan lembaran-lembaran lalu mereka beriman dengan apa yang di dalamnya.113

Padahal Ibnu Umar dalam masalah al-wijadah, meriwayatkan

Hadis dari ayahnya dengan al-wijadah. Al-Khatib al-Baghdadi dalam

bukunya meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Nafi, dari Ibnu

Umar, bahwa Nafi mendapatkan pada gagang pedang Umar sebuah

lembaran (tertulis) tidak ada zakat pada unta yang jumlahnya kurang

dari lima.Kalau jumlahnya 5 maka zakatnya satu kambing jantan.114

Firrin (ketua LBM Pondok Lirboyo) menyatakan:

Abdul Malik bin Habib mengatakan: "Kami dulu mendengar tentang adanya sebuah lembaran yang terdapat padanya ilmu, maka kami silih berganti mendatanginya, bagaikan kami mendatangi seorang ahli fiqih. Sampai kemudian keluarga az- Zubair datang kepada kami disini dan bersama mereka orang-

113(HR Ahmad, Abu Bakar Ibnu Ma>rduyah, ad-Dari>mi, al-H}akim dan Ibu 'Ara>fa>h, Ali H}asan

mengatakan: Cukuplah Hadis itu dalam pandangan saya sebagai Hadis Hasan lighairihi> (bagus dengan jalan-jalan yang lain), semua jalannya lemah namun lemahnya tidak terlalu sehingga dihasankan dengan seluruh jalan-jalannya. Dan al-Haitsami dalam al-Majma:10/65 serta al-Hafiz} dalam al Fath:6/7 cenderung kepada hasannya hadis itu. (al-Baitsu>l H}atsith:1/369 dengan tah}qiq-nya), maraji': Ad-Dha'ifah:647-649, Syekh al-Albani cenderung kepada lemahnya, Fa>th al-Mughi>th:3/28 ta'liq-nya, al-Mustadrak:4/181, musnadAhmad:4/106, Sunan ad-Darimi:2/108 ,It}af al-Mah}arah:14/63. Tafsir Ibnu> Katsi>r:1/44 al-Baqarah:4- pen).

114Tim Saluran Teologi Lirboyo. Akidah Kaum Sarungan., 112.

Page 56: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

255

orang faqi>h."Bila seperti ini keadaannya maka seberapa besar faidah sebuah sanad hadis yang sampai ke para penulis Kutubus Sittah di masa ini, tanpa sanad inipun kita bisa langsung mendapatkan buku mereka. Kita dapat mengambil langsung hadis-hadis itu darinya, walaupun tanpa melalui sanad 'mutashil musnadmanqu>l' kepada mereka.115

Tidak seperti yang dikatakan LDII bahwa tidak boleh

mengamalkanya bahkan itu haram. Ahmad Syakir mengatakan: "Kitab-

kitab induk dalam sunnah Nabi dan selainnya, telah mutawatir

periwayatannya sampai kepada para penulisnya dengan cara al-

wijadah.116

Demikian pula manuskrip yang dipercaya, tidak meragukannya

kecuali orang yang lalai dari ketelitian makna pada bidang riwayat dan

al-wijadah atau orang yang membangkang, yang tidak puas dengan

hujjah.Oleh karenanya para ulama yang memiliki sanad sampai penulis

kutubus sittah, tidak membanggakan sanad mereka apabila amalannya

tidak sesuai dengan Nabi Muhammad. Firrin (ketua LBM pondok

Lirboyo) menyatakan:

Untuk membuktikan benar atau salahnya ajaran manqu>l. Kita perlu membandingkan ajaran LDII dengan ajaran Nabi dan para sahabatnya. Seandainya manqu>lnya benar maka tentu ajaran LDII akan sama dengan ajaran Nabi dan para sahabatnya, kalau ternyata tidak sama maka pastikan bahwa manqu>l dan ajaran LDII itu salah, dan ternyata itulah yang terbukti.117

Qodir (ketua pondok Lirboyo) menambahkan pendapat di atas:

Sistem pengakuan LDII selalu mengklaim bahwa jamaah mereka adalah yang pertama dan satu-satunya jamaah yang di

115 Firrin, Wawancara, Kediri,19 Maret 2014. 116Tim Saluran Teologi Lirboyo. Akidah Kaum Sarungan., 97. 117 Firrin, Wawancara, Kediri, 9 Maret 2014.

Page 57: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

256

terima oleh Allah. Hal ini didasarkan tujuhkeyakinan tentang jamaah, yaitu: 1. Dibaiat pertama kali, 2. Pedomannya sudah benar, 3. Hanya semata-mata urusan akhirat, 4. Sudah terwujud dan berjalan lancar, 5. Sudah lulus uji bahkan terus berbuah dan berkembang, 6. Mampu menampung semua orang, 7. Niatnya karena Allah. Itulah sebabnya pengakuan itu membuat kesombongan buat mereka.118

Namun hal itu dibantah oleh Zaenal (ustadz LDII) dengan

mengatakan bahwa LDII tidak memiliki sistem pengakuan di atas, yang

ada Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) mempunyai Visi yang

sesuai dengan cita-cita Islam dan Negara Indonesia, sebagai berikut:

LDII memiliki visi menjadi organisasi dakwah Islam yang profesional dan berwawasan luas, mampu membangun potensi insani dalam mewujudkan manusia Indonesia yang melaksanakan ibadah kepada Allah, menjalankan tugas sebagai hamba Allah untuk memakmurkan bumi dan membangun masyarakat madani yang kompetitif berbasis kejujuran, amanah, hemat, dan kerja keras, rukun, kompak, dan dapat bekerjasama yang baik. Sejalan dengan visi organisasi tersebut, maka misi Lembaga Dakwah Islam Indonesia adalah: Memberikan konstribusi nyata dalam pembangunan bangsa dan negara melalui dakwah, pengkajian, pemahaman dan penerapan ajaran Islam yang dilakukan secara menyeluruh, berkesinambungan dan terintegrasi sesuai peran, posisi, tanggung jawab profesi sebagai komponen bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).119

Sedangkan sistem keamiran yang menjadi perdebatan di

kalangan di luar LDII (khususnya NU) adalah mendirikan kelompok

dan berbaiat terhadap amir adalah wajib. Dalil-dalil yang mereka

gunakan adalah: 1. Hadis tentang terpecahnya umat menjadi 73

golongan. Dalam suatu lafad Hadis tersebut Rasulullah menjelaskan

hanya satu golongan yang masuk surga yaitu al-Jamaah. Menurut LDII,

118 Qodir, Wawancara, Kediri, 4 Maret 2014. 119 Zaenal, Wawancara, Kediri, 19 Maret 2014.

Page 58: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

257

itulah jamaah mereka yang disebut oleh Rasulullah. 2. Sebuah

Hadisyang menurut mereka diriwayatkan oleh Imam Ahmad, namun

ternyata tidak ada,yaitu hadis: Tidak ada Islam kecuali dengan jama’ah

dan tidak ada jama’ah kecuali dengan amir dan tidak ada amir kecuali

dengan baiat. Itu hanyalah ucapan Umar bin al-Khatthab yang

diriwayatkan oleh al-Darimi dengan sanad yang dhaif didalam sanad-

nya ada perawi majhul dan lemah.120

Sistem keamiran LDII sendiri selain diadasarkan hadis di atas,

juga didasarkan Surat al-Isro’ ayat 71. Pada hari yang Kami panggil

setiap orang dengan imamnya (kitab catatan amalnya), maka barang

siapa yang didatangkan kitabnya dari kanannya, maka mereka membaca

kitabnya dan mereka tidak dirugikan sedikitpun.121 Menurut Firrin

(ketua LBM Pondok Lirboyo):

Bagi LDII pada hari kiamat nanti setiap orang akan dipanggil bersama imamnya yaitu amirnya. Barang siapa yang tidak punya amir, maka dia akan dikumpulkan bersama orang-orang kafir. Anggota-anggota Islam Jamaah sangat militan untuk taat kepada amirnya. Mereka berdalil dengan surat an-Nisa ayat 59 :Hai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan Ulil Amri diantara kalian.Menurut mereka hanyalah disebut orang beriman jika telah taat kepada Allah, Rasulullah, dan amir mereka. Jadi perintah Allah sama dengan perintah Rasul dan sama dengan perintah amir mereka.122

120Moh.Asror Yusuf, Persinggungan Islam Dan Barat Studi Pandangan Badiuzzaman Said Nursi

(Kediri: STAIN Press, 2009), 117. 121Dept. Agama, al-Qur’an., 435. 122 Firrin, Wawancara, Kediri, 9 Maret 2014.

Page 59: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

258

Pengkultusan kepada amir ini bagi Qodir (Ketua Pondok

Lirboyo) terkadang melewati batas, sebagaimana yang dia sampaikan

berikut ini:

Dalam Islam Jamaah jika mereka berbuat maksiat kepada Allah, bisa dimaafkan dengan cukup pengakuan taubat. Namun jika bersalah kepada amir, maka tidak cukup hanya ber-istighfar tetapi juga harus dengan membuat surat pernyataan taubat (hal ini merupakan adopsi dari ajaran dengan agama Katolik) dan membayar kafarah yang ditentukan sesuai dengan keinginan amir mereka.123

Menurut golongan NU Kota Kediri fenomena LDII akhir-akhir

ini bersifat puritan dan eksklusif. Hal ini dapat menimbulkan sentimen

keagamaan, fanatisme buta dan fundamentalisme radikal pada tingkat

penghayatan tentang agama. Reza Ahmad Zaid (pimpinan IAI Tribakti-

Lirboyo) menerangkan:

Memang beberapa gerakan keagamaan LDII terdapat adanya kegairahan dalam beragama yang mereka sebut dengan kebangkitan agama. Tapi jika dicermati lebih mendalam lagi, apa yang disebut dengan kebangkitan itu masih berada pada tataran penghayatan skriptual, simbolik, dan eksklusif serta sarat dengan klaim-klaim kebenaran (truth claim). Meskipun mengundang perdebatan, banyak dari kalangan pengamat sosial-keagamaan yang menyebut keberagaman semacam itu dengan fundamentalisme, yang mengarah kepada militanisme agama.124

Sebuah fundamentalisme, apapun bentuknya, menurut Taufiq al-

Amin biasanya bermakna “pejoratif”, dan mengundang kekhawatiran

dari pihak lain, tidak terkecuali dalam kehidupan agama. Setidaknya

ada tiga ciri utama dalam fundamentalisme agama ini.Pertama, dalam

memahami agama lebih mengutamakan teks. Segala bentuk penafsiran

123 Qodir, Wawancara, Kediri, 4 Maret 2014. 124 Reza Ahmad Zahid, Wawancara, Kediri, 9 Maret 2014.

Page 60: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

259

dihindari, karena dikhawatirkan akan mereduksi absolusitas dan

universalitas kebenaran agama. Dengan pemahaman seperti ini

kalangan fundamentalisme agama dikatakan terpasang oleh teks.125

Kedua, agar pemahaman yang tekstual atau skriptual itu selalu

diakui otoritasnya, fundamentalisme agama melembagakan

kepemimpinan agama yang tunggal, monolitik dan otoritatif. Pemimpin

ini diberi hak penuh dalam menentukan hitam putihnya agama.126

Ketiga, sebagai konsekuensi pertama dan kedua, klaim-klaim

kebenaran menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Klaim-klaim ini

biasanya menyimpan “prejudice” terhadap kelompok agama lain.127

Taufiq al-Amin (pengurus PCNU Kota Kediri) mengatakan:

Nuansa fundamentalisme belakangan ini sudah merasuki pada sebagian masyarakat LDII. Hal ini dapat diamati dari sejumlah tindakan kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini pada LDII, meski bukan di Kediri. Menurut sinyalemen, tindakan kekerasan itu salah satunya dipicu oleh praktik manipulasi simbol-simbol agama yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang bertujuan meraih kepentingan sesat (sebagaimana yang dilakukan oleh LDII, yang mewarisi ajaran Islam Jamaah atau Darul Hadis). Jelas bahwa fundamentalisme agama merupakan contoh keberagaman parsial yang berpotensi menimbulkan persoalan-persoalan destruktif dalam kehidupan sosial.128

Masyarakat Indonesia telah berabad-abad yang lalu hidup dalam

kemajemukan dan berbasis pada multikultural lapisan etnisitas dan

agama-agama.129 Setiap kelompok memiliki pandangan tentang sistem

nilai yang dipegang sebagai landasan hidupnya. Sistem nilai itu disebut

125 Mun’im A. Sirry, Membendung Militansi Agama (Jakarta: Erlangga, 2003), 40. 126Ibid. 127Ibid., 41. 128Taufiq al-Amin, Wawancara, Kediri, 20 Maret 2014. 129 M. Jadra, Pluralisme., 295

Page 61: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

260

sub ideologi, sehingga dalam suatu bangsa yang majemuk terdapat sub-

sub ideologi dan ideologi nasional menjadi konsensus berbagai

kelompok kepentingan (merupakan hasil konsensus berbagai sub

ideologi). Masyarakat majemuk lebih menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan, keadilan sosial, demokrasi, nasionalisme, kekeluargaan,

ketakwaan terhadap Tuhan YME sebagai ideologi nasional yang

termaktub dalam pancasila.130

Pancasila di Negara Indonesia sebagai common platform, yaitu

landasan bagi tumbuhnya ideologi-ideologi yang beragam dan menjadi

kalimatun sawa’ bagi kehidupan sosial-ekonomi bangsa Indonesia yang

mempunyai latar belakang keagamaan yang beragam. Indonesia sendiri

merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki jumlah penduduk

relatif besar, menempati urutan ketiga setelah China dan India.131

Pluralitas etnik, budaya, bahasa, dan agama serta ideologi bagaikan

pisau bermata dua. Di satu sisi kekakayaan ini merupakan khazanah

yang patut dipelihara dan dapat memberikan nuansa dinamika bangsa,

namun di sisi lain kemajemukan ini menjadi pemicu terjadinya konflik

dengan disertai kekerasan dengan dalih etnis dan agama.132 Kekerasan

dan kerusuhan yang akhir-akhir ini terjadi di belahan penjuru daerah

nusantara menunjukkan tidak adanya sikap yang arif dan bijak terhadap

130Moh. Asror Yusuf (ed). Agama Sebagai Kritik Sosial (Yogyakarta: IRCiSod, 2006), 133-134. 131 Bachtiar Effendi, “Menyoal Pluralisme di Indonesia” dalam Raja Juli Antoni (ed.) Living

Together in Plural Societies; Pengalaman Indonesia Inggris (Yogyakarta: Pustaka Perlajar, 2002), 6.

132Asep Syamsul M.Romli, Isu-isu Dunia Islam (Yogyakarta: Dinamika, 1996), 68; RM Burel.Fundamentalisme Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), 14.

Page 62: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

261

perbedaan yang ada.133 Menurut Taufiq al-Amin (pengurus PCNU Kota

Kediri):

Gejala ini dapat muncul setiap saat dan harus tetap diwaspadai. Berbagai pihak baik aparat pemerintah, tokoh politik, tokoh agama, mapun tokoh masyarakat untuk segera menemukan solusi pemecahannya. Dalam kehidupan masyarakat majemuk yang diperlukan adalah penghormatan atas berkembangnya budaya masyarakat dengan segala bentuknya. Hal ini dikarenakan budaya menjadi salah satu fakor perekat sosial demi tegaknya kehidupan yang harmonis bagi suatu bangsa dan masyarakat dalam rangka membangun kehidupan yang lebih maju di era globalisasi dan modernisasi.134

Budaya sebagai hasil karya masyarakat merupakan eksistensi

asasi dari manusia yang perlu dilestarikan keberadaannya, karena

dengan ini akan tercipta kesatuan dalam keaneka-ragaman. Manusia

merupakan mahluk sosial yang membawa karakter biologis dan

psikologis alamiah sekaligus warisan dari latar belakang historis

kelompok etniknya, yaitu pengalaman kultural dan warisan kolektif.

Dengan demikian perilaku sikap dan nilai manusia sangat dipengaruhi

oleh budaya masyarakat. Perilaku manusia adalah hasil dari proses

sosialisasi dan sosialisasi selalu terjadi dalam konteks lingkungan etnik,

kultur dan agama.135

Para pakar sepakat bahwa faktor utama peristiwa kekerasan dan

kerusuhan adalah kesenjangan ekonomi dan sosial dan sangat sedikit

sekali agama sebagai faktor yang cukup signifikan dan potensial dalam

133 Kasus kekerasan dan kerusuhan terjadi karena berawal dari adanya perbedaan cara pandang

sepihak yang menganggap pihak lain sebagai lawan, keliru, dan harus dilawan. Muqowim, Shifting., 346

134 Taufiq Al-Amin, Wawancara, Kediri, 19 Maret 2014. 135 Zakiyuddin Baidhawy, “Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural”,Jurnal Tashwirul

Afkar, Edisi 16 Tahun 2004, 114

Page 63: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

262

memicu kerusuhan yang berbau SARA. Ada keseganan tersendiri dari

para pakar untuk menyebut agama sebagai penyebab konflik di

nusantara, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat religious,136

sehingga tertutup sudah usaha-usaha untuk mempertanyakan ulang

bagaimana proses praktik pengajaran agama di sekolah-sekolah baik

formal, in formal maupun non formal. Menanggapi konsep bit}hanah

dan manqu>l yang dilakukan oleh LDII, Reza Ahmad Zahid (pimpinan

IAI Tribakti-Lirboyo) menuturkan:

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh LDII selama ini, mengarah kepada bahaya pembelajaran secara sistemik. Hal ini terlihat dari model pengajaran agama yang cenderung bersifat monolitik: melihat sesuatu dari satu sudut pandang: benar-salah, baik buruk, surga-neraka. Belum adanya saling menghormati atas perbedaan yang ada, seandainya sudah, paling hanya pada permukaan belaka yang bersifat formal simbolik.137

Menurut Reza pendidikan agama merupakan usaha yang

tersistematisir sebagai upaya mentransfer nilai-nilai religius dalam hal

ini yang digarap meliputi aspek kognitif, afektif, dan aspek

psikomotorik kepada peserta didik dinilai telah gagal. Reza Ahmad

Zahid (pimpinan IAI Tribakti-Lirboyo) mengatakan:

Ajaran LDII merupakan kegagalan pendidikan, karenaakan menghambat terwujudnya manusia yang kritis, kreatif dan inovatif serta keluhuran budi penuh etika-moral. Selama ini proses pembelajaran LDII baru dapat menyentuh aspek kognitif dan afektif dan jauh terhadap pencapaian ranah psikomotorik. Yang disebut terakhir ini sangat esensial bagi umat religius: berkaitan dengan kepekaan manusia dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Pada masa sekarang ini, pendekatan pendidikan tidak cukup berlangsung melalui proses operasional

136 Munir Mulkhan, “Humanisasi Pendidikan Islam”,Jurnal Tashwirul Afkar, Edisi 11 Tahun 2001,

17-25 137 Reza Ahmad Zahid, Wawancara, Kediri,15 Maret 2014.

Page 64: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

263

menuju pada tujuan yang diinginkan, tetapi memerlukan model yang melandasinya, sebagaimana yang pertama kali dibangun Nabi. Nilai-nilai tersebut dapat diaktualisasikan berdasarkan kebutuhan perkembangan manusia yang dipadukan dengan pengaruh lingkungan kultural yang ada, sehingga dapat mencapai cita-cita dan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia di segala aspek kehidupannya.138

Kondisi pendidikan ajaran Islam pada saat ini menurut Reza

(contohnya LDII), mendapat sorotan tajam yang kurang

menggembirakan dan dinilai menyandang “keterbelakangan”.

Kelemahan pendidikan Islam dilihat justru terjadi pada sektor utama,

yaitu pada konsep,139 sistem, dan kurikulumnya, yang dianggap mulai

kurang relevan dengan kemajuan peradaban umat manusia dewasa ini

atau tidak mampu menyertakan disiplin-disiplin ilmu lain yang relevan

dengan kebutuhan masyarakat.140

d. Respon Tokoh Muhammadiyah Terhadap Ideologi Keagamaan

LDII

Muhammadiyyah tidak memiliki respon resistensif terhadap

ideologi keagamaan LDII, sebab Muhammadiyah dan LDII memiliki

corak gerakan keagamaan yang sama, yaitu keduanya merupakan

kelompok Islam yang puritanis. Keduanya memiliki ideologi

keagamaan yang mengedepankan kemurnian dalam menjalankan agama

Islam, meskipun keduanya berangkat dari geneologi yang berbeda yaitu

138 Reza Ahmad Zahid, Wawancara, Kediri,15 Maret 2014. 139 Muhammad Naqu>ib al-Atta>s menyebut pendidikan Islam sebagai konsep yang meliputi konsep

agama (din), konsep manusia (insan), konsep ilmu (‘ilm dan ma’rifah), konsep kebijakan (hikmah), konsep keadilan (adl), konsep amal (amal sebagai adab), serta konsep perguruan tinggi (kulliyatul jami’ah). Muhammad Naqu>ib al-Atta>s, Konsep Pendidikan dalam Islam (Bandung: Mizan, 1984),8.

140 Wiktorowicz, Studies in Conflict & Terrorism., 28.

Page 65: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

264

Muhammadiyah berawal dari gerakan puritanis yang berada di luar

negeri, sedangkan LDII terlahir dari refleksi kondisi masyarakat di

dalam negeri. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri keduanya terinspirasi

dari gerakan puritanis Wahabisme yang berada di Arab Saudi.

Ketika peneliti mewawancarai seorang tokoh yang juga masih

memiliki hubungan keluaraga dengan H. Nurhasan al-Ubaidah,

bernama bapak Hayyi, beliau tidak mau bicara banyak seputar

persoalan intern LDII. Beliau hanya memberikan sedikit komentar

tentang bukti kesuksesan LDII membangun dan mengorganisir

jamaahnya. Loyalitas dan kekompakan warga LDII begitu nyata

dimanapun mereka berada. Sementara ketika kita melihat ormas lain

semisal NU, sudahkah bisa demikian, seorang santri saja ketika kyai-

nya sedeng bepergian, merasa dapat bertingkah semaunya, itu untuk

kalangan bawah. Sementara untuk kalangan atas, kita bisa melihat

tokoh-tokoh NU malah bersaing dalam memperebutkan kursi dan

simpati masyarakat dan warga NU sendiri, ini harus diakui, kata

beliau.141

2. Polemik Ideologi Ekonomi LDII

a. Respon Tokoh Wahidiyyah Terhadap Ideologi Ekonomi LDII

Dalam ideologi ekonomi LDII, tidak ditemukan pada

Wahidiyyah respon yang resistensif, karena padangan ideologi ekonomi

Wahidiyah tidak berbeda jauh dengan LDII.

141 Bapak Hayyi, Wawancara, Kediri, 15 Nopember 2014.

Page 66: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

265

b. Respon Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Terhadap Ideologi Ekonomi

LDII

Pandangan NU terhadap ideologi ekonomi LDII tidak

ditemukan, karena pada dasarnya NU dan LDII memiliki kesamaan

pemikiran, yaitu memiliki prinsip mendapatkan harta yang halal dan

barakah. Menurut keduanya kehalalan harta merupakan hal paling

pokok yang harus dimiliki dalam mendapatkan hartanya, kemudian dari

kehalalan harta tersebut dicari kebarakahannya yang diberikan oleh

Allah secara terus menerus. Hanya sebagai catatan, kesuksesan

ekonomi yang mereka nikmati sekarang ini semoga bukan hasil

pungutan liar ataupun bahkan penipuan terhadap warga LDII yang

seluruhnya memang tunduk dan patuh terhadap apapun kebijakan sang

Ketua (dulu disebut Amir). Isu tersebut sangat kencang berhembus di

luar, bahkan banyak kalangan mengakui kebenaran isu-isu tersebut,

termasuk diantara mereka adalah yang mengaku sebagai korban

penipuan.

c. Respon Tokoh Muhammadiyah Terhadap Ideologi Ekonomi LDII

Muhammadiyah menanggapi ideologi ekonomi LDII, dengan

cara mengkritisi konsep halal dan berkah LDII. Muhammadiyah tidak

setuju konsep LDII bahwa harta yang halal adalah jika harta tersebut

sudah diinfakkan atau di sadaqahkan ke lembaga. Bagi Muhammadiyah

konsep halal jauh lebih luas dari pada itu, yaitu halal bisa dilihat dari

Page 67: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

266

cara mendapatkannya dan cara mengelolanya. Fauzan Saleh

menuturkan:

S}adaqah sebagai ibadah maliyah yang berarti ayat-ayat al-Qur’an mengenai hal ini bersifat luwes dan kenyal penafsirannya bisa berkembang sesuai dengan perkembangan ekonomi masyarakat yang sedang berjalan, qiyas atauanalogi untuk mewajibkan zakat pada harta-harta yang illat (alasan hukum) nya sama memegang peranan penting. Namun zakat tidak selalu menentukan kehalalan suatu harta, ia hanya mensucikannya.142

Kegiatan bisnis ekonomi merupakan upaya yang dilakukan

manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.

Muhammadiyah memandang selama tidak merugikan kemaslahatan

orang banyak, pada umumnya semua bentuk kerja diperbolehkan, baik

di bidang produksi maupun distribusi barang dan jasa. Kegiatan bisnis

barang dan jasa itu haruslah berupa barang dan jasa yang halal dalam

pandangan syariat atas dasar sukarela (taradlin). Berbeda dengan LDII

yang lebih menitik beratkan usaha yang halal dan barakah, karena bagi

LDII harta yang halal saja tidak cukup. Husni Syam (Wakil Ketua

PDM Muhammadiyah Kota Kediri) menuturkan:

Dalam melakukan kegiatan bisnis-ekonomi pada prinsipnya setiap orang dapat menjadi pemilik organisasi bisnis, maupun pengelola yang mempunyai kewenangan menjalankan organisasi bisnisnya, ataupun menjadi keduanya (pemilik sekaligus pengelola), dengan tuntutan agar ditempuh dengan cara yang benar dan halal sesuai prinsip mu'amalah dalam Islam. Dalam menjalankan aktivitas bisnis tersebut orang dapat pula menjadi pemimpin, maupun menjadi anak buah secara bertanggungjawab sesuai dengan kemampuan dan kelayakan. Pemimpin maupun anak buah mempunyai tugas, kewajiban, dan tanggungjawab sebagaimana yang telah diatur dan disepakati bersama secara

142Fauzan Saleh, Wawancara, Kediri, 16 Maret 2014.

Page 68: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

267

sukarela dan adil. Kesepakatan yang adil ini harus dijalankan sebaik-baiknya oleh para pihak yang telah menyepakatinya.143

Menurut Muhammadiyah prinsip sukarela dan keadilan

merupakan prinsip penting yang harus dipegang, baik dalam lingkungan

intern (organisasi) maupun dengan pihak luar (partner maupun

pelanggan). Sukarela dan adil mengandung arti tidak ada paksaan, tidak

ada pemerasan, tidak ada pemalsuan dan tidak ada tipu muslihat.

Prinsip sukarela dan keadilan harus dilandasi dengan kejujuran. Hal ini

sama dengan prinsip keadilan dan kesetaraan yang dipegang oleh LDII,

yang menyatakan tidak ada istilah “pembantu rumah tangga” dalam

golongan LDII. Hanya bedanya LDII menerapkannya pada posisi

profesi dan Muhammadiyyah pada posisi perdagangan (penjual dan

pembeli).

Hasil dari aktivitas bisnis-ekonomi itu akan menjadi harta

kekayaan (maal) pihak yang mengusahakannya. Harta dari hasil kerja

ini merupakan karunia Allah yang digunakan harus sesuai dengan jalan

yang diperkenankan Allah. Meskipun harta itu dicari dengan jerih

payah dan usaha sendiri, tidak berarti harta itu dapat dipergunakan

semaunya sendiri, tanpa mengindahkan orang lain.144 Harta memang

dapat dimiliki secara pribadi namun harta itu juga mempunyai fungsi

sosial yang harus dapat membawa manfaat bagi diri, keluarga, dan

masyarakatnya dengan halal dan baik. Karenanya terdapat kewajiban

143Husni Syam, Wawancara, Kediri, 13 Maret 2014. 144Kaelany Hd, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan (Jakarta: Bumi Aksara,2000), 61.

Page 69: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

268

zakat dan tuntunan s}adaqah, infaq, wakaf, dan jariyah sesuai dengan

ketentuan yang terdapat dalam ajaran Islam.145 Berbeda dengan

Muhammadiyah, LDII mewajibkan anggotanya untuk infaq 10 % dari

penghasilannya.

Menurut tokoh Muhammadiyah ada berbagai jalan untuk

mendapatkan harta yang halal, yaitu melalui (1) usaha berupa aktivitas

bisnis-ekonomi atas dasar sukarela (tarad}in), (2) waris, yaitu

peninggalan dari seseorang yang meninggal dunia pada ahliwarisnya,

(3) wasiat, yaitu pemindahan hak milik kepada orang yang diberi wasiat

setelah seseorang meninggal dengan syarat bukan ahli waris yang

berhak menerima warisan dan tidak melebihi sepertiga jumlah harta-

pusaka yang diwariskan, (4) hibah, yaitu pemberian sukarela kepada

seseorang. Dari semuanya itu, harta yang diperoleh dan dimiliki dengan

jalan usaha (bekerja) adalah harta yang paling terpuji.146 Berbeda

dengan Muhammadiyah, LDII tidak menggunkan cara-cara di atas,

namun LDII lebih menitik beratkan kehalalan harta yang disucikan

dengan infaq, tidak terlalu memperhatikan sumber penghasilan tersebut.

Husni Syam menuturkan:

Kadangkala harta dapat pula diperoleh dengan jalan utang-piutang (qardlun), maupun pinjaman (`ariyah). Kalau kita memperoleh harta dengan jalan berutang (utang uang dan kemudian dibelikan barang, misalnya), maka sudah pasti ada kewajiban kita untuk mengembalikan utang itu secepatnya, sesuai dengan perjanjian (dianjurkan perjanjian itu tertulis dan ada saksi). Dalam hal utang ini juga dianjurkan untuk sangat

145Husni Syam, Wawancara, Kediri, 13 Maret 2014. 146Fauzan Saleh, Wawancara, Kediri, 16 Maret 2014.

Page 70: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

269

berhati-hati, disesuaikan dengan kemampuan untuk mengembalikan di kemudian hari, dan tidak memberatkan diri, serta sesuai dengan kebutuhan yang wajar. Harta dari utang ini dapat menjadi milik yang berutang. Peminjam yang telah mampu mengembalikan, tidak boleh menundanunda, sedangkan bagi peminjam yang belum mampu mengembalikan perlu diberi kesempatan sampai mampu. Harta yang didapat dari pinjaman (ariyah), artinya ia meminjam barang, maka ia hanya berwenang mengambil manfaat dari barang tersebut tanpa kewenangan untuk menyewakan, apalagi memperjualbelikan. Pada saat yang dijanjikan, barang pinjaman tersebut harus dikembalikan seperti keadaan semula. Dengan kata lain, peminjam wajib memelihara barang yang dipinjam itu sebaik-baiknya.147

Dalam kehidupan bisnis ekonomi, kadangkala orang atau

organisasi bersaing satu sama lain. Berlomba-lomba dalam hal kebaikan

dibenarkan bahkan dianjurkan oleh agama. Perwujudan persaingan atau

berlomba dalam kebaikan itu dapat berupa pemberian mutu barang atau

jasa yang lebih baik, pelayanan pada pelanggan yang lebih ramah dan

mudah, pelayanan purna jual yang lebih terjamin, atau kesediaan

menerima keluhan dari pelanggan. Dalam persaingan ini tetap berlaku

prinsip umum kesukarelaan, keadilan dan kejujuran, dan dapat

dimasukkan pada pengertian fastabii>q al-h}ai>rat sehingga tercapai bisnis

yang mabrur.148

Bagi tokoh Muhammadiyah, keinginan manusia untuk

memperoleh dan memiliki harta dengan menjalankan usaha bisnis-

ekonomi ini kadangkala memperoleh hasil dengan sukses yang

merupakan rejeki yang harus disyukuri. Di pihak lain, ada orang atau

organisasi yang belum meraih sukses dalam usaha bisnis-ekonomi yang 147Husni Syam, Wawancara, Kediri, 13 Maret 2014. 148Muhsin Qiraati, Membangun Agama, terj. MJ. Bafaqih dan Dede Anwar Nurmansyah,(Bogor:

Cahaya, 2004), 110.

Page 71: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

270

dijalankannya. Harus diingat bahwa tolong-menolong selalu dianjurkan

agama dan ini dijalankan dalam kerangka berlomba-lomba dalam

kebaikan. Tidaklah benar membiarkan orang lain dalam kesusahan

sementara kita bersenang-senang.149

Mereka yang sedang gembira dianjurkan menolong mereka yang

kesusahan, mereka yang sukses didorong untuk menolong mereka yang

gagal, mereka yang memperoleh keuntungan dianjurkan untuk

menolong orang yang merugi. Kesuksesan janganlah mendorong untuk

berlaku sombong dan inkar akan nikmat Tuhan, sedangkan kegagalan

atau bila belum berhasil janganlah membuat diri putus asa dari rahmat

Allah.150 Konsep ini juga dipraktekan oleh LDII dalam membina

anggotanya untuk menyukupi kebutuhan ekonomi anggota mereka

dengan membentuk koperasi khusus anggota dan digunakan untuk

kegiatan dakwah LDII.

Harta dari hasil usaha bisnis ekonomi tidak boleh dihambur-

hamburkan dengan cara yang mubazir dan boros. Perilaku boros di

samping tidak terpuji juga merugikan usaha pengembangan bisnis lebih

lanjut, yang pada gilirannya merugikan seluruh orang yang bekerja

untuk bisnis tersebut. Fauzan Saleh menyatakan:

Anjuran untuk berlaku tidak boros itu juga berarti anjuran untuk menjalankan usaha dengancermat, penuh perhitungan, dan tidak sembrono. Untuk bisa menjalankan bisnis dengan cara demikian, dianjurkan selalu melakukan pencatatan-pencatatan seperlunya, baik yang menyangkut keuangan maupun

149Faissal,Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis Dan Refleksi Historis(Yogyakarta:

Titian Ilahi, 1996), 9. 150Husni Syam, Wawancara, Kediri, 13 Maret 2014.

Page 72: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

271

administrasi lainnya, sehingga dapat dilakukan pengelolaan usaha yang lebih baik. Kinerja bisnis saat ini sedapat mungkin harus selalu lebih baik dari masa lalu dan kinerja bisnis pada masa mendatang harus diikhtiarkan untuk lebih baik dari masa sekarang. Islam mengajarkan bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan besok harus lebih baik dari hari ini. Pandangan seperti itu harus diartikan bahwa evaluasi dan perencanaan-bisnis merupakan suatu anjuran yang harus diperhatikan.151

Menurut Muhammadiyah, seandainya pengelololaan bisnis

harus diserahkan pada orang lain, maka seharusnya diserahkan kepada

orang yang mau dan mampu untuk menjalankan amanah yang

diberikan. Kemauan dan kemampuan ini penting karena pekerjaan

apapun kalau diserahkan pada orang yang tidak mampu hanya akan

membawa kepada kegagalan. Baik kemauan maupun kemampuan itu

bisa dilatih dan dipelajari. Menjadi kewajiban mereka yang mampu

untuk melatih dan mengajar orang yang kurang mampu. Namun di

dalam keanggotaan LDII, lembaga wajib membantu kinerja anggota

dalam faktor ekonomi, dan anggota juga memiliki kewajiban

menyokong ekonomi lembaga.

Sebagian dari harta yang dikumpulkan melalui usaha bisnis-

ekonomi maupun melalui jalan lain secara halal dan baik itu tidak bisa

diakui bahwa seluruhnya merupakan hak mutlak orang yang

bersangkutan. Mereka yang menerima harta sudah pasti, pada batas

tertentu, harus menunaikan kewajibannya membayar zakat sesuai

dengan syariat. Di samping itu dianjurkan untuk memberi infaq dan

151Fauzan Saleh, Wawancara, Kediri, 16 Maret 2014.

Page 73: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

272

shadaqah sebagai perwujudan rasa syukur atas ni'mat rejeki yang

dikaruniakan Allah kepadanya. Sedangkan bagi LDII, selain kewajiban

membayar zakat, para anggotanya diwajibkan membayar infaq untuk

menopang kegiatan dakwah mereka.

Pada hakekatnya pendapat Muhammadiyah di atas tidak

memiliki perbedaan dengan LDII dalam hal proses mendapatkan harta

dan mengelola harta, namun memiliki implementasi yang berbeda

dengan LDII, perbedaan yang lain adalah Muhammadiyah tidak secara

intens mengelola harta anggota sebagaimana yang dipraktekan oleh

LDII dengan kewajiban infaq 10% bagi anggota kepada lembaga.

3. Polemik Ideologi Politik LDII

a. Respon Tokoh Wahidyyah Terhadap Ideologi Politik LDII

Dalam pandangan tentang politik dan kepemimpinan LDII,

Wahidiyyah berpendapat, kepemimpinan umat Islam di kalangan umat

Islam sendiri merupakan masalah urgen, karena menyangkut

perkembangan dan masa depan umat Islam.152 Meskipun bentuk

kepemimpinan umat Islam kini tidak berada dalam satu bendera

kekhalifahan seperti yang diterapkan pada masa Nabi, Khulafa' al-

Rasyidin, Dinasti Uma>yyah dan Abbas}iah yang memimpin umat Islam

sedunia, melainkan secara terpisah membentuk negara sendiri yang

berdasarkan kebangsaannya bukan agamanya.Namun umat Islam di

152Dewan Pimpinan Pusat LDII.Himpunan Hasil Rapimnas Lembaga Dakwah Islam Indonesia

Tahun 2009(Jakarta: LDII, 2009), 13.

Page 74: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

273

seluruh dunia tetap peduli dengan masa depan umat Islam di mata

dunia.153 Agus Salim menuturkan:

Sense of belonging terhadap Islamlah yang mendorong para tokoh umat Islam di dunia untuk membentuk organisasi yang menampung seluruh aspirasi umat Islam sedunia.Organisasi ini bernama OKI (Organisasi Konferensi Islam).154

Namun bagi Wahidiyah, organisasi OKI nampaknya tidak cukup

mewakili aspirasi umat Islam sedunia dan kurang berperan dalam

memajukan umat Islam.Hal ini ditandai dengan masih terbelakangnya

negara-negara Islam155 dan tertindas atau tertekan oleh bangsa lain

(terutama oleh negara adidaya Amerika Serikat). Bahkan di Timur

Tengah, negara Islam yang diperangi oleh bangsa lain seperti Palestina

yang diserang oleh Israel dibantu oleh Amerika Serikat, masih tidak

kunjung berakhir. Hal yang sama juga terjadi di Irak, sebagai salah satu

"musuh" Amerika Serikat melalui "tangan" Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) masih menghadapi embargo yang pada urutannya sangat

mengganggu generasi Muslim di tempat itu. Tarik-ulur antara Libya

dan negeri Paman Sam juga belum menunjukkan hasil yang

menggembirakan.156 Selain itu, isu-isu terorisme yang sering

mengarahkan pelakunya kepada kalangan umat Islam atau negara-

153M. BambangPranowo, Islam Faktual Antara Tradisi dan Relasi Kuasa(Yogyakarta: Mitra

Gama Widya, 1999), 64. 154 Agus Salim,Wawancara, Kediri, 4 Maret 2014. 155Negara Islam dalam hal ini mengandung makna umum, yaitu negara yang memang menetapkan

Islam sebagai agama resmi/ negara ataupun negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam.

156 Gema Martin Munoz (ed.), Political Relations at the End the Millenium (London: I.B. Tauris, 1999), 95.

Page 75: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

274

negara yang mayoritas dihuni umat Islam, OKI seakan tidak

menampakkan diri.157

Hal di atas bagi Wah}idiyah memang menandakan kemunduran

umat Islam dalam percaturan dunia. Sangat berbeda jauh jika

dibandingkan dengan kejayaan umat Islam di mata dunia, yaitu pada

masa kepemimpinan nabi SAW. dan Khulafa' al-Rasyidin yang modern

dan demokratis, sebuah civil society yang sejalan dengan yang

diistilahkan oleh Nurcholish Madjid dengan "masyarakat madani".158

Menurut KH. Abdul Latief demokrasidapat terwujud pada masa

awal umat Islam karena para kaum muslimin pada awal Islam sangat

peduli dengan kehidupan duniawinya, sebagaimana kepedulian mereka

menghayati ajaran Islam. Aktifitas kepemimpinan mereka dalam

kehidupan duniawi, dijadikan sebagai ibadah juga kepada Tuhan.

Dengan demikian, mereka tidak hanya mempertanggungjawabkan

tugasnya kepada manusia, tetapi juga dipertanggungjawabkan kepada

Tuhannya, bahkan inilah yang benar-benar diutamakan. Menurut KH.

Abdul Latief:

Karena sikap yang bertanggung jawab terhadap segala tindankannnya, umat Islam zaman dahulu bersungguh-sungguh dalam menjalankan amanatnya dan hasilnya mereka tidak hanya berhasil membangun Islam di "kandang"-nya sendiri, tetapi juga berhasil melebarkan sayap keluar Jazirah Arab yang disambut dengan hangat oleh penduduknya karena telah menjadi "dewa penolong" bagi mereka dari penindasan bangsa Romawi. Mereka pun taat pada kepemimpinan Islam karena telah

157TonyHendrayono, Dunia Islam di Internet(Solo: Katta, 2004), 122. 158 Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi (Jakarta: Paramadina, 1999), 32-33.

Page 76: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

275

memberikan kedamaian dalam kehidupan penduduk setempat yang akhirnya mendorong mereka masuk Islam.159

Apabila kesenjangan di atas dicermati, tampaklah perbedaan di

antara dua masa, yaitu masa kejayaan Islam dan masa kemunduran

Islam.Jika pada masa kejayaan Islam, yaitu masa Nabi dan Khulafa' al-

Rasyidin, para pemimpin selain memimpin dalam hal kenegaraan,

mereka juga pemimpin dalam hal keagamaan.160Bahkan penguasaan

ajaran Islam (al-Qur'an dan hadis) dan kemampuan dalam

mengamalkannya dijadikan tolak ukur ditunjuknya seseorang menjabat

sebagai pemimpin pemerintahan. Hal ini terbukti pada saat terpilihnya

Abu Bakar sebagai pengganti Nabi sebagai pemimpin umat, karena

kebiasaan dia terpilih sebagai imam salat yang menggantikan Nabi

ketika beliau sakit, inilah yang dijadikan alasan bagi kalangan sahabat

menganggap Abu Bakar yang terbaik di antara yang lain.161 Agus Salim

menyatakan:

Para pemimpin zaman dahulu selain memimpin dalam hal kenegaraan, mereka juga pemimpin dalam hal keagamaan terjadi pada saat pengutusan Mu‘a>z| bin Jaba>l oleh Nabi SAW. untuk menjadi pemimpin di negeri Syam. Hal ini menandakan bahwa Islam bukan semata-mata akidah keagamaan individu, tetapi sudah mewajibkan pembentukan suatu masyarakat yang mandiri yang memiliki pemerintahan, konstitusi dan sistem pemerintahan berdasarkan keimanan kepada Allah.162

159KH. Abdul Latief, Wawancara, Kediri, 9 Maret, 2014. 160 Menurut Thomas W. Arnold. Dalam waktu bersamaan, Nabi adalah pemimpin agama dan

kepala negara, lihat John. J. Donohue dan L. Esposito (ed.), Islam ini Transition, Muslim Perspective (New York: Oxford University Press, 1982), 261.

161Haqqul Yaqin, Agama dan Kekerasan dalam Transisi Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta: Elsaq, 2009), 104.

162 Agus, Wawancara, Kediri, 8 Maret 2104. Lihat juga.M. Yusuf Musa, Politik dan Negara dalam Islam (Surabaya: al-Ikhlas, 1990), 27.

Page 77: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

276

Namun bagi Wahidiyah kondisi umat Islam sekarang tidak

demikian. Negara Islam sekarang secara garis besar terkesan adanya

pemisahan antara agama dan negara. Bahkan lebih dari itu, mereka

berkiblat kepada kehidupan bangsa Barat dan tunduk kepada mereka

sebagai negara adidaya. Meskipun sebenarnya, banyak di antara negara

Islam adalah negara-negara kaya, kekayaannya dikeruk oleh bangsa

Barat yang disebut sebagai bagian dari neo-kolonialisme.163

Mereka mengaku Islam tetapi pemikiran mereka berpaham

sekular, misalnya negara Turki. Di Turki tidak ada peran agama dalam

roda pemerintahan, dan agama Islam hanya dijadikan ibarat "tempel

ban" ketika ada gejolak yang terjadi dalam negara. Shalat sebagai

ibadah utama dalam Islam, sepertinya tidak membekas sedikitpun

dalam perilaku sehari-hari.164 Menurut Wahidiyah hal ini yang

membuat umat Islam mundur, karena jika umat Islam meresapi ibadah

s}alatnya lahir dan batin,165 tentunya s}alat yang dikerjakan tidak hanya

sekedar gerakan fisik saja, namun s}alat yang benar-benar

menenangkan, mendamaikan dan menjernihkan jiwa dan pikirannya.

Bagi KH. Abdoel Latif:

163Azhari Afif dan Mimien Maimunah, Muhammad Abduh Dan Pengaruhnya Di Indonesia

(Surabaya: Al-Ikhlas, 1996). 168. 164Yaqin, Agama dan Kekerasan., 71. 165 tentunya umat Islam tidak akan membiarkan penindasan dan ketidakadilan merajalela di muka

bumi ini. Meskipun al-Qur'an telah menyatakan bahwa salat dapat mencegah perbuatan keji dan

mungkar, Q.S. al-Ankabu>t (29): 45: Artinya: ãBacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,

yaitu al-kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dept. Agama, al-Qur’an.,635.

Page 78: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

277

Seharusnya umat Islam sadar, bercermin dan kembali kepada al-Quran dan Hadis dalam bernegara yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Jika menurut Bellah, unsur-unsur struktural politik pada zaman itu sangatlah modern bahkan terlalu modern untuk zamannya, sehingga setelah Nabi wafat kepemimpinan umat Islam yang demokratis belum mampu dilanjutkan, maka karena kini merupakan era millenium, tentunya umat Islam lebih dapat mengkaji dan menerimanya sebagai obat penyembuh dari sakit yang terlalu lama dan tidak ada penentangan atau pemberontakan lagi terhadap pemerintah karena tidak adanya keadilan. Kesalahan yang dilakukan seorang pemimpin bisa terjadi karena kekhilafan sebagai seorang manusia yang seharusnya ditegur oleh rakyatnya, sedangkan cara menegur pemerintah tidak harus dengan cara memberontak, tetapi masih ada jalan damai lain yang akibatnya lebih efektif dan efisien.166

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bagi Wahidiyah

faktor kepemimpinan merupakan faktor yang utama dalam menciptakan

kesatuan umat Islam dan kesejahteraan masyarakat. Pemimpin yang

benar-benar membumikan keadilan akan menciptakan kehidupan

masyarakat yang sejahtera dan tidak ada lagi kesenjangan sosial dan

ekonomi (yang memicu konflik) sehingga tercipta rasa saling

mendukung, kekompakan yang menjadikan masyarakat kuat bersatu

dan tidak gentar menghadapi tekanan dan ancaman dari pihak luar.

Berbeda dengan LDII yang menganggap kesatuan umat Islam dan

kesejahteraan masyarakat hanya dapat terwujud jika ideologi Islam

menjadi dasar Negara dan diterapkan oleh umat Islam di Negara ini.

166KH. Abdoel Latief, Wawncara, Kediri, 9 Maret 2014.

Page 79: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

278

b. Respon Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Terhadap Ideologi Politik

LDII

Hak politik merupakan hak asasi bagi setiap warga Negara. Jadi

ketika suara satu warga bisa “dibeli” oleh kelompok tertentu, maka dia

berarti sudah “menjual” haknya dan hal ini bukan hal yang dibenarkan.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa LDII memiliki dukungan kuat dari

pemerintah zaman orde baru. Hal ini diakui oleh tokoh NU bernama

Gus Lik yang diungkapkan dalam wawancara penulis dengan beliau.

Jadi suara seluruh warga LDII bisa dipastikan akan terarah kepaada

partai tertentu yang memberikan jaminan keselamatan dan

kelanggengan organisasi mereka, inilah yang disebut dengan politik

balas budi.

Permasalahan ideologi politik LDII yang mengundang polemik

adalah masalah kepemimpinan di Indonesia.167 Ahmad Subakir juga

menyatakan:

Menjelang Pemilihan Presiden langsung pertama yang dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2004, para anggota parpol dan tim sukses calon presiden, baik dari kalangan yang berbasis agama maupun nasionalis gencar mengeluarkan "fatwa-fatwa"-nya demi kepentingan golongannya. Misalnya tentang presiden wanita, ada beberapa ulama di Indonesia yang ikut andil dalam partai politik mengeluarkan fatwanya tentang haramnya presiden wanita, sedangkan lawan politiknya padahal berasal dari organisasi keagamaan yang sama menyatakan sebaliknya.168

167Sebagian umat Islam menginginkan presiden Indonesia harus beragama Islam, sedangkan

sebagian yang lain tidak mensyaratkan ke Islamannya, melainkan pada kapabilitasnya dalam memimpin bangsa, meskipun sejak kemerdekaan RI, presiden pertama Sukarno hingga kelima Megawati Sukarnoputri, adalah Islam M. Bambang,Islam Faktual Antara Tradisi dan Relasi Kuasa., 112.

168 Ahmad Subakir, Wawancara, Kediri, 18 Maret 2014. Lihat juga Kompas, 5 Juni 2004, 6; dan Kompas, 8 Juni 2004, 4.

Page 80: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

279

Yang terpenting di sini, bagi NU pemimpin yang baik bukanlah

pemimpin yang s}alat atau tidak s}alat.169 Dengan demikian, nilai

keadilan yang ditegakkan dalam masyarakat yang dipentingkan. Taufiq

Al-Amin mengatakan:

Sebenarnya penolakan bangsa Indonesia terhadap ajaran Islam sebagai dasar negara bukanlah persoalan demokratis atau tidak demokratis, tetapi adanya pelabelan Islam dan kesalahpahaman mereka tentang Islam. Keengganan sebagian bangsa Indonesia menerapkan Islam di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (politik), adalah karena mereka menganggap bahwa Islam itu kejam, tidak berperikemanusiaan karena adanya penerapan hukum qisas, potong tangan, rajam dan lain-lain, yang semua ini akibat kesalahpahaman dan provokasi dari kalangan musuh Islam yang menimbulkan islamofobia seperti yang diistilahkan Taufik Abdullah.170

Menurut NU jika bangsa Indonesia menyelami kembali ajaran-

ajaran Islam dalam al-Qur’an dan hadis, maka mereka akan menemukan

bahwa nilai-nilai Islamlah yang mengandung dan menjunjung tinggi

egalitarianisme, demokrasi, partisipasi dan keadilan sosial, yang sesuai

untuk diterapkan dalam kehidupan manusia dalam mewujudkan

kehidupan yang bahagia-sejahtera lahir dan batin, yang sudah

dibuktikan pada zaman Nabi Muhammad.171 Namun yang telihat di

Indonesia sekarang, agama muncul ketika terjadi gejolak nasional,

ístighasah sebagai doa bersama atau taubat nasional diadakan. Roda

169Karena bukan ia mengerjakan s}alat (berupa gerakan saja tanpa penghayatan) tetapi ia tidak bisa

berlaku adil. Jika dibandingkan dengan seorang kafir yangmenjalankan kepemimpinan-nya dengan penuh adil dan bertanggung jawab, maka ia lebih baik daripada seorang muslim yang hanya memikirkan kepentingan perutnya sendiri. Haqqul. Agama dan Kekerasan dalam Transisi., 58.

170 Taufiq Al-Amin, Wawancara, Kediri, 19 Maret 2014. 171Khadziq,Islam dan Budaya Lokal: Belajar Memahami Realitas Agama dalam

Masyarakat.(Yogyakarta: Teras, 2009), 72.

Page 81: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

280

pemerintahan yang menyebabkan gejolak itu, justru menginjak-nginjak

nilai-nilai agama itu sendiri.172

Kalangan NU berpendapat kemajemukan Indonesia akan

budaya, bahasa dan agama tidak jauh berbeda dengan kondisi yang ada

pada penduduk Madinah karena terdiri dari suku-suku seperti Bani Aus,

Bani Qainuqa dan Bani Nadir ditambah dengan kaum Muhajir<in (umat

Islam yang pindah dari Makkah ke Madinah).173

Jika bangsa Indonesia menganggap Islam tidak demokratis dan

paham kenegaraan yang dianut Indonesia menurutnya demokratis, maka

bangsa Indonesia harus mengamati bahwa Nabi ditunjuk sebagai

pemimpin di Madinah bukan karena agamanya, karena penduduk

Madinah pada waktu itu belum masuk Islam, tetapi karena kredibilitas

kepribadiannya. Ketika Nabi bertindak sebagai pemimpin, masih

banyak penduduk Madinah yang tetap bersiteguh dengan agama lama

mereka, yaitu Yahudi dan Nasrani, dan kepercayaan nenek

moyangnya.174 Ahmad Subakir menyatakan:

Sejauh ini, negara Indonesia tidak surut dari kekacauan adalah karena belum terwujudnya keadilan dalam masyarakat Indonesia. Masih banyak terjadi kesenjangan sosial yang menimbulkan kecemburuan sosial di antara seluruh lapisan masyarakat.175

172 Kamaruzzaman, Relasi Islam dan Negara: Perspektif Modernis dan Fundamentalis (Magelang:

Indonesiatera, 2001), 119. 173Malah justru karena persamaan ini, bangsa Indonesia seharusnya bercermin pada kehidupan

Madinah pasca hijrah, yaitu kedemokratisannya, keadilan dan nilai persamaan yang dijunjung tinggi pada masa Nabi. Taufiq Al-Amin, Wawancara, Kediri, 19 Maret 2014.

174Taufiq Al-Amin, Wawancara, Kediri, 19 Maret 2014. Lihat juga Akram Ziauddin Umari, Masyarakat Madani, terj. Mun'im A. Sirry (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 31.

175 Ahmad Subakir, Wawancara, Kediri, 18 Maret 2014.

Page 82: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

281

Dari sini dapat disimpulkan, bagi NU jika pemimpin bangsa

menjalankan amanatnya dengan baik dan semestinya, maka tentunya

rakyat tidak akan menentang, bahkan justru mendukungnya. Artinya

selama hukum dan keadilan ditegakkan, maka itu berarti pemimpin

negara masih menjalankan amanatnya dengan baik, sehingga rakyat

harus mentaatinya. Berbeda dengan LDII yang menginginkan Islam

sebagai dasar Negara meski tidak mutlak, NU lebih mengakomodasi

hal-hal yang bersifat moralitas keagamaan dibandingkan secara

ideologis keagamaan.

c. Respon Tokoh Muhammadiyah Terhadap Ideologi Politik LDII

Muhammadiyah sejalan dengan LDII dalam hal ideologi politik,

yaitu memilih untuk bersikap netral terhadap partai politik manapun.

Namun dalam memandang hubungan agama dan negara, pendapat

Muhammadiyah berbeda dengan LDII. Jika LDII menginginkan Islam

dijadikan kekuatan ideologi dan dasar negara ini. Muhammadiyah

sebaliknya menolak Islam dijadikan ideologi, karena menurutnya kalau

agama, politik dan budaya diideologikan fungsinya akan terdistorsi dan

bukan malah mendapatkan struktur yang lebih baik, melainkan justru

akan memicu disintegrasi yang berbasis sekretarian dan konflik

horizontal.Menurut Fauzan Saleh:

Ada dua alasan mengapa Muhammadiyah menolak didirikannya negara Islam. Pertama, argumentasi normatif-teologis, yang menyebutkan bahwa Dawlah Isla>miyyah(Islamic State) tidak pernah disebutkan secara eksplisit dalam al-Qur’an. Memang dalam al-Qur’an ada ayat yang berbunyi baldatun t{ayi>batun wa rabbun ga>fur, sebuah ayat yang lebih pada konteks sosiologis,

Page 83: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

282

yaitu negara yang baik, penuh pengampunan Tuhan. Atas dasar inilah Islam tidak memberi konsep yang jelas, melainkan hanya memberi nilai etik bagi kehidupan bangsa dan negara. Ke dua, argumentasi historis, yaitu berkaitan dengan fakta bahwa dalam sejarah Islam tidak pernah menunjukan adanya mekanisme baku bagaimana suksesi dalam Islam. Ini bisa dilihat dari empat khalifah sepeninggalnya Rasulullah, semuanya diangkat melalui mekanisme yang berbeda satu sama lain, padahal pengangkatan seorang kepala negara merupakan kunci utama untuk mengetahui sistem kenegaraan.176

Selain itu, dalam konteks negara pluralistik seperti Indonesia,

menjadikan Islam atau agama apapun sebagai ideologi negara hanya

akan memicu disintegrasi bangsa, karena menurutnya sangat tidak

mungkin memberlakukan formalisme agama tertentu dalam komunitas

agama masyarakat yang sangat beragam. Fauzan Saleh menegaskan

kembali:

Oleh sebab itu, pluralitas merupakan hukum alam atau Sunnatullah di negeri ini, dan seharusnya Islam dijadikan sebuah nilai etik sosial (social ethics), yang berarti Islam berfungsi komplementer dalam kehidupan negara.177

Apabila Islam dijadikan ideologi negara, berarti akan membuka

peluang intervensi negara terhadap agama dan politisasi agama, padahal

ajaran-ajaran agama itu sendiri bersifat privat, yang berjalan di

kalangan masyarakat melalui persuasif, bukan melalui perundangan

negara yang bersifat kohesif. Selanjutnya, Fauzan Saleh menyatakan

bahwa agama merupakan dimensi privat yang paling independen dari

176 Fauzan Saleh, Wawancara, Kediri, 16 Maret 2014. 177 Fauzan Saleh, Wawancara, Kediri, 9 Maret 2014.

Page 84: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

283

manusia dan tidak boleh diintervensi oleh negara yang bersifat

publik.178

D. Desiminasi Ideologi LDII

1. Desiminasi Ideologi Keagamaan LDII

a. Respon Tokoh MUI Terhadap Ideologi Keagamaan LDII

Pada dasarnya, tidak ditemukan respon akomodatif dari

kalangan MUI kota Kediri terhadap ideologi keagamaan LDII, sebab

menurut mereka, LDII selalu tertutup dengan persoalan keagamaan

mereka. MUI merasa sulit mengakses informasi langsung dari kalangan

LDII sendiri untuk persoalan yang menyangkut ideologi keagamaan.

b. Respon Tokoh Wahidiyyah Terhadap Ideologi Keagamaan LDII

Dalam sejarahnya LDII dikonotasikan sebagai penerus dari

pemikiran Darul Hadits dan Islam Jamaah.179 Meskipun banyak indikasi

yang mengarahkan persepsi demikian, pada hakikatnya LDII

merupakan suatu organisasi bentukan pemerintah orde baru yang

ditugaskan untuk membenahi penyelewengan ajaran Islam yang

178Fauzan Saleh, Wawancara, Kediri, 16 Maret 2014. 179 Amin Djamaludin, Capita Selekta Aliran-Aliran Sempalan di Indonesia (Jakarta: LPPI, 2002),

2.

Page 85: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

284

dilakukan oleh kelompok Darul Hadits atau Islam Jamaah.180 Royan

(ustadz LDII) menyatakan:

Sumber hukum warga LDII adalah al-Qur’an dan al-Hadis, ijma dan qiyas, contoh ijma penerapan adzan ketiga pada saat salat jum’at yang diawali pada zaman kekhalifahan Ustman bin Affan, contoh qiyas zakat fitrah pada zaman Rasulullah menggunakan kurma dan gandum, bagi kita di Indonesia beras di qiyaskan dengan gandum, karena sama-sama makanan pokok.181

LDII selama ini dianggap sebagai aliran sesat dan eksklusif,

bahkan mereka yang mengatakan LDII sesat berdasarkan fatwa MUI

tahun 2005 tentang kesesatan LDII.182 Hal ini menurut Wawan salah

seorang santri pondok Kedunglo tidak sesuai dengan sunnah Rasul.

Rasulullah berkata:

�ل ر�'ل ا7 5�8& ا7 6��� و��5: �� أ�� ه�+�ة، .�ل. :» ���:!'ا، و�;< ��<='ا، و�?< ��@وا، و��A< &�� B!$� C;+ �� >@ا��وا، و�

��'D��E+ �� ،�F��أخ' ا �F��ا � J$� C6�، وآ' 'ا �;�د ا7 إخ'ا�?D5�'ى هLا� M��A+ ���ث 5��ات » +*���، و�Q Mو+=6� إ�& 8@ر» RFA�

�� ا�=X�5 أن +A�� أخ�M اF���، آVW اF��� ��& اF��� ��ام، ا��ئ 183روا�F� M* د��، و����، و��ض�

(Dari Abi Hurairah Rasulullah berkata kalian jangan saling mendengki iri hati, jangan saling bersaing , jangan saling saling membenci, jangan saling bermusuhan, dan jangan menjual dangan sebagian kalian atas jualanya sebagianya dan hai hamba-hambnya Allah jadilah saudara, orang Islam itu saudaranya orang Islam jangan menganiaya saudaranya, jangan menganiaya menelantarkan/ menjerumuskan saudarnya, jangan menganiaya merendahkan ketakwaan itu disini,Rasulullah isyarah pada dadanya tiga kali “ cukup seseorang itu dikatakan jelek apabila

180 “Profil LDII”, Sejarah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (http://www.ldii.or.id/sejarah.html),

diunduh tanggal 20 Februari 2014. 181 Royan, Wawancara, Kediri, 18 Maret 2014. 182Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Faham Sesat di Indonesia, (Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar,

2005), 72. 183 Mahmud Az-Zaby, Tinjauan Dialog Sunnah: Syi'ahnya al-Musawi, terj. (Al-Bayyinat

Bandung: Pustaka, 1989), 221.

Page 86: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

285

menghina saudaranya yang Islam, setiap muslim atas muslim yang lain itu haram darahnya, hartanya dan rahasianya).

Tidak mudah memang bagi LDII untuk bisa sampai besar seperti

sekarang ini, sebab banyak sekali kendala yang harus dilewati, dan

permasalahan yang muncul menghadang.terutama ketika LDII dituduh

sebagai jelmaan Jamaah Islamiyah, yang secara resmi dilarang oleh

pemerintah.184

Bagi LDII sendiri hal tersebut tidak terlalu berpengaruh,

tuduhan-tuduhan sesat yang ditujukan kepada LDII, ditanggapi dengan

tangan terbuka, direspon dengan kepala dingin dan selalu

mengutamakan Ukhwah Islamiyah.185 Zaenal (ustadz LDII)

berpendapat:

Tidak akan surut langkah kami dalam membela agama Allah, tidak akan berkurang semangat kami dalam menegakan kebenaran Agama Allah, hanya satu yang kami cari yaitu ridho Allah, berpuluh-puluh tahun sudah kami berjuang tidak mungkin ada sampai sekarang kalau tanpa adanya ridho Allah. Faktanya sekarang LDII tambah besar, dan tersebar di berbagai pelosok tanah air, bahkan di berbagai mancam negara.186

Agus Salim (pengurus jamaah Wah}idiyyah) salah satu pimpinan

yayasan perjuangan Wahidiyah mengatakan, selama ini LDII dianggap

eksklusif, maka Wahidiyah melakukan “tabayyun” dengan LDII. Dari

tabayyun tersebut mereka menemukan 3 hal, berikut pernyataan Agus

Salim (pengurus yayasan perjuangan shalawat Wah}idiyyah):

184Jaiz, Aliran dan Faham Sesat., 70. 185Depag RI Badan Litbang dan diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan 2009, Nuhrison M. Nuh

(ed), Aliran/Faham Keagamaan dan Sufisme Perkotaan(Jakarta: Prasasti, 2009), 28. 186 Zaenal, Wawancara, Kediri, 8 Maret 2014.

Page 87: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

286

Pertama, ujarnya, mereka (LDII) sudah bisa bersama kita shalat berjamaah. Yakni, kita bisa menjadi imam atau mereka menjadi imam. Ke dua, kita bisa diterima mereka untuk memberikan taushiyah. Dan ke tiga ketiga, kita bisa melihat langsung buku-buku rujukan di perpustakaan mereka, teknik belajar dan metode mengajar yang semuanya berorientasi kepada al-Qur’an dan Hadis. Sehingga, dapat disimpulkan warga LDII tidak eksklusif. “Kita ingin terapkan kepada masyarakat tentang paradigma baru LDII yang melakuan revitalisme secara baik dan pembaruan sudah ada. Mereka juga bisa bersilaturahmi kepada kita, sehingga tidak ada lagi celah-celah kita anggap eksklusif.187

Tabayyun itu memberikan satu garansi bahwa LDII tidak

eksklusif. Dengan paradigma baru, LDII membangun kepercayaan

pandangan masyarakat yang baik, tetap berorientasi kepada “Kutub al-

sittah” (kitab-kitab Hadis 6 yang masyhur), berpegang teguh kepada al-

Qur’an dan Hadis serta tidak ada menambahi maupun mengurangi

rukun iman dan rukun Islam. Ternyata, mereka berorientasi kepada Ahl

Sunnah wa al-Jamaah.

Menurut KH. Latief Majid (pengasuh Pondok Kedunglo), LDII

dapat di terima oleh MUI disebabkan:

a) Masalah yang masuk terlebih dahulu dipelajari secara seksama oleh anggota komisi sekurang-kurangnya satu minggu.

b) Masalah yang telah jelas (qat}’iy) hendaknya disampaikan apa adanya dan fatwa menjadi gugur setelah diketahui ada nas-nya dari al-Qur’an dan al-Hadis.

c) Dalam masalah khilafiah di kalangan madzahab yang difatwakan adalah hasil tarjih setelah memperhatikan fiqih muqaran.188

187 Agus Salim, Wawancara, Kediri, 17 Maret 2014. 188 Anwar Iskandar, Wawancara, Kediri, 14 Maret 2014.

Page 88: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

287

LDII menggunakan semua kitab Hadis utamanya kutub al-

sittah, dan Agus Salim (pengurus yayasan perjuangan Wah}idiyah)

berkata:

Menteri agama H. Suryadarma Ali dan para tamu dari MUI sudah menyaksikan langsung kitab rujukan warga LDII di dalam ruang perpustakaan pondok LDII Kediri yang berada di bawah menara setinggi seratus meter. Bahkan dari ustadz LDII ada yang diminta menjadi imam sholat, mengajarkan qiro’ah sab’ah di ponpes di luar LDII. Ustadz-ustadznya LDII juga ceramah di luar LDII dan menjadi khotib di masyarakat umum. Adapun ketika ada pendapat LDII terlihat eksklusif sebenarnya itu tidak benar. Buktinya banyak warga LDII menjadi tokoh masyarakat, ketua RT, ketua RW, kepala desa dan lain-lain, hanya karena aktifitas pengajian di LDII sangat tinggi, menyebabkan kesempatan pergaulan di masyarakat menjadi berkurang. Dalam hal ini DPP LDII sudah memberikan pedoman kepada seluruh warganya agar tetap menjaga tali silaturahim dengan masyarakat sekitar, termasuk keharusan mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh RT dan RW setempat.189

KH. Abdul Latief Majid (Pengasuh Pondok Kedunglo Kota

Kediri) menuturkan:

LDII bekerja sama dengan ormas atau lembaga lain dan tidak tertutup, banyak sekali interaksi dengan ormas ataupun lembaga lain dan berjalan lancar, dari tingkat pusat (DPP) sampai desa (PAC) contoh bertukar pendapat dengan Muhammadiyah dan Wahidiyyah, menjadi amirul hajj bersama-sama dengan menteri agama pada tahun 2012, mengadakan pelatihan rukyah hilal bekerja sama dengan kementerian agama serta masih banyak lagi kegiatan kerjasama dengan ormas lain, dan sering aktif dalam menggelar kerjasama dengan ormas-ormas lain, atau dengan komunitas-komunitas di luar LDII. 190

189 Agus Salim, Wawancara, Kediri, 17 Maret 2014. 190 Abdul Latief Majid, Wawancara, Kediri, 8 Maret 2014.

Page 89: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

288

c. Respon Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Terhadap Ideologi

Keagamaan LDII

LDII adalah salah satu lembaga yang difatwa MUI

sesat,karenaterkait dengan isu LDII merupakan kelanjutan dari ajaran

Islam Jama’ah. Fatwa MUI khusus tentang LDII tidak ada, namun jika

ia menggunakan ajaran-ajaran Islam Jama’ah yang prinsip-prinsipnya

menyimpang itu, maka ia terkait juga dengan fatwa tentang kesesatan

Islam Jama’ah.191 Royan (Ustadz LDII) berpendapat:

Memang ada satu keputusan Munas MUI yang menyinggung nama. Dalam satu rekomendasi dinyatakan bahwa “Aliran sesat itu seperti Ahmadiyah, LDII....“Kalimatnya berbunyi seperti itu.Kenapa LDII dijadikan bagian yang sesat? Karena LDII dianggap sebagai penjelmaan Islam Jama’ah.192

Ketika LDII dianggap melakukan ar-ruju` il‘a> al-haq, LDII

dianggap sebagai entitas yang pernah melakukan penyimpangan, karena

LDII dikaitkan dengan Islam Jama’ah. Fadil (ustadz LDII) menuturkan:

Dalam perjalanannya, LDII memiliki keinginan untuk memperbaiki Islam Jamaah kembali kepada kebenaran. Namun, ada kelompok-kelompok yang sangat keras, menentang, seolah-olah Islam Jama’ah tidak boleh bertaubat. LDII sekarang dalam tahap verifikasi secara kelembagaan maupun secara grass roots. Terlihat secara kelembagaan mereka tidak ada masalah, dari pengurus pusat hingga pengurus daerah memiliki satu kata. Namun di tingkat bawah, kemungkinan masih ada masalah, karena masih ada generasi LDII yang berpegang pada Islam

191 Nuhrison, Aliran/Faham Keagamaan.,27. 192 Royan, Wawancara, Kediri, 9 Maret 2014. Sesudah deklarasi paradigma baru, LDII berusaha

meninggalkan hal-hal yang menyebabkan kesesatannya itu. Mereka meminta audiensi ke MUI Pusat untuk mensosialisasikan apa yang disebutnya sebagai paradigma baru. Paradigma baru ini menegaskan bahwa LDII tidak menggunakan ajaran Islam Jama’ah sebagai satu landasan, meski dalam beberapa ajaran ada yang sama, yang berkaitan dengan amaliah, bukan itiqa>diya>h. Mereka meninggalkan ajaran Islam Jama’ah seperti menganggap najis kelompok lain. Mereka tidak lagi mencuci bekas tempat salat orang lain, tidak mengkafirkan kelompok lain. Bahkan, mereka bersumpah di hadapan MUI Pusat bahwa itu bukanlah taqi>yah.Sesudah itu mereka membuat pernyataan tertulis untuk menegaskan perubahan itu.

Page 90: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

289

Jama’ah. Kendati demikian, kondisi di bawah tidak sepenuhnya bisa kita jadikan indikasi bahwa LDII belum berubah.193

KH. Anwar Iskandar (Gus War) seorang ulama Kota Kediri dan

Penasihat NU Kedirimengatakan:

Di Kediri pernah terjadi seperti daerah-daerah lain bahwa LDII eksklusif, bahkan dituduh sebagai satu aliran sesat. Namun, setelah LDII melakukan perubahan dalam segala hal, seperti dari eksklusif menjadi terbuka. Apalagi, sekarang LDII sudah menerapkan manajemen kolektivitas, terbuka, modern serta dalam keyakinan dan ajaran beragama, maka tidak ada masalah lagi. Sehingga, sekarang ini tidak ada alasan LDII harus berakhir di tempat. Sementara terjadinya perbedaan dalam “fur’i>yyah” tidak perlu dipertentangkan, karena dalam akidah tetap sama. Jadi, di Kediri warga LDII dengan masyarakat, termasuk Ormas Islam lainnya tidak ada masalah. Begitu juga dengan ‘pel-pel-an’ sudah tidak ada lagi di LDII.194

Dalam permasalahan isu yang berkembang tentang kesesatan

LDII di atas, KH. Anwar Iskandar (Gus War) dan tokoh-tokoh Islam

(dalam hal ini MUI) Kediri mengemukakan persoalan yang paling

mendasar sehingga terciptanya polemik tersebut. Menurut KH. Anwar

Iskandar (Gus War):

Ternyata, ini (perpecahan umat Islam antara LDII dan golongan yang lain) ada semacam desain pihak-pihak di luar Islam yang tidak pernah berhenti ingin memporak-porandakan Islam. Apalagi, ada pernyataan tokoh CIA yang menegaskan, setelah hancur dan runtuhnya kekuatan Uni Sovyet/Rusia, maka Islam yang akan dihadapi. Hal ini membuat kita menjadi sadar ada kekuatan yang kita tidak bisa melihat dan pengetahuan tidak menjangkau. Ini sudah disebutkan dalam al-Qur’an dengan berbagai cara pihak kafir ingin mengancurkan Islam dari berbagai sendi kehidupan. Jadi, kita tidak perlu saling bersitegang dalam mempersoalkan saudara kita sendiri, seperti menuduh LDII sesat-menyesatkan, saat ini masih banyak tugas

193 Fadil, Wawancara, Kediri, 10 Maret 2014. 194 Anwar Iskandar, Wawancara, Kediri, 14 Maret 2014.

Page 91: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

290

umat Islam. Yakni, bagaimana memberantas kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, kemaksiatan dan lain-lain.195

Bukti kesesatan LDII dalam bentuk ibadah baik mahdah

maupun ghairu mahdhah tidak ada. Dalam ibadah warga LDII selalu

mendasarkan pada dalil-dalil syar’i. Bahkan aktifitas warga LDII dalam

pengajian-pengajian LDII seluruh Indonesia sangat padat, dari tingkat

pusat DPP, DPW, DPD, PC, PAC, mulai dari usia PAUD sampai lanjut

usia.196 Persoalan pengkafiran bagi warga LDII karena menajiskan

golongan Islam yang non LDII tidak pernah ada, Hasan Basri (Pengurus

PCNU Kota Kediri) menuturkan:

Warga LDII tidak ngepel rumah atau masjid ketika LDII dapat tamu. Itu salah besar kalau tidak percaya coba buktikan saja bertamu kerumah atau masjid-masjid LDII tidak ada kejadian seperti itu, kalaupun ada itu jadwal di pel, karena masjid-masjid LDII juga ada jadwal ngepel, di tempat saya sendiri waktu ngepel masjid itu hampir sebelum salat 5 waktu, belum lagi ini musim hujan jadi sering sekali ngepel masjid.197

Sedangkan soal kesesatan LDII dalam hal peribadahan Hasan

Basri mengatakan:

Apakah warga LDII tidak mau bermakmum kepada orang lain? Itu tidak benar, penetapan imam dalam shalat, LDII mengikuti tuntunan dari Rasulullah SAW: ”Yang paling berhak mengimami kaum adalah yang paling mahir di dalam membaca al-Qur’an, jika dalam hal ini sama maka yang paling dahulu hijrahnya, jika dalam hal ini sama maka yang paling banyak mengetahui sunnahnya, jika dalam hal ini mereka sama maka yang paling tua usianya”. Contoh nyata pada saat ibadah haji. Di makkah warga LDII salat di belakang imam Masjidil Haram. Di mandinah warga LDII salat di belakang imam Masjid Nabawi, dan di masjid-masjid lainya.198

195 Anwar Iskandar, Wawancara, Kediri, 14 Maret 2014. 196 Observasi, di LDII Kota Kediri, 18 Maret 2014. 197 Hasan Basri, Wawancara, Kediri, 12 Maret 2014. 198 Hasan Basri, Wawancara, Kediri, 12 Maret 2014.

Page 92: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

291

Rukun Islam ada 5, satu di antaranya shalat. Sedangkan dalam

salat ada 13 rukun dimulai takbiratul ih}ram hingga salam. Dalam salat

wajib 5 waktu, warga LDII juga melaksanakan 13 rukun yang

diwajibkan. Ahmad Subakir (ketua PCNU Kota Kediri) mengatakan:

Memang sedikit terjadi perbedaan dalam salat LDII dengan golongan NU. Itu pun hanya “fur’i>yyah” yang tidak perlu didiskusikan.Yakni, mereka tidak “menzaharkan” membaca Bismillah, tetapi hanya “mensiirkan” serta tidak membaca doa qunut pada salat Subuh, tetapi mereka tetap mengangkat tangan ketika saya memimpin doa usai ta>wshiyah.199

Menurut NU suratkeputusan Kejaksaan Agung pada tahun 1978

tentang pelarangan terhadap IslamJamaah itu tidak bisa dialamatkan

padaLDII.Karena LDII tidak menganut sistem keamiran sebagaimana

Islam Jamaah, akan tetapi memakai sistem ketua umum dan struktur

organisasi di tingkat pusat sampai desa, DPP, DPW, DPD Kab/Kota,

PC dan PAC. LDII tidak menganggap benar sendiri atau mengkafirkan

orang lain dan tetap menghormati penganut ajaran lain serta mengajak

dengan baik dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.200

Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasululllah, tetap menghormati

kepada pamannya dan masih bergaul dengan baik meskipun paman

Rasulullah bukan termasuk golongan beliau.201

Moh. Taufiq Al-Amin Ketua Paguyuban Lintas Masyarakat

(PALM) dan juga pengurus PCNU Kota Kedirimengatakan:

199 Ahmad Subakir, Wawancara, Kediri, 10 Maret 2014. 200 Nuhrison, Aliran/Faham Keagamaan., 20. 201 Ahmad Khoirul Fata’, Menguak Islam Eksklusif Yang Toleran, dalam Burhan Djamaludin(ed),

Islamica: Jurnal Studi Keislaman(Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. 6, 1/09/2011), 17.

Page 93: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

292

Ternyata komunitas LDII tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, baik dalam akidah, syariah, muamalah maupun akhlaq al-karimah. Hal yang sangat terasa dan tidak dilakukan komunitas umat Islam lainnya, sambungnya, bagaimana mereka memperlakukan tamu sebagai dikemukakan Rasulullah SAW: ”Siapa-siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah memuliakan tamu”. Artinya, memuliakan tamu sama dengan memuliakan saudaranya. “Ini terpancar dari wajah yang ikhlas dan hati yang suci. Menyangkut beramal dan beribadah, mereka benar-benar mengamalkan Hadis Rasulullah yang menyebutkan:”Sebaik-baik salat, dilaksanakan pada awal waktu”. Mereka menunggu waktu salat. Bahkan, dalam menunggu waktu salat, mereka membaca al-Qur’an, bertasbih dan berzikir. Dalam bermuamalah, mereka menerapkan ekonomi Islam. Artinya, dalam segala kebutuhan diproduk sesama muslim. Dalam akhlaq al-karimah tampak sikap mereka tamah-tamah dan santun.202

d. Respon Tokoh Muhammadiyah terhadap Ideologi Keagamaan

LDII

LDII memang difatwa sesat oleh MUI pada tahun 2005, karena

LDII dianggap sebagai bagian dari aliran sesat, dan disamakan status

ajarannya dengan Ahmadiyyah.203 Tetapi dari beberapa warga

Muhammadiyah Kota Kediri yang ditanya tentang LDII, pada

umumnya mereka kurang memahami ajaran LDII dan hanya mengenal

Nurhasan al-Ubaidah sebagai mubaligh. Hal ini sebagaimana yang

dinyatakan oleh Sulaiman (warga Muhammadiyah):

Nurhasan al-Ubaidah adalah seorang ulama yang mengajarkan al-Qur’an dan al-Hadis. Ada sebagian ajaran Nurhasan yang masih diamalkan oleh warga LDII seperti tidak boleh bersalaman dengan wanita, khutbah pakai bahasa Arab, tetapi ajaran lainnya yang bersifat ekslusif sudah tidak diamalkan lagi oleh warga LDII.204

202Moh. Taufiq Al-Amin, Wawancara, Kediri, 14 Maret 2014. 203M. MuksinJamil, Agama-Agama Baru di Indonesia(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 27. 204Sulaiman, Wawancara, Kediri,27 Maret 2014.

Page 94: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

293

Hendra (Warga Muhammadiyah) juga mengatakan hal yang

hampir sama:

Sekarang ini LDII sudah tidak mempunyai hubungan lagi dengan Nurhasan al-Ubaidah (pendiri Islam Jama’ah), sebabdia sudah meninggal cukup lama, demikian juga dengan keturunan Nurhasan al-Ubaidah. Warga LDII tidak mengenal siapa saja keturunan Nurhasan al-Ubaidah.205

Umumnya para masyarakat awam di luar LDII, khususnya

Muhammadiyah yang ditanya, tidak mengetahui mengapa Islam

Jama’ah dilarang, karena mereka tidak mengenal Islam Jama’ah, sebab

ketika mereka mengenal LDII, Islam Jama’ah sudah dilarang oleh

pemerintah, sedangkan LDII sudah berkembang pesat seperti saat ini.

Pengurusorganisasi kemasyarakatan dan warga Muhammadiyah

ketika ditanya tentang isi paradigma baru LDII pada tahun 2008, pada

umumnya tidak mengetahui secara detailnya. Tetapi sebagian dari

mereka cukup mengetahui bahwa LDII bukan kelanjutan gerakan Islam

Jama’ah dan tidak mengajarkan ajaran Islam Jama’ah, tidak mengenal

sistim keamiran. Meski masjid LDII kurang terbuka untuk umum,

mereka menyebutkan bahwa warga LDII tidak menganggap umat Islam

diluar LDII sebagi kafir dan najis. Fauzan Saleh (Wakil Ketua PDM

Muhammadiyah Kota Kediri) menyebutkan:

Latar belakang lahirnya pernyataan klarifikasi tersebut karena pengurus LDII sudah merasa capek menanggapi tuduhan dari berbagai pihak, yang menurut pengurus LDII sendiri tuduhan itu tidak benar. Mungkin masih ada sebagian kecil warga LDII yang mengamalkan ajaran Islam Jam’ah, tetapi itu bukan kebijakan organisasi, hanya bersifat perseorangan. Tugas

205 Hendra, Wawancara, Kediri,29 Maret 2014.

Page 95: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

294

LDIIsebenarnya justru ingin meluruskan paham yang dianut oleh Islam Jama’ah tersebut. Kebetulan MUI menyarankan agar membuat klarifikasi, maka LDII membuat pernyataan klarifikasi.206

Terhadap pendapat yang mengatakan bahwa terdapat hubungan

historis antara Islam Jama’ah dengan LDII, warga Muhammadiyah

tidak mengetahui secara detailnya, tetapi terdapat sebagian pengurus

Muhammadiyah yang mengetahui adanya hubungan historis tersebut,

tetapi pengetahuan mereka terbatas pada penyerahan aset-aset milik

Islam Jama’ah seperti pondok pesantren, dan beberapa buah rumah.

Menurut Muhammad Syahrul (pengurus Muhammadiyah):

Orang yang disebut kafir, adalah orang yang sudah keluar dari kaidah-kaidah agama Islam. Kita tidak boleh menuduh orang lain sebagai kafir, sebab berat resikonya. Kalau tuduhan itu tidak benar, justru prediket kafir itu akan kembali kepada mereka yang menuduh tersebut. Kalau seseorang sudah mengucapkan dua kalimah syahadat dia sudah dianggap Islam, soal pengamalannya itu masalah lain. Menurut para warga LDII sejak mereka masuk LDII tidak pernah menganggap orang diluar LDII sebagai kafir dan sesat. Mereka juga menolak tuduhan bahwa orang diluar LDII sebagai najis, sehingga bekasnya harus dicuci.207

Hal ini dapat dibuktikan, bahwa ketika peneliti salatada 5 orang

diluar LDII yang ikut salat jamaah zuhur di masjid LDII di daerah

Bandar Kidul. Peneliti juga ikut salat jamaah, ketika salat akan dimulai

bergeser kedepan, dan jejak peneliti ditempati orang lain, dan itu tidak

dicuci.208 Kemudian ada penjelasan dari Bapak Wiyono, Ketua RW di

Kelurahan Burengan bahwa:

206 Fauzan Saleh, Wawancara, Kediri,12 Maret 2014. 207 Fadil, Wawancara, Kediri,19 Maret 2014. 208 Wiyono, Wawancara, Kediri,17 Maret 2014.

Page 96: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

295

Ditempatnya tersebut sudah biasa orang diluar LDII salat di masjid LDII dan orang LDII shalat di masjid non LDII.Demikian juga mereka saling mengunjungi dalam kehidupan sehari-hari, dan dia tidak menyaksikan adanya tuduhan bahwa bekas orang non LDII dicuci, karena dianggap najis. Dia sudah bergaul selama 20 tahun dengan warga LDII. Di RW-nya terdapat banyak warga LDII.

Sedangkan tanggapan dari pemuka Muhammadiyah di Burengan

terbagi dua bagian, yaitu mereka yang mengenal LDII dan mereka yang

tidak mengenal LDII. Menurut Hari Widyasmoro (Ketua PDM

Muhammadiyyah):

Yang telah mengenal lebih dekatLDII dapat menerima pernyataan klarifikasi Dewan Pimpinan LDII sebagai berikut: LDII dengan paradigma baru, LDII tidak menggunakan dan tidak mempunyai keamiran dan LDII tidak mengajarkan, meneruskan ajaran Islam Jama’ah, tetapi membina bekas Islam Jama’ah yang tergabung dalam warga LDII ( 1 Maret 2007). Selain itu MUI Kota Kediri mengirim surat kepada seluruh ormas-ormas di Kota Kediri, menyampaikan hasil dialog antara DP MUI Pusat, DP MUI Jatim serta Pengurus LDIIKediri, Kab/Kota se-Jatim tanggal 19 Maret 2008, yang kesimpulannya sebagai berikut: (a) LDII bukan penerus/kelanjutan dari gerakan Islam Jama’ah serta tidak menggunakan ataupun mengajarkan Islam Jama’ah (b) LDII tidak menggunakan atau menganut sistem keamiran, (c) LDII tidak menganggap umat Islam diluar LDII sebagi kafir atau najis, (d) LDII dalam pengayaan ilmu juga menggunakan alumni lulusan pondok diluar LDII, (e) Masjid LDII terbuka untuk umum.209

Menurut Suprapto (Sekretaris PDM Kota Kediri) berdasarkan

pengamatannya tidak ada sistem keamiran, tidak ada yang mengepel

lantai bekas orang Non LDII, karena dia pernah jadi imam di masjid

LDII. 210 Menurut Agus Hariono (warga Muhammadiyah) dia pernah

salat di masjid LDII secara berpindah-pindah tempat, ternyata bekas

209 Hari Widyasmoro, Wawancara, Kediri,12 Maret 2014. 210 Suprapto, Wawancara, Kediri, 13 Maret 2014.

Page 97: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

296

salat tadi tidak dibersihkan. Secara fisik dalam aktivitas ibadah tidak

ditemukan praktik-praktik seperti yang diajarkan Islam Jama’ah,

bahkan baginya LDII sangat ramah.211

LDII tidak bisa disamakan dengan Ahmadiah. Ahmadiah itu

sesat karena mengakui adanya nabi setelah Nabi Muhammad

SAW.Husni Syam (Wakil Ketua PDM Muhammadiyah Kota Kediri)

menuturkan:

Saya menanggapi perubahan paradigma LDII secara positif. Paradigma Baru LDII harus disikapi dengan positif. Mereka (LDII) mengakui kesalahan, dalam tanda petik: kesalahan ajarannya atau kesalahan doktrinnya, bukan kesalahan aqidah. Aqidah LDIIdari awal tidak salah. Aqidah LDII rukun iman yang enam itu, rukun Islamnya juga sama.212

Fauzan Saleh menuturkan pendapatnya tentang Ahmadiyah,

sebagai berikut:

a. Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya Nabi dan Rasul utusan Tuhan. Dia mengaku dirinya menerima wahyu yang turunya di India, kemudian wahyu-wahyu itu dikumpulkan seluruhnya, sehingga merupakan sebuah kitab suci dan mereka beri nama kitab suci Tadzkirah. Tadzkirah itu lebih besar daripada kitab suci al-Qur’an.

b. Mereka meyakini bahwa kitab suci Tadzkirah sama sucinya dengan kitab suci al-Qur’an karena sama-sama wahyu dari Tuhan.

c. Wahyu tetap turun sampai hari kiamat begitu juga dengan nabi dan rasul tetap diutus sampai hari kiamat juga.

d. Mereka punya tempat suci tersendiri yaitu Qadian dan Rabwah. e. Mereka punya surga sendiri yang letaknya di Qadian dan Rabwah

dan sertifikat kavling surga tersebut dijual kepada jamaahnya dengan harga yang sangat mahal.

f. Wanita Ahmadiyah haram nikah dengan laki-laki yang bukan Ahmadiyah, tetapi lelaki Ahmadiyah boleh kawin dengan perempuan yang bukan Ahmadiyah.

211 Agus Hariono, Wawancara, Kediri, 13 Maret 2014. 212 Husni Syam, Wawancara, Kediri, 14 Maret 2014.

Page 98: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

297

g. Tidak boleh bermakmum di belakang imam yang bukan Ahmadiyah.

h. Ahmadiyah mempunyai tanggal, bulan, dan tahun sendiri yaitu nama bulan: 1. Suluh 2. Tabligh 3. Aman 4. Syahadah 5. Hijrah 6. Ikhsan 7. Wafa 8. Zuhur 9. Tabuk 10. Ikha 11. Nubuwah 12. Fatah. Sedangkan nama tahun mereka adalah Hijri Syamsyi (disingkat HS).213

Berkenaan dengan mengenakan cadar dan jilbab,

Muhammadiyah mengambil posisi yang sama dengan LDII yaitu

menjadikan sebagai syari'at yang tetap dan mutlak, yang berlaku bagi

semua wanita tanpa mengenal waktu dan tempat, dan hal ini tidak dapat

dibenarkan. Sejalan dengan pendapat tersebut Fauzan Saleh

berpendapat:

Mengenakan cadar atau penutup muka atau jilbab adalah perbuatan sunnah yang dianjurkan, namun jika dikhawatirkan mendapat gangguan dari pria fasik dikarenakan ia membuka wajahnya, maka dalam keadaan demikian ia wajib menutup wajahnya untuk menghindari gangguan dan fitnah. Jadi hukum cadar tidak berada dalam taraf sebagai syari'at yang tetap, artinya meskipun ia sunnah tapi dapat berubah menjadi wajib.214

Sebagaimana yang termaktup dalam berbagai ayat al-Qur'ān

maupun al-Sunnah, orang-orang kafir tidak akan ridha dengan

keimanan kaum muslimin, sehingga mereka (orangkafir) melakukan

banyak sekali penyelewengan ajaran agama Islam supaya kaum

muslimin semakin jauh dari agamanya. Di antara usaha kaum kafir

adalah menghembuskan nafas kebimbangan pada diri wanita muslimah

dengan slogan-slogan emansipasi, mode atau trend, atau dengan istilah

lain yang dapat mendorong kaum wanita khususnya muslimah menjadi

213 Fauzan Saleh, Wawancara, Kediri,9 Maret 2014. 214Fauzan Saleh, Wawancara, Kediri, 9 Maret 2014.

Page 99: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

298

tertarik olehnya dan semakin jauh dari perintah agamanya. Fauzan

Saleh berpendapat:

Usaha kaum kafir ini tidak banyak disadari oleh kaum muslimah sehingga mereka terjatuh di dalamnya. Media massa ataupun elektronik yang awalnya bermaksud untuk mempermudah komunikasi, kini telah menjadi lahan perusakan moral. Televisi, internet, bahkan radio telah banyak menghadirkan sosok wanita dengan pakaian yang sangat minim, suara yang mendayu, dan sikap yang tidak lagi memperhatikan adab maupun kesopanan, lebih-lebih syari'at agama (Islam). Bahkan di antara umat Islam sendiri ada yang menjadikan jilbab sebagai trend dan mode, sehingga makna jilbab itu sendiri telah hilang dari maksud awal disyari'atkannya.215

LDII dalam menjawab tantangan ini membuat beberapa

persyaratan dalam berjilbab yang dapat dijadikan pegangan bagi

muslimah. Menurut LDII jilbab harus menutupi aurat yang telah

ditentukan dan tidak merubah bentuknya supaya menarik perhatian

orang lain secara berlebihan, sehingga menjadikan fungsi jilbab sebagai

perhiasan, bukannya yang menutupinya. Dalam penggunaan jilbab

maupun cadar Muhammadiyah dan LDII memiliki kesamaan pendapat.

2. Desiminasi Ideologi Ekonomi LDII

a. Respon Tokoh Wahidiyah Terhadap Ideologi Ekonomi LDII

Wahidiyyah cenderung mengapresiasi beberapa hal, diantaranya

terkait dengan etos kerja masyarakat LDII. Hal ini berdasarkan

pandangan warga LDII yang beranggapan bahwa agama harus

dipelajari, difahami dan diamalkan sesuai ajaran al-Qur’an dan Hadis

secara merata dan kontinue oleh seluruh warga dari semua tingkatan

215 Fauzan Saleh, Wawancara, Kediri, 16 Maret 2014.

Page 100: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

299

melalui pembinaan, agar mampu melakukan perubahan diri menjadi

lebih baik.216 Upaya itu cukup efektif dalam menciptakan kebaikan,

baik pada dirinya sendiri maupun orang lain dan akan berdampak

positif pada kebersamaan, karena dengan demikian melaksanakan

agama akan menjadi ringan, yang pada akhirnya akan menjadi

budaya.217

Bagi LDII, jika pekerjaan dilaksanakan dengan sungguh-

sungguh dan dengan semangat yang tinggi, dalam bentuk kegiatan yang

akan berbuah amal kebaikan, maka akan mendapatkan barokah. Selain

itu, bekerja merupakan sunnah rasul dan bagian dari kehidupan.218 Agus

Salim(pengurus yayasan perjuangan Wah}idiyah) menuturkan:

Bekerja, disamping sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi (materiil), juga sebagai sarana untuk beribadah (spirituil), karena ibadah termasuk perintah Allah. Sebagai bagian dari ibadah, bekerja merupakan bagian dari amal shaleh dan harus diniatkan untuk agama. Orang yang tidak bekerja akan rugi, karena selain tidak akan mendapatkan hasil, juga tidak mendapat pahala. Orang yang bekerja akan mendapatkan hasil ganda, yaitu materi dan pahala.219

Selain itu, KH Abdul Latif Madjid (pengasuh pondok Kedunglo)

menuturkan:

Bekerja, selain berusaha dengan penuh kesungguhan juga harus berdoa agar mendapat hasil yang halal.Jika melalui bekerja, ia mendapatkan hasil, sebagian dari hasil itu (sebagai bentuk syukur) akan diinfaqkan ke jalan Allah, selain juga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Jika ia tidak mendapatkan

216Nur Hasyim, Imam Jama’ah Di Dalam Agama Islam dan 7 Faktor Syahnya Keamiran di

Indonesia, (tk. : tp., tth.), 23, (Diktat, tidak diterbitkan). 217Ibid., 27. 218 H.M.C. Shodiq, Akar Kesesatan LDII dan Penipuan Trilyunan Rupiah: Kasus

Maryoso(Jakarta: LPPI, 2004), 28. 219 Agus Salim, Wawancara, Kediri,16 Maret 2014.

Page 101: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

300

hasil setelah bekerja, kecuali ia berharap mendapatkan pahala dari Allah karena sudah bekerja yang juga beribadah, paling tidak ia sudah menyadari bahwa penghasilan atau sebut saja rizki tidak saja didapat semata-mata dari kerja, tetapi dari Allah.220

Pemahaman terhadap agama secara mendalam, memang sangat

penting, karena diantaranya akan menghasilkan keseimbangan antara

urusan dunia dengan urusan akhirat. Agama tidak saja cukup dilakukan

secara individu, tetapi harus berjamaah juga, karena berjamaah akan

mampu membentuk budaya yang baik, termasuk dalam hal ini budaya

kerja.221

Menurut warga LDII, selain bekerja harus dengan penuh

kesungguhan, bekerja juga harus didasari dengan sifat jujur, amanah

dan hemat terhadap hasil kerja. Itu artinya, bekerja tidak boleh

setengah-setengah, harus didasari dengan kejujuran dan amanah serta

harus bertujuan untuk mendapatkan hasil yang besar dan halal, tidak

asal mendapatkan hasil, apalagi hasil yang sedikit dan tidak halal,

karena halal juga menjadi target pekerjaan mereka.222 Agus Salim

(pengurus yayasan perjuangan Wah}idiyah) memahami pemikiran

seperti ini sebagai berikut:

Pandangan itu, dapat kita mengerti, bahwa sikap jujur dan amanah selain dianjurkan agama juga menjadi wujud profesionalitas seseorang dalam pandangan Islam. Sikap jujur (al-s}idq) akan mengarah pada kebenaran (al-h}a>qq) dan

220 Abdul Latief Majid, Wawancara, Kediri,20 Maret 2014. 221 Azyumardi Azra,Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post

modernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), 111. 222 Miftah Faqih, Agama dan Solidaritas Sosial, dalam Buletin At-Taubah Tahun I Edisi 2, tanggal

2 April 2004.

Page 102: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

301

kebenaran akan berpulang pada surga. Sikap tidak jujur (al-kiz}b) akan mengarah pada kebiasaan serong (al-fujur) dan kebiasaan serong akan berujung pada neraka. Dalam bahasa kemanusiaan, surga adalah gambaran kebahagiaan diri sendiri dan ketenteraman orang lain. Ini harus kita sosialisasikan dalam kegiatan ekonomi Islam. Sedang neraka adalah gambaran kesengsaraan diri sendiri dan kerugian orang lain. Ini jelas harus dihindari dalam tindakan berekonomi secara Islam.223

Beberapa uraian di atas, dapat terangkum tentang landasan

bekerja, bahwa bekerja sebagai sunnah Rasul, bagian dari amal saleh

dan sebagai sarana untuk beribadah. Sedangkan moralitas pekerja yang

baik dalam Islam adalah bekerja dengansungguh-sungguh, dengan

semangat yang tinggi, harus didasari sifat jujur, amanah,disertai doa

dalam melaksanakan pekerjaan dan adanya keyakinan tentang hasil

kerja, bahwa hasil kerja atau rizki tidak saja didapat semata-mata dari

kerja tetapi dari Allah. KH. Abdul Latief Majid (pengasuh pondok

Kedunglo) menuturkan:

”Faktor penting dari tingginya etos kerja warga LDII adalah pemahaman dan pelaksanaan ajaran agama. Karena Islam memang mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan dunia dan akhirat.”224

Upaya-upaya LDII dalam membangun generasi unggul terbagi

menjadi tiga (3) upaya; upaya religi (keagamaan), upaya psiko-

sosiologis (pendekatan dengan ilmu psiko-sosial) dan upaya human

223 Agus Salim, Wawancara, Kediri,14 Maret 2014. 224 Anwar Iskandar, Wawancara, Kediri,10 Maret 2014.

Page 103: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

302

resources management (Managemen SDM).225 Menurut pengurus

Pondok Kedunglo Muhammad Yazid:

Beberapa referensi menunjukkan bahwa ciri-ciri keunggulan LDII yaitu adanya ketaatan yang utuh akan, amal ibadah yang meliputi ibadah mad}ah dan ghai>ru mad}ah termasuk di dalamnya akhlaqal-kari>mah yang semuanya merupakan cerminan keimanan dan amal saleh. Memang keimanan kepada Allah SWT adalah modal dasar pembinaan ummah. Dengan keimanan itu lahirlah individu LDII yang unggul dan masyarakat yang berbudi luhur, berdisiplin dan beramanah demi kebaikan di dunia dan akhirat. Hal ini merupakan implementasi dari firman Allah SWT: “Demi masa sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian kecuali orang yang beriman dan beramal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.”226

Dalam ayat yang disebutkan di atas Allah SWT menjelaskan

bahwa manusia yang tidak rugi (beruntung) ialah mereka yang beriman

beramal saleh. Beriman kepada Allah adalah proses peralihan jiwa

manusia dari menganggap dirinya bebas dari semua kekuasaan dan

ikatan serta tanggung jawab, menuju kepada ketundukan mengaku

tanpa syarat bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad

adalah Rasulullah.227 Menurut KH. Abdul Latief Majid (pengasuh

Pondok Kedunglo):

Keimanan tanpa ketaatan melalui amal ibadah adalah sia-sia.Warga LDII meyakini berpribadi yang unggul akan tergambar jelas keimanannya melalui amal perbuatan dalam kehidupan kesehariannya. Bahkan jika dikaji tujuan Allah menjadikan manusia itu sendiri, ialah supaya beribadah

225Dewan Pimpinan Pusat LDII.Himpunan Hasil Rapimnas Lembaga Dakwah Islam Indonesia

Tahun 2009( Jakarta: LDII, 2009), 63. 226 Muhammad Yazid, Wawancara, Kediri, 10 Maret 2014. 227Iman meliputi tiga unsur utama; pengetahuan yang mendalam, kepercayaan yang penuh dan

keyakinan yang teguh. Ketiga unsur ini akan membentuk iman yang kukuh menjadi tonggak kekuatan rohaniyah yang cukup kental untuk membina jiwa dan jasmani manusia. Keteguhan iman juga merupakan penghalang baginya dari melakukan kejahatan dan maksiat.

Page 104: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

303

kepadaNya. Firman Allah SWT: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.” Sehingga tidak mengherankan apabila pengikut LDII sangat termotivasi hidupnya untuk berkerja lebih keras.228

b. Respon Tokoh NU Terhadap Ideologi Ekonomi LDII

Islam pada hakikatnya mendorong umatnya supaya tekun dalam

melakukan suatu pekerjaan sampai tuntas dan bertanggung jawab.

Sabda Rasullullah SAW: “Sesungguhnya Allah SWT menyukai apabila

seseorang kamu bekerja dia melakukan dengan tekun.”229 Dawud

Syamsuri (Pengurus PCNU Kota Kediri) mengatakan:

Sifat tekunlah yang meningkatkan produktivitas ummah, melahirkan suasana kerja LDII yang aman dan memberi kesan yang baik kepada masyarakat. Bahkan ditekankan pula untuk tidak berlama-lama menganggurkan diri, tapi segeralah mengerjakan pekerjaan yang lainnya, sebagaiman fiman Allah: “Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”230

Disiplin masyarakat dalam mengerjakan suatu pekerjaan

merupakan salah satu ciri kepribadian seorang LDII.Kepribadian

tersebut menghasilkan mutu kerja LDII yang lebih cemerlang

dibandingkan kebanyakan umat Islam yang lain. Agus Hadi Purnomo

(Pengurus PCNU Kota Kediri) berpendapat:

Harapan LDII dan Negara untuk maju dan sukses akan dapat dicapai dengan lebih cepat lagi. Dengan disiplin seseorang akan dapat menguatkan pegangannya terhadap ajaran agama dan menghasilkan mutu kerja yang cemerlang. Bersyukur dalam konteks pribadi unggul berlaku dalam dua keadaan, pertama; sebagai tanda kerendahan hati tehadap segala nikmat yang diberikan oleh Sang Pencipta, baik sedikit ataupun banyak.

228KH. Abdul Latief Majid, Wawancara, Kediri, 4 Maret 2014. 229Madjid, Islam Agama., 51. 230 Dawud Syamsuri, Wawancara, Kediri,4 Maret 2014.

Page 105: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

304

Kedua; bersyukur sesama makhluk sebagai ketetapan dari Allah SWT supaya kebajikan dibalas dengan kebajikan.231

Dalam menghadapi tantangan dan cobaan hidup, kesabaran amat

penting bagi remaja LDII untuk membentuk pribadi unggul yang

dikehendaki Allah SWT dalam firmanNya: “Wahai orang-orang yang

beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan

tetaplah bersiap-siaga serta bertaqwalah kalian kepada Allah supaya

kalian beruntung.”232

Meskipun LDII memiliki etos kerja yang baik, dan menjalankan

ajaran yang tidak jauh berbeda dengan ajaran Islam mainstream, para

nahdliyin mengkritisi ajaran LDII yang masih menjadi perdebatan,

yaitu tentang manqu>l, keamiran dan sikap sosialnya yang masih

cenderung eksklusif.

Menurut KH. Anwar Iskandar (Gus War) ada lima hal yang

dirasakannya menonjol dari LDII, yakni mereka disiplin, kompak, siap

menolong, senantiasa menunjukkan wajah yang ikhlas dan menganggap

semua itu bagi mereka sebagai amal salih. Beliau menyatakan:

Jadi, fakta ini kami temukan di komunitas mereka, baik di markas mereka maupun dalam perilaku, karena, mereka bersahabat dengan kita, wajar kalau kita sebut mereka komunitas muslim yang pantas menjadi teladan, memang mereka mengamalkan ajaran Islam dengan sesungguhnya. Bagi kita setidaknya dapat mengapresiasi dan kalau bisa menyamai mereka. Kalau tidak menandingi, tetapi jangan pernah mengatakan mereka itu sesat.233

231 Agus Hadi Purnomo, Wawancara, Kediri,19 Maret 2014. 232 Muhammad Wahyu Nafis (ed), Rekronstruksi Dan Renungan Religius Islam (Jakarta:

Paramadina, 1996), 242. 233 Anwar Iskandar, Wawancara, Kediri, 14 Maret 2014.

Page 106: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

305

Lima hal yang ditemukan oleh KH. Anwar Iskandar di atas

merupakan implikasi dari keyakinan LDII bahwa ibadah adalah sebagai

bukti ketundukan dan kepatuhan seorang hamba setelah mengaku

beriman kepada Tuhannya. Ibadah yang dimaksud disini adalah ibadah

madhah dan ghairu madhah. Hasan Basri menuturkan:

Ibadah ghairu madhah adalah hubungan sesama manusia.Justru itu yang terpenting, untuk menjadi individu yang berpribadi unggul, seluruh aktivitas hidupnya, baik hubungannya dengan Sang Pencipta ataupun dengan masyarakat adalah diyakini sebagai ibadah. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.”234

Taufiq Al-Amin (pengurus PCNU Kota Kediri) menyatakan:

Akhlak mulia ditekankan pada warga LDII (akhlaq al-karimah) agar menjadi pribadi unggul, dan pribadi unggul adalah hasil keimanan yang kental.Ini disebabkan tali ikatan yang menjalin hubungan antara individu dengan masyarakat terbentuk melalui nilai-nilai dan disiplin yang diamalkan oleh anggota masyarakat tersebut. Sekiranya nilai yang diamalkan itu positif maka akan lahirlah sebuah masyarakat yang aman, damai, harmoni dan diselubungi roh Islami. Rasulullah SAW adalah contoh utama pembentukan akhlak. “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Dan dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”235

Beberapa nilai yang baik dalam akhlak Islami yang menjadi

tonggak amalan untuk melahirkan warga LDII menjadi manusia unggul

ialah Jujur.

234 Hasan Basri, Wawancara, Kediri, 4 Maret 2014. 235 Taufiq Al-Amin, Wawancara, Kediri,14 Maret 2014.

Page 107: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

306

Kejujuran (sidiq) adalah cerminan sebuah kepribadian warga

LDII yang sehat, ibarat bunga adalah melati, putih, bersih, indah, dan

menebarkan bau harum di sekitarnya, dan semua orang tentu senang

melihat dan ingin menciumnya. Orang yang jujur hidupnya akan

tentram dan damai, oleh karena tidak ada kepalsuan dalam dirinya,

tidak ada dusta, tidak menipu diri sendiri, sehingga hatinya akan tenang

dan tidak was-was karena tidak ada kekhawatiran terbongkarnya

sesuatu yang disembunyikan pada dirinya.236

Amanah adalah sifat mulia yang mesti diamalkan oleh setiap

orang .Amanah adalah azas ketahanan umat, kehormatan dan rohnya

keadilan.Ikhlas merupakan inti setiap ibadah dan perbuatan. Ikhlas akan

menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Menurut Agus Hadi Purnomo

(pengurus PCNU Kota Kediri):

Remaja LDII sangat ditekankan untuk memiliki sifat ikhlas dengan landasan demi mencapai kebaikan dunia dan akhirat, dan mencapai kerukunan, persaudaraan, perdamaian dan kesejahteraan. Mereka landaskan keyakinan tersebut dengan Sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang berbuat baik, taqwa lagi menyamar (tidak memperlihatkan kelebihannya), yaitu orang-orang yang ketika pergi, mereka tidak dianggap sesuatu yang hilang dan ketika mereka hadir maka mereka tidak dikenal, hati mereka adalah cahaya hidayah.”237

c. Respon Tokoh Muhammadiyah Terhadap Ideologi Ekonomi LDII

Muhammadiyah dalam memandang ideologi ekonomi LDII

tidak memiliki respon yang akomodatif. Muhammadiyyah justru

236 Habib Setiawan et.al., ”Frase Amal Shaleh” dalam After New Paradigm Catatan Para Ulama

Tentang LDII (Jakarta: Pusat Studi Islam Madani Institute, 2008), 56-57. 237 Agus Hadi Purnomo, Wawancara, Kediri,16 Maret 2014.

Page 108: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

307

resistensif, karena Muhammadiyyah mengkritik konsep halal dan

barakah LDII yang dianggapnya terlalu sempit.

3. Desiminasi Ideologi Politik LDII

a. Respon Tokoh Wahidiyyah Terhadap Ideologi Politik LDII

Dalam pandangan ideologi politik LDII, Wahidiyyah memiliki

pandangan yang jauh berbeda dalam mengelola kekuasaan, sebab LDII

memiliki kecenderungan ingin menempatkan Islam sebagai pembentuk

ideology Negara (meski secara tidak langsung). Sedangkan Wahidiyah

lebih menyoroti konsep kepemimpinan dalam ideologi politiknya.

Dengan kata lain, respon yang akomodatif tidak ditemukan pada

Wahidiyah.

b. Respon Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Terhadap Ideologi Politik

LDII

Bagi kalangan NU pandangan LDII tentang perpolitikan ada

beberapa yang sejalan dengan Kitt}ah NU, misalnya pandangan LDII

tentang negara Indonesia bukan sebagai negara sekular. Hal ini

dibuktikan dengan adanya lembaga pemerintahan yang mengurus

masalah kehidupan dan kerukunan beragama yang dikenal dengan

Departemen Agama. Bagi NU sebenarnya yang disebut sekularisme

dalam politik praktis adalah penolakan terhadap campur tangan negara

atau pemerintah di dalam kehidupan keagamaan rakyat, dan pada waktu

yang sama penolakan terhadap campur tangan tokoh-tokoh atau

Page 109: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

308

lembaga-lembaga keagamaan dalam kehidupan kenegaraan atau politik.

Taufiq al-Amin mengatakan:

Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia menunjukkan adanya peran positif agama di dalamnya. Bahkan tokoh Nasionalis Indonesia, Sukarni mengatakan dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, agama justru menjadi motor revolusi dan penggerak perjuangan kemerdekaan.238

Posisi Indonesia yang beradadiantara negara agama dan negara

sekular, dianggap oleh beberapa kalangan sebagai sikap yang tidak

berpendirian. Oleh karena itu Ahmad Subakir mengatakan:

Sudah seharusnya Indonesia menjadi negara Islam dan berpedoman kepada al-Qur'an dan hadis, karena mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun di lain pihak, baik dari kalangan Islam dan non-Islam, ada yang mengatakan bahwa seharusnya Indonesia menjadi negara demokratis, karena jika negara Islam, aspirasi seluruh lapisan masyarakat tidak terakomodasi. Hingga kinipun, perbincangan masalah negara Islam ini masih meninggalkan polemik yang tidak kunjung selesai.239

Jadi dapat disimpulkan bahwa NU dan LDII memiliki kesamaan

pandangan bahwa bentuk negara bukanlah suatu permasalahan yang

besar untuk umat Islam di Negara Indonesia, namun elemen-elemen

politik yang lain seperti ideologi dan konsep kepemimpinan yang

menjadi fokus keduanya.

c. Respon Tokoh Muhammadiyah Terhadap Ideologi Politik LDII

Muhammadiyah memiliki pandangan yang tidak jauh berbeda

dengan LDII dalam hal netralitas keduanya terhadap partai politik

238 Taufiq Al-Amin, Wawancara, Kediri, 10 Maret 2014. 239 Ahmad Subakir, Wawancara, Kediri, 18 Maret 2014.

Page 110: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

309

tertentu. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Husni Syam

sebagai berikut:

Muhammadiyah meski dahulunya pernah terlibat dalam kelahiran partai amanat nasional, namun ketika era reformasi berjalan perlahan-lahan Muhammadiyah menjaga netralitasnya dengan melepaskan keterlibatannya dengan Partai Amanat Nasional. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada LDII. LDII dahulu terlahir dari Partai Golongan Karya pada masa orde baru, namun seiring berakhirnya era orde baru, LDII dan Partai Golongan Karya memisahkan diri.240

Dari pandangan di atas, dapat dipahami pandangan politik

keduanya sebagai dua organisasi yang netral dari partai politik,

memiliki kecenderungan yang sama yaitu tidak terlalu

mempermasalahkan relasi agama dan kekuasaan terlalu dalam, namun

hanya memiliki pandangan-pandangan secara global mengenai hal

tersebut.

E. Rekonsiliasi dan Penerimaan LDII

Salah satu bentuk gagasan dari Quintan terkait kesempatan dan

hambatan dinamika sosial adalah bagian dari suatu lingkungan dan konteks

sosial yang lebih luas, yang dicirikan oleh berbagai konfigurasi keleluasaan

dan hambatan yang berubah-ubah secara cair yang menstrukturkan dinamika

gerakan yaitu orang/kelompok itu sendiri.241 Ini penting untuk menegaskan

ulang bahwa diseminasi dan polemik di atas sangat terkait dengan relasi LDII

dengan MUI dan kelompok keagamaan mapan lainnya. Salah satu bentuk

240Husni Syam, Wawancara, Kediri, 13 Maret 2014. 241 Wiktorowicz, Studies in Conflict & Terrorism.,76.

Page 111: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

310

kontestasi ini terlihat dalam ketetapan pimpinan Majelis Ulama Indonesia

(MUI) yang dikeluarkan pada tanggal 22 Juni 1989. Menurut MUI, kriteria

sesat adalah:

1. Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6 (enam), yakni beriman

kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada

rasulrasul-Nya, kepada hari akhirat, kepada qadla dan qadar; dan rukun

Islam yang 5 (lima), yakni mengucapkan dua kalimat syahadat,

mendirikan salat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan,

menunaikan ibadah haji;

2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syar’i

(al-Qur’an dan Sunah);

3. Meyakini turunnya wahyu setelah al-Qur’an;

4. Mengingkari autentisitas dan atau kebenaran isi al-Qur’an;

5. Melakukan penafsiran Al Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah

tafsir;

6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam;

7. Menghina, melecehkan, dan atau merendahkan para nabi dan rasul;

8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir;

9. Mengubah, menambah, dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang

telah ditetapkan oleh syari’ah, seperti haji tidak ke Baitullah, salat fardhu

tidak 5 (lima) waktu;

10. Mengafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i, seperti mengafirkan

muslim hanya karena kelompoknya.

Page 112: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

311

Alasan pelarangan MUI itu karena LDII mengajarkan ajaran pokok

yang menyesatkan, yaitu ajaran tentang kepemimpinan, bahwa tidak sah

beragama kalau tidak setia kepada satu-satunya pemimpin yang mutlak wajib

dipatuhi. al-Amir diartikan sebagai seorang pemimpin rohani agama yang

dipilih Tuhan, yaitu Nur Hasan al-Ubaidah di Kediri. MUI juga menyoroti

konsep kesetiaan yang mengatakan bahwa tidak setia kepada pemimpin berarti

akan mati dengan cara jahiliah atau tidak sah Islamnya, alias kafir. Semua

ajaran agama Islam hanya dapat dipelajari secara lisan melalui pemimpin atau

wakil-wakilnya yang disebut dengan konsep manqul (MUI, 1989). Dari sini

semakin terlihat bahwa, paradigm ini membenarkan pendapat Quintan yaitu

konsep gerakan sosial keagamaan digambarkan sebagai suatu gerakan sosial

yang memiliki paradigma doktrin agama dan bermuara kepada hal yang

bersifat keagamaan.242

Keterikatan historis dan kultural LDII dengan Islam Jamaah

menyebabkan kelompok keagamaan seperti MUI masih bersikukuh pada

keputusan awal tentang kesesatan ajaran LDII. Walaupun tidak ada fatwa

khusus yang dikeluarkan MUI menyangkut LDII, tetapi dalam Musyawarah

Nasional VII di Jakarta, 21–29 Juli 2005, lembaga ini kembali menegaskan

bahkan merekomendasikan supaya aliran sesat seperti Ahmadiyah, LDII, dan

sebagainya ditindak tegas dan dibubarkan oleh pemerintah karena sangat

meresahkan masyarakat. Dalam beberapa kesempatan, pengakuan terhadap

eksistensi kelembagaan LDII juga dinafikan.

242 Quintan Wictorowicz, Gerakan Sosial Islam: Teori Pendekatan dan Studi Kasus. Terj.

Paramadina (Jakarta: Paramadina, 2012), 74.

Page 113: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

312

Salah satu contohnya, ketika MUI akan menggelar Kongres Umat Islam

Indonesia Ke-5 (KUII V) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, 7–10 Mei

2010, MUI mengundang unsur-unsur MUI Pusat, MUI tingkat propinsi,

perwakilan ormas-ormas Islam tingkat pusat, pondok pesantren dan perguruan

tinggi Islam, lembaga-lembaga Islam nasional dan internasional, serta

kalangan profesional pendidikan, perekonomian, dan perbankan. Dari

berbagai ormas keagamaan tersebut, LDII termasuk beberapa ormas yang

tidak diundang.

LDII secara intensif melakukan klarifikasi pasca-Rapat Kerja Nasional

2007 yang diikuti oleh seluruh pengurus tingkat provinsi sebagai respons

terhadap keputusan Komisi Fatwa MUI Nomor 03/Kep/KF-MUI/IX/2006

tanggal 11 Syaban 1427 H/September 2006 tentang Lembaga Dakwah Islam

Indonesia. Pada amar 2 dan 3 keputusan tersebut, tertulis (lihat lampiran)

sebagai berikut:

1) Amar 2 – Mengharuskan agar klarifikasi dilakukan juga oleh pengurus

LDII di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sebagaimana dilakukan juga

oleh Pimpinan LDII Pusat kepada MUI Pusat. Klarifikasi di tingkat

provinsi dan kabupaten/kota dilakukan oleh pengurus LDII di masing-

masing tingkatan kepada MUI di masing-masing tingkatan yang sama;

2) Amar 3 – Menyarankan (a) agar Dewan Pimpinan Pusat sesegera mungkin

melakukan Munas/Rakernas dan membuat keputusan mengenai hal

tersebut sehingga terjadi persamaan persepsi di LDII sampai ke tingkat

terbawah, dan (b) Melakukan konferensi pers (pers conference) mengenai

Page 114: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

313

pernyataan klarifikasi tersebut untuk diketahui oleh semua warga LDII

khususnya dan umat Islam pada umurnya.

Selanjutnya, DPP LDII terus memberikan semangat kepada DPD LDII

Provinsi supaya mengadakan komunikasi vertikal dengan level organisasi di

bawahnya (DPD LDII Kabupaten/Kota sampai PC/PAC) untuk melakukan

klarifikasi dalam berbagai bentuk kegiatan koordinasi dan kerja sama dengan

seluruh stakeholders organisasi. Berdasarkan pemantauan DPP dan juga

berdasarkan laporan dari DPD LDII Provinsi seluruh Indonesia, maka materi

klarifikasi tersebut secara lengkap adalah sebagai berikut:

1. Penjelasan secara lengkap (sosialisasi) hasil Rakernas Tahun 2007,

termasuk penjelasan tentang Paradigma Baru LDII;

2. Penjelasan tentang Fatwa MUI No. 03/Kep/KF-MUI/IX/2006 tanggal 4

September 2006 tentang Lembaga Dakwah Islam Indonesia, terutama

tentang keharusan LDII untuk melakukan klarifikasi sampai tingkat akar

rumput;

3. Hasil Rakernas MUI 2007, terutama tentang klarifikasi Fatwa MUI tentang

Kriteria Aliran Sesat. Dalam kesempatan klarifikasi dengan para pihak LDII

telah menegaskan bahwa LDII tidak termasuk aliran sesat;

4. Penjelasan bahwa LDII mempunyai kesamaan aqidah sebagaimana yang

dianut oleh umat Islam lainnya dan tentu saja hal tersebut berdasarkan

kepada pedoman umat Islam itu sendiri, yaitu Al Quran dan al-Hadis.

Pengertian aqidah adalah keyakinan yang mengikat dalam hati tentang

apaapa yang wajib diyakini atau apa-apa yang wajib diimani oleh seseorang;

Page 115: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

314

5. Penjelasan tentang posisi LDII yang secara konsisten pada komitmennya

dalam mendukung pelaksanaan dan keputusan IJTIMA’ ULAMA KOMISI

FATWA SE-INDONESIA II TAHUN 2006 di Gontor, Ponorogo, Tahun

2006. yaitu keputusan dari Komisi A tentang Masail Diniyyah

Wathaniyyah, sebagai berikut:

a Peneguhan Bentuk dan Eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b Harmonisasi Kerangka Berpikir Keagamaan dalam Konteks Kebangsaan;

c Taswiyatul Manhaj (Penyamaan Pola Pikir dalam Masalah Keagamaan)

d Tansiq Al Harakah (Koordinasi Langkah Strategis dalam Masalah-

masalah Keagamaan).

Sebagai klarifikasi, LDII di tingkat daerah melakukan kegiatan-kegiatan

untuk meyakinkan MUI di setiap provinsi supaya LDII dapat diterima oleh

mayoritas umat Islam. Terlampir seperti di bawah ini:

1. Rekomendasi MUI Provinsi Jawa Timur Nomor R03/MUI-JTM/IV/2011

tanggal 26 April 2011 yang ditandatangani oleh Ketua Umum K. H.

Abdusshomad Buchori dan Sekretaris Umum Drs. H. Imam Tabroni,

M.M., yang menyatakan usaha yang telah dilakukan oleh MUI Provinsi

Jawa Timur adalah: a) Selalu memberikan bimbingan, khususnya di

bidang keagamaan kepada segenap pengurus LDII Jawa Timur sesuai yang

diamalkan oleh umat Islam Indonesia. b) Mendorong LDII Jawa Timur

agar terus menyosialisasikan “Paradigma Baru LDII” kepada seluruh

warganya sampai dengan tingkatan lapis paling bawah. c) Mengajak

pimpinan LDII dan para anggotanya agar selalu ikut serta dalam kegiatan

Page 116: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

315

bersama umat Islam lainnya. d) Menyarankan pengurus LDII agar

melakukan silaturahim dengan pimpinan MUI dan pengurus ormas Islam

lainnya dalam mengadakan kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial

lainnya. LDII Jawa Timur telah banyak mengalami perubahan

positif/signifikan dan telah membuka diri terkait dengan paradigma baru

dan MUI Jawa Timur dapat menerima keberadaan LDII di Jawa Timur,

namun keputusan akhir kami menyerahkan sepenuhnya kepada MUI

Pusat.

Namun demikian, di kota Kediri orang-orang LDII justru diakomodasi

oleh MUI Kota Kediri menjadi pengurus dalam dua periode belakangan ini.

Dengan demikian, secara kelembagaan MUI Kediri mengakui bahwa LDII

Kediri bukan ajaran sesat. Di Kota Kediri tidak satu pun ormas atau lembaga

berlaku ekstrem terhadap LDII, bahkan pemerintah mengajak LDII untuk

bersama-sama mendirikan dan aktif dalam Forum Komunikasi Umat

Beragama (FKUB).

Selain dengan MUI, sebagaimana ditegaskan oleh Nur Hakim,

sekretaris umum MUI Kediri, hubungan LDII dengan ormas lain juga terjalin

dengan baik, misalnya dengan NU dan Muhammadiyah. Komunikasi kultural

tersebut cukup efektif untuk semakin meneguhkan sikap keterbukaan LDII.

Menurut Nur Hakim, sebagian aktivis LDII ada yang mengajar di lembaga

milik Muhammadiyah. Ketua LDII Kediri H. Usman adalah salah satu

pengurus DPD MUI Kabupaten Kediri, sehingga hampir seluruh aktivitas

MUI Kediri melibatkan LDII, sebagaimana komentar Sekretaris MUI Kediri,

Page 117: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

316

“Sudah 9 tahun ini LDII masuk menjadi pengurus MUI Kabupaten Kediri dan

tokoh yang dipilih sangat aktif melakukan aktivitas-aktivitas MUI, sehingga

kesan LDII sebagai organisasi yang eksklusif dan tertutup perlahan-lahan

teratasi.” Menurut K. H. Anwar Iskandar, Ketua MUI Kediri sejak 10

(sepuluh) tahun terakhir, LDII sudah inklusif dan bisa bekerja sama dengan

kelompok lain. Mereka sudah bisa saling dukung, saling membantu, sehingga

sudah ada kerja sama dan di tingkat elit pun sudah tidak ada kesalahpahaman.

Kewajiban para pemimpin umatlah untuk memberi pemahaman kepada

masyarakat. Hubungan pesantren LDII dengan pesantren lain di Kediri juga

masih dalam kondisi yang baik, sebagaimana ditegaskan oleh salah satu kiai

pesantren besar di Kediri, Lirboyo, tempat di mana Nur Hasan al-Ubaidah

pernah menimba ilmu keagamaan. Para kiai Lirboyo juga menghadiri acara di

LDII apabila mendapatkan undangan.

Dalam pengamatan peneliti, masyarakat juga tampak sedemikian akrab

dengan kalangan LDII dan tidak tampak sedikit pun sekat-sekat ideologis

maupun sentimen keagamaan. Selain itu, peran tokoh-tokoh NU, salah satunya

Ketua Umum PBNU yang melakukan dialog dan silaturahmi, mengurangi

ketegangan antara komunitas Nahdliyyin dengan LDII. LDII pun membangun

kerja sama dengan Lembaga Dakwah NU (LDNU) untuk melakukan kerja

sama di bidang dakwah. Kontestasi berikutnya LDII adalah dengan MUI. Hal

ini berawal dari sikap MUI yang menganggap LDII kafir.

Dalam paradigma baru LDII, mereka secara tegas telah memutus

keterhubungan dengan Islam Jamaah sekaligus mengikis sikap eksklusif

Page 118: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

317

mereka. Karena itulah, bukan tidak mungkin bahwa LDII saat ini sudah bisa

dikatakan sebagai bagian dari kelompok ortodoks. Dalam banyak hal

kelompok ortodoks banyak diuntungkan oleh kebijakan penguasa atau negara.

Inilah yang mendorong LDII dalam berbagai kasus, berusaha mendekat dan

bergandeng-gandengan dengan negara sebagai medan kekuasaan tertinggi

dalam ranah sosial. Proses LDII menjadi kelompok yang inklusif dengan

mengakomodasi kelompok status quo tidak lepas dari peran sentral negara

melalui Golkar. Komunikasi intensif Golkar dengan LDII tidak lepas dari

kepentingan negara yang ingin menjaga stabilitas nasional.243

Komunitas LDII yang dihadapkan pada negara dan masyarakat yang

menganggap mereka sebagai ajaran sesat mendorong LDII untuk mencari

strategi-strategi adaptasi yang memungkinkan mereka tetap survive. Strategi

ini terutama dilakukan dengan mengubah organisasi menjadi lebih terbuka

yang bernaung di bawah negara dengan tetap memelihara berbagai doktrin

kontroversialnya walaupun banyak mendapatkan serangan dari pihak lain.

Pilihan tersebut dianggap cukup efektif, mengingat posisi negara sebagai

penyedia legislasi paling otoritatif di antara arena sosial lainnya adalah sektor

sosial yang memiliki meta-capital.

243

Dalam konteks ini, negara mempunyai kepentingan mempertahankan ketertiban sosial. Maka, di satu sisi LDII merasa mendapatkan perlindungan negara dengan kompensasi melakukan reformulasi doktrin keagamaan yang mereka kembangkan. Sedangkan di sisi lain, negara berhasil mempertahankan stabilitas nasional dengan memaksakan ketertiban sosial. Negara memang “memaksa” LDII untuk berubah. Namun faktanya, intervensi negara terhadap LDII mampu menciptakan proses reformulasi doktrin di internal LDII sehingga menjadi organisasi keagamaan yang berkomitmen mengakomodasi nilai-nilai lokal, mengembangkan toleransi, dan membuka diri. Mengutip dari Hilmi Muhammadiyah (2012), kesimpulan disertasi dengan judul Pergulatan Komunitas Lembaga Dakwah Islam Indonesia Di Kediri Jawa Timur, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Antropologi Program Studi Pascasarjana Universitas Indonesia.

Page 119: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

318

Permainan LDII di arena kekuasaan tersebut merupakan strategi yang

efektif. Arus pertukaran modal dengan negara dengan sendirinya

mendatangkan keuntungan bagi LDII, baik secara material maupun simbolik.

Dalam hal ini, LDII mampu memainkan modal keagamaan dan kultural

organisasi keagamaannya yang berupa masivitas dan fanatisme pengikut untuk

ditukarkan dan dikonversi menjadi kepentingan pengumpulan material dan

simbolik. Sebagaimana layaknya ormas keagamaan yang lain, LDII dalam hal

ini merupakan voluntary association sebagai modal sosial yang mempunyai

solidaritas massa. Bedanya, di LDII sumber daya sosial tersebut dikelola

secara baik dengan birokrasi dan administrasi yang efektif sehingga pada

akhirnya menghasilkan sebuah modal sosial yang berkualitas dan efektif pula.

Modal sosial ini kemudian ditunjang dengan modal kultural. LDII

memiliki pengelolaan jaringan yang dapat direproduksi melalui kebudayaan-

kebudayaan yang dikembangkan oleh LDII, seperti budaya kaderisasi, garis

komando, dan ketaatan kultural terhadap pemimpin karismatik. Adanya sistem

pengetahuan kultural berupa prinsip komunitas, kesetiaan, dan pemimpin

merupakan modal kultural berharga. Di samping itu, semua jaringan sosial

LDII merupakan jaringan ekspansif berbasis keagamaan yang sangat masif

yang penyebarannya dilakukan, misalnya, dengan mengirim mubalig ke

penjuru negeri. Modal sosial dan kultural tersebut memang berharga, sekaligus

juga memiliki nilai tukar dan ongkos tersendiri. Golkar tertarik dengan budaya

satu komando dan ketaatan yang dimiliki oleh LDII, yang mana budaya itu

lahir dari doktrin khas LDII. Dalam kondisi itulah, negara dan LDII pada saat

Page 120: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

319

itu sama-sama mempunyai kepentingan ketika memainkan pertukaran modal

yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Kesimpulan tersebut telah menarik

adanya hubungan erat antara LDII dengan negara yang berjalan melalui

pertukaran arus modal yang dimiliki masing-masing. Dari pola itu pula

penelitian ini juga mampu melihat strategi dan dinamika dalam tubuh LDII

sebagai akibat dari hubungan relasional tersebut.

Social movement (Quintan) memberikan gambaran bahwa, gerakan

muncul dan langgeng dari berbagai macam bentuk dan pola-pola, dalam hal

ini terdapat 2 pola yang mempengaruhi: Pertama, state-oriented Islamic

movement memiliki kecenderungan otoritarian dan elitis dalam pengambilan

keputusan. Mereka percaya bahwa penyakit masyarakat hanya bisa

disembuhkan dengan mengontrol negara dan memperkuat keseragaman dan

hegemoni ideologi agama. Dialog tidak dimungkinkan. Ia bisa muncul dalam

bentuk revolusioner, yakni secara frontal menyerang negara, tetapi juga bisa

muncul dalam bentuk reformis dengan mengikuti arus demokrasi atau

berkoalisi untuk merebut kekuasaan secara legal, untuk selanjutnya

mendesakkan kepentingan-kepentingan ideologisnya. Ke dua, society-oriented

Islamic movement. Gerakan ini muncul dalam dua pola. (1) everyday life-

based. Mereka mempengaruhi masyarakat dan individu dan menggunakan

jaringan komunikasi modern dan tradisional untuk mengkonstruksi idealisasi

identitas dan pandangan baru. (2) inward-oriented contemplative movements.

Gerakan ini muncul dari dalam diri individu untuk memutuskan hubungan

Page 121: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

320

atau keluar dari apa yang mereka anggap sebagai sistem sosio-politik

illegitimate.244

LDII telah menjelma menjadi organisasi keagamaan di Indonesia,

melalui penetrasi pemerintah yang saat itu diperankan Golkar. Negara

memang telah “memaksa” LDII untuk berubah, sehingga komunitas LDII

melakukan reformulasi ideologi dari eksklusif menjadi inklusif. LDII juga

mampu merawat tradisi pembelajaran mereka sehingga menjadi modal sosial

untuk melakukan negosiasi dengan negara.

Pada era Reformasi, ketika konteks politik berubah di era Reformasi,

pemerintah lama dan Golkar tidak lagi dianggap sebagai payung keamanan

yang efektif. Kondisi itu mendorong LDII untuk melepas ikatan dengan

penguasa dan memainkan strategi baru, yakni dengan mengampanyekan

“LDII paradigma baru”.245

Setelah melihat negara sebagai arena kontestasi atau arena kekuasaan

yang selalu diperebutkan, negara tidak lagi ditempatkan sebagai birokrasi

244

Di bawah perlindungan negara, LDII bahkan tampil jauh lebih ekspansif dan mampu menyebarkan pengaruhnya di seluruh Indonesia. Di samping itu, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, LDII berulang kali mengubah tampilan luar identitas organisatorisnya tanpa mengubah substansi gerakan dan ajaran. Strategi itu juga dibilang cukup efektif karena mampu keluar dari segala jeratan klaim sesat berdasarkan birokrasi dan administrasi pemerintahan. Strategi ini dipilih mengingat perlindungan negara pada saat itu juga bisa dipengaruhi oleh pertarungan kelompok dominan lainnya yang mendorong pemerintah untuk menghakimi LDII.

245 Strategi ini dapat digolongkan sebagai strategi yang disebut Bourdieu dengan succession, yakni

dengan cara mengakomodasi kelompok dominan dengan harapan ia mampu diterima menjadi bagian dari kelompok ortodoks. Dalam hal ini, ada suatu timbal balik antara pengakuan suatu kelompok dengan posisi komunitas secara luas. Apabila individu atau kelompok mengadopsi posisi komunitas, maka komunitas menyebutnya sebagai rekognisi nilai kolektif. Sebagai gantinya komunitas akan memberikan reward terhadap aksi itu dengan memberikan keuntungan universalisasi atau pengakuan simbolik. Di situlah terjadi apa yang disebut dengan strategi yang saling menguatkan (mutual reinforcement strategy). Secara umum aktivisme atau gerakan sosial Islam masuk ke dalam kelompok the new social movement. Gerakan sosial baru ditandai oleh munculnya motivasi baru dalam bentuk identitas, kepercayaan, simbol, dan nilai-nilai kehidupan, bukan sekedar ekonomi dan kelas sosial. Dalam hal ini, Islamic social movement menjadi contoh bagaimana gerakan sosial mendobrak batas pembedaan tindakan kolektif dan individual.

Page 122: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

321

hegemonik yang bersifat satu arah. Negara memang mempunyai monopoli

kekuasaan legitimasi, tetapi pola relasi tersebut tidak berjalan satu arah.

Begitu pula dalam relasi agama dan negara, hubungan tersebut tidak bisa

dibaca sebagai proses dominasi dan hegemoni satu arah, dalam hal ini

dominasi dan hegemoni negara terhadap agama.

Dalam kaitannya dengan negara sebagai arena kekuasaan paling tinggi,

LDII mampu memainkan peran strategisnya dalam mendekati negara untuk

lari dari kungkungan dan hegemoni di dalam arena keagamaan yang

didominasi oleh lembaga keagamaan ortodoks. Dengan berlindung di medan

kekuasaan yang lebih luas, LDII berharap mampu mendapatkan kapital

simbolik dari negara, yang berupa pengakuan dan perlindungan.246

Menarik untuk menyimak laporan tertulis Gregory Gause dalam buku

antologi Quintan Wiktorowicz berjudul Aktivisme Islam: Pendekatan Teori

Gerakan Sosial (2012). Reportasenya terhadap aksi protes pertama sepanjang

1994-1998 menunjukkan fakta bahwa isu sektarian hanyalah pemanis yang

sengaja dikonstruksi rezim berkuasa agar publik terkecoh tanpa pernah

mengerti apa sebenarnya akar masalahnya.247 Dinamika dan strategi yang

dimainkan oleh LDII, dengan negara ataupun dengan kelompok keagamaan

lainnya, merupakan jalinan hubungan yang mempunyai kepentingan untuk

memosisikan diri sebagai kelompok yang sejajar sebagai kelompok ortodoks.

246

Kapital menurut Bourdieu tidak hanya persoalan material seperti uang dan kekayaan, tetapi juga pendidikan, jaringan sosial, serta pengetahuan kultural yang mempunyai hukum dasar yang sama dengan ekonomi, dalam arti bisa diakumulasi, diwariskan, dipertukarkan, dan mempunyai pengaruh pada bentuk-bentuk modal material. Dalam arena tertentu di mana field merupakan tempat produksi dan distribusi kapital, negara tidak hanya berposisi sebagai arena pertarungan, tetapi juga arena transaksi atau relasi tukar-menukar antara penjual dan pembeli kapital.

247 Quintan, Aktivisme Islam: Pendekatan Teori Gerakan Sosial., 142.

Page 123: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

322

Hubungan baik dengan negara dilakukan dengan maksud supaya LDII tidak

lagi dipandang sebagai aliran sempalan Islam, tetapi sebagai bagian dari

mainstream besar seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dan lainnya. Walaupun

pilihan tersebut tidak kunjung mendapatkan hasil, terlebih karena penguasa

(Orde Baru) yang ditumpangi telah kehilangan legitimasi politik dan sosial.

LDII pun kemudian merambah hubungan manis dengan kelompok

keagamaan. Apa yang dilakukan oleh LDII dengan mengenakan “baju

paradigma baru” sebenarnya tetap terbaca sebagai upaya strategis untuk

menaikkan pengakuan sosial dari kelompok sempalan menjadi kelompok yang

sejajar dengan kelompok lain sebagai lembaga keagamaan ortodoks.

LDII saat ini telah diterima oleh banyak pihak, walaupun masih saja ada

kesan dan kecurigaan yang tetap mengaitkan LDII dengan masa lalunya.

Keikutsertaan LDII dalam momen-momen penting di pemerintahan dan

perannya dalam hubungan lintas organisasi keagamaan, semakin mengamini

posisi kokoh mereka yang tidak lagi sebagai komunitas atau aliran yang para

pengikutnya dilempari batu atau masjidnya dirobohkan oleh masyarakat.

Tidak bisa dibayangkan bahwa organisasi yang lahir dari komunitas pengajian

kecil di Kediri tersebut telah berubah menjadi organisasi keagamaan baru

yang memiliki cabang hampir di seluruh penjuru Nusantara. Itulah LDII yang

telah berubah dari komunitas pengajian yang kampungan, aliran sempalan,

Page 124: 200digilib.uinsby.ac.id/6438/9/Bab 4.pdf · Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo adalah lembaga pusat kegiatan Wahidiyah yang mempunyai cabang di berbagai wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

323

kelompok heterodoks, menjadi organisasi keagamaan ortodoks yang sejajar

dengan kelompok ortodoksi lainnya.248

Dengan berbagai agenda di atas diharapkan LDII tidak ketinggalan

dalam dinamika politik nasional. Mengambil posisi dan peran sebagai

organisasi sosial-keagamaan yang non-politik bagi LDII tidak berarti harus

alergi politik dan kehilangan artikulasi dalam memainkan fungsi politik

sebagai kelompok kepentingan dengan misi moral keagamaan. LDII perlu

menumbuhkan kesadaran yang positif di kalangan elit dan warganya, bahwa

politik itu penting dan strategis serta memiliki keterkaitan dengan perjuangan

untuk membentuk masyarakat utama (civil society), seperti yang dicita-citakan

oleh LDII.

248

Melihat fenomena komunitas LDII, menggambarkan hubungan agama (komunitas agama) dengan negara mengalami pasang surut, ketika negara mengalami pergeseran kekuasaan di mana kekuasaan tidak lagi dimonopoli negara tetapi menyebar ke institusi lainnya yang ada di masyarakat. Komunitas agama pun menjaga jarak dengan negara, akan tetapi bagaimanapun negara dengan segala perangkatnya seharusnya memberi perlindungan terhadap komunitas agama dan memberi kebebasan yang bertanggungjawab untuk mengekspresikan keyakinannya.