Lk Asma Gadar

18
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA A. DEFINISI Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001). B. ETIOLOGI Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asthma 1. Faktor predisposisi a. Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. 2. Faktor presipitasi

description

yess

Transcript of Lk Asma Gadar

LAPORAN PENDAHULUANASMA

A.DEFINISIAsthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).

B.ETIOLOGIAda beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasitimbulnya serangan asthma1.Faktor predisposisia.GenetikDimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.2.Faktor presipitasia.AlergenDimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :a)Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.b)Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan.c)Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.seperti : perhiasan, logam dan jam tangan.b. Perubahan cuaca.Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.c. Stress.Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.d. Lingkungan kerja.Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat.Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C.KLASIFIKASIBerdasarkan penyebabnya, asthma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :1.Ekstrinsik (alergik)Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma ekstrinsik.2.Intrinsik (non alergik)Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.3.Asthma gabunganBentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

D.PATOFISIOLOGIAsthma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asthma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.Pada asthma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.E.MANIFESASI KLINISManifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :1)Tingkat I :a.Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.b.Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium.2)Tingkat II :a.Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.3)Tingkat III :a.Tanpa keluhan.b.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.c.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.4)Tingkat IV :a.Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.b.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.5)Tingkat V :a.Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.b.Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.

F.KOMPLIKASIKomplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks, atelektasis, gagal nafas, dan bronkhitis .G.PEMERIKSAAN PENUNJANGBeberapa pemeriksaan penunjang seperti :1.Spirometri : Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.2.Tes provokasi :a.Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.b.Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.c.Tes provokasi bronkial seperti : Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.d.Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.3.Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.4.Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.5.Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.6.Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.7.Pemeriksaan sputum.

H.PENATALAKSANAAN1.Pengobatan farmakologik :Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :a.Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin).Nama obat :1)Orsiprenalin (Alupent)2)Fenoterol (berotec)3)Terbutalin (bricasma)Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halusuntuk selanjutnya dihirup.b.Santin (teofilin)Nama obat :1)Aminofilin (Amicam supp)2)Aminofilin (Euphilin Retard)3)Teofilin (Amilex)2.Pengobatan non farmakologik:a.Memberikan penyuluhan.b.Menghindari faktor pencetus.c.Pemberian cairan.d.Fisiotherapy.e.Beri O2 bila perlu.

I.ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN ASMA1.PengkajianPengkajian dengan pendekatan ABCD.a.Airway1) kaji dan pertahankan jalan napas2) lakukan head tilt, chin lift jika perlu3) gunakan alat batu untuk jalan napas jika perlu4) pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anestesi untuk dilakukan intubasi jika tidak dapat mempertahankan jalan napasb.Breathing1) Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk mempertahankan saturasi>92%.2) Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.3) Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-mask ventilation4) Lakukan nebulizer5) Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO26) Kaji jumlah pernapasan7) Lakukan pemeriksan system pernapasan8) Dengarkan adanya bunyi pleura9) Lakukan pemeriksaan foto thorak mungkin normalc.Circulation1)Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop2)Kaji peningkatan JVP3)Catat tekanan darah4)Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:a)Sinus tachikardib)Adanya S1 Q3 T35)Lakukan IV akses D5% + teofilin 2 amp6)Lakukan pemeriksaan darah lengkapd.Disability1)kaji tingkat kesadaran2)penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU. e.Exposure1) Selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan bronkitis2) Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya.

2.Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul1)Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi mucus2)Pola nafas tidak efektifberhubungan dengan penurunan ekspansi paru.3)Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.4)Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi

3.Rencana keperawatan1)Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi mucusTujuan : Jalan nafas kembali efektif.Kriteria hasil : Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.Intervensi :a.Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).b.Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.c.Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran.Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.d.Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.e.Kolaborasi obat sesuai indikasi.Rasional : Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

2)Pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.Tujuan :Pola nafas kembali efektif.Kriteria hasil :Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.Intervensi :a.Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal. Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dadab.Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas /kegagalan pernafasan.c.Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.d.Observasi pola batuk dan karakter sekret. Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.e.Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk. Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.f.Kolaborasia)Berikan oksigen tambahanb)Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizerRasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

3)Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.Tujuan :Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.Kriteria hasil :KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedangIntervensi :a. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas. Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.b.Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat. Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.c.Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur. Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja atau bantal.d.Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan. Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.e.Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.

4)Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasiTujuan :Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.Kriteria hasil :Mencari tentang proses penyakit :a.Klien mengerti tentang definisi asmab.Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asmac.Klien mengerti komplikasi dari asmaIntervensi :a.Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan. Rasional : informasi dapat manaikkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.b.Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal. Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mangasimilasi informasi atau mengikuti program medik.c.Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan. Rasional : selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya.d.Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan. Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah meminimalkan komplikasi.e.Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik. Rasional : menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada patogen.

4 Implementasi KeperawatanPelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuaidengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatandapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatanperlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,1989;162 ).

5. Evaluasi KeperawatanTahap evaluasi dalamproses keperawatan menyangkut pengumpulandata subyektif dan obyektifyang akan menunjukkan apakah tujuanpelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bilaperlu langkahevaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisamasalah selanjutnya ( Santosa.NI,1989;162).

K. DAFTAR PUSTAKA1. Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Edisi Pertama.Jakarta : Salemba Medika.2. Supriyadi Agus_Document/20123. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kesatu. Jakarta.Media Aesculapius.Ngastiyah. 2005. 4. Perawatan Anak Sakit. Edisi Kedua. Jakarta : Buku Kedokteran.Noer, Sjaifoellah. 1996. 5. BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam Jilid Kesatu. Jakarta : BalaiPenerbit FKUI. Doongoes, E Marilynn.Rencana 6. Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta : BukuKedokteran EGC