LITERASI TANAMAN HERBAL (STUDI TERHADAP ...repository.uinjambi.ac.id/2914/1/IPT. PATRIA...
Transcript of LITERASI TANAMAN HERBAL (STUDI TERHADAP ...repository.uinjambi.ac.id/2914/1/IPT. PATRIA...
1
LITERASI TANAMAN HERBAL
(STUDI TERHADAP PEMANFAATAN TANAMAN HERBAL SEBAGAI
ALTERNATIF OBAT DALAM UPAYA MEMBENTUK POLA HIDUP
SEHAT PADA MASYARAKAT KELURAHAN SIMPANG IV SIPIN
KOTA JAMBI)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam
Oleh:
PATRIA MONIDA
IPT.140358
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
2019
2
3
4
iv
MOTTO
بسم الله الر حمن الر حيم
الله الذي خ ل ق س بع س م او ات و من الأ رض مثل هن ي ت ن زل
كل ش يء ق دير و أ ن لت عل موا أ ن الله ع ل ىالأ مر ب ين هن
الله ق د أ ح اط بكل ش يء علما
Artinya :
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu. “(QS : At- Talaq 12)1
1 Al-qur’an dan Terjemahan Jakarta : Dapartemen Agama RI, 2001.hlm, 237
v
PERSEMBAHAN
Terutama dari segalanya, sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Atas
karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana
ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan
Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku Ayahanda Ir. H. Hutagalung dan Ibunda Almarhumah Asidah,
ketiga adikku Pera Dwianna, Pebi Triamalia dan Parhan Padlillah Putra, serta tak
lupa terimakasihku kepada tanteku Muslihati dan paman Muhammad Rum, M.Si.
Kupersembahkan kepada mereka yang telah memberikan kasih sayang, segala
dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas
hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.
Untuk seluruh saudara dan saudariku yang selalu membuatku termotivasi dan
selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi
lebih baik, Terima kasih.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alikum Wr, Wb
Alhamdulillahirabbilalamin, pujian dan syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “LITERASI TANAMAN HERBAL (Studi
terhadap Pemanfaatan Tanaman Herbal sebagai Alternatif Obat dalam upaya
Membentuk Pola Hidup Sehat pada Masyarakat Kelurahan Simpang IV Sipin
Kota Jambi”. Shalawat serta salam juga penulis haturkan kepada rasulullah SAW
yang telah membawa manusia kepada zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan strata satu bidang ilmu perpustakaan pada fakultas
Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Jambi.
Terlepas dari kekurangan dan keterbatasan peneliti, atas izin Allah SWT
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, serta dukungan, do’a dan bantuan dari
beberapa pihak, baik berupa saran maupun kritik, terlebih bantuan bersifat moral.
Karena itu selayaknya dalam kesempatan istimewa ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Dr. Raudhoh, S.Ag, SS, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
Masyrisal Miliani, SS, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang banyak
sekali membantu peneliti dalam penulisan skripsi ini dan juga ucapan
terima kasih yang sangat besar peniliti ucapkan kepada ibu yang telah
bersedia membimbing dan senantiasa memberikan bimbingan.
2. Rektor Dr. H. Hadri Hasan, MA, Wakil Rektor I Dr. H. Su’adi Asy’ari,
MA. Ph.D, Wakil Rektor II H. Hidayat, M.Pd dan Wakil Rektor III Dr. Hj.
Fadhilah Jamil, M.Pd
3. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Prof. Dr. Hj. Maisah, M.Pd.i, Wakil
Dekan I Dr. Alfian, M.Ed, Wakil Dekan II Dr. H. Muhammad Fadhil,
M.Ag dan Wakil Dekan III Dr. Raudhoh, S.Ag, SS, M.Pd.I.
vii
4. Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Bapak Muhammad Rum, S.Ag, SS,
M.Si dan Ibu Masyrisal Miliani, SS, M.Hum sebagai Sekretaris Jurusan
Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
5. Seluruh Dosen Fakultas Adab Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi khususnya dosen jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah mendidik
dan berbagi ilmu sehingga saya dapat menyelesaikan studi strata satu saya.
6. Kabag, Kasubag dan Staf Akademik Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Kepala Perpustakaan, Pustakawan, Staf Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah mengizinkan
peneliti melakukan penelitian serta memberikan informasi yang peneliti
butuhkan.
8. Kakak, teman-teman, serta rekan-rekan di Perhimpunan Mahasiswa Ilmu
Perpustakaan UIN STS Jambi yang telah berbagi ilmu sehingga saya dapat
menyelesaikan penulisan skripsi, yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu namun tidak mengurangi rasa hormat saya dan ucapan terimakasih
saya telah menjadi kakak, teman, serta rekan yang sangat baik didalam
Perhimpunan Mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN STS Jambi.
Semoga Allah membalas semua bantuan, pengorbanan dan amal baik
mereka semua, serta menjadi pahala yang besar di sisi Allah SWT.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mohon
masukannya dari segala pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jambi, Mei 2019
Penulis,
viii
ABSTRAK
Patria, Monida. 2019. Literasi Tanaman Herbal (Studi terhadap Pemanfaatan
Tanaman Herbal sebagai Alternatif Obat dalam upaya Membentuk Pola Hidup
Sehat pada Masyarakat Kelurahan Simpang IV Sipin Kota Jambi). Skripsi, Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
Pembimbing I: Dr. Raudhoh, S.Ag, SS, M.Pd.I dan Pembimbing II: Masyrisal
Miliani, SS, M.Hum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akses informasi tanaman
herbal masyarakat, kemampuan menggunakan informasi tanaman herbal dan
kemampuan mengkomunikasikan informasi tanaman herbal masyarakat Simpang
IV Sipin Telanaipura Kota Jambi. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Jumlah responden yang adalah
sebanyak 12 dengan karakteristik responden yang beraktifitas dengan
menfoksukan pada tanaman herbal. Data dikumpulkan melalui proses wawancara
mendalam untuk menggali pemahaman literasi tanaman herbal masyarakat dengan
melalui penilaian pada standar UNESCO. Data dianalisis dengan melalui metode
reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa literasi informasi masyarakat RT. 13 dan 14 Kelurahan Simpang IV Sipin
yang mencakup, kemampuan akses dengan indikator kemampuan memahami,
mengidentifikasi dan mengetahui sumber secara kesluruhan responden pada
tataran Competent artinya individu sudah memiliki tingkat literasi dimana
memiliki pengetahuan mengenai hal-hal tersebut, tapi tidak selalu
mengaplikasikannya. Kemampuan Menggunakan Informasi Tanaman Herbal
dengan indikator, kemampuan dan kesadaran akan pentingnya khasiat tanaman
herbal.
Kata Kunci : Literasi Informasi, tanaman herbal, masyarakat
ix
ABSTRACT
Patria, Monida. 2019. Literacy of Herbal Plants (The study of the utilization of
herbal plants as an alternative medicine in an effort to establish a healthy lifestyle
in the community of Simpang IV Sipin Jambi City. Thesis, library science and
Islamic information State Islamic University Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Mentor I: Dr. Raudhoh, S.Ag, SS, M.Pd.I and Mentor II: Masyrisal Miliani, SS,
M.Hum.
This study aims to determine the ability to access information on community
herbal plants, ability to use herbal information and the ability to communicate
information about herbal plants in Simpang IV Sipin Jambi City. This study uses a
qualitative research method approach with a descriptive approach. The number of
respondents who are as many as 12 with the characteristics of respondents who
activity with menfoksukan on herbal plants. Data was collected through an in-
depth interview process to explore the understanding of community herbal literacy
through assessment on UNESCO standards. Data is analyzed through data
reduction methods, data presentation and data verification. The results of the
study show that the information literacy of the RT community. 13 and 14
Simpang IV Sipin Village which includes, the ability to access with indicators of
the ability to understand, identify and know the sources as a whole respondents at
the Competent level means that individuals already have a level of literacy where
they have knowledge about these things, but do not always apply them. Ability to
Use Herbal Plant Information with indicators, abilities and awareness of the
importance of the efficacy of herbs.
Keywords: Information Literacy, herbal plants, society
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
NOTA DINAS ........................................................................................................ ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................ iii
MOTTO ................................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
D. Kegunaan Penelitian.................................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Literasi ..................................................................................... 6
B. Pengertian Literasi Herbal .......................................................................... 6
C. Standar Literasi Berdasarkan UNESCO ..................................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat Literasi Informasi..................................................... 10
1.Tujuan Literasi Informasi ....................................................................... 10
2.Manfaat Literasi Informasi ..................................................................... 12
3. Menciptakan Pengetahuan Baru ............................................................ 12
E. Kriteria dan Keterampilan Literasi Informasi ........................................... 14
F. Konsep Pengobatan Herbal dan Kimia dalam Kontek Literasi Informasi 16
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Menggunakan
Tanaman Herbal ........................................................................................ 18
H. Peran Tanaman Herbal dalam Kesehatan Manusia ................................... 19
I. Kelebihan dan Kelemahan Tanaman Herbal............................................. 21
J. Program Perkembangan Tanaman Herbal di Indonesia ............................ 23
K. Studi Relevan ............................................................................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 29
B. Subjek Penelitian ....................................................................................... 29
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 28
1. Wawancara Terstruktur ....................................................................... 29
2. Wawancara Tidak Terstrutur............................................................... 29
3. Dokumentasi ....................................................................................... 30
D. Metode Analisis Data ............................................................................... 31
xi
1. Reduksi Data ....................................................................................... 31
2. Penyajian Data .................................................................................... 31
3. Verifikasi Data .................................................................................... 32
E. Standar Pengukuran Literasi Tanaman Herbal ......................................... 32
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kelurahan Simpang IV Sipin Telanaipura Kota Jambi ............ 34
1. Profil Kelurahan Simpang IV Sipin .................................................... 34
2. Keadaan Penduduk .............................................................................. 35
3. Keadaan Pendidikan ............................................................................ 36
4. Keadaan Ekonomi ............................................................................... 36
5. Keadaan Sosial dan Budaya ................................................................ 37
B. Kondisi Literasi Tanaman Herbal di Kalangan Masyarakat Simpang IV
Sipin Berdasarkan Standar UNESCO ....................................................... 37
1. Kemampuan Mengakses Informasi ..................................................... 38
a. Mengidentifikasi Informasi Tentang Tanaman Herbal ................. 38
b. Merumuskan dan Mengevaluasi Informasi Tanaman Herbal ....... 42
c. Memilih dan Menetapkan Informasi Tanaman Herbal ................. 42
2. Kemampuan Menggunakan Informasi Tanaman Herbal .................... 45
a. Kemampuan dan Kesadaran akan Pentingnya Khasiat Tanaman
Herbal ............................................................................................ 45
b. Kemampuan untuk Memahami Substansi Akan Khasiat
Tanaman Herbal ............................................................................ 46
c. Kemampuan Mengambil Keputusan untuk Menanggulangi
Pengobatan dengan Memanfaatkan Tanaman Herbal ................... 49
d. Kemampuan Membandingkan dan Mengevaluasi Informasi
Tanaman Herbal ............................................................................ 50
e. Kemampuan Mengevaluasi Informasi Secara Komprehensif ....... 51
3. Kemampuan Mengkomunikasikan Informasi dengan Mensintesiskan
dan Menciptakan Informasi................................................................. 52
a. Kemampuan Mengorganisasikan Informasi ................................. 53
b. Kemampuan Mensintesiskan Informasi Pengetahuan Tanaman
Herbal ............................................................................................ 55
c. Kemampuan Menyebarkan dan Mengkomunikasikan Informasi
Melalui berbagai Media ................................................................ 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 61
B. Saran-Saran ............................................................................................... 62
C. Kata Penutup ............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Trend penggunaan tanaman herbal (herb corp) di kalangan masyarakat
perkotaan dewasa ini menjadi diskursus dari berbagai kalangan. Diskursus ini
sangat menarik karena pada saat yang sama upaya pemerintah melalui dinas
kesehatan senantiasa menghimbau masyarakat agar tetap memanfaatkan rumah
sakit sebagai media tempat berobat. Namun demikian, himbauan pemerintah
tersebut seolah-olah disikapi secara dingin dan skeptis oleh masyarakat, ini
menunjukkan bahwa perhatian masyarakat terhadap obat herbal sepertinya
menjadi menarik dan lebih bermanfaat ketimbang menggunakan obat kimia.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah dengan trend menggunakan
tanaman herbal mengindikasikan bahwa masyarakat telah memiliki kemampuan
literasi kesehatan telah mumpuni.
Literasi tanaman herbal (Herb crop literacy) sesungguhnya bukan
merupakan informasi atau pengetahuan baru bagi masyarakat, khususnya
masyarakat perkotaan akan tetapi sudah lama mengemuka hanya pemahaman,
konsep dan istilah yang berbeda. Pemaknaan tanaman herbal dewasa khususnya di
kalangan masyarakat perkotaan lazim dikenal dengan istilah apotik hidup, dan
pengobatan dengan menggunakan tanaman herbal lazim dikenal dengan istilah
pengobatan timur atau obat tradisional.2
Seorang pakar kesahatan herbal mengatakan bahwa literasi tanaman herbal
adalah kemampuan seseorang individu dalam memahami jenis-jenis tanaman
herbal untuk digunakan sebagai pengobatan dan pencegahan penyakit yang
2 Istilah pengobatan timur dipopulerkan oleh orang barat dengan menyebut daerah dunia timur khususnya dari Jepang, China, Korea, Indonesia dan lain-lain sebagai negara yang yang memproduksi dan mengkonsumsi tanaman herbal. Kemudian penyebutan pengobatan timur juga lebih dikenal karena ketertutupan bangsa-bangsa timur untuk membagi pengetahuan herbal sebab takut akan muncul persaingan.
2
ditengarai lebih ampuh atau mujarab ketimbang menggunakan obat medis.3 Ratna
dalam penelitiannya menyatakan bahwa peluang untuk menemukan berbagai
senyawa aktif baru dari tumbuhan untuk dimanfaatkan sebagai obat masih terbuka
lebar. Menurutnya, penggunaan sumber botani tanaman sebagai titik awal dalam
program pengembangan obat sangat bermanfaat. Salah satunya karena sebagian
besar pemilihan calon spesies tumbuhan untuk penelitian didasarkan pada
penggunaan jangka panjang oleh manusia. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi
bahwa senyawa aktif yang diisolasi dari tanaman tersebut cenderung lebih aman
dibandingkan yang berasal dari tanaman yang tidak memiliki riwayat digunakan
manusia.4 Dengan demikian bahwa riset terintegrasi, komperehensif, dan
berkesinambungan untuk penemuan dan pengembangan obat baru juga harus terus
digalakkan. Pemerintah juga diharapkan mampu menyediakan dana dan peralatan
yang dapat menunjang pelaksanaan riset agar berhasil dan berdaya guna.
Menurut Hembing salah seorang pakar bidang pengobatan herbal bahwa
tanaman herbal adalah segala jenis tumbuhan dan seluruh bagian-bagiannya yang
yang mengandung satu atau lebih bahan aktif yang dapat dipakai sebagai obat
(therapeutic).
Para pakar juga sepakat bahwa Obat pada dasarnya merupakan bahan yang
hanya dengan takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat
dimanfaatkan untuk diagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau
memelihara kesehatan.5 Obat adalah racun yang jika tidak digunakan sebagaimana
mestinya dapat membahayakan penggunanya, tetapi jika obat digunakan dengan
tepat dan benar maka diharapkan efek positifnya akan maksimal dan efek
negatifnya menjadi seminimal mungkin. Oleh karena itu, sebelum menggunakan
obat harus diketahui sifat dan cara pemakaian obat agar penggunaannya tepat dan
3 Amarullah Siregar, "Aman Mengolah Tanaman Herbal", Kompas.com, diakses
tanggal 12 JAnuari 2019
https://sains.kompas.com/read/2010/05/20/16444280/aman.mengolah.tanaman.herbal. 4 Ratna. Optimalisasi Pemanfaatan Tanaman Herbal di Indonesia. (Jakarta : LIPI, 2014),
hal. 12 5 Fiftin Noviyanto, dkk. (2008). Sistem Pakar Racikan Tanaman Obat Tradisional
Menggunakan Metode Fuzzy Inference System Tsukamoto. (Jakarta : UI, 2008), hal. 12.
3
aman (Depkes RI, 2008). Obat tradisional atau obat herbal adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. (menurut Permenkes
246/Menkes/Per/V/1990).
Kesadaran masyarakat perkotaan akan tanaman herbal dewasa ini terus
mengalami peningkatan mulai dari kalangan masyarakat ekonomi lemah sampai
pada masyarakat ekonomi tinggi. Indikasi ini terlihat pada masyarakat yang
memiliki pekarangan telah diitanami berbagai tanaman herbal, bahkan beberapa
masyarakat yang tidak memiliki pekarangan justru tergantikan dengan
memanfaatkan media pot atau polybak sebagai media dalam penanaman. Di sisi
lain, kesadaran para kaum hawa yang dulunya lebih berorientasi pada tanaman
kembang sebagai tanaman hias di pekarangan rumah justru tergantikan dengan
berbagai tanaman herbal.
Salah satu alasan mendasar penggunaan alternatif tanaman obat herbal
adalah bahwa tanaman herbal lebih ampuh dan tidak memiliki efek samping jika
dibandingkan dengan penggunaan obat kimia. Sebagai perbedaan antara obat
herbal dengan obat kimia dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Perbedaan Tanaman Herbal dan Obat Kimia
NO OBAT KIMIA OBAT HERBAL
1. Berasl dari Barat Berasal dari Timur
2. Menggunakan bahan kimia sintetis Menggunakan bahan alamiah
organik
3. Daya keterserapan 50% – 70% Daya keterserapan 90%
Hasil riset menunjukkan bahwa di RRC penggunaan obat tradisional
mencapai 90% penduduk di Jepang 60 sampai dengan 70% dokter meresepkan
obat tradional ”kampo” untuk pasien mereka. Di Malaysia obat tradisional
Melayu, TCM dan obat tradisional India digunakan secara luas oleh
masyarakatnya. Sementara itu Kantor Regional WHO wilayah Amerika
4
(AMOR/PAHO) melaporkan 71% penduduk Chile dan 40% penduduk Kolombia
enggunakan obat tradisional. Di negara-negara maju, penggunaan obat tradisional
tertentu sangat populer. Beberapa sumber menyebutkan penggunaan obat
tradisional oleh penduduk di Perancis mencapai 49%, Kanada 70%, Inggris 40%
dan Amerika Serikat 42%.
Berdasarkan riset di atas menunjukkan bahwa, apresiasi masyarakat
terhadap tanaman herbal sebagai media dalam pengobatan berbagai penyakit lebih
merujuk pada akan kesadaran masyarakat akan pentingnya suatu kesehatan.
Kualitas kesehatan ditandai dengan pola prilaku masyarakat yang baik, pola
pemahaman tersebut ditandai dengan semakin membaiknya terhadap prilaku
dalam mengkonsumsi berbagai makanan dan minuman, penggunaan barang,
lingkungan, dan lain-lain yang secara langsung mempengaruhi kesehatan.
Di lapangan menunjukkan trend penggunaan tanaman herbal di kalangan
masyarakat Kota Jambi khususnya yang berdomisili di daerah Kecamatan
Telanaipura Kelurahan Simpang IV Sipin hampir ditemui beberapa rumah warga
dihiasi tanaman herbal, kebiasaan masyarakat menanam tanaman-tanaman yang
mengandung obat-obatan, diskusi ibu-ibu pada saat ada gotong royong di
lingkungan kelurahan. Indikasi lain adalah tingkat kunjungan masyarakat ke
rumah sakit atau puskesmas setempat semakin menurun. Selain itu, pertumbuhan
industri obat tanaman herbal di Indonesia cukup mewarnai pemanfaatan tanaman
herbal sebagai salah satu alternative pengobatan, sementara di kota Jambi sendiri
perkembangan industry pengobatan herbal dapat dilihat dari munculnya rumah
herbalis, kantor yang menawarkan jasa pengobatan melalui herbal, dan lain-lain.6
Perkembangan ini tidak terlepas dari kesadaran masyarakat atau yang lazim
dikenal dengan literasi herbal.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
mengkaji lebih jauh mengenai literasi kesehatan masyarakat melalui pemanfaatan
tanaman herbal sebagai media pengobatan. Skripsi ini kami tuangkan dalam judul
penelitian: LITERASI TANAMAN HERBAL: Studi terhadap Pemanfaatan
6 Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Masyarakat Jambi dan Kepedulian Kesehatan ,
Majalah. (Jambi : DInas Kesehatan, 2017). Hal. 76
5
Tanaman Herbal sebagai alternatif Obat dalam Upaya Membentuk Pola Hidup
Sehat pada Masyarakat Kelurahan Simpang IV Sipin Kota Jambi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dibuat rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemampuan masyarakat Simpang IV Sipin Telanaipura
Kota Jambi dalam mengakses informasi tanaman herbal?
2. Bagaimana kemampuan masyarakat Simpang IV Sipin Telanaipura
Kota Jambi dalam menggunakan informasi tanaman herbal?
3. Bagaimana kemampuan masyarakat Simpang IV Sipin Telanaipura
Kota Jambi dalam mengkomunikasikan informasi tanaman herbal?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kemampuan akses informasi tanaman herbal
masyarakat Simpang IV Sipin Telanaipura Kota Jambi.
2. Untuk mengetahui kemampuan menggunakan informasi tanaman
herbal masyarakat Simpang IV Sipin Telanaipura Kota Jambi.
3. Untuk mengetahui kemampuan mengkomunikasikan informasi
tanaman herbal masyarakat Simpang IV Sipin Telanaipura Kota Jambi.
D. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai sumbangsih pemikiran terhadap pemerintah mengenai literasi
kesehatan masyarakat.
2. Sebagai media referensi bagi penulis-penulis selanjutnya yang
berminat dalam kajian literasi kesehatan.
3. Sebagai sumbangan ilmiah bagi institusi khususnya penulis sendiri
untuk pengembangan keilmuan prodi ilmu perpustakaan.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Literasi
Istilah literasi dalam bahasa latin disebut sebagai literatus yang artinya
adalah orang yang belajar,7 namun National Institut for Literacy sendiri
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi adalah kemampuan seseorang
unuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada
tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.8
UNESCO juga menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang
nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang
terlepas dari konteks di mana keterampilan yan dimaksud diperoleh, dari siapa
keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya.9 Dari
pengertian literasi tersebut, bahwa literasi memiliki banyak makna luas, akan
tetapi yang menjadi dasar bahwa literasi itu berkaitan dengan perkembangan
membaca dan menulis seseorang.
Dalam deklarasi UNESCO menyebutkan bahwa literasi informasi terkait
pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan,
mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan
mengkomunikasikan infromasi untuk mengatasi berbagai persoalan.10
Kemampuan-kemampuan itu perlu dimiliki oleh setiap individu sebagai syarat
untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar
manusia mengenai pembelajaran sepanjang hayat.
7 Behrens, S. A conceptual analysis and historical review of information literacy.College
and Research Librarie,1994 8 Bawden, D. Information and digital literacy: a review of concepts, Journal of
Documentation :2001. 9 https://gurudigital.id/Jenis-pengertian-literasi -adalah/. Di akses pada tanggal 22 Februari 2019 pada pukul 11.12 10 UNESCO. Development of information literacy: through school libraries in South-East
Asia Countries,Bangkok: UNESCO, 2005.
7
B. Pengertian Literasi Herbal
Istilah Herbal biasanya dikaitkan dengan tumbuh-tumbuhan yang tidak
berkayu atau tanaman yang bersifat perdu. Dalam dunia pengobatan, istilah herbal
memiliki makna yang lebih luas, yaitu segala jenis tumbuhan dan seluruh bagian-
bagiannya yang yang mengandung satu atau lebih bahan aktif yang dapat dipakai
sebagai obat (therapeutic).11 Misalnya mengkudu hutan (Morinda citrifolia) yang
mengandung Morindin, bahan aktif anti kanker; Pegagan (Centela Asiatica) yang
mengandung Asiaticoside yang berguna untuk masalah kulit dan meningkatkan
IQ.
Sementara istilah herbalogi berasal dari kata ‘Herba’ yang berarti
tumbuhan dan ‘logi’ atau ‘logos’ yang berarti ilmu.12 Dengan demikian Herbalogi
adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkait dengan tumbuh-
tumbuhan. Dalam dunia pengobatan herbalogi dipahami sebagai sebuah konsep
atau metode pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan yang berasal dari
herba (tanaman obat).
Literasi herbal adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan,
menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi,
menggunakan dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang herbal.13
C. Standar Literasi Berdasarkan UNESCO
Seven Pillars model dibuat oleh SCONULL dan pertama kali keluar pada
tahun 1999. Model ini mengkombinasikan ide mengenai kemampuan yang
meliputi mengklarifikasi dan mengilustrasikan hubungan antara informasi
keterampilan dan keahlian TI, dan gagasan tentang kemajuan. Ada beberapa
standar kemampuan atau keterampilan yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam
mengukur literasi informasi herbal, antara lain :
11 Almos, R., & Pramono, D. Leksikon Etnomedisin dalam Pengobatan Tradisional
Minangkabau. Jurnal Arbitrer, (2015) 2, 44–53 12 Anonim. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: P dan K, 1994), hal. 421 13
8
1. Kenali Kebutuhan Informasi (Recognize information need)
Kebutuhan informasi, kemampuan untuk mengidentifikasi
mengenai informasi yang dibutuhkan oleh seeorang.
2. Bedakan cara Mengatasi Kesenjangan (Distinguish ways of addressing
gap)
Kemampuan untuk membedakan cara – cara penggunaan informasi
dan kelompok informasi dimana informasi itu berada.
3. Membuat Strategi untuk Mencari Lokasi (Contruct strategies for
locating)
Kemampuan untuk memahami dan menggunakan strategis
pencarian informasi dan memahami dimana informasi tersebut berada.
4. Cari dan Akses (Locate and accsess)
Kemamapuan untuk mengidentikasi lokasi sumber informasi dan
mengakses dengan menggunakan berbagai pendekatan atau media akses
informasi.
5. Bandingkan dan Evaluasi (Compare and evaluate)
Kemampuan untuk membandingkan dan mengevaluasi sumber-
sumber informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.
6. Mengatur, Menerapkan dan Mengkomunikasikan (Organise, apply, and
communicate)
Kemampuan dalam mengelompokkan, menerapkan dan
mengkomunikasikan informasi yang diperoleh.
7. Synthesise and create
Kemampuan dalam menggabungkan dan menciptakan informasi
baru berdasarkan hasil pemahaman informasi yang diperoleh.14
Hal yang sama juga dijabarkan oleh Campbell dalam Jesus maupun standar
yang dikeluarkan oleh UNECSO merumuskan standar secara umum dalam
kategori 3 elemen yaitu ; Mengakses (Access), Menggunakan (use) dan
Mengkomunikasikan (Communicate). Berdasarkan ketiga elemen maka dapat
14 Jesus A. Information Literacy of SCONUL, ( California University : 2007) hal. 1
9
dilihat pada penjabaran berikut ini melalui langkah-langkah dalam memperoleh
kemampuan literasi informasi yaitu:
1. Merumuskan kebutuhan informasi merupakan tahap awal dalam
melakukan penelusuran informasi. Kegunaan dari indentifikasi informasi
adalah seseorang akan mengetahui apa kegunaan informasi yang dicari
misalnya untuk pendidikan, kesehatan dan hubungan dengan masyarakat.
2. Mengalokasikan dan mengevaluasi kualitas informasi.Mengalokasikan
informasi dapat dilakukan dengan cara manual atau pun membuatnya ke
dalam database agar suatu saat diperlukan bisa ditemu kembali. Kualitas
dari informasi dapat dilihat dari penggunaan informasi tersebut dan
kredibilitas dari informasi tersebut. Apabila kriteria informasi dipenuhi
oleh suatu informasi maka kualitasnya semakin baik.
3. Menyimpan dan menemukan kembalikan informasi. Seseorang harus
mampu menyimpan informasi yang sudah diperoleh agar suatu saat
informasi tersebut mudah ditemukan kembali ketika akan digunakan.
Penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan sistem manual
maupun elektronik. Sistem manual dapat dilakukan dengan menggunakan
rak-rak perpustakaan sedangkan sistem elektronik dapat dilakukan dengan
menggunakan komputer.
4. Menggunakan informasi secara efektif dan efisien. Kemampuan ini
digunakan agar seseorang mampu menggunakan informasi yang diperoleh
secara efektif dan efisien.
5. Mengkomunikasikan pengetahuan. Kemampuan ini bertujuan untuk
memampukan seseorang dalam menciptakan pengetahuan baru dan
menyebarkan atau mengkomunikasikan kepada orang lain yang
membutuhkan informasi tersebut.15
15 Ibid.
10
Standar Literasi Informasi Berrdasarkan UNESCO
Sumber : Disadur dari Information Literacy Standard UNESCO 2007
Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas model literasi informasi
seven pillars memiliki tujuh tahapan yaitu mengidentifikasi kebutuhan
informasi, mengetahui sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan,
membangun strategi penelusuran informasi, menentukan lokasi informasi dan
mengakses informasi yang sesuai dengan topik, membandingkan informasi
yang diperoleh dengan informasi yang telah ada serta mengevaluasi,
menerapkan serta mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang
diperoleh kepada audien dan terakhir membangun atau membuat sebuah
pengetahuan baru dari informasi yang diperoleh.
D. Tujuan dan Manfaat Literasi Informasi
1. Tujuan Literasi Informasi
Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki
seseorang terutama dalam dunia perguruan tinggi karena pada saat ini semua
orang dihadapkan dengan berbagai jenis sumber informasi yang berkembang
Recognise information need
Distinguish ways of addressing gap
Organise, apply and communicate
Construct strategies for locating
Synthesise and create
Locate and Access
Compare and evaluate
Bas
ic h
erb c
orp
Ski
ll
Information
literacy of
herb corp
Novice, advance, beginner, competent, proficient, expert
11
sangat pesat, namun belum tentu semua informasi yang ada dan diciptakan
tersebut dapat dipercaya dan sesuai dengan kebutuhan informasi para pencari
informasi. Literasi informasi akan memudahkan seseorang untuk belajar secara
mandiri dimana pun berada dan berinteraksi dengan berbagai informasi. Literasi
informasi juga sangat berguna dalam dunia perguruan tinggi untuk mendukung
pendidikan dan dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi yang
mengharuskan peserta didik untuk menemukan informasi bagi dirinya sendiri dan
memanfaatkan berbagai sumber informasi. Selain itu dengan memiliki literasi
informasi maka para peserta didik mampu berpikir secara kritis dan logis serta
tidak mudah percaya terhadap informasi yang diperoleh sehingga perlu
mengevaluasi terlebih dahulu informasi yang diperoleh sebelum
menggunakannya. Menurut Doyle dalam Wijetunge dengan memiliki
keterampilan literasi informasi maka seorang individu mampu:
a. Menentukan informasi yang akurat dan lengkap yang akan menjadi dasar
dalam membuat keputusan.
b. Menentukan batasan informasi yang dibutuhkan.
c. Memformulasikan kebutuhan informasi.
d. Mengidentifikasi sumber informasi potensial.
e. Mengembangkan strategi penelusuran yang sukses.
f. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien.
g. Mengevaluasi informasi.
h. Mengorganisasikan informasi.
i. Menggabungkan informasi yang dipilih menjadi dasar pengetahuan
seseorang.
j. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.16
Menurut UNESCO literasi informasi memampukan seseorang untuk
menafsirkan informasi sebagai pengguna informasi dan menjadi penghasil
informasi bagi dirinya sendiri. UNESCO juga mengatakan bahwa tujuan literasi
informasi adalah:
16 Doyle dalam Wijetunge (2005:33)
12
a. Memampukan seseorang agar mampu mengakses dan
memperoleh informasi mengenai kesehatan, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan mereka dan lain-lain.
b. Memandu mereka dalam membuat keputusan yang kritikal
mengenai kehidupan mereka.
c. Lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan
mereka.17
Literasi informasi dibutuhkan di era globalisasi informasi agar pengguna
memiliki kemampuan untuk menggunakan informasi dan teknologi komunikasi
dan aplikasinya untuk mengakses dan membuat informasi. Misalnya kemampuan
dalam menggunakan alat penelusuran internet. Berdasarkan tujuan yang diuraikan
di atas, maka literasi informasi memiliki tujuan dalam membantu seseorang
dalam memenuhi kebutuhan informasinya baik untuk kehidupan pribadi
(pendidikan, kesehatan, pekerjaan) maupun lingkungan masyarakat.
2. Manfaat Literasi Informasi
Menurut Gunawan (2008:3) literasi informasi bermanfaat dalam
persaingan di era globalisasi informasi sehingga pintar saja tidak cukup tetapi
yang utama adalah kemampuan dalam belajar secara terus-menerus. Menurut
Adam (2009:1) bahwa terdapat beberapa manfaat literasi informasi yaitu:
i. Membantu mengambil keputusan. Literasi informasi berperan dalam
membantu memecahkan suatu persoalan. Kita harus mengambil
keputusan ketika memecahkan masalah, sehingga dalam mengambil
keputusan tersebut seseorang harus memiliki informasi yang cukup.
ii. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan.
Kemampuan literasi informasi memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan kemampuan seseorang menjadi manusia
pembelajar. Semakin terampil dalam mencari, menemukan,
mengevaluasi dan menggunakan informasi, semakin terbukalah
kesempatan untuk selalu melakukan pembelajaran sehingga dapat
belajar secara mandiri.
17 UNESCO (2005:1)
13
3. Menciptakan pengetahuan baru.
Suatu negara dikatakan berhasil apabila mampu menciptakan pengetahuan
baru. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan mampu memilih informasi
mana yang benar dan mana yang salah, sehingga tidak mudah saja percaya dengan
informasi yang diperoleh. Menurut Hancock manfaat literasi informasi adalah:
1. Untuk pelajar
Pelajar dan guru akan dapat menguasai pelajaran mereka dalam
proses belajar mengajar dan siswa tidak akan tergantung kepada guru
karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi
informasi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan
kegiatan mereka di lingkungan belajar. Mahasiswa yang literat juga
akan berusaha belajar mengenai berbagai sumber daya informasi dan
cara penggunaan sumber-sumber informasi.
2. Untuk masyarakat
Literasi informasi bagi masyarakat sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari mereka dan dalam lingkungan pekerjaan.
Mereka mengidentifikasi informasi yang paling berguna saat membuat
keputusan misalnya saat mencari bisnis atau mengelola bisnis dan
berbagi informasi dengan orang lain.
3. Untuk pekerja
Kemampuan dalam menghitung dan membaca belum cukup
dalam dunia pekerjaan, karena pada saat ini terjadi ledakan informasi
sehingga pekerja harus mampu menyortir dan mengevaluasi informasi
yang diperoleh. Bagi pekerja, dengan memiliki literasi informasi akan
mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, memecahkan berbagai
masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan dalam membuat
kebijakan. Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas maka
dapat dikatakan bahwa literasi informasi bermanfaat di era globalisasi
informasi bagi semua orang baik pelajar, pekerja, dan dalam
lingkungan masyarakat. Setiap orang yang memiliki literasi informasi
maka dapat menciptakan pengetahuan baru dengan
14
menggabungkannya dengan pengetahuan yang sebelumnya ada dan
memudahkan dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi
berbagai masalah maupun ketika membuat suatu kebijakan.18
E. Kriteria dan Keterampilan Literasi Informasi
1. Kriteria Literasi Informasi
Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat diperlukan
dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Dalam memenuhi kebutuhan
tersebut terdapat beberapa kriteria dalam literasi informasi. Menurut
Shapiro dalam Pendit bahwa terdapat 7 (tujuh) keterampilan yang
dibutuhkan dalam era digital yaitu:
a. Tool literacy: kemampuan memahami dan menggunakan teknologi
informasi secara konseptual dan praktikal, termasuk di dalamnya
kemampuan menggunakan perangkat lunak, keras, multimedia
yang relevan dengan bidang kerja atau studi.
b. Resources literacy: kemampuan memahami bentuk, format, lokasi,
dan cara mendapatkan sumber daya informasi terutama jaringan
informasi yang terus berkembang.
c. Social structural literacy: pemahaman tentang bagaimana
informasi dihasilkan oleh berbagai pihak di dalam sebuah
masyarakat.
d. Research literacy: yaitu kemampuan menggunakan peralatan
berbasis teknologi informasi sebagai alat riset.
e. Publishing literacy: kemampuan untuk menyusun dan menerbitkan
publikasi dan ide ilmiah ke kalangan masyarakat dengan
memanfaatkan komputer dan internet.
f. Emerging technology literacy: kemampuan yang memungkinkan
seseorang untuk terus menerus menyesuaikan diri dan mengikuti
perkembangan tekhnologi dan bersama-sama dengan
18 Hancock . The Development Information Literacy Program for Higher Education. (Cambera :
University Camberra Press, 2004) hal. 1
15
komunitasnya ikut menentukan arah pemanfaatan tekhnologi
informasi untuk kepentingan pengembangan ilmu.
g. Critical literacy: kemampuan melakukan evaluasi secara kritis
terhadap untung rugi menggunakan teknologi telematika dalam
kegiatan ilmiah.19
Sedangkan menurut Breivik dalam Kuhlthau (1987:12) kriteria
literasi informasi yaitu:
a. Skill and knowledge (kemampuan dan pengetahuan)
Literasi informasi dimulai dengan sebuah pengetahuan
mengenai sumber informasi dan peralatan dalam memperoleh
informasi misal indeks untuk mengakses informasi. Kemampuan
dibutuhkan untuk menentukan strategi dan teknik apa yang
digunakan dalam mengakses informasi ketika informasi
dibutuhkan.
b. Attitudes (Sikap)
Karakteristik yang kedua adalah sikap. Sikap ini meliputi
ketekunan, perhatian secara detail dan keragu-raguan (misalnya
penyebab menerima informasi yang diperoleh).
c. Time and labor intensive (waktu dan intensitas penggunaan)
Salah satu karakteristik yang paling penting adalah waktu dan
penggunaan informasi. Kegunaan dari kemampuan ini adalah
untuk mengetahui apakah informasi digunakan secara efektif atau
tidak.
d. Need driven (pengendali kebutuhan)
Maksudnya adalah bagaimana seseorang mengidentifikasi
informasi yang akan dicari dan bagaimana memecahkan masalah
dalam pencarian dan penggunaan informasi.
19 Putu L. Pendit. Literasi Informasi Sebagai Model Penguatan Kompetensi Pustakawan.
(Jakarta : UI, 2007) hal. 7
16
e. Computer literacy (literasi komputer)
Karakteristik yang dibutuhkan dalam mendukung kemampuan
literasi yaitu bagaimana menggunakan teknologi komputer dalam
mencari informasi. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat
dikatakan bahwa apabila kriteria tersebut dapat terpenuhi oleh
seseorang maupun suatu negara maka tingkat keterpakaian
terhadap informasi akan tinggi dan tidak ada lagi yang buta
terhadap informasi. Namun untuk memenuhi kriteria tersebut
diperlukannya bantuan seperti pustakawan. Oleh karena itu
pustakawan juga harus mengerti kriteria tersebut dan menguasai
literasi informasi.
F. Konsep Pengobatan Herbal dan Kimia Dalam Kontek Literasi
Informasi
1. Pendekatan yang dipakai bersifat holistic. Tubuh manusia dipandang
memiliki suatu system harmoni yang selalu seimbang; tidak
berfungsinya satu bagian tubuh menyebabkan ketidakseimbangan
dibagian tubuh yang lain. Jika tubuh tidak mampu melakukan
penyeimbangan kembali seperti keadaan semula, maka akan tibul
suatu penyakit. Salah satu tujuan dari pengobatan herbal adalah
membantu tubuh mengembalikan keharmonisan atau keseimbangan
tubuh.
2. Pengobatan herbal memahami bahwa dari dalam diri manusia terdapat
kekuatan penyembuh yang datang dari faktor Spiritual, emosional,
mental, dan fisikal. Kekuatan penyembuh tersebut dalam dunia medis
modern dikenal dengan Sistem Imun.
3. Sistem Imun menjadi penentu utama sehat atau sakitnya seseorang.
Herbalogi menaruh perhatian besar terhadap masalah imunity tersebut.
17
4. Menggunakan semurni-murninya bahan dari herba sebagai obat, tanpa
tambahan zat kimia sintetis.20
Perbedaan Pengobatan Herbal dengan Pengobatan Kimia Sintetis
Konsep Pengobatan Herbal sangat berbeda dengan konsep pengobatan Modern
(yang biasanya menggunakan Kimia Sintetis sebagai obat).21 Misalnya dalam
pengobatan kimia sintetis penyebab penyakit adalah virus, bakteri, dan pathogen
(mikro organisme pembawa penyakit); sedangkan dalam pengobatan herbal,
penyebab penyakit adalah lemahnya sistem imun.
Berikut adalah tabel perbedaan antara kedua konsep pengobatan tersebut:
Tabel 1.1
Pengobatan Kimia Sintesis Pengobatan Herbal
OBAT KIMIA OBAT HERBAL
1. Berasal dari Barat —————————————- Berasal dari Timur
2. Menggunakan bahan kimia sintetis ——————–Menggunakan bahan alamiah/organik
3. Daya keterserapan 50% – 70% ————————–Daya keterserapan 90%
4. Bersifat antibiotic (racun bakteri)———————-Bersifat probiotik
5. Menurunkan system imun——————————-Meningkatkan system imun
6. Mengobatai gejala/Symptomatic——————— Holistic/mengobati sumber penyakit
7. Menimbulkan efek samping——————————Tidak ada efek samping
8. Khasiat lebih cepat tetapi destruktif——————–Khasiat lambat tetapi konstruktif
9. Kebanyakan mengandung zat haram——————-Halal karena murni dari tumbuhan
Berdasarkan tabel diatas bahwa Beberapa jenis tanaman obat yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, antara lain: kunyit, temu lawak, kencur,
jahe, lengkuas, salam, pace, pyanghong, kumis kucing, soka, belimbing, sirih,
meniran, kecubung, kemlandingan, kangkung lumut, kunir putih, kayu manis,
pegagan, alang-alang, dan tapak dara putih.22 Masyarakat secara turun temurun
20 Anonimus. Obat Tradisional. Diakses tanggal 16 Januari 2019.
Aid.wikipedia.org/wiki/2009/obat-tradisional. 21 Gembong, Tjitroesoepomo. Morfologi Tumbuhan. (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1989), hal. 67 22 Ibid. Gembong, Tjitroesoepomo. Hal. 78
18
telah memanfaatkan keunggulan tanaman obat untuk mengobati penyakit
degeneratif. Selain tumbuhan tersebut tumbuhan obat tradisional Indonesia yang
memiliki aktivitas sebagai antioksidan adalah sambiloto
(AndrographispaniculataNess.). Pengujian antioksidan dari ekstrak etanol akar,
kulit batang dan daun sambiloto dilakukan mengunakan metode Linoleat-
Tiosianat dengan vitamin E sebagai kontrol positif. Warna yang terbentuk diukur
secara spektrofotometri pada 479 nm. Tiga ekstrak dengan daya antioksidan
terbesar terdapat pada ekstrak akar dengan konsentrasi 0,25% sebesar 79,37%,
ekstrak kulit batang dengan konsentrasi 0,5% memiliki daya antioksidan 75,93%,
dan ekstrak daun memiliki daya antioksidan sebesar 76,63%, sedangkan vitamin E
memiliki daya antioksidan 75,37%.23 Selain itu terdapat salah satu tumbuhan obat
tradisional Indonesiayakni Sirih (Piper betle L.). sirih merupakan tumbuhan
merambat dengan bentuk daun menyerupai jantung dan berwarna hijau. Minyak
atsiri yang terkandung dalam sirih dimanfaatkan masyarakat suku Madura
Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi untuk Mewujudkan Smart City
tepatnya di kota Sumenep untuk obat anti jamur, anti bakteri, dan anti oksidan,
yang dapat menyembuhkan penyakit asam urat, jantung, nyeri otot dan
persendian, serta stroke. Tumbuhan lain adalah binahong. penelitian Fitriyah
menyatakan tanaman binahong (Anredera cordifolia) adalah tanaman obat
potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Bagian tanaman binahong
yang bermanfaat sebagai obatpada umumnya adalah daun.24
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Menggunakan
Tanaman Herbal
Ada beberapa faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat
tradisional di negara maju. Yaitu usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat
prevalensi penyakit kronikmeningkat, adanya kegagalan pada penggunaan obat
modern untuk penyakit tertentu diantaranya kanker, serta semakin luas akses
23 Iyos, R. N., & Astuti, P. D. (2013). Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.)
terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Majority, 6(2), 144–148. 24
19
informasi mengenai obat tradisional di seluruh dunia. Obat tradisional merupakan
warisan budaya bangsa yang perluterus dilestarikan dan dikembangkan untuk
menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk meningkatkan perekonomian
rakyat. Produksi dan penggunaan obat tradisional di Indonesia memperlihatkan
kecenderungan terus meningkat. Perkembangan ini telah mendorong pertumbuhan
usaha di bidang obat tradisional, mulai dari usaha budidaya tanaman
obatdanusaha industriobat tradisional. Bersamaan itu upaya pemanfaatan obat
tradisional dalam pelayanan kesehatan formal juga terus digalakkan melalui
berbagaikegiatan uji klinik kearah engembangan fitofarmaka. Meningkatkan
produksi, peredaran dan penggunaan obat tradisional, di sisi lain dicemari oleh
beredarnya obat tradisional yang tidak terdaftar, obat tradisional yang
mengandung bahan kimia obat atau mengandung bahan-bahan berbahaya lainnya
serta obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan mutu. Peredaran dan
penggunaan obat tradisional seperti ini selain sangat membahayakan
kesehatanatau jiwa konsumen juga merusak citra obat tradisional secara
keseluruhan
H. Peran Tanaman Herbal dalam Kesehatan Manusia
Pengobatan tradisional yang berasal dari tanaman merupakan manifestasi
dari partisipasi aktif masyarakat dalam menyelesaikan problematika kesehatan
dan telah diakui peranannya oleh berbagai bangsa dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. World HealthOrganization (WHO) merekomendasi
penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk kronis,
penyakit degeneratif dan kanker. Selain tanaman obat digunakan untuk
pengobatan penyakit degeneratif di kota Samarinda mulai adanya upaya
membangun ketahanan dan kemandirian pangan terutama obat pada skalarumah
tangga dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia diantaranya
melalui pemanfaatan perkarangan
Masyarakat Indonesia secara turun temurun telah memanfaatkan
keunggulan tanaman obat untuk mengobati penyakit degeneratif. Saat ini
masyarakat perkotaan telah menyadari pemanfaatan tanaman obat untuk
20
mengobati penyakit degeneratif yang diderita baik oleh dirinya sendiri dan
keluarga. Terdapat beberapa jenis tanaman obat yang dapat bermanfaat untuk
pencegahan dan pengobatan penyakit degeneratif, seperti kayu manis yang
mengandung senyawa antioksidan yang dapat mencegah penyakit degeneratif
seperti kanker, jantung koroner, hipertensi dan diabetes.Pemanfaatan tanaman
obat sendiri di perkotaan telah terlaksana melalui penerapan program pemerintah
(Smart Government), yang mensosialisasikan pemanfaatan lahan pekarangan
sebagai media untuk budidaya tanaman obat, sehingga masyarakat diperkotaan
dapat lebih merasakan manfaat dari tanaman obat (Smart Living).
Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Obat Tradisional
adalah bahan atau rauan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galnelik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Sediaan obat tradisional yang digunakan masyarakat yang saat ini disebut sebagai
herbal medicine atau fitofarmaka yang perlu diteliti dan dikembangkan. Menurut
Keputusan Menkes RI No.761 tahun 1992, Fito farmaka adalah sediaan obat telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau
sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang berlaku. Pemilihan ini
berdasarkan atas, bahan bakunya relative mudah diperoleh, didasarkan pada pola
penyakit di Indonesia, perkiraan manfaatnya terhadap penyakit tertentu cukup
besar, memiliki rasio resiko dan kegunaan yang menguntungkan penderita, dan
merupaka satu-satunya alternative pengobatan.
Potensi yang besar ini, jika tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya sudah pasti
tidak akan mempunyai arti, sehingga harus difikirkan agar penggunaan tanaman
obat dapat menunjang kebutuhan akan obat-obatan yang semakin mendesak dan
untuk mendapatkan obat pengganti jika resistensi obat terjadi secara meluas.
Penelitian akan tanaman obat ini telah berkembang luas dibeberapa Negara,
seperti Cina, India, Thailand, Korea, dan Jepang.
Bila pemerintah Indonesia melalui dapartemen Kesehatan menggiatkan
dan memberikan anggaran yang cukup untuk penelitian berbagai jenis tumbuhan
21
obat yang sudah terbukti khasiatnya, dan dapat mengembangkannya menjadi
fitofarmaka, maka tumbuhan obat ini memberikan sumbangan yang amat besar
bagi pelayanan kesehatan masyarakat baik di puskesmas-puskesmas, maupun di
rumah sakit.
Pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tanaman sebagai obat
sebagian besar hanya sebatas pengetahuan turun temurun sebagai bentuk interaksi
antara masyarakat dengan lingkungannya khususnya tumbuhan (etnobotani).25
Saat ini tanaman obat atau tanaman herbal telah banyak digunakan dalam bidang
medis atau kesehatan. Masyarakat sekarang ini lebih memilih untuk menggunakan
produk yang berasal dari alam dengan alasan keamanan. Tanaman obat atau yang
dikenal dengan tanaman herbal secara umum dapat diartikan semua jenis tanaman
yang mengandung senyawa kimia alami yang memiliki efek farmakologis dan
bioaktivitas penting terhadap penyakit infeksi sampai penyakit degeneratif.26
I. Kelebihan dan Kelemahan Tanaman Herbal
Tidak ada metode pengobatan apa pun yang sempurna tanpa adanya
kelemahan atau kekurangan. Tetapi dengan sikap objektif; memahami
kekurangan suatu metode pengobatan justru merupakan langkah positif
terhadap perbaikan suatu metode tersebut.
Dengan mengetahui kekurangan, diharapkan akan muncul upaya-
upaya untuk mengantisipasi sehingga menjadi lebih baik. Lain halnya jika
kekurangan terus-menerus ditutupi, justru akan membuat metode
pengobatan tersebut tidak akan mengalami perkembangan dan perbaikan.
1. Kelebihan Tanaman Herbal
Beberapa kelebihan metode alternatif herbal dibanding metode
medis modern:
a. Relatif aman dari efek samping untuk dikonsumsi dalam jangka
waktu lama.
25 Ibid. 26 Suryanto & Setiawan. Khasiat Tanaman Herbal : Metode dan Penggunaannya dalam
dunia kesehatan. (Jakarta : Gema Insani Press : 2013). Hal. 121
22
b. Sesuai untuk gangguan kesehatan terutama penyakit kronik dan
degeneratif seperti hipertensi, kencing manis, rematik, asma,
penyebaran sel-sel kanker, dan lain-lain.
c. Metode herbal menggunakan unsur-unsur obat yang lebih alami
sehingga diharapkan tubuh lebih mudah untuk menerima dan bisa
menolerirnya.
d. Bisa menyembuhkan beberapa penyakit tertentu yang tidak bisa
diobati dengan cara medis.
e. Mengandung motivasi psikis, keyakinan, kepasrahan yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan semangat dalam berobat untuk
mencapai kesembuhan.
2. Kelemahan Tanaman Herbal
Kalau kita melihat prospek dari tanaman herbal untuk dijadikan
fitfarmaka memang cukup besar, asalkan potensi ini dikembangkan
seperti yang dilakukan di Cina dan India misalnya. Namun secara
umum tanaman herbal ini juga mempunyai kelemahan. Beberapa
kelemahan menurut penulis antara lain:
a. Sulitnya mengenali jenis tumbuhan, dan berbedanya nama
tumbuhan berdasarkan daerah tempatnya tumbuh.
b. Kurangnya sosialisasi tentang manfaat tanaman herbal, terutama
dikalangan profesi dokter.
c. Penampilan tumbuhan obat yang berkhasiat berupa fitofarmaka
yang kurang menarik dan kurang meyakkinkan, dibandingkan
dengan penampilan obat-obat paten.
d. Kurangnya penelitian yang komprehensif dan terintegritas dari
tumbuhan obat ini dikalangan profesi dokter.
e. Belum adanya upaya pengenalan dini terhadap tumbuhan yang
berkhasiat obat di institusi pendidikan, yang sebaiknya dimulai dari
pedidikan dasar. 27
27 Ibid.
23
Sementara itu, kelemahan-kelemahan dari tanaman herbal atau
pengobatan alternative juga dapat diketahui antara lain :
a. Membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan khasiat obat
sehingga harus dikonsumsi secara rutin.
b. Sulit mendapatkan bahan dasar obat yang dimaksud jika harus
dalam bentuk segar (untuk mengurangi masalah ini sekarang telah
dibuat dalam berbagai ekstrak).
c. Khasiat obat yang membutuhkan waktu relatif lama, maka tidak
dianjurkan untuk gangguan kesehatan yang gawat darurat. Misal
asma pada keadaan serangan, jantung saat serangan, perdarahan,
patah tulang, infeksi yang membutuhkan penanganan cepat, dan
lain-lain.
d. Membutuhkan motivasi tinggi karena jalan yang ditempuh kurang
familier di kalangan masyarakat umum.
e. Bahan baku belum standar.
f. Bersifat higroskopis serta volumines.
g. Belum dilakukan uji klinik.
h. Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.28
Walaupun demikian, efek samping obat herbal tidak bisa disamakan
dengan efek samping obat modern. Pada tanaman obat terdapat suatu mekanisme
yang disebut penangkal atau dapat menetralkan efek samping tersebut yang
dikenal dengan istilah SEES (Side Effect Eliminating Subtanted).
Adapun upaya untuk menghilangkan/mengurangi kelemahan tersebut
yang mungkin dapat dilakukan adalah:
1. Sosialisasi dini tumbuhan obat di institusi pendidikan.
2. Mengintregasikan tumbuhan obat didalam sistem pelayanan kesehatan
formal, seperti puskesmas dan rumah sakit.
28 Ibid
24
3. Mendukung setiap kegiatan penelitian ilmiah bidang tanaman
herbal/tanaman obat tradisional dapat memahami secara positif.
4. Peninjauan dan reformasi sistem pendidikan kedokteran/kesehatan dan
pertanian/biologi, dengan memberikan porsi yang seimbang terhadap
tumbuhan obat.
5. Memulai melakukan kegiatan penelitian sekecil apapun terhadap
bahan tubuhan berkhasiat terhadap penyakit tertentu,
mempublikasikannya serta melakukan penelitian yang
berkesinambungan kearah yang lebih baik dan berorientasi kepada
industri fitofarmaka.29
J. Program Perkembangan Tanaman Herbal di Indonesia
Secara umum kebijakan pengembangan tumbuhan obat di Indonesia
ditujukan untuk pemanfaatan sumber daya alam tum¬buhan obat lainnya secara
optimal bagi pembangunan kesehatan sekaligus pembangunan industri obat
tradisional dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya alam tersebut.
Strategi pengembangan tumbuhan obat dilakukan dengan pendekatan asas
anfaat, asas legalitas secara komprehensif terpadu dari hulu ke hilir dengan
melibatkan semua pihak terkait yang mencakup unsur pemerintah, industri, petani,
pendidik, peneliti dan praktisi kesehatan. Semua kegiatan pengembangan
tumbuhan obat berbasis pada lima pilar program pengembangan tumbuhan obat
yaitu:
1. Pemeliharaan mutu, keamanan dan kebenaran khasiat
2. Keseimbangan antara suplai dan permintaan (demand)
3. Pengembangan dan kesinambungan antara industri hulu, industri antara,
dan industri hilir.
29 Kartawinata, K. Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem Indonesia.
Dalam: Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture X. LIPI. 23 Agustus 2010. Jakarta. Hal. 5
www.http//seminarnasionalkes.url.12ipii. Diakses tanggal 12 Januari 2019
25
4. Pengembangan dan penataan pasar, termasuk penggunaan pada pelayanan
kesehatan
5. Penelitian dan pendidikan.
Pada hakikatnya, sistem pertanian yang berkelanjutan adalah back to
nature, yakni sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi,
selaras, dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk
pada kaidah-kaidah alamiah. Upaya manusia yang mengingkari kaidah-kaidah
ekosistem dalam jangka pendek mungkin mampu memacu produktivitas lahan
dan hasil. Namun, dalam jangka panjang biasanya hanya akan berakhir dengan
kehancuran lingkungan. Kita yakin betul bahwa hukum alam adalah kuasa Tuhan.
Manusia sebagai umat-Nya hanya berwenang menikmati dan berkewajiban
menjaga serta melestari¬kannya.
Beberapa jenis tumbuhan herbal yang dibudidayakan di kalangan
masyarakat Indonesia antara lain :
1. Salam (Eugenia polyantha), bagian daunnya berkhasiat: anti¬hipertensi,
imunomodulator, dan diabetes.
2. Sambiloto (Andrographis paniculata), bagian tanaman di atas tanah
berkhasiat; diabetes, antiinflamasi, antihipertensi, dan antimikroba.
3. Kunyit (Curcuma domestica), bagian rimpang berkhasiat; menurunkan
hepatoprotector, antiinflamasi, dan dyspepsia (gangguan pencernaan).
4. Temulawak (Curcuma xanthorriza) bagian rimpang ber¬kha¬siat;
hepatoprotector, antiinflamasi, dyspepsia (gangguan pencernaan).
5. Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) bagian daun berkhasiat; menurunkan
kolesterol, dan diabetes.
6. Cabe Jawa (Piper retrofractum) bagian buah berkhasiat; andro¬genik, dan
anabolik.
7. Mengkudu/Pace (Morinda citrifolia) bagian buah masak berkhasiat;
antihipertensi, imunomodulator, diabetes.
8. Jambu biji (Psidium guajava) bagian daun untuk mengobati demam
berdarah.
26
9. Jahe merah (Zingiber officinale) bagian rimpang berkhasiat; antiinflamasi,
analgesik, rheumatik.30
K. Studi Relevan
Berasarkan penelitian-penelitian seelumnya yang berkaitan dengan topic
ini, ditemukan beberapa tulisan yang bis dijadikan acuan dalam penelitian ini,
adapun diantaranya :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dwitaria Puspitasari pada tahun 2016, yang
berjudul “Potensi Tumbuhan Herbal yang Berkhasiat Obat di Area
Kampus Universitas Lampung”. Kekayaan alam Indonesia menyimpan
berbagai tumbuhan yang berkhasiat obat. Potensi dari tumbuhan yang
berkhasiat obat juga telah mendapat perhatian dari pemerintah melalui
dukungan dalam budidaya Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Universitas
Lampung (Unila) merupakan salah satu kampus dengan luas ± 65 ha,
memiliki lahan yang terdiri dari taman hijau, lapangan, dan halaman
terbuka yang terdiri dari tumbuhan yang dipelihara maupun liar. Penelitian
kajian potensi herba sebagai tumbuhan yang berkhasiat obat di area
kampus Unila ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus
2016. Metode yang digunakan adalah deskriptif melalui metode jelajah
dan pengambilan jenis. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi
yang terbagi ke dalam 13 titik, kemudian herba tersebut diambil
gambarnya sebagai bahan dokumentasi. Selanjutnya dilakukan
pengambilan spesies untuk identifikasi dengan mengacu pada beberapa
literatur. Hasil penelitian diperoleh 52 jenis tumbuhan herba yang telah
diidentifikasi, terdiri dari 26 suku yang berpotensi sebagai tumbuhan yang
berkhasiat obat. Bagian tumbuhan herba yang paling banyak digunakan
adalah daun.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rully Khairul Anwar pada tahun 2016,
yang berjdul “Kemampuan Literasi Informasi Siswa Tentang Apotek
30 Noorati, W. Studi Flora Tumbuhan Bawah di dalam Tegahan Jati Umur 3 D, KPH.
Bara Pulang, Jawa Tengah, (Fakultas Kehutanan. Yogyakarta. 2016). Hal. 51
27
Hidup Berbasis Individu Competence Framework (Studi Terhadap Siswa
SMA di Kota Bandung)”. Ketersediaan tanaman obat keluargasebagai
apotek hidup telah banyak dimanfaatkan dan semakin meningkat
penggunaannya oleh masyarakat. Meningkatnya pemanfaatan obat-obat
herbal dan tanaman obat menyebabkan informasi ilmiah yang berkaitan
dengan obat-obat tersebut memiliki kedudukan penting, baik untuk
menjadi landasan ilmiah oleh masyarakat dan perusahaan maupun sebagai
rujukan “state of the art” penelitian tentang tanaman obat bagi para saintis.
Idealnya, semua informasi ilmiah ini baik dalam bentuk cetakannya
ataupun dalam bentuk file elektroniknya bisa didapatkan dari perpustakaan
terdekat. Namun, kondisi ini tidak dapat terpenuhi karena cukup tingginya
biaya untuk berlangganan sumber informasi ilmiah tersebut. Oleh karena
itu, pengetahuan-pengetahuan yang berkembang di masyarakat tentang
obat-obat tersebut perlu didokumentasikan dan dilestarikan sebaik
mungkin agar dapat dipelihara serta dipelajari oleh generasigenerasi
berikutnya. Dengan demikian konsep “digali dari masyarakat, oleh
masyarakat, dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat” dapat
terlaksana. Urgensi penelitian adalah ingin mengukur kemampuan literasi
siswa tentang tanaman obat sebagai apotek hidup.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhamma Haikal pada tahun 2016, yang
berjudul “Pemanfaatan Obat-obatan tradisional dalam upaya
meningkatkan literasi kesehatan masyarakat di sekitar pegunungan
kerinci”. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana
masyarakat dalam menggali potensi tanaman di sekitar pegunungan
kerinci untuk meningkatkan derajat kesehatan, bagaimana mengakses,
menggunakan dan mengkomunikasikan hasil pemanfaatan tanaman
traditional tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriftif, dengan melibatkan informan sebanyak 44 orang
yang terlibat dalam kegiatan PKK. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pada umumnya masyarakt memahami khasiat tanaman traditional
melalui membaca sumber-sumber literature buku yang diperoleh dari dinas
28
kesehatan kabupaten kerinci, sebagian masyarakat mengakses melalui
internet dan memperoleh infromasi dari penyuluhan. Pada tartan
menggunakan, masyarakat pada umumnya lebih memilih tanaman obat-
obatan tersebut ketimbang menggunakan obat kimia dari tenaga medis.
Akan tetapi masyarakat bukan berarti tidak menggunakan tenaga medis
sebagai sarana konsultasi. Pada tataran mengkomunikasikan, masyarakat
hanya sebatas menyampaikan dnegan keluarga, kerabat dan tetangga dekat
dalam bentuk lisan. Sementara itu, ada masyarakat yang suah
menyampaikan melalui bentuk barang. Misalnya tanaman-tanaman
traditional tersebut diolah dalam bentuk ramuan kemudian dibungkus
untuk dijual. Secara keseluruhan masyarakat sudah memiliki literasi
tentang khasiat obat-obat traditional yang baik.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Dedi
Mulyana mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang
mempunyai tujuan untuk membuat pancaindera secara sistimatik, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.31
Teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling. Dimana data
yang diperoleh diambil dari hasil wawancara langsung dari masyarakat yang
pernah menggunakan tanaman sebagai obat, masyarakat yang dituakan, dan
masyarakat yang terpilih yang berpengalaman dalam pemanfaatan literasi
tanaman herbal di Kelurahan Simpang IV Sipin Kota Jambi. Penggunaan sampel
ini ditujukan kepada masyarakat Jambi yang menjadi informan sebanyak 50
orang.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Simpang IV Sipin Kota
Jambi.
B. Subjek Penelitian
Adapun yang akan dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah
masyarakat Jambi yang berada di wilayah Kecamatan Simpang IV Sipin Kota
Jambi dan berfokus pada RT 13 dan 14.
31 Mulyana, Dedi. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial lainnya. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 201). hlm. 145.
30
C. Metode Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode antara lain:
1. Wawancara Terstruktur
Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode angket. Metode angket adalah teknik pengumpulan data dengan
menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh
informan.32
Metode ini digunakan untuk menjaring data-data yang berkenaan
dengan literasi tanaman herbal di kalangan masyarakat Kota Jambi yang
mencakup tujuh standar yakni analyze, evaluate, grouping, induction,
deduction, synthesis, abstracting.
2. Wawancara Tidak Terstruktur
Metode wawancara (interview) adalah cara untuk mengumpulkan
data dalam penelitian masyarakat, dengan langsung menyampaikan
pertanyaan itu secara lisan kepada warga masyarakat yang diteliti. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan wawancara bebas terpimpin yaitu
berpedoman secara garis besarnya saja, sedangkan bagaimana mengajukan
dan mengembankan pertanyaan diserahkan pada wawancara. Selanjutnya
data-data yang diperoleh melalui angket tadi juga dilakukan proses
wawancara melalui purposive kepada unsur terkait mengenai literasi
tanaman herbal di kalangan masyarakat kota Jambi.
Wawancara ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih jauh kondisi
objektif tentang pola dan kecendrungan masyarakat dalam memanfaatkan
tanaman herbal sebagai media akses informasi untuk kesehatan dalam
kerangka menanggulangi berbagai penyakit.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumentasi adalah kumpulan
32 Ibid.
31
data verbal yang berbentuk tulisan, dokumen dalam arti luas juga meliputi
menumen, artifact, photo, tape dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data informasi
mengenai wilayah Kota Jambi Jambi.
D. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. 33
Teknik analisis data pada penilitian ini penulis menggunakan tigga prosedur
perolehan data.
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan
terhadap data yang dianggap kurang perlu dan tidak relevan, maupun
penambahan data yang dirasa masih kurang. Data yang diperoleh di lapangan
mungkin jumlahnya sangat banyak.
Reduksi data berarti meragkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dn polanya. Dengan
demikian data yang akan direduksi memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.34
2. Penyajian Data/Display
Dengan mendisplay atau menyajikan data akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Setelah itu
perlu adanya perencanaan kerja berdasarkan apa yang telah dipahami.
33 Ibid. 34 Ibid.,
32
Dalam penyajian data selain menggunakan teks secara naratif, juga dapat
berupa bahasa nonverbal seperti bagan, grafik, denah, matriks, dan tabel.
Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun
berdasarkan kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang
diperlukan. Flowchart dan sejenisnya. Ia mengatakan “yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif”.35
3. Verifikasi Data (Conclusions drowing/verifiying)
Langkah yang terakhir dalam teknik analisis data adalah verifikasi
data. Verifikasi dat yang dilakukan apabila kesimpulan awal yang
ddikemukan masih bersifat sementara, dan aka nada perubahan-perubahan
bila tidak dibarengi dengan bukti—bukti pendukung yang kuat untuk
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Bila kesimpulan
yang dikemukan pada tahap awal, didukung dengan bukti-bukti yang valid
dengan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukan merupakan kesimpulan yang
dapat dipercaya.36
E. Standar Pengukuran Literasi Tanaman Herbal
Dalam media literasi ada tiga tahap yang bisa digunakan oleh individu
sebagai anggota dari suatu masyarakat dalam menerima, memilah, menyeleksi
informasi sesuai dengan kebutuhan intelektual yang diinginkan. Menurut Dalam
hal ini, tingkat kemampuan literasi televise masyarakat atau individu menurut
SCONUL adalah sebagai berikut:
Dalam hal ini, tingkat kemampuan literasi televise masyarakat atau
individu menurut SCONUL adalah sebagai berikut:
a) Novice adalah individu yang tidak memiliki pengetahuan spesifik
mengenai tujuh variable literasi televisi
b) Advanced beginner adalah individu yang tidak memiliki pengetahuan
mengenai hal-hal tersebut tetapi melakukan
35 Ibid., 36 Ibid.
33
c) Competent adalah individu yang memiliki pengetahuan mengenai hal-
hal tersebut, tapi tidak selalu mengaplikasikannya ;
d) Proficient adalah user yang setingkat di bawah expert yaitu individu
yang memiliki pengetahuan dan mengapilkasikannya
e) Expert adalah individu yang sudah memiliki pengetahuan yang
memadai dan mampu mengaplikasikannya secara baik sekaligus
mampu mengkomunikasikannya dengan individu yang lain.37
37 Potter J. James. Informatin Literacy For Health. (Florida (USA) : Florida University,
1996), p. 7-8
34
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kelurahan Simpang IV Sipin Telanaipura Kota Jambi
i. Profil Kelurahan Simpang IV Sipin Kecamatan Telanaipura.
Kelurahan Simpang IV Sipin terletak di Kecamatan Telanaipuran
Kota Jambi Provinsi Jambi. Sejarah terbentuknya Kelurahan Simpang IV
Sipin berawal dari pemekaran Desa Telanaipura yaitu sekitar tahun 1986.
Pada tahun 1986 terbentuklah persiapan Kelurahan Simpang IV Sipin dan
dipimpin oleh bapak Suparno sampai tahun 1990. Dahulu, Kelurahan
Simpang IV Sipin terdiri dari 10 RT Lingkungan, yaitu Lingkungan RT I,
Lingkungan RT II, Lingkungan RT III, Lingkungan RT IV, Lingkungan
RT V, Lingkungan RT VI, Lingkungan RT VII, Lingkungan RT VIII,
Lingkungan RT IX, Lingkungan RT X. Pada tanggal 20 September 2012
dilantiklah bapak Supaing menjadi Lurah Kelurahan Simpang IV Sipin.
Setelah mengalami perkembangan pada bulan April 2013 Kelurahan ini
menjadi 16 RT.
Kelurahan simpang IV Sipin merupakan kelurahan yang memiliki
wilayah yang paling luas dari kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi. Perkembangan Kelurahan ini terus menunjukkan
dinamikanya, dan beberapa RT yang ada di lingkungan Kelurahan ini juga
meraih prestasi dalam ajang lomba lingkungan dan kesehatan di
lingkungan Kota Jambi. Misalnya RT. 13 dan 15 telah menunjukkan
perkembangannya dibidang pendidikan dengan mendirikan taman baca
masyarakat, menjadikan kampong Bantar dan peduli lingkungan.38
Menurut keterangan salah seorang pegawai Kantor Kelurahan Simpang IV
Sipin bahwa “ perkembangan di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi,
sadar hokum dan social berkat dari kesadaran masyarakat terhadap
38 Sumber : Dokumentasi Kelurahan SImpang IV SIpin 2018.
35
lingkungan dan kesadaran sebagai warga”39 dengan demikian bahwa
Kelurahan Simpang IV Sipin merupakan wilayah yang berupaya untuk
menjadikan daerahnya sebagai daerah yang percotohan dalam berbagai
bidang.
Batas-batas monografi Kelurahan Simpang IV Sipin
a. Sebelah Utara : Kel. Pematang Sulur
b. Sebelah Selatan : Kel. Rawa Sari
c. Sebelah Barat : Kel. Kenali Besar
d. Sebelah Timur : Kel. Telanai Pura
ii. Keadaan Penduduk
Penduduk Kelurahan Simpang IV Sipin mayoritas terdiri dari
penduduk dengan berbagai suku bangsa (heterogen). Sampai tahun 2015
jumlah penduduk di KElurahan Simpang IV Sipin adalah 13.077 Jiwa
3.147 KK, terdiri dari penduduk laki-laki 6.490 jiwa (49,2%) dan
penduduk perempuan 6.587 jiwa (50,8%), dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 534 KK. Berikut data penduduk berdasarkan kelompok usia dan
jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 : Keadaan Penduduk Kelurahan Simpang IV Sipin40
Usia Laki-Laki Permpuan Jumlah Presentase
0 – 4 Tahun 272 285 557 4,7%
5 – 9 600 571 1.171 9,8
10-14 443 528 971 8.1
15-19 643 651 1.294 10.8
20-24 371 373 744 6.2
25-29 340 347 687 5.7
30-34 375 442 817 6.8
35-39 383 396 779 6.5
40-44 362 389 751 6.3
45-49 353 346 699 5.9
50-54 317 331 648 5.4
55-59 318 317 635 5.3
39 Wawancara tanggal 12 April 2019 40 Sumber : Dokumentasi Kelurahan SImpang IV SIpin 2018
36
60-64 311 299 610 5.1
65-69 348 343 677 5.7
70-74 334 343 677 5.7
75-ke atas 119 114 233 1.9
iii. Keadaan Pendidikan
Kondisi pendidikan yang ada di lingkungan Kelurahan Simpang IV
Sipin merupakan wilayah yang memiliki jumlah lembaga pendidikan yang
cukup banyak, mulai dari taman kanak-kanak sampai pada perguruan
tinggi. Kondisi itu lebih disebabkan karena wilayah Kelurahan Simpang
IV Sipin merupakan wilayah yang cukup berkembang.
a. PAUD : 5 buah
b. Tk : 6 buah
c. SD : 8 buah
d. SMP : 7 buah
e. SMA : 5 buah
f. PT : 3 buah
iv. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekenomi masyarakat Kelurahan Simpang IV Sipin
terdiri dari berbagai macam profesi. Secara keseluruhan masyarakat
Kelurahan Simpang IV Sipin merupakan masyarakat yang didominasi
berprofesi sebagai pegawai negeri dan swasta, dan pedagang.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan
Simpang IV Sipin memiliki matapencaharian yang sangat beragam dengan
jumlah terbesar pekerja laki-laki (24,2%) sebagai petanidan pekerja
perempuan (49,4%) sebagai karyawan swasta, sedangkan matapencaharian
dengan jumlah terkecil pekerja laki-laki (0,1%) sebagai penjahit dan
pekerja perempuan (0,7%) sebagai pengusaha kecil dan menengah.41
Keberagaman matapencaharian ini disebabkan etos kerja yang dimiliki
penduduk di Kelurahan Simpang IV Sipin cukup tinggi
41 Sumber : Kantor Kelurahan Simpang IV Sipin 2018
37
v. Keadaan Sosial dan Budaya
Penduduk Kelurahan Simpang IV Sipin sangat heterogen yang memiliki
latar belakang agama, suku, budaya, dan tingkat pendidikan yang
beragam. Mayoritas penduduk di Kelurahan Simpang IV Sipin adalah
pemeluk Agama Islam. Sedangkan pemeluk agama minoritas adalah
agama Budha. Komposisi jumlah penduduk tahun 2010 berdasarkan
agama.
Tabel 5 Keadaan agama di Kelurahan Simpang IV.42
No Agama Jumlah %
1 Islam 11.442 95.6 %
2. Kristen 15 0,7 %
3. Katholik 12 0,4 %
4. Budha 10 0,3 %
Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa
keanekaragaman penduduk dapat dilihat dari aspek keagamaan. Mayoritas
penduduk di Kelurahan Simpang IV Sipin memeluk agama Islam sebesar
95,6%,sedangkan pemeluk agama minoritas adalah agama Budha sebesar
0,2%. Di Kelurahan Simpang IV Sipin, masyarakat beragama Islam
dengan masyarakat yang beragama lain (Kristen, Katholik, dan Budha),
hidup saling berdampingan dengan keanekaragaman budaya dan kebiasaan
masing-masing.
B. Kondisi Literasi Tanaman Herbal di Kalangan Masyarakat simpang IV
Sipin Berdasarkan Standar UNESCO
Kemampuan literasi merupakan salah satu factor yang dapat
mempengaruhi prilaku, pola hidup dan budaya masyarakat termasuk dalam hal
literasi tanaman herbal yang dewasa ini sedang booming. Kecendrungan
masyarakat untuk memanfaatkan tanaman herbal sebagai alternative dalam
42 Sumber : Kantor Kelurahan Simpang IV Sipin 2018
38
mengobati penyakit diindikasikan sebagai adanya kemampuan literasi kesehatan
masyarakat sudah membaik.
Di lapangan menunjukkan bahwa keadaan literai tanaman herbal
masyarakat Simpang IV Sipin dapat dilihat sebagai berikut :
1. Kemampuan Mengakses Informasi
a. Mengidentifikasi Informasi tentang Tanaman Herbal
Kemampuan mengakses adalah merupakan salah satu indikator
dari kemampuan literasi sesorang dengan mengacu pada konsep atau
standar UNESCO. Kemampuan mengakses mencakup pemahaman
terhadap objek, pemahaman sumber informasi tentang suatu objek dan
lain-lain.
Pemahaman terhadap tanaman herbal dapat diketahui melalui
beberapa wawancara dengan masyarakat yang menjadi fokus dalam
penelitian ini, antara lain :
“ tanaman herbal penting, sebab merupakan tanaman alternatif
bahkan lebih baik jika dibandingkan dengan pengobatan kimia”43
“ Ya, tanaman yang tingkat resikonya lebih kecil jika dibandingkan
dengan obat kimia”44
“ Bagi kami tanaman herbal merupakan tanaman yang cocok bagi
kesehatan manusia, dan sangat aman dikonsumsi asalkan sesuai
dengan takarannya, dan tidak menimbulkan efek pada organ tubuh
lain “ 45
Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa pemahaman
masyarakat tentang tanaman herbal didasarkan pada kemampuan
mengidentifikasi informasi. Pemahamn terhadap tanaman herbal lebih
mengarah pada tingkat pengetahuan dasar pada literasi informasi
seseorang mengenai suatu objek.
43 Wawancara 20 Pebruari 2019 44 Wawancara 20 Pebruari 2019 45 Wawancara 20 Pebruari 2019
39
Pemahaman masyarakatakan tanaman herbal juga didasarkan
pada kemampuan masyarakat dalam mengakses informasi melalui
berbagai media khususnya pada media internet dan televisi.
Kemampuan ini ditunjukkan dalam wawancara dengan beberapa
informan dalam penelitian ini, antara lain :
“ Kami mengerti dan sangat senang pada tanaman herbal,
khususnya pada jenis tanaman daun-daunan, rempah-rempah, dan biji-
bijian. Tanaman-tanaman ini kami mengenali dari sumber internet,
televisi, majalah dan buku”.46
“ Saya sering membaca beberapa majalah, sebab keluarga saya
khususnya pada anak saya yang bekerja di rumah sakit sering membeli
beberapa majalah kesehatan yang memuat tentang pengobatan
alternative dari tumbuh-tumbuhan”47
“ Paham dan Mengerti, sebab tanaman herbal merupakan
tanaman yang sudah diperkenalkan oleh orang tua kita, khususnya
pada waktu masih kecil di kampong. Orang tua sering menggunakan
tanaman herbal seperti daun jambu kalau lagi menceret, begitu juga
kunyit dengan jahe kalau masuk angina”48
Pernyataan-pernyataan dari informan di atas menunjukkan
bahwa literasi masyarakat akan tanaman herbal sudah pada kondisi
baik, sebab menurut penulis bahwa pemahaman mereka didasarkan
pada kemampuan masyarakat dalam mengakses berbagai medida
informasi, apalagi dengan kemajuan teknologi informasi berupa
internet yang dapat diakses dalam berbagai jenis dan bentuk.
Pada tataran kemampuan pemahaman dan pengambilan sumber
mengenai tanaman herbal, para informan juga menunjukkan kemampuan
dalam mengenali jenis-jenis tanaman herbal dan pemanfaatannya dalam
menangani berbagai penyakit. Para informan mengakui bahwa
kemampuan dalam mengenali jenis-jenis tanaman herbal tidak saja
46 Wawancara 20 Pebruari 2019 47 Wawancara 20 Pebruari 2019 48 Wawancara 20 Pebruari 2019
40
didasarkan pada pengetahuan dari orang tua, pengetahuan dari berbagai
jenis media, tetapi juga pengetahuan dari hasil berdiskusi maupun
ngobrol-ngobrol dengan sesama ibu-ibu, sesame bapak-bapak maupun
dengan kelompok kegiatan sosial dalam masyarakat. hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh beberapa informan dalam dengan peneliti, antara lain :
“ Mengenali jenis-jenis tanaman herbal biasa juga diperoleh dari
kawan-kawan pada saat ada kegiatan sosial dalam masyarakat, maupun
pada saat ngobrol-ngobrol di kator”49
“ Kami mengenali jenis-jenis tanaman herbal pada saat ada
keluarga saya sedang sakit, kemudian oleh beberapa teman
merekomendasikan untuk menggunakan jenis tanaman ini, tanaman itu,
dan beberapa rekomendasi yang disampaikan.”50
“ Mengenali jenis-jenis tanaman herbal terdorong dari keinginan
untuk mengenali tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat untuk
menanggulangi penyakit pada saat diperkenalkan oleh guru di sekolah.
Setelah itu, saya menanamnya di belakang rumah” 51
Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa kemampuan
informan dalam mengenali jenis-jenis tanaman hrbal melalui berbagai
pengalaman dan pengetahuan. Sementara itu, lain pula disampaikan oleh
beberapa informan di bawah ini antara lain :
“ Tanaman herbal pada awalnya, ketika saya tinggal di kampong
kebetulan saya melihat orang cina di dekat rumah yang menanam
beberapa jenis tanaman. Selanjutnya saya menanyakan jenis tanaman
apa saja tersebut”52
“ Sebagai seorang guru, saya mengenali jenis-jenis tanaman
herbal sebagai upaya untuk mengedukasi anak-anak murid kami di
sekolah, kemudian berusaha mengenali khasiat dan manfaatnya”53
49 Wawancara 19 Pebruari 2019 50 Wawancara 19 Pebruari 2019 51 Wawancara 19 Pebruari 2019 52 Wawancara 19 Pebruari 2019 53 Wawancara 19 Pebruari 2019
41
“ Sangat penting, sebab pengalaman saya pernah sakit kemudian
ada rasa ketakutan untuk berobat ke dokter kemudian saya memilih pada
tanaman herbal”54
Berdasarkan penryataan – pernyataan informan di atas
menunjukkan bahwa kemampuan dalam mengenali jenis-jenis tanaman
herbal pada dasarnya sudah baik, sebab kemampuan ini didasarkan pada
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh informan. Dalam
menilai literasi seseorang mengenai suatu obyek, orang dikatakan
memiliki literasi baik apabila mereka senantiasa berusaha mengetahui
tentang obyek tersebut yang diperoleh melalui berbagai pengalaman dan
usaha.
Peneliti juga terus mencari tahu apakah informan betul-betul
pemahaman dan kemampuan yang sesungguhnya. Selanjutnya peneliti
menemui beberapa informan yang memiliki tanaman herbal di seputaran
tempat tinggalnya. informan menunjukkan beberapa tanaman herbal
yang mereka tanam meskipun dalam jumlah kecil.
“ Ini tanaman kunyit, pohon salam, jahe, sambung nyawa,
sambiloto, dan lain-lain”55
“ Inilah tanaman herbal yang ditanam dulu oleh orang tua, dan
kami tetap merawat dan memeliharanya agar dapat membantu dalam
menangani bila ada penyakit”56
Penelitipun terus melajutkan dengan mengamati berbagai jenis-
jenis tanaman herbal yang ditanam oleh informan di pekarangan maupun
di seputaran rumah mereka.57 Kegunaan dalam mengobservasi adalah
dalam upaya untuk memadukan pemahaman teoritis informan akan
tanaman herbal dengan aplikasinya. Dengan demikian bahwa kemampuan
literasi tanaman herbal akan tanaman herbal sudah dikategrikan dengan
baik berdasarkan 17 informan yang telah diwawancarai dengan sikap dan
54 Wawancara 19 Pebruari 2019 55 Wawancara 19 Pebruari 2019 56 Wawancara 20 Pebruari 2019 57 Observasi tanggal 23 Pebruari 2019
42
prilaku yang sesuai dengan kemampuan literasi UNESCO maupun yang
direkomendasikan oleh Campbell dalam Jesus mengenai standar literasi
hebal individu. Dengan demikian dapat dikategori pada tataran proficient
yaitu suatu kemampuan yang didasarkan pada pengetahuan diperoleh dari
berbagai pengalaman dan kemampuan dalam menganalisa tentang suatu
objek. Kemampuan ini dibarengi dengan kemampuan dalam
mengkombinasikan dari berbgai sumber pengetahuan yang daperolehnya.
b. Me rumuskan dan Mengevaluasi Informasi Tanaman Herbal
Standar kemampuan literasi pada tanaman herbal berikutnya
adalah kemampuan dalam menggunakan tanaman herbal. Kemampuan ini
menilai dari pengetahuan individu bagaimana cara menggunakan tanaman
herbal sesungguhnya. Kemampuan ini merupakan elemen, sebab individu
tidak bias dikatakan memiliki kemampuan literasi dari pengetahuan
teoritis saja akan tetapi bagaimana mampu dalam mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam sehari-hari.
Selanjutnya peneliti mencoba menanyakan beberapa respon
bagaimana mereka memutuskan untuk menggunakan tanaman herbal
tersebut dengan baik dan benar. Berikut beberapa wawancara, diantaranya
:
“ Kami menggunakan tanaman herbal dengan terlebih dahulu kami
berobat dulu dengan dokter, jika hasil diagnose dokter menyebutkan
bahwa jenis penyakit seperti ini, selanjutnya kami lebih memilih
mengkonsumsi bahan-bahan herbal”58
“ Saya membeli beberapa buku tentang jenis tanaman herbal
seperti karangan Hembing, Sakino terus jika saya merasa kurang enak
badan kami memilih tanaman herbal dengan membuat sendiri tentunya
58 Wawancara 23 Pebruari 2019
43
sesuai dengan takaran yang direkomendasikan oleh buku yang say
abaca”59
Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa kemampuan
dalam menggunakan tanaman herbal pada hakikatnya sudah baik, sebaba
para informan tidak saja hanya didasarkan pada pengalaman akan tetapi
juga didasarkan pada pengetahuan factual yang diperoleh yakni membaca
dan menganalisis mengenai suatu informasi.
Penelitipun berusaha untuk mengetahi secara langsung bagaimana
sesungguhnya informan benar-benar dalam menggunakan tanaman herbal.
Kemudian beberapa informan memperaktekkan melalui beberapa jenis
tanaman herbal. Sebagai contoh, informan membuat ramuan pada
pengobatan masuk angin. informan mengambil beberapa suing jahe
kemudian dikupas kulitnya, selanjutnya dicuci dan dipotong iris-iris
kemudian direbus dengan gula aren.60 Menulis pernyataan informan
bahwa pengobatan seperti sangat baik untuk bagi yang masuk angina atau
sedang pilek.
Kemampuan informan dalam menggunakan bukan saja bagaimana
menggunakan dalam kehidupan keseharian, akan tetapi ada beberapa
informan juga daun-daun tanaman herbal dijemur sampaik kering
kemudian disimpan dalam toples. Misalnya daun kumis kucing sebagai
tanaman herbal yang menurut mereka sangat ampuh untuk bagi yang
kurang lancar dalam buang air kecil, begitu juga sangat baik untuk
menjaga kesehatan ginjal dan asam urat.61 Dengan demikian bahwa
kemampuan informan dalam menggunakan tanaman herbal dalam
kehidupan sehari-hari sudah dapat dikategorikan baik atau pada standar
proficient juga. Penilai peneliti terhadap kemampuan literasi tanaman
herbal bagi informan adalah didasarkan pada kemampuan mereka dalam
59 Wawancara 23 Pebruari 2019 60 Observasi tanggal 15 Pebruari 2019 61 Wawancara tanggal 25 Pebruari 2019
44
memadukan pengetahuan teoritis yang diperoleh dari membaca dan
mengaplikasikannya secara baik.
c. Kemampuan Memilih dan Menetapkan Informsi Tanaman Herbal
yang dibutuhkan.
Kemampuan memilih dan menetapkan hasil dari pengetahuan
yang dimiliki merupakan bagian dari indicator seseorang terhadap suatu
objek. Kemampuan mengkomunikasikan mencakup kemampuan
memberikan informasi kepada masyarakat, rekan, keluarga, maupun
masyarakat disekitarnya. Kemampuan memilih dan menetapkan
pengetahuan dapat dilakukan secara langsung maupun berbagai media
yang dianggap penting dalam membagi pengetahuan ke yang lainnya.
Kemampuan dalam mengkomunikasikan pengetahuan tentang
tanaman herbal dapat dilihat dari beberapa pernyataan informan dengan
peneliti, antara lain :
“ Kami berbagi pengetahuan kepada masyarakat mengenai khasiat
tanaman herbal, khususnya manfaat ketika sudah mengkonsumsinya”62
“ Ada, kami buat sendiri kemudian kami mengkonsumsinya,
setelah kami mengkomunikasikan dengan kerabat, tetangga dan teman-
teman mengenai khasiat dari tanaman herbal”63
“ Ada, mudah saja untuk memproduksinya, dan memang ada niat
untuk menjadikan sebagai produk bisnis tanaman herbal, ya tentunya
dengan bantuan dari berbagai pihak”64
Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa literasi
informan mengenai tanaman herbal sudah membaik, hal ini disebabkan
karena selain kemampuan dari informan, pengalaman maupun usaha yang
dilakukan untuk memahami secara utuh mengenai tanaman herbal. Karena
itulah, bagi masyarakat yang berada di lingkungan RT. 13 dan 14
62 Wawancara 25 Pebruari 2019 63 Wawancara 25 Pebruari 2019 64 Wawancara 25 Pebruari 2019
45
Kelurahan Simpang IV Sipin Kecamatan Telanaipura telah memiliki
pengetahuan yang sudah baik mengenai tanaman herbal.
2. Kemampuan Menggunakan Informasi Tanaman Herbal
a. Kemampuan dan Kesadaran akan Pentingnya Khasiat Tanaman
Herbal
Bagi masyarakat perkotaan, kesadaran akan tanaman herbal
lebih didasarkan pada kadar atau khasiat yang terkandung dalam
tanaman herbal. Kesadaran ini juga didasarkan pada pengetahuan
masyarakat akan rendah atau kurangnya efek samping dari tanaman
herbal. Bahkan beberapa sumber menyebutkan bahwa mengkonsumsi
tanaman herbal sebagai alternative pengobatan dinilai tidak memiliki
efek samping jika digunakan dengan takaran yang sesuai atau standar.
Kesadaran ini diindikasikan dengan semakin munculnya beberapa
klinik kesehatan yang menawarkan dengan pengobatan herbal, maupun
beberapa rumah sehat dengan obat-obatan herbalnya.
Beberapa informan menilai bahwa khasiat tanaman herbal jauh
lebih nyaman dikonsumsi jika dibandingkan dengan obat resep dari
dokter. Misalnya ; “ tanaman herbal memiliki kadar yang alami dan
sangat efektif digunakan dalam pengobatan”.65 Sementara menurut
beberapa informan bahwa “ tanaman herbal pernah dianjurkan oleh
dokter asalkan cocok dengan kondisi kesehatan pasien”,66 berdasarkan
wawancara ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan kesadaran
masyarakat akan tanaman herbal menjadi salah satu penyebab mereka
menggunakan tanaman herbal sebagai pengobatan untuk kesehatan.
Masyarakatpun juga memiliki pengetahuan akan fungsi dan
khasiat tanaman herbal misalnya beberapa jenis tanaman herbal baik
berupa daun, buah, tangkai atau akarnya tidak bias digunakan pada
65 Wawancara 26 Pebruari 2019 66 Wawancara 26 Pebruari 2019
46
penyakit tertentu sebab akan meninmbulkan efek negatif. Beberapa
informan menyebutkan antara lain :
“ Khasiat pada jenis tanaman herbal yang berdampak buruk pada
kesehatan, misalnya pada penyakit lambung atau maag”67
“ Mengkonsumsi jenis-jenis tanaman sayur mauun kacang-
kacangan yang dapat memicu pada penyakit asam urat”68
Beberapa informan menyadari bahwa segala sesuatu yang
dikonsumsi termasuk tanaman herbal pasti memiliki manfaat, baik
positif maupun negative, dan inilah yang dimaksud bahwa dalam
menggunakan tanaman herbal harus proporsional dan professional.
proporsional lebih pada takaran atau autran mengkonsumsi, dan
professional didasarkan pada pengetahuan medis.
b. Kemampuan Untuk Memahami Substansi Akan Khasiat Tanaman
Herbal
Masyarakat Kelurahan simpang IV Sipin Kecamatan Telanaipura
Kota Jambi khususnya yang ada di lingkungan RT. 13 dan 14 pada
umumnya merupakan masyarakat kelompok menengah ke bawah,
hanya sekitar 17 % masyarakatnya yang berada dalam kategori ke atas
artinya masyarakat yang berpenghasilan .> 15.000.000. Dengan
demikian factor ekonomi menjadi factor penentu bagi masyarakat
untuk menggunakan tanaman herbal dalam menanggulangi penyakit.
Namun demikian bukan berarti masyarakat yang berada dalam
ketegori berpenghasilan tinggi tidak menggunakan tanaman herbal
sebagai alternative pengobatan atau berprilaku sehat, dan mereka juga
sering menggunakan tanaman herbal dengan asumsi bahwa tanaman
herbal lebih diyakini khasiatnya dibandingkan dengan pengobatan
kimiawi.
Beberapa masyarakat menuturkan dalam wawancara dengan
penulis, antara lain :
67 Wawancara 26 Pebruari 2019 68 Wawancara 26 Pebruari 2019
47
“ Tanaman herbal merupakan tanaman warisan bangsa kita, dan
khasiatnya lebih alami jika dibandingkan dengan obat-obat alami”69
“ Selama ini, kami sekeluarga lebih cendrung menggunakan
tanaman herbal, sebab selain khasiatnya dan lebih murah jika
dibandingkan dengan obat kimia dari dokter”70
“ Tentu, sebab harga tanaman herbal lebih murah sementara kalau
mau beli obat dari resep dokter jauh lebih mahal, dan itupun resep dari
dokter tidak hanya satu obat (kapsul)”71
“ lebih ekeonomis, tidak banyak harus mengeluarkan biaya”72
Berdasarkan penuturan di atas menunjukkan bahwa
kecendrungan masyarakat dalam menggunakan tanaman herbal
beragam pemahaman dan pendapatnya. Keragaman ini
mengindikasikan bahwa penggunaan tanaman herbal selain karena
factor mahalnya harga obat-obat non herbal, juga dipengaruhi oleh
keyakinan masyarakat akan khasiat dan pengalaman dalam
menggunakan tanaman herbal.
Di lapangan menunjukkan bahwa pola hidup dan prilaku sehat
juga menunjukkan adanya kesadaran masyarakat dalam menggunakan
tanaman herbal. Hasil pengamatan peneliti di lapangan ditemukan
73bberapa masyarakat menananm tnaman herbal di sekitar rumah
mereka, ada yang menanam di pekarangan, bahkan ada juga yang
menananm dalam pot maupun polybak.74 Pola hidup dan prilaku sehat
masyarakat misalnya berolahraga, kemauan untuk mengkonsumsi
tanaman herbal, kelompok ibu-ibu sadar sehat merupakan bagian dari
membaiknya literasi kesehatan masyarakat. keterkaitan antara literasi
tanaman herbal dengan literasi kesehatan merupakan hal yang saling
69 Wawancara 28 Pebruari 2019 70 Wawancara 28 Pebruari 2019 71 Wawancara 28 Pebruari 2019 72 Wawancara 28 Pebruari 2019 73 Wawancara 1 Maret 2019 74 Observasi tanggal 1 Maret 2019
48
berpengaruh dalam menjamin keberlangsungan kehidupan yang sehat,
bersih dan bahagia.
Hasil wawancara peneliti dengan masyarakat di lapangan antara
lain :
“ Prilaku sehat dan kesadaran akan pentingnya kesehatan
membuat kami harus lebih banyak menggunakan bahan-bahan alami
sebab dapat menunjang biaya hidup yang lebih ekeonomis”75
“ Terlalu mahal harga obat-obat dokter, dan kekhawatiran juga
pada efek sampingnya sebab akan berpengaruh dalam jangka waktu
lama”76
“ Ada juga kami menggunakan obat-obat kimia jika sudah
terdesak, dan sangat penting”77
“ Biasanya kami lebih memilih apotik untuk membeli obat-
obat, dan kalau di warung-warung tidak pernah”78
Berdasarkan wawancara di atas tanaman – tanaman herbal yang
dikonsumsi masyarakat setelah diolah dengan baik merupakan
sesusatu yang dapat berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat.
dan masyarakat lebih menggunakan juga dimaksudkan agar beban
biaya dapat diatasi seiring semakin meningkatnya kebutuhan keluarga
mereka dalam sehari-hari.
Di lingkungan masyarakat perkotaan sesungguhnya kesadaran
dalam memanfaatkan pekarangan atau lahan kosong yang ada di
lingkungan rumah juga diapresiasi oleh pemerintah melalui program
sadar sehat yang dapat mendorong meningkatnya literasi kesehatan
masyarakat. melalui program ini, maka beberapa kelompok ibu-ibu
yang bergerak dalam jaringan ini misalnya membantu mengatasi beban
biaya rumah tangga, terwujudnya kampung sehat yang biasanya
disebut dengan kampung bantar dan lain-lain. Dengan program-
75 Wawancara 1 Maret 2019 76 Wawancara 1 Maret 2019 77 Wawancara 1 Maret 2019 78 Wawancara 1 Maret 2019
49
program seperti ini program pemerintah untuk mewujudkan
masyarakat yang sehat dan cerdas akan dapat mewujudkan lingkungan
masyarakat yang bersih, aman dan tenteram.
c. Kemampuan Mengambil Keputusan untuk Menanggulangi
Pengobatan Dengan Memanfaatkan Tanaman Herbal
Sebagai masyarakat perkotaan, pemahaman mereka terhadap
kesehatan umumnya sudah diketahui atau dipahami sebagai salah satu
factor terpenting dalam kehidupan. Beda dengan masyarakat pedesaan
yang sering mengabaikan arti pentingnya suatu kesehatan. Selain itu,
kesadaran dan pemahaman arti pengobatan dengan dokter. Masyarakat
sadar akan mahalnya berobat dengan dokter menyebabkan lebih
cendrung menggunakan tanaman herbal untuk diolah menjadi obat
herbal.
Beberapa informan menuturkan dalam wawancara dengan
penulis antara lain :
“ Ada berobat, tapi kalau masih bias ditanggulangi melalui
obat herbal maka lebih baik memilih obat herbal ketimbang harus
berobat ke dokter”79
“ Ada perasaan takut, apalagi kalau dokter menyampaikan
kondisi penyakit yang ada dapat membuat kami shock apalagi jika
tidak ditunjang dengan biaya pengobatan”.80
Berdasarkan wawancara diatas menunjukkan bahwa upaya
informan dalam berobat dengan dokter pada saat keharusan ditangani oleh
dokter. Namun kesadaran tersebut tidak selamanya dilakukan oleh
masyarakat sebab factor birokrasi, beban psikologis dan beban ekonomi
menjadi factor dalam menggunakan tanaman herbal sebagai alternative
dalam pengobatan.
Namun masyarakat juga harus menyadari bahwa tidak selamanya
mengobati penyakit ditangani dengan obat herbal sebab keterlibatan dokter
79 Wawancara tanggal 5 Maret 2019 80 Wawancara tanggal 5 Maret 2019
50
juga sangat penting. Minimnya pengetahuan masyarakat akan jenis-jenis
penyakit dan metode pengobatannya membuat harus berhubungan dengan
dokter. Itulah sebabnya kebutuhan berobat dengan dokter dan kesadaran
akan tanaman herbal juga harus bersinergi dalam upaya meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pola hidup sehat yang sesungguhnya.
d. Kemampuan Mmmbandingkan dan Mengevaluasi Informasi
Tanaman Herbal
Kesadaran masyarakat untuk mengembangkan tanaman herbal
ternyata tidak dibarengi dengan luas lahan yang dimiliki, bahkan ada
beberapa masyarakat perkotaan yang tidak memiliki lahan sama sekali
dalam menanam tanaman herbal, khususnya masyarakat yang tinggal di
daerah peumahan. Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa yang
menjadi area dalam penelitian ini pada umumnya masyarakat yang tinggal
daerah padat dengan lahan yang terbatas.81 Meskipun demikian beberapa
informan yang memanfaatkan pekarangan dengan menggunakan pot atau
polybak untuk mengembangkan tanaman herbal. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa pada umumnya informan lebih memilih tanaman
herbal yang relatif tidak berbatang besar seperti kumis kucing, kunyit,
temu lawak, dan lain-lain.82 Kesadaran ini juga ditunjukkan dimana
informan tidak menanam kembang di pekarangan mereka, sebagaimana
dikatakan oleh beberapa informan dalam wawancara dengan peneliti, yaitu
:
“ Lebih memilih menanam seperti daun sambiloto, kumis kucing,
sirih merah, daun sirih”83
“ Pernah menanam kembang, dan masih ada Cuma kami
memisahkan antara tanaman herbal dengan kembang, supaya lebih mudah
dalam merawat”84
81 Observasi tanggal 6 Maret 2019 82 Observasi tanggal 6 Maret 2019 83 Wawancara tanggal 8 Maret 2019 84 Wawancara tanggal 8 Maret 2019
51
“ Kepingin, tapi kondisi rumah seperti ini menyebabkan kami
menanam dalam jumlah yang sedikit dan terbatas”85
“ Kalau ada lahan luas lebih memilih menanam tanaman-tanaman
yang lebih bermanfaat, dan tentunya buah-buahan juga merupakan bagian
tanaman herbal sebab lebih menyehatkan kalau sering mengkonsumsi
buah-buahan. Kami pernah memiliki tanaman buah-buahan seperti pisang,
jambi, kates, sawo, dan manga namun hanya tinggal manga saja sebab
lahan tersebut sudah dijadikan bedeng”86
Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa literasi
informan dalam kemampuan membandingkan dan mengevaluasi informasi
tanaman herbal sudah pada tataran Competent adalah individu yang
memiliki pengetahuan mengenai hal-hal tersebut, tapi tidak selalu
mengaplikasikannya
e. Kemampuan Mengevaluasi Informasi Secara Komprehensif
Masyarakat Kota Jambi khususnya di lingkungan RT. 13 dan 14
Kelurahan Simpang IV Sipin Kecamatan Telanaipuran pada dasarnya
adalah masyarakat yang sudah akrab dengan tanaman herbal sebagai
bagian dari kehidupan mereka khususnya dalam hal kesehatan. Bagi
mereka, kesadaran akan pentingnya tanaman herbal tidak dibarengi dengan
kemudahan untuk mendapatkan segala jenis tanaman herbal. Karena itu
membutuhkan informasi dari berbagai sumber, baik media tercetak
maupun elektronik. Selain itu, informasi secara langsung juga menjadi hal
yang penting bagi masyarakat khususnya bagi informan dalam penelitian
ini.
Namun demikian, masyarakat khususnya informan merasakan
kesulitan untuk memperoleh tanaman herbal baik yang sudah lazim
maupun yang belum. Tanaman herbal yang sudah lazim misalnya ;
sambiloto, kumis kucing, daun pagang, dan lain-lain. Sementara yang
85 Wawancara tanggal 8 Maret 2019 86 Wawancara tanggal 8 Maret 2019
52
tidak lazim misalnya daun ekor naga, Berikut wawancara peneliti dengan
informan antara lain :
“ Informasi ada, tetapi untuk mendapatkan tanaman tersebut sulit
didapatkan”87
“ di internet ada, di buku atau majalah juga ada akan tetapi jarang
menyebutkan tempat atau daerah yang mudah mendapatkannya”88
“ Betul, banyak sumber menyebutkan mengenai tanaman herbal
akan tetapi tidak tahu kemana harus mendapatkannya”89
Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa kesulitan
untuk memperoleh dimana tanaman herbal harus didapatkan menyebabkan
informan menanam tanaman herbal yang ada. Kondisi seperti ini biasanya
informan mensiasati dengan membeli obat-obat herbal di apotik atau took
herbalis pada saat membutuhkannya.
Berdasarkan wawancara di atas maka disimpulkan bahwa rata-rata
kemampuan literasi informasi tanaman herbal informan pada tataran
Competent adalah individu yang memiliki pengetahuan mengenai hal-hal
tersebut, tapi tidak selalu mengaplikasikannya
3. Kemapuan Mengkomunikasikan Informasi dengan
Mensintesiskan dan Menciptakan Informasi
Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam
membawa perubahan pada pola konsumsi obat yang terbuat dari bahan
alami, dalam merawat kesehatannya masyarakat dunia banyak yang
memanfaatkan obat tradisional yang berasal dari exstrak tumbuhan
(herbal). Meningkatnya kebutuhan akan produk herbal banyak dilatar
belakangi oleh perubahan lingkungan, pola hidup manusia, dan
perkembangan pola penyakit. Banyak yang menyakini bahwa produk
herbal tidak memberikan dampak yang negatif pada kesehatan karena
tidak mengandung bahan kimia. Peningkatan permintaan obat herbal,
87 Wawancara tanggal 2 Maret 2019 88 Wawancara tanggal 2 Maret 2019 89 Wawancara tanggal 2 Maret 2019
53
khususnya di Indonesia menjadi sebuah peluang bisnis yang menjanjikan
dalam mengembangkan industri pengolahannya, sehingga banyak
produsen obat herbal yang bermunculan.
a. Kemampuan Mengorganisasikan Informasi
Masyarakat sebagai subjek dalam memberdayakan
tanaman herbal sebagai alternative pengobatan mereka, karena itu
harus berupaya agar tanaman-tanaman yang ada di Indonesia,
khususnya di kota Jambi ini harus terus dikembangkan atau
dibudidayakan agar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Bagi masyarakat RT. 13 dan 14 Simpang IV Sipin
Kecamatan Telanaipura Kota Jambi dalam upaya mengembangkan
pengetahuan mereka mengenai tanaman herbal maka harus
membentuk kelompok masyarakat sadar kesehatan khususnya di
kalangan ibu-ibu yang lebih jeli terhadap kesehatan keluarga. Di
lingkungan RT. 13 dan 14 sudah ada kelompok ini namun belum
terbentuk secara formal sebab masih dibawa koordinasi dengan
pengurus di lingkungan RT masing-masing. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh ketua RT. 13 dalam wawancara dengan penulis
bahwa :
“ Masalah kesehatan dengan memanfaatkan tanaman herbal
yang ada dipekarangan atau membeli yang sudah dalam bentuk
kapsul atau bentuk lain, kami menganjurkan masyarakat khususnya
ibu-ibu agar memanfaatkan pertemuan mereka pada waktu yasinan
rutin, dan ditindak lanjuti pada saat hari minggu, sebab hari ini ada
gotong royong warga dengan membersihkan lingkungan RT”.90
“ Ada, kita sudah menyediakan pot-pot kembang yang
terbuat dari ban bekas, terserah masyarakat mau ditanami yang
penting ada nilai manfaatnya”91
90 Wawancara tanggal 12 Maret 2019 91 Wawancara tanggal 12 Maret 2019
54
“ Ya, masyarakat sudah menanamnya dengan bervariasi
tanaman tapi yang penting dimanfaatkan”.92
“ Ada, pada umumnya masyarakat lebih memanfaatkan
pekarangan dengan menanam tanaman berkhasiat, seperti kumis
kucing, sambung nyawa, sambiloto, daun pagan dan lain-lain.
Umumnya masyarakat menanam tanaman yang berbatang
pendek”.93
Berdasarkan wawancara penulis dengan ketua RT 13 dan
14 di atas, diperkuat juga oleh beberapa informan dalam penelitian
ini, antara lain :
“ selalu diusahakan, sebab kami ibu-ibu di lingkungan RT
13 dan 14 kalau ada pengajian di masjid selalu kami berbagi
informasi mengenai kesehatan”94
“ Program itu sudah berjalan namun belum ada
kepengurusan dari pak RT sebab kami hanya berkumpul secara
tidak formal misalnya kalau ada kegiatan yasinan sambil
berbincang-bincang mengenai manfaat tanaan herbal”95
“ Ya macam-macam, ada yang kesulitan mendapatkan
maupun mencari tanaman herbal yang dibutuhkan. Ada juga yang
menggunakan tanaman herbal dari apotik yang sudah dikemas, dan
ada juga membuat sendiri”. 96
Berdasarkan wawancara di atas, bahwa semangat informan dalam
menggunakan tanaman herbal merupakan salah satu bentuk kemajuan
literasi yang dimiliki oleh masyarakat RT. 13 dan 14. Standar UNESCO
menyebutkan bahwa salah bentuk literasi yang dimiliki oleh individu
maupun kelompok adalah berupaya untuk memahami suatu objek melalui
92 Wawancara tanggal 12 Maret 2019 93 Wawancara tanggal 12 Maret 2019 94 Wawancara tanggal 17 Maret 2019 95 Wawancara tanggal 17 Maret 2019 96 Wawancara tanggal 17 Maret 2019
55
kegiatan diskusi untuk mencari makna, substansi dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Berusaha untuk mengetahui suatu objek untuk
kebutuhan dan kebermanfaatan suatu informasi merupakan ciri-ciri dari
masyarakat yang sudah sadar akan pentingnya suatu kesehatan. Bagi
masyarakat RT.13 dan 14 khususnya informan dalama penelitian ini
bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat berharga dalam kehidupan.
Mereka sadar bahwa kesehatan jauh lebih pentingnya dari materi, karena
itu mereka memanfaatkan tanaman herbal sebagai salah satu alternative
dalam upaya menanggulangi penyakit sekaligus menanggulangi beban
ekonomi. Berobat melalui medis jelas membutuhkan biaya yang tidak
sedikit, maka sangat dianjurkan ke depan program sadar kesehatan akan
terbentuk secara formal sekaligus menjadikan masyarakat yang literet
herbalis (masyarakat yang sadar akan kegunaan tanaman herbal).
Dengan demikian bahwa rata-rata kemampuan literasi informan
sudah pada tataran Competent yaitu suatu kemampuan dimana individu
memiliki pengetahuan mengenai hal-hal tersebut, tapi tidak selalu
mengaplikasikannya
b. Kemampuan Mensitesiskan Informasi Pengetahuan tanaman
herbal
Masyarakat rt 13 dan 14 merupakan masyarakat yang memiliki
kultur gotong royong yang tinggi, ini terdeskripsi dari kesungguhan
mereka membersihkan lingkungan secara bergotong royong,
membudayakan lingkungan dengan tanaman – tanaman agar menjadi
lingkungan yang sehat, aman daan bersih. Dala m upaya mewujudkan
tatanan lingkungan masyarakat yang sehat maka masyarakat bekerjasama
dengan pemerintah khususnya di dinas kesehatan. Mereka membuthkan
bimbingan dan pengarahan pola hidup sehat dengan tentunya
memanfaatkan tanaman herbal sebagai salah satu media kesehatan. Selain
itu, masyarakat juga berperan aktif dalam mewujudkan program
pemerintah yakni masyarakat yang sadar kesehatan.
56
Menurut keterangan informan dalam wawancara dengan
penulis bahwa :
“ setiap sebulan sekali ada petugas dinas kesehatan
mengunjungi rt 13 dan 14, program yang dilakukan misalnya
immunisasi bagi bayi, pemeriksaan kesehatan gratis. Dengan program-
program ini kami berkesempatan juga menanyakan mengenai manfaat
tanaman herbal bagi kesehatan”97
“ Program ini sesungguhnya diinisiasi oleh ibu-ibu pengajian
kemudian diajukan ke ketua RT masing-masing agar ada dinas
kesehatan yang data ke RT untuk membantu kesehatan masyarakat”98
“ Terbantu sekali, sebab masyarakat yang kurang mampu dapat
memgurangi beban biaya berobat”99
Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat khususnya informan dalam penelitian ini juga sudah
membaik. Ini berarti bahwa informan sudah termasuk dalam kategori
baik literasi herbalnya.
Selanjutnya, penulis juga melakukan beberapa informan
mengenai program ke depan tentang literasi herbal, yaitu :
“ ke depan kami berupaya melibatkan semua elemen
masyarakat dalam memanfaatkan tanaman herbal untuk diolah menjadi
obat kesehatan bagi masyarakat”100
“ Kebetulan di lingkungan RT 13 dan 14 ada beberapa tenaga
kesehatan, dan kebetulan mereka juga mendukung sekali penggunaan
tanaman herbal sebagai alternative pengobatan”101
“ Ya, ada kita selalu diskusi tenaga kesehatan yang berdomisili
di lingkungan RT kami, dan mereka pun cenderung menjelaskan
97 Wawancara tanggal 1 April 2019 98 Wawancara tanggal 1 April 2019 99 Wawancara tanggal 1 April 2019 100 Wawancara tanggal 1 April 2019 101 Wawancara tanggal 1 April 2019
57
masing-masing kegunaan atau manfaat dari tanaman herbal, dan
metode penggunaannya agar sesuai dengan anjuran”102
Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa informan
telah melakukan langkah-langkah dalam meningkatkan literasi herbal
dengan melibatkan tenaga medis dari dinas kesehatan. Dalam teori
yang dikemukakan oleh UNESCO maupun standar literasi herbal
bahwa individu maupun kelompok memiliki kemampuan literasi yang
baik apabila dibarengi dengan upaya untuk memcari informasi
mengenai manfaat dan kegunaan maupun metode menggunakannya
dalam mengkonsumsi tanaman herbal. Kemampuan literasi seseorang
tidak hanya ditunjukkan dengan penguasaan teori akan tetapi
bagaimana mereka menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mengenai
objek yang menjadi kajian literasi.
c. Kemampuan Menyebarkan dan mengkomunikasikan Informasi
Melalui berbagai media
Sebagai masyarakat perkotaan, masyarakat RT 13 dan 14
Kelurahan Simpang IV Sipin Kecamatan Telanaipura khususnya
informan dalam penelitin ini tentunya masalah informasi
(pengetahuan) positif menjadi penting dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka pada umumnya berupaya meningkatkan pengetahuan mereka
dengan memanfaatkan berbagai media, misalnya memanfaatkan
televise, internet dan took buku untuk memperoleh informasi
pengetahuan tanaman herbal. Namun demikian bahwa tidak semua
informan adalah memiliki dana yang memadai untuk membeli buku
atau menggunakan internet misalnya. Sementara untuk menggunakan
media televise dianggap tidak mampu memberikan informasi yang
akurat dan adakalanya tingkat daya ingat dan daya tangkap informan
itu sama. Boleh saja hari ini memperoleh informasi dari televise dan
besok mereka melupakan. Media televisi hanya sekedar hiburan tidak
102 Wawancara tanggal 1 April 2019
58
menyajikan data yang mudah disimpan sebab dalam bentuk elektronik,
beda dengan internet yang bias diakses berkali-kali.
Berdasarkan konsep di atas, maka untuk memperoleh informasi
yang akurat dan biaya yang semurah-murahnya maka diantara
informan menawarkan kepada masyarakat untuk mengunjungi
perpustakaan sebab jarak tempuh ke perpustakaan juga relative dekat.
Sementara itu, di Kantor kelurahan juga menyediakan akses bacaan
namun literature yang ditawarkan pada umumnya majalah dan Koran,
sementara literature berupa monograf hanya sedikit itupun dalam
bentuk buku yang tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh informan dalam penelitian ini, antara
lain :
“ Sudah diinformasikan, ya begitulah terkadang alasan waktu
dan ketidak tahuan bagaimana caranya dating ke perpustakaan”103
“ Ada, biasanya kami suruh anak-anak kami untuk mencari
buku-buku herbal maupun majalah agar bias dibaca untuk
mendapatkan informasi mengenai tanaman herbal”.104
“ Ada, pernah sudah beberapa kali dapat buku, misalnya
manfaat tanaman herbal, 1001 cara mengenal dan manfaat tanaman
herbal, cara mengembangkan tanaman herbal di pekarangan sempit,
dan lain-lain”105
Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa informan
sudah menunjukkan upayanya dalam meningkatkan literasi mereka
dengan menggunakan litertur atau sumber bacaan. Masyarakat yang
dianggap literet apabila kesadaran masyarakat sudah mengarahkan
pola fikir dan prilakunya dengan membaca berbagai sumber literatur.
Kesadaran informan yang digambarkan di atas sesungguhnya
menunjukkan suatu prilaku masyarakat perkotaan yang lebih
berorientasi pada prilaku positif.
103 Wawancara tanggal 1 April 2019 104 Wawancara tanggal 1 April 2019 105 Wawancara tanggal 1 April 2019
59
Selanjutnya penulis juga mewancara beberapa informan mengenai
program ke depan dengan bekerjasama dengan perpustakaan sebagai
lembaga untuk mengakses informasi, antara lain :
“ Ada, kita akan membuat taman baca yang nantinya akan
diperuntukkan bagi masyarakat RT 13 dan 14 khususnya di kalangan
ibu-ibu yang ingin memperoleh buku-buku atau majalah untuk
dipergunakan”106
“ Masalah buku-bukunya, kita akan bekerjasama dengaan
perpustakaan Kota Jambi, sebab selama ini perpustakaan kota sudah
pernah menawarkan kepada masyarakat untuk membantu buku-buku
dengan sistim sirkulasi”107
“ Sudah didiskusikan oleh masyarakat dengan ketua RT 13 dan
14 untuk membentuk taman baca”108
Berdasarkan wawancara diatas menunjukkan bahwa upaya
masyarakat untuk senantiasa meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan mereka adalah dengan melakukan kerjasama dengan
perpustakaan sebagai lembaga pedonor sumber literatur. Program-
program seperti ini biasa memberikan efek positif dalam upaya
meningaktkan literasi masyarakat melalui membaca. Dalam berbagai
kajian literature bahwa individu atau masyarakat yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang mumpuni lebih disebabkan karena
kemampuan dan kesadaran mereka membaca, menggunakan
perpustakaan untuk akses informasi. Masyarakat atau individu yang
sadar dengan pentingnya sebuah pengetahuan akan terus diupayakan
untuk digali dan dipelajari agar dapat menjadi seorang lieteret. Inilah
sebabnya program pengembangan literasi diberbagai institusi
khususnya di lingkup pendidikan bahwa literasi menjadi sebuah
keharusan dalam program pengembangan kemampuan dan kualitas
peserta pendidik. Oleh karena itu, untuk ke depan program
106 Wawancara tanggal 1 April 2019 107 Wawancara tanggal 7 April 2019 108 Wawancara tanggal 7 April 2019
60
pengembangan literasi akan dikembangkan baik di lingkup pendidikan
maupun di lingkup masyarakat agar dapat mewujudkan sumber daya
manusia yang memiliki karakter berbudaya dan berakhlaqul karimah
sesuai dengan tuntutan ajaran Islam.
Berdasarkan observasi di lapangan, dimana penulis
menemukan beberapa buku di rumah informan mengenai majalah dan
buku tanaman herbal.109 Menurut keterangan informan bahwa buku-
buku dan majalah yang ada disitu dipinjam oleh anaknya di
perpustakaan Provinsi Jambi.110 berdasarkan hal inilah yang membuatk
keyakinan penulis bahwa masyarakat RT. 13 dan 14 berusaha serius
untuk meningkatkan literasi tanaman herbal sebagai upaya untuk
menjaga kesehatan dengan memanfaatkan tanaman herbal sebagai
salah satu solusi.
109 Observasi tanggal 7 April 2019 110 Wawancara tanggal 7 April 2019
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis pembahasan di atas, maka penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Kondisi literasi tanaman herbal masyarakat RT. 13 dan 14 Kelurahan
Simpang IV Sipin Kecamatan Telanaipura Kota Jambi pada tataran
kemampuan akses (access) dapat dibagi antara lain ; Pertama, pada
kemampuan masyarakat sudah pada tataran baik, terlihat 7 dari informan
yang mampu memahami, menganalisis dan mengkaji secara baik
mengenai hakikat tanaman herbal. Kedua, pada tataran kemampuan
menggunakan (use) dimana masyarakat sudah pada tataran baik juga, ini
terdeskripsi dari 6 informan yang mampu menjabarkan penggunaan
tanaman herbal didukung dengan pengetahuan sumber literature yang
memadai. Ketiga, komunikasi. Pada tataran ini, literasi tanaman herbal
masyarakat belum begitu menggembirakan. Hal ini terlihat dari beberapa
informan yang belum begitu mahir dalam mengkomunikasikan sesame
rekan atau menyajikan dalam berbagai media untuk membagi pengetahuan
tentang tanaman herbal.
2. Pada tataran kemampuan menggunakan (use) tanaman herbal yang terdiri
dari beberapa indicator antara lain : a) kemampuan dan kesadaran akan
akan pentingnya khasiat tanaman herbal pada umumnya informan sudah
pada tataran Competent artinya individu yang memiliki pengetahuan
mengenai hal-hal tersebut, tapi tidak selalu mengaplikasikannya , b)
Kemampuan untuk memahami substansi akan khasiat tanaman herbal
dimana tataran informan sudah pada literasi Competent artinya individu
yang memiliki pengetahuan mengenai hal-hal tersebut, tapi tidak selalu
mengaplikasikannya, c) Kemampuan membandingkan dan mengevaluasi
informasi tanaman herbal informan dalam tataran ini sudah pada literasi
62
Advanced beginner artinya individu yang tidak memiliki pengetahuan
mengenai hal-hal tersebut tetapi melakukan, , d) Kemampuan
mengevaluasi informasi secara komprehensi Proficient adalah user yang
setingkat di bawah expert yaitu individu yang memiliki pengetahuan dan
mengapilkasikannya
3. Kemapuan Mengkomunikasikan dengan mensintesiskan dan Menciptakan
Informasi yang mencakup : a) Kemampuan Mengorganisasikan Informasi
pada tataran ini informan Advanced beginner artinya individu yang tidak
memiliki pengetahuan mengenai hal-hal tersebut tetapi melakukan ; b)
Kemampuan Mensitesiskan Informasi Pengeathuan tanaman herbal pada
tataran informan sudah pada Competent artinya individu yang memiliki
pengetahuan mengenai hal-hal tersebut, tapi tidak selalu
mengaplikasikannya ; c) Kemampuan Menyebarkan dan
mengkomunikasikan Informasi Melalui berbagai media pada tataran ini
informan juga pada tingkat literasi Competent artinya individu yang
memiliki pengetahuan mengenai hal-hal tersebut, tapi tidak selalu
mengaplikasikannya
B. Saran-Saran
1. Hendaknya masyarakat Kelurahan Simpang IV Sipin dalam
meningkatkan literasi tanaman herbal dengan melakukan kerjasama
dengan pihak yang terkait seperti tenaga kesehatan, ahli pertanian, dan
herbalis agar pemahaman tentang tanaman herbal tidak persial
2. Dalam mengatasi kendala-kendala meningkatkan literasi tanaman herbal
hendaknya membentuk kelompok diskusi dengan menjadikan
perpustakaan sebagai pusat akses informasi agar pemahaman tanaman
herbal dapat digali melalui literature-literatur yang terdapat di
perpustakaan.
3. Hendaknya dalam menjadikan tanaman herbal sebagai alternative
pengobatan harus melakukan koordinasi dengan pihak medis agar
penggunaannya tidak menyimpan dari aturan yang, sekaligus dapat
meningkatkan literasi tanaman herbal.
63
C. Kata Penutup
Demikianlah skripsi yang penulis gagas melalui proses riset lapangan, dan
penulispun menyadari akan kelemahan – kelemahan yang ada, baik dari segi
penulisan, substansi maupun unsur-usnur non teknis lain. Karena itu, penulis
mengharap kritikan dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak demi
kesempurnaan untuk perbaikan nanti.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri, semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya kepada penulis sendiri.
64
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Variabel Atribut Indikator
Analyze Kemampuan menganalisa dan
memahami makna secara substansial
tanaman herbal
a. Pemahaman tentang Tanaman herbal
b. Kemampuan mengidentifikasi jenis tanaman herbal yang dibutuhkan
c. Kemampuan menyeleksi jenis-jenis tanaman herbal
d. Kemampuan menggunakan waktu yang dibutuhkan dalam mengakses mengcari informasi tentang
tanaman herbal
Evaluate Kemampuan menilai tanaman herbal
dalam dunia kesehatan
a. Kemampuan mengevaluasi informasi yang diperoleh
dari berbagai sumber literature tentang tanaman
herbal
b. Kemampuan memilih informasi dari berbagai sumber
literature tentang tanaman herbal yang menunjang
kebutuhannya
c. Kemampuan mengetahui bias dan isu-isu sosial
tentang tanaman herbal
Groping kemampuan menentukan dan
mengelompokkan jenis-jenis tanaman
herbal
a. Kemampuan menggunakan pengetahuan tanaman
herbal dari berbagai sumber literatur untuk
pengobatan kesehatan
b. Kemampuan memahami jenis-jenis tanaman herbal,
karakteristik tanaman herbal,
c. Mengerti isu-isu yang berhubungan dengan masalah
tanaman herbal dalam kontek dunia kesehatan
Induction Kemampuan menyimpulkan suatu
jenis dan kegunaan tanaman herbal
bagi kesehatan manusia
a. Kemampuan membangun dan menganalisis opini,
tujuan dan fungsi tanaman herbal
b. Kemampuan memahami setiap elemen-elemen
khasiat tanaman herbal.
Deduction Kemampuan menggunakan prinsip-
prinsip umum untuk menjelaskan
khusus
a. Keamampuan membandingkan pengetahuan tanaman
herbal
b. Kemampuan mengetahui keakuratan , kegunaan
tanaman herbal
Synthesis Kemampuan untuk merakit unsur-
unsur ke dalam struktur baru
a. Kemampuan memahami pesan-pesan informasi dari
berbagai sumber literature
b. Kemampuan menjabarkan nilai-nilai pengetahaun tanaman herbal yang terkandung didalamnya
Abstracting yakni kemampuan menciptakan secara
singkat, jelas dan gambaran tepat
menangkap esensi dari pesan dalam
sejumlah kecil kata-kata dari pada
pesan itu sendiri
a. Kemampuan menciptakan singkat, jelas dan
gamabaran pengetahaun tentang tanaman herbal b. Kemampuan menggunakan tanaman herbal dalam
berbagai jenis penyakit
c. Kemampuan mengkomunikasikan dengan orang lain.
65
DAFTAR PUSTAKA
Almos, R., & Pramono, D. Leksikon Etnomedisin dalam Pengobatan Tradisional
Minangkabau. Jurnal Arbitrer, (2015) 2, 44–53
Amarullah Siregar, "Aman Mengolah Tanaman Herbal", Kompas.com, diakses
tanggal 12 JAnuari 2019
https://sains.kompas.com/read/2010/05/20/16444280/aman.mengolah.tana
man.herbal.
Anonim. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: P dan K, 1994)
Anonimus. (2009). Obat Tradisional. Diakses tanggal 16 Januari 2019.
Aid.wikipedia.org/wiki/2009/obat-tradisional.
Bawden, D. Information and digital literacy: a review of concepts, Journal of
Documentation :2001)
Behrens, S. A conceptual analysis and historical review of information
literacy.College and Research Librarie,1994)
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Masyarakat Jambi dan Kepedulian Kesehatan ,
Majalah. (Jambi : DInas Kesehatan, 2017).
Eriyanto. Teknik Sampling : Analisis Opini Publik. (Yogyakarta : LKis Pelangi
Angkasa, 2007)
Fiftin Noviyanto, dkk. (2008). Sistem Pakar Racikan Tanaman Obat Tradisional
Menggunakan Metode Fuzzy Inference System Tsukamoto. (Jakarta : UI,
2008).
Gembong, Tjitroesoepomo. Morfologi Tumbuhan. (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1989) https://gurudigital.id/Jenis-pengertian-literasi -adalah/. Di akses pada
tanggal 22 Februari 2019 pada pukul 11.12
Iyos, R. N., & Astuti, P. D. (2013). Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona
muricata L.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Majority, 6(2)
Kartawinata, K. Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem
Indonesia. Dalam: Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture X. LIPI. 23
Agustus 2010. Jakarta. www.http//seminarnasionalkes.url.12ipii. Diakses
tanggal 12 Januari 2019
66
Mulyana, Dedi. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2001).
Noorati, W. Studi Flora Tumbuhan Bawah di dalam Tegahan Jati Umur 3 D,
KPH. Bara Pulang, Jawa Tengah, (Fakultas Kehutanan. Yogyakarta.
2016).
Ratna. Optimalisasi Pemanfaatan Tanaman Herbal di Indonesia. (Jakarta : LIPI,
2014)
Soehatono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2009)
Suryanto & Setiawan. Khasiat Tanaman Herbal : Metode dan Penggunaannya
dalam dunia kesehatan. (Jakarta : Gema Insani Press : 2013).
UNESCO. Development of information literacy: through school libraries in
South-East Asia Countries,Bangkok: UNESCO, 2005).
67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Patria Monida
NIM : IPT 140358
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Jambi, 20 September 1996
Status : Mahasiswi
Hp : 087779900771
Pengalaman Organisasi : OSIS
No Tingkat Pendidikan Tempat Tahun
1 TK-IT Al-Azhar Kota Jambi 2000-2002
2 SD 47 Kota Jambi 2002-2008
3 SMPI Al-Falah Kota Jambi 2008-2011
4 SMA Negeri 5 Kota Jambi 2011-2014
5 PTN UIN STS JAMBI 2014-2019
68
69