Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2495/3/BAB III.pdf3.1.1. Data 1...

23
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Transcript of Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2495/3/BAB III.pdf3.1.1. Data 1...

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

BAB III

METODOLOGI

3.1. Data Penelitian

Dalam perancangan media kampanye eksploitasi anak ini, penulis menggunakan

metode kualitatif, yaitu dengan melakukan wawancara kepada LSM yang fokus

menangani masalah eksploitasi anak, yaitu Terre des Hommes sebagai sumber

acuan data deskriptif mengenai masalah-masalah eksploitasi anak di masyarakat.

Selain melalui wawancara, penulis juga melakukan penelitian mendalam dengan

terjun langsung ke lingkungan anak-anak yang pernah ataupun masih

tereksploitasi sebagai pekerja anak untuk memahami kondisi mereka. Dalam

perancangan ini juga akan menggunakan tinjuan pustaka mengenai kampanye

sosial, eksploitasi anak, dan teori-teori pada desain komunikasi visual.

Eksploitasi anak rentan terjadi pada anak-anak dari kalangan keluarga

menengah ke bawah. Pelakunya antara lain orang tua maupun orang terdekat si

anak dan juga pemilik usaha/pengepul dengan dalih upah yang murah serta

kepatuhan anak terhadap majikannya. Hal ini berdampak buruk terhadap tumbuh

kembang dan masa depan si anak. Kondisi tersebut hanya menimbulkan siklus

yang dimana generasi selanjutnya akan sama nasibnya seperti anak tersebut.

Sehingga untuk mengurangi dampak tersebut, Terre des Hommes memberikan

program-program yang membantu anak-anak korban eksploitasi mendapatkan

hak-haknya serta menanamkan pentingnya anak-anak mendapatkan haknya demi

masa depannya kepada orang tua. Laporan ini membahas perancangan kampanye

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

sosial tentang pentingnya anak-anak mendapatkan haknya demi kebaikan masa

depannya kelak yang selama ini kurang mendapat kepedulian.

Target kampanye sosial ini ditujukan untuk masyarakat di daerah industri

Jabodetabek, khususnya Jakarta Utara, Bekasi, dan Tangerang, dengan umur 25-

50 tahun karena umur tersebut adalah umur saat seseorang produktif dan sudah

berkeluarga dengan perkiraan sudah memiliki anak usia sekolah. Status ekonomi

target ialah menengah ke bawah dan memiliki pendidikan paling tinggi lulus

SMA.

Pada perancangan ini media yang akan digunakan ialah media below the

line. media below the line digunakan karena target kampanye yang dituju

merupakan masyarakat yang berdomisili di daerah industri seperti Jakarta Utara,

Bekasi, dan Tangerang. Diharapkan dengan pemilihan media tersebut dapat tepat

sasaran dan mudah dimengerti oleh target audien mengingat kondisi lingkungan

yang rentan terhadap kasus eksploitasi anak termasuk lingkungan yang kumuh,

tidak beraturan, sempit, dan padat. Kondisi lingkungan ini berdasarkan pada

pengamatan yang dilakukan penulis sebelumnya. Media below the line yang

digunakan yaitu seperti poster, pin, stiker, dan sebagainya. Media-media tersebut

dipilih karena mengarah pada lingkungan tertentu. Media above the line sepert

iklan di majalah ataupun koran juga disebarkan dan disesuaikan dengan biaya

yang dikeluarkan pihak LSM, hal tersebut dilakukan sebagai media pendukung

kampanye dalam menyebarkan pesan secara lebih luas di luar target audien.

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

3.1.1. Data 1

Untuk mendalami masalah eksploitasi anak lebih jelas, penulis

menggunakan dua cara, yaitu wawancara dengan LSM Terre des Hommes yang

fokus menangani masalah eksploitasi anak dan observasi langsung ke lapangan

dimana ditemukan anak-anak yang masih ataupun pernah dieksploitasi. Langkah

ini dilakukan untuk memahami lebih jauh masalah eksploitasi anak dari beragam

sudut pandang.

3.1.1.1 . Hasil Wawancara LSM Terre des Hommes

Eksploitasi anak adalah kegiatan yang memanfaatkan anak usia 18 tahun ke

bawah untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun kelompok. Semua itu

sudah diatur dalam UU RI no 23 tahun 2002, sehingga pelaku yang

memperkerjakan anak dapat dipidanakan. Terdapat ketentuan resmi yang

mengatur batasan seorang anak untuk bekerja, salah satunya larangan

memperkerjakan anak untuk pekerjaan terburuk, seperti pembantu rumah tangga,

penambang, buruh, hingga yang bekerja di jalanan. Alasan utama seorang anak

dipekerjakan yaitu faktor ekonomi (bagi orang tua si anak) dan upah yang murah,

kepatuhan, serta ketidakmampuan anak untuk memberontak (bagi pemilik

usaha/penadah).

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

Gambar 3.1 Poster Eksploitasi Anak di Aceh (Dokumentasi Terre des Hommes, 2014)

Gambar 3.2. Foto bersama dengan Bapak Sudaryanto

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

Menurut Bapak Sudaryanto, kasus-kasus yang paling banyak terjadi di

Indonesia adalah kasus eksploitasi yang memperkerjakan anak. Kasus ini tersebar

di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk di Jabodetabek. Anak-anak ini

diperkerjakan biasanya oleh orang tua maupun orang terdekat si anak dan

beberapa pemilik usaha rumahan.

Dampak-dampak yang dialami anak-anak korban eksploitasi bermacam-

macam. Secara fisik, anak mengalami pertumbuhan yang lebih lambat karena

kurangnya asupan gizi dan kegiatan yang melebihi kapasitasnya sebagai seorang

anak, selain itu luka-luka juga dapat dialami anak yang bekerja di lingkungan

berbahaya. Secara psikis, anak yang tereksploitasi cenderung memiliki sifat

minder atau pemalu dengan anak-anak sebayanya, takut dengan orang asing

terutama orang dewasa, emosi yang labil, serta mudah iri. Dampak ini tentu akan

menghambat tumbuh kembang anak secara normal, sehingga masa depan si anak

pun ikut terancam. Semakin bertambahnya anak yang tereksploitasi dapat

berakibat buruk pada negara di generasi mendatang.

Beberapa program telah maupun yang akan dilakukan Terre des Hommes

untuk mengurangi kasus eksploitasi anak di berbagai daerah di Indonesia, dengan

bekerja sama mitra-mitra yang tersebar di daerah tersebut. Program-program ini

bertujuan mencegah terjadinya eksploitasi anak bagi anak yang rentan

tereksploitasi, rehabilitasi anak-anak yang tereksploitasi, dan membantu keluarga

si anak. Tidak hanya itu, program-program ini juga dilakukan di daerah di luar

lingkungan anak-anak yang tereksploitasi untuk mencegah dan mensosialisasi

larangan pemanfaatan anak sebagai pekerja.

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

Gambar 3.3. Visi Misi Terre des Hommes

Ada empat fokus utama program yang dijalankan Terre des Hommes,

yaitu pekerja anak, eksploitasi seksual anak, kekerasan terhadap anak, dan

trafficking. Strategi dalam menjalankan program tersebut antara lain :

a. Pencegahan

• Memberikan bantuan pendidikan dengan cara memasukkan si anak

ke sekolah-sekolah di sekitarnya yang telah dilatih sebelumnya

oleh LSM agar tidak ada bentuk-bentuk diskriminasi kepada anak

tersebut. Semua biaya dan perlengkapan ditanggung pihak LSM

maupun dari sumbangan.

• Membuat sanggar kreativitas di lingkungan anak-anak yang rentan

tereksploitasi supaya bakat anak tersalurkan dan mengalihkan

anak-anak ke dalam kegiatan yang lebih baik. Hal ini bertujuan

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

mengurangi waktu kerja si anak dengan kegiatan yang lebih baik

dan mengembangkan kreativitas anak.

• Pengembangan Sosial-Ekonomi di lingkungan anak-anak tersebut

dengan cara meminjamkan dana ke beberapa keluarga yang

nantinya akan dijadikan modal usaha. Dana-dana tersebut

selanjutnya akan diputar ke keluarga yang lainnya, sehingga

keluarga anak-anak tersebut dapat hidup mandiri dan lebih baik

lagi. Dana yang diperoleh berasal dari sumbangan dan tidak

menetapkan bunga kepada keluarga yang meminjam.

• Sosialisasi ke lingkungan maupun daerah seperti perumahan

maupun industri untuk tidak menggunakan jasa pekerja anak. Hal

ini karena didasari oleh hukum yang melarang memperkerjakan

anak sesuai ketentuan yang tertera.

b. Perlindungan

Untuk membantu anak-anak yang sudah terlanjur dieksploitasi, Terre des

Hommes membantu dengan memberikan pendampingan hukum serta

melakukan rehabilitasi baik fisik maupun psikis bagi anak yang

tereksploitasi.

3.1.1.2 . Observasi

Untuk lebih memahami apa yang terjadi pada anak-anak korban eksploitasi dan

juga melihat keadaan lingkungan sekitarnya, penulis melakukan observasi

mendalam ke daerah-daerah yang rentan terjadi kasus eksploitasi anak. Lokasi

yang diteliti penulis berada di pinggiran kota Depok dekat Stasiun Depok Baru.

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

Penulis melakukan observasi dengan melihat keadaan lingkungan untuk

memahami kondisi sosialnya, mewawancarai anak yang tereksploitasi, dan juga

bertanya kondisi anak-anak tersebut kepada guru sekolah anak jalanan.

a. Hasil Pengamatan Lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan daerah yang padat penduduk dengan garis

ekonomi menengah ke bawah. Pekerjaan rata-rata masyarakat ini antara

lain supir angkutan umum, karyawan swasta, pengamen, pedagang, buruh,

dan pengangguran. Mereka memiliki kebiasaan untuk berkumpul dengan

tetangganya untuk sekedar bercengkerama satu sama lain. Memilih untuk

hidup praktis menjadi ciri-ciri masyarakat di lingkungan ini. Hal tersebut

dapat diamati dari cara mereka berperilaku, yaitu tidur dimana saja, makan

langsung tanpat cuci tangan, cenderung menginginkan cepat kerja

dibanding menamatkan sekolah. Sangat rentan dengan terjadinya

kekerasan maupun kejahatan, serta rata-rata dari mereka memiliki banyak

anak, seperti yang penulis tanyakan kepada anak-anak bahwasanya mereka

memiliki 5 saudara atau lebih.

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

Gambar 3.4. Keadaan lingkungan anak-anak yang rentan dieksploitasi

Gambar 3.5. Seorang laki-laki tua tidur di ruang kelas

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

Gambar 3.6.. Kegiatan Sekolah anak jalanan

b. Hasil Wawancara dengan Anak Korban Eksploitasi

Untuk memahami segala yang dirasakan seorang anak ketika dieksploitasi,

penulis juga mewawancara salah satu anak tersebut, yang bernama Diana.

Diana adalah seorang anak yang sekarang duduk di kelas 6 SD di sebuah

sekolah anak jalanan di Depok. Berlatarbelakang dari keluarga yang terdiri

dari Ibu, Ayah tiri, dan kelima saudara lainnya. Ibunya bekerja sebagai

pengamen, pedagang asongan, dan pemulung di Harmoni atau sekitar

Masjid Istiqlal, sedangkan Ayah tirinya adalah seorang pengangguran.

Putri ketiga dari enam bersaudara ini telah dibawa ibunya untuk bekerja

ketika masih bayi demi mendapatkan belas kasihan sehingga mendapatkan

lebih banyak uang ketimbang tidak membawanya. Kesehariannya Diana

bekerja sebagai pengamen dan pemulung di Harmoni dan Kota. Sebelum

Diana dapat sekolah, ia bekerja dengan jam kerja dari pagi hingga pagi

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

lagi. Hanya pulang untuk sekedar makan dan mandi. Kondisi fisik Diana

selama bekerja menjadi taruhannya. Diana pernah sakit keras selama tiga

minggu karena terlalu sering begadang dan mengkonsumsi mie instan.

Cara yang ditempuh Diana untuk sembuh hanyalah dengan minum vitamin

yang dapat dibeli di warung kecil. Diana juga sempat mengungkapkan

keinginannya untuk merubah nasib dan dapat sukses menggapai cita-

citanya. Keinginannya tersebut pernah dilupakan karena dirinya harus

bekerja setiap hari dan tidak bisa mendapatkan hak-hak anak seusianya

seperti sekolah, bermain, dan mendapat perlindungan.

c. Hasil Wawancara dengan Guru Sekolah Anak Jalanan

Wawancara dilakukan dengan salah seorang guru sukarelawan yang

mengajar di sekolah anak jalanan di Depok yang bernama Lestari

Menurutnya, anak-anak yang tereksploitasi cenderung pemalu terhadap

orang yang tidak dikenalnya. Selain itu perasaan minder dan tertutup juga

dialami oleh sebagian besar anak. Dengan alasan ini juga penulis meminta

bantuan Lestari untuk mewawancara Diana supaya dapat menceritakan

semua pengalamannya dengan jujur. Anak-anak ini disuruh bekerja

lantaran untuk membantu perekonomian keluarganya. Sering anak-anak

tersebut bercerita keluhan akibat perlakuan kasar oleh orang tua atau orang

yang memperkerjakannya. Namun mereka tidak dapat berbuat banyak

karena ketidakmampuan mereka untuk melawan. Sifat mementingkan

pekerjaan daripada sekolah masih banyak dilakukan oleh anak-anak

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

didiknya. Akan tetapi adanya keinginan untuk maju dan bermain dengan

teman-temannya membuat anak-anak tersebut bersemangat untuk sekolah.

d. Hasil Pengamatan Aktifitas dan Pola Penggunaan Media pada Sasaran

Khalayak

Mayoritas kegiatan target audien lebih banyak di sekitar jalan raya, tempat

menunggu kendaraan umum (stasiun, terminal, halte), pasar

tradisional/pedagang kaki lima, dan sekitar pemukiman mereka. Media

tersebut antara lain Baliho ukuran kecil, Poster/flyer/stiker, spanduk,

ambient media (pada badan angkot, bus, maupun kereta) serta iklan pada

sarana umum. Iklan produk untuk kalangan tersebut biasanya diletakan

pada kawasan yang padat penduduk, dan bukan daerah perkantoran

maupun perumahan/cluster, apartemen. Untuk media seperti koran dan TV

menjadi media kedua yang dikonsumsi mereka sehari-hari. Berdasarkan

kelas, koran maupun program tv yang mereka nikmati adalah program

yang mendramatisir suatu kejadian dengan kata-kata maupun emosi

(biasanya ditemukan pada koran seperti Pos Kota, Pos Metro, Lampu

Merah, sedangkan untuk program TV adalah infotainment, komedi

slapstick, FTV dan sinetron)

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

3.1.2. Data 2

3.1.2.1. Analisis Studi Existing

Gambar 3.7. Poster Eksploitasi Anak di Aceh

(Dokumentasi Terre des Hommes, 2014)

Poster ini berisikan pesan tentang ajakan untuk membebaskan anak-anak di Aceh

dari eksploitasi anak dengan memberinya kesempatan bersekolah. Poster yang

dibuat oleh Terre des Hommes ini menampilkan dua anak yang berada dibalik

jeruji atau pagar, dan memasang raut memelas. Tidak jelas apakah anak itu sedang

berada di luar pagar sekolah atau sedang berada di balik jeruji penjara. Pemilihan

warna yang hitam dengan slogan berwarna merah serta teks lainnya berwarna

putih menyelaraskan foto di atasnya yang berkesan kelam. Konten yang ada di

dalam poster tersebut hanya menampilkan foto dan slogannya saja, tanpa

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

mencantumkan logo dari Terre des Hommes. Untuk penggunaan bahasa kurang

tepat karena menggunakan bahasa Inggris untuk target masyarakat di Aceh. Hal

ini bisa berakibat tidak tersampaikan pesannya kepada target audien.

Gambar 3.8. Poster Eksploitasi Anak

(Dokumentasi Terre des Hommes, 2014)

Poster kedua ini menyampaikan pesan tentang perlindungan terhadap anak

yang dieksploitasi untuk dijual. Gaya visual yang digunakan yaitu ilustrasi dengan

vektor. Visual dari poster ini menggambarkan seorang anak perempuan korban

eksploitasi yang tampak sekelilingnya tulisan “hahahahaha” sebagai gambaran

bentuk ejekan. Namun visualisasinya lebih mengarah kepada kasus bullying

daripada kasus eksploitasi anak. Poster ini menggunakan warna cerah seperti

jingga dan putih, dan warna hitam digunakan sebagai penekanan.

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

3.2. Mind Mapping

Gambar 3.9. Mind Map

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

3.3. SWOT

1. Strength

Perancangan visual kampanye sosial ini berdasarkan pola perilaku dan

kebiasaan dari target audien yang sebagian besar masayarakan

menengah ke bawah. Hal ini ditujukan untuk menarik perhatian target

audien sesuai dengan pola perilaku target.

2. Weakness

Sikap ketidakpedulian target audien terhadap keadaan di sekitarnya

menjadi kelemahan dari kampanye sosial ini.

3. Oppurtunity

Adanya hari-hari tertentu yang berkaitan dengan eksploitasi anak

seperti Hari Buruh tanggal 1 Mei, Hari Penghapusan Pekerja Anak

tanggal 12 Juni dan Hari Anak tanggal 23 Juli menjadi waktu yang

tepat untuk mengkampanyekan ekspoitasi anak bisa mengangkat isu

yang sudah ada.

4. Threat

Adanya ketidaksukaan beberapa pihak tertentu yang merasa tersudut

di dalam lingkungan target audien sehingga mengancam keberhasilan

kampanye sosial ini.

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

3.3.1. Positioning

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka target audien yang

penulis tetapkan dalam kampanye sosial ini adalah sebagai berikut:

a. Demografi:

Pria dan wanita dengan jarak umur 25-50 tahun dengan kategori dewasa

dan diutamakan kepada yang sudah berkeluarga. Aktifitas yang dilakukan

adalah bekerja dan bersosialisasi dengan sesamanya. Tinggal di daerah

pinggiran Jabodetabek

b. Psikografi

Memiliki sifat yang tidak peduli dengan peraturn maupun norma yang

berlaku, namun memiliki sifat rasa keingintahuan yang tinggi. Secara

emosi, khalayak ini mudah terpancing dengan sesuatu yang berlebihan.

3.3.3. Strategi Visual

Berdasarkan dengan hasil pengamatan yang salah satunya memberikan gambaran

tentang kebiasaan dan ketertarikan akan sesuatu yang berlebihan, strategi yang

ditampilkan akan melebihi dari realitas. Suasana yang dimunculkan ke dalam

kampanye sosial ini yaitu kesan gelap dan suram, dengan warna-warna seperti

hitam dan merah. Menampilkan suatu gambaran yang dirasakan oleh korban,

namun dengan gaya visual berlebihan sehingga dapat menarik target audien.

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

3.4. Konsep Kreatif

Perancangan kampanye sosial eksploitasi anak ini memilih target usia dewasa (25-

50 tahun) yang dapat disebut usia matang untuk berkeluarga dan bekerja. Kelas

sosial menengah ke bawah dengan kejiwaan cenderung menjalani hidup yang

praktis, mudah terpancing emosi, dan memandang sebelah mata pendidikan.

Teknik persuasi yang digunakan adalah Icing namun disisipkan teknik Fear

Arousing untuk memancing emosi dari target audien. Penggunaan teknik ini

berdasarkan observasi langsung ke target audien untuk melihat tingkah pola,

kebiasaan, dan hal-hal yang selalu dihadapinya setiap hari. Karya yang dibuat

mengambil ide dari cerita seorang anak yang pernah tereksploitasi pada saat

penulis observasi. Inti sari dari cerita tersebut bahwasanya pada dasarnya seorang

anak yang dieksploitasi ingin hidup seperti anak-anak lainnya sehingga masa

depannya lebih cerah. Pesan yang akan disampaikan dalam kampanye ini yaitu

mensosialisasikan bahwasanya memperkerjakan anak bukan solusi untuk hidup

lebih baik dan anak-anak memiliki hak-hak yang harus dipenuhi sebagai masa

kecilnya dengan harapan masa depan si anak menjadi cerah. Pesan ini bertujuan

mengubah pola pikir dari orang-orang terdekat maupun sekeliling anak bahwa

dengan memenuhi hak-hak anak, masa depan anak-anak menjadi lebih baik lagi,

sehingga kehidupan si anak dan keluarganya akan membaik. Beberapa pekerjaan

yang sering melibatkan anak-anak sebagai pekerja seperti buruh, PRT, pemulung,

dan lain-lainnya menjadi dasar gambaran seorang anak yang tereksploitasi. Hal

tersebut menjadi model pada kampanye ini yakni seorang anak dengan profesi

tertentu, yang profesi tersebut termasuk pekerjaan terburuk anak.

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

Dalam penerapannya, kampanye sosial ini menggunakan model

Perkembangan Lima Tahap Fungsional. Menurut Larson dalam buku Manajemen

Kampanye, model ini dianggap paling popular dan banyak diterapkan di berbagai

belahan dunia yang tidak terlepas dari fleksibilitas model ini. Model kampanye ini

terdiri dari lima tahapan, yaitu Identifikasi, Legitimasi, Partisipasi, Penetrasi, dan

Distribusi (hal. 18)

3.5. Eksplorasi Ide

Dalam proses penelitian penulis menganalisis visual dari kampanye sosial sejenis

dan poster film. Beberapa karya tersebut akan dijadikan sebagai referensi dalam

gaya fotografi dan pencahayaan, jenis huruf, isi konten, dan juga kesan visual

pada poster.

Gambar 3.10.. Referensi visual dari poster dengan masalah sejenis

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

Melalui poster tersebut, penulis mendapatkan referensi pada kesan visual

dan tata letak yang nantinya akan diterapkan pada kampanye sosial eksploitasi

anak sebagai pekerja. Hal ini dapat dijadikan referensi karena menyangkut

masalah yang tidak jauh beda, yaitu antara eksploitasi seksual anak dan

eksploitasi anak sebagai pekerja.

Gambar 3.11. Referensi visual dari anak yang bekerja

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

Pada poster tersebut menampilkan sosok anak yang bekerja dalam

pekerjaan terburuk. Visual tersebut akan dijadikan referensi dalam

menggambarkan sosok anak yang menjadi pekerja anak pada kampanye sosial ini.

Gambar 3.12. Referensi Visual pemilihan jenis typeface

Dalam memilih jenis typeface, penulis mengambil referensi dari poster

tentang kemiskinan anak yang diterbitkan oleh UNICEF. Poster tersebut

menggunakan jenis typeface sans serif yang memberikan kesan jelas dan

sederhana sehingga mudah dibaca.

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014

Penulis juga mengambil referensi tata letak dari beberapa poster tersebut

yang cenderung menempatkan objek utama pada tengah media. Tata letak ini akan

penulis terapkan pada kampanye sosial eksploitasi anak sebagai pekerja dengan

tujuan memberikan kesan jelas dan terpusat pada objek utama tersebut.

Gambar 3.13. Referensi Visual pemilihan dalam memilih kata-kata pada slogan

Pada pemilihan kata-kata yang tepat untuk slogan, penulis mengambil

referensi dari sebuah film berjudul Daun di Atas Bantal, yang sama-sama

memiliki kemiripan setting yaitu kondisi di pemukiman yang mayoritas

penduduknya kalangan menengah ke bawah dengan beberapa kondisi yang

menggambarkan kehidupan anak-anak yang bekerja. Bahasa yang digunakan

adalah bahasa sehari-hari dan cenderung kasar.

Perancangan Kampanye ..., Guruh Suliano Putra, FSD UMN, 2014