Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1294/5/BAB IV.pdf · sebuah...

33
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Transcript of Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1294/5/BAB IV.pdf · sebuah...

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

BAB IV

TEKNIS DAN PEMBAHASAN

A. Langkah-Langkah Pembuatan Film Dokumenter Investigasi

Film yang dibuat penulis merupakan film yang bertemakan Tipografi yang ada di

jalan sebagai unsure media promosi. Dalam film ini penulis menceritakan

bagaimana keadaan sebenarnya Tipografi di tengah masyarakat Jakarta dan

sekitarnya. Hal ini kaitannya terhadap media promosi di jalan. Penulis juga

memasukkan beberapa wawancara dengan narasumber, sebagai sumber berita

yang menjelaskan tentang Tipografi dan keadaannya di Jakarta dan sekitarnya.

Berikut merupakan langkah-langkah pembuatan film documenter dari awal

hingga akhirnya:

1. Pra Produksi

Dalam pra produksi, penulis melakukan beberapa tahapan. Tahapan yang

dilakukan penulis merupakan sebuah jabaran untuk melakukan persiapan sebelum

melakukan produksi film dokumenter investigasi. Pada pembuatan film

dokumenter investigasi tentang Tipografi sebagai unsur dalam media luar ruang di

jalan, penulis menempatkan diri sebagai orang yang membuat film dokumenter

investigasi secara keseluruhan.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang dilakukan penulis dalam proses pra

produksi:

a. Brain Storming

Sebagai langkah awal penulis melakukan brain storming terhadap apa yang

ingin dibuat. Dalam hal ini penulis ingin membuat film documenter tentang

Tipografi. Penulis melakukan beberapa hal dalam rangka brain storming.

Berikut yang dilakukan penulis:

(1) Menonton video documenter di www.vimeo.com.

(2) Mencari tahu tentang Tipografi secara garis besar di www.

Typographyserved.com.

Brain storming yang penulis lakukan mempengaruhi terhadap konsep yang ingin

dibuat. Berikut gambaran dari brain storming yang dilakukan penulis dalam

bentuk mind map.

Gambar 4.1 Mind Map

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

b.Konsep

Dari brain storming yang dilakukan, penulis mencoba menuangkan apa yang

dipikirkan tentang film dokumenter investigasi yang akan dibuat dalam sebuah

kerangka tulisan. Hal yang dilakukan penulis bertujuan agar penulis mendapatkan

gambaran terhadap apa yang akan dibuatnya.

Berikut merupakan konsep awal yang dibuat penulis:

Film dokumenter tentang Tipografi, membahas segala hal tentang

Tipografi. Tipografi merupakan pembelajaran jenis huruf dan

pengaplikasian terhadap suatu pesan yang ingin disampaikan.

Tipografi yang dibahas di sini berkaitan dengan media luar ruang di

jalan.Tipografi yang tepat akan membuat pesan sampai dengan jelas

dan penonton film akan mengerti bahwa Tipografi sangat penting.

Penulis juga melakukan hal lain yaitu menguji konsep yang dipikirkan

mengenai film dokumenter investigasi yang akan dibuatnya dengan menjawab

sebuah pertanyaan, Apa tujuan dari pembuatan film dokumenter investigasi yang

akan dibuat? Dengan pertanyaan tersebut memberikan arah yang jelas kepada

penulis terhadap konsep yang akan dibuat dalam film dokumenter investigasi.

Dalam pencarian konsep, kesulitan yang dirasakan penulis sebatas

memikirkan tujuan dari konsep yang telah dipikirkannya, yaitu

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

mendokumentasikan Tipografi sebagai unsur dalam media promosi di jalan

dengan film dokumenter investigasi.

c. Penelitian Konsep

Konsep yang telah dipikirkan penulis sebelumnya merupakan ide awal untuk

membuat sebuah perencanaan dalam membuat film dokumenter investigasi.

Untuk menguatkan konsep yang dipikirkan penulis, penulis melakukan sebuah

penelitian terhadap konsep yang akan dibuatnya menjadi sebuah film dokumenter

investigasi.

Berikut merupakan langkah penulis dalam melakukan penelitian:

(1) Membaca buku dan artikel

Pembacaan buku dan artikel yang dilakukan penulis, dilakukan untuk

memperbanyak pengetahuan tentang konsep yang akan dibuat film dokumenter

investigasi. Penulis melakukan penelitian dengan membaca beberapa artikel di

internet seputar Tipografi sebagai unsur dalam media promosi di jalan. Selain itu

penulis juga melakukan pembacaan terhadap beberapa buku. Buku yang

didapatkan berasal dari buku yang dibeli sendiri oleh penulis dan juga buku yang

berasal dari pinjaman perpustakaan kampus. Dari beberapa buku yang dibaca

penulis, banyak ilmu atau argumen yang berasal dari buku yang dijadikan acuan

untuk melakukan pembuatan film dokumenter investigasi.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

(2) Mencari pendapat orang tentang Tipografi jalanan

Selain membaca buku dan artikel. Berbicara dengan orang lain atau langsung

mewawancara orang lain merupakan hal yang sangat menunjang dalam pencarian

data yang akan menguatkan konsep yang dipikirkan penulis. Penulis mencari

pendapat orang tentang Tipografi dengan berbicara kepada orang lain. Responden

yang menjadi target penulis berjumlah dua puluh orang. Dari dua puluh orang

tersebut penulis mengelompokkan menjadi tiga segmen. Segmen yang pertama

adalah pelajar yaitu anak SMP dan SMA. Segmen yang kedua adalah mahasiswa.

Dan segmen yang ketiga adalah para pekerja. Penulis memilih responden secara

acak di daerah yang berbeda-beda. Pembicaraan yang dilakukan penulis dilakukan

untuk memperluas wawasan penulis akan konsep yang akan dibuatnya. Penulis

juga melakukan pencarian data dengan melakukan wawancara, bedanya dengan

melakukan pembicaraan kepada orang lain, penulis di sini menyusun sebuah

pertanyaan singkat terhadap orang-orang yang secara rutin melewati jalan umum

sehingga terekspos oleh Tipografi jalanan.

Berikut adalah pertanyaan wawancara yang disusun penulis:

(1) Apakah Anda mengetahui tentang Tipografi?

Dalam pertanyaan ini hampir semua responden menjawab tidak

mengetahui tentang Tipografi. Hanya lima orang saja yang

mengetahui tentang Tipoografi.

(2) Apabila Anda diberitahu tentang Tipografi, apakah Anda ingin

mempelajarinya?

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

Pada pertanyaan ini banyak responden yang ingin mempelajari

tentang Tipografi setelah mengetahuinya dan begitu juga yang

sudah tahu tentang Tipografi. Hanya beberapa responden saja yang

tidak tertarik mempelajari tentang Tipografi yaitu, empat orang

diantaranya dua orang mengetahui Tipografi dan dua orang tidak

mengetahui Tipografi.

(3) Apakah Anda sering memperhatikan media di jalan seperti papan promosi

dan poster? Menurut Anda, adakah hubungannya dengan Tipografi?

Pada pertanyaan ini, semua responden menjawab memperhatikan. Namun

cara memperhatikan responden ada bermacam-macam ada yang

memperhatikan terhadap konten yang disajikan dan ada yang

memperhatikan terhadap desain dari media tersebut. Tetapi secara

keseluruhan responden memperhatikan media yang ada di jalan.

Dari prtanyaan di atas dan hasil dari jawaban para responden yang berjumlah

dua puluh orang dapat disimpulkan bahwa banyak orang yang tidak tahu

Tipografi tetapi mereka tertarik. Selain itu ada juga orang yang tahu tetapi

sebagian tidak tertarik. Orang yang tidak tahu dan tidak tertarik hanya sedikit.

Dari kalangan pelajar, semua responden (lima orang) tidak mengetahui Tipografi

tetapi semua tertarik dengan Tipografi. Dari kalangan mahasiswa (delapan orang),

tiga orang tidak mengetahui Tipografi dan lima orang mengetahui Tipografi.

Walaupun demikian semua responden mahasiswa tertarik dengan Tipografi.

Untuk kalangan pekerja (tujuh orang), lima orang tidak mengetahui Tipografi dan

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

dua orang mengetahui Tipografi. Dari lima orang yang tidak mengetahui

Tipografi, dua orang tidak tertarik Tipografi dan tiga orang tertarik. Dua orang

yang mengetahui Tipografi, tidak tertarik dengan Tipografi.

Tabel yang dibuat penulis berikut merupakan kesimpulan dari pertanyaan dan

jawaban di atas.

Tabel 4.1 Tabel kesimpulan hasil pertanyaan

d. Treatment, Naskah dan Pengoreksian

Konsep yang telah dipikirkan oleh penulis, selanjutnya dikembangkan

menjadi sebuah treatment. Treatment dibuat penulis agar penulis mendapat

gambaran lebih jelas tentang film dokumenter investigasi yang akan dibuatnya.

Dalam pembuatan treatment, penulis memasukkan beberapa hal sebagai acuan.

Penjabaran berbagai hal yang dimasukkan penulis dalam treatment mencangkup

isi dan cara pencapaiannya. Treatment yang dibuat penulis bukan merupakan

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

suatu yang mutlak, melainkan dapat berkembang sesuai dengan keadaan yang ada

di lapangan.

Berikut ini merupakan treatment yang dibuat oleh penulis:

(1) Apa itu Tipografi

o Wawawancara narasumber ahli Tipografi

o Footage jalan yang terdapat media promosi.

(2) Bagaimana penerapan Tipografi yang tepat

o Wawancara narasumber ahli Tipografi

o Footage pengajaran atau tutorial yang dilakukan

narasumber terhadap penerapan tipografi.

(3) Tipografi yang tepat akan membuat pesan sampai dengan jelas

o Wawancara narasumber ahli Tipografi

o Wawancara narasumber awam tipografi

Penulis hanya membuat naskah untuk proses editing saja dan tidak pada

proses pengambilan gambar atau proses pemberian narasi. Pembuatan naskah

untuk proses editing mengacu pada garis besar cerita pada treatment yang dibuat.

Langkah selanjutnya, penulis meninjau ulang naskah editing untuk memastikan

bahwa naskah tersebut tidak melenceng jauh dari treatment.

e. Anggaran

Anggaran dibuat berdasarkan treatment. Dengan mengacu pada treatment,

penulis dapat memperkirakan segala sesuatunya yang berhubungan dengan

persiapan pembuatan film dokumenter investigasi, antara lain: lama waktu

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

pembuatan film, peralatan yang dibutuhkan, jumlah crew dan lokasi yang tepat

untuk pengambilan gambar.

Pembuatan anggaran yang dibuat penulis, berguna untuk menekan pemakaian

uang sehingga terpakai dengan tujuan yang jelas. Dalam penganggaran dana yang

dilakukan, penulis menyisihkan beberapa alokasi dana terhadap hal yang tidak

terduga.

f. Adaptasi dan Survei Tempat

Penulis melakukan adaptasi dan survei tempat tidak secara khusus dilakukan

dalam satu hari atau beberapa hari. Minimnya keuangan yang dialami penulis

menjadi alasan utama. Selain itu tempat yang menjadi rekomendasi penulis dalam

pengambilan gambar merupakan daerah yang pernah dikunjungi dan sering

dilewati penulis ketika berkendaraan. Survei yang dilakukan penulis hanya

mengacu pada pengalaman yang dialami penulis terhadap tempat-tempat tersebut.

Begitu juga dengan adaptasi tempat pengambilan gambar. Adaptasi yang

dilakukan penulis juga mengacu pada pengalaman yang dialami penulis.

Tempat-tempat yang digunakan penulis dalam pengambilan gambar

merupakan tempat yang tidak asing di daerah Jakarta dan sekitarnya. Berikut

merupakan daftar tempat yang direkomendasi penulis:

Bumi Serpong Damai (BSD), Fatmawati, Bintaro, Ciledug, Kemang dan

Kawasan Kota Tua.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

g. Pemilihan Narasumber

Pemilihan narasumber ahli maupun awam yang dilakukan penulis tidak

begitu sulit. Hal tersebut disebabkan Narasumber yang dipilih penulis merupakan

relasi penulis. Demikian juga pendekatan penulis terhadap calon narasumber,

penulis hanya menghubungi dan menemui orang-orang yang merupakan calon

narasumber dan melakukan kesepakatan untuk menjadi narasumber dalam movie

dokumenter investigasi yang dibuat penulis.

Narasumber ahli yang dipilih penulis merupakan orang yang ahli dalam

bidang Tipografi. Penulis memilih dua orang narasumber ahli dalam bidang

Tipografi dengan maksud sebagai komparasi antara kedua pendapat ahli. Kedua

orang yang dipilih penulis adalah Christo Wahyudi dan Surianto Rustan. Kristo

Wahyudi merupakan salah satu type founder (pembuat huruf) di Indonesia. Selain

itu Kristo Wahyudi juga merupakan freelance graphic designer dan dosen di

beberapa universitas. Sedangkan Surianto Rustan merupakan penulis buku tentang

desain grafis. Sampai saat ini, buku yang telah ditulisnya berjumlah tiga yang

semuanya tentang desain grafis, dan salah satu bukunya membahas tentang

Tipografi. Surianto Rustan merupakan seorang dosen dan juga seorang freelance

graphic designer.

Narasumber awam yang dipilih penulis merupakan para pedagang dan

pengguna media luar ruang yang berada di sekitar tempat penulis beraktifitas.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

Gambar 4.2 Narasumber ahli: Kristo Wahyudi

Gambar 4.3 Narasumber ahli: Suryanto Rustan

h. Menyusun Jadwal

Penulis melakukan penyususnan jadwal terhadap proses pembuatan film

dokumenter investigasi yang dibuatnya. Penulis melakukan penyusunan jadwal

dalam rangka mengatur waktu dalam proses pembuatan film dokumenter

investigasi. Penyusunan jadwal yang dilakukan penulis hanyalah penyusunan

terhadap hal yang merupakan penting dalam pembuatan film dokumenter

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

investigasi. Dalam penyusunan jadwal, penulis tidak menyisihkan waktu untuk

waktu cadangan terhadap segala sesuatu yang terjadi tidak terduga.

Penyusunan jadwal yang dilakukan penulis disertakan tentang informasi yang

berhubungan dalam proses pembuatan film dokumenter investigasi.

i. Pembentukkan crew

Dalam membuat sebuah film dokumenter pembuat flm bisa bekerja dengan

crew atau bekerja sendiri. Penulis bekerja sendiri karena lebih praktis dalam

pengaturan jadwal. Jadi penulis mengerjakan semua langkah pembuatan kecuali

beberapa pekerjaan dibantu oleh beberapa teman.

j. Menyiapkan Peralatan

Pebuatan film dokumenter investigasi yang dibuat penulis, tidak akan

berjalan apabila tidak ada atau kurangnya perlengkapan peralatan. Pada hal ini

penulis tidak meminjam atau menyewa peralatan yang dibutuhkan. Peralatan yang

diperlukan merupakan peralatan yang dipunyai oleh penulis sendiri.Peralatan

yang dimiliki penulis dirasa cukup memadai dalam produksi sebuah film

dokumenter investigasi.

Berikut peralatan yang dipakai penulis dalam pembuatan video dokumenter

investigasi:

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

1) Kamera Canon EOS 550D, sebagai alat rekam.

Gambar 4.4 Kamera Canon EOS 550D

2) Lensa Canon 18-55mm f/ 3.5, sebagai alat untuk mengambil gambar

sedikit wide.

Gambar 4.5 Lensa Canon 18-55mm f/ 3.5 & Lensa Canon 50mm f/1.8

3) Lensa Thamron 17-50mm f/ 2.8, sebagai alat untuk mengambil gambar

lebih wide dan close up.

Gambar 4.6 Lensa Thamron 17-50mm f/ 2.8

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

4) Tripod , sebagai penyanggah kamera saat wawancara agar kamera tidak

goyang.

Gambar 4.7 Tripod

5) Monopod, sebagai penyanggah kamera saat pengambilan gambar di

lapangan dan mengurangi goyangan kamera.

Gambar 4.8 Monopod

6) Condenser Mic dan Converter, sebagai alat bantu rekam suara pada saat

pengambilan gambar wawancara agar suara terekam lebih jelas.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

Gambar 4.9 Condenser Mic dan Converter

7) Dua buah SanDisk Ultra 8 GB Micro SD, sebagai media penyimpanan

data pada kamera.

Gambar 4.10 SanDisk Ultra 8 GB Micro SD

8) Card reader, sebagai alat untuk memindahkan data dari micro SD ke

laptop.

Gambar 4.11 Card reader

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

9) Everbrait lighting, sebagai penerang saat pengambilan gambar.

Gambar 4.12 Everbrait lighting

10) MacBook White, sebagai media untuk mengerjakan editing.

11) Seagate Hardisk 500GB, sebagai media untuk menyimpan penduplikasian

data footage.

Gambar 4.13 MacBook White& Seagate Hardisk 500GB

12) Earphone, sebagai alat untuk mendengarkan suara pada saat editing agar

lebih jelas.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

Gambar 4.14 Earphone

13) Software Garage Band, sebagai Software untuk membuat musik dan suara.

14) SoftwareAdobe Photoshop CS4, sebagai Software untuk membuat bumper

dan lower third.

15) Software Adobe Illustrator CS3, sebagai Software untuk membuat bumper

dan lower third.

16) Software Adobe After Effect CS3, sebagai Software untuk membuat

bumper dan lower third.

17) Software Adobe Premier Pro CS3, sebagai Software untuk editing.

Gambar 4.15 Software Adobe Premier Pro CS3, Software Adobe After Effect CS3,

SoftwareAdobe Photoshop CS4, Software Adobe Illustrator CS3,

Software Garage Band

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

2. Produksi

Produksi merupakan langkah lanjut yang dilakukan penulis setelah

mempersiapkan semuanya dalam proses pra produksi. Dalam proses produksi,

penulis merealisasikan apa yang telah dibuat dalam pra produksi. Tidak sedikit

proses yang sudah dibuat dalam pra produksi tidak direalisasikan dengan baik

dalam produksi. Berikut proses-proses yang dilalui dalam produksi ini.

a. Pengambilan gambar

Pengambilan gambar merupakan porses pengambilan footage yang nantinya

akan diolah menjadi sebuah film. Penulis dalam proses ini, melakukannya secara

sendiri. Acuan yang dipakai penulis dalam melakukan pengambilan gambar ialah

treatment yang telah dibuat. Pengambilan gambar dengan mengacu pada

treatment merupakan suatu yang bebas menurut penulis. Beda dengan

pengambilan gambar yang mengacu pada naskah pengambilan gambar yang

terkesan sudah pasti. Dengan treatment yang ada, penulis dapat menggali lebih

dalam shot-shot yang ada, asalkan masih ada kaitannya dengan treatment yang

dibuat penulis. Hal tersebut memacu penulis membuat cukup banyak stok footage

yang nantinya berguna dalam proses editing.

Dalam melakukan pengambilan gambar, penulis menggunakan kamera DSLR

EOS Canon 550D dengan lensa Canon fix 50mm f/1.8, lensa Canon kid 18-55mm

f/3.5, lensa Thamron wide 17-50mm f/2.8. Kamera DSLR 550D dipilih penulis

karena dalam pengoperasiannya tidak susah dan tidak memakan banyak biaya

dibanding dengan kamera film atau kamera video yang membutuhkan kaset.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

Kamera DSLR EOS Canon 550D dengan bentuknya yang mudah digenggam dan

berukuran kecil membuat kamera DSLR EOS Canon 550D praktis dalam

penggunaannya saat pengambilan gambar. Selain itu kualitas gambar yang

dihasilkan oleh kamera ini adalah format full HD, sehingga kualitas video yang

dihasilkan merupakan video yang bagus.

Sebelum mengambil gambar pada suatu tempat, penulis melakukan adaptasi

tempat secara cepat untuk memikirkan tehnik pengambilan gambar apa saja yang

mungkin untuk dilakukan. Dalam pengambilan gambar penulis memperhatikan

tentang gelap terang gambar, fokus atau tidaknya gambar dan pergerakkan lensa.

Apabila dalam pengambilan gambar terdapat hal tersebut maka penulis akan

melakukan pengambilan gambar ulang hingga mendapat yang terbaik. Yang

menjadi kendala penulis dalam proses pengambilan gambar, terdapat footage yang

goyang. Hal ini dsebabkan penulis tidak memakai alat steady cam dalam

mengambil gambar di luar ruangan.

Pengambilan gambar juga dilakukan penulis terhadap wawancara

narasumber. Pengambilan gambar terhadap wawancara narasumber, penulis

menggunakan tripod agar gambar tetap diam, dan menggunakan mic eksternal

untuk merekam suara agar lebih jelas. Dalam pengambilan gambar ini, penulis

memperhatikan cara pandang narasumber. Penulis berusaha untuk narasumber

tidak langsung melihat pada kamera, tapi terhadap orang yang mewawancarainya.

Hal ini dilakukan agar pada saat film sudah jadi lalu ditonton, footage wawancara

dapat nyaman dilihat, dan penonton pun tidak merasa tersudutkan dengan tatapan

yang dilakukan narasumber secara langsung.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

Kesulitan yang dialami penulis pada saat pengambilan gambar cukup banyak.

Salah satunya adalah karena hanya sendiri, maka penulis harus bekerja lebih

maksimal untuk menghasilkan footage yang bagus. Disamping itu, kendala

menyamakan jadwal terhadap narasumber yang belum pasti, sehingga membuat

pengambilan gambar yang lain menjadi terbengkelai. Kendala soal cahaya pun

dialami penulis apabila melakukan pengambilan gambar pada malam hari.

Lighting yang kurang terang dan baterai yang cepat habis menjadi kendalnya.

Penulis dalam hal ini hanya mengandalkan terhadap lensa yang memiliki bukaan

besar deng f/2.8 dan f/1.8.

b. Pemindahan Data Hasil Pengambilan Gambar

Penulis berpendapat bahwa proses pemindahan data sangat penting untuk

dilakukan. Penulis dalam proses pengambilan gambar menggunakan kamera

Canon EOS DSLR 550D. Hal ini membuat penulis untuk selalu melakukan

pemindahan data setiap sesudah melakukan pengambilan gambar. Bukan hanya

memindahkan data, penulis juga melakukan duplikasi data untuk mewaspadai

segala sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Penyimpanan data yang dilakukan

penulis dibedakan sesuai dengan tempat atau jenis pengambilan gambarnya agar

dalam proses editing, footage yang sudah tersimpan mudah untuk dicari.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

3. Paska Produksi

Penulis selanjutnya melakukan proses paska produksi. Menurut penulis dalam

proses ini adalah proses pengolahan dan pengemasan film sehingga dapat terlihat

menarik. Dalam proses ini footage atau data pengambilan gambar yang telah

didapat merupakan bahan mentah yang nantinya diolah dan dikemas. Pengolahan

dan pengemasan dibagi dalam beberapa proses.

a. Melihat, mencatat dan memilih footage yang ada

Proses ini menurut penulis adalah proses penyaringan bahan-bahan yang telah

diambil. Dalam proses ini footage yang masuk dalam kriteria merupakan footage

yang layak masuk proses selanjutnya. Kriteria dalam pemilihan footage yang ada

ini, mengacu pada naskah proses editing. Dalam proses ini menurut penulis

pencatatan footage yang ada berdasarkan nama footage dan timelinenya sangat

penting dalam pencarian footage dan ini sangat berguna dalam proses editing.

b. Editing

Setelah mendapatkan footage-footage yang ada, penulis melakukan proses

editing untuk menyusun footage-footage yang ada menjadi satu film dokumenter

investigasi yang utuh. Acuan dalam penulis melakukan editing adalah naskah

editing. Pada proses ini, penulis menggunakan software Adobe Premer Pro CS3.

Dengan menggunakan sofware tersebut, membuat penulis cukup mudah dalam

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

melakukan editing. Hanya sayangnya dalam software ini harus menyertakan plug

in untuk mengatur warna dalam proses editing dan plug in tersebut menurut

penulis susah untuk didapat.

Untuk masalah editing, walaupun penulis melakukan editing sendiri, penulis

juga meminta bantuan orang lain dalam proses ini. Hal ini dilakukan penulis

untuk mempercepat waktu editing sehingga film dokumenter investigasi yang

dibuat penulis cepat terselesaikan.

Dalam membentuk alur cerita penulis mengacu kepada naskah editing saja.

Naskah editing yang dibuat penulis menjabarkan gambaran tentang bagian-bagian

film dengan pembahasannya sesuai dengan dasar film dokumenter.

Pada scene pertama, penulis menunjukkan fakta keadaan di Jakarta dan

sekitarnya dengan media promosi luar ruang yang ada. Scene kedua penulis

mengevaluasi tentang definisi Tipografi melalui wawancara narasumber.Dalam

scene ketiga penulis membahas tentang fakta perkembangan Tipografi di

Indonesia yang tidak merata melalui wawancara narasumber. Pengevaluasian

tentang penyebab perkembangan Tipografi yang tidak merata, dibahas oleh

penulis pada scene empat melalui wawancara narasumber. Pada scene lima,

berisikan tentang evaluasi dari dampak perkembangan Tipografi yang tidak

merata terhadap media promosi luar ruang yang ada melalui wawancara

narasumber dan footage yang ada. Pada scene enam penulis membahas evaluasi

terhadap pentingnya Tipografi bagi media promosi luar ruang dan bagaimana

penerapan Tipografi yang benar. Scene tujuh masih mengevaluasi tentang cara

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

menerapkan Tipografi dalam sebuah desain yang kaitannya terhadap media

promosi luar ruang. Scene delapan membahas tentang kesimpulan dari scene-

scene sebelumnya, yaitu jika masyarakat peduli dengan Tipografi akan

mendukung media promosi luar ruang dalam rangka penyampaian pesannya.

Hal tersebut merupakan apa yang dibahas oleh penulis secara garis besar

cerita, tentang fakta Tipografi yang ada di masyarakat. Hal tersebut juga

menunjukkan isi film yang merupakan pembahasan fakta tentang Tipografi dan

pengevaluasiannya serta penarikkan kesimpulan dari fakta-fakta yang ada.

Berikut merupakan naskah editing yang dibuat penulis;

(1) Scene Satu

Dalam scene pertama penulis menunjukkan keadaan Kota Jakarta dan

sekitarnya yang ramai penduduk, kendaraan dan media luar ruang di jalan.

Selain itu penulis juga mau menyampaikan media luar ruang sangatlah akrab

bagi masyarakat atau penduduk yang melintas di jalanan. Scene satu merupakan

fakta yang ada tentang kota Jakarta dan Tipografi.

Berikut merupakan data gambar atau footage yang dimasukkan dalam scene

pertama oleh penulis;

(a) Footage establishing shot keramaian kawasan Kota Tua.

(b) Footage close up beberapa media luar ruang yang ada di Jakarta

dan sekitarnya.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

(c) Footage ramainya kendaraan yang melewati jalanan di Jakarta.

(2) Scene Dua

Scene dua penulis menjelaskan apa itu Tipografi lewat wawancara yang

dilakukan terhadap narasumber yang telah ditunjuk. Definisi tentang Tipografi

yang disampaikan dalam film merupakan definisi yang berbeda dari dua

narasumber. Tetapi penulis membuat definisi tersebut saling melengkapinya.

Dalam scene dua, merupakan evaluasi dari apa itu Tipografi yang kaitannya

dengan media promosi di jalan.

Berikut data gambar atau footage yang dimasukkan dalam scene dua yan

dilakukan penulis;

(a) Footage medium shot wawancara terhadap Surianto Rustan-

mengenai definisi tentang Tipografi.

(b) Footage long shot terhadap salah satu media yang ada di jalan.

(c) Footage close up media yang ada di jalan sebagai deitail.

(d) Footage medium shot wawancara terhadap Christo Wahyudi

mengenai definisi tentang Tipografi.

(3) Scene Tiga

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

Scene tiga berbicara tentang perkembangan Tipografi yang terdapat di

Indonesia khususnya Jakarta dan sekitarnya. Dalam scene ini penulis

menunjukkan bahwa Tipografi belum sangat berkembang di Indonesia dengan

menampilkan wawancara terhadap Christo Wahyudi. Dalam scene tiga,

merupakan fakta yang ada tentang masyarakat Indonesia yang kurang mengerti

tentang Tipografi.

Berikut data gambar atau footage yang dimasukkan dalam scene tiga;

(a) Footage high angle jalanan besar yang terdapat media luar ruang

jalanan.

(b) Footage medium shoot wawancara terhadap Christo Wahyudi

tentang perkembangan Tipografi di Indoesia.

(c) Footage long shoot media luar jalanan yang keadaannya

memprihatinkan.

(d) Footage close up media luar ruang jalanan sebagai detail.

(4) Scene Empat

Scene empat menunjukkan apa yang terjadi di Indonesia khususnya Jakarta

dan sekitarnya terhadap Tipografi sebagai unsur dalam media luar ruang di jalan.

Dalam scene ini, penulis lebih mengevaluasi tentang pengaruh dari perkembangan

Tipografi di Indonesia terhadap media promosi di jalan.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

Narasumber menyatakan bahwa pengetahuan yang kurang terhadap Tipografi

mengakibatkan perlakuan yang kurang baik terhadap media luar ruang di jalan.

Berikut merupakan data gambar atau footage yang dimasukkan dalam scene

empat;

(a) Footage close up panning kanan tulisan yang terdapat pada salah

satu media luar ruang di jalan.

(b) Footage close up panning kiri terhadap papan media luar ruang

yang sama sebagai detail.

(c) Footage medium shot wawancara Surianto Rustan tentang masalah

yang ada.

(d) Footage medium shot media luar ruang jalanan.

(e) Footage medium shot wawancara Surianto Rustan tentang

kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap Tipografi, sehingga

timbul tindakan yang kurang baik terhadap media luar ruang di

jalan.

(f) Footage medium shot papan pinggir jalan yang sembarangan.

(g) Footage medium shot wawancara Christo Wahyudi tentang

masalah tentang pendidikan yang mempengaruhi Tipografi di

Indonesia.

(h) Footage close up media luar ruang di jalan yang kecil.

(i) Footage long shot papan tambal ban media luar ruang jalanan.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

(5) Scene Lima

Dalam scene lima, penulis menunjukkan efek yang timbul terhadap Media

luar ruang jalanan akibat efek dari pengetahuan Tipografi yang kurang.

Surianto Rustan sebagai narasumber mengevaluasi bahwa efek yang terjadi

terhadap media luar ruang di jalan adalah masyarakat semakin membiarkan atau

masa bodo terhadap tulisan yang terpampang di media luar ruang. Dan kesalahan-

kesalahan dalam penulisan makin banyak terjadi.

Berikut ini data gambar atau footage yang digunakan dalam scene lima;

(a) Footage panning long shot suasana pinggir jalan dengan

banyaknya media luar ruang yang terdapat di jalan.

(b) Footage medium shot wawancara Surianto Rustan tentang efek

yang ditimbulkan dari masalah yang terjadi.

(6) Scene enam

Dalam scene ini penulis menunjukkan fakta pentingnya Tipografi dan

bagaimana Tipografi yang seharusnya lewat wawancara terhadap Surianto Rustan.

Berikut ini data gambar atau footage yang dimasukkan dalam scene enam:

(a) Footage medium shot tulisan tambal ban.

(b) Footage establishing shot suatu jalan yang terdapat media luar

ruang jalanan.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

(c) Footage medium shot wawancara Surianto Rustan tentang

pentingnya Tipografi di dalam masyarakat dan bagaimana

Tipografi yang baik.

(d) Footage close up wawancara Christo Wahyudi tentang peranan

Tipografi.

(e) Footage medium shoot tulisan Pijat urut

(f) Footage medium shoot tulisan terapi batu ceragem

(g) Footage medium shoot papan tulisan cuci sofa

(h) Footage Medium shoot papan tulisan obat perkasa

(i) Footage medium shoot papan raja kepiting

(j) Footage long shoot out focus to focus papan seafood

(7) Scene Tujuh

Dalam scene tujuh penulis menunjukkan cara menerapkan Tipografi yang

efektif. Scene ini merupakan evaluasi dari scene sebelumnya. Dalam scene ini

Christo Wahyudi memberikan demo cara untuk menuliskan huruf yang baik, serta

penerapannya terhadap media luar ruang.

Berikut ini data gabar atau footage yang dimasukkan dalam scene tujuh;

(a) Footage establishing shoot sore hari menjelang malam.

(b) Footage medium shoot lampu yang menyala.

(c) Footage medium shoot papan tulisan londre.

(d) Footage close up muka Christo Wahyudi dari samping.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

(e) Footage close up tangan Christo Wahyudi yang sedang mengklik

mouse.

(f) Footage close up monitor komputer .

(g) Footage open shoulder Christo Wahyudi sedang menghadap ke

monitor komputer.

(h) Footage medium shoot Christo Wahyudi sedang di depan

Komputer.

(8) Scene delapan

Dalam scene delapan penulis menunjukkan konklusi dari apa yang dibahas

dalam scene-scene sebelumnya. Dalam scene delapan diperlihatkan wawancara

narasumber dan beberapa lokasi yang menunjukkan beberapa media luar ruang.

Berikut merupakan footage-footage yang dipakai dalam scene delapan:

(a) Footage wawancara dengan Surianto Rustan dengan membahas

apa yang terjadi jika semua orang peduli dengan Tipografi.

(b) Footage wawancara dengan Christo Wahyudi mengenai apa yang

terjadi jika semua orang peduli dengan Tipografi.

(c) Footage establishing shot jalanan yang terdapat media luar ruang.

(d) Footage orang-orang di jalan dan close up media luar ruang.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

Naskah editing tersebut berguna untuk membangun cerita. Cerita yang dibuat

penulis tentunya mengandung fakta tentang Tipografi, mengkomunikasikan

tentang Tipografi, dan itu semua dituangkan penulis lewat footage yang disusun

sesuai dengan naskah editing.

c. Memberi text, musik dan narasi

Footage yang sudah menjadi satu kesatuan, oleh penulis dimasukkan suara

dan musik yang diperlukan. Dalam proses ini, musik dan suara yang dimasukkan

oleh penulis dalam film dokumenter investigasi dibantu oleh orang lain. Kurang

begitu mengertinya penulis akan dunia musik yang memaksa penulis untuk

meminta bantuan terhadap orang lain. Posisi penulis dalam memasukkan suara

dan musik adalah sebagai pengarah musik dan suara yang ingin dimasukkan mau

seperti apa. Dalam penggarapan musik dan suara, penulis lebih membuat musik

dan suara instrumen daripada membuat sebuah lagu dengan lirik. Pembuatan

musik dan suara dilakukan dengan menggunakan software Garage Band. Menurut

penulis software tersebut merupakan software yang simpel dan mudah digunakan

dalam membuat sebuah musik dan suara.

Penulis dalam pembuatan film dokumenter investigasi ini juga melakukan

pemberian teks terhadap film. Teks yang diberikan mencangkup bumper bagian

sebelum film dimulai, lower third yaitu bagian penjelasan terhadap siapa

narasumber yang berbicara dan credit title yaitu bagian akhir film. Penulis

membuat semuanya ini sendiri. Penulis membuat teks-teks tersebut menggunakan

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

software Adobe After Effect CS3, Adobe Illustrator CS3 dan Adobe Photoshop

CS4.

Dalam pembuatan film ini penulis tidak memasukkan narasi, karena menurut

penulis dalam film yang dibuatnya narasi kurang diperlukan. Kesulitan yang

dihadapi penulis dalam proses ini adalah dalam hal pencarian ide dalam membuat

bumper teks dan lower third. Menurut penulis dalam pembuatan bumper dan

lower third harus dibuat menarik sehingga dibutuhkan ide yang baik untuk

membuatnya.

d. Menyelesaikan video dalam format akhir

Setelah semua jadi dalam satu kesatuan, penulis mulai mencetaknya dalam

satu kesatuan film dan dalam satu format. Menurut penulis dalam proses ini,

sebaiknya mencetak lebih dari satu format sesuai dengan keperluan yang berbeda-

beda dalam segi penayangannya. Pemilihan format merupakan suatu yang kecil

tapi menurut penulis ini sangat penting. Apabila ada kesalahan format dalam

pencetakannya akan berpengaruh dalam penayangan videonya.

Dalam hasil akhir movie berupa DVD untuk memudahkan proses pemutaran.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012

e. Distribusi

Distribusi sebuah film yang sudah jadi harus dilakukan, agar film yang jadi

dapat dilihat oleh penonton. Dalam pendistribusian hasil film yang dilakukan

penulis, penulis tidak melakukan pendistribusian secara besar, tetapi hanya

sekedar untuk keperluan peilaian tugas akhir saja.

Pesan Jalanan ..., Duta Ari Wibowo, FSD UMN, 2012