Limfadenitis_Tuberkulosis

download Limfadenitis_Tuberkulosis

of 12

Transcript of Limfadenitis_Tuberkulosis

  • 7/29/2019 Limfadenitis_Tuberkulosis

    1/12

    Limfadenitis Tuberkulosis

    Kelenjar getah bening termasuk dalam susunan retikuloendotel, yang tersebar di seluruh

    tubuh. Mempunyai fungsi penting berupa barier atau filter terhadap kuman kuman / bakteri

    bakteri yang masuk kedalam badan dan barier pula untuk sel sel tumor ganas ( kanker )

    (1). Disamping itu bertugas pula untuk membentuk sel sel limfosit darah tepi.

    Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah besar di Indonesia. Prevalensinya

    mencapai 0,29% dan merupakan penyebab kematian nomor 3. (2). Indonesia merupakan

    penyumbang kasus TB nomor 3 terbesar di dunia. Di perkirakan, masalah TB yang

    belum juga berakhir ini terjadi karena basil tuberkulosis resisten yang telah menyebar ke

    seluruh wilayah Indonesia. Mungkin pula karena adanya infeksi ganda spesies basil

    mikobakteria, misalnya infeksi basil M. atipik bersama-sama dengan M. tuberkulosis terjadi

    pada satu penderita TB. Atau, bahkan infeksi ganda antara satu spesies M. atipik dengan

    spesies M. atipik lainnya pada satu penderita TB.

    Tuberkulosis dikenal sejak 1000 tahun sebelum Masehi seperti yang tertulis dalam

    kepustakaan Sanskrit kuno. Nama tuberculosis berasal dari kata tuberculum yang berarti

    benjolan kecil yang merupakan gambaran patologik khas pada penyakit ini.

    Hippocrates (460-377 SM) telah menuliskan gejala klinik penyakit ini dan menyebutkan

    sebagai fisis. Ia mengenal bentuk akut dan bentuk kronik. Selama bertahun-tahun bentuk tbc

    kronik dianggap sebagai penyakit turunan, berbeda halnya dengan bentuk akut pada anak.

    Baru pada 1891 Laennce mengemukakan bahwa kedua bentuk tersebut merupakan penyakit

    yang sama dengan gambaran klinik yang berbeda, padahal Koch sudah pada tahun 1882

    menemukan basil tuberkulosis sebagai penyebab penyakit ini. Kejadian penyakit tuberkulosis

    menurun sejak tahun 1900, bersamaan dengan membaiknya perumahan, gizi dan tingkat

    hidup masyarakat dan semakin turun sejak ditemukannya antituberkulosis. Berbeda dengan

    epidemi tuberkulosis masa lalu, saat ini terjadi epidemi tuberkulosis pada penyandang infeksiHIV. Sekitar 40% penyandang HIV positif di dunia menderita tuberkulosis.(3). Kuman

    penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga

    mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Basil ini sukar

    diwarnai, tetapi berbeda dengan basil lain, setelah diwarnai tidak dapat dibersihkan lagi dari

    fuchsin atau metileenblauy oleh cairan asam sehingga biasanya disebut basil tahan asam

    (BTA). Pewarnaan Ziehl Neelsen biasanya dipergunakan untuk menampakkan basil ini.

    A.DEFINISI

    Akibat terjadinya infeksi dari suatu bagian tubuh maka terjadi pula peradangan pada kelenjar

    getah bening regioner dari lesi primer, keadaan ini dinamakan limfadenitis.(1).

    B.ANATOMI SISTEM LIMFATIK

    Jalinan pembuluh limfe terdiri dari tiga ruangan utama. Kapiler limfe merupakan tempat

    absorpsi limfe seluruh tubuh. Kapiler-kapiler ini bermuara kedalam pembuluh pengumpul

    yang melewati ekstremitas dan rongga tubuh, yang kemudian bermuara kedalam sistem vena

    melalui duktus torasikus. Pembuluh pengumpul secara periodik diselingi oleh kelenjar limfe,

    yang menyaring limfe dan terutama melakukan fungsi imunologi.

    Kapiler limfe serupa dengan kapiler darah, kecuali bahwa membran basalis tidak begitu

    tegas. Telah diketahui adanya celah besar antara sel endotel pembuluh limfe yang berdekatan,

    sehingga partikel sebesar eritrosit dan limfosit bisa berjalan melaluinya. Jaringan tertentu

    tampaknya tidak mempunyai pembuluh limfe.Keseluruhan epidermis, sistem saraf pusat,

    selubung mata dan otot, kartilago dan tendon tidak mempunyai pembuluh limfe. Dermis kayaakan pembuluh limfe yang mudah dikenal dengan penyuntikan intradermis zat warna

  • 7/29/2019 Limfadenitis_Tuberkulosis

    2/12

    tertentu. Pembuluh tanpa katup ini berhubungan dengan pembuluh pengumpul pada

    sambungan dermis-subkutis. Pembulu limfe superfisialis ekstremitas terdiri dari beberapa

    saluran berkatup yang terutama melewati sisi medial ekstremitas ke arah lipat paha atau

    aksila, dimana saluran ini berakhir dlam satu kelenjar limfe atau lebih. Pembuluh ini

    mempertahankan kaliber yang seragam waktu naik dan sering berhubungan satu sama lain

    melalui cabang yang menyilang. Sistem pembuluh limfe profunda yang terpisah juga terdapatpada ekstremitas. Jalinan ini mengikuti dengan dengan rapat jalur vaskular utama profunda

    terhadap fasia otot. Pada individu normal, ada sedikit (jika ada) hubungan antara dua sistem.

    Pembuluh limfe mempunyai struktur yang serupa dengan pembuluh darah dengan adventisia

    berbatas tegas, suatu media yang mengandung sel otot polos dan suatu intima. Pembuluh ini

    juga dipersarafi dan, telah diamati adanya spasme maupun kontraksi alamiah berirama.

    Kelenjar limfe secara periodik diselingi di seluruh perjalanan saluran limfe pengumpul.

    Masing-masing kelenjar limfe bisa mempunyai beberapa saluran limfe eferen yang masuk

    melalui kapsul. Kemudian limfe memasuki sinus, membasai daerah korteks dan medula, dan

    keluar melalui saluran eferen tunggal. Daerah korteks terutama mengandung limfosit, yang

    tersusun dalam folikel yang dipisahkan oleh perluasan trabekular kapsula ini. Di dalam

    folikek terdapat sentrum germinativum diskrit. Medula bisa mengandung makrofag dan selplasma maupun limfosit, dan sel-sel ini dianggap dalam keseimbangan dinamik di dalam

    kelenjar limfe. Tiap kelenjar limfe juga mempunyai supali saraf dan vaskular yang terpisah,

    dan sekarang sudah diketahui bahwa interaksi pembuluh limfe-vaskular bisa timbul di dalam

    kelenjar limfe.

    Saluran limfe ekstremitas bawah dan visera bersatu untuk membentuk sisterna kili dekat aorta

    di dalam abdomen atas. Struktur terakhir ini berjalan melalui diafragma untuk menjadi duktus

    torasikus. Di dalam dada, duktus ini menerima pembulu limfe visera totem vena melalui

    persatuan dengan vena subklavia sisnistra. Uktus limfatikus dekstra yang terpsah,

    memberikan drainase untuk ekstremitas kanan atas dan leher serta memasuki vena sublavia

    dekstra.

    C. FISIOLOGI SISTEM LIMFATIK

    Sirkulasi limfe merupakan proses yang rumit dan sulit dipahami. Satu fungsi utama sistem

    limfe adalah untuk berpartisipasi dalam pertukaran kontinyu cairan interstial merupakan

    filtrat plasma yang memnyilang dinding kapiler dan kecepatan pembentukannya tergantung

    pada perbedaan tekanan di antara membran ini. Pappenhimer dan soto-rivera mendukung

    konsep bahwa pori-pori kapiler adalah kecil dan hanya permeabel sebagian bagi molekul

    besar seperti protein plasma. Molekul besar ini yang tertangkap di dalam kapiler

    menimbulkan efek osmotik yang cenderung menjaga volume cairan di dalam ruang kapiler.

    Sehingga pertukaran cairan antara kapiler dan ruang interstiasial tergantung pada empat

    faktor : tekanan hidrostatik di dalam kapiler dan di dalam ruang interstiasial serta tekananosmotik di dalam dua ruangan ini. Tekanan onkotik plasma normal sekitar 25 mmHg,

    sementara tekanan onkotik cairan interstisial hanya kira-kira 1 mmHg. Tekanan hidrostatik

    pada ujung arteiola kapiler diperkirakan 37 mmHg. Dan pada ujung vena 17 mmHg. Tekanan

    Hidrostatik cairan interstisial bervariasi dalam jaringan yang berbeda sebesar 2mmHg dalam

    jaringan subkutis dan +6 mmHg di dalam ginjal. Ada aliran bersih cairan keluar dari kapiler

    ke dalam ruang interstisial pada ujung arteriola yang bertekanan tinggi dari suatu kapile, dan

    aliran bersih ke dalam pada ujung venula ( gambar 1 ). Normalnya aliran keluar bersih

    melebihi aliran masuk bersih dan cairan tambahan ini kembali ke sirkulasi melalui pembuluh

    limfe. Aliran limfe noramal 2 samapi 4 liter perhari. Kecepatan aliran sangat dipengaruhi

    oleh sejumlah faktor lokal dan sistemik, yang mencakup konsentrasi protein dalam plasma

    dan cairan interstisial, hubungan tekanan arteri dan vena lokal, serta ukuran pori dankeutuhan kapiler.

  • 7/29/2019 Limfadenitis_Tuberkulosis

    3/12

    Tenaga pendorong limfe juga merupakan proses yang rumit. Saat istirahat, kontraksi intrinsik

    yang berirama dari dinding duktus pengumpul dianggap mendorong limfe ke arah duktus

    torasikus dalam bentuk peristeltik. Kontraksi otot rangka aktif , menekan saluran limfe dan

    karena adanya katup yang kompeten dalam saluran limf, maka limfe di dorong ke arah

    kepala. Peningkatan tekan intra-abdomen akibat batuk atau mengejan, juga menekan pembulu

    limfe, mempercepat aliran limfe ke atas. Perubahan fasik dalam tekanan intratoraks yangberhubungan dengan pernafasn, membentuk mekanisme pompa lain untuk mendoong limfe

    melalui mediastitinum. Aliran darah yang

    cepat dalam vena subklavia bisa menimbulkan efek siphon pada duktus torasikus.

    Tekanan Onkotik Plsma = 25 mmHg

    Tekanan Onkotik interstial = 1 mmHg

    Gambar 1. Aliran cairan yang melintasi kapiler, tergantung pada perbedaan bersih tekanan

    hidrostatik dan onkotik, Tekanan ini positif dekat ujung arteriola yang meyebabkan aliran

    keluar cairan dan negatif dekat ujung venula, tempat kebanyakan cairan kembali ke lumen

    kapiler.

    Fungsi kedua dari sitem limfe adalah untuk mengembalikan makromolukel dari ruang

    interstisial ke sistem vaskular. Molekul yang besar ini tidak mudah di reabsorpsi dalam

    kapiler vaskular, karena ukuran pori yang kecil dalam setruktur terakhir. Tetapi celah anatara

    sel endotel pembuluh limfe terminal sebenarnya mudah menerima molekul besar ini.

    Diperkirakan bahwa 50 samapi 80 persen protein intravaskular total bersirkulasi dengan cara

    ini tiap 24 jam. Konsentrasi protein limfe terutama tergantung atas jaringan yang di drainase.

    Pada pembuluh limfe ekstrimitas, konsentrasi protein bisa serendah0,5 gm per 100 ml,

    sementara limfe hati bisa mengandung 6 gm per 100ml. Limfe yang mengalir dari usus

    setelah makan akan berwarna opalesen, karena adanya kandungan lemak dalam bentuk

    kilomikron.

    Fungsi tambahan sistem limfe yang mempunyai dampak bedah, meliputi fungsi filtrasi dan

    perlindungan imunologi. Bakteri, benda asing dan sel ganas yang dikenal, dikumpulkan oleh

    sistem limfe dan diangkut ke kelenjar limfe regional, dimana konsentrasi makrofag, sel

    plasma dan limfosit dapat berinteraksi dengannya, melalui respon kekebalan.

    Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah.

    Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial ke dalam saluran limfe jaringan, dan

    limfe yang terbentuk dibawah ke sentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali

    kearah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada

    aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut, lapisan

    sel pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi pada

    venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Pembuluh limfe agaknya dipertahankan dalam posisi terbuka karena

    jaringan membengkak akibat sistem serabut jaringan ikat tertambat pada dinding pembuluh

    dinding limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang

    bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara

    yang sama.

    Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan

    karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan

    mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan

    cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ke tempat yang

    jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat menyebar.

    Penyebarn sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yangdilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju ke dalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang

  • 7/29/2019 Limfadenitis_Tuberkulosis

    4/12

    terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai

    aliran darah.

    Karena alasan ini, orang harus selalu waspada akan kemungkinan terserangnya sistem

    limfatik pada peradangan oleh sebab apapun. Bila pembuluh limfe terkena radang disebut

    limfangitis. Jika kelenjar limfe terkena radang di sebut limfadenitis. Limfadenitis regional

    sering ditemukan menyertai peradangan. Satu contoh yang terkenal adalah pembesarankelenjar limfe servikal, yang nyeri, terlihat pada tonsilitis. Istilah yang lebih umum adalah

    limfadenopati digunakan untuk menggambarkan setiap kelainan kelenjar limfe. Dalam

    praktek, istilah itu tidak saja menyatakan adanya limfadenitis, tetapi pada setiap pembesaran

    kelenjar limfe kebanyakan reaksi-reaksi kelenjar limfe disertai oleh pembesaran.

    D. PEMBESARAN KELENJAR GETAH BENING

    Kelainan yang dapat dijumpai pada kelenjar getah bening berupa pembesaran kelenjar itu

    dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:

    1. Infeksi:

    Akut

    Kronis : Nonspesifik dan Spesifik

    2. Neoplasma :

    Primer

    Sekunder

    Berikut ini akan diuraikan aspek klinis dari kelainan pembesaran kelenjar getah bening

    tersebut.

    I.a. Pembesaran kelenjar getah bening akibat infeksi akut..

    Peradangan kelenjar getah bening ini menyebabkan hiperplasia kelenjar tersebut hingga

    secara klinis teraba membesar. Pembesaran / peradangan ini ditentukan pula oleh derajat

    virulensi kuman hingga dapat berupa abses supuratif.

    Secara klinis akan ditemukan :

    1.Lesi Primer sumber infeksi.

    2.Pembesaran kelenjar getah bening regioner, yang disertai tanda tanda umum peradangan

    berupa dolor, robor, kolor, tumor dan funsio laesa.

    Misalnya :

    Ada sakit gigi atau karies dentis atau infeksi stomatitis sering diikuti pembesaran kelenjar

    getah bening submandibuler ( limfadenitis submandibuler )

    Ada plgmon atau infeksi di telapak tangan akan menimbulkan limfadenitis daerah aksila dari

    tangan tersebut yang nyeri dan mengganggu gerakan tangan.

    Paronichya di ibu jari kaki atau infeksi di kaki bagian bawah menyebabkan adanyalimfadenitis dan inguinal, yang sering membuat rasa nyeri untuk berjalan.

    Apabila lesi infeksi primer sudah diobati, maka limfadenitis akuta inipun akan sembuh secara

    berangsur.

    Dapat terjadi karena virulensi kuman yang hebat, di samping tanda infeksi sistematis

    ( sepsis ) dapat pula dijumpai kelenjar getah bening yang sudah berubah menjadi abses.

    Untuk abses ini perlu dilakukan terapi abses berupa insisi

    1.b. Limfadenitis Kronis

    Disebabkan oleh infeksi kronis. Infeksi kronis nonspesifik misalnya pada keadaan seseorang

    dengan faringitis kronis akan ditemukan pembesaran kelenjar getah bening leher

    ( limfadenitis ). Pembesaran di sini ditandai oleh tanda radang yang sangat minimal dan tidaknyeri.

  • 7/29/2019 Limfadenitis_Tuberkulosis

    5/12

    Pembesaran kronis yang spesifik dan masih banyak di Indonesia adalah akibat tuberkulosa.

    Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah benng, padat / keras,

    multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain. Dapat pula sudah terjadi perkijuan

    seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunakseperti abses tetapi tidak nyeri seperti abses

    banal. Apabila Abses ini pecah ke kulit, lukanya sukar sembuh oleh karena keluar secret terus

    menerus sehingga seperti fistula.Limfadenitis tuberculosa pada kelenjar getah bening dapat terjadi sedemikian rupa, besar dan

    konglomerasi sehingga leher penderita itu disebut seperti bull neck.

    Pada keadaan seperti ini kadang kadang sukar dibedakan dengan limfoma malignum.

    Limfadenitis tuberkulosa diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi, terutama

    yang tidak disertai oleh tuberkulosa paru.

    Pada gambaran histopologi yang spesifik adalah perkijuan dan sel datia Langhan s.

    2.Neoplasma

    a. Primer

    Limfoma malignum ( Hodgkin dan Non Hodgkin )

    Penyakit ini merupakan neoplasma ganas primer pada kelenjar getah bening/system limfatis,dan ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening yang terkena.

    Dapat dibedakan limfoma malignum Hodgkin dan Non Hodgkin limfoma

    Secara epidemiologis apabila dilihat dari distribusi umur, maka penyaklit Hodgkin ditemukan

    pada dua puncak golongan umur, yaitu pada usia 20 40 tahun dan sesudah 50 tahun.

    Sedangkan limfoma Non Hodgkin pada umumnya pada usia tua dengan puncak diatas 60

    tahun.

    Gejala klinis.

    1.Pembengkakan kelenjar getah bening leher, kelenjar tidak sakit, multiple, bebas atas

    konglomerasi satu sama lain.

    Pada non Hodgkin limfoma, dapat tumbuh pada kelompok kelenjar getah bening lain (G. 1 )

    misalnya pada traktus digestivus atau pada organ organ parenkhima.

    2.Demam tipe pel Ebstein.

    3.Gatal gatal.

    4.Keringat malam.

    5.Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 6 bulan terakhir tanpa diketahui sebabnya.

    6.Kurang nafsu makan.

    7.Daya kerja menurun drastis

    8.Kadang-kadang disertai sesak nafas.

    9.Nyeri setelah mendapat intake alkohol ( 15-20 %)

    10.Pola perluasan Hodgkin sistematis secara sntripetal, dan relatif lebih lambat dan NonHodgkin tidak sistematis dan relatif lebih cepat bermetasis ketempat yang jauh.

    Diagnosis

    Ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis.

    Pada Morbus Hodgkin di samping sel-sel limfosit, ditemukan granulosit, sel plasma, histiosit

    dan sel Reed Sternberg merupakan patognomonis untuk golongan ini.

    Secara histopatologik limfoma Non Hodgkin menurut Rappaport (1966 ) dibagi atas :

    1.Limfosit, diferensiasi baik.

    2.Limfosit, diferensiasi buruk

    3.Stern cell ( termasuk limfoma burkitt )4.Limfositik histiositik

  • 7/29/2019 Limfadenitis_Tuberkulosis

    6/12

    5.Mixed cell

    1s/d 5 dapat ditemukan dalam bentuk noduler atau difus.

    Pembagian histologik limfoma Hodgkin sebagai berikut :

    Limfositik predominant

    Mixed cell

    Limphositic depletionNodular sclerotic

    Stadium

    Penentuan stadium penting sekali untuk menentukan jenis pengobatan, prognosis dan

    evaluasi hasil pengobatan.

    Untuk itu perlu dilakukan :

    1.Anamnesisi yang lengkap dari riwayat penyakit dan keluhan-keluhan penderita.

    2.Pemeriksaan fisik yang teliti meliputi group kelenjar getah bening di permukaan seperti

    leher, aksila, inguinal dan lain-lain termasuk waldeyerring. Periksaan hati dan limpa.

    Pemeriksaan penunjang :

    Laoratorium darah tepi lengkap, faal hati lengkapImaging

    Foto toraks

    USG abdomen

    CT jika perlu.

    Biopsi sumsung tulang

    Beberapa pemerikasaan atas indikasi seperti :

    Biopsi hati

    Laparotomi / splenektomi

    Bone survey

    Kavografi

    Mediastinoskopi

    Tomografi

    Dengan kemajuan teknik imaging sekarang ini seperti USG, CT atau MRI banyak hal-hal

    yang bersifat invasif dapat digantikan seperti laprotomi untuk staging.

    Stadium Klinik dibedakan :

    Stadium I : Bila tumor terdapat pada satu kelompok kelenjar getah bening (I) atau pada satu

    organ ekstralimfatik selama masih soliter (IE).

    Stadium II : Bila tumor didapat pada dua atau lebih grup kelenjar getah benig pada pihak

    yang sama dari diafragma (II) atau bila terdapat pada satu atau lebih kelompok klenjar getah

    bening disertai tumor soliter ekstralimfatik namun masih dalam satu pihak diafrgma ( IIE).

    Stadium III : Bila terkena kelenjar getah bening pada dua pihak diafragma (III) dan apabilaada organ ekstralimfatik terkena, masih soliter (IIIE).

    Stadium VI : Bila penyakit ditemukan difuse pada satu organ atau lebih dengan atau tanpa

    terserangnya kelenjar getah bening.

    Pengobatan

    I.Radiasi

    Untuk stadium I dan II secara mantel radikal

    Untuk stadium IIIA/Bsecara total nodal radioterapi.

    Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation.

    Untuk stadium IV secara total body irradiation..

    II.Khemoterapi untuk stadium III dan IV

  • 7/29/2019 Limfadenitis_Tuberkulosis

    7/12

    Untuk stadium I dan II dapat pula diberi khemoterapi preradiasi atau pasca radiasi.

    Khemoterapi yang sering dipakai adalah kombinasi :

    COP untuk Limfoma Non Hodgkin

    C : Cyclophosphamide 800 mg/m2 hari pertama.

    O : Oncovin 1,4 mg/m2 i.v.hari pertama

    P : Prednison 60 mg/m2 hari 1 s/d 7 lalu tapering off.

    MOPP ( untuk limfoma Hodgkin)

    M. : Nitrogen mustard 6 mg/m2 hari 1 dan 8

    O : Oncovin 1,4 mg/m2 hari1 dan 8

    P : Prednison 60 mg/m2 hari 1 s/d 14

    P : Procarbazin 100 mg/m2 hari 1 s/d 14

    Peranan pembedaan pada penatalaksanaan limfoma malignum terutama hanya untuk

    diagnostik (biopsi) dan laparotomi splenektomi bila ada indikasi.

    b. Neoplasma sekunder ( metastasis).

    Metastasisi dari suatu proses keganasan secara limfogen pertama-tama akan mengenai

    kelenjar getah bening regioner sebelum samapai ke tempat-tempat lain yang lebih jauh. Dan

    keadaan ini akan menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening tersebut.

    Kelenjar getah bening yang mengandung metastasis akan teraba lebih padat / keras, tidak

    nyeri, dapat digerakkan dan dapat multipel. Apabila sudah menembus kapsul maka akan lebih

    terfiksir pada jaringan lunak sekitar dan dapat terjadi konglomerasi satu sama lain. Kadang-

    kadang sukar dibedakan dengan limfadenitis tuberkulosa, secara klinis perabaan.

    Pada suatu proses keganasan misalnya karsinoma mamma atau karsinoma rongga mulut /

    lidah atau yang lainnya, disamping memeriksa lesi primer untuk menentukan besar tumor (T),

    juga selalu diperiksa kelenjar getah bening regioner untuk melihat adakah pembesaran

    kelenjar getah bening tersebut ( N) yang merupakan metastasisi limfogen.

    Sebaliknya apabila kita menemukan pembesaran kelenjar getah bening setelah infeksi

    disingkirkan maka pikirkan metastasisi pada kelenjar getah bening, dan cari tumor primernya

    atau limfoma.

    Diseksi Radikal Leher

    Definisi : tindakan pembedahan pada leher dengan mengangkat seluruh jaringan lunak satu

    sisi leher antara garis tengah di medial hingga metrapezius di lateral dan antara tepi bawah

    ramus mandibula di kanial hingga tepi atas klavikula di kaudal secara enbloc. Ini meliputi

    pengangkatanSeluruh kelenjar getah bening dan jaringan lunak sekitarnya

    m. Sternokleidomastoideus

    v. jugularis interna dan eksterna

    cabang saraf ramus kutaneus dan servikal assesrius

    Saraf puntung yang tidak boleh dipotong :

    Pleksus brakhialis

    n. vagus

    n. phrenikus

    n. rekurens dan laringeus

    operasi ini dipelopori oleh George Crile, 1906.

    Indikasi Diseksi Leher Radikal (RND)Adanya metastasis pada kelenjar getah bening leher yang terbukti secara histopatologis,

  • 7/29/2019 Limfadenitis_Tuberkulosis

    8/12

    belum terfiksir ke dasar atau a. karotis dan tidak ada metastasis jauh; pada tumor primer yang

    terkontrol . secara histopatologis; tumor primer tergolong pada well differentiated dan dapat

    diangkat sesuai prinsip onkologis.

    Sebagai contoh :

    Karsinoma tiroid yang bermetastasis pada kelenjar getah bening leher: dilakukan total

    tiroidektomi dan Diseksi Leher Radikal ( RND ).Karsinoma Lidah bermetastasisi pada kelenjar getah bening leher dilakukan wide eksisi

    berupa hemiglosektomi atau glosektomi total dan diseksi leher radikal

    Pada tumor-tumor primer yang tergolong poorly diffrentiated atau anaplastik dengan adanya

    metastasisi pada kelenjar getah bening leher; tidak dilakukan diseksi leher radikal akan tetapi

    dapat diberi radiasi. Tindakan operasi diseksi leher radikal pada keadaan ini tidak akan

    memperbaiki prognosis.

    Dalam perkembangan berikutnya; dikenal istilah : modified Radical Neck Disection yaitu

    diseksi leher radikal, dimana m. sternokleidomastoideus, v. jugularis interna, n. servikalis

    assesorius tidak diangkat.

    Dikerjakan pada keadaan tertentu meisalnya pada karsionoma tiroid jenis papiliferum yang

    bermetastasis ke kelenjar getah bening leher yang masih terbatas intra kapsuler.Prophilctic Neck Dissection; yaitu RND yang dikerjakan tanpa adanya pembesaran kelenjar

    getah bening secara klinis. Ini misalnya pada karsinoma lidah ( kanker rongga mulut ); karena

    terbukti bahwa pada T1 yang secara klinis No: pada kenyataannya terbukti 20% kasusu

    kelenjar getah bening sudah mengandung metastasis.

    E. MYCOBACTERIUM TUBERCULOSA

    Ada dua macam mikrobakteria yang menyebabkan penyakit tuberkulosis yaitu tipe human

    dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosa,

    dan bila diminum dapat menyebabkan tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di

    bercak ludah (droplet) di udara yang menghirup bercak ini. Ini merupakan cara penularan

    terbanyak. Selanjutnya, dikenal empat fase dalam perjalanan yang penyakitnya.

    Pertama adalah fase tuberkulosis primer. Setelah masuk ke paru, basil berkembang biak tanpa

    menimbulkan reaksi pertahanan tubuh. Sarang pertama ini disebut efek pridi hilus paru dan

    menyebabkan limfadenitis regionalis. Reaksi yang khas adalah terjadinya granuloma sel

    epiteloid dan nekrosis pengejuan di lesi primer dan di kelenjar limfe halus. Afek primer dan

    limfedenitis regional ini disebut kompleks primer yang bisa mengalami resolusi dan sembuh

    tanpa meninggalkan cacat, atau membentuk fibrosis dan kalsifikasi (95% kasus).

    Sekalipun demikian kompleks dapat mengalami komplikasi berupa penyebaran miliar

    melalui pembuluh darah dan penyebaran melalui bronkus. Penyebaran miliar menyebabkan

    tuberkulosis di seluruh paru-paru, tulang, meningen, dan lain-lain, sedangkan penyebaran

    bronkogen langsung ke bronkus dan bagian paru, dan menyebabkan bronkopneumoniatuberculosis. Penyebaran hematogen itu bersamaan dengan perjalanan tuberkulosis primer ke

    paru merupakan fase kedua. Infeksi ini dapat berkembang terus dapat juga mengalami

    resolusi dengan pembentukan jaringan parut dan basil menjadi tidur .

    Fase dengan kuman yang tidur ini yang disebut fase laten, fase 3. Basil yang tidur ini bisa

    terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba Fallopi, otak, kelenjar limf hilus dan leher, serta di

    ginjal. Kuman ini bisa tetap tidur selama bertahun-tahun, bisa mengalami reaktivasi bila

    terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, misalnya pada tindak bedah besar, atau

    pada infeksi HIV.

    Tuberkulosis fase keempat dapat terjadi di paru atau di luar paru. Dalam perjalanan

    selanjutnya proses ini dapat sembuh tanpa cacat, sembuh dengan meninggalkan fibrosis dan

    kalsifikasi, membentuk kavitas (kaverne), bahkan dapat menyebabkan broniektasi melaluierosi bronkus.

  • 7/29/2019 Limfadenitis_Tuberkulosis

    9/12

    Frekuensi penyebaran ke ginjal adalah yang kedua setelah penyebaran ke paru. Kuman

    berhenti dan bersarang pada korteks ginjal, yaitu bagian yang tekanan oksigennya relatif

    tinggi. Kuman ini dapat langsung menyebabkan penyakit atau tidur selama bertahun-tahun.

    Patologi di ginjal sama dengan patologi di tempat lain, yaitu inflamasi, pembentukan jaringan

    granulasi, dan nekrosis pengejuan. Kemudian basil dapat turun dan menyebabkan infeksi di

    ureter, kandung kemih, prostat, vesikula seminalis, vas deferens, dan epididimis.Penyebaran ke kelenjar limf paling sering ke kelenjar limf halus, baik sebagai penyebaran

    langsung dari kompleks primer, ,maupun sebagai tuberkulosis pasca primer. Tuberkulosis

    kelenjar limf lain (servikal, inguinal, aksial) biasanya merupakan tuberkulosis pasca primer.

    Penyebaran ke genitalia wanita melalui penyebaran hematogen dimulai dengan berhenti dan

    berkembangbiaknya kuman di tuba Fallopi yang sangat vaskuler. Dari sini basil bisa

    menyebar ke uterus (endometritis), atau ke peritoneum (peritonitis).

    Tbc umumnya ditularkan melalui percik ludah halus (droplets) di udara yang mengandung

    basil tbc vital.

    Penyebaran ke tulang adalah ke daerah metafisis tulang panjang dan ke tulang spongiosa

    yang menyebabkan tuberkulosis tulang ekstra-artikuler. Penyebaran lain dapat juga kesinovium dan menjalar ke tulang subkondral. Penyebaran ini menyebabkan tuberkulosis

    sendi. Penyebaran dari metafisis ke epifisis tidak pernah terjadi karena sifat cakram epifisis

    yang avaskuler.

    Penyebaran ke otak dan mengingen juga melalui penyebaran hematogen setelah kompleks

    primer. Berbeda dengan penyebaran di atas, penyebaran ke perikardium terjadi oleh

    penjalaran melalui saluran limf atau kontak langsung dari pleura yang tembus ke

    perikardium.

    Kekebalan terhadap tuberkulosis sebagian besar diperantarai sel limfosit T yang atas

    rangsangan basil tuberkulosis dapat mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan basil

    dengan cara lisis (bakteriolisis).

    Tbc ekstrapulmonal dapat ditemukan di setiap organ

    Diagnosis

    Uji tuberkulin

    Untuk menegakkan apakah seseorang terinfeksi kuman BTA dapat dilakukan pemeriksaan

    diagnosis dengan tuberkulin yang disuntikkan intrakutan menurut Mantoux. Uji ini berguna

    untuk mengetahui adanya reaksi hipersensitivitas lambat terhadap kuman tuberkulosis.

    Tuberkulin adalah fraksi protein dari kuman tuberkulosis, yang bila disuntikkan pada orang

    yang pernah terinfeksi tbc (baik yang aktif maupun yang tidur) akan menyebabkan

    pembengkakan kulit dalam 24-72 jam akibat akumulasi sel limfosit di daerah penyuntikan.

    Penebalan dan radang kulit lebih dari 10 mm disebut negatif. Reaksi negatif palsu dapat

    terjadi pada pasien yang anergi.Tempat predileksi ekstrapulmonal.

    Lokalisasi organ

    Bentuk klinik

    Kelenjar limf

    Limfadenitis leher

    Limfadenitis inguinalis

    Urogenital

    Tbc ginjal

    Epididimis

    Salpingitis

    TulangGibus spondilitis

  • 7/29/2019 Limfadenitis_Tuberkulosis

    10/12

    Fistel lipat paha

    Sendi besar

    Koksitis

    Gonitis

    Pemeriksaan patologiTuberkulum, biasanya sebesar 1 sampai 3 mm, terbentuk sebagai reaksi radang di sekitar

    sekelompok basil tbc. Sebagian besar terdiri dari sel epiteloid yang berasal dari histiosit dan

    makrofag. Beberapa sel itu akan membesar dan berinti banyak dan disebut sel raksasa

    Langhans. Di tengah tuberkulum terjadi nekrosis keju, sedangkan lapisan luarnya terdiri dari

    sel limfosit. Struktur histologi ini merupakan gambaran patologi khas tbc. Gambaran patologi

    jaringan hasil biopsi atau sisa jaringan debris pada dasarnya menunjukkan radang spesifik

    seperti ini pula.

    Diagnosis dengan cara ini cukup tinggi keandalannya, meskipun tetap harus dipikirkan

    diagnosis banding yang memberikan gambaran hampir sama.

    Gejala dan tanda klinik juga khas. Kecuali tbc milier, penyakit tbc bersifat berkembang

    lambat tanpa tanda radang akut. Bengkak radang biasanya jelas, tetapi tidak ada hiperemia,panas dan nyeri setempat. Kalau terbentuk abses, disebut abses dingin.

    Radang tbc merupakan radang spesifik/khas.

    Kadang radang disertai dengan pembentukan banyak cairan seperti pada pleuritis eksudativa,

    peritonitis eksudativa atau perikarditis eksudativa. Jika banyak terbentuk jaringan ikat,

    radangnya dinamai produktiva atau sika. Nekrosinya menghasilkan massa seperti salep atau

    keju sehingga disebut pengejuan atau caseosa, misalnya limfadenitis kaseosa.

    Nekrosis yang mencair membentuk abses dingin sebab tidak ada demam umum maupun

    setempat. Sering terjadi fistel tunggal atau multipel di kulit dari limfadentis tbc di leher, atau

    di lipat paha dari osteomielitis. Spondilitis pada vertebra torakal atau lumbal sering

    mengalirkan nanahnya ke luar melalui fasia otot psoas. Pada tempat jaringan nekrosis/keju

    yang telah keluar itu mungkin terjadi ruang yang disebut keverne seperti di paru atau diginjal.

    Pemeriksaan bakteriologi

    Pemeriksaan bekteriologi merupakan satu-satunya pembuktian mutlak akan adanya

    tuberkulosis. Sediaan apus untuk identifikasi kuman BTA dapat dilakukan dengan pewarnaan

    Ziehl Neelsen atau Kenyon-Gabet-Tan. Biakan kuman dilakukan dengan medium Lowenstein

    Jensen atau Middlebrook 7H-11. Bahan yang diperiksa adalah sputum, cairan lambung, air

    kemih, cairan sinovium, atau debris bergantung dari letak penyakit.

    Karena basil tbc sangat lambat berkembang biak, diperlukan waktu enam hingga delapan

    minggu untuk mengetahui hasil biakan. Marmot dapat dipakai untuk biakan binatang. Hasil

    pemeriksaan ini dapat diperoleh setelah enam minggu. Pembelahan sel menuntut 20-24 jam.

    Pemeriksaan radiologiGambaran radiologis tuberkulosis sering dapat menegakkan diagnosis tuberkulosis, meskipun

    diagnosis pastinya adalah dari pemeriksaan bakteriologis.

    Diagnosis terapi percobaan

    Diagnosis dapat juga ditegakkan secara exjuvantibus* dengan terapi percobaan dengan

    menggunakan antituberkulosis.

    Pada sebagian penderita tersangka tuberkulosis yang tidak didukung oleh gambaran klinis,

    mikrobiologi maupun patologi, cara diagnosis ini dapat dilakukan. Efek antituberkulosis ini

    paling sedikit baru dapat dinantikan setelah tiga minggu.

    Terapi

    Terapi obat

    Saat ini telah ditemukan banyak macam antituberkulosis yang mekanisme kerja dan efeksampingnya berbeda-beda. Umumnya antituberkulosis aktif terhadap kuman yang sedang giat

  • 7/29/2019 Limfadenitis_Tuberkulosis

    11/12

    membelah, kecuali rifampisin yang juga aktif terhadap kuman yang membelah lambat. Selain

    itu obat-obat

    Kemoterapeutik tbc.

    Nama

    Cara pemberian

    Cara kerjaEfek samping

    kontraindikasi

    Etambutol

    O

    Bstat

    Neurotoksik NII

    Penyakit ginjal

    Isoniazid

    o/s

    Bsid

    Neurotoksik HepatotoksikPenyakit ginjal

    Rifampisin

    O

    Bsid

    Hapatotoksik

    Penyakit hati

    Pirazinamid

    O

    Bstat

    Gastrointestinal

    Penyakit ginjal

    Streptomisin

    S

    Bsid

    Neurotoksik N VIII

    Penyakit ginjal

    Sikloserin

    O

    Bstat

    Neurotoksik

    Penyakit ginjalKanamisin

    S

    Bstat

    Neurotoksik

    Penyakit ginjal

    O = per os, s = suntikan,

    Bstat = bakteriostatik, Bsid = bakteriosid

    Ini tidak aktif dalam suasana asam sehingga kuman yang berada dalam sel makrofag (suasana

    intraselnya asam) tidak dapat dibunuh. Hanya pirazinamid yang aktif dalam suasana asam.

    Sementara itu kuman tuberkulosis mudah resisten terhadap obat-obatini. Oleh karena itu kemoterapi tuberkulosis selalu dalam kombinasi dua atau tiga macam

  • 7/29/2019 Limfadenitis_Tuberkulosis

    12/12

    dengan maksud meningkatkan efek terapinya dan mengurangi kemungkinan timbulnya

    resistensi.

    Untuk menyembuhkan tuberkulosis diperlukan pengobatan yang lama karena basil tbc

    tergolong kuman yang sukar dibasmi. Selain itu kuman yang semidormant, yaitu yang berada

    dalam makrofag, baru dapat dibunuh kalau kuman tersebut telah keluar dari makrofag.

    Dengan pengobatan lama ini kuman yang tidur tetap tidak dapat dijangkau.Dikenal dua macam paduan terapi antituberkulosis yaitu paduan jangka panjang selama 12-

    18 bulan dan paduan jangka pendek selama 6-9 bulan.

    Penentuan lama pengobatan dan pemilihan paduan terapi ditentukan oleh beratnya penyakit,

    adanya kontraindikasi dan efek samping, serta adanya kuman.

    Sebagian besar penderita tbc dapat ditolong dengan antituberkulosis

    Efek samping yang penting diingat adalah kerusakan N.VIII oleh streptomisin, neuritis

    perifer oleh INH pada definisi vitamin B6, gangguan penglihatan oleh etambutol, dan

    hepatotoksitas INH dan rinfampisin. Efek toksik terhadap hati ini lebih berat bila kedua obat

    diberikan bersama-sama.

    Terapi bedah

    Pusat radang tuberkulosis terdiri dari pengejuan yang dikelilingi jaringan fibrosa. Seperti

    halnya infeksi lain, adanya jaringan nekrosis akan menghambat penetrasi antibiotik ke daerah

    radang sehingga pembasmian kuman tidak efektif. Oleh karena itu sarang infeksi di berbagai

    organ misalnya kaverne di paru dan debris di tulang harus dibuang. Jadi, tindak bedah

    menjadi syarat mutlak untuk hasil baik terapi medis. Selain itu tindak bedah juga diperlukan

    untuk mengatasi penyulit, misalnya pada tuberkulosis paru yang menyebabkan destruksi luas

    dan empiema, pada tuberkulosis usus yang menimbulkan obstruksi atau perforasi, dan osteitis

    atau artritis tuberkulosa yang menimbulkan cacat.

    F. PERJALANAN KLINIK LIMFADENITIS TUBERCULOSA

    Bakteria dapat masuk melalui makanan ke rongga mulut dan melalui tonsil mencapai kelenjar

    limf di leher, sering tanpa tanda tbc paru. Kelenjar yang sakit akan membengkak, dan

    mungkin sedikit nyeri. Mungkin secara berangsur kelenjar didekatnya satu demi satu terkena

    radang yang khas dan dingin ini. Di samping itu, dapat terjadi juga perilimfadenitis sehingga

    beberapa kelenjar melekat satu sama lain berbentuk massa. Bila mengenai kulit, kulit akan

    meradang, merah, bengkak, mungkin sedikit nyeri. Kulit akhirnya menipis dan jebol,

    mengeluarkan bahan keperti keju. Tukak yang terbentuk akan berwarna pucat dengan tepimembiru dan menggangsir, disertai sekret yang jernih. Tukak kronik itu dapat sembuh dan

    meninggalkan jaringan parut yang tipis atau berbintil-bintil. Suatu saat tukak meradang lagi

    dan mengeluarkan bahan seperti keju lagi, demikian berulang-ulang. Kulit seperti ini disebut

    skrofuloderma. Pengobatan dilakukan dengan tuberkulostatik.