LIMBAH LAUNDRY FILTER UP FLOW BER MEDIA PECAHAN BATU …konteks.id/p/05-112.pdf ·...

8
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 H-29 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 PENANGANAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN TANGKI SEPTIK FILTER UP FLOW BER MEDIA PECAHAN BATU BATA Sardi Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Janabadra Yogyakarta, Jl. Tentara Rakyat Mataram No. 55-57 Yogyakarta Email: [email protected] ABSTRAK Salah satu sumber pencemaran lingkungan adalah limbah domestik, salah satunya limbah laundry yang semakin meningkat. Limbah laundry dewasa ini volume buanganya meningkat scara siginifikan akibat adanya usaha rumahan jasa pencucian sejenis pakaian (laundry) hal ini akan menimbulkan masalah lingkungan seperti pendangkalan perairan, terhambatnya transfer oksigen, sehingga proses penguraian secara aerobik terganggu akibatnya terjadi kematian organisme akuatik serta menurunnya estetika lingkungan yang disebabkan timbulnya bau dan busa. Penelitian ini adalah pengolahan limbah cair domestik “limbah laundry” dengan tangki septik-filter Up Flow yaitu modifikasi tangki septik dengan menggunakan dua bak pengendap ditambah satu bak biofilterdengan media pecahan batubata. Dari bak-bak pengendap tersebut air limbah dialirkan ke bak biofilter dengan arah aliran dari bawah keatas (up flow). Bak biofilter berisi pecahan batu bata sebagai media hidup mikroba yang akan mengurai air limbah sekaligus sebagai penyaring limbah. Dari biofilter ini air limbah dialirkan ke badan penerima atau sumur resapan. Parameter yang teliti adalah bau, BOD dan MBAS dengan lama pengendapan selama 28 hari. Hasil dari penelitian ini didapat bahwa tangki septik-filter up flow biofilter dari pecahan batu bata dapat menurunkan BOD 29,77%, kadar deterjen MBAS 30,51 % dan dapat mempertahankan derajat keasaman antara 8–8,07. Pada penelitian terdahulu (Hasanuddin Muhiddin) dengan sumber limbah dari “rumah makan padang” dengan menggunakan media biofilter pecahan genteng, dan pipa penghawaan digunakan dua pipa, serta tangki yang sama, diperoleh hasil untuk parameter BOD sebesar 34,04%. Sehingga dimungkinkan tangki septik-filter up flow tersebut dapat digunakan sebagai instalasi pengolahan limbah Laundry karena dapat menurunkan kadar BOD. Kata kunci: Limbah Laundry, Tangki Septik-Biofilter Up Flow, Media pecahan batubata. 1. PENDAHULUAN Latar belakang Perkembangan kota Yogyakarta saat ini cukup pesat, banyak mahasiswa, pelajar, serta wisatawan baik lokal maupun manca negara membuka peluang baru bagi bisnis jasa, khususnya bisnis pencucian pakaian (Laundry). Seiring dengan perubahan gaya hidup mahasiswa khususnya di kota ini, dengan alasan kesibukan kuliah, ujian, dan saat musim penghujan, mahasiswa lebih menyerahkan urusan mencuci pakaian kepada penyedia jasa laundry. Selain harganya yang cukup variatif, juga waktu pengeringannya lebih cepat. Bisnis laundry seperti ini tumbuh menjamur di berbagai tempat yang berdekatan dengan kampus dan lokasi pondokan mahasiswa. Selain mendatangkan manfaat positif, pasti juga menimbulkan dampak negatif, Peningkatan penggunaan deterjen akan berdampak terhadap jumlah limbah yang akan dibuang ke badan air. Limbah deterjen yang dibuang kebadan air akan menimbulkan masalah pendangkalan perairan, terhambatnya transfer oksigen, sehingga proses penguraian secara aerobik terganggu akibatnya terjadi kematian organisme akuatik serta menurunnya estetika lingkungan yang disebabkan timbulnya bau dan busa. Antisipasi dari semua pihak perlu dilakukan untuk meminimalisasi dampak lingkungan, karena surfaktan dari golongan aminium kuartoner dapat membentuk senyawa nitrosamin dan gugus gugus aromatik dari surfaktan, ammonium kuartener, nitrosamin dan gugus aromatik dari surfaktan bersifat karsinogenik (R.Nida Sopiah, 2004). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap usaha-usaha mengolah air limbah khususnya limbah laundry, agar tidak mencemari lingkungan. Dengan adanya permasalahan tersebut maka perlu dilakukan suatu langkah penanggulangan dalam menghadapi bahaya limbah cair domestik. Penanggulangan tersebut berupa suatu konstruksi/instalasi pengolahan limbah sederhana, efisien, murah, dan dapat dibangun dalam skala individu maupun terpusat/komunal.

Transcript of LIMBAH LAUNDRY FILTER UP FLOW BER MEDIA PECAHAN BATU …konteks.id/p/05-112.pdf ·...

Page 1: LIMBAH LAUNDRY FILTER UP FLOW BER MEDIA PECAHAN BATU …konteks.id/p/05-112.pdf · konstruksi/instalasi pengolahan limbah ... penampung air kotor atau tinja ... pengendapan dan penampungan

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 H-29 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

PENANGANAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN TANGKI SEPTIK FILTER UP FLOW BER MEDIA PECAHAN BATU BATA

Sardi

Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Janabadra Yogyakarta, Jl. Tentara Rakyat Mataram No. 55-57 Yogyakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK Salah satu sumber pencemaran lingkungan adalah limbah domestik, salah satunya limbah laundry yang semakin meningkat. Limbah laundry dewasa ini volume buanganya meningkat scara siginifikan akibat adanya usaha rumahan jasa pencucian sejenis pakaian (laundry) hal ini akan menimbulkan masalah lingkungan seperti pendangkalan perairan, terhambatnya transfer oksigen, sehingga proses penguraian secara aerobik terganggu akibatnya terjadi kematian organisme akuatik serta menurunnya estetika lingkungan yang disebabkan timbulnya bau dan busa.

Penelitian ini adalah pengolahan limbah cair domestik “limbah laundry” dengan tangki septik-filter Up Flow yaitu modifikasi tangki septik dengan menggunakan dua bak pengendap ditambah satu bak biofilterdengan media pecahan batubata. Dari bak-bak pengendap tersebut air limbah dialirkan ke bak biofilter dengan arah aliran dari bawah keatas (up flow). Bak biofilter berisi pecahan batu bata sebagai media hidup mikroba yang akan mengurai air limbah sekaligus sebagai penyaring limbah. Dari biofilter ini air limbah dialirkan ke badan penerima atau sumur resapan. Parameter yang teliti adalah bau, BOD dan MBAS dengan lama pengendapan selama 28 hari.

Hasil dari penelitian ini didapat bahwa tangki septik-filter up flow biofilter dari pecahan batu bata dapat menurunkan BOD 29,77%, kadar deterjen MBAS 30,51 % dan dapat mempertahankan derajat keasaman antara 8–8,07. Pada penelitian terdahulu (Hasanuddin Muhiddin) dengan sumber limbah dari “rumah makan padang” dengan menggunakan media biofilter pecahan genteng, dan pipa penghawaan digunakan dua pipa, serta tangki yang sama, diperoleh hasil untuk parameter BOD sebesar 34,04%. Sehingga dimungkinkan tangki septik-filter up flow tersebut dapat digunakan sebagai instalasi pengolahan limbah Laundry karena dapat menurunkan kadar BOD.

Kata kunci: Limbah Laundry, Tangki Septik-Biofilter Up Flow, Media pecahan batubata.

1. PENDAHULUAN

Latar belakang Perkembangan kota Yogyakarta saat ini cukup pesat, banyak mahasiswa, pelajar, serta wisatawan baik lokal maupun manca negara membuka peluang baru bagi bisnis jasa, khususnya bisnis pencucian pakaian (Laundry). Seiring dengan perubahan gaya hidup mahasiswa khususnya di kota ini, dengan alasan kesibukan kuliah, ujian, dan saat musim penghujan, mahasiswa lebih menyerahkan urusan mencuci pakaian kepada penyedia jasa laundry. Selain harganya yang cukup variatif, juga waktu pengeringannya lebih cepat. Bisnis laundry seperti ini tumbuh menjamur di berbagai tempat yang berdekatan dengan kampus dan lokasi pondokan mahasiswa.

Selain mendatangkan manfaat positif, pasti juga menimbulkan dampak negatif, Peningkatan penggunaan deterjen akan berdampak terhadap jumlah limbah yang akan dibuang ke badan air. Limbah deterjen yang dibuang kebadan air akan menimbulkan masalah pendangkalan perairan, terhambatnya transfer oksigen, sehingga proses penguraian secara aerobik terganggu akibatnya terjadi kematian organisme akuatik serta menurunnya estetika lingkungan yang disebabkan timbulnya bau dan busa. Antisipasi dari semua pihak perlu dilakukan untuk meminimalisasi dampak lingkungan, karena surfaktan dari golongan aminium kuartoner dapat membentuk senyawa nitrosamin dan gugus gugus aromatik dari surfaktan, ammonium kuartener, nitrosamin dan gugus aromatik dari surfaktan bersifat karsinogenik (R.Nida Sopiah, 2004).

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap usaha-usaha mengolah air limbah khususnya limbah laundry, agar tidak mencemari lingkungan. Dengan adanya permasalahan tersebut maka perlu dilakukan suatu langkah penanggulangan dalam menghadapi bahaya limbah cair domestik. Penanggulangan tersebut berupa suatu konstruksi/instalasi pengolahan limbah sederhana, efisien, murah, dan dapat dibangun dalam skala individu maupun terpusat/komunal.

Page 2: LIMBAH LAUNDRY FILTER UP FLOW BER MEDIA PECAHAN BATU …konteks.id/p/05-112.pdf · konstruksi/instalasi pengolahan limbah ... penampung air kotor atau tinja ... pengendapan dan penampungan

Keairan

H-30 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Permasalahan Permasalahan baru yang muncul adalah jika para pengelola jasa laundry mencuci secara bersamaan maka akan dibuang kemanakah air buangan/limbah laundry tersebut?.Permasalahannya sekarang adalah bagaimana para pengelolah bisnis laundry tersebut mengolah limbah laundry/air buangannya? Jika langsung dibuang kebadan air, atau alam maka akan mencemari lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap usaha-usaha mengolah air limbah khususnya limbah laundry, agar tidak mencemari lingkungan.

Rumusan masalah Tangki septik - filter up flow merupakan salah satu jenis tangki teknologi sederhana yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) (Said 1999, dalam Soeparman & Suparmin 2002) prinsip kerja tangki septik - filter up flow pada dasarnya sama dengan tangki septik konvensional/biasa, yakni terdiri dari bak pengendap, dengan suatu filter yang diisi dengan kerikil atau batu pecah, sedangkan tangki septik biasa tidak terdapat saringan biofilter.

Pada penelitian ini tangki septik–filter up flow menggunakan saringan biofilter pecahan batu bata, dengan pertimbangan pecahan batu bata memiliki banyak pori yang dapat membantu perkembangan jasad renik yang nantinya berfungsi untuk mengurai air limbah, selain itu pecahan batu bata mudah didapat serta lebih ekonomis. Dalam penelitian ini akan dicoba menggunakan limbah “Laundry” dengan biofilter pecahan batu bata, maka dirumuskan permasalahan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efektifitas tangki septik filter up-flow dengan biofilter pecahan batu bata dalam menurunkan kadar limbah cair domestik “Limbah Laundry”

2. Bagaimana pengaruh kandungan BOD dan MBAS pada pengolahan tangki septik filter up-flow 3. Bagaimana kemampuan tangki septik filter up-flow dalam mengolah air limbah “Laundry”

Batasan masalah 1. Penelitian difokuskan pada masalah limbah cair domestik dalam hal ini limbah “Laundry” dengan menggunakan

model tangki septik - filter up flow. 2. Biofilter yang digunakan adalah pecahan batu bata. 3. Lokasi penelitian dilaboratorium Rekayasa Lingkungan Universitas Janabadra. 4. Besarnya tangki septik - filter up flow dihitung secara scale-up sesuai dengan tangki septik - filter up flow

rancangan BPPT. 5. Limbah yang digunakan adalah limbah cair domestik “Laundry”. 6. Penelitian terhadap sistem pengolahan limbah cair “Laundry” dengan menggunakan tangki septik - filter up

flow, dititik beratkan pada pendekatan kualitatif yaitu dengan membandingkan kualitas masuk (inlet) dengan kualitas keluaran (outlet) dari tangki septik.

7. Dalam penelitian ini dipakai lama pengambilan sampel didalam tangki septik selama 28 hari, atau ± 4 minggu (1 bulan).

8. Parameter kualitas air yang dibahas adalah Biochemical Oxigen Demand (BOD) dan jumlah kandungan deterjen Methylene Blue Active Substance (MBAS).

Maksud dan tujuan penilitian 1. Mengadakan percobaan mengenai perbaikan kualitas limbah cair domestik “Laundry” dengan menggunakan

tangki septik - filter up flow. 2. Mengetahui seberapa jauh efektifitas bangunan tangki septik - filter up flow, dengan saringan biofilter dari

pecahan batu bata dalam menurunkan kadar limbah. 3. Mendapatkan alternatif lain berupa teknologi sederhana, efisien dan tepat guna dalam penaganan limbah cair

domestik khususnya limbah “Laundry”.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Limbah cair domestik “Laundry” Limbah domestik terbagi dalam dua kategori yaitu pertama; limbah cair yang berasal dari air cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan pestisida. Kedua; adalah limbah cair domestik yang menghasilkan senyawa organik protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat. Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan deterjen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Deterjen umumnya tersusun atas lima jenis bahan penyusun. Pertama; surfactant yang merupakan senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang berfungsi untuk mengangkat kotoran pada

Page 3: LIMBAH LAUNDRY FILTER UP FLOW BER MEDIA PECAHAN BATU …konteks.id/p/05-112.pdf · konstruksi/instalasi pengolahan limbah ... penampung air kotor atau tinja ... pengendapan dan penampungan

Keairan

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 H-31 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

pakaian. ABS memiliki sifat tahan terhadap penguraian mikroorganisme (nonbiodegradable). Kedua; senyawa fosfat digunakan semua merek deterjen dimana memberikan andil yang cukup besar terhadap terjadinya proses eutrofikasi yang menyebabkan Booming Algae (meledaknya polusi tanaman air ) Ketiga; pemutih dan pewangi (Bahan Pembantu) zat pemutih umumnya terdiri dari zat natrium karbonat.

Efisiensi tangki septik sebagai instalasi pengolahan air limbah domestik “Limbah Laundry” Fungsi tangki septik adalah sebagai bangunan penampung air kotor atau tinja (merupakan buangan organik) langsung dari WC dan “urinoar”. Didalam tangki septik tersebut akan mengalami proses penguraian secara aerob dan anerob oleh mikroorganisme, sehingga didapat keluaran yang dapat dibuang ke alam tanpa mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Dalam perkembangan tangki septik tidak hanya digunakan untuk pengolahan air kotor dari WC, dan buangan rumah tangga lainnya, namun juga digunakan untuk limbah industri. Tangki septik cukup efisien untuk mereduksi kadar limbah sebelum dialirkan ke alam, berbagai bentuk dan modifikasi telah dikembangkan, dari tangki septik konvensional, Tripikon – S, Tripikon – S+, tangki septik – filter up flow dan lainnya.

3. LANDASAN TEORI

Parameter pencemaran air limbah Menurut Okan dan Ponghis (Soeparman dan Suparmin, 2002) berbagai parameter kualitas air limbah cair yang penting untuk diketahui adalah bahan padat tersuspensi (suspended solid), bahan padat terlarut (disovaled solid), kebutuhan oksigen biokimia (BOD), kebutuhan oksigen kimiawi (COD), organisme coliform, pH , Oksigen terlarut (dissolved oxygen = DO), Kebutuhan Klor (clorine demand), Bahan organik (KMnO4), nutrien, dan logam (heavy metals) serta parameter pencemar lainnya seperti (MBAS). Dalam pelaksanaan penelitian ini parameter yang ingin diketahui adalah kebutuhan oksigen biokimia (BOD) dan Methylene Blue Active Substance (MBAS).

Tangki septik-filter up flow Prinsip kerja tangki septik - filter up flow sama dengan tangki septik biasa, namun pada tangki septik-filter up flow terdapat dua bak pengendap ditambah dengan bak biofilter diisi dengan pecahan batu bata Ф2-3 cm, dan arah aliran limbah dari bawah keatas (up-flow) adapun prinsip kerja pada tangki septik - filter up flow adalah sebagai berikut : 1. Bak Pengendap I

Pada bak pengendap pertama berfungsi untuk mengendap, penguraian lumpur (sludge degistion) dan penampung lumpur. Adapun proses yang terjadi pada bak pengendap adalah sebagai berikut: a. Lapisan teratas untuk aerob yang berhubungan langsung dengan udara. Pada lapisan ini terjadi perombakan zat-zat organik oleh bakteri aerobic. Limbah yang masuk dalam tangki

septik ada benda yang mengendap dan adapula yang terapung. Bahan-bahan yang cukup ringan seperti lemak akan mengapung pada lapisan atas dan akan membentuk semacam busa. Bahan terapung inilah yang akan diproses secara aerobic dan akan menghasilkan senyawa-senyawa yang stabil dan dapat diterima, missal CO2, NO3, dan SO4. Adapun proses yang dapat digambarkan sebagai berikut :

C, H, O, N, S -- O2 è CO2 + H2O + SO4 b. Lapisan tengah untuk lintasan air Pada saat melintas, air limbah mengalami proses penguraian dan menghasilkan, lumpur serta gas. Air yang

dipisahkan dari lumpur dan relatif terbebas dari bahan pencemar akan terus melintas. Air tersebut kemudian dialirkan ke bak pengendap II. Gas-gas yang dihasilkan akan menguap melalui pipa airasi atau ventilasi, sedangkan lumpur mineral yan dihasilkan akan mengendap kelapisan paling bawah dan akan diolah secara anaerobic.

c. Lapisan bawah untuk proses anaerobic. Prinsip pengolahan secara anaerobic ialah menguraikan bahan-bahan organik yang berasal dari limbah

dengan bantuan bakteri anaerob dan akan menghasilkan akhir yang berupa senyawa-senyawa organik sederhana seperti CO2, CH4, H2SH, dan H3 Bahan-bahan ini akan dilepas ke udara dan akan menimbulkan bau busuk dan tidak sehat.

Proses dapat digambarkan sebagai berikut: C, H, N, + H2O CO2 + CH4 Pengolahan secara anaerobic ini akan akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan secara aerobic. Ada beberapa tahap yang terjadi didalam proses anaerobic ini diantaranya adalah: 1. Fermentasi dalam stadium asam. 2. Regresi dalam stadium asam

Bakteri anaerob

Page 4: LIMBAH LAUNDRY FILTER UP FLOW BER MEDIA PECAHAN BATU …konteks.id/p/05-112.pdf · konstruksi/instalasi pengolahan limbah ... penampung air kotor atau tinja ... pengendapan dan penampungan

Keairan

H-32 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Selama Fermentasi dalam suasana asam, karbohidrat akan diuraikan menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana, seperti asam lemak, asam asetat, asam butirat, dan asampropinat. Selama proses tersebut nilai pH akan turun dan menghasilkan senyawa yangberbau busuk. Selama Regresi dalam suasana asam, terjadi dekomposisi asam organik dan senyawa nitrogen dan sebagian kecil CO2N2, CH4 , dan H2, Nilai pH kemudian naik kembali dengan gas-gas lain seperti H2S, indol, skatol, dan merkapton akan terbentuk.

2. Bak Pengendap II Bak pengendap kedua berfungsi untuk pengendapan dan penampungan lumpur yang tidak terendapkan di bak pertama. Dan adapun proses yang terjadi sama dengan proses yang terjadi pada bak pengendap pertama. Kemudian bak pengendap kedua ini luapan air dialirkan kemedia filter dengan arah aliran dari bawah keatas (up-flow).

3. Bak biofilter Pada bak biofilter ini zat-zat organik yang masih terisisa akan diuraikan oleh mikroorganisme yang hidup pada bak biofilter. Media hidup mikroorganisme tersebut adalah susunan pecahan batu bata. Mikroorganisme dapat hidup pada media pecahan batu bata setelah beberapa lama tangki beroperasi jadi tangki dapat bekerja optimal apabila telah terjadi kehidupan mikroorganisme didalam tangki. Dari bak biofilter ini air kemudian dialirkan keluar menuju sumur peresapan atau tanah. Zat-zat organik yang tersisa akan terurai oleh bakteri atau sapropit yang terdapat didalam tanah. Proses yang terjadi dalam tangki septik dapat berlangsung dengan baik apabila terpenuhi kondisi sebagai berikut: a. Tangki septik dibuat sedemikian rupa, sehingga terdapat jarak antara ruang untuk proses aerob dan ruang

untuk proses anaerob, (menghindari aliran pendek). b. Tangki Septik harus berisi air untuk proses penghancuran kotoran . c. Didalam tangki septik harus terdapat udara dipermukaan untuk menjaga kehidupan bakteri aerob. d. Air yang masuk kedalam tangki septik adalah air yang tidak mengandung bahan-bahan yang sulit terurai

seperti plastik, kertas dan lain-lain. e. Tangki septik bekerja optimal disaat telah terjadi kehidupan mikroorganisme didalam tangki septik. Untuk menjamin kondisi diatas maka perlu memperhatikan kondisi fisik dari tangki septik antara lain : a. Syarat panjang tangki adalah 1,5 x lebar tangki. b. Panjang bak pengendap I 2/3 dari panjang total dan panjang bak pengendap II 1/3 dari panjang total. c. Saluran masuk dan keluar penghubung antara bak pengendap I dan II turun setinggi 1/5 h atau minimal 15

cm. dari elevasi lubang inlet. d. Besar volume bak biofilter dihitung berdasarkan perbandingan antara debit limbah cair yang masuk dengan

volume bak biofilter rancangan BPPT yaitu setiap 1 - 1,5 m3/hari volume efektif biofilter adalah 1.062m3 e. Pipa keluar lebih rendah dari pipa masuk. f. Aliran masuk diusahakan tidak menimbulkan goncangan pada air limbah. g. Tangki septik dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang penghawaan. h. Dinding tangki septik dibuat kedap udara agar tidak meresap keluar. i. Tangki dibuat mampu menampung limbah selama 3 hari.

4. METODOLOGI PENELITIAN

Model tangki septik - filter Up Flow Model tangki Septik-filter up flow yang digunakan adalah matematis (scale-up) dari tangki septik- filter up flow rancangan BPPT, dengan perbandingan 1 : 15. Adapun cara menghitung dari pemodelan tangki septik - filter Up-Flow adalah sebagai berikut:

1. Pemodelan Debit Limbah Cair Dengan Volume Efektif. a. Debit Limbah Cair = 1 – 1,5 m3 /hari b. Volume Efektif bak Biofilter = 1,062 m3

c. Pemodelan dengan skala 1 : 15 maka ; d. Debit Limbah Cair = dipakai 1m3 / hari maka 1/15 = 0,066 m3 e. Volume efektif bak Biofilter = 1/15 . 1,062 m3 maka; = 0,0708 m3 2. Bak Pengendap Scale Up a. Dipakai B ( lebar ) = 0,5 m b. L ( Panjang ) = 1,5 x B ( syarat ) = 1,5 x 0,5 = 0,75 m c. Volume Limbah selama 3 hari = 0,066 x 3 = 0,198 m3

Page 5: LIMBAH LAUNDRY FILTER UP FLOW BER MEDIA PECAHAN BATU …konteks.id/p/05-112.pdf · konstruksi/instalasi pengolahan limbah ... penampung air kotor atau tinja ... pengendapan dan penampungan

Keairan

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 H-33 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

d. Mencari Tinggi (H), maka Debit limbah = Volume limbah 0,198 m3 = ( 0,5 x 0,75 x H ) 0,198 m3 = 0,375 H H = 0, 53 m e. Tinggi total H+ min 0,15 m ( Syarat ) = 0,53 + 0,17 = 0,70 m f. Panjang masing – masing bak : - Bak Pengendap I = 0,75 x 2/3 ( syarat ) = 0,5 m - Bak Pengendap II = 0,75 x 1/3 ( syarat ) = 0,25 m

- Maka dimensi bak Pengendap = H x B x L = 0,53 x 0,5 x 0,75 = 0,70 x 0,5 x 0,75 = 0,2625 m3 3. Bak biofilter Scale up a. Volume bak Biofilter = 0,0708 m3 b. Dipakai B = 0,5 m c. Dipakai L ( diperkirakan ) = 0,40 m d. Dicari H e. Volume bak Biofilter = ( B x L x H ) = 0,0708 m 3 0,50 x 0,40 x H = 0,0708 m3 0,20 H = 0,0708 m3

H = 0,354 m f. Maka dipakai H (tinggi Biofilter) = 0,35 m

Gambar D.1. Model Tangki Septik - filter up flow

Langkah kerja Flow Chart penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Gambar D.3. Bagan Alir Penelitian

0,50 m

0,50 m 0,25 m 0,40 m

0,53 m

0,35 m

H =0,75 m

B total = 1,15 m

Gambar D.1. Model Tangki Septik - filter up flow

Pengendap I

Pengendap II Bak Biofilter

Flow Chart penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

MULAI

PERSIAPAN TANGKI

OLAH DATA

INLET

POSES DALAM TANGKI

OUTLET

HASIL ANALISA

PEMERIKSAAN KUALITAS AIR

PEMERIKSAAN

KUALITAS AIR

SELESAI

PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 6: LIMBAH LAUNDRY FILTER UP FLOW BER MEDIA PECAHAN BATU …konteks.id/p/05-112.pdf · konstruksi/instalasi pengolahan limbah ... penampung air kotor atau tinja ... pengendapan dan penampungan

Keairan

H-34 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

5. HASIL PENELITIAN

Pemeriksaan kimiawi Hasil pemeriksaan kimiawi dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel E.1. dengan pembahasan sebagai berikut:

Tabel E.1. Hasil Pemeriksaan Kimiawi Inlet dan Outlet Pada Pengolahan

Pemeriksaan BOD Pada pemeriksaan BOD didapat nilai BOD pada titik inlet tertinggi pada percobaan minggu ke III sebanyak 450 mg/lt dan terendah pada percobaan minggu I sebanyak 432,14 mg/lt dan pada titik outlet nilai BOD yang tertinggi adalah pada percobaan minggu II sebanyak 349,31 mg/lt dan terendah pada percobaan minggu ke III sebanyak 262,86 mg/lt. Rata-rata nilai BOD untuk inlet adalah 441,27 mg/lt dan oultet sebanyak 303,13 mg/lt. Grafik nilai BOD inlet dan outlet dapat dilihat pada gambar E.1

Gambar E.1. Grafik Pemeriksaan BOD

Pemeriksaan MBAS Pemeriksaan kadar deterjen atau MBAS pada titik inlet yang tertinggi pada percobaan minggu IV sebanyak 2,8480 mg/lt dan terendah pada percobaan minggu ke III sebanyak 1,7640 mg/lt dan pada titik outlet yang tertinggi pada percobaan minggu II sebanyak 2,8175 mg/lt dan terendah pada percobaan minggu III sebanyak 0,7961 mg/lt. Rata-rata nilai MBAS pada titik inlet adalah 2,3720 mg/lt dan pada titik outlet 1,6870 mg/lt. Grafik nilai MBAS pada titik inlet dan outlet dapat dilihat pada gambar E.2.

Gambar E.2. Grafik Pemeriksaan MBAS

PER

CO

BA

AN

(MIN

GG

U) Tanggal

BOD

(mg/l)

MBAS

(mg/l)

DHL

(μmhos/cm) pH

Inlet

Inle

t

Out

let

Inle

t

Out

let

Inle

t

Out

let

Inle

t

Out

let

Outlet (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Selasa,

8 Feb 2005 432,14 310,71 2,0569 1,6902 1299 1125 10,5 8,5 Kamis 17 Feb 2005

2 Kamis

17 Feb 2005 435,24 349,31 2,819 2,8175 822 1030 8 8 Kamis 24 Feb 2005

3 Kamis,

24 Maret 2005 450,00 262,86 1,764 0,7961 1321 999 8 8 Kamis, 03 Maret 2005

4 Kamis,

03 Maret 2005 447,68 289,63 2,848 1,444 910 897 8 8 Kamis, 10 Maret 2005

PEMERIKSAAN BOD

0200400600

1 2 3 4

PEMERIKS AAN/PERCOBAAN (MINGGU)

NILAI BOD (mg/l)

INLETOUTLET

PEMERIKS AAN MBAS /DETERJEN

0

12

3

1 2 3 4

PEMERIKS AAN/PERC O B AAN (MING G U)

NIL

AI

MB

AS

(M

g/l)

INLET

O UTLET

Page 7: LIMBAH LAUNDRY FILTER UP FLOW BER MEDIA PECAHAN BATU …konteks.id/p/05-112.pdf · konstruksi/instalasi pengolahan limbah ... penampung air kotor atau tinja ... pengendapan dan penampungan

Keairan

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 H-35 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Hasil reduksi Peningkatan kualitas limbah berdasarkan parameter yang diamati dapat dilihat sebagai berikut:

Reduksi BOD Hasil reduksi limbah cair domestik “limbah laundry” setelah diolah dengan tangki septik-filter up flow terhadap parameter BOD penurunan tertinggi pada percobaan minggu III sebanyak 41,59 % dan penurunan terendah pada percobaan minggu II sebesar 19,74 %. Nilai outlet naik terhadap nilai inlet dan rata-rata dari hasil reduksi tangki septik-filter up flow terhadap limbah sebesar 31,18 %. Grafik hasil reduksi tangki septik filter up flow terhadap air limbah dapat dilihat pada gambar E.3.

Gambar E.3. Hasil Reduksi Tangki Septik-Filter Up Flow Terhadap Air Limbah dengan Parameter BOD

Reduksi MBAS Prosentase kadar deterjen (MBAS) penurunan tertinggi pada percobaan minggu III dengan prosentase 54,87 % dan terendah pada percobaan minggu II dengan prosentase reduksi sebanyak 0.05 %. Dan rata-rata nilai reduksi limbah cair setelah diolah dengan tangki septik - filter up flow sebanyak 30,51 %. Grafik hasil reduksi pada parameter MBAS dapat dilihat pada gambar E.4.

Gambar E.4. Hasil Reduksi Tangki Septik-Filter Up Flow Terhadap Air Limbah dengan Parameter MBAS

6. PENUTUP

Kesimpulan 1. Dari seluruh hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tangki septik-filter up flow dengan biofilter dari pecahan

batu bata dapat menurunkan kadar limbah domestik “Limbah Laundry”. Penurunan tersebut dapat dilihat pada parameter BOD, nilai outlet turun terhadap nilai inlet rata–rata 31,18%, untuk parameter MBAS rata-rata turun sebesar 30,51%, parameter DHL rata-rata sebesar 3,47% dan pada derajat keasaman nilai pH dapat dipertahankan di bawah aturan maksimum yang disyaratkan rata-rata 8,13.

2. Tangki septik filter up flow cocok digunakan untuk limbah cair yang mengandung bahan organik daya larutan tinggi dan tidak cocok untuk limbah yang mengandung bahan padat yang tinggi, karena akan dapat mengakibatkan penyumbatan pada bak biofilter.

3. Tangki septik filter up flow dengan biofilter dari pecahan batu bata dapat digunakan dalam pengolahan limbah cair domestik dalam hal ini “limbah laundry”

4. Secara kualitas limbah hasil pengolahan dengan Tangki-septik filter up flow belum sesuai dengan standar baku mutu yang diijinkan, ini dipengaruhi masa operasi tangki septik-filter up flow baru berjalan ± 1 bulan, dimana seyogyanya ± 3 bulan.

5. Penurunan nilai persentasi yang tidak besar, dipengeruhi oleh proses dekomposisi limbah dimana idealnya proses di dalam tangki ± 3 bulan, sedangkan dalam penelitian ini lama proses yang terjadi baru berjalan ± 1 bulan (empat minggu).

Hasil R e duksi Tangki Se ptik-Filter U p F low

Te rhadap Parame te r BOD

28.1019.74

41.5935.30

0.0010.0020.0030.0040.0050.00

1 2 3 4

PEM ER IKSAAN /PER COBAAN (M IN GGU)

PRO

SEN

TA

SI R

ED

UK

SI

(%)

REDUKS I

Hasil Re duks i Tangki Se ptik - Filter up flow

Te rhadap Parame te r M B AS

17.83

0.05

54.8749.30

0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.00

1 2 3 4

PEMERIKS AAN/PERCO BAAN(MINGGU)

Pros

enta

se R

eduk

si(%

) Reduksi

Page 8: LIMBAH LAUNDRY FILTER UP FLOW BER MEDIA PECAHAN BATU …konteks.id/p/05-112.pdf · konstruksi/instalasi pengolahan limbah ... penampung air kotor atau tinja ... pengendapan dan penampungan

Keairan

H-36 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

6. Dengan melihat hasil BOD yang didapat dalam penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan dimensi, dari fasilitas pengolahan air buangan (modifikasi tangki lanjutan), memberikan nilai efisiensi pada proses pengolahan serta memberikan pengetahuan umum kepada pihak yang terkait, seberapa besar batasan yang dijinkan pada air bungan agar dapat dibuang kelingkungan/ badan air.

7. Berdasarkan penelitian diperoleh kesimpulan bahwa untuk parameter BOD dan MBAS terdapat hubungan penurunan dari inlet ke outlet, dengan perkataan lain bahwa setiap nilai BOD turun, maka nilai MBAS juga turun.

Saran 1. Pematangan tangki septik filter up flow sebelum digunakan bisa lebih lama lagi kurang lebih 20 sampai 30 hari,

dan penambahan kotoran hewan pada limbah, dengan memperhatikan keenceran sumber limbah yang nantinya berpengaruh pada bak biofilter

2. Untuk penelitian lebih lanjut, dengan penggunaan limbah yang sama perlu memperhatikan bagaimana memodifikasi pengolahan limbah untuk mengurangi busa yang ditimbulkan dengan cara penambahan bahan kimia serta pemasukan/ inlet air buangan lebih hati-hati untuk menghindari guncangan yang berlebih sehingga tidak mempengaruhi warna limbah.

3. Perlu dikaji lebih lanjut tentang penggunaan tangki septik filter up flow dengan sumber limbah yang lain, dan lama proses dalam tangki lebih diperpanjang.

4. Perlu diadakan percobaan lebih lanjut dengan penggunaan media saringan yang berbeda ataupun penambahan media serta bentuk modifikasi tangki septik yang lain.

5. Untuk pihak yang terkait sebagai penghasil limbah laundry, selain pengolahan dengan tangki septik tersebut dapat pula dikombinasikan dengan pengolahan : a. Usaha pengurangan bahan pencemaran, dengan cara menggunakan deterjen dengan takaran yang

semimimal mungkin, menghentikan penggunaan surfactant baru yang sifatnya mudah diuraikan, misalnya dengan bahan pengganti phospat yaitu NTA (Nitrilo Triacetic Acid) (Srikandi, 1992).

b. Pengolahan secara fisik dan kimia - Secara fisik; misalnya dengan penyaringan, flotasi (pengapungan), adsorbsi (Djajadiningrat, 1992

dalam Muzayyah, 1998). - Secara kimia ; misalnya dengan koagulasi flokulasi

DAFTAR PUSTAKA Betty, S. L. J. dan Winiati, P. R., 1993, “Penanganan Limbah Industri Pangan”, Kanisius, Yogyakarta. Deddy, E. dan Farma, D., 2005, “Artikel Bisnis Tentang Laundry”, www.indosiar.com (juli 2005) Fakhrizal, 2005, “Mewaspadai Bahaya Limbah Domestik Di Kali Mas Surabaya”, Artikel Internet Mahasiswa

Teknik Lingkungan UPN, Surabaya, dalam Situs www.terranet.go.id (18 Juni 2004) Hasanuddin, M., 2004 “Efektifitas Tangki Septik-Filter Up Flow Dalam Pengolahan Limbah Cair Domestik Rumah

Makan Padang”, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra,Yogyakarta. Hindarko, S., 2003, “Mengolah Air Limbah Supaya Tidak Mencemari Orang Lain”, ESHA, Jakarta.