jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja...

25
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan diperlukan adanya upaya pelestarian sumber daya air sehingga dapat memenuhi hajat hidup masyarakat serta untuk melindungi kelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai dengan peruntukannya; b. bahwa guna menjaga dan mempertahankan kualitas air dan peningkatan kualitas air limbah serta untuk mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya, perlu adanya pengaturan pengelolaan air limbah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2757); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam, Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); jdih.pekalongankab.go.id

Transcript of jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja...

Page 1: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2014

TENTANG

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PEKALONGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan

berwawasan lingkungan yang berkelanjutan diperlukan

adanya upaya pelestarian sumber daya air sehingga

dapat memenuhi hajat hidup masyarakat serta untuk

melindungi kelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai

dengan peruntukannya;

b. bahwa guna menjaga dan mempertahankan kualitas

air dan peningkatan kualitas air limbah serta untuk

mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak

lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk

hidup lainnya, perlu adanya pengaturan pengelolaan

air limbah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu

membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air

Limbah;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam

Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang

Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan

mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950

tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam

Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2757);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam, Hayati dan

Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3419);

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber

Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4377);

jdih.pekalongankab.go.id

Page 2: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

2

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5059);

8. Undang-Undang Nomor Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5072);

9. Undang-Undang Nomor Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5492);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999

tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3815) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun

1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3910);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4490);

jdih.pekalongankab.go.id

Page 3: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

3

13. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008

tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4858);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang

Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5230);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang

Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5285);

16. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat

Dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian

Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air;

17. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah

Domestik;

18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan Dan Strategi

Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air

Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);

19. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 20

Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kua!itas Air Dan

Pengendalian Pencemaran Air Lintas Kabupaten/Kota

Di Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Propinsi

Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 132);

20. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 10

Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah

(Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun

2004 Nomor 45 Seri E) sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor

5 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004

tentang Baku Mutu Air Limbah (Lembaran Daerah

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 Nomor 41);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 2

Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Pekalongan Tahun 2011-2031 (Lembaran

Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 Nomor 2);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 1

Tahun 2012 tentang Retribusi Daerah (Lembaran

Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2012 Nomor 1,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan

Nomor 25);

jdih.pekalongankab.go.id

Page 4: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

4

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN dan

BUPATI PEKALONGAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Pekalongan.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

daerah.

3. Bupati adalah Bupati Pekalongan.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Pekalongan yang selanjutnya disingkat DPRD adalah

lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya

disebut SKPD, adalah sekretariat, dinas, kantor, dan

badan yang merupakan perangkat daerah di

lingkungan Pemerintah Daerah.

6. Air adalah semua air yang terdapat di atas ataupun di

bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian

ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut

yang berada di darat.

7. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup

yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan

saling mempengaruhi dalam membentuk

keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas

lingkungan hidup.

8. Air Limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha

dan/atau kegiatan berwujud cair.

9. Air Limbah Domestik adalah air limbah yang berasal

dari usaha dan/atau kegiatan permukiman/real

estate, rumah makan/restoran, perkantoran,

perniagaan, apartemen, asrama dan rumah tangga.

10. Air Limbah Industri adalah sisa hasil usaha dan/atau

kegiatan industri yang berwujud cair.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 5: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

5

11. Air Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang

selanjutnya disebut Air Limbah B3 adalah air limbah

yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun

yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau

jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak

langsung dapat merusak dan/atau mencemari

lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan

kesehatan manusia, serta makhluk hidup lain.

12. Pengelolaan Air Limbah adalah suatu upaya terpadu

yang terdiri atas perencanaan, penataan, pengolahan,

pemeliharaan, pengawasan, dan pengendalian air

limbah.

13. Pengelolaan Air Limbah Domestik adalah upaya

terpadu dalam perencanaan, penataan, pengolahan,

pemeliharaan, pengawasan, dan pengendalian air

limbah domestik.

14. Perairan Umum adalah saluran air atau sungai yang

merupakan fasilitas umum dan bukan merupakan

bagian dari sistem limbah perpipaan.

15. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya

disebut IPAL adalah tempat pengolahan air limbah

sehingga memenuhi baku mutu yang ditetapkan.

16. Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik Komunal

yang selanjutnya disebut IPAL Domestik Komunal

adalah tempat pengolahan air limbah domestik secara

terpadu dari suatu wilayah sehingga memenuhi baku

mutu air limbah domestik yang ditetapkan.

17. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang selanjutnya

disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur

t inja terpadu.

18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang

selanjutnya disebut Sistem Setempat adalah sistem

pengelolaan air limbah domestik secara individual yang

diolah dan dibuang ditempat.

19. Sistem Pembuangan Air Limbah Terpusat yang

selanjutnya disebut Sistem Terpusat adalah sistem

pembuangan air limbah ke jaringan pipa yang dialirkan

ke satu tempat pengolahan untuk diolah agar

memenuhi baku mutu pada waktu dibuang ke

lingkungan.

20. Jaringan Air Limbah Domestik Terpusat adalah suatu

sistem jaringan perpipaan untuk menampung dan

mengalirkan air limbah ke suatu tempat pengolahan.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 6: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

6

21. Sumber Air adalah wadah air yang terdapat di atas dan

di bawah permukaan tanah termasuk dalam

pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau,

situ, waduk, dan muara.

22. Akuifer adalah lapisan bantuan jenuh air tanah yang

dapat menyimpan dan meneruskan air tanah dalam

jumlah cukup dan ekonomis.

23. Tangki Septik adalah bak kedap air untuk mengolah

air limbah yang dilengkapi tutup, penyekat, pipa

masuk/keluar dan ventilasi yang berfungsi untuk

mengubah sifat-sifat air limbah agar air limbah dapat

dibuang ke tanah melalui resapan tanpa mengganggu

lingkungan.

24. Tangki Septik Individual adalah tempat pengolahan air

limbah domestik yang digunakan untuk rumah tangga

sendiri tanpa dihubungkan dengan jaringan perpipaan

komunal atau terpusat.

25. Tangki Septik Komunal adalah tempat pengolahan air

limbah domestik terpisah dengan jaringan perpipaan

terpusat yang digunakan secara bersama-sama oleh

beberapa rumah tangga.

26. Baku Mutu Air Limbah adalah ukuran batas atau

kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur

pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air

limbah yang akan dibuang atau dilepaskan ke sumber

air.

27. Izin Pembuangan Air Limbah adalah izin yang

diberikan bagi usaha dan/atau kegiatan untuk

membuang air limbah ke sumber air.

28. Izin Pemanfaatan Air Limbah adalah izin yang

diberikan bagi usaha dan/atau kegiatan untuk

memanfaatkan air limbah.

29. Orang adalah orang perseorangan.

30. Badan adalah sekumpulan orang pribadi dan/atau

modal yang merupakan kesatuan, baik yang

melakukan usaha maupun yang tidak melakukan

usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan

komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik

Negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah

(BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun,

firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi

sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan

bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi

kolektif dan bentuk usaha tetap.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 7: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

7

31. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang

selanjutnya disebut Amdal adalah kajian mengenai

dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang

diperlukan bagi proses pengambilan keputusan

tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

32. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup, yang

selanjutnyadisebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan

pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang

tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup

yang diperlukan bagi pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

33. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup adalah pejabat

Pegawai Negeri Sipil pada Instansi yang berwenang di

bidang teknis Lingkungan Hidup yang memenuhi

kualifikasi dan kompetensi melakukan pengawasan

pengelolaan lingkungan hidup.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Pengaturan pengelolaan air limbah dalam Peraturan

Daerah ini dimaksudkan sebagai upaya pengendalian

pencemaran air yng diakibatkan pembuangan air

limbah.

(2) Pengelolaan Air Limbah bertujuan untuk :

a. mengendalikan pembuangan air limbah;

b. menjaga, melindungi, dan mempertahankan kualitas

air tanah dan air permukaan sehingga dapat

berfungsi sesuai dengan peruntukannya;

c. mewujudkan tercapainya kualitas air limbah yang

memenuhi baku mutu, dan;

d. meningkatkan upaya pelestarian fungsi lingkungan

hidup dalam menunjang pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

BAB III RUANG LINGKUP

Pasal 3

Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Daerah ini

meliputi Air Limbah Domestik dan Air Limbah Industri.

BAB IV

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

jdih.pekalongankab.go.id

Page 8: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

8

Pasal 4

(1) Setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan yang

menghasilkan air limbah wajib melakukan pengelolaan

air limbah.

(2) Air limbah yang dibuang ke air atau sumber air harus

memenuhi baku mutu yang ditetapkan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 5

(1) Pengelolaan Air Limbah diselenggarakan secara terpadu

dengan pendekatan ekosistem.

(2) Keterpaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan mulai tahap perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, dan evaluasi.

BAB V

PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Bagian Kesatu Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

Pasal 6

(1) Pengelolaan Air Limbah Domestik dilaksanakan melalui

sistem pengolahan air limbah domestik setempat,

terpusat dan IPLT.

(2) Sistem pengolahan air limbah domestik setempat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara

individual melalui pengolahan dan pembuangan air

limbah domestik setempat.

(3) Sistem pengolahan air limbah domestik terpusat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah

serta dibuang secara terpusat.

Pasal 7

(1) Pengolahan dan pembuangan air limbah domestik

setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat

(2) terdiri atas Tangki Septik Individual, Tangki Septik

Komunal, dan IPAL Domestik Komunal.

(2) Sistem pembuangan air limbah berupa kotoran

manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan system

setempat atau terpusat agar tidak mencemari daerah

tangkapan air/resapan air baku.

(3) Sistem pembuangan air limbah terpusat diarahkan bagi

lingkungan perumahan atau kawasan padat penduduk

dengan memperhatikan daya dukung lahan dan kondisi

sosial ekonomi masyarakat.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 9: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

9

Bagian Kedua Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat

Pasal 8

(1) Setiap orang pada wilayah yang karena kondisi dan

pertimbangan tertentu tidak dapat memanfaatkan

Jaringan Air Limbah Domestik Terpusat, dapat

membuat IPAL domestik setempat berupa Tangki Septik

Komunal atau IPAL Domestik Komunal.

(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) tidak dapat dilaksanakan, dapat membuat tangki

septik individual yang memenuhi persyaratan teknis

sanitasi.

(3) Untuk wilayah yang dekat dengan sumber air,

masyarakat diarahkan untuk membangun IPAL

Komunal.

Pasal 9

(1) Pembangunan IPAL Domestik Setempat dapat

dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,

pengembang perumahan, dan/atau masyarakat.

(2) Pekerjaan pembangunan IPAL Domestik Setempat yang

dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau pihak ketiga

harus memenuhi ketentuan yang berlaku dan dengan

pengawasan instansi terkait.

(3) Masyarakat harus menyalurkan air limbah domestiknya

ke dalam IPAL setempat sesuai dengan kondisi dan

kapasitas IPAL.

(4) Masyarakat yang akan membangun atau menyambung

IPAL Domestik Setempat harus menyampaikan laporan

kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Pekerjaan

Umum.

Pasal 10

Operasional dan pemeliharaan Tangki Septik Individual,

Tangki Septik Komunal, dan IPAL domestik komunal

menjadi tanggung jawab pengguna.

Bagian Ketiga

Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat

Pasal 11

(1) Setiap orang atau badan yang tidak melaksanakan

pengolahan Air Limbah Domestik Setempat harus

menyalurkan Air Limbah Domestik ke Jaringan Air

Limbah Domestik Terpusat sesuai dengan kondisi dan

kapasitas IPAL.

(2) Penyambungan saluran Air Limbah Domestik ke

Jaringan Air Limbah Domestik Terpusat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan izin dari

Dinas Pekerjaan Umum.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 10: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

10

(3) Penyambungan saluran Air Limbah Domestik ke

Jaringan Air Limbah Domestik Terpusat dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan teknis dengan pengawasan

dari Dinas Pekerjaan Umum.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan

prosedur permohonan Izin Penyambungan Jaringan Air

Limbah Domestik Terpusat sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 12

Sistem pembuangan/pengolahan air limbah terpusat terdiri

dari sistem terpusat berskala komunitas, kawasan, kota

dan regional.

Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pengelolaan air limbah domestik diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VI

PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI

Pasal 14

(1) Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan industri yang

menghasilkan dan membuang Air Limbah Industri wajib

memiliki IPAL guna mengolah air limbah agar sesuai

dengan baku mutu.

(2) Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan yang melakukan

penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,

pengolahan, dan penimbunan Air Limbah Industri

dilarang melakukan pengenceran dengan tujuan

menurunkan konsentrasi zat racun dan bahaya air

limbah.

(3) Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan yang

menghasilkan dan membuang Air Limbah Industri

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memasang

alat ukur yang digunakan untuk memantau kuantitas

dan kualitas air limbah.

(4) Penggunaan alat ukur kualitas air limbah sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) wajib distandarisasi oleh

lembaga yang berwenang.

Pasal 15

(1) Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pengawasan

terhadap kualitas Air Limbah Industri agar sesuai

dengan baku mutu, Pemerintah Daerah melakukan

pemasangan alat tertentu pada IPAL.

(2) Alat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan alat yang berfungsi untuk memantau air

limbah yang dibuang ke sumber air.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 11: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

11

Pasal 16

(1) Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan dilarang

membuang Air Limbah melebihi Baku Mutu Air Limbah

yang telah ditetapkan.

(2) Baku Mutu Air Limbah yang ditetapkan sebagaimana

yang dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 17

Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan industri yang

telah memiliki IPAL dan belum berfungsi secara optimal

harus disempurnakan dan dioperasionalkan sehingga Air

Limbah yang dihasilkan sesuai dengan baku mutu.

BAB VII

PENGELOLAAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DAN SARANA

KESEHATAN LAINNYA

Pasal 18

Setiap usaha dan/atau kegiatan rumah sakit dan sarana

kesehatan lainnya (puskesmas, rumah bersalin, balai

pengobatan, apotik, laboratorium kesehatan, dan

sejenisnya) wajib memiliki IPAL yang terpisah antara Air

Limbah Domestik dan air limbah kegiatan usaha.

Pasal 19

Ketentuan mengenai pengelolaan air limbah rumah sakit

dan sarana kesehatan lainnya mengacu pada ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII

PERIZINAN

Bagian Kesatu

Izin Pembuangan Air Limbah

Pasal 20

(1) Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan yang membuang

Air Limbah ke air dan/atau sumber air dalam wilayah

daerah wajib memiliki Izin Pembuangan Air Limbah.

(2) Izin Pembuangan Air Limbah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan

administrasi dan teknis.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan

prosedur permohonan Izin Pembuangan Air Limbah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Bupati.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 12: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

12

Bagian Kedua Izin Pemanfaatan Air Limbah

Pasal 21

(1) Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan yang

memanfaatkan Air Limbah dalam wilayah daerah wajib

memiliki Izin Pemanfaatan Air Limbah.

(2) Izin Pemanfaatan Air Limbah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan

administrasi dan teknis.

(3) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) terdiri atas:

a. isian formulir permohonan perizinan;

b. izin-izin lain yang berkaitan dengan usaha dan/atau

kegiatan; dan

c. dokumen Amdal atau UKL-UPL atau dokumen lain

yang dipersamakan dengan dokumen dimaksud.

(4) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), meliputi :

a. dokumen yang menjelaskan upaya pencegahan

pencemaran, minimalisasi volume air limbah,

efisiensi energi dan sumber daya yang dilakukan

orang pribadi atau badan usaha air limbah

termasuk rencana pemulihan bila terjadi

pencemaran;

b. kajian pemanfaatan air limbah terhadap

pembudidayaan ikan, hewan, dan tanaman, kualitas

tanah dan air tanah, serta kesehatan masyarakat;

dan

c. kajian potensi dampak dari kegiatan pemanfaatan

air limbah terhadap pembudidayaan ikan, hewan,

dan tanaman, kualitas tanah dan air tanah, dan

kesehatan masyarakat.

(5) Kajian dampak pemanfaatan air limbah sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) huruf c didasarkan pada

dokumen Amdal atau UKL-UPL atau dokumen lain yang

dipersamakan dengan dokumen dimaksud.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan

prosedur permohonan Izin Pemanfaatan Air Limbah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga Masa Berlaku Izin

Pasal 22

(1) Jangka waktu berlakunya Izin Pembuangan Air

Limbah dan Izin Pemanfaatan Air Limbah selama 5

(lima) tahun dan dapat diperpanjang.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 13: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

13

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku

atau batal demi hukum karena :

a. kegiatan usaha berakhir;

b. tidak melakukan kegiatan usaha selama jangka waktu

2 (dua) tahun sejak izin dikeluarkan.

BAB IX HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu Hak

Pasal 23

Setiap orang berhak :

a. memperoleh kualitas air yang baik;

b. mendapatkan informasi mengenai status mutu air

dan pengelolaan kualitas air serta pengendalian

pencemaran air;

c. berperan serta dalam rangka pengelolaan kualitas air

dan pengendalian pencemaran air sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua Kewajiban

Pasal 24

(1) Setiap orang berkewajiban:

a. melestarikan kualitas air pada sumber air; dan

b. mengendalikan pencemaran air.

(2) Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan yang

melakukan kegiatan dengan menghasilkan air limbah

wajib mengolah air limbah sehingga memenuhi baku

mutu dan membuat saluran pembuangan air limbah

menuju sumber air yang memudahkan untuk

pengambilan contoh dan pengukuran kualitas air

limbah di luar areal kegiatan.

(3) Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) tidak dapat dilaksanakan, maka pembuangan air

limbah yang telah diolah sesuai Baku Mutu Air

Limbah dilakukan dengan cara penyedotan untuk

selanjutnya dibuang ke sumber air.

(4) Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan yang

menghasilkan air limbah berkewajiban memberikan

informasi yang benar dan akurat mengenai

pelaksanaan kewajiban pengelolaan kualitas air dan

pengendalian pencemaran air.

Pasal 25

(1) Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan wajib memasang

alat ukur kuantitas dan kualitas air limbah dan

melakukan pencatatan debit, temperatur, dan pH air

limbah harian.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 14: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

14

(2) Hasil pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan kepada Bupati 1 (satu) kali dalam 1 (satu)

bulan.

Pasal 26

(1) Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan

pengujian kualitas air limbah paling sedikit 1 (satu) kali

dalam 1 (satu) bulan ke laboratorium yang telah

terakreditasi.

(2) Hasil pemeriksaan kualitas Air Limbah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati

paling lambat 3(tiga) bulan sekali.

(3) Dalam hal tertentu, penyampaian hasil pemeriksaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling

lambat 7 (tujuh) hari setelah pemeriksaan.

Pasal 27

Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan permukiman (real

estate), rumah makan, perkantoran, dan perniagaan,

berkewajiban :

a. melakukan pengolahan air limbah domestik sehingga

mutu air limbah yang dibuang ke lingkungan tidak

melampaui baku mutu air limbah domestik yang telah

ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

b. membuat saluran pembuangan air limbah domestik

yang tertutup dan kedap air;

c. membuat bak kontrol untuk memudahkan

pengambilan contoh air limbah domestik; dan

d. memeriksa kadar kualitas air limbah domestik paling

sedikit 6 (enam) bulan sekali.

Pasal 28

Setiap pemegang Izin Pembuangan Air Limbah

berkewajiban :

a. mentaati ketentuan baku mutu dan kuantitas air

limbah yang boleh dibuang ke sumber air;

b. membuat saluran pembuangan limbah yang sesuai dan

ditetapkan oleh instansi berwenang;

b. melaporkan apabila terjadi perubahan kegiatan;

c. memasang alat ukur debit, temperatur, dan pH air

limbah yang pengadaan, pemasangan, dan

perbaikannya menjadi tanggung jawab pemegang izin;

d. mencatat debit, temperatur, dan pH air limbah setiap

hari;

e. mengadakan sarana dan prosedur penanggulangan

keadaan darurat;

f. melakukan penanggulangan dan pemulihan bila

terjadi keadaan darurat;

jdih.pekalongankab.go.id

Page 15: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

15

g. melakukan pengolahan limbah;

h. melakukan pemantauan mutu air limbah;

i. menyampaikan laporan tentang penaatan persyaratan

Izin Pembuangan Air Limbah paling sedikit 3 (tiga)

bulan kepada Bupati.

BAB X

LARANGAN

Pasal 29

Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan menghasilkan air

limbah dilarang:

a. melakukan pengenceran;

b. membuang air limbah secara sekaligus dalam satu saat

atau pelepasan dadakan tanpa pengolahan air limbah;

c. membuang air limbah yang mengandung radiokatif;

d. membuang air limbah melebihi Baku Mutu Air Limbah;

e. membuat saluran by pass (saluran pembuangan air

limbah langsung ke sumber air tanpa melalui

pengolahan);

f. melakukan penyambungan ke dalam jaringan air

limbah domestik terpusat tanpa izin;

g. menyalurkan air hujan ke dalam jaringan air limbah

domestik dan IPAL domestik;

h. membuang limbah B3, benda-benda padat/sampah

yang dapat menutup saluran, benda-benda yang

mudah menyala atau meletus (gas) yang akan

menimbulkan bahaya atau kerusakan pada sumber air,

jaringan air limbah, dan IPAL;

i. membuang air limbah medis, laundry dan limbah

industri ke jaringan air limbah terpusat atau IPAL

domestik setempat;

j. menyalurkan air limbah domestik yang mengandung

bahan dengan kadar yang dapat mengganggu dan

merusak Jaringan Air Limbah Domestik Terpusat;

k. menyalurkan air limbah domestik ke tanah, sungai dan

sumber air lainnya tanpa pengolahan;

l. menambah atau merubah bangunan Jaringan Air

Limbah Domestik Terpusat tanpa izin;

m. membangun bangunan di atas Jaringan Air Limbah

Domestik Terpusat tanpa izin.

BAB XI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu

Pembinaan

jdih.pekalongankab.go.id

Page 16: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

16

Pasal 30

(1) Bupati atau Kepala SKPD yang membidangi

Lingkungan Hidup melakukan pembinaan untuk

meningkatkan ketaatan penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan dalam pengelolaan air limbah.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. penyuluhan mengenai peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan pengelolaan

kualitas air dan pengendalian pencemaran air;

b. mendorong upaya penerapan teknologi pengolahan

Air Limbah;

c. mendorong upaya penerapan teknologi sesuai

perkembangan ilmu dan teknologi;

d. mendorong upaya minimalisasi limbah yang

bertujuan untuk efisiensi penggunaan sumberdaya;

e. mendorong upaya pemanfaatan air limbah;

f. menyelenggarakan pelatihan, mengembangkan

forum-forum bimbingan dan/atau konsultasi teknis

dalam bidang pengendalian pencemaran air;

dan/atau

g. penerapan kebijakan insentif dan/atau disinsentif..

(3) Penerapan kebijakan insentif sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf g meliputi:

a. pengenaan biaya pembuangan air limbah yang lebih

murah dari tarif baku;

b. pemberian penghargaan; dan/atau

c. pengumuman riwayat kinerja penaatan usaha

dan/atau kegiatan kepada masyarakat.

(4) Penerapan kebijakan disinsentif sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf g meliputi:

a. pengenaan biaya pembuangan air limbah yang lebih

mahal dari tarif baku;

b. penambahan frekuensi swapantau; dan/atau

c. pengumuman riwayat kinerja penaatan usaha

dan/atau kegiatan kepada masyarakat.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan kebijakan

insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 31

Bupati atau Kepala SKPD yang membidangi Lingkungan

Hidup melakukan pembinaan terhadap usaha dan/atau

kegiatan skala mikro, kecil dan menengah melalui :

a. pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan air

limbah terpadu;

jdih.pekalongankab.go.id

Page 17: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

17

b. pemberian bantuan sarana dan prasarana dalam

rangka penerapan minimalisasi air limbah,

pemanfaatan air limbah, dan efesiensi sumber daya;

c. pengembangan mekanisme percontohan; dan/atau

d. penyelenggaraan pelatihan, mengembangkan forum-

forum bimbingan, dan/atau konsultasi teknis di bidang

pengendalian pencemaran air.

Pasal 32

Bupati atau Kepala SKPD yang membidangi Lingkungan

Hidup, Pekerjaan Umum, dan Kesehatan melakukan

pembinaan terhadap pengelolaan air limbah rumah tangga

melalui:

a. pembangunan sarana dan prasarana Pengelolaan Air

Limbah;

b. peningkatan kesadaran masyarakat menggunakan

tangki septik yang sesuai dengan persyaratan sanitasi;

c. peningkatan keswadayaan masyarakat dalam

pengelolaan air limbah rumah tangga;

d. pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat

(KSM) dan/atau kader-kader masyarakat dalam

Pengelolaan Air Limbah rumah tangga;

e. pengembangan mekanisme percontohan;

f. penyebaran informasi dan/atau kampanye

pengelolaan air limbah rumah tangga; dan/atau

g. penyelenggaraan pelatihan, mengembangkan forum-

forum bimbingan dan/atau konsultasi teknis dalam

bidang pengendalian pencemaran air pada sumber air

dari limbah rumah tangga.

Bagian Kedua Pengawasan

Pasal 33

Bupati atau Kepala SKPD yang membidangi Lingkungan

Hidup melaksanakan pengawasan ketaatan

penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan terhadap:

a. izin pembuangan dan izin pemanfaatan air limbah;

b. persyaratan teknis pengendalian pencemaran air bagi

usaha dan/atau kegiatan yang tercantum dalam

dokumen lingkungan yang meliputi antara lain AMDAL

atau UKL-UPL, atau dokumen lain yang dipersamakan

dengan dokumen dimaksud yang telah disetujui atau

direkomendasikan oleh Bupati atau Kepala Badan

Lingkungan Hidup.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 18: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

18

Pasal 34

(1) Bupati sesuai dengan kewenangannya wajib

melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung

jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang

ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di

bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

(2) Bupati dapat mendelegasikan kewenangannya dalam

melakukan pengawasan kepada Kepala SKPD yang

membidangi Lingkungan Hidup.

Pasal 35

(1) Dalam melaksanakan pengawasan, Bupati menetapkan

Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang merupakan

pejabat fungsional.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya Pejabat Pengawas

Lingkungan Hidup berwenang:

a. melakukan pemantauan yang meliputi

pengamatan, pemotretan, perekaman audio visual,

dan pengukuran;

b. meminta keterangan kepada masyarakat yang

berkepentingan, karyawan yang bersangkutan,

konsultan, kontraktor, dan perangkat pemerintahan

setempat;

c. membuat salinan dari dokumen dan atau membuat

catatan yang diperlukan antara lain dokumen

perizinan, dokumen Amdal atau UKL-UPL, atau

dokumen lain yang dipersamakan dengan dokumen

dimaksud, data hasil swapantau, dokumen Surat

Keputusan organisasi perusahaan;

d. memasuki tempat tertentu yang berhubungan

dengan pengelolaan air limbah;

e. mengambil contoh dari air limbah yang dihasilkan,

air limbah yang dibuang, bahan baku, dan bahan

penolong;

f. memeriksa peralatan yang digunakan dalam proses

produksi, utilitas, dan instalasi pengolahan limbah;

g. memeriksa instalasi, dan atau alat transportasi;

h. meminta keterangan dari pihak yang bertanggung

jawab atas usaha dan atau kegiatan;

i. menghentikan pelanggaran tertentu yang dilakukan

oleh penanggungjawab kegiatan dan/atau usaha.

(3) Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Pengawas

Lingkungan Hidup dapat melakukan koordinasi

dengan pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

(4) Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dilarang

menghalangi pelaksanaan tugas Pejabat Pengawas

Lingkungan Hidup.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 19: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

19

BAB XII SANKSI

Bagian Kesatu

Sanksi Administrasi

Pasal 36

(1) Bupati menerapkan sanksi administratif kepada

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam

pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin

lingkungan.

(2) Sanksi administratif terdiri atas:

a. teguran tertulis;

b. paksaan pemerintah;

c. pembekuan izin lingkungan; atau

d. pencabutan izin lingkungan.

(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) tidak membebaskan penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan

pidana.

(4) Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan

atau pencabutan izin lingkungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d dilakukan

apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

tidak melaksanakan paksaan pemerintah.

(5) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b berupa:

a. penghentian sementara kegiatan produksi;

b. pemindahan sarana produksi;

b. penutupan saluran pembuangan air limbah;

c. pembongkaran;

d. penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi

menimbulkan pelanggaran;

e. penghentian sementara seluruh kegiatan; atau

f. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan

pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi

lingkungan hidup.

(6) Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan

tanpa didahului teguran apabila pelanggaran yang

dilakukan menimbulkan:

a. ancaman yang sangat serius bagi manusia dan

lingkungan hidup;

b. dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak

segera dihentikan pencemaran dan/atau

perusakannya; dan/atau

c. kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup

jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau

perusakannya.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 20: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

20

(7) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang

tidak melaksanakan paksaan pemerintah dapat

dikenai denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan

sanksi paksaan pemerintah.

(8) Pengenaan denda setiap keterlambatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (7) berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua Ganti Rugi Kerugian

Pasal 37

(1) Setiap perbuatan melanggar hukum berupa

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup

akibat pengelolaan air limbah yang menimbulkan

kerugian pada orang atau lingkungan hidup, penanggung

jawab usaha dan/atau kegiatan wajib membayar ganti

kerugian dan/atau melakukan tindakan tertentu.

(2) Selain pembebanan untuk melakukan tindakan

tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat

dikenakan pembebanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Ketiga

Sanksi Pidana

Pasal 38

(1) Setiap orang atau Badan yang melanggar ketentuan

Pasal 9 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 11 ayat (1),

Pasal 25, Pasal 26 Pasal 27, Pasal 28 dan Pasal 29

diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)

bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah).

(2) Setiap orang atau Badan yang melanggar ketentuan

Pasal 4, Pasal 14, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal

20, Pasal 21, Pasal 24 Peraturan Daerah ini yang

mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana

sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masuk ke

Kas Daerah.

BAB XIII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 39

(1) Penyidikan atas pelanggaran dalam Peraturan Daerah

ini dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil

(PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 21: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

21

(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, PPNS

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti

keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak

pidana pengelolaan air limbah;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan

mengenai orang pribadi atau badan tentang

kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan

dengan pengelolaan air limbah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari pribadi

atau badan sehubungan denagan tindak pidana di

bidang pengelolaan air limbah;

d. memeriksa dokumen-dokumen berkenaan dengan

tindak pidana pengelolaan air limbah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan

bahan bukti pembukuan, pencatatan, dokumen-

dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap

bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka

pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana

pengelolaan air limbah;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang

meninggalkan ruangan atau tempat pada saat

pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa

identitas orang atau dokumen yang dibawa

sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak

pidana di pengelolaan air limbah;

i. memanggil seseorang untuk didengar

keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi;

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang dianggap perlu

untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di

bidang penataan ruang menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memberitahukan dimulainya Penyidikan dan

menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut

Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara

Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang–Undang Hukum Acara Pidana.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 22: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

22

BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 40

Setiap usaha dan/atau kegiatan industri yang telah

beroperasi paling lambat 1 (satu) tahun harus

menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan

Daerah ini.

BAB XV KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini,

sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 42

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Pekalongan.

Ditetapkan di Kajen

pada tanggal 30 Juni 2014 BUPATI PEKALONGAN,

Ttd.

AMAT ANTONO

Diundangkan di Kajen pada tanggal 11 Juli 2014

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN,

Ttd.

SUSIYANTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

NOMOR 5 Salinan sesuai aslinya, Kepala Bagian Hukum

Setda Kabupaten Pekalongan,

Endang Murdiningrum, SH.

Pembina Tingkat I

NIP. 19631005 199208 2 001

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH :

(68/2014)

jdih.pekalongankab.go.id

Page 23: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

23

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN

NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

I. UMUM

Permasalahan pengelolaan air limbah di Kabupaten Pekalongan

cukup kompleks baik dari segi pengaturannya maupun

pembiayaannya. Sistem pengelolaan jaringan air limbah yang belum

berjalan secara optimal merupakan salah satu kendala bagi Pemerintah

Daerah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dengan adanya

hal tersebut Pemerintah Daerah perlu melakukan pengelolaan air

limbah dengan cara membuat sistem pengaturan terhadap jaringan

air limbah baik terpusat maupun setempat, karena dengan adanya

pengaturan jaringan air limbah tersebut dapat melindungi dan

meningkatkan kualitas air tanah dan air permukaan di Kabupaten

Pekalongan.

Dengan dasar tersebut, maka perlu adanya Peraturan Daerah dapat

mengatur segala jenis pengelolaan air limbah baik yang dibuang

melalui saluran air limbah terpusat maupun saluran air limbah

setempat, yang dibuat oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi,

Pemerintah Daerah maupun masyarakat. Dengan berlakunya

Peraturan Daerah ini diharapkan dapat terwujud lingkungan yang

sehat melalui kesadaran dan kepedulian pemerintah, dunia usaha

dan masyarakat dalam berpartisipasi melestarikan lingkungan hidup

melalui pengelolaan air limbahnya.

II. PASAL DEMIPASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 24: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

24

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

jdih.pekalongankab.go.id

Page 25: jdih.pekalongankab.go · 2020. 4. 15. · disebut IPLT adalah tempat pengolahan lumpur tinja terpadu. 18. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat yang selanjutnya ... selanjutnya disebut

25

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 39

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH :

(68/2014)

jdih.pekalongankab.go.id