LIMBAH HOTEL

34
BAB IX PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI PERHOTELAN 9.1. Pendahuluan Menyadari akan pentingnya sektor pariwisata, seni dan budaya dalam pembangunan nasional diharapkan pariwisata, seni dan budaya dapat menjadi andalan dan unggulan pembangunan nasional, jangka pendek. Dalam jangka panjang diharapkan parsenibud dapat menjadi tulang punggung pengembangan ekonomi. Melihat kecenderungan global pariwisata dunia serta keadan alam dan budaya Indonesia, tidak mustahil di masa yang akan datang parsenibud sebagai salah satu sektor yang dapat menjadi "Tambang Emas Masa Depan" bagi republik Indonesia. Disamping itu dengan disatukannya bidang seni dan budaya dengan pariwisata diharapkan salah satu fungsi pariwisata yaitu meningkatkan mutu seni dan budaya dapat diwujudkan secara nyata. Dalam era globalisasi yang didukung dengan kemajuan transportasi, telekominikasi dan teknologi, pariwisata dunia cenderung terus meningkat dimana pada tahun 1997 wisatawan dunia mencapai 613,1 juta dengan menghasilkan devisa US$ 447,7 miliar. Keadaan tersebut telah memberikan sumbangan kepada perekonomian dunia baik dari sisi peningkatan pendapatan masyarakat penerimaan pajak, inventasi baru dan sumbangsih terhadap kesempatan kerja. Kecendenderungan tersebut telah memacu masing-masing negara mengembangkan pariwisata, sehingga tidak dapat dihindari telah terjadi persaingan yang ketat khususnya dari negara-negara tetangga. 211

description

PENGELOLAAN LIMBAH

Transcript of LIMBAH HOTEL

Page 1: LIMBAH HOTEL

BAB IX PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

PERHOTELAN 9.1. Pendahuluan

Menyadari akan pentingnya sektor pariwisata, seni dan

budaya dalam pembangunan nasional diharapkan pariwisata, seni dan budaya dapat menjadi andalan dan unggulan pembangunan nasional, jangka pendek. Dalam jangka panjang diharapkan parsenibud dapat menjadi tulang punggung pengembangan ekonomi.

Melihat kecenderungan global pariwisata dunia serta keadan

alam dan budaya Indonesia, tidak mustahil di masa yang akan datang parsenibud sebagai salah satu sektor yang dapat menjadi "Tambang Emas Masa Depan" bagi republik Indonesia. Disamping itu dengan disatukannya bidang seni dan budaya dengan pariwisata diharapkan salah satu fungsi pariwisata yaitu meningkatkan mutu seni dan budaya dapat diwujudkan secara nyata.

Dalam era globalisasi yang didukung dengan kemajuan

transportasi, telekominikasi dan teknologi, pariwisata dunia cenderung terus meningkat dimana pada tahun 1997 wisatawan dunia mencapai 613,1 juta dengan menghasilkan devisa US$ 447,7 miliar. Keadaan tersebut telah memberikan sumbangan kepada perekonomian dunia baik dari sisi peningkatan pendapatan masyarakat penerimaan pajak, inventasi baru dan sumbangsih terhadap kesempatan kerja. Kecendenderungan tersebut telah memacu masing-masing negara mengembangkan pariwisata, sehingga tidak dapat dihindari telah terjadi persaingan yang ketat khususnya dari negara-negara tetangga.

211

Page 2: LIMBAH HOTEL

Untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu tambang emas, maka diperlukan berbagai fasilitas pendukung pariwisata. Salah satu fasilitas penting adalah adanya sarana penginapan seperti hotel yang dapat memberikan kenyamanan bagi para pengunjung. Kondisi hotel yang bersih, sehat, rapi, dan indah akan meningkatkan kenyamanan bagi para tamu dan dapat meningkatkan jumlah tamunya.

Tumbuhnya berbagai usaha perhotelan terutama di pusat-

pusat perkotaan dan kawasan pariwisata akan menghasilkan berbagai limbah, baik padat (sampah) maupun cair. Untuk tetap menjaga kondisi lingkungan agar tetap bersih dan sehat, maka berbagai sampah dan limbah cair tersebut harus dikelola sesuai dengan karakteristiknya.

Pengelolaan sampah dan limbah yang tidak benar akan

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan akan menimbulkan kesan kotor, kumuh dan bau busuk yang menyengat. Jika hal ini sudah terjadi, maka adanya berbagai potensi wisata yang telah dibangun tidak akan berguna, sebab tidak akan ada pengunjung yang mau datang ke lokasi seperti ini. Untuk itulah maka sudah selayaknya dan menjadi kewajibannya, semua pihak yang menghasilkan limbah harus mengolah limbahnya sampai baku mutu yang telah ditetapkan.

9.2. Industri Perhotelan

Dalam dunia pariwisata, yang dimaksud wisata adalah bepergian selama paling sedikit dua puluh empat jam, sebagaimana ditetapkan oleh komisi teknik IUOTO (International Union of Official Travel Organization) melalui PATA (Pacific Area Travel Assosiation). Bila pariwisata tersebut dilihat sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambah terhadap barang atau jasa sebagai satu kesatuan produk, baik yang nampak/nyata (tangible product) dan yang tidak tampak/nyata (intangible product). Wisatawan sering disebut juga ‘turis’, ialah orang yang bepergian untuk bersantai/berekreasi.

212

Page 3: LIMBAH HOTEL

Orang yang berpergian memerlukan berbagai kemudahan, seperti sarana pengangkutan, tempat makan dan minum serta tempat menginap. Maka bermunculanlah berbagai jenis sarana angkutan, rumah makan, biro perjalanan, rumah penginapan dan sarana lainnya. Di antara berbagai jenis rumah penginapan ada yang disebut hotel. Bisnis perhotelan saat ini semakin banyak terutama di kota-kota parawisata seperti Denpasar, Yogyakarta, dan lain-lain

Pengertian hotel sesuai dengan Surat Keputusan Menparpostel No. KM 37/PW. 340/MPPT-86, tentang Peraturan Usaha dan Penggolongan Hotel, “hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial”. Pengertian hotel menurut Surat Kep. Ini hendaknya dibedakan dengan penginapan atau losmen, dimana menurut Surat Kep. ini penginapan atau losmen tidak termasuk dalam pengertian hotel.

Penginapan atau losmen adalah suatu usaha komersial yang

menggunakan seluruh atau sebagian dari suatu bangunan yang khusus disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan sewa kamar untuk menginap. Dengan demikian bedanya dengan hotel adalah, bahwa penginapan tidak menyediakan pelayanan makanan dan minuman, serta jasa penunjang lainnya.

9.3. Klasifikasi Hotel Berbagai jenis usaha penginapan atau industri perhotelan

telah banyak dikembangkan oleh masyarakat dengan tujuan untuk memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan kebutuhan konsumen. Menurut SK No. KM 37/PW. 304/MPPT-86, penggolongan hotel ditandai dengan bintang, yang disusun mulai dari hotel berbintang satu (1) sampai dengan yang tertinggi dengan bintang lima (5).

213

Page 4: LIMBAH HOTEL

Dalam SK tersebut juga mengatur jenis penginapan dengan fasilitas di bawah hotel berbintang, yang disebut hotel melati. Disamping itu juga terdapat jenis penginapan lainnya dengan nama wisma, home stay, losmen dan sebagainya. Klasifikasi hotel berbintang tersebut secara garis besar didasarkan pada :

(1). Besar/kecil atau banyaknya jumlah kamar (2). Lokasi hotel (3). Fasilitas-fasilitas yang dimiliki hotel (4). Kelengkapan peralatan (5). Spesialisasi dan tingkat pendidikan karyawan (6). Kualitas bangunan (7). Tata letak ruangan

Di dalam United State Lodging Industry dijelaskan, bahwa hotel dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

Transient Hotel, yaitu hotel yang letak/lokasinya di tengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.

Residential Hotel, yaitu hotel yang pada dasarnya

merupakan rumah-rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential hotel juga menyediakan kemudahan-kemudahan seperti layaknya hotel, seperti retoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar dan pelayanan kebersihan kamar.

Resort hotel, yaitu hotel yang pada umumnya berlokasi

di tempat-tempat wisata dan menyediakan tempat-tempat rekreasi dan juga ruang serta fasilitas konferensi untuk tamu-tamunya.

Bidang usaha perhotelan di Indonesia terbagi dalam tiga kelompok jaringan pengusaha hotel, yaitu :

jaringan hotel internasional (International Hotel Chains) Jaringan hotel nasional (National Hotel Chains) Hotel yang dikelola secara independen.

214

Page 5: LIMBAH HOTEL

9.4. Stuktur Organisasi Usaha Hotel

Struktur organisasi menunjukkan suatu tingkatan hirarkis, dimana dalam struktur tersebut dapat diketahui bagian-bagian yang terdapat dihotel, hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain dan hubungan antara atasan dan bawahan. Struktur organisasi dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan hotel. Makin besar dan lengkap fasilitasnya, maka struktur organisasinya juga semakin komplek. Sebagai gambaran tentang tentang bentuk struktur organisasi hotel dapat dilihat pada contoh berikut :

Gambar 9.1. Struktur Organisasi Hotel Menengah

9.5. Sejarah Perkembangan Hotel di Indonesia

Untuk mengetahui secara pasti kapan usaha hotel di Indonesia mulai dikelola secara komersial adalah sulit, tetapi yang jelas bahwa sejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial, walaupun belum dikelola secara modern. Sebagai contoh hotel yang dikelola sejak jaman Belanda adalah Hotel Savoy Homan, Bandung. Hotel ini dibangun tahun 1888, kemudian direnovasi

215

Page 6: LIMBAH HOTEL

pada tahun 1937 dan selesai tahun 1939. Hotel lainnya adalah Hotel Prenganger dibangun tahun 1897, Hotel Mij De Boer di Medan dibangun 1898, kemudian Grand Hotel de Djokya di jalan Malioboro Jogjakarta didirikan tahun 1908, saat ini hotel ini berganti nama dengan Hotel Garuda.

Sesudah kemerdekaan, pengelolaan hotel secara modern

dimulai pada tahun 1962 dengan berdirinya Hotel Indonesia di Jakarta. Pada waktu itu para pengusaha nasional (termasuk pengusaha akomodasi/penginapan) membentuk asosiasi yang disebut Organisasi Perusahaan Sejenis.

9.6. Karakteristik Usaha Hotel

Untuk dapat memenuhi keinginan-keinginan dan kebutuhan pelayanan perhotelah, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan mulai dari perencanaan desain ruangan, penyediaan dan pemasangan perlengkapan operasional, sikap para karyawan, keindahan dan kebersihan lingkungan serta upaya-upaya lain yang dapat meningkatkan nilai tambah dari hotel.

Tujuan dari setiap usaha perhotelan adalah mencari

keuntungan dengan menyewakan fasilitas dan menjual pelayanan kepada para tamunya. Dalam menjalankan usahanya hotel melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

penyewaan kamar penjualan makanan dan minuman penyediaan pelayanan-pelayanan penunjang lainnya

yang bersifat komersial 9.7. Penyewaan Kamar

Kegiatan utama dari suatu hotel adalah menyewakan kamar kapada para tamunya. Untuk bisa memberikan kepuasan kepada tamu, keadaan kamar harus berada dalam keadaan bersih, nyaman, menarik dan aman. Ada beberapa jenis kamar yang biasa disediakan di hotel, antara lain:

216

Page 7: LIMBAH HOTEL

Single Room, yaitu kamar untuk satu orang yang dilengkapi dengan satu buah tempat tidur berukuran single untuk satu orang.

Twin Room, yaitu kamar untuk dua orang yang dilengkapi dengan dua buah tempat tidur masing-masing berukuran Single.

Double Room, yaitu kamar yang dilengkapi dengan satu buah tempat tidur berukuran Double (untuk kapasitas dua orang).

Double-Double, yaitu kamar untuk empat orang yang dilengkapi dengan dua kamar tamu dan dengan tempat tidur berukuran Doublr (untuk dua orang).

Gambar 9.2. Kamar-Kamar Hotel Berbintang Yang Kelihatan Nyaman

217

Page 8: LIMBAH HOTEL

Untuk meningkatkan kenyamanan bagi para tamunya, setiap hotel selalu menawarkan berbagai fasilitas tambahan yang dapat diberikan disamping fasilitas-fasilitas standar yang ada pada hotel. Untuk setiap kamar hotel berbintang juga mempunyai standar fasilitas standar, antara lain:

Tempat tidur Radio Ruang tidur Televisi Almari pakaian Meja rias dan meja tulis Kamar mandi dan alat mandi Rak untuk menyimpan koper Telepon Asbak, korek api, alat tulis

Gambar 9.3. Kamar Mandi Yang Asri Dan Mewah Menambah Kepuasan Tamu

9.8. Fasilitas Umum

Untuk memberikan pelayanan terbaik dan kenyamanan bagi para tamu, setiap hotel selalu memberikan berbagai tambahan fasilitas tambahan. Berbagai fasilitas tambahan yang biasa disediakan di hotel antara lain :

218

Page 9: LIMBAH HOTEL

Biro perjalanan Konsierse Kolam Renang Konfirmasi Tiket Layanan Hidangan di Kamar 24 jam Layanan Pusat Kebugaran Taman Layanan Limosin Mandi Uap dan Pijat Paket dan Kiriman Parsel Penatu Penukaran Valuta Asing Penjagaan Bayi dengan permintaan Pos dan Perangko Pusat Layanan Bisnis Pusat Layanan Medis - Dokter 24 jam Restoran dan Bar Ruang Banket Taksi Toko Bunga Toko Cindera Mata Toko Kue Toko Serbaneka Tenis dan Golf atas permintaan Kendaraan dari dan ke Bandara Fasilitas pembuat kopi di setiap kamar Fasilitas Rapat, Konferensi dan Pernikahan Pelayanan Bisnis Spice Market Restaurant, Lotus Court Chinese Restaurant,

Brown Bar Kolam renang Biro perjalanan Wisata Cake Shop Laundry & Dry Cleaning Drug Store Keamanan 24 jam dan lain - lain

219

Page 10: LIMBAH HOTEL

Gambar 9.4. Kolam Renang di Hotel

Gambar 9.5. Fitnes Centre di Hotel

Gambar 9.6. Shopping Arcade di Hotel

220

Page 11: LIMBAH HOTEL

Gambar 9.7. Restauran dan Taman Hotel

Gambar 9.8. Loby Hotel

Gambar 9.9. Dapur Hotel

221

Page 12: LIMBAH HOTEL

9.9. Sumber Limbah

Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dikelola secara komersial yang meliputi hotel berbintang dan hotel melati. Hotel juga menyediakan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti makanan, pencucian/laundry dll bagi para pengunjungnya, sehingga dalam aktivitasnya hotel juga menghasilkan berbagai limbah cair dan sampah layaknya suatu komplek pemukiman penduduk.

Limbah cair perhotelan adalah limbah dalam bentuk cair yang

dihasilkan oleh kegiatan hotel yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Karena aktivitas yang ada di hotel relatif sama seperti layaknya pemukiman, maka sumber limbah yang ada juga relatif sama seperti pada pemukiman dan fasilitas tambahan lainnya yang ada di hotel. Sumber limbah cair perhotelan tersebut antara lain:

limbah dari kamar mandi dan toilet, limbah dari kegiatan di dapur/restaurant limbah dari kegiatan pencucian/loundry, limbah dari fasilitas kolam renang,

9.10. Karakteristik Limbah Perhotelan

Karakteristik limbah cair dari perhotelan relatif sama seperti limbah cair domestik dari pemukiman, karena aktivitas-aktivitas yang ada di hotel relatif sama seperti aktivitas yang ada di lingkungan pemukiman. Sementara jumlah limbah yang dihasilkan dari perhotelan tergantung dari jumlah kamar yang ada dan tingkat huniannya. Disamping itu juga dipengaruhi oleh fasilitas tambahan yang ada di hotel tersebut.

Limbah perhotelan pada umumnya mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut:

222

Page 13: LIMBAH HOTEL

1. Senyawa fisik :

berwarna mengandung padatan

2. Senyawa kimia organiak :

mengandung karbohidrat mengandung minyak dan lemak mengandung protein mengandung unsur surfactan antara lain

detergen dan sabun

3. Senyawa kimia inorganik :

mengandung alkalinity mengandung Khloride mengandung Nitrogen mengandung Phospor mengandung Sulfur

4. Unsur Biologi :

mengandung protista dan virus Rata-rata karakteristik limbah perhotelan adalah sebagai berikut: Konsentrasi BOD di dalam air limbah 200 – 300 mg/lt. Konsentrasi SS di dalam air limbah 200 –250 mg/l.

Menurut Morimura dan Soufyan standar pemakaian air untuk

hotel adalah 250-300 liter per orang tamu per hari, dan untuk karyawan adalah 120 – 150 liter per karyawan per hari. Biasanya karyawan yang masuk dibagi dalam tiga (3) shif kerja, sehingga misalkan jika jumlah seluruh karyawan 120 orang, maka rata-rata setiap shif kerja ada 40 orang. Dengan demikian jumlah pemakaian air untuk karyawan dihitung untuk 40 orang x jumlah pemakaian air setiap hari (120 – 150 liter/hari). Contoh : Untuk hotel dengan jumlah kamar = 110 kamar, Kapasitas maksimal tamu (60 kamar single bad, 50 kamar double bad) = 160 orang

223

Page 14: LIMBAH HOTEL

224

Jumlah Karyawan 120 orang dibagi menjadi 3 shif, jadi tiap shif 40 orang. Diasumsikan bahwa seluruh pemakaian air akan menjadi air limbah, maka jumlah limbah maksimum adalah sebagai berikut : Jumlah pemakaian air oleh tamu =160 org x 300 liter/orang.hari. = 48.000 liter per hari = 48 m3/hari. Jumlah pemakaian air oleh karyawan = 40 x 150 liter/orang.

= 6.000 liter/ hari = 6 m3 / hari.

Total pemakaian air maksimum = ( 48 + 6 ) m3/hari

= 54 m3 /hari. dibulatkan menjadi = 60 m3 per hari. Jadi jumlah limbah cair maksimum yang dihasilkan oleh hotel tersebut (pada tingkat hunian kamar penuh) adalah 60 m3 per hari.

9.11. Baku Mutu Limbah Cair Perhotelan

Untuk menentukan sistem pengolahan limbah diperlukan

pemilihan teknologi yang tepat, agar biaya investasi IPAL tersebut murah. Disamping itu, biaya operasional IPAL nantinya juga harus murah, namun harus dapat memberikan hasil olahan yang memenuhi baku mutu limbah buangan sesuai dengan baku mutu limbah buangan yang berlaku.

Baku mutu limbah cair hotel adalah batas maksimum limbah

cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Baku mutu limbah cair perhotelan telah ditetapkan dengan Kep. Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995 tentang “Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel” tanggal 23 Oktober 1995, seperti pada Tabel 9.1. berikut:

Page 15: LIMBAH HOTEL

Tabel 9.1. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel

PARAMETER KADAR MAKSIMUM (mg/L)

BOD5 30 COD 50 TSS 500 pH 6,0 - 9,0

Sumber : Kep. Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995 9.12. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Untuk memilih teknologi pengolahan limbah yang tepat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

laju aliran limbah, kualitas air buangan dan sifatnya (karakteristik limbah), ketersediaan lahan, standar air olahan yang diinginkan, kemampuan pembiayaan,

Tabel 9.2. Tabel Contoh Beberapa Pilihan

Pengolahan Air Buangan

Pre-treatment

Primary treatment Secondary treatment Tertiary treatment

Kimia Fisik Penghilangan organik terlarut dan unsur koloid

Penghilangan padatan tersus-pensi

Screening dan Grit Removal

Netrali-sasi

Flotasi Lumpur aktif Pengen-dapan

Koagulasi, Sedimentasi

Equalization dan Storage

Koagu-lasi

Sedimen-tasi

Stabilisasi kontak

Filtrasi

Oil Separation Hidro-lisis

Trickling Filter Kolam aerasi Ozonation

Adsorpsi karbon Penukar ion Destilasi RO Elektrodialisis

225

Page 16: LIMBAH HOTEL

Berikut ini diberikan contoh proses pengolahan limbah cair perhotelan yang dapat diterapkan untuk hotel kecil dan menengah dengan kapasitas 110 kamar.

Karakteristik limbah adalah sebagai berikut :

Jumlah kamar = 110 kamar, Kapasitas maksimal tamu = 160 orang, Jumlah karyawan = 120 orang/hari (40 orang/ shif), Jumlah limbah max. = 60 m3 /hari. BOD di dalam air limbah = 200 – 300 mg/lt. SS di dalam air limbah = 200 –250 mg/l.

Hasil olahan yang diinginkan harus dapat memenuhi kualitas limbah cair buangan kegiatan perhotelan sesuai dengan Kep. Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995 :

Tingkat effisiensi pengolahan :

Efisiensi penghilangan BOD IPAL diperkirakan 90-95 %. Perikiraan konsentasi BOD olahan adalah lebih kecil 20 –30

mg/lt. 9.13. Proses Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Seluruh air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan

ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari tiga buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-

226

Page 17: LIMBAH HOTEL

organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap secara ananerob atau tanpa udara.

Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak

kontaktor aerob. Bak kontaktor atau biofilter aerob ini terdiri dari tangki aerasi dan biofilter aerob. Di dalam ruang biofilter aerob ini juga ini diisi dengan media dari bahan pasltik tipe sarang tawon. Setelah air limbah di aerasi atau dihembus dengan udara dialirkan ke tangki atau bak biofilter aerob sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.

Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-

orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar.

Selanjutnya, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam

bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen.

Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi

dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Skema proses pengolahan air limbah perhotelan dengan sistem biofilter anaerob-aerob dapat dilihat pada di bawah ini.

227

Page 18: LIMBAH HOTEL

Gam

bar

9.10

. Dia

gram

Pro

ses

Pen

gola

han

Air

Lim

bah

Per

hote

lan

Den

gan

Pro

ses

Bio

filte

r A

naer

ob-A

erob

228

Page 19: LIMBAH HOTEL

Proses dengan biofilter “anaerob-aerob” ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain : Adanya air buangan yang melalui media penyangga yang

terdapat pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan mikroorganisme yang menyelimuti permukaan media atau yang disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat organiknya (BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD dan COD, cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids (SS) , deterjen (MBAS), ammonium dan posphor.

Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah

yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri e-coli setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter anaerob-aerob ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta kebutuhan energinya sangat kecils. Poses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar

Dengan kombinasi proses “anaerob-aerob”, efisiensi

penghilangan senyawa phospor menjadi lebih besar bila dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob saja. Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme akan keluar sebagai akibat hidrolisa senyawa phospor. Sedangkan energi yang dihasilkan digunakan untuk

229

Page 20: LIMBAH HOTEL

9.13.1. Keunggulan Proses Biofilter “Anaerob-Aerob” Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter anaerb-aerob antara lain yakni : Perawatannya sangat mudah. Biaya operasinya rendah. Jumlah lumpur yang dihasilkan relatif lebih sedikit bila

dibandingkan dengan proses lumpur aktif. Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat

menyebabkan euthropikasi. Kebutuhan energi lebih kecil. Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang

cukup besar. Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.

9.13.2. Contoh Disain Teknis IPAL Kapasitas Rencana = 60 m3 per hari.

BOD Masuk = 200 – 300 mg/lt. SS Masuk = 200 – 250 mg/lt Efisiensi Pengolahan = 90 – 95 % BOD keluar = 20 – 30 mg/lt SS keluar = 20 – 30 mg/lt

230

Page 21: LIMBAH HOTEL

A. Bak Pengendapan Awal

Kriteria perencanaan : Lebar maksimum 1,5 m dan tinggi maksimum 2 m.

dimensi ini dapat disesuaikan dengan kondisi ruangan yang tersedia.

Waktu tinggal (residence time ) 1,5 – 3 jam (standar JWWA)

Hasil perhitungan : Dimensi :

Lebar = 1,5 m Panjang = 2,8 m Tnggi = 1,9 m Kedalaman air efektif = 1,7 m Tinggi ruang bebas = 0,2 m Diameter Inlet = 4 “ Diameter Outlet = 4 “

Waktu tinggal (retention time) rata-rata = 2,86 jam Waktu tinggal pada saat beban puncak = 1,43 jam ( asumsi jumlah limbah 2 x jumlah rata-rata).

Jumlah ruang = 2 buah Beban permukaan (surface loading) ruang I = 14.2

m3/m2.hari Beban permukaan (surface loading) ruang I = 50

m3/m2.hari (standar JWWA = 20 – 50 m3/m2.hari)

Disain bak bak pengendapan awal dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini.

231

Page 22: LIMBAH HOTEL

Gam

bar

9.1

1. R

anca

ngan

Bak

Pen

gend

apan

Aw

al.

232

Page 23: LIMBAH HOTEL

B. Biofilter Anaerob

Kriteria perencanaan : Waktu tinggal di dalam reaktor = 8 jam Beban BOD per satuan permukaan media = 5 – 30 g

BOD /m2 hari. (EBIE Kunio., “Eisei Kougaku Enshu“, Morikita shuppan kabushiki Kaisha, 1992).

Hasil perhitungan : Volume efektif reaktor total = 8/24 x 60 m3 = 20 m3 Lebar = 1,5 m Tinggi air efektif = 1,7 m Panjang bak yang diperlukan = 20 m3/(1,5 m x 1,7 m) = 7,4 m . ditetapkan panjang Bak = 7,5 m. Tinggi ruang bebas = 0,2 m Jumlah bak = 3 buah . Dimensi bak :

Lebar = 1,5 m Panjang = 2,5 m Tinggi = 1,9 m Kedalan air efektif = 1,7 m Tinggi ruang bebas = 0,2 m

Waktu tinggal total rata-rata =7,65 jam Tinggi ruang lumpur = 0,2 m Tinggi bed media pembiakan mikroba = 1,2 m Tinggi air di atas bed media = 30 cm Volume total media biofilter anaerob = 14 m3 Luas permukaan spesifik media = 225 m2/m3

Beban BOD/ satuan luas = [Konsentrasi BOD g/m3 x Q m3/hari] Luas permukaan media m2

= 5,8 g BOD /m2. hari.

Disain tangki biofilter anaerob dan rangkaian aliran pada reaktor biofilter dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini.

233

Page 24: LIMBAH HOTEL

Gam

bar

9.1

2. R

anca

ngan

Tan

gki B

iofil

ter

Ana

reob

.

234

Page 25: LIMBAH HOTEL

Bak Pengendap Awal Biofilter Aaerob

Gambar 9.13. Diagram Rangkaian Aliran Biofilter Anaerob

C. Biofilter Aerob

Kriteria perencanaan : aktu tinggal di dalam reaktor = 4 jam Hubungan inlet BOD dan beban BOD per satuan luas permukaan media untuk mendapatkan efisiensi penghilangan BOD 90 % dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9.3. Hubungan Inlet BOD Dan Beban BOD

Per Satuan Luas Permukaan Media

Inlet BOD mg/l LA g BOD/m2.hari

300 30

200 20

150 15

100 10

50 5

Sumber : EBIE Kunio., “ Eisei Kougaku Enshu “,

Morikita shuppan kabushiki Kaisha, 1992

235

Page 26: LIMBAH HOTEL

Hasil perhitungan : Jumlah ruang = 2 bak, yakni bak 1 untuk aerasi dan bak 2 untuk biofilter aerob. Dimensi Bak Aerasi (Bak 1) :

Lebar = 1,5 m

Kedalaman air efektif = 1,7 m

Panjang = 1,7 m

Tinggi ruang bebas = 0,2 m

Tinggi ruang lumpur = 0,2 m

Tinggi air di atas bed media = 20 cm Dimensi Bak Biofilter Aerob (Bak 2) :

Lebar = 1,5 m

Kedalaman air efektif = 1,6 m

Panjang = 2 m

Tinggi ruang bebas = 0,3 cm

Tinggi air di atas bed media = 20 cm

Tinggi Bed Media = 1,2 m Waktu tinggal total rata-rata = + 3,8 jam Beban BOD per satuan permukaan media = 4,44 g

BOD/m2.hari. Rancangan bak aerasi dan tangki biofilter aerob serta rangkaian aliran bak aerasi dan tangki biofilter aerob dapat dilihat pada di bawah ini.

236

Page 27: LIMBAH HOTEL

Gambar 9.14. Disain Bak Aerasi

237

Page 28: LIMBAH HOTEL

Gam

bar

9.15

. D

isai

n T

angk

i Bio

filte

r A

erob

Dan

Ran

gkai

n A

liran

nya.

238

Page 29: LIMBAH HOTEL

D. Bak Pengendap Akhir

Dimensi :

Lebar = 1,5 m

Kedalaman air efektif =1,62 m

Panjang = 2,3 m

Tinggi ruang bebas = 0,3 m

(disesuaikan dengan kondisi lapangan).

Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 2,2 Jam Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 30

m3/m2.hari

Catatan : Kriteria Standar : waktu tinggal = 2 jam

Beban permukaan : 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA)

Disain bak pengendapan dapat dilihat seperti pada Gambar 5.7. E. Media Pembiakan Mikroba

Material : PVC sheet

Ketebalan : 0,15 – 0,23 mm

Luas Kontak Spsesifik : 200 – 226 m2/m3

Diameter lubang : 2 cm x 2 cm

Warna : bening transparan.

Berat Spesifik : 30 -35 kg/m3

Porositas Rongga : 0,98

Contoh media pembiakan mikroba dapat dilihat pada gambar berikut.

239

Page 30: LIMBAH HOTEL

Gambar 9.16. Rancangan Bak Pengendapan Akhir

Gambar 9.17. Media Pembiakan Mikroba Tipe Sarang Tawon

240

Page 31: LIMBAH HOTEL

F. Pompa Air Sirkulasi

Kapasitas : 15 -30 M3/hari (10 - 20 liter per menit) Tipe : Pompa Celup Total Head : 9 meter Jumlah : 1 buah Outlet : 1 “ Listrik : 100 -150 watt, 220-240 volt

Gambar 9.18. Pompa Sirkulasi

G. Blower Udara

Kapsitas : 400 liter per menit Total Head : 200 cm air Listrik : 200 watt, 220 volt. Jumlah : 2 unit

Gambar 9.19. Blower Udara

241

Page 32: LIMBAH HOTEL

Gam

bar

9.20

. Ran

cang

an S

iste

m P

engo

laha

n Li

mba

h P

erho

tela

n S

ecar

a Le

ngka

p.

242

Page 33: LIMBAH HOTEL

9.13. Penutup

Buku panduan ini disusun untuk memberikan gambaran kepada para pemilik hotel agar dapat melakukan pengelolaan lingkungannya sehingga dapat mewujudkan suatu kawasan hotel yang bersih dan nyaman sehingga disamping dapat membantu upaya pelestarian lingkungan juga dapat meningkatkan tingkat hunian tamu hotel.

Contoh teknologi pengolahan limbah cair perhotelan yang

dimuat dalam buku ini dibuat dengan detail disain-nya sehingga diharapkan para pengelola hotel dapat membangun dan mengoperasikannya dengan baik tanpa merasa terbebani oleh biaya investasi maupun operasionalnya. Sebaliknya diharapkan dengan tambahan modal yang sedikit tersebut dapat menciptakan lingkungan yang asri sehingga dapat lebih menarik para pengunjung.

243

Page 34: LIMBAH HOTEL

244

9.14. Daftar Pustaka

1. -----, “ Gesuidou Shissetsu Sekkei Shisin to Kaisetsu “, Nihon Gesuidou Kyoukai, 1984.

2. -----, “Pekerjaan Penentuan Standard Kualitas Air Limbah Yang Boleh Masuk Ke Dalam Sistem Sewerage PD PAL JAYA”, Dwikarasa Envacotama-PD PAL JAYA, 1995.

3. Gouda T., “ Suisitsu Kougaku – Ouyouben”, Maruzen kabushiki Kaisha, Tokyo, 1979.

4. Said, N.I., “Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Individual Tangki Septik Filter Up Flow”, Majalah Analisis Sistem Nomor 3, Tahun II, 1995.

5. Sueishi T., Sumitomo H., Yamada K., dan Wada Y., “ Eisei Kougaku “ (Sanitary Engineering), Kajima Shuppan Kai, Tokyo, 1987.

6. Sulastiyono A. Drs, MSi, “Manajemen Penyelenggaraan Hotel”, Alfabeta, Bandung, 1999.

7. Viessman W, Jr., Hamer M.J., “ Water Supply And Polution Control “, Harper & Row, New York, 1985.

8. Wignjohusodo, S., “Pengelolaan Limbah Secara Terpadu dan Terpusat”, Presentasi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit, Jakarta 11 Juli 1996.