LESSON STUDY - gusndol.com fileEditor: Rudi G. Aswan Layout: Tim Halaman Moeka Desain Sampul:...

144
Ahmad Fadloli,M.Pd. LESSON STUDY Model Pembinaan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Transcript of LESSON STUDY - gusndol.com fileEditor: Rudi G. Aswan Layout: Tim Halaman Moeka Desain Sampul:...

Ahmad Fadloli,M.Pd.

L E S S O N S T U D YModel Pembinaan Profesi Pendidik

dan Tenaga Kependidikan

Editor: Rudi G. AswanLayout: Tim Halaman Moeka

Desain Sampul: Halaman Moeka Cetakan Pertama: Januari 2014

ISBN:978-602-26905-6-6

Halaman Moeka Publishing

Penerbit & Jasa Penerbitan Buku

Jl. Manggis IV No.2 RT 07/04

Tanjung Duren Selatan, Jakarta Barat

Weblog: halamanmoeka.com

Email: [email protected]

Ahmad Fadloli,M.Pd.

L E S S O N S T U D YModel Pembinaan Profesi Pendidik

dan Tenaga Kependidikan

Lesson Study iii

Alhamdulillah. Puji syukur ke hadirat Ilahi Rabbi karena atas perkenan-Nya buku berjudul Lesson

Study: Model Pembinaan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Teori dan Implementasinya dapat penulis rampungkan.

Sudah lama penulis berkeinginan untuk berbagi pengalaman tentang kegiatan lesson study melalui buku. Keinginan tersebut lebih kuat karena terinspirasi oleh pertanyaan peserta saat penulis menjadi presenter pada kegiatan International Confrence for Lesson Study (ICLS) tahun 2013 yang bertempat di Gedung JICA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Seorang peserta bertanya tentang bagaimana cara melaksanakan refleksi pembelajaran pada kegiatan lesson study sehingga guru yang mengajar tidak “jera” dan guru-guru yang lain “mau dan berani” menjadi guru model.

Pertanyaan tersebut membuat penulis lebih bersemangat dalam menyelesaikan buku ini karena isinya mencakup jawaban dari pertanyaan tersebut.

Selain itu, buku ini ditulis untuk memberikan wacana dan panduan praktis bagi guru-guru, pengurus KKG/

KATA PENGANTAR

Achmad Fadloliiv

MGMP, kepala sekolah, pengawas atau stakeholder pendidikan yang lain tentang pelaksanaan lesson study.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan semangat, motivasi, serta masukan, terutama kepada istri tercinta Reni Haerani, S.Pd. serta dua putriku Thifal Nurkhansa dan Najah Khairunnisa yang sudah memberikan dorongan secara materiil maupun moril sehingga menambah semangat untuk menulis dan menyelesaikan buku ini.

Saya meyakini bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran atau masukan dari semua pihak sangat penulis harapkan.

Akhirnya, mudah-mudahan tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca serta bernilai ibadah di sisi-Nya. Amin.

Penulis

Lesson Study v

DAFTAR ISI

Bab 1 Pendahuluan 1Bab 2 Pengertian Lesson Study 3Bab 3 Perjalanan Lesson Study di Indonesia 21Bab 4 Persiapan Sebelum Mengadakan Lesson Study 25Bab 5 Tahapan Pelaksanaan Lesson Study 39Bab 6 Tata Tertib Kegiatan Open Lesson 105Bab 7 Tata Cara Melakukan Refleksi Pembelajaran dalam Lesson Study 109Bab 8 Pola Kegiatan Lesson Study yang Dikembangkan 115Bab 9 Kaitan Lesson Study dan Kompetensi Guru 119Bab 10 Dampak Pelaksanaan Lesson Study 127

Daftar Pustaka 131Tentang Penulis 135

Achmad Fadlolivi

Tabel 1: Kemampuan dasar profesionalisme guru 6Tabel 2: Persiapan kegiatan lesson study 37Tabel 3: Rekapitulasi hasil plan 1 53Tabel 4: Contoh format penilain unjuk kerja 75Tabel 5: Contoh format penilaian portofolio 78 Tabel 6: Format rubrik penskoran 80 Tabel 7: Hubungan kompetensi guru dengan kegiatan

lesson study 121

DAFTAR TABEL

Lesson Study vii

Gambar 1: Daur lesson study yang terorientasi pada praktik 40

Gambar 2: Daur lesson study 40Gambar 3: Foto kegiatan Plan LSMGMP IPA cluster

D Kabupaten Karawang 41Gambar 4: Foto Plan 1 pada LSMGMP IPA di Kota

Sukabumi tahun 2011 47Gambar 5: Foto peer teaching LSMGMP IPA Kota

Sukabumi tahun 2012 90Gambar 6: Foto kegiatan sharing dengan pakar

LSMGMP IPA Kabupaten Karawang tahun 2011 92

Gambar 7: Alur kegiatan pada tahap Plan 92Gambar 8: Foto open lesson LSMaster teacher

Kabupaten Karawang tahun 2010 93Gambar 9: Foto kegiatan sebelum open lesson

LSMGMP Kota Sukabumi tahun 2012 94Gambar 10: Foto guru mengajar open class di SMPN 2

Karawang Barat tahun 2011 95Gambar 11: Foto pembelajaran 96 Gambar 12: Foto diskusi siswa 96

DAFTAR GAMBAR

Achmad Fadloliviii

Gambar 13: Foto observer dalam open lesson 97Gambar 14: Alur kegiatan pada tahap Do 98Gambar 15: Foto kegiatan refleksi pada LSMT Kabupaten

Karawang tahun 2011 99Gambar 16: Alur menulis jurnal reflektif 100Gambar 17: Alur kegiatan tahap See 103Gambar 18: Foto guru sedang melakukan refleksi 110 Gambar 19: Pola kegiatan lesson study 118Gambar 20: Pendapat guru tentang hubungan antara

kegiatan lesson study dengan kompetensi 126

Lesson Study 1

Guru sebagai tenaga pendidik keberadaannya sudah diakui sebagai tenaga profesional sejak diberlakukan

undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Konsekuensi diberlakukannya undang-undang tentang guru dan dosen tersebut adalah bahwa pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terus berusaha untuk meningkatkan profesionalitas guru melalui berbagai program pelatihan dan workshop dengan metode dan model yang cukup bervariasi.

Lesson study merupakan salah satu model penbinaan profesi pendidik dan tenaga kependidikan yang sampai saat ini sudah berkembang cukup pesat di Indonesia. Kehadiran lesson study turut mengambil bagian dalam rangka mendorong guru untuk meningkatkan profesionalitasnya melalui kegiatan di tingkat KKG/MGMP yang dikenal dengan lesson study berbasis Kelompok Kerja Guru (KKG) atau lesson study berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) serta kegiatan di tingkat sekolah yang dikenal dengan Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS).

Buku berjudul Lesson Study Model Pembinaan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan ini disusun sebagai

PENDAHULUAN1

Achmad Fadloli2

sarana berbagi pengalaman terhadap sesama guru dan stakeholder pendidikan lainnya dalam rangka menambah wawasan tentang kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan.

Dengan mempelajari buku ini, pembaca akan mendapatkan pengetahuan tentang kegiatan lesson study mulai dari latar belakang kegiatan, teori yang berkaitan dengan kegiatan, petunjuk praktis cara melaksanakan kegiatan, dan dampak yang dihasilkan dari kegiatan terhadap kompetensi guru.

Selain itu, bagi kepala sekolah, pengawas, atau stakeholder pendidikan lain yang berkepentingan dalam meningkatkan profesionalitas guru, buku ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif panduan dalam pelaksanaan model pembinaan profesi pendidik sehingga menjadi pendidik yang profesional.

Bagi mahasiswa umumnya dan khususnya yang berada di jurusan kependidikan, buku ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan untuk memahami kegiatan yang berada di sekolah/madrasah dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk menulis karya tulis atau tugas-tugas yang berkaitan dengan peningkatan profesi pendidik.

Lesson Study 3

Sampai saat ini kegiatan lesson study sudah berkembang cukup pesat di Indonesia. Bahkan hampir semua

guru pernah mendengar atau sebagian sudah pernah mengikuti kegiatan tersebut. Kendati demikian, kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak di antara para guru yang masih salah persepsi mengenai lesson study.

Sudah lama kata lesson study terdengar oleh para guru. Kata terebut mulai sangat familier setelah dilaksanakannya International Conference on Lesson Study (ICLS) tahun 2008 di gedung JICA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Namun demikian, sampai saat ini di antara para guru masih terdapat kekeliruan dalam memahami lesson study. Di antaranya ada yang beranggapan bahwa lesson study merupakan model belajar atau metode belajar.

Benarkah anggapan tersebut? Kita bisa membaca dan belajar di sini.

PENGERTIAN LESSON STUDY

2

Achmad Fadloli4

Banyak yang beranggapan bahwa lesson study merupakan model pembelajaran. Atau ada pula yang beranggapan bahwa lesson study merupakan metode pembelajaran.

Oleh karena itu, dengan disajikan pengertian lesson study di bawah ini para pembaca diharapkan mampu memahami bahwa kegiatan lesson study bukanlah merupakan metode pembelajaran atau model pembelajaran.

Hendayana (2008:10) dalam panduan lesson study mendefinisikan bahwa lesson study merupakan model pembinaan profesi pendidik dan tenaga kependidikan melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

Pengertian lain, seperti dalam www.icls.upi.edu dengan tulisan yang berjudul Kiat-kiat Praktik Lesson Study disebutkan bahwa lesson study di Indonesia dapat diartikan sebagai model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik berbasis sekolah melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

Catherine Lewis (2002) dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com menyebutkan bahwa “Lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by

Lesson Study 5

collaborative goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues.”

Selanjutnya menurut Lewis (2002) bahwa lesson study adalah suatu proses yang kompleks, didukung oleh penataan tujuan secara kolaboratif, percermatan dalam pengumpulan data tentang belajar siswa, dan kesepakatan yang memberi peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit.

Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp mengemukakan bahwa lesson study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk: (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta lesson study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif; (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis sehingga seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.

Dari beberapa pengertian lesson study tersebut di atas, apabila ditelaah secara saksama, maka dapat ditemukan tujuh kata kunci utama dari kegiatan lesson study, yaitu: (1) pembinaan profesi; (2) pengkajian pembelajaran; (3) kolaboratif; (4) berkelanjutan; (5) kolegialitas; (6) mutual learning; dan (7) komunitas belajar.

Di bawah ini akan dibahas tujuh kunci utama dari pengertian lesson study yang tersebut di atas, yakni:

Achmad Fadloli6

1. Pembinaan Profesi Berdasarkan Undang-undang nomor 14 tahun 2005

tentang guru dan dosen Pasal 1 bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Dari definisi tentang guru tersebut, kita dapat memahami bahwa pekerjaan sebagai guru telah diakui sebagai sebuah profesi. Oleh karena itu, seorang guru dituntut melakukan pekerjaannya secara profesional.

Untuk dapat bekerja secara profesional, seorang guru harus memahami kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru sebagai acuan dalam melaksanakan tugas.

Zainal Aqib (2010:103) menyatakan bahwa ada sepuluh kemampuan dasar profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1: Kemampuan dasar profesional guru

No Kemampuan Dasar Pengalaman Belajar

1 Menguasai bahan1.1 Menguasai bahan

mata pelajaran dan kurikulum sekolah

1.1.1 Mengkaji bahan kurikulum mata pelajaran

1.1.2 Mengkaji isi buku-buku teks mata pelajaran yang bersangkutan

Lesson Study 7

1.1.3 Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum mata pelajaran yang disarankan

1.2 Menguasai bahan pendalaman/aplikasi pelajaran

1.2.1 Mempelajari ilmu yang relevan

1.2.2 Mempelajari aplikasi bidang ilmu kedalam bidang ilmu lain(untuk program studi tertentu)

1.2.3 Mempelajari cara menilai kurikulum mata pelajaran.

2 Mengelola program belajar mengajar2.1 Merumuskan tujuan

instruksional2.1.1 Mengkaji kurikulum mata

pelajaran2.1.2 Mempelajari ciri-

ciri rumusan tujuan instruksional

2.1.3 Mempelajari tujuan instruksional mata pelajaran yang bersangkutan

2.1.4 Merumuskan tujuan instruksional mata pelajaran yang bersangkutan

2.2 Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar

2.2.1 Mempelajari macam-macam metode mengajar

2.2.2 Menggunakan macam-macam metode mengajar

2.3 Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat

2.3.1 Mempelajari kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar

Achmad Fadloli8

2.3.2 Menggunakan kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar

2.3.3 Merencanakan program pelajaran

2.3.4 Menyusun satuan pelajaran2.4 Melaksanakan program

belajar mengajar2.4.1 Mempelajari fungsi dan

peran guru dalam interaksi belajar mengajar

2.4.2 Menggunakan alat bantu belajar mengajar

2.4.3 Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar

2.4.4 Memonitor proses belajar siswa

2.4.5 Menyesuaikan rencana program pengajaran dengan situasi kelas

2.5 Mengenal kemampuan peserta didik

2.5.1 Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar

2.5.2 Mempelajari prosedur dan teknik mengidentifikasi kemampuan siswa

2.5.3 Menggunakan prosedur dan teknik untuk mengidentifikasi kemampuan siswa.

2.6 Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran remedial

2.6.1 Mempelajari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar

2.6.2 Mendiagnosis kesulitan belajar siswa

2.6.3 Menyusun pengajaran remedial

2.6.4 Melaksanakan pengajaran remedial

Lesson Study 9

3 Mengelola kelas3.1 Mengatur tata ruang

kelas untuk pengajaran3.1.1 Mempelajari macam-macam

pengaturan tempat duduk dan setting ruangan kelas sesuai dengan tujuan-tujuan instruksional yang hendak dicapai

3.1.2 Mempelajari kriteria penggunaan macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan

3.2 Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.

3.2.1 Mempelajari faktor-faktor yang mengganggu iklim belajar mengajar yang serasi

3.2.2 Mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif

3.2.3 Menggunakan strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif

3.2.4 Menggunakan prosedur pengelolaan kelas yang besifat kuratif.

4 Menggunakan Media Sumber Belajar4.1 Mengenal, memilih, dan

menggunakan media4.1.1 Mempelajari macam-macam

media pendidikan4.1.2 Mempelajari kriteria

pemilihan media pendidikan

4.1.3 Menggunakan media pendidikan

4.1.4 Merawat alat-alat bantu belajar mengajar

Achmad Fadloli10

4.2 Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana

4.2.1 Mengenali bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekolah untuk membuat alat-alat bantu

4.2.2 Mempelajari perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar

4.2.3 Menggunakan perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar

4.3 Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar

4.3.1 Mempelajari cara-cara menggunakan laboratorium

4.3.2 Mempelajari cara-cara dan aturan pengalaman kerja di laboratorium

4.3.3 Berlatih mengatur tata ruang laboratorium

4.3.4 Mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat

4.4 Mengembangkan laboratorium

4.4.1 Mempelajari fungsi laboratorium dalam proses belajar mengajar.

4.4.2 Mempelajari kriteria pemilihan alat

4.4.3 Mempelajari berbagai desain laboratorim

4.4.4 Menilai keefektifan kegiatan laboratorium

4.4.5 Mengembangkan eksperimen baru

4.5. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar

4.5.1.Mempelajari fungsi-fungsi perpustakaan dalam proses belajar mengajar.

4.5.2 Mempelajari macam- macam sumber perpustakaan

Lesson Study 11

4.5.3 Menggunakan macam-macam sumber perpustakaan.

4.5.4 Mempelajari kriteria penilaian sumber perpustakaan

4.5.5.Menilai sumber-sumber perpustakaan.

4.6. Menggunakan micro teaching unit dalam proses belajar mengajar.

4.6.1 Mempelajari fungsi micro teaching dalam proses belajar mengajar.

4.6.2 Menggunakan micro teaching dalam proses belajar mengajar.

4.6.3 Menyusun program micro teaching dengan atau tanpa hardware.

4.6.4 Melaksanakan program micro teaching dengan atau tanpa hardware.

4.6.5 Menlai program dan pelaksanaan micro teaching.

4.6.6 Mengembangkan program-program baru.

5 Menguasai landasan- landasan pendidikan

5.0.1 Mempelajari konsep dan masalah pendidikan dan pengajaran dengan sudut tinjauan psikologis, filosofis, historis, dan psikologis

5.0.2 Mengenali fungsi sekolah sebagai lembaga sosial yang secara profesional dapat memajukan masyarakat dalam arti luas serta pengaruh timbal balik

Achmad Fadloli12

antara sekolah dan masyarakat

6 Mengelola interaksi belajar mengajar

6.0.1 Mempelajari cara-cara memotivasi siswa untuk belajar

6.0.2 Menggunakan cara-caramemotivasi siswa

6.0.3 Mempelajari macam-macam bentuk pertanyaan

6.0.4 Menggunakan macam-macam bentuk pertanyaan secara tepat

6.0.5 Mempelajari beberapa mekanisme psikologis belajar-mengajar di sekolah (transfer, reinforcement, retention, dan sebagainya)

6.0.6 Mengkaji faktor-faktor positif dan negatif dalam proses belajar amengajar

6.0.7 Mempelajari cara-cara berkomunikasi antarpribadi

6.0.8 Menggunakan cara-cara berkomunikasi antarpribadi

7 Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

7.0.1 Mempelajari fungsi penilaian

7.0.2 Mempelajari bermacam-macam teknik dan prosedur penilaian

7.0.3 Menyusun teknik dan prosedur penilaian

7.0.4 Mempelajari kriteria penilaian teknik dan prosedur penilaian

7.0.5 Menggunakan teknik dan prosedur penilaian

Lesson Study 13

7.0.6 Mengolah dan menginterpretasikan hasil penilaian

7.0.7 Menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar

7.0.8 Menilai teknik dan prosedur penilaian

7.0.9 Menilai keefektifan program pengajaran

8 Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan8.1. Mengenal fungsi dan

program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah

8.1.1 Mempelajari fungsi bimbingan dan penyuluhan di sekolah

8.1.2 Mempelajari program layanan bimbingan di sekolah

8.1.3 Mengkaji persamaan dan perbedaan fungsi, kewenangan, serta tanggung jawab antara guru dan pembimbing di sekolah

8.2. Menyelenggarakan program layanan dan bimbingan di sekolah

8.2.1 Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi murid di sekolah

8.2.2 Menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah terutama bimbingan belajar

9 Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah9.1. Mengenal

penyelenggaraan administrasi sekolah

9.1.1 Mempelajari struktur organisasi dan administrasi sekolah

Achmad Fadloli14

9.1.2 Mempelajari fungsi dan tanggung jawab administrasi guru, kepala sekolah, dan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional

9.2. Menyelenggarakan administrasi sekolah

9.2.1 Menyelenggarakan administrasi sekolah

9.2.2 Mempelajari prinsip-prinsip dan prosedur pengelolaan program akademi

10 Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran

10.01 Mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam penelitian pendidikan

10.02 Mempelajari teknik dan prosedur penelitian pendidkan, terutama sebagai konsumen hasil-hasil penelitian pendidikan

10.03 Menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan pengajaran

Berdasarkan Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen Pasal 1 ayat 4 bahwa yang dimaksud dengan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Lesson Study 15

Menurut Meister dalam bukunya True Professionalism sebagaimana dikutip oleh Suparlan (2005:180), “Professionalism is predominantly an attitude, not a set of competencies.” Jadi profesionalisme sama sekali bukan masalah kompetensi melainkan semata-mata masalah sikap guru untuk mau dan mampu menjadi guru yang profesional melalui upaya pengembangan dan pembinaan guru dengan satu sistem yang mengutamakan profesionalisme.

Sesuai dengan pengertian profesionalisme di atas, maka diperlukan pembinaan profesi dengan sistem yang tepat serta mengutamakan proses profesionalisme. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah banyak mengadakan program pembinaan profesi guru dengan metode dan model yang sangat bervariasi. Namun yang lebih penting dari itu adalah motivasi dari guru sendiri dalam meningkatkan profesionalismenya.

Kegiatan lesson study hadir sebagai salah satu alternatif model pembinaan profesi pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka mendorong para guru untuk dapat meningkatkan profesionalisme dengan sistem kegiatan yang mengutamakan profesionalisme.

Dikatakan demikian karena yang menjadi fokus dalam kegiatan lesson study adalah masalah pengkajian pembelajaran.

Pengkajian pembelajaran merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan profesionalisme karena setiap pembelajaran yang dilaksanakan akan mengalami

Achmad Fadloli16

berbagai hambatan yang tentunya diperlukan proses pengkajian.

Pengkajian pembelajaran harus dimulai dari tahapan proses merancang perencanaan, proses mengimplementasikan hasil rencana, dan proses melakukan refleksi setelah pembelajaran berlangsung, serta proses mengadakan perbaikan hasil refleksi.

Dalam lesson study pengkajian pembelajaran dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan. Kedua cara tersebut dilakukan secara bersama-sama dengan guru-guru beserta semua yang hadir dalam kegiatan.

Pengkajian pembelajaran dilaksanakan secara kolaboratif berarti bahwa mulai dari kegiatan membuat perencanaan sampai melakukan refleksi dilakukan secara bersama-sama dengan cara saling memberikan masukan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki.

Pada tahap penyusunan rencana pembelajaran, semua guru peserta saling memberikan masukan terhadap proses pembelajaran yang akan dilaksanakan berdasarkan pengalaman masing-masing sesuai dengan materi yang sedang dibahas, sedangkan pada tahap selesai pembelajaran semua peserta mengikuti kegiatan refleksi untuk memperbaiki pembelajaran dengan cara saling memberikan masukan sesuai pengamatan yang sudah dilakukan sebagai observer.

Rambu-rambu observer dalam memberikan masukan pada tahap refleksi harus fokus pada aktivitas siswa dalam

Lesson Study 17

pembelajaran baik secara individu, kelompok, maupun secara klasikal.

Selain itu observer dan peserta yang lain harus saling memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran sehingga solusi tersebut dapat dijadikan sebagai bekal perbaikan untuk diri sendiri dan bahan sharing di tempat kerja masing-masing.

Pengkajian pembelajaran juga dilakukan secara berkelanjutan. Artinya bahwa dalam pelaksanaannya kegiatan lesson study tidak dilakukan hanya satu atau dua kali pertemuan, tetapi sebagai pembinaan profesi guru kegiatan lesson study harus dilakukan secara terus-menerus melalui siklus atau daur kegiatan. Selain itu, berkelanjutan juga dapat diartikan bahwa kegiatan pengkajian pembelajaran bukan hanya dilakukan pada waktu melakukan kegiatan saja tetapi harus dilakukan terus-menerus atau hasil dari kegiatan tersebut diimplementasikan di sekolah tempat peserta mengajar.

Siklus kegiatan lesson study yang dilaksanakan terutama di Indonesia secara umum terdiri dari tiga tahap yaitu: Tahap Plan (Perencanaan), Tahap Do (pelaksanaan), dan Tahap See ( Refleksi).

Selain tahapan tersebut, bagi guru yang sudah sering melakukan kegiatan, tahap kegiatan yang dilakukan bisa ditambahkan dengan tahap berikutnya yaitu tahap Re-Plan (Perencanaan Ulang) sehingga tahapan kegiatan menjadi Tahap Plan (Perencanaan), Tahap Do (Pelaksanaan), Tahap See ( Refleksi), dan Re-Plan (Perencanaan Ulang).

Achmad Fadloli18

Berdasarkan tulisan yang berjudul Kiat-Kiat Melaksanakan Kegiatan Lesson Study yang dikutip dari website www.icls.upi.edu, disebutkan bahwa pengkajian pembelajaran harus dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan karena beberapa alasan di antaranya adalah: (1) tidak ada pembelajaran yang sempurna, selalu ada celah untuk memperbaikinya; (2) setiap siswa memiliki hak belajar; (3) pembelajaran harus memperhatikan keseimbangan antara peningkatan kemampuan berpikir dan peningkatan sikap; (4) pembelajaran harus berpusat pada siswa.

Prinsip kolegialitas dan mutual learning (saling belajar) yang diterapkan dalam kegiatan lesson study adalah bahwa semua peserta dalam kegiatan tersebut mempunyai kedudukan yang sama yaitu untuk belajar dan saling memberikan masukan. Demikian pula dengan kehadiran fasilitator.

Fasilitator kegiatan bisa berasal dari guru besar, dosen, atau dari guru-guru yang sudah dilatih untuk memfasilitasi kegiatan. Pada saat kegiatan, semua yang hadir berbaur dalam komunitas dengan tujuan yang sama yaitu saling belajar dari proses pembelajaran yang dilaksanakan dan memberikan masukan dalam rangka perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan berikutnya.

Kehadiran guru besar, para dosen, serta fasilitator dalam kegiatan itu memberikan semangat dan kebanggaan bagi peserta kegiatan karena mereka hadir dengan tujuan yang sama yaitu untuk saling berbagi dan

Lesson Study 19

saling belajar. Dengan demikian tidak ada jarak antara guru besar, para dosen, fasilitator, dan para peserta. Keadaan seperti itu yang membuat kegiatan lesson study sangat berbeda dengan kegiatan yang lain.

Dengan keadaan seperti itulah maka diharapkan terbentuk komunitas belajar (learning community) sebab komunitas belajar akan terbentuk apabila di antara satu dengan yang lain pada kegiatan saling terbuka menerima masukan, berani menerima perbedaan pendapat, dan yang lebih mengetahui berhak menginformasikan kepada yang belum mengetahui. Saling memberi masukan dengan cara yang santun dan tidak memojokkan sehingga semua peserta merasa nyaman untuk mengungkapkan pendapat dan menerima masukan.

Selain itu, komunitas belajar akan terbentuk apabila peserta yang mengikuti kegiatan dapat menjadi virus yang akan menularkan pengetahuan dan kegiatan saling belajar di lingkungan tempat kerja masing-masing. Dengan demikian diharapkan terjadi perubahan kebiasaan di kantor-kantor sekolah.

Sebagian besar percakapan di kantor atau di ruang guru adalah percakapan yang membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan profesi. Oleh karena itu, kehadiran guru yang sudah mengikuti kegiatan lesson study diharapkan dapat menjadi sisi yang berbeda sehingga dapat mengubah kondisi tersebut sedikit demi sedikit. Percakapan di ruang guru yang biasa (percakapan pasar) diharapkan berubah menjadi percakapan akademis

Achmad Fadloli20

sehingga tercipta komunitas belajar dalam rangka meningkatkan profesionalisme.

Peserta yang mengikuti kegiatan dapat menjadi

virus yang akan menularkan pengetahuan dan kegiatan saling belajar di lingkungan

tempat kerja masing-masing

Lesson Study 21

Istilah Lesson study lahir dalam sistem pendidikan di Jepang dan merupakan terjemahan dari bahasa

Jepang Jugyokenkyu. Jugyou dalam bahasa Inggris berarti instruction atau pengajaran dalam bahasa Indonesia. Bisa pula dipadankan dengan lesson yang berarti pembelajaran. Sedangkan kenkyuu berarti research = penelitian atau study = kajian. Cikal bakal kegiatan semacam ini mulai dilakukan di Jepang pada tahun 1870-an.

Jugyokenkyu adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang dengan mengadakan pengkajian materi kurikulum

PERJALANAN LESSON STUDY DI INDONESIA

3

Kita mengetahui bahwa kegiatan lesson study sampai saat ini berkembang sangat pesat di Indonesia. Walaupun demikian, masih banyak yang belum memahami secara detail bagaimana perjalanan lesson study di Indonesia.

Untuk mengetahui bagaimana perkembangan lesson study di Indonesia, mari kita pelajari uraian berikut ini.

Achmad Fadloli22

(kyouzai kenkyuu) yang berfokus pada pengajaran matematika bagi guru-guru di Jepang. Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses-proses kolaborasi antarguru.

Paradigma tersebut dapat berkembang jika pembelajaran dihasilkan dari kerja tim mulai dari perencanaan, pelaksanaan, diskusi, kolaborasi, dan refleksi secara berkesinambungan. Kegiatan semacam itu tumbuh dari kesadaran sekelompok guru pendidikan dasar di Jepang. Sekelompok guru tersebut berkeinginan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan untuk memperbaiki proses pembelajaran tumbuh dari kesadaran para guru bukan dari program pihak yang lain seperti dari pemerintah atau lembaga yang lain.

Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan lesson study tampaknya mulai diikuti oleh beberapa negara lain, termasuk Amerika Serikat yang secara gigih mengembangkan dan memopulerkan lesson study. Orang yang secara gigih mengembangkan kegiatan ini adalah Catherine Lewis dengan cara melakukan penelitian tentang lesson study di Jepang sejak tahun 1993. Sampai saat ini kegiatan lesson study berkembang dengan berbagai variasinya di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Di Indonesia lesson study baru dikenalkan oleh para ahli pendidikan Jepang sekitar tahun 2004/2005 melalui Program Kerja Sama Teknis dengan JICA. Perkembangan kegiatan lesson study di Indonesia dari tahun ke tahun

Lesson Study 23

semakin pesat dan semakin terlihat berhasil. Keberhasilan kegiatan lesson study di beberapa kabupaten/kota terutama di Jawa Barat ternyata menarik minat Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat untuk mengembangkan dan menjadikan program dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru. Maka sejak tahun 2011 kegiatan lesson study mulai dikembangkan di kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Barat.

Lesson study yang sudah berkembang cukup pesat di Indonesia sampai saat ini merupakan sebuah perjalanan yang panjang. Sumar Hendayana, Ph.D dalam tulisannya berjudul Perkembangan Lesson Study di Indonesia menjelaskan bahwa kegiatan lesson study yang sampai sekarang berkembang dimulai dari beberapa fase, yaitu:

Fase IMSTEP (1. Indonesia Mathematic and Science Teacher Education) yakni kegiatan yang berlangsung tahun 1998-2003. Fase IMSTEP merupakan program kerja sama teknis untuk meningkatkan mutu pendidikan MIPA di Indonesia melalui penguatan capacity building tiga fakultas penghasil guru matematika dan IPA di Universitas Pendidikan Indonesia(UPI), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Universitas Negeri Malang (UNM). Program ini didukung oleh Direktorat Perguruan Tinggi (Dirjen Dikti) dan Japan International Cooperation Agency (JICA). Fase selanjutnya adalah Fase 2. Follow-up IMSTEP mulai tahun 2003-2005 yang bertujuan untuk

Achmad Fadloli24

mengembangkan model diseminasi Best Practice dari kegiatan piloting. Pada akhir program 3. Follow-up IMSTEP tahun 2005, kegiatan piloting inovasi pembelajaran IPA dan matematika kemudian disebut lesson study. Dan selanjutnya lebih berkembang lagi dengan dilaksanakannya kegiatan tahunan berupa ICLS (International Conference on Lesson study).

Lesson Study 25

Harapan dari sebuah kegiatan yang dilaksanakan adalah “sukses” sesuai dengan tujuan. Untuk itu

harus dipersiapkan sebagaimana mestinya. Demikian pula kesuksesan kegiatan lesson study sangat bergantung pada persiapan yang dilaksanakan.

Beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam rangka mengadakan kegiatan lesson study adalah persiapan tempat, persiapan fasilitator, persiapan peserta, persiapan moderator, persiapan notulen, dan persiapan dokumentasi.

PERSIAPAN SEBELUM MENGADAKAN LESSON STUDY

4

Kegiatan apa pun yang akan dilaksanakan tentu memerlukan persiapan. Demikian pula dengan kegiatan lesson stud. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan persiapan agar kegiatan berlangsung sukses sesuai dengan harapan.

Untuk memahami persiapan apa saja yang harus dilaksanakan, marilah kita mencoba membahas pada materi berikut ini.

Achmad Fadloli26

Untuk lebih jelas bagian-bagian dari persiapan akan dijelaskan di bawah ini.

A. Persiapan TempatDalam kegiatan lesson study, tempat merupakan bagian

yang cukup penting dan berbeda dengan kegiatan yang lain. Dikatakan cukup penting karena pemilihan tempat sangat berkaitan dengan guru model (guru yang akan mengajar). Dikatakan berbeda dengan kegiatan yang lain karena kegiatan yang dilakukan dalam lesson study berhubungan langsung dengan proses pembelajaran di kelas sehingga tidak membutuhkan tempat yang khusus.

Terdapat beberapa tempat yang bisa digunakan dalam pelaksanaan kegiatan lesson study di antaranya adalah:

1. Di sekolah/madrasahApabila pelaksanaan kegiatan ditempatkan di sekolah/

madrasah, maka yang akan menjadi guru model adalah guru yang mengajar di sekolah/madrasah tempat kegiatan tersebut berlangsung.

Hal tersebut diperlukan untuk mempermudah guru model dalam melakukan persiapan pembelajaran yang akan dilakukan sekaligus mempersiapkan tempat yang akan digunakan untuk pelaksanaan kegatan.

Sedangkan untuk tempat kegiatan pada tahap Plan bisa ditempatkan di mana saja. Artinya bisa di sekolah/madrasah atau di tempat selain sekolah/madrasah.

Lesson Study 27

Terdapat beberapa keuntungan apabila kegiatan dilaksanakan di sekolah/madarasah di antaranya adalah:

a. Keuntungan dari sisi materiPersoalan yang paling mendasar dalam kegiatan adalah

masalah anggaran, terutama kegiatan yang dilaksankan oleh KKG/MGMP secara mandiri.

Apabila kegiatan dilaksankan di sekolah/madrasah, maka tidak memerlukan anggaran untuk menyewa tempat sehingga yang diperlukan hanya keperluan yang lain yaitu konsumsi. Tetapi akan berbeda konsidinya apabila kegiatan yang dilaksankan mendapatkan anggaran dari blok grang atau yang lainnya.

b. Keuntungan dari sisi sosialDari segi sosial, kegiatan yang dilaksankan dengan

mengambil tempat di sekolah/madrasah akan semakin mempererat tali silaturahmi antara guru dari satu sekolah dengan sekolah lain untuk saling bertukar pengalaman.

c. Keuntungan dari sisi merasakan dan memahami orang lainKegiatan lesson study merupakan kegiatan yang

mobilitasnya sangat tinggi karena kegiatan yang dilaksankan langsung berhubungan dengan proses pembelajaran.

Dengan demikian, peserta akan berkunjung dari satu sekolah ke sekolah lain. Jumlah sekolah yang dikunjungi oleh peserta kegiatan tentu sangat bergantung pada jumlah pertemuan yang dilaksanakan.

Achmad Fadloli28

Sebagai ilustrasi, apabila pertemuan dilaksankan tujuh kali dalam satu semester, maka terdapat tujuh sekolah berbeda yang dikunjungi oleh peserta kegiatan. Perbedaan tersebut bisa berupa kondisi sekolah, lokasi sekolah, dan kondisi jalan.

Kondisi sekolah terdiri dari lingkungan sekolah, siswa, bangunan, dan ruang kelas. Semua kondisi tersebut dari beberapa sekolah yang dijadikan tempat kegiatan memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi peserta dalam rangka memahami kondisi yang sangat beragam.

Lokasi sekolah yang berada di tempat yang jauh dari perkotaan hampir tidak pernah dijadikan sebagai tempat kegiatan sehingga sekolah tersebut tidak pernah didatangi oleh guru-guru dalam jumlah yang banyak dari sekolah yang beragam.

Dengan kegiatan lesson study maka sekolah yang terpencil sekalipun akan dikunjungi oleh peserta karena dijadikan sebagai tempat kegiatan. Kejadian seperti itu menjadi kebanggaan bagi sekolah, guru-guru, dan bahkan siswa.

Dari sisi lain, peserta kegiatan menjadi tahu ternyata ada sekolah yang berada jauh dari perkotaan yang selama ini belum pernah dikunjungi.

Kondisi jalan yang terkadang sangat tidak bersahabat untuk datang ke sekolah tempat kegiatan merupakan pelajaran yang berharga karena dengan kondisi seperti itu peserta kegiatan akan lebih mensyukuri keadaan yang ada serta memahami kondisi guru-guru lain yang mendapatkan tugas pada tempat seperti itu.

Lesson Study 29

d. Keuntungan dasi sisi pesertaSelain materi dan proses pembelajaran di kelas,

peserta kegiatan akan mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran dari kegiatan yang dilaksanakan di sekolah yang sangat beragam.

e. Keuntungan dari sisi sekolahKeuntungan yang didapatkan sekolah yang dijadikan

sebagai tempat kegiatan di antaranya adalah lingkungan sekolah menjadi lebih bersih dan tertata rapi, guru dan siswa menjadi lebih bersemangat untuk belajar.

2. Di luar sekolah/madrasahApabila kegiatan dilangsungkan di luar lingkungan

sekolah, misalnya kegiatan workshop, maka tahap plan dilaksanakan di tempat kegiatan, tahap do tetap harus dilaksankan di sekolah tempat guru model yang akan mengajar, selanjutnya tahap see dilaksanakan kembali di tempat kegiatan.

Apabila kegiatan yang dilakukan seperti ini, maka pemilihan guru model adalah dari peserta kegiatan yang siap dan bisa dari sekolah mana saja.

B. Persiapan FasilitatorFasilitator adalah guru-guru yang sudah dilatih dalam

kegiatan lesson study, bisa berasal dari guru inti dari KKG/MGMP atau dosen-dosen yang berasal dari perguruan tinggi yang sudah biasa melaksanakan kegiatan lesson study.

Achmad Fadloli30

Fasilitator diperlukan untuk memfasilitasi kegiatan yang akan dilaksanakan. Di antaranya adalah bahwa fasilitator dapat memperkenalkan lesson study kepada peserta apabila peserta tersebut belum pernah mengkuti kegiatan.

Fasilitator juga dapat memberikan masukan kepada peserta terhadap pelaksanaan kegiatan berdasarkan pengalaman fasilitator selama mengikuti kegiatan.

Dalam kegiatan lesson study fasilitator juga bertindak sebagai peserta. Artinya fasilitator juga ikut bergabung dalam merancang pembelajaran, melakukan observasi dalam pelaksanaan pembelajaran, serta mengikuti kegiatan refleksi sehingga semua yang hadir dalam kegiatan termasuk fasilitator mempunyai tujuan yang sama yaitu dalam rangka belajar.

C. Persiapan PesertaPeserta yang akan mengikuti kegiatan disesuaikan

dengan jenis kegiatan lesson study yang dilaksanakan. Apabila kegiatan yang dilaksanakan adalah lesson study berbasis KKG/MGMP, maka pesertanya adalah para guru yang berada di bawah binaan KKG/MGMP tersebut. Apabila kegiatan lesson study yang dilaksanakan adalah lesson study berbasis sekolah (LSBS), maka peserta kegiatan terdiri dari para guru yang ada di sekolah tersebut dengan latar belakang mata pelajaran yang berbeda-beda. Apabila kegiatan yang dilaksanakan adalah workshop lesson study, maka peserta kegiatan adalah perwakilan dari sekolah-

Lesson Study 31

sekolah dengan pertimbangan di antaranya karena guru-guru tersebut belum pernah mengikuti kegiatan.

Kendati demikian, sebaiknya ada beberapa peserta yang sudah pernah mengikuti kegiatan. Peserta tersebut diberikan tugas sebagai moderator sehingga peserta lain bisa belajar dari peserta tersebut dalam memimpin jalannya kegiatan.

Peserta yang mengikuti kegiatan secara umum terbagi menjadi tiga macam yaitu: (a) peserta pemula; (b) peserta menengah; dan (c) peserta berpengalaman.

1. Peserta pemulaPeserta pemula adalah peserta kegiatan yang belum

pernah mengikuti kegiatan lesson study. Mereka baru mendengar tentang lesson study.

Apabila kegiatan diikuti oleh peserta pemula yakni para guru belum memahami dan belum pernah mengikuiti kegiatan lesson study, maka persiapan yang dilakukan akan berbeda dengan para peserta yang sudah memahami bahkan peserta yang sudah pernah mengikuti kegiatan lesson study.

2. Peserta menengahPeserta menengah adalah guru-guru peserta kegiatan

sudah pernah mengikuti kegiatan lesson study namun baru satu atau dua kali.

Terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan kompetensi guru yang di dalamnya terdapat kegiatan lesson study. Di antaranya adalah kegiatan yang dilaksanakan di tingkat KKG/MGMP

Achmad Fadloli32

dapat berupa kegiatan BERMUTU (better education through reform management universal and teacher up grading) atau kegiatan diseminasi.

BERMUTU merupakan program pemerintah dalam rangka meningkatkan kompetensi guru khususnya di bidang karya tulis (PTK). Dalam pelaksanaannya, proses kegiatan yang dilaksankan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi yang digunakan adalah kegiatan lesson study.

Di beberapa kabupaten/kota di Indonesia kegiatan MGMP/KKG melakukan diseminasi lesson study dengan anggaran dana sharing pemerintah daerah, misalnya di Kabupaten Karawang dan kabupaten lainnya.

3. Peserta berpengalamanPeserta berpengalaman adalah peserta kegiatan yang

sudah sering mengikuti kegiatan serta sudah pernah menjadi guru model, moderator, dan notulen dalam kegiatan tersebut.

D. Persiapan Moderator Moderator dipilih dari peserta kegiatan dan diharapkan

agar dalam setiap pertemuan peserta yang menjadi moderator dilakukan secara bergantian. Moderator bertugas memandu jalannya kegiatan sehingga kegiatan berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Dalam kegiatan lesson study, tugas moderator sangat penting terutama pada tahap refleksi. Pelaksanaan refleksi diharapkan menjadi tempat sharing dalam memecahkan

Lesson Study 33

permasalahan yang muncul dari kegiatan pembelajaran yang sudah selesai dilaksanakan.

Seorang moderator diharapkan dapat meramu masalah yang penting untuk dijadikan permasalahan yang harus di sharing-kan pada saat itu. Agar dapat terjadi seperti itu, maka seorang moderator harus dapat menghidupkan kegiatan refleksi sehingga benar-benar terjadi saling mengungkapkan pengalaman dari permasalahan yang ada. Dengan demikian diharapkan mendapatkan solusi terbaik dari permasalahan yang sedang dibicarakan.

Dengan keadaan seperti itu, maka kegiatan refleksi bukan hanya sekadar seperti “kelompencapir” atau sekadar kegiatan “pandangan mata”. Yakni hanya mengungkapkan permasalahan yang dilihat tetapi belum menghasilkan solusi dari permasalahan yang bisa dijadikan pembelajaran.

Dalam kegiatan yang diikuti oleh peserta pemula, kegiatan refleksi akan berlangsung seperti itu, tetapi peran seorang moderator untuk menjadikan kegiatan refleksi menjadi bermakna, menghasilkan solusi dari permasalahan pembelajaran terutama aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Solusi itulah yang akan dibawa pulang oleh peserta kegiatan sebagai oleh-oleh untuk dijadikan sebagai pedoman dalam membuat perencanaan pembelajaran yang akan diterapkan di sekolah/madrasah tempat mereka bekerja.

Achmad Fadloli34

E. Persiapan NotulenSelain moderator, kegiatan lesson study juga memerlukan

notulen. Fungsi notulen adalah untuk mencatat semua hasil pelaksanaan diskusi yang berlangsung. Hasil diskusi yang didokumentasikan tersebut sangat bermanfaat untuk disebarkan kepada guru-guru lain sebagai bahan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan.

Selain itu, ada sisi penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil dokumen berupa tulisan tersebut di antaranya adalah bahwa hasil tersebut dapat dijadikan sebagai karya tulis bagi guru model.

F. Persiapan DokumentasiPersiapan dokumentasi dalam kegiatan lesson study

dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:

1. KameraKameara diperlukan untuk mendokumentasikan

kegiatan pembelajaran mulai dari aktivitas guru model, aktivitas observer, dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Pengambilan gambar tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan guru model, sekolah, dan untuk dijadikan sharing dalam perbaikan pembelajaran dalam kegiatan refleksi.

2. Buku catatanBuku catatan dalam kegiatan lesson study

mutlak diperlukan. Dalam pelaksanaan observsi

Lesson Study 35

pembelajaran, observer memerlukan buku catatan untuk mendokumentasikan masalah-masalah yang terjadi pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan tersebut bermanfaat untuk sharing dalam kegiatan refleksi.

Selain itu, dalam pelaksanaan refleksi, peserta akan memerlukan catatan untuk mendokumentasikan kesepakatan-kesepakatan terhadap solusi permasalahan yang sedang direfleksikan.

Hasil refleksi yang sudah didokumentasikan akan diperlukan oleh berbagai pihak yang terkait. Pihak-pihak yang memerlukan dokumentasi dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Pihak sekolahDokumentasi berupa video pembelajaran maupun

catatan-catatan hasil refleksi merupakan dokumen penting untuk sekolah. Dokumaen tersebut dapat dimanfaatkan untuk kegiatan akreditasi sekolah dan digunakan untuk kegiatan peningkatan pembelajaran di antara para guru yang ada di sekolah tersebut.

2. Pihak guru modelBagi guru model dokumentasi pembelajaran berupa

video dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat video pembelajaran sebagai publikasi, sedangkan dokumen berupa foto dapat digunakan sebagai lampiran untuk membuat tulisan.

Dokumentasi berupa tulisan hasil refleksi dapat digunakan sebagai data dalam menulis terhadap

Achmad Fadloli36

pembelajaran yang sudah dilaksankan, serta digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sudah dilaksankan dengan cara memperbaiki perangkat pembelajaran sesuai dengan masukan yang ada di dokumen tersebut.

3. Pihak fasilitatorDokumen berupa video/foto dapat digunakan

sebagai bahan dalam melaksankan refleksi dengan cara menayangkan kembali video atau foto yang sudah diambil dalam pelaksanaan pembelajaran.

Tayangan tersebut kemudian dijadikan bahan untuk sharing untuk mengatasi permasalahan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

4. Pihak observerBagi observer, dokumen berupa catatan hasil observasi

pembelajaran dan catatan hasil refleksi adalah sangat penting.

Dokumen tersebut berguna sebagai bahan refleksi dan bahan untuk perbaikan pembelajaran yang akan dilaksankan di sekolah/madrasah tempat bertugas.

Lesson Study 37

Tabel 2: Persiapan dalam melaksanakan kegiatan lesson study

Achmad Fadloli38

Lesson Study 39

TAHAPAN PELAKSANAANLESSON STUDY

5

“Kita sering mendengar tentang tahapan dalam kegiatan lesson study yaitu Plan, Do, dan See.”

Tetapi apakah sebenarnya plan, do, dan see itu? Dan bagaimanakah tahapan plan, do, dan see itu dilaksanakan?

Pertanyaan tersebut akan terjawab ketika kita mengikuti secara langsung kegiatan lesson study atau membaca materi berikut ini.

Secara umum terdapat tiga tahapan yang harus dilaksanakan dalam setiap kegiatan lesson study yaitu

tahap Plan (Perencanaan), tahap Do (Pelaksanaan), dan tahap See (Refleksi). Ketiga tahapan tersebut kemudian dinamakan sebagai daur/siklus lesson study.

Untuk memahami daur/siklus lesson study, gambar di bawah ini dapat dijadikan sebagai acuan.

Achmad Fadloli40

Gambar 1: Daur lesson study yang terorientasi pada praktik (Saito, 2005)

Selain gambar di atas, daur kegiatan lesson study yang senada juga bisa ditemukan dari buku panduan pelaksanaan lesson study oleh Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2008 sebagai berikut.

Gambar 2: Daur lesson study (Hendayana, 2008)

Lesson Study 41

Dari dua gambar daur lesson study di atas dapat dilihat bahwa setiap tahapan terdapat beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai acuan, yaitu:

Pada tahap 1. plan kegiatan yang dilakukan adalah penggalian akademik, perencanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan penyiapan alat-alat.Pada tahap 2. do kegiatan yang dilakukan adalah pelaksanaan pembelajaran, pengamatan oleh rekan sejawat, implementasi pembelajaran berbasis hands-on dan mind-on activities, daily, local materials;Pada tahap 3. see kegiatan yang dilakukan adalah refleksi dengan rekan sejawat dan diskusi merefleksikan pembelajaran berdasarkan fakta dan solusi.

Acuan kegiatan tersebut di atas masih bersifat umum. Oleh karena itu, secara terperinci kegiatan yang dilakukan dalam setiap tahapan lesson study adalah sebagai berikut.

1. TAHAP PLAN

Gambar 3: Foto kegiatan Plan LSMGMP IPA cluster D Kabupaten Karawang

Tahap plan biasa dikenal dengan tahap perencanaan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa agar pembelajaran berpusat pada siswa, siswa berpartisipasi aktif dan berpikir dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi yang positif antara siswa dalam kelompok, dan terjadi interaksi yang positif antarkelompok (Kiat-kiat Praktik Lesson Study, hal.3).

Selain itu, tujuan kegiatan pada tahap perencanaan berguna untuk merencanakan secara bersama-sama kegiatan yang akan dilaksanakan selama satu semester, di antaranya adalah masalah yang berkaitan dengan guru model, berkaitan dengan jumlah pertemuan yang akan dilaksanakan, berkaitan dengan sekolah tempat open lesson dilaksankan, serta berkaitan dengan proses menentukan kelompok mata pelajaran, menentukan moderator, dan menentukan notulen.

Dalam rangka menentukan kelompok, terdapat dua faktor yang yang harus diperhatikan agar kegiatan dalam kelompok bisa berlangsung sesuai dengan harapan yaitu pertama adalah faktor jenjang sekolah, dan kedua adalah faktor mata pelajaran.

a. Faktor jenjang sekolahPerbedaan yang terdapat dalam pembagian kelompok

pada faktor jenjang sekolah di antaranya adalah: (1) jenjang Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI); (2) jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah(MTs); (3) jenjang Sekolah Menengah Atas

(SMA)/Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Pelaksanaan pembelajaran di SD dilaksanakan oleh guru kelas kecuali pelajaran agama, bahasa Inggris dan olahraga. Oleh karena itu, cara menentukan kelompoknya adalah berdasarkan kelas mengajarnya.

Pelaksanaan pembelajaran di jenjang SMP dilaksanakan oleh guru mata pelajaran. Kendati demikian, terdapat perbedaan karakteristik mata pelajaran, di antaranya adalah mata pelajaran IPA dan mata pelajaran IPS yang mempunyai karakteristik berbeda dengan mata pelajaran yang lain.

Perbedaannya adalah bahwa untuk tingkat SMP/MTs pelajaran IPA merupakan gabungan dari tiga pelajaran yaitu pelajaran fisika, biologi, dan kimia. Sedangkan untuk pelajaran IPS di dalamnya tergabung tiga mata pelajaran yaitu pelajaran geografi, ekonomi, dan sosiologi. Ditinjau dari latar belakang guru yang mengajar juga terdapat perbedaan yaitu guru IPA di tingkat SMP/MTs sebagian yang berlatar belakang biologi, ada yang berlatar belakang fisika, dan hampir tidak ada yang berlatar belakang kimia. Sedangkan mata pelajaran IPS sebagian yang berlatar belakang geografi, ada yang berlatar belakang sosiologi, dan ada pula yang berlatar belakang pendidikan ekonomi.

Kita memahami bahwa pelajaran IPA di tingkat SMP untuk semester ganjil materi kelas 7 masuk pada pelajaran fisika dan kimia, materi kelas 8 masuk materi

Achmad Fadloli44

biologi dan kelas 9 masuk materi fisika. Demikian pula dengan mata pelajaran IPS.

Berdasarkan hal tersebut, terdapat kendala pada pembagian kelompok untuk mata pelajaran IPA dan IPS. Ahmad Fadloli dalam makalah dengan judul MGMP Based Lesson Study in Karawang menjelaskan bahwa pada awal kegiatan sebagian besar guru tidak mau masuk kelompok yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya yaitu guru yang berlatar belakang biologi masuk ke kelompok biologi. Meraka tidak mau masuk ke kelompok fisika/kimia. Demikian pula guru yang berlatar belakang lain.

Apabila kondisi tersebut terjadi, maka akan terdapat penumpukan pada kelompok tertentu sesuai dengan latar belakang pendidikan peserta kegiatan. Lantas sebaiknya bagaimana yang harus dilakukan agar tidak terjadi penumpukan peserta pada kelompok tertentu?

Bagi guru IPA atau IPS sebaiknya memasuki kelompok yang berbeda dengan latar belang pendidikannya. Misalnya guru dengan latar belakang geografi sebaiknya memasuki kelompok sosiologi. Demikian pula dengan yang lainnya. Dengan kegiatan seperti itu tentunya akan dapat meningkatkan kompetensi pada pelajaran yang bukan merupakan latar belakangnya dalam satu rumpun.

Oleh karena dalam melaksanakan tugas sebagai guru IPA akan mengajarkan materi fisika, biologi, dan kimia. Demikian pula dalam melaksankan tugas sebagai guru IPS, ia pasti akan mengajar materi yang terdiri

Lesson Study 45

dari geografi, sosiologi, dan ekonomi dan tentunya ada yang berbeda dengan latar belakang pendidikan yang diperoleh dari bangku kuliah.

Selain pemilihan pembagian kelompok seperti itu, juga dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan peserta yang menghadiri kegiatan.

Terdapat beberapa kesepakatan yang muncul dalam pembagian kelompok guru yang mengikuti kegiatan lesson study khususnya mata pelajran IPA dan IPS di antaranya adalah: (1) pembagian kelompok berdasarkan latar belakang jurusan guru yang bersangkutan; (2) pembagian kelompok berdasarkan kelas yang diampu oleh guru tersebut.

Inti pengelompokan adalah diharapkan terjadi sharing antarguru dalam kelompok tersebut dalam hal pengalaman mengajarkan materi tertentu berdasarkan materi yang akan di-open-lesson-kan, juga masalah kedalaman materi dan konsep yang akan disampaikan sehingga tidak terjadi kesalahan.

2. Faktor mata pelajaranUntuk pelajaran yang tidak merupakan gabungan

dari beberapa mata pelajaran, pembagian kelompoknya didasarkan pada jenjang mengajarnya yaitu kelompok guru yang mengajar di kelas 7, kelompok guru yang mengajar di kelas 8, dan kelompok guru yang mengajar di kelas 9.

Setelah pembagian kelompok, langkah selanjutnya adalah menentukan guru model sesuai dengan kesepakatan

Achmad Fadloli46

kelompok, melihat jadwal pelajaran, menentukan materi yang akan disampaikan dengan cara melihat program tahunan dan program semester. Selanjutnya adalah mulai membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Merancang RPP dalam kegiatan LS dilakukan dengan sharing pada guru-guru pada kelompok yang ada dengan menelaah SK dan KD. Intinya adalah: materi esensial apa yang harus di kuasai oleh siswa? Bagimana cara menyampaikan materi tersebut? Bagaimana posisi siswa dalam belajar? Media apa yang digunakan? Alat evaluasinya bagaimana? Bagaimana Lembar Kerja (LK) sehingga proses pembelajaran bisa optimal.

Secara umum tahap perencanaan dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan yaitu plan pertama dan plan kedua. Mengapa demikian?

Kita memahami bahwa perencanaan pembelajaran adalah komponen yang sangat penting untuk merancang pembelajaran menjadi menarik, tidak membosankan, siswa aktif, terjadi interaksi antarsiswa dalam kelompok maupun antarkelompok. Dengan kata lain, merancang agar pembelajaran berlangsung secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.

Adapun perincian kegiatan plan satu dan plan dua adalah sebagai berikut.

Lesson Study 47

PLAN 1

Gambar 4: Foto Plan 1 pada LSMGMP IPA di Kota Sukabumi tahun 2011

Kegiatan pada tahap plan satu secara umum dibagi menjadi dua macam yaitu kegiatan yang dilakukan secara klasikal dan kegiatan yang dilakukan secara kelompok.

Sedangkan kegiatan yang dilakukan secara terperinci adalah sebagai berikut.

1. Menentukan jumlah pertemuanKegiatan Plan 1 diawali dengan menetukan jumlah

pertemuan yang akan dilaksankan selama satu semester yang dilaksankan secara klasikal.

Jumlah pertemuan yang ditentukan adalah pertemuan dalam pelaksanaan pada tahap do dan see.

Tahap do yang biasa dikenal dengan open class/open lesson merupakan kegiatan membuka kelas pada saat pembelajaran berlangsung atau kegiatan membuka

Achmad Fadloli48

pembelajaran untuk diamati oleh para observer (guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, widyaiswara, pimpinan dinas pendidikan, maupun masyarakat umum). Kegiatan setelah kegiatan open class adalah kegiatan diskusi refleksi.

Kegiatan menentukan jumlah pertemuan dilaksanakan pada tahap pertama karena tahap ini akan sangat berpengaruh terhadap jumlah guru model yang akan disiapkan pada tahap berikutnya.

Kegiatan menentukan banyaknya jumlah open class yang akan dilaksanakan biasanya diselenggarakan sesuai dengan kesepakatan. Tetapi berdasarkan pengalaman yang sudah pernah dilaksankan bahwa open class dalam satu semester secara umum adalah dilaksankan sebanyak tiga kali, atau lima kali, dan ada yang dilaksankan sebanyak delapan kali pertemuan.

2. Menentukan kelompok peserta kegiatanKegiatan selanjutnya adalah menentukan kelompok

peserta. Kegiatan ini masih dilaksanakan secara klasikal. Terdapat beberapa alternatif cara dalam menentukan kelompok di antaranya adalah: (a) penentuan kelompok berdasarkan kelas. Penentuan kelompok ini bisa dilakukan pada semua jenjang sekolah.

Apabila kegiatan dilaksanakan pada jenjang Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), para peserta kegiatan dikelompokkan ke dalam kelompok guru yang mengajar di kelas tiga, kelas empat, kelas lima, dan kelas enam. Apabila kegiatan dilaksanakan di tingkat Sekolah

Lesson Study 49

Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah(MTs) terdapat kelompok guru yang mengajar di kelas 7, 8, dan 9. Sedangkan untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah(MA) terdapat kelompok guru yang mengajar di kelas 10, 11, dan 12; di perguruan tinggi dilaksankan sesuai dengan kesepakatan dari dosen-dosen yang ada; (b) menentukan kelompok berdasarkan mata pelajaran. Kegiatan yang dilaksankan berdasarkan mata pelajaran yang diampu oleh peserta, misalnya pelajaran matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan mata pelajaran yang lain.

Tetapi untuk mata pelajaran yang di dalamnya terdiri dari beberapa mata pelajaran yang bergabung misalnya mata pelajaran IPA di dalamnya terdapat pelajaran biologi, fisika, dan kimia. Mata pelajaran IPS di dalamnya terdapat pelajaran ekonomi, sosiologi dan geografi, dan pelajaran lainnya yang mempunyai karakteristik yang hampir sama.

Untuk kategori mata pelajaran tersebut, dalam pembentukan kelompok terutama dalam tahap perencanaan terdapat kelompok fisika, kelompok biologi, dan kelompok kimia. Dalam mata pelajaran IPS terdapat kelompok ekonomi, sosiologi, dan geografi.

Tetapi dalam menentukan guru dengan latar belakang mata pelajaran apa yang harus masuk ke dalam kelompok fisika atau yang lainnya bisa dilaksanakan berdasarkan kesepakatan. Mengapa demikian?

Achmad Fadloli50

Kita ketahui bahwa di tingkat SMP/MTs mata pelajaran yang ada bukan pelajaran biologi, fisika, dan kimia, tetapi pelajarannya adalah IPA. Demikian juga bukan pelajaran ekonomi, sosiologi, atau georafi tetapi pelajaran IPS.

Dengan demikian, guru IPA tentu mempunyai latar belakang pendidikan berbeda-beda yaitu ada yang berlatar belakang fisika, biologi, atau kimia. Demikian pula dengan guru IPS, ada yang berlatar belakang ekonomi, sosiologi, atau geografi.

Dengan keadaan seperti itu, maka guru IPA dan guru IPS harus mengajar materi yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan bahkan bukan satu pelajaran tetapi ada dua pelajaran yang harus disampaikan di luar latar belakang pendidikan yang didapat selama perkuliahan.

Menyadari kondisi seperti itu, tentu kegiatan lesson study sangat penting dan memberikan manfaat yang besar dalam rangka meningkatkan kompetensi terutama dalam hal penguasaan materi terlebih pada mata pelajaran yang di dalamnya merupakan gabungan beberapa pelajaran.

Dengan demikian seyogianya dalam memilih kelompok dalam kegiatan akan lebih baik jika masuk pada kelompok yang bukan latar belakang pendidikan yang didapatkan selama kuliah sehingga penguasaan materi menjadi lebih baik.

3. Menetukan guru yang akan mengajarPada kegiatan ini peserta sudah berada pada kelompok

masing-masing sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya.

Lesson Study 51

Pada kegiatan lesson study guru yang mengajar dinamakan sebagai guru model. Dapat dikatakan bahwa guru model adalah guru peserta yang mendapat kesempatan dan diberikan kepercayaan oleh kelompok untuk mengimplementasikan rencana yang dibuat bersama dalam pembelajaran di kelas.

Menjadi guru model tentu sangat berguna untuk meningkatkan keberanian pembelajaran yang dilaksanakan dalam observasi oleh pengamat dalam jumlah yang sangat banyak. Kegiatan seperti ini belum pernah dialami oleh seorang guru sebelum menjadi guru model pada kegiatan lesson study.

Pada tahap ini, guru-guru peserta sudah berkelompok sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan selanjutnya guru-guru dalam kelompok tersebut menentukan guru model yang akan mengimplementasikan hasil rencana yang dibuat secara kelompok ke dalam kelas atau dengan kata lain akan mengajar dengan menggunakan rancangan yang dibuat secara kolaboratif.

Diharapkan guru model pada kegiatan berasal dari sekolah yang berbeda-beda selama kegiatan berlangsung. Dengan pemilihan guru model yang berasal dari sekolah yang berbeda-beda tersebut banyak manfaat yang didapatkan di antaranya adalah: (1) kunjungan sekolah (2) belajar dari sekolah lain (3) mengambil manfaat dari kunjungan dalam hal lingkungan, siswa, proses belajar mengajar, program sekolah, silaturahmi dengan guru yang lain, serta terjadi pemerataan antara negeri dan

Achmad Fadloli52

swasta sehingga selain belajar dari proses pembelajaran, diharapkan terjadi pembelajaran dari sisi yang lainnya antara lain lingkungan sekolah yang berbeda-beda.

4. Menentukan jadwal mengajar guru modelTahap selanjutnya setelah menetukan jumlah open

lesson dan menentukan guru model adalah dalam kelompok menentukan jadwal mengajar yang akan dilaksanakan.

Kegiatan ini sangat penting karena jadwal mengajar akan berpengaruh pada materi yang akan disampaikan. Jadwal mengajar bisa berupa tanggal dan bulan berapa open class akan dilaksankan. Dengan adanya tanggal dan bulan tersebut, maka akan menentuan dalam hal materi yang akan disampaikan serta dirancang RPP-nya bersama pada tahap selanjutnya.

5. Menentukan materi yang akan disampaikan pada kegiatan open classDengan berpedoman pada kalender pendidikan,

program tahunan, dan program semester serta disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang sudah berlangsung di sekolah tempat guru model mengajar, setiap kelompok berdiskusi untuk menentukan materi yang akan disampaikan pada kegiatan open class.

Setelah terjadi kesepakatan dari semua anggota dalam kelompok, maka ditetapkan materi yang disepakati untuk selanjutnya dibuat RPP.

Lesson Study 53

Tabel 3: Rekapitulasi hasil kegiatan plan 1

6. Membuat perangkat pembelajaranPerangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam

open lesson dirancang bersama dengan guru-guru peserta kegiatan. Perangkat pembelajaran yang akan dirancang meliputi: (1) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); (2) media pembelajaran; (3) Lembar Kerja (LK); penilaian dan rubrik pensekoran; (4) termasuk denah tempat duduk siswa.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Kegiatan merancang RPP harus dilaksanakan

dengan sungguh sungguh. Pada tahap ini diskusi yang dilaksanakan terfokus pada hal-hal sebagai berikut: (a) mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar; (b) dilanjutkan dengan menentukan tujuan pembelajaran

Achmad Fadloli54

dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran; (c) menentukan metode, strategi, dan model pembelajaran yang akan dilaksanakan; (d) menentukan media yang akan digunakan; (e) menentukan alat evaluasi dan rubrik penskoran; (f ) merancang Lembar Kerja (LK); (g) menentukan kelompok dan denah tempat duduk siswa.

Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses Pasal 1 (1) Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

Merancang perencanaan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan merupakan salah satu tugas pokok guru. Kegiatan ini merupakan tahapan yang penting dan harus dilaksanakan oleh guru sebelum melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dalam rangka tercapai tujuan akhir pembelajaran.

Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap muatan Pembelajaran.

Dalam menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) harus memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan RPP.

Lesson Study 55

Berdasarkan Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2006 dari BSNP terdapat enam prinsip dalam menyususn RPP, yaitu:

1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan

jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat

pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, produktivitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar. Ini berarti bahwa semua kegiatan guru harus diarahkan untuk mendorong semua siswa aktif melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam kondisi ini, peran guru lebih diarahkan pada peran fasilitator (mempermudah siswa belajar) bukan pada tukang ajar yang selalu menuangkan informasi ke dalam pikiran peserta didik.

3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan

kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.Untuk keperluan ini, guru perlu mencegah kebiasaan siswa takut salah, tidak berani berpendapat, dan tidak mandiri.

Achmad Fadloli56

4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjutRPP memuat rancangan program pemberian umpan

balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Kegiatan ini perlu dilakukan secara hati-hati agar peserta didik tidak memvonis dirinya negatif.5) Keterkaitan dan keterpaduan

RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegra si, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.

Selain berdasarkan prinsip di atas, penyusunan rencana pembelajaran juga harus berdasarkan pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator yang dikembangkan dari silabus yang sudah ada.

RPP yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

Lesson Study 57

Ada beberapa model RPP yang biasa digunakan oleh guru di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Model Satuan Pelajaran (SATPEL) sesuai dengan

alur aplikasi dari Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dalam Nuryani R (2005:185).

PROGRAM SATUAN PELAJARAN

NOMOR : …………………….Mata Pelajaran : …………………….Pokok Bahasan/Konsep : …………………….Kelas/Semester : ……………………..Waktu : .... kali pertemuan (a…. jam pelajaran)

I. Tujuan Pembelajaran UmumII. Tujuan Pembelajaran Khusus

a. Pertemuan 1 : 1.1…………………….b. Pertemuan 2 : 2.1…………………….

III. Materi Pembelajarana. Pertemuan 1 : 1.1…………………….b. Pertemuan 2 : 2.1…………………….

IV. Kegiatan Belajar Mengajara. Pendekatan dan Metodeb. Langkah-langkah:

V. Alat/Sarana dan Sumber PembelajaranVI. Penilaian

a. Prosedur = Penilaian proses dan penilaian hasil akhir

b. Alat Penilaian

Achmad Fadloli58

………….. Mengetahui Guru Mata Pelajaran Kepala Sekolah ……………..

(………………………..) (…………………….)

Saran Kepala Sekolah:…………………………………..

2. Model RPP yang dikeluarkan oleh BSNP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : ....................Kelas/Semester : ....................Tahun Pelajaran : ....................Mata Pelajaran : ....................Standar Kompetensi : ....................Kompetensi Dasar : ....................Alokasi waktu : 2 x 40 menitA. Tujuan Pembelajaran : ....................... Peserta didik dapat : .......................B. Materi Pembelajaran : .......................C. Metode Pembelajaran: 1. Model : ....................... 2. Metode : ....................... D. Langkah-langkah Kegiatan:

1. Pertemuan Pertama a. Kegiatan Pendahuluanb. Kegiatan Intic. Kegiatan Penutup

E. Sumber Belajar : .......................F. Penilaian:

1. Teknik Penilaian : .......................2. Bentuk Instrumen : .......................

Lesson Study 59

………….. Mengetahui Guru Mata Pelajaran Kepala Sekolah ……………..

(………………………..) (…………………….)

Saran Kepala Sekolah: …………………………………..

3. Model RPP Berkarakter

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : .................... Kelas/Semester : .................... Mata Pelajaran : .................... Alokasi Waktu : .................... Standar Kompetensi : .................... Kompetensi Dasar : .................... Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat: Karakter siswa yang diharapkan : .................... Materi Pembelajaran : .................... Metode Pembelajaran:Model : ....................Metode : ....................

Langkah-langkah Kegiatan

PERTEMUAN PERTAMAa. Kegiatan Pendahuluanb. Kegiatan Inti

Eksplorasi• Elaborasi• Konfirmasi•

c. Kegiatan Penutup

Achmad Fadloli60

PERTEMUAN KEDUAa. Kegiatan Pendahuluan b. Kegiatan Inti

Eksplorasi•Elaborasi•Konfirmasi •

c. Kegiatan Penutup Sumber BelajarPenilaian:

Indikator Pencapaian Kompetensi

Teknik Penilaian

Bentuk Instrumen

Instrumen/Soal

4. Model RPP ICARE

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : ....................Kelas/Semester : ....................Mata Pelajaran : ....................Alokasi Waktu : ....................Standar Kompetensi : ....................Kompetensi Dasar : .................... Indikator : ....................A. Tujuan PembelajaranB. Materi Pembelajaran C. Metode Pembelajaran

Lesson Study 61

D. Langkah-Langkah Kegiatana. Introductionb. Connectionc. Applicationd. Reflecione. Extension

E. Sumber PembelajaranF. Penilaian Hasil Belajar

5. Model RPP Tematik

Dalam buku Tugas dan Peran Kepala Sekolah dalam Manajemen Kurikulum (2009:260) dinyatakan bahwa terdapat enam tahap dalam mengembangkan RPP tematik, yaitu:a. Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukanb. Mempelajari kompetensi dasar dan indikator mata

pelajaran yang akan dipadukan.c. Memilih dan menetapkan tema/topik pemersatud. Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi

dasar dan tema/topik pemersatu.Contoh:

Achmad Fadloli62

e. Menyusun silabus pembelajaran tematikf. Menyusun RPP tematik dengan format seperti di

bawah ini.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Nama SekolahAlamat sekolah

Tema : ……………………………..Mata Pelajaran : 1 ……………………………

2 ……………………………3 ……………………………4 …………………………..

Kelas/Semester : ..............................Alokasi Waktu : ..............................I. Kompetensi Dasar Tuliskan kompetensi dasar yang dapat dipadukan dari

beberapa mata pelajaran yang akan dicapai dengan menggunakan pembelajran tematik.

Tuliskan juga nomor kompetensi dasarnya.II. Indikator Tuliskan indikator yang Anda kembangkan dari Kompetensi

Dasar di atas dari beberapa mata pelajaran yang akan dicapai dengan menggunakan pembelajaran tematik.

III. Tujuan Pembelajaran Tuliskan tujuan pembelajaran yang Anda jabarkan dari

Kompetensi Dasar di atas yang mengandung kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor (domain tersebut fleksibel tergantung pada tema yang ditetapkan).

IV. Materi Pokok Tuliskan pokok-pokok materi (beserta uraian singkat) yang

perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.

Lesson Study 63

V. Metode Pembelajaran Tuliskan metode yang digunakan untuk pembelajaran

tematik.VI. Langkah-langkah Kegiatan Tuliskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran berupa

alur kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar, mencakup kegiatan tatap muka dan pengalaman belajar.A. Kegiatan Awal Kegiatan awal atau pendahuluan merupakan

kegiatan pembuka yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran tematik. Fungsinya terutama memberikan motivasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

Kegiatan yang dilakukan dalam pendahuluan pembelajaran di antaranya adalah: (1) melakukan apersepsi; (2) menginformasikan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran; (3)malakukan pre-test atau kuis, yaitu untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan disampaikan; penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara mengecek kehadiran, menumbuhkan kesiapan belajar, menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar, serta membangkitkan perhatian siswa.

B. Kegiatan IntiC. Kegiatan Akhir dan Tindak lanjut

VII. Alat, Media, dan SumberVIII.Penilaian Hasil Belajar

Achmad Fadloli64

Dalam kegiatan lesson study, tidak ada ketentuan dalam menggunakan model RPP. Yang menjadi pertimbangan adalah bahwa RPP yang digunakan memenuhi syarat dan ketentuan poin-poin yang harus ada di dalam pembuatan RPP.

Tetapi ada RPP alternatif yang dikembangkan pada kegiatan lesson study. Dalam rancangan tersebut terdapat poin yang berbeda dengan RPP lain yaitu terdapat proses bimbingan yang harus terperinci termasuk prediksi respons siswa dalam pembelajaran.

Di bawah ini contoh RPP alternatif yang dirancang dalam kegiatan LSMGMP Kabupaten Karawang tahun 2011.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (KREATIF, INOVATIF, DAN BERKARAKTER BANGSA)

Sekolah : …………………………………Kelas / Semester : VIII/1Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)Standar Kompetensi : 3. Memahami sistem dalam

kehidupan tumbuhan.Kompetensi Dasar : 3.2 Pengangkutan air pada tumbuhanTujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat:

1) Membedakan peristiwa difusi dan osmosis

2) Menunjukkan peristiwa difusi dan osmosis pada proses melarutnya teh celup ke air

3) Menemukan konsep difusi dan osmosis

Lesson Study 65

4) Menunjukkan peristiwa difusi dan osmosis pada penyerapan air dan mineral serta pengangkutannya pada tumbuhan setelah mengadakan kegiatan praktikum.

Proses Bimbingan:

Kegiatan Guru Respons Siswa yang Bisa

Diperkirakan

Bentuk Kegiatan

Keterangan

Menunjukkkan teh celup, air, stopwatch.

Apa yang akan terjadi jika teh celup dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air

Pikirkan lebih dari 2 perkiraan kalian.

Apakah warna air pada akhir percobaan sama pada kedua gelasPikirkan perkiraan kalian (berpikir kritis)

- Airnya berubah warna

- Teh larut ke dalam air

- Tadinya kering menjadi basah

- Tadinya kempes jadi mengembang

- Akan sama warnanya

- Beda warnanya

Individu

Individu

Mengeksplorasi pengalaman siswa yang pernah membuat teh.

Memberikan arahan jika kesulitan menjawab

Achmad Fadloli66

Memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan

Harus cermat dan teliti menggunakan stopwatch/jam

Harus cermat, teliti, dan jujur dalam melakukan pengamatan

- Bagaimana memakai stopwacth

- Airnya berapa banyak

Kelompok Siswa kurang bisa menggunakan stopwatch.

Memanfaatkan siswa yang sudah bisa dalam kelompok.

Memberikan arahan pembuatan tabel

Berinovasi Membuat tabel pengamatan dalam kelompok awal

Kelompok

Individu

Siswa kesulitan membuat tabel

Memberi dorongan apa pun hasilnya tidak masalah

Kelompok Gabungan Bekerja sama Membuat tabel gabungan dua kelompokPresentasi (menulis di papan)

- Tabel yang dibuat diurutkan dari yang tercepat sampai terlambat

- Tabel yang dibuat tidak berurutan

Kelompok

Individu

Siswa kesulitan membuat tabel

Waktu mulai

Waktu mulai

Gelas A

Gelas B

Rata-rata

Kel. Awal

Kel. Gab.

Lesson Study 67

Kembali ke tempat duduk masing-masing dengan disiplin

Diberikan petunjuk poin-poin yang ada dalam tabel

Presentasi (menulis di papan)

Individu

Semua

Siswa kesulitan membuat grafik

Memberikan petunjuk

Siswa sulit untuk melakukan presentasi

Diberikan kompetisi antarsiswa

Dari praktikum tadi:Apakah seluruh air dalam gelas berubah warna (Teliti)

- Berubah warna, karena warna teh bergerak dari bawah ke seluruh air

Kelompok Siswa agak kesulitan membuat kalimat

Guru mengarahkan siswa

Dari praktikum tadi:Amati dengan cermat dan teliti air masuk ke dalam kantong teh

- Melewati selaput/membran yang berpori

Kelompok Siswa kesulitan dengan kata membran dan pori

Guru mengarahkan

Tunjukkan perbedaan gerakan larutan teh di air dengan air ke dalam kantong teh (Membanding-kan)

- Di air molekul bergerak tanpa selaput, konsentrasi tinggi ke rendah

- Air ke dalam kantong melewati selaput, dari konsentrasi rendah ke tinggi

Kelompok

Achmad Fadloli68

Dari kegiatan praktikum, tunjukkan pada kegiatan tersebut yang termasuk peristiwa OSMOSIS

Ditanyakan ke semua siswa dengan syarat yang akan menjawab angkat tangan dulu.

- Kantong teh sebagai membran semipermiabel hanya molekul kecil yang lewat (air masuk ke kantong teh)

- Konsentrasi di dalam kantong lebih tinggi

- Tehnya tidak keluar hanya air teh saja

Individu

Semua

Siswa kesulitan memahaminya

Diberikan bimbingan pertanyaan pendahuluan

Dari kegiatan praktikumTunjukkan pada kegiatan tersebut yang termasuk peristiwa difusi (cermat dan teliti)

- Air teh yang kental di bawah kemudian merata

Individu

Semua

Siswa kesulitan memahaminya

Diberikan bimbingan pertanyaan pendahuluan

Lesson Study 69

Ditanyakan ke semua siswa dengan syarat yang akan menjawab angkat tangan dulu.

Hubungannya dengan pengangkutan air pada tumbuhan

- Pengangkutan air dari tanah ke dalam akar (osmosis)

Soal 1Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, tunjukkan 2 perbedaan gerakan larutan teh di air dalam gelas dengan perpindahan air dari gelas ke dalam kantong teh.

Soal 2Dari percobaan melarutkan teh celup ke air, tunjukkan manakah yang termasuk peristiwa OSMOSIS.

Soal 3Apakah OSMOSIS itu ?

Soal 4Dari percobaan melarutkan teh celup ke air, tunjukkan manakah yang termasuk peristiwa DIFUSI.

Soal 5Apakah DIFUSI itu?

Achmad Fadloli70

Soal 6Tuliskan penjelasanmu tentang hubungan antara percobaan yang dilakukan dengan pengangkutan air dari tanah ke seluruh tumbuhan.

……………., …….. 20… Guru Mata Pelajaran

………………………………

NIP. ………………………

Selain itu dikembangkan pula lesson design. Lesson design dirancang sebagai pelengkap RPP terutama dalam poin langkah-langkah pembelajaran dengan format sebagai berikut.

LESSON DESIGN

Sekolah : ……………

Kelas : …………...

Guru : …………...

Mata Pelajaran : ……….

Waktu : ……….

Materi :……………….Tujuan :……………Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan Siswa Bantuan/Perhatian Guru

Lesson Study 71

Metode: ..............................

Evaluasi: .............................

Yang menjadi penekanan dalam kegiatan lesson study adalah bahwa proses merancang RPP yang akan digunakan berlangsung secara kolaboratif. Artinya RPP dirancang bersama dengan kelompok mata pelajaran yang ada dengan cara sharing pengalaman.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam merancang RPP secara kolaboratif tersebut di antaranya adalah: (1) menentukan tujuan pembelajaran; (2) menentukan materi esensial yang harus disampaikan dan dikuasai oleh siswa; (3) sharing pengalaman dalam mengajarkan materi yang sedang dibahas mulai dari apersepsi yang pernah digunakan, motivasi yang pernah digunakan dalam menyampaikan materi tersebut, cara pembentukan kelompok, metode yang digunakan, model pembelajaran yang digunakan, media yang digunakan, penilaian beserta rubrik penskoran, lembar kerja, dan denah ruangan.

Cara yang dilakukan dalam pelaksanaan sharing adalah setiap guru dalam kelompok tersebut secara bergantian mengungkapkan pengalaman yang pernah dilakukan dalam mengajarkan materi yang sedang dibahas.

Achmad Fadloli72

Agar kegiatan sharing dapat berlangsung dengan sistematis, maka kegiatan dimulai dari tahap poin-poin RPP yang ada yaitu: (1) kegiatan awal yang mencakup tujuan pembelajaran, apersepsi, dan motivasi; (2) kegiatan inti mulai dari pembentukan kelompok materi inti yang akan disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan indikator keberhasilan, metode dan model yang sudah pernah dilaksanakan oleh guru-guru dalam kelompok dalam mengajarkan materi tersebut, media, evaluasi, lembar kerja, serta tidak lupa sampai cara pembentukan kelompok yang efektif dan denah tempat duduk siswa; (3) penutup yang terdiri dari kesimpulan, penguatan, dan pendalaman materi.

Dengan adanya sharing pengalaman tersebut tentunya RPP yang dibuat akan lebih baik dibandingkan RPP yang dirancang sendiri sehingga diharapkan pembelajaran yang akan dilaksankaan dapat berlangsung aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses dinyatakan “bahwa setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”

Agar penyusunan RPP memenuhi kriteria dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses

Lesson Study 73

tersebut, maka diperlukan kegiatan yang kolaboratif termasuk dalam menentukan tujuan pembelajaran, menentukan apersepsi, menentukan motivasi, pembentukan kelompok, menentukan metode dan model pembelajaran yang akan digunakan, merumuskan penilaian dan penskoran, serta merancang lembar kerja.

RPP yang dirancang secara kolaboratif diharapkan dapat memenuhi kriteria dalam standar proses dan menghasilkan rancangan yang lebih baik.

b. Penilaian Yang tidak kalah penting adalah merancang penilaian.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan Pasal 1 ayat 24 dinyatakan bahwa “Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.”

Dari peraturan pemerintah tersebut dapat diketahui bahwa tugas guru dalam melaksanakan penilaian adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran yang sudah dilaksankan.

Penilain yang dilakukan oleh guru seperti itu dinamakan penilaian internal (internal assessment) yaitu penilaian berbasis kelas. Dengan tujuan untuk menilai kompetensi siswa pada saat dan akhir pembelajaran atas nama satuan pendidikan.

Achmad Fadloli74

Manfaat penilaian berbasis kelas adalah memberikan umpan balik bagi siswa agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi; memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami siswa; umpan balik bagi guru dalam memperbaiki persiapan pembelajaran; umpan balik bagi pengambil kebijakan; memberikan informasi kepada orangtua dan komite tentang efektivitas pendidikan.

Proses dalam mengumpulkan informasi atau data tentang kemajuan belajar siswa dapat digunakan berbagai macam teknik. Teknik-teknik penilaian yang dimaksud adalah penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian portofolio, dan penilaian diri.1) Penilaian unjuk kerja

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Unjuk kerja yang dapat diamati seperti bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, mengoperasikan suatu alat, dan lain-lain. Alat pengamatan yang digunakan dapat berupa Daftar Cek atau Skala Rentang.

Lesson Study 75

Tabel 4: Contoh format penilain unjuk kerja

No Nama Siswa

Aspek yang dinilaiKeaktifan Ketepatan Tugas

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

2) Penilaian sikapSikap terdiri dari tiga komponen, yakni komponen

afektif (perasaan), komponen kognitif (keyakinan), dan komponen konatif (kecenderungan berbuat). Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sikap terhadap subjek, sikap positif terhadap belajar, sikap positif terhadap diri, sikap terhadap seseorang yang berbeda.

Teknik penilaian sikap dapat berupa observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta.3) Penilaian tertulis

Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespons dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain, seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.

Dalam mengembangkan instrumen penilaian ini, guru perlu mencermati kesesuian antara soal (materi)

Achmad Fadloli76

dengan indikator pada kurikulum. Selain itu, rumusan soal atau pertanyaan (konstruksi) harus jelas dan tegas. Rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat (bahasa) yang menimbulkan penafsiran ganda.4) Penilaian proyek

Penilaian proyek adalah penilaian terhadap suatu tugas (suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data) yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan siswa dalam menginformasikan subjek tertentu secara jelas.

Penilaian cara ini dapat dilakukan terhadap perencanaan, proses selama pengerjaan tugas, dan hasil akhir proyek. Dalam penilaian ini guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, kemudian menyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitiannya juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian ini dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek (checklist) ataupun skala rentang (rating scale).5) Penilaian produk

Penilaian produk meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi

Lesson Study 77

dan seni, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pada umumnya pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan dalam setiap tahapan perlu diadakan penilaian.

Penilaian tahap persiapan meliputi: menilai kemampuan siswa merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk; penilaian tahap pembuatan (produk) meliputi: menilai kemampuan siswa menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik; penilaian tahap penilaian (appraisal) meliputi: menilai kemampuan siswa membuat produk sesuai kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan. 6) Penilaian portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karya siswa, antara lain karangan, puisi, surat, komposisi, musik, penelitian, dan lain-lain.

Dalam mengembangkan penilaian portofolio, guru perlu melakukan hal-hal sebagai berikut.

Menjelaskan maksud penggunaan portofolio•Menentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio •apa saja yang akan dibuatMengumpulkan dan menyimpan karya-karya setiap •siswa dalam satu map/folder/wadah

Achmad Fadloli78

Memberi tanggal pembuatan pada setiap bahan •informasi perkembangan siswa sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktuMenentukan kriteria penilaian sampel-sampel •portofolio siswa beserta pembobotannya bersama para siswa agar dicapai kesepakatanMeminta siswa menilai karyanya secara •berkesinambunganSetelah suatu karya dinilai dan ternyata nilainya •belum memuaskan, memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki lagiBila perlu, menjadwalkan pertemuan untuk membahas •portofolio

Tabel 5: Contoh format penilaian portofolio

Kompetensi DasarNama :Kelas :Mapel :

IndikatorKriteria

1 2 3 4 5

Komentar Guru Komentar Orangtua

Lesson Study 79

7) Penilaian diriTeknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai

aspek penilaian, yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam menerapkan penilaian diri ini, guru perlu melakukan hal-hal berikut.

Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan •yang akan dinilai Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan •Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman •penskoran, daftar tanda cek, atau skala rentang Meminta siswa untuk melakukan penilaian diri •Mendorong siswa supaya senantiasa melakukan •penilaian diri secara cermat dan objektif Yang tidak kalah penting dari penilaian yang sudah

dibuat adalah rubrik penskoran. Rubrik adalah kunci penskoran yang menggambarkan berbagai tingkat kualitas kemampuan dari yang sempurna sampai yang kurang untuk menilai satu tugas, keterampilan, proyek, esai, laporan penelitian, atau kinerja spesifik. Tujuannya adalah untuk memberikan umpan balik tentang kemajuan kerja siswa dan memberikan evaluasi yang rinci mengenai produk akhir.

Semua rubrik biasanya mempunyai dua ciri yang sama, yaitu satu daftar kriteria dan gradasi atau tingkat pencapaian. Kriteria dipilih untuk memberi pedoman belajar mengajar. Setiap kategori di dalam rubrik memuat acuan kinerja dan dijadikan dasar untuk menilai

Achmad Fadloli80

respons siswa. Kategori-kategori juga memuat definisi-definisi dan contoh-contoh untuk memperjelas makna dari setiap tingkat. Rubrik adalah pedoman kerja untuk siswa dan guru. Idealnya, rubrik diberikan kepada siswa sebelum tugas dilakukan agar siswa memahami kriteria yang digunakan untuk menilai hasil kerja mereka.

Format Rubrik

Tabel 6: Format rubrik penyekoran

No

Kriteria Tingkat Kualitas SKOR

4 3 2 1

1 • • • •

2 • • • •

3 • • • •

4 • • • •

TOTAL

c. Denah ruangan/tempat dudukKomponen RPP yang lain adalah denah tempat

duduk siswa. Proses menentukan tempat duduk siswa merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas.

Pengelolaan kelas sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Kelas yang nyaman dan tempat duduk siswa yang tidak monoton dapat menambah semangat siswa untuk belajar. Selain itu, posisi tempat duduk siswa juga sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa yang aktif.

Lesson Study 81

Oleh karena yang menjadi fokus kegiatan lesson study adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran, maka dalam merancang RPP, kegiatan merancang model tempat duduk siswa juga menjadi kegiatan yang tidak kalah penting sehingga interaksi antara siswa satu dengan yang lain dalam kelompok dapat terjalin bahkan interaksi siswa antarkelompok juga dapat terlaksana.

Melvin L. Silberman (2006:35) merekomendasikan sepuluh tata letak menyusun kelas dalam rangka terciptanya belajar aktif, yaitu sebagai berikut.

1. Bentuk U

2. Gaya TIM

Achmad Fadloli82

3. Meja konferensi

4. Lingkaran

5. Kelompok pada kelompok

6. Ruang kerja

Lesson Study 83

7. Pengelompokan berpencar

8. Formasi tanda pangkat

9. Ruang kelas tradisional

10. Auditorium

Achmad Fadloli84

d. Lembar kerjaYang tidak kalah penting dalam kegiatan merancang

RPP adalah sharing dalam merancang lembar kerja siswa (LK).

Lembar kerja atau yang dikenal dengan lembar kerja siswa (LKS) yang biasa digunakan oleh para guru untuk proses pembelajaran adalah LKS yang sudah ada. Keadaan demikian menyebabkan lembar kerja yang digunakan terkadang tidak sesuai dengan kondisi siswa atau kondisi lingkungan siswa berada. Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala tersebut maka lembar kerja harus dirancang oleh guru yang disesuaikan dengan kondisi siswa.

Dengan demikian, maka diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang lembar sehingga para guru dapat merancang lembar kerja yang sebenarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari RPP.

Lembar kerja merupakan alat untuk membantu guru dalam mengajar sehingga lembar kerja dirancang agar pembelajaran berlangsung secara aktif, kreatif, dan menyenagkan. Terjadi interaksi aktif antara siswa dalam kelompok. Dengan demikian lembar kerja kedudukannya berbeda dengan lembar tes yang berisi titik-titik. Siswa hanya mengisi titik-titik yang ada sementara jawaban dari titik-titik tersebut ada di buku paket. Dengan keadaan demikian maka siswa tidak memerlukan berpikir, tidak memerlukan diskusi dengan anggota kelompok yang lain untuk menjawab. Sehingga lembar kerja demikian tidak berbeda dengan lembar tes.

Lesson Study 85

Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam lembar kerja siswa harus berupa pertanyaan yang dapat memicu siswa berpikir tingkat tinggi (menganalisis, mengevaluasi, atau mengkreasi) sehingga proses interaksi terjadi secara serius dalam rangka memecahkan permasalahan yang ada di dalam lembar kerja.

Lembar kerja dirancang di antaranya adalah untuk memfasilitasi terjadinya interaksi antarsiswa. Sebagian besar pembelajaran yang dilaksankan hanya terjadi interaksi antarsiswa dalam kelompok, sementara interaksi siswa antarkelompok juga diperlukan sehingga terjadi saling belajar dan bertukar pengetahuan dan diharapkan terjadi interaksi sosial yang positif.

Melihat kenyataan tersebut, dalam kegiatan lesson study pernah dikembangkan lembar kerja yang dapat memfasilitasi interaksi bukan hanya dalam kelompok tetapi juga terjadi interaksi siswa antarkelompok.

Berikut adalah lembar kerja yang memfasilitasi interaksi siswa antarkelompok yang merupakan dokumen LSMaster teacher Kabupaten Karawang tahun 2011 guru model: Ahmad Fadloli open class di SMPN 2 Karawang Barat.

Achmad Fadloli86

LEMBAR KERJA KELOMPOK (A, B, C, D, E) IDIFUSI DAN OSMOSIS

Tumbuhan memerlukan tumbuhan air untuk kelangsungan hidupnya. Kebutuhan air diperoleh melalui penyerapan air oleh tumbuhan dari dalam tanah melalui jaringan sampai ke seluruh tumbuhan (daun, bunga, buah, batang). Peristiwa mengalirnya air tersebut dinamakan sebagai peristiwa OSMOSIS dan DIFUSI.

A. Tujuan:B. Alat dan bahan

1. Gelas 2 buah 4. Stopwatch/jam tangan2. Air 5. Teh celup dua buah3. Air Panas

C. Cara kerja1. Bagaimana kondisi awal kantong teh sebelum

dicelupkan ke dalam air? ........................

KERJA KELOMPOK AWALDuduk sesuai dengan kelompok masing-masing.Kerja kelompok awal:- Pengamatan pertama adalah gelas A, siswa bernomor

ganjil pindah ke depan posisi berdiri. (waktu 5 menit) Isilah ke dalam tabel. Duduk kembali

seperti semula.- Pengamatan kedua adalah gelas B, siswa bernomor

genap pindah kedepan posisi berdiri. (waktu 5 menit) Isilah ke dalam tabel. Duduk kembali

seperti semula.

Kerja individu:Sambil menunggu warna air merata ke seluruh, isikan data ke dalam tabel masing-masing (waktu 2 menit).

Lesson Study 87

Tabel Pengamatan

Pengamatan Gelas A Gelas B Gelas CTeh mulai keluar di air

....... detik

....... detik

....... detik

Air mulai berubah warna pada bagian

....... ....... .......

Warna merata ke seluruh air

....... detik

....... detik

....... detik

KERJA GABUNGAN 2 KELOMPOK

Memutarlah ke kelompok lain. ( A1 ke A2) ( B1 ke B2) (C1 ke C2) (D1 ke D2) (E1 ke E2)- Bertukarlah data hasil pengamatan dengan teman yang

ada di depan kalian. (5 menit)- Berputar kembali seperti posisi semula.

KERJA INDIVIDU/PERORANGANBerkreasilah membuat grafik dari data hasil pengamatan tentang: 1. Hubungan antara lama waktu melarut teh terhadap

(gelas A) air panas tidak digerakkan, (Gelas B) air biasa digerakkan, (gelas C) air biasa tidak digerakkan, (Gelas D)air panas digerakkan.

2. Hubungan antara lama waktu menyebar merata terhadap (gelas A) air panas tidak digerakkan, (Gelas B) air biasa digerakkan, (gelas C) air biasa tidak digerakkan, (Gelas D) air panas digerakkan.

A B

Achmad Fadloli88

D. Masalah dipecahkan individu 1. Bagaimana perbedaan kondisi kantong teh sebelum

dan setelah dicelupkan? Jelaskan.2. Mengapa hanya larutan teh yang keluar sedangkan

ampasnya tidak keluar?3. Tunjukkan peristiwa manakah dalam percobaan tadi

yang termasuk peristiwa OSMOSIS. Jelaskan.4. Tunjukkan peristiwa manakah dalam percobaan tadi

yang termasuk peristiwa DIFUSI. Jelaskan.5. Jelaskan hubungan percobaan dengan pengangkutan

air pada tumbuhan.

Berdasarkan Modul BTL 3 dari DBE3 Usaid, dinyatakan bahwa terdapat dua komponen utama dalam merancang lembar kerja, yaitu:

a. Ada informasiInformasi hendaknya ‘menginspirasi’ siswa untuk

menjawab/mengerjakan tugas, tidak terlalu sedikit atau kurang jelas sehingga siswa ‘tak berdaya’ untuk menjawab/mengerjakan tugas, tetapi juga tidak terlalu banyak sehingga mengurangi ‘ruang kreativitas’ siswa.

Informasi dapat diganti dengan gambar, teks, tabel, atau benda konkret.

b. Pernyataan masalahPernyataan masalah hendaknya betul-betul menuntut

siswa menemukan cara/strategi memecahkan masalah tersebut.

Pernyataan/perintah dalam lembar kerja hendaknya memicu siswa untuk menyelidiki, menemukan,

Lesson Study 89

memecahkan masalah dan/atau berimajinasi/mengkreasi.

Selian itu, jumlah pertanyaan sebaiknya dibatasi paling banyak tiga buah sehingga LK/LT tidak seperti ‘hutan belantara’ sehingga menjadi beban baca bagi siswa.

Bila guru memiliki lebih dari tiga pertanyaan bagus, pertanyaan lebih tersebut hendaknya disimpan dalam pikirannya dan baru diajukan secara lisan kepada siswa sebagai tambahan bila diperlukan.

CONTOH LEMBAR KERJA IPA

Apa yang terjadi dengan nyala lilin dan air?

Sebuah lilin yang menyala diletakkan dalam wadah yang berisi air seperti pada Gambar 1 di bawah ini. Lilin tersebut kemudian ditutup dengan sebuah gelas kosong seperti tampak pada Gambar 2.

1. Apa yang dapat kamu amati mengenai nyala lilin dan air setelah beberapa saat?

Mengapa hal itu terjadi?2. Apakah peristiwa yang terjadi pada air akan terjadi

juga jika lilin tidak dinyalakan?

Ingat bahwa nyala lilin memerlukan oksigen di udara.

Gambar 1 Gambar 2

Achmad Fadloli90

Lakukan percobaan kemudian buatlah laporan yang memuat:• Tujuanpercobaan• Alatdanbahanyangdigunakan• Langkah-langkahkegiatanpercobaan• Datadananalisis• Kesimpulan

Sumber: Modul DBE3 Jabar-Banten

Kegiatan terkhir dari Plan 1 adalah mendengarkan masukan dari fasilitator tentang RPP yang sudah dirancang terutama masalah materi yang akan disampaikan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan dari konsep yang akan disampaikan.

Selanjutnya adalah tugas dari guru model untuk merapikan RPP yang sudah dibuat bersama di rumah. RPP tersesebut akan dibawa pada kegiatan Plan 2.

PLAN 2

Gambar 5: Foto peer teaching LSMGMP IPA Kota Sukabumi tahun 2012

Lesson Study 91

Pada tahap perencanaan kedua ini kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.1) Diskusi RPP yang akan dijadikan sebagai bahan peer

teachingRPP yang sudah dirancang bersama pada Plan 1

dan sudah diperbaiki oleh guru model selanjutnya didiskusikan kembali dengan kelompok sebelum RPP tersebut di-sharing-kan bersama dengan semua peserta kegiatan secara klasikal.2) Melaksanakan peer teaching

Kegiatan ini dilaksanakan secara klasikal yang diikuti oleh semua peserta dalam keagiatan. Peer teaching dilakukan dalam rangka untuk mematangkan kembali RPP yang sudah dibuat pada Plan 1. Fokus dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan masukan dari semua peserta/kelompok lain terhadap perangkat yang sudah dirancang oleh masing-masing kelompok pada tahap Plan 1. Dengan demikian maka perangkat pembelajaran yang dirancang akan lebih lengkap. Setelah kegiatan peer teaching, dilanjutkan dengan mengadakan refleksi dari peer teaching dan perbaikan perangkat.3) Perbaikan RPP

Berdasarkan hasil masukan dari kegiatan peer teaching yang sudah dilaksanakan, selanjutnya perangkat yang sudah ada diperbaiki sesuai dengan kesepakatan hasil masukan untuk kegiatan terakhir.4) Mendengarkan masukan dari pakar/fasilitator

Achmad Fadloli92

Gambar 6: Foto kegiatan sharing dengan pakar LSMGMP IPA Kabupaten Karawang tahun 2011

Secara umum alur kegiatan plan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

2. TAHAP DO

Gambar 8: Foto open lesson LSMaster teacher Kabupaten Karawang tahun 2010

Tahap ini biasa dikenal dengan kegiatan open lesson/ open class. Open lesson biasa dikenal dengan istilah membuka pembelajaran, sedangkan open class dikenal dengan istilah membuka kelas. Dalam hal ini guru yang mengajar membuka kesempatan kepada guru-guru lain yang mengajar mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain untuk melihat pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain para guru, kegiatan open lesson juga bisa dihadiri oleh siapa pun yang akan sama-sama belajar dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Sebelum kegiatan open class dilaksanakan, ada beberapa tahap yang dilakukan, yaitu:

TahapPlan 1

Klasikal• Menentukanjumlah

pertemuan• Menentukankelompok

Kelompok• Menentukangurumodel• Menentukanmateriyang

akan di-open lesson-kan• MerancangRPPsecara

kolaboratif• Peer teaching kelompok

Kelompok• PerbaikanRPPhasilmasukan

pada peer teaching kelompok• PerbaikanRPPhasilmasukan

pada peer teaching klasikal• Masukandarifasilitator

Klasikal• Peer teaching secara

klasikal• Masukandarifasilitator

TahapPlan 2

Gambar 7: Alur kegiatan pada tahap Plan

Lesson Study 93

2. TAHAP DO

Gambar 8: Foto open lesson LSMaster teacher Kabupaten Karawang tahun 2010

Tahap ini biasa dikenal dengan kegiatan open lesson/ open class. Open lesson biasa dikenal dengan istilah membuka pembelajaran, sedangkan open class dikenal dengan istilah membuka kelas. Dalam hal ini guru yang mengajar membuka kesempatan kepada guru-guru lain yang mengajar mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain untuk melihat pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain para guru, kegiatan open lesson juga bisa dihadiri oleh siapa pun yang akan sama-sama belajar dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Sebelum kegiatan open class dilaksanakan, ada beberapa tahap yang dilakukan, yaitu:

TahapPlan 1

Achmad Fadloli94

a. Tahap sebelum open lessonPada tahap ini semua guru peserta yang akan menjadi

observer pada pembelajaran yang akan dilaksanakan berkumpul di ruangan untuk mendapatkan gambaran singkat dari guru model tentang materi, kondisi siswa, serta tujuan yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung, menerima RPP yang akan digunakan untuk open lesson.

Kegiatan tersebut dipandu oleh seorang moderator dan satu orang notulen. Tugas moderator adalah mengatur jalannya kegiatan, membacakan/mengingatkan kembali tata cara observer dalam kegiatan observasi pembelajaran serta membuat komitmen-komitmen terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan.

Gambar 9: Foto kegiatan sebelum open lesson LSMGMP Kota Sukabumi tahun 2012

b. Pelaksanaan open lessonKegiatan pelaksanaan pembelajaran atau open lesson

memiliki beberapa komponen yang terkait, yaitu:

Lesson Study 95

Guru model •Guru yang mengajar pada kegiatan open class disebut

guru model. Dinamakan guru model karena semua persiapan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajan yang berlangsung merupakan hasil sharing dari semua guru dalam kelompok tersebut. Dengan demikian, guru yang mengajar mengimplementasikan persiapan pembelajaran yang sudah dirancang bersama pada tahap perencanaan.

Gambar 10: Foto guru mengajar open class diSMPN 2 Karawang Barat tahun 2011

Pembelajaran•Pada prinsipnya pembelajaran berlangsung sesuai

dengan jadwal yang sudah ada sehingga kegiatan lesson study yang dilaksanakan tidak mengganggu proses belajar mengajar yang sudah berlangsung.

Achmad Fadloli96

Gambar 11: Foto pembelajaran

Setelah proses belajar mengajar dilaksanakan, fasilitator membagikan angket pembelajaran kepada siswa. Tujuan diberikan angket adalah: (1) untuk mengetahui pendapat siswa tentang ketertarikan siswa terhadap pelajaran yang sudah dilaksanakan; (2) pendapat siswa tentang tingkat pemahaman terhadap materi pada pembelajaran yang sudah dilaksanakan; (3) pendapat siswa tentang adanya observer di ruangan pada saat pembelajaran berlangsung.

Siswa•Siswa yang menjadi peserta dalam open lesson adalah

siswa yang berada pada kelas yang diajar oleh guru model sesuai dengan jadwal yang sudah ada di sekolah tersebut.

Gambar 12: Foto diskusi siswa

Lesson Study 97

Observer•Para guru dan/atau tenaga kependidikan yang lain

yang hadir di kelas pada proses pembelajaran untuk belajar bersama dari pembelajaran yang dilaksanakan dinamakan observer.

Gambar 13: Foto observer dalam open lesson

Agar pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan tidak terganggu oleh kehadiran para observer yang jumlahnya banyak, maka harus mengikuti aturan yang ada dalam melaksanakan observasi pembelajaran.

Secara umum alur kegiatan tahap Do dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Achmad Fadloli98

Gambar 14: Alur kegiatan pada tahap Do

Sebelum Open Lesson

Open Lesson

•GuruModel•Siswa•Observer (Semua yang

hadir dalam kegiatan kecuali guru model dan siswa)

•Pembelajaran

•GuruModel•Moderator•Notulen•Kepala

Sekolah•Fasilitator

Setelah Open Lesson/Tahap

Refleksi

TahapDO

Lesson Study 99

3. TAHAP SEE (REFLEKSI)

Gambar 15: Foto kegiatan refleksi pada LSMT Kabupaten Karawang tahun 2011

Tahap setelah pelaksanaan open class adalah tahap refleksi.

Kemampuan guru untuk melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang sudah dilaksanakan merupakan faktor yang penting dalam rangka memperbaiki pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya. Mengapa demikian?

Melakukan refleksi berarti melakukan perenungan secara saksama terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, menganalisis masalah yang terjadi, serta memikirkan cara pemecahannya sehingga kegiatan selanjutnya menjadi lebih baik.

Achmad Fadloli100

Proses refleksi tersebut akan sangat bermanfaat apabila didokumentasikan berupa tulisan sehingga dapat dijadikan pedoman serta sebagai bahan sharing dengan sesama guru.

Berdasarkan modul Usaid Prioritas, terdapat pedoman dalam menuliskan refleksi dalam bentuk tulisan yang disebut dengan jurnal reflektif; ada alur yang digunakan sebagai acuan, yaitu seperti tampak dalam bagan berikut.

Gambar 16: Alur menulis jurnal reflektif

DeskripsiDeskripsikan apa yang terjadi/apa yang Anda lihat/apa yang Anda alami/apa yang Anda lakukan.

Rasa dan pikiran Apa yang Anda rasakan/pikirkan sehubungan dengan yang Anda alami?

Rencana ke depanKalau mengalami/melakukan lagi, apa yang akan dilakukan?

Analisis:Apa yang Anda pahami dari peristiwa/pengalaman itu? Mis: Mengapa hanya beberapa anakyangaktifbekerja dalam kerja kelompok?

KesimpulanApa yang seharusnya dilakukan/sebaiknya dilakukan?

EvaluasiApayangbaik/tidakbaik, bermanfaat/tidakbermanfaatdariperistiwa/pengalaman tersebut?

Lesson Study 101

Alur jurnal reflektif tersebut dilakukan oleh seseorang yang sudah melaksanakan kegiatan. Dengan kata lain, refleksi dilakukan oleh diri sendiri.

Dalam lesson study kegiatan refleksi dilakukan oleh perorangan dan oleh kelompok. Secara perorangan, pada tahap refleksi guru model diberikan kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang baru selesai dilaksankan dengan cara mengungkapkan hasil refleksinya di depan seluruh peserta kegiatan yang sudah melakukan observasi pembelajaran.

Secara kelompok, setelah guru model memaparkan refleksinya, kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan observer menyampaikan refleksinya dengan cara menyampaikan hasil pengamatan pembelajaran dengan fokus permasalahan yang dihadapi oleh siswa selama pembelajaran berlangsung.

Tujuan kegiatan refleksi adalah untuk melihat permasalahan siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta mencari solusi terbaik dalam memecahkan permasalahan tersebut dengan cara sharing pengalaman.

Kegiatan refleksi akan bermakna apabila observer bukan sekadar mengungkapkan permasalahan yang ditemukan selama mengadakan observasi pembelajaran, tetapi harus dengan mengajukan alternatif pemecahan berdasarkan pengalaman atau berdasarkan literatur yang ada.

Pada tahap awal pelaksanaan lesson study kemungkinan akan terjadi seperti itu. Dengan kata lain, kegiatan refleksi

Achmad Fadloli102

hanya berlangsung seperti pandangan mata. Apabila terjadi demikian, maka moderator mempunyai peran yang strategis untuk menjadikan kegiatan refleksi menjadi bermakna dengan cara menjadikan permasalahan yang sangat penting pada saat itu menjadi fokus perbincangan untuk dicarikan solusi terbaik berdasarkan pengalaman seluruh peserta yang hadir.

Selain kedua refleksi tersebut, angket siswa setelah pembelajaran juga dijadikan sebagai bahan refleksi untuk mengetahui antusiasme siswa, pendapat siswa tentang kehadiran observer di kelas, tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan, dan guru yang mengajar.

Hasil refleksi berupa permasalahan serta solusi hasil sharing yang sudah dilaksanakan lalu dibukukan oleh notulen dan selanjutnya dijadikan dokumen oleh sekolah guru model dan menjadi oleh-oleh bagi seluruh peserta.

Lesson Study 103

Gambar 17: Alur kegiatan tahap See

Oleh guru model setelah pembelajaran di awal refleksi kelompok

Oleh peserta yang hadir dan menjadi observer dalam pembelajaran

Oleh fasilitator dan hasilnya dibacakan untuk refleksi diri sendiri (guru model) dan kelompok (seluruh peserta)

1. Diri sendiri

2. Kelompok

3. Hasil angket siswa

Tahap See(Refleksi

Achmad Fadloli104

Lesson Study 105

Open lesson atau biasa dikenal dengan open class merupakan tahap pelaksanaan hasil rencana yang

sudah dirancang. Dalam kegiatan lesson study terdapat tata tertib yang dijadikan pedoman sehingga pelaksanaan open lesson dapat berlangsung sesuai dengan tujuan.

Tata tertib kegiatan open lesson dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebelum pengamatan, pelaksanaan pengamatan, dan sesudah pengamatan.

Untuk lebih jelasnya akan dibahas di bawah ini.

TATA TERTIB KEGIATAN OPEN LESSON

6

Kata open lesson mungkin sering kita dengar di dalam rutinitas kita sebagai guru, dan mungkin juga pernah kita laksanakan, atau bahkan sering kita laksanakan.

Kegiatan open lesson akan dapat terlaksana dengan baik dan berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan apabila dilaksanakan berdasarkan aturan yang sudah ditetapkan.

Nah, apa saja tata tertib dalam melaksanakan kegiatan open lesson? Dan bagaimana kegiatan open lesson itu dilaksanakan?

Achmad Fadloli106

A. Sebelum pengamatanPeserta datang di sekolah tempat kegiatan paling •lambat 15 menit sebelum pembelajaran dimulai untuk mengikuti kegiatan paparan guru model terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan serta mendapatkan RPP yang akan digunakan.Observer• menyiapkan buku catatan dan kamera jika merasa memerlukan dokumentasi berupa gambar atau video.Moderator mengingatkan kembali tentang tata •tertib observasi, kelas yang akan dijadikan open lesson, dan waktu pelaksanaan open lesson.Moderator mengajak secara bersama-sama untuk •men-silent-kan HP serta mengingatkan sebaiknya tidak mengirim pesan singkat atau menerima telepon selama pengamatan.

B. Selama pengamatanSemua pengamat segera memasuki kelas dengan •tertib pada waktu yang ditentukan sebelum pembelajaran dimulai. Mereka segera menempati tempat (berdiri) yang memungkinkan dapat memperhatikan perubahan raut wajah dan gerak-gerik siswa ketika belajar.

Terdapat ungkapan bahwa kedatangan observer ibarat “angin” yang berada di sekitar kita. Artinya kehadiran observer di kelas tidak mengganggu pembelajaran terutama siswa. Sebaliknya, keberadaan observer sangat diperlukan untuk mengamati aktivitas siswa.

Lesson Study 107

Cara pengamatan:•Pengamatan kelompok•Pengamatan lebih dari satu kelompok•Pengamatan satu kelas•Ketiga pengamatan tersebut disesuaikan

dengan kebutuhan dan kemampuan pengamat. Apabila sudah berpengalaman, pengamat dapat mengamati satu kelas untuk mendapatkan gambaran pembelajaran secara klasikal.Tidak membantu guru dan siswa dalam proses •pembelajaran dalam bentuk apa pun. Biarkan pembelajaran berlangsung apa adanya walaupun kadang kala pengamat merasa tidak puas melihat pembelajaran.

Kejadian-kejadian yang ada selama proses pembelajaran cukup dicatat atau diambil gambarnya yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pada kegiatan refleksi.Tidak mengganggu pandangan guru siswa selama •pembelajaran. Jika pengamat sedang mendekati kelompok atau berada di tengah-tengah kelas, kemudian tiba-tiba guru ingin memberikan arahan secara klasikal, maka segeralah menepi agar tidak mengganggu pandangan siswa.Tidak menganggu konsentrasi siswa dalam belajar, •misalnya berbicara dengan pengamat lain, atau keluar masuk ruangan.Jika menggunakan kamera untuk mengambil •gambar kegiatan belajar, lampu kilat (flash)

Achmad Fadloli108

hendaknya dimatikan. Kilatan lampu kamera dapat mengganggu atau menghentikan konsentrasi belajar siswa.Pengamatan difokuskan pada aktivitas siswa dalam •belajar dengan berpatokan pada pertanyaan di bawah ini.1. Apakah siswa belajar? Bagaimana prosesnya?2. Adakah siswa yang tidak belajar? Mengapa?3. Bagaimana usaha siswa dalam menghadapi

kesulitan belajar? Pengamat melakukan pengamatan secara penuh •sejak awal sampai akhir pembelajaran.

C. Setelah pengamatan Setelah kegiatan pengamatan terhadap proses

pembelajaran di kelas selesai, seluruh peserta kegiatan yang mengadakan observasi (observer) memasuki ruangan yang sudah ditentukan untuk mengadakan tahapan selanjutnya yaitu refleksi.

Lesson Study 109

Tahapan kegiatan lesson study setelah tahap do yaitu tahapan pelaksanaan pembelajaran di kelas oleh

guru model atau biasa dikenal dengan open lesson atau open class yaitu tahap see (refleksi).

Tujuan pelaksanaan refleksi adalah untuk mendapatkan masukan tentang proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan dalam rangka perbaikan pembelajaran

TATA CARA MELAKUKAN REFLEKSI PEMBELAJARAN DALAM LESSON STUDY

7

Refleksi adalah tahapan setelah pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Refleksi yang berlangsung sebaiknya tidak menghakimi guru model karena pada dasarnya hasil refleksi yang dilakukan merupakan pembelajaran untuk semua yang hadir.

Nah, bagaimana cara mengungkapkan refleksi yang baik agar guru model tidak merasa dihakimi? Untuk mempelajari cara merefleksi yang baik, mari kita baca materi berikut.

Achmad Fadloli110

pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Fokus refleksi adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran bukan guru yang sedang mengajar.

Gambar 18: Foto guru sedang melakukan refleksi

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan refleksi pembelajaran:1. Setting ruangan

Tempat duduk di ruangan hendaknya ditata membentuk huruf “U” atau sesuai kesepakatan dengan tujuan agar semua peserta kegiatan dapat berinteraksi secara mudah. Denah tempat duduk dalam refleksi tersebut juga merupakan pembelajaran bagi semua peserta yang hadir bahwa dalam pembelajaran di kelas juga diperlukan setting tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik dapat berinteraksi dengan guru, dan dengan siswa dalam kelompok, maupun dengan siswa dari kelompok yang lain.

Lesson Study 111

2. Moderator dan guru pengajar (guru model) duduk di depan. Semua mencatat isu-isu yang dibahas.Rambu-rambu untuk moderator:a. Moderator hendaknya orang yang mengikuti

proses pembelajaran yang direfleksi.b. Moderator memperkenalkan diri dan membuka

diskusi refleksi.c. Moderator membacakan tata tertib refleksi:d. Refleksi hendaknya terfokus pada proses belajar

siswa. (Apakah siswa belajar, bagaimana prosesnya? Adakah siswa yang tidak belajar, mengapa? Bagaimana usaha siswa menghadapi kesulitan belajar? Apa lesson learnt dari pembelajaran tersebut?)

e. Refleksi kali pertama dilakukan oleh guru model dan dilanjutkan dengan komentar oleh observer.

f. Masalah yang didiskusikan hendaknya masalah nyata berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran.

g. Masalah yang sudah disampaikan oleh pengamat sebelumnya tidak perlu diulang-ulang.

h. Masalah yang disampaikan oleh pengamat sebelumnya boleh dibahas untuk memperdalam refleksi.

i. Pada akhir refleksi akan disampaikan refleksi akhir oleh dosen pendamping.

j. Setelah membacakan tata tertib, moderator memulai diskusi refleksi dengan mengucapkan

Achmad Fadloli112

terima kasih kepada guru yang melaksanakan open lesson dan miminta aplaus dari peserta.

k. Mempersilakan guru pengajar melakukan refleksi diri terlebih dahulu. Refleksi diri dapat berupa perasaan sebelum, saat, dan setelah mengajar, ketercapaian skenario pembelajaran yang telah dirancang, kondisi-kondisi khusus yang terjadi pada beberapa siswa saat pembelajaran, dll.

l. Mempersilakan para pengamat menyampaikan komentar berdasarkan fakta hasil temuan, analisis penyebab, dan alternatif solusi.

m. Setelah satu orang menyampaikan komentar, moderator mempersilakan pengamat lain menanggapi komentar tersebut. Satu masalah didiskusikan bersama sampai tuntas. Dengan demikian, diskusi berlangsung menarik dan mendalam.

n. Moderator memberi kesempatan kepada semua pengamat untuk menyampaikan komentar. Moderator tidak perlu menyimpulkan karena berbagai alternatif solusi dapat diterapkan pada pembelajaran sehari-hari.

o. Akhirnya moderator memberi kesempatan kepada dosen pendamping untuk melakukan refleksi akhir dan penguatan.

p. Sebelum moderator menutup acara refleksi, moderator mengingatkan tindak lanjut pada masing-masing kelas/sekolah dan membawa

Lesson Study 113

temuannya untuk berbagi pengalaman pada pertemuan berikutnya.

Rambu-rambu pengamat dalam menyampaikan komentar:a. Komentar yang disampaikan sebaiknya terfokus

pada masalah proses belajar siswa, bukan pada aktivitas guru mengajar.

b. Komentar yang disampaikan harus berdasarkan data pengamatan terlebih dahulu, bukan berdasarkan teori dan opini pengamat.

Gunakan kata “pembelajaran kita” untuk mengomentari proses pembelajaran ketimbang “pembelajran guru A atau guru B”.

c. Gunakan kata yang halus dan bijak. d. Komentar yang disampaikan sebaiknya jauh dari

sifat “menggurui” atau menurut pandangannya sendiri.

e. Jika menyampaikan data tentang siswa belajar, kemukakan MENGAPA hal itu terjadi (ini merupakan interpretasi) dan bagaimana jalan keluarnya (ini merupakan saran untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya).

f. Kemukakan juga pelajaran apa yang dapat dipetik dari pembelajaran tersebut.

Refleksi pada dasarnya adalah untuk saling belajar dan memperbaiki proses pembelajaran yang sudah berlangsung. Perbaikan tersebut bukan hanya untuk guru model, tetapi untuk semua yang hadir serta dibagikan

Achmad Fadloli114

kepada guru-guru di sekolah/madrasah tempat peserta bekerja.

Oleh karena itu, dalam melaksanakan refleksi yang menjadi fokus adalah permasalahan yang terjadi pada aktivitas siswa dalam pembelajaran, bukan aktivitas guru model. Tetapi sebenarnya akan tertuju pula kepada guru model.

Sebagai contoh refleksi dari peserta yang menghakimi guru model,“Tadi saya melihat guru model menghalangi pandangan siswa untuk melihat alat yang sedang diperagakan oleh siswa yang lain. Sebaiknya guru model berada di temapat yang tidak menghalangi siswa.”

Sebaiknya kalimatnya diubah menjadi, “Saya tadi melihat siswa yang berada di kelompok … sangat antusias mengikuti peragaan alat sampai berpindah ke tempat lain karena pandangannya terhalang.” Kedua kalimat refleksi tersebut mempunyai maksud yang sama, tetapi dengan redaksi yang berbeda.

Penggunaan kalimat sepert itu menunjukkan bahwa refleksi tersebut sebenarnya bukan hanya guru model yang melakukannya tetapi semua yang hadir termasuk peserta yang melakukan refleksi tersebut juga mempunyai kepentingan yang sama yaitu jika saya (siapa pun) mengajar akan memosisikan diri agar pandangan siswa tidak terhalang.

Lesson Study 115

Secara umum pelaksanaan lesson study dibedakan ke dalam dua pola yaitu lesson study berbasis KKG/

MGMP, dan lesson study berbasis sekolah (LSBS). Lesson study berbasis KKG/MGMP

1. LS KKGKKG atau kelompok kerja guru adalah

wadah kegiatan profesional bagi guru SD/MI/SDLB di tingkat kecamatan yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah.

POLA KEGIATAN LESSON STUDY YANG DIKEMBANGKAN

8

Terdapat banyak program yang dikembangkan oleh pemerintah dalam rangka meningkatan kompetensi guru, di antaranya adalah dengan pengembangan KKG dan MGMP.

Lesson study hadir dengan tujuan agar kegiatan KKG dan MGMP dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh kegiatan KKG dan MGMP tersebut.

Untuk mengetahui kegiatan lesson study yang berlangsung di kelompok KKG maupun di kelompok MGMP, kita dapat mempelajari materi berkut ini.

Achmad Fadloli116

Dengan demikian, yang dimaksud dengan lesson study berbasis KKG (LSKKG) merupakan kegiatan lesson study yang dilaksanakan di tingkat KKG.

Dalam melaksanakan LSKKG guru-guru yang berada di gugus tersebut berkumpul dengan jadwal yang sudah ada untuk melaksanakan lesson study sesuai dengan tahapan yang ada.

Kita memahami bahwa di tingkat SD/MI guru yang ada merupakan guru kelas, kecuali guru pendidikan jasmani dan guru pendidikan agama. Maka kegiatan bisa dilaksanakan berdasarkan kelas atau berdasarkan pelajaran.

Berdasarkan kelas misalnya yang melakukan kegiatan adalah guru kelas empat. Jika demikian, yang berkumpul di KKG untuk melakukan kegiatan adalah guru kelas empat di gugus tersebut dengan mengambil tempat di salah satu sekolah yang disepakati.

Demikian pula jika berdasarkan mata pelajaran, maka yang berkumpul dalam kegiatan tersebut adalah guru yang mengajar pelajaran yang sama. Jika demikian, maka yang menghadiri kegiatan tidak harus kelas yang sama.

Agar kegiatan tidak mengganggu pembelajaran yang sedang berlangsung mengingat guru tersebut berkedudukan sebagai guru kelas, maka tahap perencanaan (plan) sebaiknya dilaksankan di luar jam kerja yaitu apabila sekolah masuk pagi, maka kegiatan plan dilaksankan di siang hari. Sebaliknya apabila sekolah masuk siang, kegiatan plan dilaksanakan di pagi hari.

Lesson Study 117

2. LSMGMPMGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)

merupakan wadah kegiatan profesional bagi para guru mata pelajaran yang sama pada jenjang SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK di tingkat kabupaten/kota yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah.

Dengan demikian LSMGMP (Lesson Study berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah kegiatan lesson study di tingkat MGMP.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 38 tahun 1994 kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) memiliki lima tujuan, yaitu: a. Mendorong guru untuk meningkatkan kemampuan

dan keterampilan mereka dalam merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi kegiatan belajar maengajar;

b. Sebagai wadah untuk merundingkan masalah yang dihadapi para guru dalam melaksanakan kewajiban sehari-hari mereka untuk mencari pemecahan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yag bersangkutan, guru, kondisi sekolah, dan masyarakat;

c. Kegiatan KKG dan MGMP dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kompetensi guru.

3. LSBS (Lesson Study Berbasis Sekolah)LSBS merupakan kegiatan lesson study yang

dilaksanakan di tingkat sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan kompetensi guru.

Achmad Fadloli118

Dapat dikatakan bahwa LSBS merupakan kegiatan lesson study yang memberdayakan KKG/MGMP di tingkat sekolah.

Dalam pelaksanaannya tentunya berbeda dengan LSKKG/LSMGMP karena dalam pelaksanaan LSBS harus mengakomodasi semua pelajaran yang ada. Sedangkan LSKKG/LSMGMP dilaksanakan oleh sekelompok guru pada satu mata pelajaran yang sama.

Lantas bagaimana pelaksanaan lesson study di tingkat PAUD, TK/RA, Perguruan Tinggi (PT)? Kita perhatikan gambar berikut.

Gambar 19: Pola kegiatan lesson study

LS KKGSD/MI• LS MGMP

SMP/MTs•SMA/MA•SMK/MK•

LSBSSD/MI•SMP/MTs•SMA/MA•SMK/MK•

Lesson Study(LS)

Lesson Study 119

Pemerintah sudah melaksanakan berbagai upaya dengan meluncurkan program-program dalam

rangka meningkatkan kompetensi guru. Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang

guru dan dosen, terdapat empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal, dan kompetensi sosial.

KAITAN LESSON STUDY DAN KOMPETENSI GURU

9

Setiap kegiatan yang dilaksanakan adalah dalam rangka meningkatkan kompetensi guru. Demikian pula dengan pelaksanaan lesson study, seharusnya dapat meningkatkan empat kompetensi yang dimiliki oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal, dan kompetensi sosial.

Lantas bagaimana peran lesson study dalam meningkatkan kompetensi guru? Mari kita pelajari materi berikut ini.

Achmad Fadloli120

1. Kompetensi pedagogikKompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang

berkenaan dengan penguasaan terhadap karakteristik peserta didik, penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, pengembangan kurikulum, kegiatan pembelajaran yang mendidik, pengembangan potensi peserta didik, komunikasi dengan peserta didik, penilaian dan evaluasi.2. Kompetensi profesional

Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.3. Kompetensi personal

Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional; menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan, memiliki etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru.4. Kompetensi sosial

Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif; komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orangtua, peserta didik, dan masyarakat.

Untuk melihat keterkaitan antara kegiatan lesson study dengan kompetensi guru, kita bisa memperhatikan

Lesson Study 121

gambar yang diambil dari buku panduan kegiatan lesson study (2008:13) seperti di bawah ini.

Tabel 7: Hubungan kompetensi guru dengan kegiatan lesson study

Lesson Study

Merencanakan pembelajaran berdasarkan tujuan dan perkembangan siswa

Mengobservasi pembelajaran untuk mengumpulkan data tentang aktivitas belajar siswa

Menggunakan data hasil observasi untuk melakukan refleksi pembelajaran secara mendalam dan luas

Jika perlu melakukan re-planning dengan topik yang sama untuk pembelajran kelas yang lain

Tujuan UtamaLesson Study

Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar

Meningkatkan pengetahuantentang pembelajaran

Meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar

Semakin kuatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan jangka panjang.

Meningkatnya kualitas rencana pembelajaran

Semakin kuatnya hubungan kolegialitas.

Semakin meningkatnya motivasi untuk berkembang

Kompetensi Guru

Kompetensi Profesional

Perbaikan mutu pembelajaran terus menerus

Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Sosial

Kompetensi Kepribadian

Achmad Fadloli122

1. Keterkaitan antara kompetensi professional dengan lesson studya. Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar

Dalam setiap tahapan kegiatan lesson study selalu terdapat kegiatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang bahan ajar.

Tahap perencanaan kegiatan yang dilaksankan adalah merancang perencanaan pembelajaran sampai selesai. Kegiatan merancang tersebut dilakukan dengan cara saling tukar pengalaman dan dibantu dengan pakar di bidang materi yang sedang dibahas. Pakar bisa berasal dari guru besar, dosen, atau fasilitator.

Tahap open lesson dan refleksi dibahas pula materi dari pembelajaran yang sudah dilaksankan.

Dengan kegiatan seperti itu, maka pengetahuan peserta kegiatan tentang materi akan lebih baik dan meningkat.

2. Keterkaitan antara kompetensi pedagogik dengan lesson studya. Meningkatkan pengetahuan tentang pembelajaran

Memahami pembelajaran bukan sekadar teori tetapi memerlukan pengamatan langsung karena terdapat beberapa hal untuk memahami proses belajar siswa yang harus melalui pemahaman langsung dalam pembelajaran.

Dengan mengadakan pengamatan langsung secara serius dan benar-benar untuk belajar

Lesson Study 123

maka pemahaman tentang pembelajaran akan meningkat.

b. Meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar

Kegiatan mengobservasi pembelajaran hampir bahkan tidak pernah dilakukan. Dengan mengikuti kegiatan lesson study, maka mengobservasi pembelajaran merupakan kegiatan yang harus dilaksankan. Oleh karena itu dengan mengikuti kegiatan lesson study maka kemampuan untuk mengobservasi pembelajaran dimulai dan akan meningkat menjadi lebih baik sejalan dengan semakin seringnya mengikuti kegiatan.

Dengan pengamatan langsung, maka kita akan mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran yang berlangsung dalam hal implementasi program yang sudah dirancang. Di antaranya adalan mengenai model pembelajaran yang diterapkan, isi dari materi yang disampaikan, setting tempat duduk yang dirancang, interaksi siwa dalam kelompok, atau bahkan interaksi siswa dengan guru.

Dengan pengamatan langsung juga dapat bermanfaat untuk mengetahui karakteristik siswa dalam belajar serta aktivitas siswa selama pembelajaran.

c. Meningkatnya kualitas rencana pembelajaranAdanya kegiatan kolaboratif dalam merancang

RPP artinya bahwa RPP yang dirancang adalah

Achmad Fadloli124

hasil masukan dari kelompok berdasarkan pengalaman dan pengetahuan dalam mengajar. Selain itu, masukan dari fasilitator yang berasal dari guru besar, dosen, atau guru inti sangat membantu dalam meningkatkan kualitas RPP yang sedang dirancang.

3. Keterkaitan antara kompetensi sosial dengan lesson studya. Semakin kuatnya hubungan kolegialitas

Lesson study merupakan kegiatan yang dilaksankan melalui siklus. Artinya, dalam satu kali putaran dalam kegiatan peserta akan bertemu sebanyak tujuh kali, sembilan kali. Berarti dalam satu tahun peserta akan bertemu selama 14 kali atau 18 kali.

Selain itu, semakin kuatnya hubungan kolegialitas juga didapatkan dari model kegiatan yang berkunjung dari satu sekolah ke sekolah yang lain. Artinya, apabila kegiatan dalam satu siklus dilaksankan sebanyak tujuh kali, maka ada tujuh sekolah yang dikunjungi oleh peserta.

Dengan keadaan seperti itu, maka hubungan kolegialitas semakin kuat.

4. Keterkaitan antara kompetensi kepribadian dengan lesson studya. Semakin meningkatnya motivasi untuk berkembang

Kegiatan lesson study membawa dampak yang positif dalam meningkatkan motivasi untuk

Lesson Study 125

berkembang di antaranya adalah banyak di antara peserta yang menjadi presenter pada kegiatan international conference on lesson study setiap tahun, pembelajaran lebih berkualitas dengan metode dan model yang bervariasi, banyak melaksanakan penelitian, dan sebagainya.

Ahmad Fadloli dalam MGMP Based Lesson Study in Karawang menuliskan hasil penyebaran angket terhadap 30 guru yang mengikuti kegiatan lesson study.

Angket tersebut berisi pendapat guru-guru tentang kegiatan lesson study terhadap peningkatan kompetensi. Hasil angket menunjukkan bahwa terdapat 38 persen yang mengatakan sangat setuju, 57 persen mengatakan setuju, lima persen mengatakan tidak setuju, dan nol persen yang tidak setuju.

Hasil tersebut dapat kita lihat pada charta di bawah ini.

Achmad Fadloli126

Gambar 20: Pendapat guru tentang hubungan antara kegiatan lesson study dengan kompetensi

Lesson Study 127

Setiap kegiatan tentu memberikan dampak ke arah yang posistif. Demikian pula dengan kegiatan

lesson study. Menurut Ahmad Fadloli dalam tulisannya berjudul MGMP Based Lesson Study in Karawang yang dipresentasikan pada sesi pleno International Confrence for Lesson Study ke-3 tahun 2010 di gedung JICA UPI bahwa dampak kegiatan lesson study meliputi dampak terhadap guru, sekolah, dan pembelajaran.

DAMPAK PELAKSANAAN LESSON STUDY

10

Setiap kegiatan yang dilaksanakan tentu diharapkan membawa dampak yang positif. Demikian pula dengan kegiatan lesson study. Lesson study yang dilaksanakan juga membawa dampak yang posistif, di antaranya adalah dampak terhadap guru yang melaksanakan kegiatan, dampak terhadap sekolah, dampak terhadap pembelajaran.

Untuk mengetahui dampak kegiatan lesson study tersebut di atas, sebaiknya kita pelajari bersama bahasan berikut.

Achmad Fadloli128

1. Guru- Mengubah paradigma guru terhadap pelatihan

dari profit-oriented kepada kebutuhan untuk berkembang dan belajar

- Menumbuhkan kesadaran untuk meningkatkan kompetensi

- Menumbuhkan keberanian untuk diobservasi. Kebiasaan guru yang belum pernah dilihat oleh guru-guru lain dalam jumlah yang banyak tentu menjadi hal yang baru dan membutuhkan keberanian pada saat kegiatan lesson study harus menjadi guru model.

- Meningkatkan motivasi untuk mengadakan penelitian

2. Sekolah- Lingkungan sekolah menjadi lebih bersih.- Karena kedatangan guru dalam jumlah yang banyak

dari sekolah lain, maka mau tidak mau sekolah harus berbenah, termasuk di dalam kelas yang akan digunakan untuk open lesson.

- Kebanggan sekolah karena dikunjungi oleh guru-guru sekolah lain, bahkan dari pejabat dinas dan dari perguruan tinggi

3. Pembelajaran- Metode dan model pembelajaran lebih bervariasi.- Perubahan dari teacher center ke student center.- Setting tempat duduk siswa lebih bervariasi.

Lesson Study 129

I Wayan Santyasa dalam makalah berjudul Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran yang disajikan dalam Seminar Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran bagi Guru-Guru TK, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Nusa Penida, tanggal 24 Januari 2009, di Nusa Penida bahwa Ada 8 (delapan) peluang yang dapat diperoleh oleh guru apabila dia melaksanakan lesson study secara berkesinambungan, yaitu:1. Lesson study memungkinkan guru memikirkan dengan

cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi.

2. Lesson study memungkinkan guru mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan.

3. Lesson study memungkinkan guru memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan.

4. Lesson study memungkinkan guru memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan siswa.

5. Lesson study memungkinkan guru merancang pembelajaran secara kolaboratif.

6. Lesson study memungkinkan guru mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa.

7. Lesson study memungkinkan guru mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat penuh daya.

Achmad Fadloli130

8. Lesson study memungkinkan guru melihat hasil pembelajaran sendiri melalui respons siswa dan tanggapan para kolega.

Lesson Study 131

Aqib, Zainal, 2010, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya: Insan Cendikia.

Fadloli, Ahmad, 2010, MGMP Based Lesson Study in Karawang, Makalah Pleno 3rd Internaional Confrence for Lesson Study (ICLS), JICA UPI, Bandung. Tidak diterbitkan.

Suparlan, 2006, Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Suparlan, 2005, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Silberman, Melvin L., 2006, Active Learning 101Strategic to Teach Any Subject, Bandung: Nusamedia.

Hidayat, Topik, dkk., 2010, Teori Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Kontek Indonesia, Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

________.2005, Definisi tentang Guru, Undang-Undang tentang guru dan dosen Nomor 14 tahun 2005.

Hendayana, Sumar, dkk., 2008, Pedoman Implementasi Kegiatan Lesson Study Kabupaten Karawang, Pasuruan, dan Kota Surabaya, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

DA F TA RPUSTAKA

Achmad Fadloli132

________.2009. Modul Pelatihan Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 3, Konsorsium Proyek Decentralized Basic Education (DBE3) tahun 2009.

Ibrohim, Suryanto, A., dan Sukirman, 2008, Panduan Belajar Generik PTK dalam Pembelajaran Modul Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU), Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Dirjen PMPTK.

R, Nuryani, 2005, Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Santyasa, I Wayan, 2009, Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran, Makalah Seminar Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran bagi Guru-guru TK, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Nusa Penida, Universitas Pendidikan Ganesha, Bali. Tidak diterbitkan.

________.2013, Definisi tentang Perencanaan Pembelajaran, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.

________.2013, Definisi tentang Penilaian Pembelajaran, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.

Lesson Study 133

________.2007, Definisi tentang Proses Pembelajaran, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 207 tentang standar proses.

________.2010, Lesson Study, http://akhmadsudrajat.wordpress.com________.1994, Tujuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran,

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38 tahun 1994 tentang kegiatan kegaiatan MGMP.

________.2009, Modul POS Penyelenggaraan KKG dan MGMP, Jakarta: Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan tenaga Kependidikan.

________.2013. Modul Pelatihan Usaid Prioritas Jawa Barat, Konsorsium Proyek Decentralized Basic Education (DBE3) tahun 2013.

________.2011, Kiat-kiat Praktik Lesson Study, http:// icls.upi.edu.

________.2009. Tugas dan Peran Kepala Sekolah dalam Manajemen Kurikulum, Direktorat Manajemen Depdiknas, Jakarta: BP. Dharma Bhakti.

Achmad Fadloli134

Lesson Study 135

Ahmad Fadloli, M.Pd. dilahirkan di Lamongan tanggal 31 Januari 1970. Menyelesaikan pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama dan pendidikan menengah atas di Lamongan, Jawa Timur. Penulis tamat dari MIM pada tahun 1982 dan lulus SMAM tahun 1988. Diploma tiga Biologi

tamat tahun 1992 dan Sarjana Biologi diselesaikan tahun 1999 di UNHALU Kendari, Sultra. Tahun 2010 penulis menyelesaikan S2 jurusan Manajemen Pendidikan di Universitas Pakuan Bogor.

Tahun 2011 ia mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah di SMPN 7 Karawang Barat sampai sekarang.

Aktivitas yang dijalani adalah sebagai fasilitator lesson study Kabupaten Karawang tahun 2008-2011. Tahun 2012 ia dipercaya menjadi fasilitator lesson study Provinsi Jawa Barat.

TENTANGPENULIS

Achmad Fadloli136

Tahun 2009-2012 penulis menjadi fasilitator DBE 3 (Decentralized Basic Education) program Usaid dan tahun 2013 menjadi fasilitator Usaid Prioritas.

Mulai tahun 2013 ia menjadi penulis Unit of Learning CPD Principal kerja sama Ausaid dengan Pusbangtendik, Kemendikbud.

Tahun 2009 dan 2013 menjadi presenter pada International Conference Lesson Study (ICLS) di JICA UPI Bandung. Tahun 2010 menjadi keynote speaker pada ICLS di gedung JICA UPI Bandung.

Pelatihan yang pernah diikuti di antaranya adalah TOT Nasional pendidikan karakter budaya bangsa dan ekonomi kreatif tahun 2009, Pelatihan Nasional Menulis Buletin BERMUTU tahun 2010. Penulis tergabung dalam tim Pengembang Kurikulum Kabupaten Karawang tahun 2008-2010.