LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TAHUN 2013 NOMOR 6...1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 NOMOR...

28
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN, PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a. bahwa terwujudnya kemudahan dalam memperoleh dan menyampaikan informasi secara mudah dan bebas merupakan hak bagi masyarakat yang harus dihormati, dilindungi dan dipenuhi; b. bahwa dengan semakin berkembangnya usaha dan 2 penggunaan fasilitas telekomunikasi di Kabupaten Magelang, mendorong para pengusaha melengkapi fasilitas pelayanannya dengan melakukan pembangunan menara telekomunikasi; c. bahwa Kabupaten Magelang sebagai salah satu daerah tujuan wisata dan berdasarkan topografi merupakan daerah yang berdekatan dengan gunung berapi aktif, sehingga dalam rangka menjamin keselamatan, keamanan, kenyamanan dan estetika di masyarakat serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan perlu melakukan pengaturan pembangunan, penataan dan pengendalian menara telekomunikasi; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembangunan, Penataan dan Pengendalian Menara Telekomunikasi; Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42);

Transcript of LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TAHUN 2013 NOMOR 6...1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 NOMOR...

  • 1

    LEMBARAN DAERAH KABUPATENMAGELANG

    TAHUN 2013 NOMOR 6

    PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANGNOMOR 6 TAHUN 2013

    TENTANG

    PEMBANGUNAN, PENATAAN DANPENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    BUPATI MAGELANG,

    Menimbang : a. bahwa terwujudnya kemudahan dalammemperoleh dan menyampaikaninformasi secara mudah dan bebasmerupakan hak bagi masyarakat yangharus dihormati, dilindungi dandipenuhi;

    b. bahwa dengan semakinberkembangnya usaha dan

    2

    penggunaan fasilitas telekomunikasi diKabupaten Magelang, mendorong parapengusaha melengkapi fasilitaspelayanannya dengan melakukanpembangunan menara telekomunikasi;

    c. bahwa Kabupaten Magelang sebagaisalah satu daerah tujuan wisata danberdasarkan topografi merupakandaerah yang berdekatan dengangunung berapi aktif, sehingga dalamrangka menjamin keselamatan,keamanan, kenyamanan dan estetikadi masyarakat serta menjagakelestarian fungsi lingkungan perlumelakukan pengaturan pembangunan,penataan dan pengendalian menaratelekomunikasi;

    d. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud pada huruf a,huruf b, dan huruf c perlu menetapkanPeraturan Daerah tentangPembangunan, Penataan danPengendalian Menara Telekomunikasi;

    Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-UndangDasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945;

    2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam LingkunganPropinsi Jawa Tengah (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun 1950 Nomor42);

  • 3

    3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960tentang Peraturan Dasar Pokok-pokokAgraria (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1960 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 2013);

    4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981tentang Kitab Undang-Undang HukumAcara Pidana (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1981 Nomor76, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3209);

    5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999tentang Larangan Praktek Monopolidan Persaingan Usaha Tidak Sehat(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 33, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3817);

    6. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 18 Tahun 1999 tentang JasaKonstruksi (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 54,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3833);

    7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun1999 tentang Telekomunikasi(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor154, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3881);

    8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun2002 tentang Bangunan Gedung(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor

    4

    134, Tambahan Lembaran NegaraNomor 4247);

    9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun2002 tentang Penyiaran (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun2002 Nomor 139, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor4252);

    10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4437) sebagaimana telahdiubah beberapa kali terakhir denganUndang-Undang Nomor 12 Tahun2008 tentang Perubahan Kedua atasUndang-Undang Nomor 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 59, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4844);

    11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun2007 tentang Penanaman Modal(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 67, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4724);

    12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun2007 tentang Penataan Ruang(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 68, Tambahan

  • 5

    Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4726);

    13. Undang-Undang Nomor 11 Tahun2008 tentang Informasi dan TransaksiElektronik (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 61,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4846);

    14. Undang-Undang Nomor 14 Tahun2008 tentang Keterbukaan InformasiPublik (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 61,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4846);

    15. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009tentang Penerbangan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 1);

    16. Undang-Undang Nomor 10 Tahun2009 tentang Pariwisata (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 11, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor4966);

    17. Undang-Undang Nomor 28 Tahun2009 tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor130, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5049);

    18. Undang-Undang Nomor 32 Tahun2009 tentang Perlindungan dan

    6

    Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 140, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5059);

    19. Undang-Undang Nomor 41 Tahun2009 tentang Perlindungan LahanPertanian Pangan Berkelanjutan(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 149, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5068);

    20. Undang-Undang Nomor 12 Tahun2011 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun2011 Nomor 82, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor4389);

    21. Peraturan Pemerintah Nomor 21Tahun 1982 tentang Pemindahan IbuKota Kabupaten Daerah Tingkat IIMagelang dari Wilayah KotamadyaDaerah Tingkat II Magelang keKecamatan Mungkid di WilayahKabupaten Daerah Tingkat II Magelang(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1982 Nomor 36);

    22. Peraturan Pemerintah Nomor 17Tahun 1983 tentang PelaksanaanKitab Undang-Undang Hukum AcaraPidana (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1983 Nomor 36,

  • 7

    Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3258), sebagaimanatelah diubah dengan PeraturanPemerintah Nomor 58 Tahun 2010tentang Perubahan Atas PeraturanPelaksanaan Kitab Undang-UndangHukum Acara Pidana (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 90, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor5145);

    23. Peraturan Pemerintah Nomor 52Tahun 2000 tentang PenyelenggaraanTelekomunikasi (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2000 Nomor107, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3980);

    24. Peraturan Pemerintah Nomor 53Tahun 2000 tentang PengunaanSpektrum Frekuensi Radio dan OrbitSatelit (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 108,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3981);

    25. Peraturan Pemerintah Nomor 36Tahun 2005 tentang PeraturanPelaksanaan Undang-Undang Nomor28 Tahun 2002 tentang BangunanGedung (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 83,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4532);

    8

    26. Peraturan Pemerintah Nomor 79Tahun 2005 tentang PedomanPembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintah Daerah(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 165, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4593);

    27. Peraturan Pemerintah Nomor 38Tahun 2007 tentang PembagianUrusan Pemerintahan antaraPemerintah, Pemerintahan DaerahProvinsi dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor82, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3209);

    28. Peraturan Pemerintah Nomor 26Tahun 2008 tentang Rencana TataRuang Wilayah Nasional (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun2008 Nomor 48, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor4833);

    29. Peraturan Pemerintah Nomor 15Tahun 2010 tentang PenyelenggaraanPenataan Ruang (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor21, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5103);

    30. Peraturan Pemerintah Nomor 68Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata

  • 9

    Cara Peran Masyarakat DalamPenataan Ruang (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor118, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5160);

    31. Peraturan Pemerintah Nomor 28Tahun 2011 tentang PengelolaanKawasan Suaka Alam dan KawasanPelestarian Alam (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2011 Nomor56, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5217);

    32. Peraturan Pemerintah Nomor 27Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2012 Nomor 48, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5285);

    33. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun2007 tentang Pengesahan,Pengundangan dan PenyebarluasanPeraturan Perundang-undangan;

    34. Peraturan Daerah Provinsi JawaTengah Nomor 6 Tahun 2010 tentangRencana Tata Ruang Wilayah ProvinsiJawa Tengah Tahun 2009-2029(Lembaran Daerah Provinsi JawaTengah Tahun 2010 Nomor 6,Tambahan Lembaran Provinsi JawaTengah Nomor 28);

    35. Peraturan Daerah Kabupaten DaerahTingkat II Magelang Nomor 5 Tahun1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri

    10

    Sipil di Lingkungan PemerintahKabupaten Daerah Tingkat II Magelang(Lembaran Daerah Kabupaten DaerahTingkat II Magelang Tahun 1988Nomor 12 Seri D);

    36. Peraturan Daerah Kabupaten MagelangNomor 21 Tahun 2001 tentangPengelolaan Lingkungan Hidup diKabupaten Magelang (LembaranDaerah Kabupaten Magelang Tahun2001 Nomor 72 Seri D Nomor 71);

    37. Peraturan Daerah Kabupaten MagelangNomor 10 Tahun 2004 tentangMekanisme Konsultasi Publik(Lembaran Daerah KabupatenMagelang Tahun 2004 Nomor 17 Seri ENomor 9);

    38. Peraturan Daerah Kabupaten MagelangNomor 2 Tahun 2006 tentang TataCara Pembentukan Peraturan Daerah(Lembaran Daerah KabupatenMagelang Tahun 2006 Nomor 11 Seri ENomor 17);

    39. Peraturan Daerah Kabupaten MagelangNomor 21 Tahun 2008 tentang UrusanPemerintahan Yang MenjadiKewenangan Pemerintahan DaerahKabupaten Magelang (LembaranDaerah Kabupaten Magelang Tahun2008 Nomor 21);

    40. Peraturan Daerah Kabupaten MagelangNomor 31 Tahun 2008 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Dinas

  • 11

    Daerah (Lembaran Daerah KabupatenMagelang Tahun 2008 Nomor 31);

    41. Peraturan Daerah Kabupaten MagelangNomor 5 Tahun 2011 tentang RencanaTata Ruang Wilayah KabupatenMagelang Tahun 2010-2030 (LembaranDaerah Kabupaten Magelang Tahun2011 Nomor 5);

    42. Peraturan Daerah Kabupaten MagelangNomor 10 Tahun 2011 tentangBangunan Gedung (Lembaran DaerahKabupaten Magelang Tahun 2011Nomor 10);

    43. Peraturan Daerah Kabupaten MagelangNomor 1 Tahun 2012 tentang IzinGangguan (Lembaran DaerahKabupaten Magelang Tahun 2012Nomor 1);

    44. Peraturan Daerah Kabupaten MagelangNomor 5 Tahun 2012 tentang RetribusiPerizinan Tertentu (Lembaran DaerahKabupaten Magelang Tahun 2012Nomor 5);

    Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATENMAGELANG

    dan

    BUPATI MAGELANG

    MEMUTUSKAN:

    12

    Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANGPEMBANGUNAN, PENATAAN DANPENGENDALIAN MENARATELEKOMUNIKASI.

    BAB IKETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

    1. Daerah adalah Kabupaten Magelang.

    2. Bupati adalah Bupati Magelang.

    3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan PerangkatDaerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahandaerah.

    4. Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait yangselanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan KerjaPerangkat Daerah Kabupaten Magelang.

    5. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengirimandan atau penerimaan dari setiap informasi dalambentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suaradan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atausistem elektromagnetik lainnya.

    6. Menara Telekomunikasi yang selanjutnya disebutmenara adalah bangun-bangun untuk kepentinganumum yang didirikan di atas tanah, atau bangunanyang merupakan satu kesatuan konstruksi denganbangunan gedung yang dipergunakan untukkepentingan umum yang struktur fisiknya dapatberupa rangka baja yang diikat oleh berbagai simpul

  • 13

    atau berupa bentuk tunggal tanpa simpul, di manafungsi, desain dan konstruksinya disesuaikan sebagaisarana penunjang menempatkan perangkattelekomunikasi.

    7. Menara Bersama adalah menara yang digunakansecara bersama oleh beberapa penyelenggaratelekomunikasi.

    8. Penyelenggara Telekomunikasi adalah perorangan,koperasi, badan usaha milik daerah, badan usaha miliknegara, badan usaha swasta, instansi pemerintah,instansi keamanan negara yang menyelenggarakan jasatelekomunikasi, jaringan telekomunikasi dantelekomunikasi khusus.

    9. Operator adalah perusahaan-perusahaantelekomunikasi yang dalam menjalankan kegiatannyamemerlukan Base Transceiver Station (BTS) yangselanjutnya menjadi penyewa/pengguna MenaraBersama.

    10. Penyedia Menara adalah perseorangan, koperasi, BadanUsaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Negara atauBadan Usaha Swasta yang memiliki dan mengelolamenara untuk digunakan bersama oleh penyelenggaratelekomunikasi.

    11. Pengelola Menara adalah badan usaha yang mengelolaatau mengoperasikan menara yang dimiliki oleh pihaklain.

    12. Penyedia Jasa Konstruksi adalah orang perseoranganatau badan yang kegiatan usahanya menyediakanlayanan jasa konstruksi.

    14

    13. Base Transceiver Station yang selanjutnya disingkatBTS adalah perangkat stasiun pemancar dan penerimatelepon seluler untuk melayani suatu wilayah cakupan.

    14. Mikrosel adalah sub sistem BTS yang memiliki cakupanlayanan (coverage) dengan area/radius yang lebih kecildigunakan untuk menjangkau area yang tidakterjangkau oleh BTS utama atau bertujuanmeningkatkan kapasitas dan kualitas pada area yangpadat trafiknya.

    15. Bangunan adalah perwujudan fisik hasil pekerjaankonstruksi yang menyatu dengan tempatkedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang tidakdigunakan untuk kegiatan manusia.

    16. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaankonstruksi yang menyatu dengan tempatkedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yangberfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan,baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatankeagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budayamaupun kegiatan khusus.

    17. Rencana Induk Menara Telekomunikasi yangselanjutnya disingkat RIMT adalah kajian akademisterpadu mengenai pembangunan menara daninfrastuktur jaringan telekomunikasi di daerahdisesuaikan dengan perkembangan teknologi danpemanfaatan tata ruang daerah.

    18. Rencana Lokasi Menara (cell plan) adalah perencanaanlokasi pembangunan menara bersama denganmemperhatikan aspek-aspek kaidah perencanaanjaringan selular yaitu potensi aktivitas pengguna

  • 15

    layanan telekomunikasi selular pada setiap area danketersediaan kapasitas pelayanan pengguna yang ada.

    19. Zona adalah batasan area persebaran peletakan menaraberdasarkan potensi ruang yang ada.

    20. Tim Pengawasan dan Pengendalian MenaraTelekomunikasi yang selanjutnya disingkat TP2MTadalah tim yang ditugaskan oleh Bupati untukmelakukan kajian teknis dan memberikan rekomendasimengenai kelayakan bangunan menara.

    21. Penataan adalah segala upaya yang dilakukan olehPemerintah Daerah untuk mengatur dan menatakeberadaan dan pendirian menara.

    22. Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antaradua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggungmengikatkan diri kepada tertanggung, denganmenerima premi asuransi, untuk memberikanpenggantian kepada tertanggung karena kerugian,kerusakan atau kehilangan keuntungan yangdiharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihakketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yangtimbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atauuntuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkanatas meninggal atau hidupnya seseorang yangdipertanggungkan.

    23. Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara RepublikIndonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentuyang diberi wewenang khusus oleh undang-undanguntuk melakukan penyidikan.

    16

    24. Penyidikan adalah serangkaian tindakan PejabatPegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNSdalam hal dan menurut cara yang diatur dalamundang-undang menjadi dasar hukumnya untukmencari serta mengumpulkan barang bukti itumembuat terang pelanggaran yang terjadi dan gunamenemukan tersangkanya.

    BAB IIASAS, TUJUAN DAN PRINSIP

    Bagian KesatuAsas

    Pasal 2

    Pembangunan, penataan dan pengendalian menaraberdasarkan asas:a. keselamatan;b. keamanan;c. kemanfaatan;d. keindahan; dane. keserasian dengan lingkungannya.

    Bagian KeduaTujuan

    Pasal 3

    Pembangunan, penataan dan pengendalian menarabertujuan untuk:a. menciptakan penataan menara yang serasi dan

    seimbang dengan lingkungan sekitarnya;b. mewujudkan optimalisasi fungsi pembangunan menara

    di daerah;

  • 17

    c. menjamin keselamatan keamanan dan kenyamananbagi masyarakat;

    d. memberikan kepastian hukum bagi pembangunanmenara di daerah; dan

    e. meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui sumber-sumber pendapatan yang sah.

    Bagian KetigaPrinsip

    Pasal 4

    Pembangunan penataan dan pengendalian menaradidasarkan pada prinsip sebagai berikut:a. mewujudkan penataan menara yang serasi dan

    seimbang dengan lingkungan;b. mengedepankan kepentingan masyarakat;c. mengoptimalkan fungsi suatu menara;d. mewujudkan kepastian hukum dalam pembangunan

    menara; dane. memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan

    asli daerah.BAB III

    JENIS DAN BENTUK MENARA

    Bagian KesatuJenis Menara

    Pasal 5

    (1) Jenis menara dibagi berdasarkan:a. tempat berdirinya menara;b. jenis komunikasi;c. kepemilikan; dand. penggunaan.

    18

    (2) Berdasarkan tempat berdirinya menara sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a, menara terdiri atas:a. menara yang dibangun di atas tanah (green field);

    danb. menara yang dibangun di atas bangunan (roof top).

    (3) Berdasarkan jenis komunikasi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b, menara terdiri atas:a. menara bagi radio komunikasi;b. menara bagi koneksi internet;c. menara bagi siaran radio;d. menara bagi siaran televisi; dane. menara bagi telepon seluler.

    (4) Berdasarkan kepemilikan sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf c, menara terdiri atas:a. milik perorangan;b. milik badan usaha; danc. milik pemerintah.

    (5) Berdasarkan penggunaan layanan operatorsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, menaraterdiri atas:a. menara operator tunggal; danb. menara bersama.

    Bagian KeduaBentuk Konstruksi Menara

    Pasal 6

    (1) Konstruksi menara terdiri dari 3 (tiga) bentuk yaitu:a. konstruksi menara tunggal (monopole);b. konstruksi menara rangka (self supporting); danc. konstruksi menara tunggal dengan penopang kabel

    (Guyed mast).

  • 19

    (2) Desain dan konstruksi menara sebagaimana dimaksudpada ayat (1) disesuaikan dengan peletakannya.

    (3) Selain ketiga konstruksi menara sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dimungkinkan digunakan jeniskonstruksi menara lain sesuai dengan perkembanganteknologi, kebutuhan, dan efisiensi ekonomi.

    BAB IVPEMBANGUNAN MENARA

    Bagian KesatuRencana Induk Menara Telekomunikasi

    Pasal 7

    (1) Pembangunan dan pengoperasian menara di daerahwajib mengacu RIMT.

    (2) RIMT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsiuntuk mengarahkan, menjaga, dan menjamin agarpembangunan dan pengoperasian menara dapatterlaksana dan tertata dengan baik, berorientasi masadepan, terintegrasi dan memberikan manfaat yangsebesar-besarnya bagi semua pihak serta dalamrangka:a. menjaga estetika kawasan tetap indah, bersih, dan

    lestari serta terpelihara;b. mendukung kehidupan sosial, budaya, politik, dan

    ekonomi serta kegiatan kepemerintahan;

    20

    c. menghindari pembangunan menara yang tidakterkendali;

    d. menentukan lokasi-lokasi menara;e. standarisasi bentuk, kualitas, dan keamanan

    menara;f. kepastian peruntukan dan efisiensi lahan;g. menjaga estetika dan keindahan wilayah;h. meminimalisasi gejolak sosial;i. meningkatkan citra wilayah;j. menyelaraskan dengan RTRW;k. memudahkan pengawasan dan pengendalian;l. mengantisipasi menara illegal sehingga menjamin

    legalitas setiap menara;m. memenuhi kebutuhan lalu lintas telekomunikasi

    selular secara optimal;n. menghindari wilayah yang tidak terjangkau (blank

    spot area);o. menjadi acuan konsep yang dapat digunakan oleh

    seluruh operator, baik GSM (global system for mobilecomunications) maupun CDMA (code divisionmultiple access) serta dapat digunakan untuklayanan nirkabel, LAN, dan lain-lain;

    p. mendorong efisiensi dan efektifitas biayatelekomunikasi dan biaya investasi akibat adanyakerja sama antar operator;

    q. mendorong persaingan yang lebih sehat antaroperator; dan

    r. menciptakan alternatif bagi meningkatnyapendapatan asli daerah.

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai RIMT sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan PeraturanBupati.

    Bagian Kedua

  • 21

    Rencana Lokasi Menara (Cell Plan)

    Pasal 8

    (1) Penetapan Rencana Lokasi Menara (cell plan)disesuaikan dengan kaidah penataan ruang, keamanandan ketertiban lingkungan, estetika, dan kebutuhankegiatan usaha yang zonanya ditetapkan berdasarkan:a. Rencana Tata Ruang Wilayah;b. Rencana Detail Tata Ruang; danc. RIMT.

    (2) Rencana Lokasi Menara (cell plan) sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan PeraturanBupati.

    Bagian KetigaPembangunan Menara

    Pasal 9

    (1) Penyediaan menara dilakukan oleh penyedia menara

    (2) Penyedia menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan:a. penyelenggara telekomunikasi; ataub. bukan penyelenggara telekomunikasi.

    (3) Pembangunan menara dalam rangka penyediaanmenara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukanoleh penyedia jasa konstruksi yang memiliki kriteriasebagai berikut:a. merupakan perusahaan nasional;b. memiliki izin dan lisensi membangun menara;

    22

    c. memiliki tenaga ahli; dand. memiliki peralatan untuk membangun menara.

    (4) Penyedia menara bukan penyelenggara telekomunikasi,pengelola menara atau penyedia jasa konstruksi yangmembangun menara merupakan perusahaan nasional.

    Pasal 10

    (1) Lokasi pembangunan menara wajib mengikuti:a. RIMT;b. rencana tata ruang wilayah kabupaten;c. rencana detail tata ruang wilayah kabupaten;d. rencana lokasi menara (cell plan).

    (2) Dalam 1 (satu) zona paling banyak dibangun 4 (empat)menara dengan jarak radius 2000 (dua ribu) meter.

    (3) Operator hanya boleh membangun 1 (satu) menaradalam 1 (satu) zona.

    Pasal 11

    Pembangunan menara harus sesuai dengan StandarNasional Indonesia atau standar baku tertentu untukmenjamin keselamatan bangunan dan lingkungan denganmemperhitungkan faktor-faktor yang menentukankekuatan dan kestabilan konstruksi menara meliputi:a. tempat/space penempatan antena dan perangkat

    telekomunikasi untuk penggunaan bersama;b. ketinggian menara;c. struktur menara;d. rangka struktur menara;e. pondasi menara; danf. kekuatan angin serta gempa.

    Pasal 12

  • 23

    (1) Pembangunan menara wajib dilengkapi dengan saranapendukung dan identitas hukum yang jelas.

    (2) Sarana pendukung menara sebagaimana dimaksudpada ayat (1), antara lain:a. pentanahan (grounding);b. penangkal petir;c. catu daya;d. lampu halangan penerbangan (Aviation Obstruction

    Light);e. marka halangan penerbangan (Aviation Obstruction

    Marking); danf. pagar pengaman.

    (3) Identitas hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1),meliputi:a. nama Penyedia Menara dan Pengelola Menara;b. alamat terdekat Penyedia Menara dan Pengelola

    Menara;c. lokasi dan koordinat Menara;d. nama dan alamat Penyelenggara Telekomunikasi

    pengguna Menara;e. model dan tinggi menara;f. nomor Izin Gangguan dan IMB Menara;g. tahun pembuatan/pembangunan menara;h. penyedia Jasa Konstruksi; dani. beban maksimal menara.

    (4) Identitas hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3)harus terbuat dari bahan yang kuat, tahan cuaca,dipasang menyatu di lokasi menara, mudah dibaca dandicetak timbul.

    Pasal 13

    (1) Penyelenggara telekomunikasi dapat menempatkan:

    24

    a. antena di atas bangunan gedung, dengan ketinggiansampai dengan 6 (enam) meter dari permukaan atapbangunan gedung sepanjang tidak melampauiketinggian maksimum selubung bangunan gedungyang diizinkan, dan konstruksi bangunan gedungmampu mendukung beban antena; dan/atau

    b. antena yang melekat pada bangunan lainnyasepanjang konstruksi bangunannya mampumendukung beban antena.

    (2) Lokasi dan penempatan antena sebagaimana dimaksudpada ayat (2) wajib memenuhi ketentuan rencana tataruang wilayah dan keselamatan bangunan, keamanan,serta memenuhi estetika.

    (3) Terhadap penempatan antena sebagaimana dimaksudpada ayat (2), harus mendapatkan Izin Gangguan dariPemerintah Daerah melalui SKPD terkait denganpelayanan perizinan.

    (4) Persyaratan, ketentuan, dan tatacara pemberian IzinGangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 14

    (1) Pembangunan menara di kawasan tertentu harusmemenuhi ketentuan perundang-undangan sesuaikawasannya.

    (2) Kawasan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan kawasan yang sifat dan peruntukannyamemiliki karakteristik tertentu, meliputi:a. kawasan cagar budaya;b. kawasan pariwisata;c. kawasan lindung;d. kawasan garis sempadan;

  • 25

    e. kawasan rawan bencana alam;f. kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP);g. kawasan pertahanan dan keamanan;h. kawasan yang karena fungsinya memiliki atau

    memerlukan tingkat keamanan dan kerahasiaantinggi; dan

    i. kawasan pengendalian ketat lainnya.

    (3) Pembangunan menara di kawasan tertentusebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhiketentuan sebagai berikut:a. bentuk dan desain menara wajib berwujud Menara

    Kamuflase;b. bangunan pendukungnya harus sesuai dengan

    estetika lingkungan dan/atau kawasan setempat;c. merupakan bagian dari menara bersama.

    (4) Selain pembangunan menara dimaksud pada ayat (3),di kawasan tertentu sebagaimana dimaksud ayat (2)dapat dibangun sistem mikrosel.

    Pasal 15

    Pembangunan menara operator tunggal diizinkan denganketentuan:a. untuk keperluan jaringan utama;b. di daerah-daerah yang belum mendapatkan layanan

    telekomunikasi atau daerah-daerah yang tidak layaksecara ekonomis; dan

    c. dalam rangka meningkatkan kehandalan cakupan(coverage) dan kemampuan trafik frekuensitelekomunikasi dalam bentuk konstruksi MenaraTunggal (monopole) dan/atau Menara Kamuflase.

    Pasal 16

    26

    (1) Dalam mewujudkan pembangunan menara, PemerintahDaerah dapat melakukan kerjasama dengan BadanUsaha.

    (2) Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah orang perseorangan atau badan hukum yangdidirikan dengan hukum Indonesia, mempunyai tempatkedudukan di Indonesia serta beroperasi di Indonesia.

    (3) Untuk melaksanakan kerjasama sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai denganperaturan perundang–undangan.

    Bagian KeempatPengoperasian Menara

    Pasal 17

    (1) Pengoperasian Menara dilakukan oleh:a. penyedia menara; dan/ataub. pengelola menara.

    (2) Penyedia Menara atau Pengelola Menara wajibmelaksanakan pemeriksaan berkala minimal setiap 6(enam) bulan sekali atas kelaikan fungsi bangunanmenara sebagai sarana telekomunikasi dan hasilnyadilaporkan kepada Pemerintah Daerah melalui SKPDterkait dengan pembangunan, penataan danpengendalian menara.

    (3) Prosedur dan tatacara pelaporan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diatur dengan PeraturanBupati.

    Bagian KelimaPembangunan dan Pengoperasian Menara Khusus

  • 27

    Pasal 18

    Pembangunan dan pengoperasian menara khususdikecualikan dari ketentuan Peraturan Daerah ini.

    BAB VPENGGUNAAN MENARA

    Bagian KesatuPenggunaan Menara Operator Tunggal

    Pasal 19

    Menara operator tunggal digunakan:a. untuk keperluan jaringan utama;b. pada daerah-daerah yang belum mendapatkan layanan

    telekomunikasi atau daerah-daerah yang tidak layaksecara ekonomis; dan

    c. sebagai penunjang jaringan telekomunikasi yang desaindan bentuk konstruksinya disesuaikan dengankeperluan jaringan telekomunikasi selain menara bagitelepon seluler.

    Bagian KeduaPenggunaan Menara Bersama

    Pasal 20

    Penyedia menara bersama atau pengelola menara bersamaharus memberikan kesempatan yang sama tanpadiskriminasi kepada para penyelenggara telekomunikasilain untuk menggunakan menara secara bersama-samasesuai kemampuan teknis menara.

    Pasal 21

    28

    Calon pengguna menara bersama dalam mengajukan suratpermohonan untuk penggunaan menara bersama harusmemuat keterangan:a. nama dan alamat penyelenggara telekomunikasi serta

    penanggung jawabnya;b. izin penyelenggaraan telekomunikasi;c. maksud dan tujuan penggunaan menara yang diminta

    dan spesifikasi teknis perangkat yang digunakan;d. kebutuhan akan ketinggian, arah, jumlah, atau beban

    menara; dane. lamanya waktu penggunaan.

    Pasal 22

    (1) Penggunaan menara bersama oleh penyelenggaratelekomunikasi dilarang menimbulkan interferensi yangmerugikan.

    (2) Dalam hal terjadi interferensi yang merugikan,penyelenggara telekomunikasi yang menggunakanmenara bersama wajib berkoordinasi.

    (3) Apabila koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat(2) tidak menghasilkan kesepakatan, penyelenggaratelekomunikasi dapat memohon kepada DirektoratJenderal yang menangani telekomunikasi untukmelakukan mediasi dan melaporkan kepada PemerintahDaerah melalui SKPD terkait dengan pembangunan,penataan dan pengendalian menara.

    Bagian KetigaPrinsip Penggunaan Menara Bersama

    Pasal 23

  • 29

    (1) Penyedia menara bersama atau pengelola menarabersama harus memperhatikan ketentuan hukumtentang larangan praktek monopoli dan persainganusaha tidak sehat.

    (2) Penyedia menara bersama atau pengelola menarabersama harus menginformasikan ketersediaankapasitas menaranya kepada calon pengguna menarabersama secara transparan.

    (3) Penyedia menara bersama atau pengelola menarabersama harus menggunakan sistem antrian denganmendahulukan calon pengguna menara bersama yanglebih dahulu menyampaikan permintaan penggunaanmenara bersama dengan tetap memperhatikankelayakan dan kemampuan.

    Pasal 25

    (1) Penggunaan menara bersama antar penyelenggaratelekomunikasi, antara penyedia menara denganpenyelenggara telekomunikasi, atau antara pengelolamenara dengan penyelenggara telekomunikasi, harusdituangkan dalam perjanjian tertulis dan dilaporkankepada Direktorat Jenderal yang menanganiTelekomunikasi dan Pemerintah Daerah melalui SKPDterkait dengan pembangunan, penataan danpengendalian menara.

    (2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan oleh penyelenggara telekomunikasi,penyedia menara atau pengelola menara.

    (3) Prosedur dan tata cara pelaporan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan PeraturanBupati.

    30

    BAB VIPERIZINAN PEMBANGUNAN MENARA

    Bagian KesatuPerizinan

    Pasal 26

    (1) Setiap pembangunan dan pengoperasian menara wajibmemiliki izin meliputi:a. izin prinsip;b. izin gangguan; danc. izin mendirikan bangunan.

    (2) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata carapermohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a dan huruf c ditetapkan dengan PeraturanBupati.

    (3) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata carapermohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB VIIJAMINAN PEMBONGKARAN MENARA

    Pasal 27

    (1) Setiap penyedia menara dikenakan uang jaminanpembongkaran menara.

    (2) Ketentuan mengenai prosedur dan tata carapembayaran uang jaminan pembongkaran menarasebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman padaPeraturan Bupati.

  • 31

    (3) Ketentuan mengenai besaran uang jaminanpembongkaran menara sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

    BAB VIIIHAK DAN KEWAJIBAN

    Pasal 28

    (1) Penyedia menara dan pengelola menara berhak:a. mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai

    dengan asas-asas dan tujuan pelayanan sertasesuai standar pelayanan minimal yang telahditentukan;

    b. mendapatkan kemudahan untuk memperolehinformasi selengkap-lengkapnya tentang sistem,mekanisme, dan prosedur perizinan;

    c. memberikan saran untuk perbaikan pelayanan;d. mendapatkan pelayanan yang tidak diskriminatif,

    santun, bersahabat, dan ramah;e. menyampaikan pengaduan kepada penyelenggara

    pelayanan; danf. mendapatkan penyelesaian atas pengaduan yang

    diajukan sesuai mekanisme yang berlaku.

    (2) Penyedia menara yang telah memiliki izin sebagaimanadimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) berhak menggunakanmenara sesuai dengan kesepakatan dan izin yang telahdiperoleh.

    Pasal 29

    Penyedia menara yang telah memiliki izin sebagaimanadimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) wajib:

    32

    a. melakukan pemeriksaan atas bangunan menara secaraberkala setiap 6 (enam) bulan sekali;

    b. melaporkan penggunaan menara bersama meliputikelaikan menara, fasilitas pendukung menara danjumlah pengguna menara secara berkala setiap tahun;

    c. melaporkan dalam hal terjadi perubahan datapenggunaan menara;

    d. melaksanakan kegiatan sesuai dengan perizinan yangdiberikan;

    e. melaksanakan ketentuan teknis, keamanan dankeselamatan serta kelestarian fungsi lingkungan sesuaidengan peraturan perundang-undangan;

    f. membayar retribusi daerah terkait denganpenyelenggaraan menara;

    g. bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul daripelaksanaan izin yang telah diberikan; dan

    h. membantu pelaksanaan pengawasan yang dilakukanoleh petugas yang berwenang.

    BAB IXASURANSI DAN PARTISIPASI PEMBANGUNAN

    Pasal 30

    (1) Penyedia menara wajib mengasuransikan setiapmenara yang dimiliki.

    (2) Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi asuransi terhadap kemungkinan timbulnyakerugian, kerusakan atau kehilangan keuntunganyang diharapkan, atau meninggal atau cacatnyaseseorang, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidakpasti atas keberadaan menara dan saranapendukungnya.

  • 33

    Pasal 31

    (1) Dalam rangka mewujudkan partisipasi pembangunan,penyedia menara memberikan kontribusi kepadamasyarakat sebagai bentuk tanggung jawab sosialterhadap lingkungan.

    (2) Kontribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)digunakan untuk pembangunan dan pengembanganfasilitas serta sarana prasarana umum yang ada disekitar menara.

    (3) Ketentuan mengenai pemberian kontribusisebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkandengan Peraturan Bupati.

    BAB XPENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MENARA

    Pasal 32

    (1) Bupati melakukan pengawasan dan pengendalianpembangunan dan pengoperasian menara.

    (2) Dalam rangka penyelenggaraan pengawasan danpengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)Bupati membentuk TP2MT.

    (3) TP2MT sebagaimana dimaksud pada ayat (2)mempunyai tugas:a. melakukan kajian teknis terhadap desain, penataan,

    dan pembangunan menara;

    34

    b. memberikan masukan dan saran atas pemberianizin pembangunan dan pengoperasian menara;

    c. memberikan masukan dan pertimbangan kepadaBupati dalam melakukan pembinaan, pengendaliandan pengawasan terhadap pembangunan danpengoperasian menara bersama di daerah;

    d. memberikan rekomendasi sebagai persyaratanpermohonan perizinan pembangunan danpengoperasian menara;

    e. memfasilitasi penyelesaian permasalahan dan/atausengketa terkait dengan menara; dan

    f. menginventarisasi keberadaan menara.

    (4) TP2MT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atasunsur SKPD terkait yang memiliki kompetensidibidangnya dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

    BAB XIRETRIBUSI

    Pasal 33

    (1) Terhadap pemberian izin gangguan dan izin mendirikanbangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26huruf b dan huruf c dikenakan Retribusi Izin Gangguandan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

    (2) Terhadap pemanfaatan ruang atas pembangunanmenara dikenakan Retribusi Pengendalian MenaraTelekomunikasi.

    (3) Ketentuan mengenai retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam PeraturanDaerah tersendiri.

    BAB XIIPERAN SERTA MASYARAKAT

  • 35

    Pasal 34

    (1) Dalam setiap tahapan dan waktu penyelenggaraanperizinan, masyarakat berhak mendapatkan aksesinformasi dan akses partisipasi.

    (2) Akses informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi tahapan dan waktu dalam proses pengambilankeputusan pemberian izin.

    (3) Akses partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi pengajuan pengaduan atas keberatan ataupelanggaran perizinan dan/atau kerugian akibatpembangunan dan pengelolaan menara yangdisampaikan kepada Pemerintah Daerah melalui SKPDyang membidangi perizinan pembangunan menara.

    (4) Pemberian akses partisipasi sebagaimana dimaksudpada ayat (3) diberikan mulai dari proses pemberianperizinan atau setelah perizinan dikeluarkan.

    (5) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanyaditerima jika berdasarkan pada fakta atas ada atautidaknya akibat yang ditimbulkan dari pembangunandan pengelolaan menara.

    (6) Ketentuan pengajuan atas keberatan atau pelanggaranperizinan dan/atau kerugian sebagaimana dimaksudpada ayat (3) berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    BAB XIIISANKSI ADMINISTRATIF

    Pasal 35

    36

    (1) Setiap penyedia menara dan/atau pengelola menarayang tidak memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13,Pasal 20, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 26 dan Pasal 29dikenakan sanksi administratif.

    (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat(1) berupa:a. peringatan tertulis;b. penghentian sementara kegiatan;c. penutupan lokasi;d. denda administratif;e. pencabutan perizinan;f. pemutusan aliran listrik;g. pembongkaran bangunan; dan/atauh. pemulihan fungsi ruang.

    (3) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat(2) huruf d, ditetapkan sebesar Rp50.000.000,- (limapuluh juta rupiah) dan disetorkan ke Kas UmumDaerah.

    (4) Pemutusan aliran listrik sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf f, Pemerintah Daerah bekerja samadengan Perseroan Terbatas (PT.) Perusahaan ListrikNegara yang berwenang.

    Pasal 36

    (1) Penyedia menara harus melakukan pembongkaranmenara dalam hal:a. menara tidak dimanfaatkan dalam jangka waktu 12

    (dua belas) bulan berturut-turut sesuai dengankesepakatan dan izin yang telah diperoleh; atau

    b. penyedia menara dikenakan sanksi administrasifberupa pembongkaran bangunan.

  • 37

    (2) Dalam hal penyedia menara tidak melakukanpembongkaran menara sebagaimana dimaksud padaayat (1), Pemerintah Daerah dapat melakukanpembongkaran menara dengan biaya pembongkarandibebankan kepada Penyedia Menara.

    (3) Ketentuan mengenai tata cara dan prosedurpelaksanaan pembongkaran menara sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan PeraturanBupati.

    BAB XIVPENYIDIKAN

    Pasal 37

    (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkunganPemerintah Daerah berwenang untuk melaksanakanpenyidikan terhadap pelanggaran ketentuan dalamPeraturan Daerah ini.

    (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat(1) adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti

    keterangan atau laporan berkenaan dengan tindakpidana;

    b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keteranganmengenai orang pribadi atau badan tentangkebenaran perbuatan yang dilakukan;

    c. meminta keterangan dan bahan bukti dari pribadiatau badan sehubungan dengan tindak pidana;

    38

    d. memeriksa buku-buku catatan-catatan dandokumen-dokumen lain berkenaan tindak pidana;

    e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkanbahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadapbahan bukti tersebut;

    f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangkapelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana;

    g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorangmeninggalkan ruangan atau tempat pada saatpemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksaidentitas orang dan/atau dokumen;

    h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindakpidana;

    i. memanggil orang untuk didengar keterangannyadan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

    j. menghentikan penyidikan; dank. melakukan tindakan lain yang perlu untuk

    kelancaran penyelidikan tindak pidana menuruthukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

    (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberitahukan dimulainya penyidikan kepadaPenyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

    (4) Dalam hal pelaksanaan kewenangan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) memerlukan tindakanpenangkapan dan penahanan, Penyidik PegawaiNegeri Sipil melakukan koordinasi dengan PejabatPenyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

    (5) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksudpada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepadaPenuntut Umum melalui Pejabat Penyidik KepolisianNegara Republik Indonesia.

  • 39

    BAB XVKETENTUAN PIDANA

    Pasal 38

    Setiap penyedia menara dan/atau pengelola menara yangmelanggar ketentuan Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13,dan/atau Pasal 29 huruf a, huruf d, dan/atau huruf esehingga mengakibatkan:a. kerugian harta benda orang lain;b. kecelakaan bagi orang lain yang mengakibatkan cacat

    seumur hidup; dan/atauc. hilangnya nyawa orang laindiancam dengan hukuman pidana sesuai dengan PeraturanPerundang-undangan.

    Pasal 39

    (1) Penyedia menara yang membangun menara tanpadilengkapi perizinan sebagaimana dimaksud dalamPasal 26 diancam pidana kurungan paling lama 6(enam) bulan atau denda paling banyakRp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

    (2) Penyedia menara yang tidak membayar biayapembongkaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36ayat (2) diancam hukumun pidana kurungan 6 (enam)bulan atau denda paling banyak Rp50.000.000,- (limapuluh juta rupiah)

    (3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2) adalah pelanggaran.

    BAB XVI

    40

    KETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 40

    (1) Menara yang telah berizin serta lokasinya sesuaiRencana Lokasi Menara (cell plan) harus digunakansebagai menara bersama sepanjang memenuhi syaratteknis menara bersama.

    (2) Menara yang telah berizin dan lokasinya sesuaiRencana Lokasi Menara (cell plan) namun tidakmemenuhi syarat teknis menara bersama, Penyediamenara wajib memenuhi syarat teknis menara bersamapaling lama 1 (satu) tahun sejak berlakunya PeraturanDaerah ini.

    (3) Menara yang berizin dan lokasinya tidak sesuaiRencana Lokasi Menara (cell plan) harus dibongkar ataudipindahkan sesuai Rencana Lokasi Menara (cell plan)paling lama 1 (satu) tahun sejak berlakunya PeraturanDaerah ini.

    (4) Dalam hal menara dipindahkan sesuai Rencana LokasiMenara (cell plan) sebagaimana dimaksud pada ayat (3)harus memenuhi ketentuan:a. penyedia menara mengajukan izin sebagaimana

    dimaksud pada Pasal 26; danb. konstruksi menara harus memenuhi syarat secara

    teknis untuk digunakan sebagai menara bersama.

    Pasal 41

    (1) Menara yang belum berizin dan lokasinya sesuaiRencana Lokasi Menara (cell plan) serta memenuhisyarat teknis menara bersama wajib dilengkapi izinpaling lama 1 (satu) tahun sejak berlakunya PeraturanDaerah ini.

  • 41

    (2) Menara yang belum berizin dan lokasinya sesuaiRencana Lokasi Menara (cell plan) namun tidakmemenuhi syarat teknis menara bersama, Penyediamenara wajib melengkapi izin dan memenuhi syaratteknis menara bersama paling lama 1 (satu) tahunsejak berlakunya Peraturan Daerah ini.

    (3) Menara yang belum berizin dan lokasinya tidak sesuaiRencana Lokasi Menara (cell plan) harus dibongkarpaling lama 1 (satu) tahun sejak berlakunya PeraturanDaerah ini.

    Pasal 42

    Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semuaperaturan pelaksanaan yang berkaitan denganpenyelenggaraan menara di daerah, dinyatakan masihtetap berlaku sepanjang tidak bertentangan denganketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

    BAB XVKETENTUAN PENUTUP

    Pasal 43

    Peraturan pelaksana Peraturan Daerah ini harusditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak PeraturanDaerah ini diundangkan.

    Pasal 44

    Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

    42

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Daerah KabupatenMagelang.

    Ditetapkan diKota Mungkidpada tanggal

    BUPATIMAGELANG,

    SINGGIHSANYOTO

    Diundangkan di Kota Mungkidpada tanggalPlt.SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN MAGELANGASISTEN EKONOMI,

    PEMBANGUNAN DAN KESRA,

    AGUNG TRIJAYA

    LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN2013 NOMOR 6

  • 43

    PENJELASANATAS

    PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANGNOMOR 6 TAHUN 2013

    TENTANG

    PEMBANGUNAN, PENATAAN DAN PENGENDALIANMENARA TELEKOMUNIKASI

    I. UMUM

    Semakin berkembangnya usaha dan penggunaanfasilitas telekomunikasi di wilayah KabupatenMagelang, mendorong para pengusaha melengkapi

    44

    fasilitas pelayanannya dengan melakukanpembangunan menara. Untuk menjamin keselamatan,keamanan, kenyamanan dan estetika di masyarakatserta menjaga kelestarian fungsi lingkungan, perludilakukan pengaturan, pengawasan dan pengendalianpendirian menara di Kabupaten Magelang.

    Keberadaan menara yang merupakan saranapendukung bagi telekomunikasi di daerah mengalamipertumbuhan yang semakin pesat. Banyaknya menaratersebut di satu sisi menguntungkan warga karenamemperlancar arus komunikasi. Namun disisi lain,menara juga dapat mengancam keselamatan penduduksekitar menara jika menara tersebut mengabaikanprinsip-prinsip keamanan, keselamatan dan estetika,sehingga perlu untuk ditata dan dikendalikan.

    Untuk mencegah terjadinya pembangunan danpengoperasian menara yang tidak sesuai dengan kaidahtata ruang, lingkungan dan estetika serta menjaminkenyamanan dan keselamatan masyarakat dan menjagakelestarian lingkungan, mendesak untuk dilakukanpenataan pembangunan infrastruktur menara bersamaoleh Pemerintah Daerah.

    Saat ini di Kabupaten Magelang belum adaperaturan daerah khusus untuk mengatur, menata,dan mengendalikan keberadaan menara. Padahal faktorkeselamatan, keamanan, kemanfaatan, keindahan dankeserasian dengan bangunan dan lingkungansekitarnya perlu menjadi pertimbangan yang harusdiutamakan, maka dipandang perlu segera membentukPeraturan Daerah tentang pembangunan, penataan danpengendalian menara telekomunikasi.

    II. PASAL DEMI PASAL

  • 45

    Pasal 1

    Cukup jelas.

    Pasal 2

    Huruf a

    Yang dimaksud dengan “keselamatan”adalah keselamatan bangunan menaradari kegagalan konstruksi, sertakecelakaan terhadap bangunan danpenduduk di sekitarnya.

    Huruf b

    Yang dimaksud dengan “keamanan”adalah keamanan bangunan menara darigangguan perusakan dan pencurian.

    Huruf c

    Yang dimaksud dengan “kemanfaatan”adalah kemanfaatan menara untukkeefektifan pelayanan telekomunikasiserta efisiensi jumlah dan peletakanlokasi menara.

    Huruf d

    Yang dimaksud dengan “keindahan”adalah keindahan menara dipandangdari sisi estetika.

    Huruf e

    Yang dimaksud dengan “keserasiandengan lingkungan” adalah keserasianmenara dengan bangunan di sekitarnya.

    Pasal 3

    Cukup jelas.

    46

    Pasal 4

    Cukup jelas.

    Pasal 5

    Cukup jelas.

    Pasal 6

    Ayat (1)

    Huruf a

    Yang dimaksud dengan“konstruksi menara tunggal(monopole)” adalah konstruksimenara yang berbentuk tunggaltanpa adanya simpul-simpulrangka yang mengikat satu samalain.

    Huruf b

    Yang dimaksud dengan“konstruksi menara rangka (selfsupporting)” adalah konstruksimenara yang berupa rangka bajayang diikat oleh berbagai simpuluntuk menyatukannya.

    Huruf c

    Yang dimaksud dengan“konstruksi menara denganpenopang kabel (Guyed mast)”adalah konstruksi menara yangberbentuk tunggal atau rangkayang ditopang dengan kabel-kabel.

    Ayat 2

  • 47

    Cukup jelas

    Ayat (3)

    Yang dimaksud dengan “jenis menaralain” antara lain:a. Menara Kamuflase yaitu menara

    dibangun dengan bentuk yangdisesuaikan dan diselaraskan denganlingkungan dimana menara tersebutberada; dan

    b. BTS mobil atau mobile BTS adalahBTS yang berbentuk mobil biasanyadipasang untuk menghadapi lonjakantrafik atau untuk menjangkaupelanggan yang belum mendapatkansinyal sebelum BTS permanen berdiri.

    Pasal 7

    Cukup jelas.

    Pasal 8

    Cukup jelas.

    Pasal 9

    Cukup jelas.

    Pasal 10

    Cukup jelas.

    Pasal 11

    Cukup jelas.

    Pasal 12

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    48

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Yang dimaksud “bahan yang kuat,tahan cuaca” adalah bahan yangmempunyai daya anti korosi seperti platbesi galvanis atau bahan sejenis.

    Pasal 13

    Ayat (1)

    Huruf a

    Cukup jelas.

    Huruf b

    Yang dimaksud “bangunanlainnya” antara lain papanreklame dan tiang lampupenerangan jalan

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Pasal 14

    Ayat (1)

  • 49

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Huruf a

    Yang dimaksud dengan “kawasancagar budaya” adalah satuanruang geografis yang memiliki duaSitus Cagar Budaya atau lebihyang letaknya berdekatandan/atau memperlihatkan ciri tataruang yang khas.

    Huruf b

    Yang dimaksud dengan “kawasanpariwisata” adalah adalahkawasan yang diperuntukkanbagi pariwisata.

    Huruf c

    Yang dimaksud dengan “kawasanlindung” adalah wilayah yangditetapkan dengan fungsi utamamelindungi kelestarian lingkunganhidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumber dayabuatan.

    Huruf d

    Yang dimaksud dengan “kawasangaris sempadan” adalah garis mayayang ditetapkan sebagai batas

    50

    perlindungan suatu kawasansesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.

    Huruf e

    Yang dimaksud “kawasan rawanbencana alam” adalah daerahyang diidentifikasi sering danberpotensi tinggi mengalamibencana alam seperti banjir,letusan gunung berapi, gempabumi, tanah longsor dan lain-lain.

    Huruf f

    Yang dimaksud dengan “kawasanKeselamatan Operasi Penerbangan(KKOP)” adalah wilayah daratandan/atau perairan dan ruangudara di sekitar bandar udara yangdigunakan untuk kegiatan operasipenerbangan dalam rangkamenjamin keselamatanpenerbangan (sipil/militer).

    Huruf g

    Yang dimaksud dengan “kawasanpertahanan keamanan” adalahwilayah yang ditetapkan secaranasional yang digunakan untukkepentingan pertahanan dankeamanan.

    Huruf h

    Yang dimaksud dengan “kawasanyang karena fungsinya memiliki

  • 51

    atau memerlukan tingkatkeamanan dan kerahasiaan tinggi”adalah wilayah yang menjadiobyek vital dan membutuhkantingkat keamanan yang sedemikiantinggi untuk menjaga keamanandan kerahasiaannya.

    Huruf i

    Yang dimaksud dengan “kawasanpengendalian ketat lainnya” adalahkawasan yang memerlukanpengawasan secara khusus dandibatasi pemanfaatannya untukmempertahankan daya dukung,mencegah dampak negatif danmenjamin proses pembangunanyang berkelanjutan.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 15

    Cukup jelas.

    Pasal 16

    Cukup jelas.

    Pasal 17

    Cukup jelas.

    Pasal 18

    Yang termasuk “menara khusus” adalahmenara untuk keperluan meteorologi dan

    52

    geofisika, navigasi, penerbangan, pencariandan pertolongan kecelakaan danpenyelenggaraan telekomunikasi khususinstansi pemerintah.

    Pasal 19

    Cukup jelas.

    Pasal 20

    Cukup jelas

    Pasal 21

    Cukup jelas

    Pasal 22

    Cukup jelas

    Pasal 23

    Cukup jelas

    Pasal 24

    Cukup jelas.

    Pasal 25

    Cukup jelas.

    Pasal 26

    Ayat (1)

    Huruf a

    Yang dimaksud dengan “Izinprinsip” adalah izin yang diberikanoleh Bupati terkait pemanfaatanruang di daerah.

    Huruf b

  • 53

    Yang dimaksud dengan “izinmendirikan bangunan” adalahperizinan yang diberikan olehpemerintah daerah kepadapemohon untuk membangun baru,rehabilitasi/renovasi, dan/ataumemugar dalam rangkamelestarikan bangunan sesuaidengan persyaratan administratifdan persyaratan teknis yangberlaku.

    Huruf c

    Yang dimaksud dengan “IzinGangguan (HO)” adalah pemberianizin tempat usaha atau kegiatankepada orang pribadi atau badandi lokasi tertentu yang dapatmenimbulkan bahaya, kerugian,dan gangguan, tidak termasuktempat usaha atau kegiatan yangtelah ditentukan oleh PemerintahPusat atau Pemerintah Daerah.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 27Cukup jelas.

    Pasal 28

    54

    Cukup jelas.Pasal 29

    Cukup jelas.Pasal 30

    Cukup jelas.Pasal 31

    Ayat (1)Cukup jelas.

    Ayat (2)Yang dimaksud ”fasilitas sertasarana/prasarana umum” adalah segalabangunan, fasilitas dan kegiatan yangmemiliki kemanfaatan umum sepertijalan, gedung pertemuan, gedung olahraga, dan kegiatan sosial lainnya.

    Ayat (3)Cukup jelas.

    Pasal 32Cukup jelas.

    Pasal 33Cukup jelas.

    Pasal 34Cukup jelas.

    Pasal 35Cukup jelas.

    Pasal 36Cukup jelas.

  • 55

    Pasal 37Cukup jelas.

    Pasal 38Cukup jelas.

    Pasal 39Cukup jelas.

    Pasal 40Cukup jelas.

    Pasal 41Cukup jelas.

    Pasal 42Cukup jelas.

    Pasal 43Cukup jelas.

    Pasal 44Cukup jelas.