LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

15
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 P-ISSN 2598-0637 E-ISSN 2621-5632 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 315 LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI SOLUSI BELAJAR BAHASA ARAB BAGI PEMULA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN Karomatus Sa’idah Universitas Negeri Malang [email protected] ABSTRAK: pembelajaran bahasa Arab di pondok pesantren adalah hal yang lazim, meskipun demikian tak jarang ditemukan beberapa pelajar/santri yang tidak bisa berbahasa Arab dengan fasih dan lancar. Tentu saja ini adalah hal yang sangat mengherankan, karena model dan kurikulum pembelajaran bahasa Arab telah dirancang sedemikian baik dan diterapkan di pesantren-pesantren. Bila diamati lebih teliti, akan ditemukan hal yang sangat mengejutkan, karena ternyata tidak sedikit tamatan pesantren yang tetap tidak bisa berbahasa Arab dengan fasih dan lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak semua lembaga pendidikan berbasis islam seperti pesantren mampu menjadikan pelajar/santri berbahasa Arab dengan fasih dan lancar. Mempelajari bahasa asing berarti juga harus memahami dan mengikuti aturan yang terdapat didalam nya. Tujuan utama dalam mempelajari bahasa asing adalah mampu mengungkapkan bahasa asing tersebut dengan cara lisan. Untuk itu makalah ini memaparkan bagaimana Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) ini menjadi solusi bagi pesantren sebagai wadah untuk mencetak pelajar/santri yang mampu berbahasa Arab dengan fasih dan lancar. KATA KUNCI: Lembaga Pengembangan Bahasa Asing, Pembelajaran Bahasa Arab, Pondok Pesantren Pembelajaran merupakan sebuah proses yang di dalamnya mencakup pengertian seorang guru mengajarkan pengetahuan kepada anak didik dan usaha anak didik untuk mempelajari suatu pengetahuan. Dalam bahasa Arab disebut ta’lim yang berasal dari kata ‘alima, yang memiliki arti “mengetahui atau mengerti” kemudian mengikuti wazan fa’ala-yufa’ilu-tafilan, sehingga menjadi ‘allama- yu’allimu-ta’liman, wazan ini memiliki fungsi memuta’adikan fi’il lazim atau dalam bahasa Indonesia sering diberi imbuhan “me” dan memberi akhiran “kan”, sehingga kata ‘alima (mengetahui) menjadi ‘allama (memberitahukan), yang dalam perkembangannya kata ta’lim diartikan pembelajaran atau pengajaran. Di Indonesia, dari segi kurikulum pendidikan dibagi menjadi dua macam, pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal meliputi Taman Kanak-kanak (TK)/Raudlatul Athfal (RA), Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah

Transcript of LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

Page 1: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 315

LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA)

SEBAGAI SOLUSI BELAJAR BAHASA ARAB BAGI PEMULA

DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN

Karomatus Sa’idah

Universitas Negeri Malang

[email protected]

ABSTRAK: pembelajaran bahasa Arab di pondok pesantren adalah hal yang lazim, meskipun demikian tak jarang ditemukan beberapa pelajar/santri yang tidak bisa berbahasa Arab dengan fasih dan lancar.

Tentu saja ini adalah hal yang sangat mengherankan, karena model dan kurikulum pembelajaran bahasa Arab telah dirancang

sedemikian baik dan diterapkan di pesantren-pesantren. Bila diamati lebih teliti, akan ditemukan hal yang sangat mengejutkan,

karena ternyata tidak sedikit tamatan pesantren yang tetap tidak bisa berbahasa Arab dengan fasih dan lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak semua lembaga pendidikan

berbasis islam seperti pesantren mampu menjadikan pelajar/santri berbahasa Arab dengan fasih dan lancar. Mempelajari bahasa asing berarti juga harus memahami dan mengikuti aturan yang terdapat didalam nya. Tujuan utama dalam mempelajari bahasa asing adalah mampu mengungkapkan bahasa asing tersebut dengan cara lisan. Untuk itu makalah ini memaparkan bagaimana Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) ini menjadi solusi bagi pesantren sebagai wadah untuk mencetak pelajar/santri yang mampu berbahasa Arab dengan fasih

dan lancar.

KATA KUNCI: Lembaga Pengembangan Bahasa Asing,

Pembelajaran Bahasa Arab, Pondok Pesantren

Pembelajaran merupakan sebuah proses yang di dalamnya mencakup

pengertian seorang guru mengajarkan pengetahuan kepada anak didik dan usaha

anak didik untuk mempelajari suatu pengetahuan. Dalam bahasa Arab disebut

ta’lim yang berasal dari kata ‘alima, yang memiliki arti “mengetahui atau mengerti”

kemudian mengikuti wazan fa’ala-yufa’ilu-tafilan, sehingga menjadi ‘allama-

yu’allimu-ta’liman, wazan ini memiliki fungsi memuta’adikan fi’il lazim atau

dalam bahasa Indonesia sering diberi imbuhan “me” dan memberi akhiran “kan”,

sehingga kata ‘alima (mengetahui) menjadi ‘allama (memberitahukan), yang dalam

perkembangannya kata ta’lim diartikan pembelajaran atau pengajaran. Di

Indonesia, dari segi kurikulum pendidikan dibagi menjadi dua macam, pendidikan

formal dan non-formal. Pendidikan formal meliputi Taman Kanak-kanak

(TK)/Raudlatul Athfal (RA), Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyyah (MI),

Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah

Page 2: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 316

Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA), hingga kuliah. Sedangkan

pendidikan non-formal meliputi Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), Madrasah

Diniyah, Bimbingan belajar, hingga lembaga kursus.

Bahasa Arab adalah bahasa orang Arab dan Islam. Keduanya merupakan

unsur terbesar bangsa Arab. Dalam kenyataannya, tidak ada orang yang

mengingkari ketika kita berbicara tentang pembelajaran bahasa asing pada

masyarakat modern bahwa masyarakat merasa bahasa Arab itu sangat layak untuk

dipelajari. Keistimewaan bahasa Arab sangat banyak, dimana perubahan-

perubahan kosakatanya tidak mungkin untuk dibatasi, sehingga menjadikan bahasa

Arab sebagai salah satu bahasa terbesar di dunia. Inilah yang menjadikan bahasa

Arab layak untuk dipelajari (Rohman, 2015). Roviin (dalam Nurhidayati dan

Ridhwan, 2014) menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Arab di Indonesia

dimulai sejak masuknya islam ke tanah air. Pembelajaran dimulai dari bahasa Arab

sebagai bahasa ibadah, umat Islam melakukan ibadah dengan bacaan-bacaan

berbahasa Arab, maka pembelajaran bahasa Arab dimulai dengan pembelajaran

membaca Al-Qur’an. Dari sini kemudian berkembang pada pembelajaran bahasa

Arab untuk memahami teks-teks keagamaan dan kemudian bahasa sebagai media

komunikasi yang diajarkan di berbagai lembaga pendidikan dari yang klasik hingga

modern.

Pembelajaran bahasa Arab di madrasah pada umumnya memiliki banyak

kendala, bahkan tidak sedikit yang tidak berhasil memberikan pemahaman dan

keterampilan berbahasa kepada para peserta didiknya. Bahasa Arab lebih banyak

diajarkan sebagai pengetahuan atau ilmu tentang kebahasaan, bukan sebagai skill

berbahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi. Akibatnya ketika para peserta

didik belajar bahasa Arab tidak lebih dari mengenalkan bahasa Arab sebagai ilmu

yang lebih banyak mengkaji aspek qawaid nya dibandingkan dengan aspek kalam

(berbicara). Bahkan, proses pembelajaran pun sangat sedikit menggunakan bahasa

Arab sebagai bahasa pengantarnya (Makruf, 2016). Sedangkan, kebanyakan orang

berpikir bahwa pelajar dikatakan mahir berbahasa Arab apabila ia sudah mampu

berkomunikasi dengan fasih dan lancar dengan menggunakan bahasa Arab.

Dhofier (2011) menyebutkan bahwa sebelum tahun 1960-an, pusat-pusat

pendidikan pesantren di Indonesia lebih dikenal dengan nama pondok. Istilah

pondok diserap dari bahasa Arab funduq yang memiliki arti hotel atau asrama.

Hingga saat ini dapat dipastikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga

pendidikan islam di Indonesia yang masih memegang peran sangat penting bagi

kehidupan masyarakat islam di Indonesia. Dhofier (2011) juga menyebutkan untuk

mendirikan dan mengembangkan sebuah pesantren, ada beberapa elemen yang

harus diperhatikan, antara lain:

1. Pondok

Page 3: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 317

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam

tradisional di mana siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah

bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan

“Kyai”. Asrama untuk para santri berada dalam lingkungan komplek

pesantren di mana Kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan sebuah

masjid untuk beribadah, ruangan untuk belajar dan kegiatan-kegiatan

keagamaan yang lain. Komplek pesantren ini biasanya dikelilingi oleh

tembok untuk menjaga keluar dan masuknya para santri dan tamu-tamu

(orang tua santri, keluarga yang lain, dan tamu-tamu masyarakat luas) sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

2. Masjid

Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dari pesantren dan

dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri,

terutama dalam praktik sembahyang lima waktu, khutbah dan sembahyang

jum’ah, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Seorang Kyai yang ingin

mengembangkan sebuah pesantren biasanya pertama-tama akan mendirikan

masjid di dekat rumahnya. Langkah ini biasanya diambil atas perintah

gurunya yang telah menilai bahwa ia akan sanggup memimpin sebuah

pesantren.

3. Pembelajaran Kitab Islam Klasik

Pengajaran kitab islam klasik, terutama karangan-karangan ulama yang

menganut faham Syafi’i, merupakan satu-satunya pengajaran formal yang

diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utamanya ialah untuk

mendidik calon-calon ulama.

4. Santri

Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren,

seorang alim hanya bisa disebut Kyai bilamana memiliki pesantren untuk

mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Oleh karena itu, santri merupakan

elemen penting dalam suatu lembaga pesantren.

5. Kyai

Kyai merupakan elemen paling esensial dari suatu pesantren. Ia seringkali

bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan

suatu pesantren semata-mata bergantung pada kemampuan pribadi Kyainya.

Dengan berbagai pemaparan tersebut, makalah ini ditulis dengan harapan

dapat memberikan penjelasan bagaimana Lembaga Pengembangan Bahasa Asing

dapat menjadi solusi belajar bahasa Arab bagi pemula di lingkungan pondok

pesantren.

Page 4: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 318

ISI DAN PEMBAHASAN

Belajar bahasa asing berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu

prinsip dasar pembelajarannya pun berbeda, baik dalam hal metode, materi,

maupun proses pembelajarannya. Dalam mempelajari bahasa asing berarti juga

harus memahami dan mengikuti aturan yang terdapat didalam nya. Bahasa adalah

sistem, yaitu terdiri dari beberapa unsur dan beberapa aspek yang mempunyai objek

kajian yang berbeda tetapi masih saling terkait satu sama lain, oleh karena itu

pembelajaran bahasa harus menyangkut berbagai aspek atau bidang kajian, tetapi

harus selalu dikaitkan satu dengan lainnya. Adapun aspek keterampilan bahasa pada

umumnya dibagi dalam empat kategori (Munir, 2017), yaitu keterampilan

mendengarkan/menyimak, keterampilan berbicara/bercakap, keterampilan

membaca, dan keterampilan menulis. Setiap anak pada dasarnya mempunyai

kemampuan untuk menguasai setiap bahasa. Namun demikian, belajar bahasa ibu

relatif lebih berhasil, sementara belajar bahasa asing cenderung lebih sulit.

Seperti yang sudah diketahui, bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang

mempunyai aturan atau pedoman yang harus diikuti oleh pemakainya, baik penutur

asli bahasa tersebut maupun atau siapapun yang menggunakan bahasa tersebut.

Maka dari itu, apabila seseorang mempelajari bahasa asing, sudah selayaknya dia

memahami dan mampu menggunakan bahasa tersebut sesuai dengan aturan yang

ada sehingga menyerupai penutur asli dari bahasa tersebut.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa setiap manusia yang lahir tidak

memiliki apa-apa, tidak bisa berbicara dan tidak memiliki pengetahuan, kecuali

hanya menangis saja, bahkan disebutkan dalam sebuah hadits bahwa setiap anak

yang dilahirkan itu dalam keadaan suci, artinya setiap manusia yang dilahirkan ke

dunia bagaikan kertas putih yang tidak ada tulisannya apa-apa, tidak ada muatan

apa-apa, tidak ada hal yang ia fahami dan lain sebagainya. Meskipun manusia yang

baru dilahirkan itu tidak memiliki bahasa dan tidak mengetahui apa-apa, tetapi ia

memiliki potensi diri untuk memperoleh bahasa dan menguasai bahasa yang

diucapkan oleh orang-orang di sekelilingnya. Fathur Rohman (2015) mengatakan

bahwa seseorang dapat memperoleh bahasa dengan baik jika terkumpul tiga syarat,

yaitu: pertama, sehatnya alat-alat bunyi untuk mengungkapkan bahasa; kedua,

sehatnya alat penerima bahasa; ketiga, pertumbuhan manusia di masyarakat.

Sebelum belajar bahasa Asing, seseorang pasti sudah mengalami

pengalaman berbahasa, yaitu dengan adanya hubungan komunikasi dengan orang

tua dan masyarakat sekitar. Bahasa ibu, itulah yang selanjutnya dianggap sebagai

penghambat dalam penguasaan bahasa Asing dengan baik. Proses kemajuan

berbahasa atau mempelajari bahasa Arab bagi orang Indonesia sangat tergantung

pada dua faktor. Pertama, tingginya perbedaan dan persamaan antara bahasa

mereka dan bahasa Arab yang sedang dipelajarinya. Kedua, seberapa jauh siswa

Page 5: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 319

memberikan pengaruh terhadap proses mempelajari bahasa Arab. Bahasa Arab

merupakan bahasa asing yang belum dikenal oleh peserta didik sejak kecil. Tetapi,

pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing mempunyai berbagai prinsip.

Prinsip tersebut adalah persamaan-persamaan antara bahasa asing dan bahasa

ibunya akan memberikan pengaruh terhadap kemudahan dalam pembelajaran

bahasa asing tersebut. Begitu juga sebaliknya, perbedaan-perbedaan yang terdapat

pada bahasa ibu dan bahasa asing akan menyebabkan timbulnya kesulitan-kesulitan

dalam mempelajari bahasa asing.

Banyak sekali ditemukan pondok pesantren di Indonesia yang menjadikan

bahasa Arab dan bahasa Inggris sebagai salah satu pembelajaran yang diwajibkan

bagi seluruh santri yang tinggal di pondok pesantren. Namun hal ini juga yang

menjadi permasalahan bagi beberapa pondok pesantren di Indonesia. Jumlah

pendidik yang tidak sepadan dengan jumlah santri menjadi salah satu permasalahan

di beberapa pesantren yang belum ditemukan solusinya, sehingga pembelajaran

menjadi tidak maksimal.

Effendy (dalam Roviin, 2013) menyatakan bahwa bentuk dan lembaga

pendidikan bahasa Arab di Indonesia terdiri atas:

1.) Pembelajaran bahasa Arab yang verbalistik, yaitu pembelajaran bahasa

Arab yang bertujuan untuk menguasai keterampilan membaca Al-

Qur’an. Lembaga-lembaga pembelajaran model ini berupa Taman

Pendidikan Al-Qur’an, masjid-masjid, musholla-musholla, dan

keluarga-keluarga muslim secara privat.

2.) Pembelajaran bahasa Arab yang berkaitan erat dengan pemahaman atau

pendalaman keilmuan bahasa Arab dan agama. Lembaga pembelajaran

model ini adalah pondok-pondok pesantren. Model ini menggunakan

metode Qowaid wa tarjamah dalam mengajarkan bahasa Arab dan

kitab-kitab berbahasa Arab.

3.) Pembelajaran bahasa Arab secara utuh. Pembelajaran bahasa Arab

model ini bertujuan untuk mengajarkan bahasa Arab sebagai bahasa

komunikasi disamping sebagai bahasa agama. Metode pembelajaran

yang digunakan adalah metode langsung (al-thariqah al-mubasyirah).

Lembaga yang menggunakan model ini adalah pondok pesantren

modern yang dipelopori oleh Mahmud Yunus di Sumatera dan Imam

Zarkasyi di Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo.

4.) Pembelajaran dengan kurikulum yang ditentukan oleh pemerintah, yaitu

di Madrasah Ibtidaiyyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.

5.) Pembelajaran bahasa Arab dengan tujuan keahlian dan profesionalisme.

Pembelajaran model ini dilakukan di Perguruan Tinggi di Indonesia,

yaitu di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), Perguruan Tinggi

Umum, dan Pembelajaran bahasa Arab untuk tujuan khusus (li al-

Page 6: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 320

aghra:dh al-khassah). Pembelajaran model ini dilakukan oleh lembaga-

lembaga kursus dengan tujuan pariwisata, haji, umrah, perdagangan,

dan tenaga kerja.

Agar dapat menguasai bahasa Arab tidak hanya dengan membaca tetapi

banyak caranya, diantaranya dengan latihan berbicara dan menulis dengan

menggunakan bahasa Arab, agar latihan itu benar-benar dapat menjadikan peserta

didik mampu menguasai bahasa Arab, peserta didik harus mempelajari kaidah

bahasa Arab, imla’, dan balagha. Selain itu, juga ada keharusan untuk menguasai

cabang-cabang bahasa Arab yang lain seperti cara mengungkapkan bahasa Arab

dengan benar, membaca yang benar dan memahaminya. Jadi tujuan utama

mempelajari bahasa Arab adalah mampu mengungkapkan dengan menggunakan

bahasa Arab, karena itu adalah alat untuk saling memahami dan barometer sebuah

kefahaman. Peserta didik harus dapat mengungkapkan keinginannya atau apa yang

ada dalam fikirannya dengan sempurna dan benar, baik secara lisan atau tulisan.

Peserta didik mampu memahami apa yang dia baca atau apa yang dia dengarkan,

dan dia bisa ikut serta dalam berfikir sesuai dengan kemampuannya, usianya, dan

kegemarannya (Rohman, 2015).

Pembelajaran bahasa Arab bagi non Arab merupakan satu hal yang tak bisa

dihindari, karena urgensi bahasa Arab bagi masyarakat dunia saat ini, cukup tinggi

baik yang muslim maupun non muslim. Banyak alasan mengapa orang-orang non

Arab mempelajari bahasa Arab, seperti yang disebutkan oleh Thu’aimah (dalam

Hermawan: 2011), antara lain:

1.) Motivasi agama terutama Islam, karena bahasa kitab suci kaum muslimin

berbahasa Arab menjadikan bahasa Arab harus dipelajari sebagai alat untuk

memahami ajaran agama yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an.

2.) Orang non Arab akan merasa asing jika berkunjung ke Jazirah Arabia yang

biasanya menggunakan percakapan bahasa Arab baik ‘amiyyah maupun

fushha jika tidak menguasai bahasa Arab.

3.) Banyak karya-karya para ulama klasik bahkan hingga yang berkembang

dewasa ini menggunakan bahasa Arab dalam kajian-kajian tentang agama

dan kehidupan keberagamaan kaum muslimin di dunia. Sehingga, untuk

menggali dan memahami hukum maupun ajaran-ajaran agama yang ada di

buku-buku klasik maupun modern, mutlak menggunakan bahasa Arab.

Bila kita perhatikan pembelajaran bahasa Arab di sekolah-sekolah atau

lembaga yang ada di negara kita ini, kita melihat ada banyak peserta didik yang

telah belajar bahasa Arab sejak dia lahir di dunia ini, kemudian masuk sekolah

dasar, sekolah menengah, menengah atas, dan perguruan tinggi jenjang strata satu,

dua, dan tiga. Tetapi mereka tetap tidak bisa berbicara bahasa Arab secara fasih dan

lacar. Tentu saja ini adalah hal yang sangat mengherankan, karena kurikulum

Page 7: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 321

pembelajaran bahasa Arab telah dirancang sedemikian baik dan diterapkan di

sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Bila kita amati lebih teliti, kita akan

mendapatkan hal yang sangat mengejutkan, karena ternyata tidak sedikit orang

yang tetap tidak bisa berbahasa Arab dengan fasih dan lancar padahal ia adalah

tamatan lembaga bahasa dan pesantren, bahkan ketika sekolah ia mengambil

jurusan bahasa Arab, demikian pula ketika ia kuliah ia juga menambil jurusan

bahasa Arab, baik ketika jenjang strata satu, jenjang magister, dan jenjang doktor.

Masih banyak kita jumpai mahasiswa-mahasiswa jurusan bahasa Arab yang tidak

bisa berbahasa Arab secara fasih dan lancar. Hal yang lebih miris lagi ternyata ada

pengakuan dari pengajar bahasa Arab di perguruan tinggi bahwa mahasiswa yang

pandai berbahasa Arab dengan fasih dan lancar adalah mereka yang sebelumnya

telah pandai berbahasa Arab sebelum mereka masuk ke jurusan bahasa Arab. Ini

artinya ada beberapa lembaga pendidikan yang tidak mampu menjadikan peserta

didiknya untuk mampu menguasai bahasa Arab dengan fasih dan lancar (Rohman,

2015).

Dalam mempelajari bahasa Arab, ada peserta didik yang hanya mempelajari

bahasa Arab sebagai alat dan ada pula yang mempelajari bahasa Arab sebagai

tujuan. Peserta didik yang mempelajari bahasa Arab sebagai alat berarti mereka

menjadikan bahasa Arab sebagai alat untuk membaca Al-Qur’an, memahaminya,

dan agar masuk dan berhubungan dengan dunia Arab, mereka menganggap bahwa

bahasa Arab memiliki daya tarik tersendiri melebihi bahasa Asing lainnya.

Sedangkan peserta didik yang mempelajari bahasa Arab sebagai tujuan berarti

mereka menjadikan bahasa Arab sebagai prioritas dan juga sebagai tujuan

profesionalitas, seperti bertujuan agar menjadi guru bahasa Arab, menjadi sesorang

yang mumpuni dalam bidang bahasa Arab, menjadi ahli bahasa Arab, dan lain

sebagainya.

Dalam artikelnya, Rozak (2018) menyebutkan bahwa pembelajaran bahasa

Arab di pondok pesantren modern ditargetkan untuk menguasai pondasi dasar

bahasa Arab, yaitu nahwu-sharf serta balaghah. Di sisi lain, pembelajaran bahasa

Arab dapat menggunakan pondasi tersebut di dalam membaca kitab kuning klasik

berbahasa Arab. Pengajar bahasa Arab menggunakan metode induktif dalam

pembelajaran bahasa Arab, yaitu diawali dengan pemberian contoh-contoh kaidah,

dan kemudian penjelasan tentang kaidah yang sedang dipelajari. Ketika santri

belum mengetahui beberapa kosakata, maka mereka mencari makna melalui kamus,

yaitu kamus Mahmud Yunus dan kamus Al-Munjid. Setelah materi disampaikan,

guru bahasa Arab memberikan latihan terkait kaidah yang dipelajari secara

lisan/tulisan dan bersifat perorangan.

Lembaga Pengembangan Bahasa Asing atau yang kerap disebut LPBA ini

adalah suatu lembaga yang memfasilitasi bagi siapapun yang ingin mempelajari

Page 8: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 322

bahasa asing. Namun pada pesantren tempat penelitian ini dilaksanakan,

pengembangan bahasa asing hanya terbatas pada bahasa Arab dan bahasa Inggris

yang selanjutnya akan disebut sebaga LBA (Lembaga Bahasa Arab) dan LBI

(Lembaga Bahasa Inggris). Sistem pembelajaran pada LPBA ini adalah dengan

mendirikan asrama khusus bagi para peserta didik yang ingin mempelajari lebih

dalam terkait ilmu bahasa Arab, dengan kata lain, pesantren ingin menciptakan

lingkungan berbahasa Arab yang selanjutnya akan disebut dengan bi’ah arabiyyah.

Pihak pesantren sadar bawasannya lingkungan membawa pengaruh yang sangat

besar bagi para peserta didik.

Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) ini juga memiliki susunan

pengurus yang memiliki hak dan kewajiban untuk mendidik, melatih, dan

mengayomi para peserta didik dan juga menjadikan lembaga lebih baik dari

sebelumnya. Adapun kepengurusan Lembaga Pengambangan Bahasa Asing adalah

sebagai berikut:

Pada posisi penasihat, biasanya diberikan kepada Kyai, selaku pengasuh

pondok pesantren. Penasihat bertugas sebagai pemantau dan menjadi rujukan ketika

PENASIHAT

PEMBIMBING (MUSYRIF)

GUBERNUR (MUDIIR)

IBU ASUH (UMMUL HADI’AH)

BENDAHARA SEKRETARIS

QISMU AL-LUGHAH QISMU AL-FAAN QISMU AT-TA’LIIM

ANGGOTA

Page 9: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 323

muncul permasalahan yang tidak ditemukan solusinya melalui rapat internal. Posisi

pembimbing disini bertugas sebagai jembatan antara gubernur dan penasihat, antara

pihak Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) dengan para asaatidz. Pada

posisi gubernur, biasanya diberikan kepada anggota Lembaga Pengembangan

Bahasa Asing (LPBA) yang mumpuni di bidang bahasa Arab dan memiliki jiwa

kepemimpinan yang tinggi, karena nantinya ia yang akan memimpin lembaga ini,

menentukan kebijakan untuk lembaga. Dibawah gubernur, terdapat posisi ibu asuh,

yang bertugas mengasuh seluruh anggota lembaga, dan membantu tugas gubernur.

Selanjutnya ada dua posisi yang memiliki posisi yang sama, yaitu bendahara dan

sekretaris. Seperti susunan kepengurusan pada umumnya, bendahara dan sekretaris

bertugas mengatur administrasi keuangan dan kesekretariatan lembaga.

Dibawahnya terdapat tiga posisi yang memiliki posisi sama dan mengurus

keseharian di Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA). Qismu Al-lughah

atau bidang bahasa bertugas sebagai jasus atau memata-matai anggota yang tidak

berbicara menggunakan bahasa Arab dan memberikan 10 mufradat setiap harinya

kepada anggota. Qismu At-ta’liim atau bidang pendidikan bertugas membantu

anggota dalam mentashih naskah-naskah yang akan ditampilkan pada kegiatan

maharah, qismu at-ta’liim ini juga bertugas yang bertugas untuk menjadwal nama-

nama anggota yang akan maju pada kegiatan maharah, menghubungi asaatidz atau

teman sebaya yang akan memberikan materi pada kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan qismul faan atau bidang kesenian bertugas mengatur anggota untuk

hadir dan datang kegiatan tepat waktu dan juga melatih anggota yang akan tampil

pada kegiatan maharah.

Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) ini menyibukkan para

peserta didik dengan kegiatan berbahasa Arab, sehingga tak ada celah bagi peserta

didik untuk mempelajari hal lain kecuali di sekolah formal dan madrasah diniyah.

Adapun kegiatan harian peserta didik di Lembaga Pengembangan Bahasa Asing ini

dimulai sejak bangun tidur di pagi hari hingga menjelang tidur di malam hari.

03.30 – 04.00 Sholat tahajjud

04.00 – 05.00 Sholat shubuh berjama’ah dan mengaji Al-Qur’an

05.00 – 06.00 Kegiatan Belajar Mengajar (Qowaid)

06.00 – 06.30 Kegiatan bersih diri dan sarapan

06.30 – 07.00 Sholat Dhuha berjama’ah

07.00 – 14.00 Sekolah formal (MTs, MA/SMK)

14.00 – 16.00 Madrasah diniyah (Ibtida’iyyah dan Tsanawiyah)

16.00 – 18.00 Kegiatan bersih diri dan makan

18.00 – 19.00 Sholat magrib berjama’ah dan mengaji Al-Qur’an

Page 10: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 324

19.00 – 19.30 Sholat isya’ berjamaah

19.30 – 21.00 Kegiatan 4 maharah

Kegiatan belajar mengajar terkait qawaid ini berisi tentang pembelajaran

ilmu nahwu dan sharaf yang diisi oleh para asaatidzah di pondok pesantren, tak

jarang pula diisi oleh teman sebaya yang mumpuni dalam bidangnya. Pada kegiatan

ini, asaatidzah mengawali dengan pemberian materi, baik berupa tarkib atau

wazan, lalu dilanjutkan dengan latihan soal dan Tanya jawab, kemudian diakhiri

dengan pemberian 10 mufradat baru yang harus dihafalkan oleh peserta didik dan

wajib digunakan dalam percakapan sehari-hari. Apabila ditemukan peserta didik

yang tidak berbicara dengan menggunakan bahasa Arab maka akan dikenakan

sanksi berupa insya’ dengan tema yang telah ditentukan oleh Qismul Lughah.

Sedangkan untuk kegiatan yang melatih kemahiran berbahasa peserta didik

terbentuk dalam kegiatan khatabah (pidato berbahasa Arab), mujadalah (debat

bahasa Arab), munaqasyah (diskusi bahasa Arab) dan taqdiimul qissah (bercerita

dalam bahasa Arab) untuk maharah kalam (keterampilan berbicara), qira’atul

anba’ (membaca berita) untuk maharah qira’ah (keterampilan membaca), istima’

al-ghinaa’ al-arabayyiah (mendengarkan lagu berbahasa Arab) untuk maharah

istima’ (keterampilan menyimak), sedangkan untuk maharah kitabah

(keterampilan menulis) terletak pada proses penulisan naskah di semua kegiatan.

Seperti yang kita ketahui, dalam mempelajari bahasa Arab tentu ada aturan

yang harus diikuti. Aturan tersebut sering kita sebut dengan ilmu nahwu dan ilmu

sharaf. Ilmu nahwu adalah salah satu cabang dari ilmu bahasa Arab yang membahas

tentang bagaimana menyusun kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab, baik

yang berkaitan dengan letak kata dalam suatu kalimat atau kondisi kata (harakat

akhir dan bentuk) dalam suatu kalimat. Selain ilmu nahwu, ilmu penting yang wajib

dipelajari untuk pemula adalah ilmu sharaf. Kedua cabang ilmu ini wajib dipelajari

oleh para pemula. Karena dengan kedua ilmu ini, kita dapat mengetahui dan

memahami bagaimana cara membuat kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa

Arab.

Fokus pembahasan ilmu nahwu ialah pada bagaimana kita merangkai kata-

kata menjadi sebuah kalimat yang sempurna, baik dari susunan kata tersebut atau

perubahan akhir setiap kata dalam kalimat yang dikenal dengan istilah i’rab.

Sedangkan ilmu sharaf fokus pada perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang

lain yang dikenal dengan istilah tashrif. Dengan ilmu sharaf, kita bisa mengetahui

bentuk kata yang sesuai untuk digunakan dalam suatu kalimat.

Ilmu nahwu adalah ilmu yang wajib dikuasai untuk bisa memahami kaidah

penyusunan kalimat dalam bahasa Arab. Bahasa Arab memiliki pola kalimat yang

Page 11: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 325

berbeda dengan bahasa Indonesia, karena ia tidak hanya berbicara tentang susunan

kata dalam suatu kalimat, tetapi juga berbicara tentang keadaan huruf terakhir dari

suatu kata yang ada pada suatu kalimat. Bila keadaan huruf terakhir suatu kata

berbeda, maka berbeda pula maknanya.

Ilmu sharaf adalah salah satu cabang ilmu penting yang harus dikuasai

dalam mempelajari bahasa Arab. Dengan ilmu ini, kita dapat mengetahui bentuk

perubahan dari suatu kata. Contohnya untuk kata “melakukan” atau “berbuat” (

(فعل

لاتفعل –افعل –مفعول –فاعل –فعلا –يفعل –فعل

Dari kanan ke kiri:

Telah melakukan – sedang (akan) melakukan – perbuatan – orang yang

melakukan – yang dilakukan – lakukanlah! – jangan kamu lakukan!

Ilmu sharaf adalah ilmu yang menerangkan tata cara merubah suatu kata

dari satu bentuk ke bentuk yang lain untuk menghasilkan makna yang berbeda-

beda. Contohnya merubah kata كتب (telah menulis) menjadi يكتب (sedang

menulis), dan Ilmu sharaf atau dikenal dengan tashrif secara bahasa .(penulis) كاتب

memiliki arti perubahan. Adapun secara istilah adalah ilmu yang mempelajari

bentuk dan keadaan beberapa bentuk kata (bina’) yang meliputi jumlah huruf,

harakat dan sukunnya seperti bentuk kata fi’il madhi (kata kerja lampau), fi’il

mudhari’ (kata kerja sekarang atau akan), masdar (kata benda), isim fa’il (orang

yang melakukan perbuatan), isim maf’ul (yang dikenai perbuatan), fi’il amr (kata

perintah), fi’il nahyi (kata larangan), dan bentuk kata yang lain.

Dalam melatih kemampuan anggota untuk berkomunikasi menggunakan

bahasa Arab, Lembaga Pengembangan Bahasa Asing ini selalu menekankan kepada

anggota untuk berani berbicara, meskipun terkadang kaidah yang digunakan kurang

tepat. Tujuan utama dari metode seperti ini adalah pelajar bahasa arab mampu

berkomunikasi menggunakan bahasa arab dengan lancar, oleh karena itu pendidik

mengenalkan bahasa arab kepada pelajar dengan memberikan kosakata atau yang

biasa kita kenal dengan mufrodat yang dibutuhkan dalam sehari-hari. Setelah

mengenalkan mufrodat kepada pelajar, maka pelajar diharuskan menggunakan atau

mengaplikasikan mufrodat yang sudah diketahui dalam berkomunikasi sehari-hari.

Seiring berjalannya waktu, pendidik mengenalkan terkait tarkib kepada pelajar.

Tarkib yang diajarkan adalah ilmu nahwu dan ilmu sharaf yang berguna untuk

menjadikan kalimat lebih mudah dipahami. Hal ini menyebabkan pelajar susah

mengaplikasikan ilmu nahwu dan ilmu sharaf dalam berkomunikasi sehari-hari

dengan menggunakan bahasa Arab, dikarenakan mereka sudah terbiasa dengan

Page 12: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 326

kesalahan-kesalahan kecil yang dimulai sejak awal mula mereka mempelajari

bahasa Arab. Seperti contoh: pelajar bermaksud menyampaikan

درسة ى الم

ل هب ا

ذ

(saya pergi kesekolah)أ

namun yang terucapkan adalah:

ى مدرسة

ل هب ا

ا ذ

ن (saya pergi kesekolah) ا

Dari contoh tersebut, apabila kita membahas tentang ilmu sharaf, dapat

diidentifikasi bahwa:

هب ذ

ا fi'il mudhari' yang ber-dhamir : أ

ن (bermakna saya) ا

Fi'il mudhari' adalah fi'il (kata kerja) yang didahului oleh huruf mudhara'ah

dan memiliki zaman hal (sedang) atau istiqbal (akan).

Adapun huruf mudhara'ah dibagi menjadi 4, berikut pembagian serta

masing-masing fungsinya:

Hamzah ( أ ) : orang yang berbicara tunggal ( م ) :Contoh . وحدةللمتكل

Saya sedang atau akan memukul : أضرب

Lafadz أضرب disebut sebagai fi'il mudhari' karena didahului oleh huruf

mudhara'ah berupa hamzah. Karena huruf mudhara'ah yang digunakan adalah

hamzah, maka ia menunjukkan orang yang berbicara tunggal.

Nun ( ن ( : orang yang berbicara bersama orang lain ( م مع الغير dan ( للمتكل

mengagungkan diri sendiri ( :Contoh .( للمعظم نفسه

Kami atau kita sedang atau akan memukul : نضرب

Lafadz نضرب disebut sebagai fi'il mudhari' karena didahului oleh huruf

mudhara'ah berupa nun. Karena huruf mudhara'ah yang digunakan adalah nun,

maka ia menunjukkan orang yang berbicara bersama orang lain atau menunjukkan

pengagungan diri sendiri.

Ya' ( ي) : orang laki-laki yang dibicarakan للغائب ) ). Contoh:

Dia laki-laki tunggal sedang atau akan memukul: يضرب

Page 13: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 327

Lafadz يضرب disebut sebagai fi'il mudhari' karena didahului oleh huruf

mudhara'ah berupa ya'. Karena huruf mudhara'ah yang digunakan adalah ya',

maka ia menunjukkan orang laki-laki yang dibicarakan.

Ta' ( (ت : orang perempuan yang dibicarakan للغائبة ) ) dan orang laki-laki

yang diajak bicara للمخاطب ) ) . Contoh:

Dia perempuan tunggal sedang atau akan memukul : تضرب

Lafadz تضرب disebut sebagai fi'il mudhari' karena didahului oleh huruf

mudhara'ah berupa ta'. Karena huruf mudhara'ah yang digunakan adalah ta', maka

ia menunjukkan orang perempuan yang dibicarakan atau orang laki-laki yang diajak

bicara.

Dari contoh tersebut apabila kita membahas tentang ilmu nahwu, dapat

diidentifikasi bahwa:

ىل huruf jar : ا

درسة kalimat isim yang dibaca jar (majrur) : الم

Seperti yang sudah diketahui bahwa huruf jar adalah suatu kata depan dalam

bahasa Arab yang tidak dapat mempunyai makna jika tidak dapat bergabung dengan

kata yang lain dalam suatu kalimat. Dwiyanti menyampaikan bahwa, huruf jar

adalah huruf yang menyebaban isim atau kalimat yang ada setelahnya wajib dalam

keadaan jar (berharakat kasrah). Sedangkan jar majrur adalah susunan kalimat isim

yang dibaca jar (berharakat kasrah) karena dimasuki atau diawali oleh huruf jar.

Adapun huruf jar adalah sebagai berikut:

–تاؤ القسم –اللام –ك –في –على –عن –حتى –الى –من –الباء

.لعل –متى –كي –حاش –عد –خلا –رب –مذ –منذ –واو القسم

Dari sini dapat dianalisis bahwa, pelajar masih belum mampu

mengaplikasikan ilmu nahwu yang telah diberikan oleh pendidik. Dari contoh

tersebut kata yang seharusnya berbunyi هبذ

pelajar masih (adzhabu) أ

mengucapkan dalam bentuk هبا ذ

ن selanjutnya terdapat susunan .(ana dzahaba) ا

kata jar majrur yang seharusnya berbunyi درسةى الم

ل namun (ila al-madrasati) ا

pelajar masih mengucapkan dalam bentuk ى مدرسة

ل .(ila madrasata) ا

Page 14: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 328

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa pelajar masih belum memasukkan

ilmu sharaf dan ilmu nahwu yang sudah didapatkan kedalam kalimat atau mufrodat

yang disampaikan, bahkan untuk hal-hal yang sudah menjadi dasar dalam ilmu

nahwu dan ilmu sharaf seperti yang sudah kami uraikan.

KESIMPULAN

Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Lembaga

Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) dapat dijadikan sebagai solusi belajar bahasa

Arab bagi pemula, hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara Lembaga

Pengembangan Bahasa Asing tersebut menciptakan bi’ah arabiyyah dan

melatihkan empat kemahiran berbahasa kepada para peserta didik sehingga mereka

mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Arab dengan fasih dan lancar.

Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) ini mampu mencetak peserta didik

yang mahir berkomunikasi dengan bahasa Arab dikarenakan bi’ah arabiyyah yang

mereka kembangkan dan juga kegiatan-kegiatan yang mendukung untuk melatih

kemahiran berbahasa Arab para anggota Lembaga Pengembangan Bahasa Asing

(LPBA).

Salah satu aspek keberhasilan peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab

adalah lingkungan yang mendukung untuk belajar bahasa Arab dan juga kegigihan

dan kemauan peserta didik untuk mempelajari bahasa Arab tersebut.

DAFTAR RUJUKAN

Azwar, Saifuddin. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dhofier, Zamakhsyari. 2011. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai

dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES

Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya

Makruf, Imam. 2016. Manajemen Integrasi Pembelajaran Bahasa Arab di

Madrasah Berbasis Pondok Pesantren Pesantren. Cendekia, Vol 14

Munir. 2017. Perencanaan Sistem Pengajaran Bahasa arab. Jakarta: Kencana

Nuha, Ulin. 2016. Ragam Metodologi & Media Pembelajaran Bahasa Arab.

Yogyakarta: DIVA Press

Nurhidayati & Ridhwan, Nur Anisah. 2014. Strategi Pembelajaran Bahasa

Arab untuk Anak. Malang: Bintang Sejahtera Press

Rohman, Fathur. 2015. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang:

Madani Media

Page 15: LEMBAGA PENGEMBANGAN BAHASA ASING (LPBA) SEBAGAI …

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 329

Rozak, Abdul. 2018. Modernisme Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis

Pesantren di Rangkasbitung Banten. Arabi: Journal of Arabic Studies, 3 (2)

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian

Gabungan. Jakarta : Prenadamedia Group