LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan...

28
Pengambilan Keputusan Kebijakan Publik Dibidang Pangan yang Dilandasi Oleh Nilai-nilai Sismennas Dapat Meningkatkan Kemandirian Bangsa. Oleh : Zulkarnain. A. Pendahuluan. Sebagaimana dikemukakan dalam literatur bahwa Sistem Mananjemen Nasional (Sismennas) adalah “Sistem Mananjemen” yang diterapkan dalam organisasi negara. Artinya Sismennas sebagai suatu piranti atau sistem yang padu dalam pengelolaan dan penyelenggaraan segala kegiatan Nasional (Negara) baik pada tingkat pusat maupun daerah dan hubungan diantaranya yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat oleh Negara atau pemerintah. Sismennas sebagai suatu sistem pada dasarnya merupakan suatu totalitas (holistik), keterpaduan (integralistik) dari elemen yang mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan bersama berupa : 1. Mengembangkan wawasan strategik. 2. Meningkatkan keterpaduan dan kerja sama antar lembaga, antar bidang, antar sektor, antar wilayah, antar pemerintah misalnya pusat dengan daerah dan antar kementerian/ lembaga dan antar pemerintah dan masyarakat. 3. Mendukung proses penyempurnaan kelembagaan guna mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggung jawab (good governance dan clean goverment) 4. Mengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. 1 Inti dari Sismennas dikatakan adalah pengambilan keputusan dimana dalam proses Sismennas disebut sebagai 1 Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay B.S. Sismennas PPRA XLVII, Jakarta, 2012.

Transcript of LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan...

Page 1: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

Pengambilan Keputusan Kebijakan Publik Dibidang Pangan yang Dilandasi Oleh Nilai-nilai Sismennas Dapat Meningkatkan Kemandirian Bangsa.

Oleh : Zulkarnain.

A. Pendahuluan.

Sebagaimana dikemukakan dalam literatur bahwa Sistem Mananjemen

Nasional (Sismennas) adalah “Sistem Mananjemen” yang diterapkan dalam

organisasi negara. Artinya Sismennas sebagai suatu piranti atau sistem yang

padu dalam pengelolaan dan penyelenggaraan segala kegiatan Nasional

(Negara) baik pada tingkat pusat maupun daerah dan hubungan diantaranya

yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat oleh Negara atau

pemerintah. Sismennas sebagai suatu sistem pada dasarnya merupakan suatu

totalitas (holistik), keterpaduan (integralistik) dari elemen yang mempunyai fungsi

masing-masing untuk mencapai tujuan bersama berupa :

1. Mengembangkan wawasan strategik.

2. Meningkatkan keterpaduan dan kerja sama antar lembaga, antar bidang, antar sektor, antar wilayah, antar pemerintah misalnya pusat dengan daerah dan antar kementerian/ lembaga dan antar pemerintah dan masyarakat.

3. Mendukung proses penyempurnaan kelembagaan guna mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggung jawab (good governance dan clean goverment)

4. Mengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. 1

Inti dari Sismennas dikatakan adalah pengambilan keputusan dimana dalam

proses Sismennas disebut sebagai Tatanan Pengambilan Keputusan

Berkewenangan (TPKB). Berkaitan dengan hal ini Sismennas tidak bisa

dipisahkan dengan “Kepemimpinan”. Dalam Sismennas ada fungsi pemilihan

kepemimpinan, yang berperan untuk menampilkan seseorang atau sekelompok

orang sebagai suatu kelembagaan yang mendapat kepercayaan serta

pengakuan dari masyarakat untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan

kepentingan masyarakat. Artinya disini Sismennas akan memberikan kontribusi

besar terhadap “pemilihan kepemimpinan” melalui pengambilan keputusan

kebijakan publik yang baik dan para pemimpin tersebut yang berada pada bidang

1 Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay B.S. Sismennas PPRA XLVII, Jakarta, 2012.

Page 2: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

2

apapun, aspek apapun akan memberikan kontribusi besar pada proses

Sismennas dengan baik khususnya dalam pengambilan keputusan itu sendiri.

Jadi dalam hal ini Kepemimpinan dan Sismennas akan saling mengisi dan kait

mengkait lebih-lebih dalam hal pengambilan keputusan kebijakan publik sebagai

inti dari Sismennas.

Dalam proses pengambilan keputusan dalam Sismennas itu berupa proses

menetapkan kebijakan-kebijakan nasional baik berupa kebijakan publik untuk

menjalankan roda pemerintahan serta kebijakan pembangunan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.

Dalam buku literatur menurut Sondang P. Siagian dalam bukunya “Teori dan

Praktek Pengambilan Keputusan” menyatakan bahwa seorang pemimpin harus

memiliki keberanian untuk mengambil keputusan. Keberanian itu diperoleh jika

seorang pemimpin mengetahui tujuan dari organisasi, mempunyai kemampuan

analitis, memiliki pengetahuan yang mendalam tentang dirinya sendiri dan

mendalami perilaku bawahannya. Lebih lanjut dikatakan pengambilan keputusan

baik apabila memenuhi syarat-syarat yaitu rasional, logis, realistis dan prakmatis.

Keputusan tersebut juga akan baik apabila dapat menggabungkan tiga jenis

pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan yang didasarkan pada teori dan asas-asas alamiah.2. Memamfaatkan kemampuan berpikir intuitif yang kreatif, inisiatif, inovatif

dengan melibatkan emosional.3. Berlandaskan pengalaman pengambilan keputusan dimasa lalu, baik yang

berhasil, kurang berhasil dan gagal. 2

Selanjutnya dalam Sismennas dikatakan kebijakan publik (public policy)

adalah kebijakan nasional berkaitan dengan fungsi penyelenggaraan pemerintah.

Bentuk kebijakan publik ini adalah aturan perundang-undangan secara hirarki

mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah, norma, patokan, mpedoman

maupun kebijakan nasional lainnya yang mengikat seluruh rakyat dan

penyelenggara negara.

Setelah sedikit memahami tentang pengambilan keputusan dan kebijakan

publik dalam Sismennas maka sebagai identifikasi masalah dalam essay ini

adalah, Apakah Pengambilan Keputusan Kebijakan Publik Dibidang Pangan

yang Dilandasi Oleh Nilai-nilai Sismennas Akan Dapat Meningkatkan

2 Lemhannas R.I., Pokja B.S. Sismennas, Sismennas dalam Penyelenggaraan Negara, Jakarta, 2012, hal. 17.

Page 3: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

3

Kemandirian Bangsa ?. Dari identifikasi masalah ini beberapa rumusan masalah

yang perlu dijawab adalah : 1. Nilai-nilai Sismennas dalam pengambilan

Keputusan Kebijakan Publik, 2. Beberapa permasalahan dibidang pangan dan 3.

Analisis meningkatnya Kemandirian Bangsa.

B. Pembahasan.

Untuk membuktikan apakah pengambilan keputusan kebijakan publik

dibidang pangan yang dilandasi oleh nilai-nilai sismenas akan meningkatkan

kemandirian bangsa tentu perlu mengetahui lebih dahulu beberapa hal seperti

nilai-nilai Sismennas sendiri dalam pengambilan keputusan dan kebijakan publik.

Disamping itu juga perlu diketahui tentang beberapa permasalah ketahanan

pangan sehingga membutuhkan kebijakan publik.

1. Nilai-nilai Sismennas dalam Pengambilan Keputusan Kebijakan Publik.

Jika kita memperhatikan tentang Sismennas maka ada beberapa

hal yang bersifat esensi atau sebagai nilai-nilai dalam Sismennas itu

sendiri, yaitu :

a. Pendekatan kesisteman. Jika kita melihat dalam pengelolaan

organisasi negara adalah sebagai sebuah sistem, dimana seluruh

unsur dan bagian-bagian dalam sistem akan saling berkorelasi dan

terorganisir untuk bersama-sama mencapai tujuan.

b. Sismennas secara tegas dikatakan dalam tatanan kehidupan nasional

dan dalam memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara

berlandaskan pada Pancasila sebagai landasan falsafati. Ini artinya

nilai-nilai yang ada dalam Pancasila haruslah mendasari dari

Sismennas. Dalam literatur setidaknya nilai-ilai utama Pancasila antara

lain :

Pertama, tauhid, toleransi, pluralistik, moderat dan seimbang. Dengan Tauhid sebagai nilai pertama, kita menghayati ke Esa-an Tuhan dari perspektif agamanya masing-masing dan tidak diperkenankan untuk melakukan perbandingan apalagi menilai agama lain. Ketauhidan ini tepatnya untuk membangun kehidupan yang relijius berdasarkan nilai-nilai agama masing-masing dan bukan berarti harus menyamakan semua agama. Kedua, toleransi (Tasamuh) terutama dalam kehidupan beragama dan bersuku bangsa, akan meminimalisir terjadinya politisasi agama, radikalisme agama dan primordialisme kedaerahan. Jika sikap

Page 4: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

4

keberagaman tidak memiliki nilai-nilai tasamuh, tentu akan membentuk fanatisme yang berlebihan. Ketiga, Pluralistik (Ta’addudiyah) bahwa suatu pengakuan atas berbagai perbedaan agama, berbagai bangsa, suku, ras dan lain sebagainya agar selalu berhubungan dan menjalin ta’aruf (komunikasi dan solidaritas), merupakan prasarana utama bagi tegaknya toleransi. Keempat, moderat (Tawasuth), bahwa sikap moderat ini terkait dengan sikap keterbukaan bangsa Indonesia terhadap berbagai perkembangan dunia. Namun demikian, sikap modernisasi ini tidak berjalan sendiri. Selain berdasarkan prinsip-prinsip relijius dan pluralis, juga dibarengi dengan keseimbangan (tawazun) dan keadilan. Kelima, Tawazun, memberikan suatu batas bagi kebebasan (liberalisme) agar tidak kebablasan dan sangat dibutuhkan agar tidak memunculkan sifat fanatisme, ekstrimisme dan radikalisme. Dalam kaitan ini reorientasi dan reaktualisasi falsafah Negara Pancasila lewat pendekatan tauhid, tasamuh, ta’addudiyah, tawasuth dan tawazun menjadi cukup kontekstual dan perlu dicoba untuk diimplementasikan dalam menghadapi dinamika ideologi dunia.3

c. Sismennas berlandaskan pada UUD 1945. Ini berarti bahwa

Sismennas haruslah menjadikan UUD 1945 sebagai landasan

konstitusional sebagai sumber hukum dalam pengambilan keputusan

kebijakan publik haruslah berlandaskan pada konstitusi negara

tersebut.

d. Sismennas dikatakan juga berlandaskan pada Wawasan Nusantara. Ini

artinya nilai-nilai dasar yang ada pada Wawasan Nusantara sebagai

landasan visional mengandung nilai-nilai persatuan dan kesatuan

wilayah, bangsa dan negara juga sebagai nilai-nilai Sismennas.

e. Sismennas berlandaskan pada Ketahanan Nasional sebagai landasan

konsepsional dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan keamanan.

Tata Nilai Dalam Sismennas.

Dikatakan bahwa tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara

yang harmonis menuntut suatu persyaratan yaitu terpeliharanya suasana

ketertiban, keteraturan dan ketentraman disetiap aspek dan sendi

kehidupan. Sebagai persyaratan harus ada ketertiban administrasi pada

Tata Administrasi Negara (TAN) dan Tata Laksana Pemerintah (TLP).

Selanjutnya perlu adanya ketertiban politik pada Tata Politik Nasional

(TPN) maupun perlu adanya ketertiban sosial pada Tata Kehidupan

Masyarakat (TKM). Ini semua dapat terujud melalui keberadaan peraturan

3 Lemhannas R.I., Pokja B.S. Idiologi, Idiologi Pancasila, Jakarta, 2012, hal. 93.

Page 5: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

5

perundang-undangan tertentu sebagai bagian dari kebijakan publik dan

keluaran dari Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB).

Tata Nilai Sismennas adalah suatu usaha menyeluruh dengan

memadukan faktor karsa, sarana dan upaya untuk memberdayakan,

mengubah, meningkatkan potensi menjadi kemampuan nasional yang

mampu mengatasi berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi. Faktor

Karsa, faktor Karsa atau keinginan/ kehendak yang ingin dicapai yang

berperan sebagai pemberi arah untuk mencapai tujuan, dalam realisasinya

sebagai visi ataupun misi. Faktor Sarana, faktor sarana merupakan

perwadahan dan pemberdayaan dari kekuatan nyata atau segenap

potensi sumber daya yang diperlukan dalam proses mencapai tujuan.

Faktor Upaya, faktor upaya atau cara merupakan proses pengambilan

keputusan dari berbagai dimensi (multi dimentional decision making

process) melalui tranformasi dari faktor sarana atau potensi menjadi faktor

karsa atau kemampuan sesuai yang telah ditentukan.

Struktur Sismennas.Secara struktural unsur-unsur utama Sismennas tersusun atas empat

tatanan (setting). Urutan susunan dari dalam ke luar, adalah : (1) Tata Laksana Pemerintahan (TLP); (2) Tata Administrasi Negara (TAN); (3) Tata Politik Nasional (TPN); dan (4) Tata Kehidupan Masyarakat (TKM).

Tata Laksana Pemerintahan (TLP) dan Tata Administrasi Negara (TAN) merupakan tatanan dalam Sismennas (Inner Setting), dimana proses manajemen berpangkal dan merupakan pusat dari rangkaian pengambilan keputusan yang berkewenangan. Kata berkewenanagan dimaksudkan bahwa keputusan yang diambil dilandasi oleh hukum, bersifat mengikat bagi seluruh anggota masyarakat dan dapat dipaksakan dengan sanksi-sanksi. Oleh karena itu, tatanan dalam (TAN dan TLP) merupakan tatanan yang disebut dengan ”Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB)” yang merupakan inti Sismennas.

Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) dan Tata Politik Nasional (TPN) merupakan tatanan luar Sismennas (Outer Setting), merupakan faktor lingkungan dari tatanan dalam, sebagai sumber aspirasi kepentingan rakyat dan sumber kepemimpinan nasional.4

4 Lemhannas R.I., Pokja B.S. Sismennas, Sub B.S Sismennas dan Fungsi Pokok Sismennas, Jakarta, 2012, hal. 8.

Page 6: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

6

Visualisasi Tata Nilai Sismennas.5

Persandingan Struktur Sismennas dengan Ketatanegaraan Indonesia.

a. Negara disamakan dengan “organisasi kekuasaan” yang mempunyai hak

memaksa dan mengatur.

b. Pemerintah disamakan dengan “Manajer atau Penguasa” yang berperan

mengelola negara dan menjalankan pemerintahan.

c. Bangsa Indonesia disamakan dengan “pemilik negara” yang menentukan

sistem nilai atau menetapkan arah.

d. Masyarakat disamakan dengan “penunjang dan pemakai” yaitu sebagai

penerima dan penilai hasil penyelenggaraan fungsi pemerintahan.

Fungsi Sismennas.

Fungsi pokok Sismennas adalah pemasyarakatan politik, yaitu suatu pengenalan (adaptasi) dan penyesuaian (adjustment) untuk menumbuhkan pemahaman hak dan kewajiban masyarakat terhadap negara sebagai organisasi. Pemasyarakatan politik perlu ditumbuh-kembangkan dalam masyarakat sebagai upaya menemukan keseimbangan karena adanya interaksi yang datang dari bawah, yaitu dari lingkungan masyarakat atau tatanan luar (Outer Setting), yang memperjuangkan kepentingan dan aspirasi sebagai haknya dengan tatanan dalam (Inner Setting) sebagai pengolah dan pemutus kebijakan-kebijakan yang harus dipatuhi dan menjadi kewajiban masyarakat untuk melaksanakannya.

5 Ibid, hal. 8.

Page 7: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

7

Proses Sismennas.

Proses Sismennas adalah siklus pengambilan keputusan yang

diawali dari arus masuk (input) kemudian berproses dalam Tata

Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB) kemudian dihasilkan

kebijakan pemerintah atau arus keluar (output) dan menjadi kemamfaatan

(outcome).

Sesuatu yang disoroti dalam essay ini adalah arus keluar atau

output dari proses atau Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan

dengan hasil yang diharapkan adalah :

a. Aturan, norma, patokan, pedoman dan lain sebagainya atau disebut “kebijakan umum (public policies)”;

b. Penyelenggaraan, penerapan, penegakan, ataupun pelaksanaan berbagai kebijakan nasional yang lazimnya dijabarkan dalam sejumlah program dan berbagai kegiatan;

c. Penyelesaian segala macam perselisihan, pelanggaran, dan penyelewengan yang timbul sehubungan dengan penentuan, penerapan, penegakan, dan penyelenggaraan kebijakan umum serta program dan kegiatan, dalam upaya mewujudkan tertib hukum.6

Dari pemahaman di atas, pada Arus Keluar terdapat tiga fungsi utama,

yaitu : Pembuatan Aturan (rule making), Penerapan Aturan (rule aplication),

Penghakiman Aturan (rule adjudication), yang mengandung arti penyelesaian

perselisihan berdasarkan penentuan kebenaran peraturan yang berlaku.

Kebijakan Publik.

Dari berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy, yaitu suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi (Nugroho R., 2004, 1-7).

Aturan atau peraturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan suatu hukum. Akan tetapi tidak hanya sekedar hukum namun kita harus memahaminya secara utuh dan benar. Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan bersama dipandang perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik yang harus dilakukan dan disusun serta disepakati oleh para pejabat yang berwenang. Ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu kebijakan publik; apakah menjadi Undang-Undang, apakah menjadi Peraturan Pemerintah atau Peraturan

6 Ibid, hal. 12.

Page 8: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

8

Presiden termasuk Peraturan Daerah maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang harus ditaati. 7

2. Masalah dan Tantangan Ketahanan Pangan.

Berdasarkan beberapa literatur seperti misalnya bahan ajaran yang

disampaikan Dr. Ir. Hermanto, MS (Sekretaris Badan Ketahanan Pangan)

kepada para peserta PPRA 48 tanggal 28 Maret 2012 di Lemhannas R.I

dan beberapa literatur lain yang dapat kita kumpulkan secara umum

permasalahan dan tantangan Ketahan Pangan di Indonesia antara lain

menyangkut beberapa aspek, yaitu :

a. Aspek Kertersediaan Pangan. Masalah pokok dari aspek ini

disebabkan semakin terbatas dan menurunnya produksi dan daya

saing pangan nasional. Hal ini disebabkan oleh faktor tehnis dan

sosio-ekonomi, antara lain.

1) Semakin berkurangnya areal lahan pertanian karena derasnya alih

fungsi lahan pertanian ke non pertanian seperti untuk kawasan

industri dan perumahan.

2) Produktifitas pertanian yang relatif rendah dan tidak meningkat.

3) Penggunaan tehnologi produksi yang belum efektif dan efisien.

4) Infrastruktur pertanian (irigasi) yang tidak bertambah selama krisis

dan kemampuannya semakin menurun.

5) Masih tingginya proporsi kehilangan hasil pada penanganan pasca

panen (10-15%).

6) Kegagalan produksi karena faktor iklim seperti El-Nino yang

berdampak pada musim kering yang panjang di wilayah Indonesia

dikala musim kemarau dan banjir dikala musim hujan.

7) Penyediaan sarana produksi yang belum sepenuhnya terjamin oleh

pemerintah.

8) Sulitnya mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam produksi

pangan karena besarnya jumlah petani kecil (21 juta rumah tangga

7 http://abdiprojo.blogspot.com/2010/04/pengertian-kebijakan-publik, diunduh 1 Mei 2012.

Page 9: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

9

petani) dengan lahan produksi luas areal atau lahan yang semakin

sempit dan terfragmentasi (laju 0,5%/ tahun).

9) Tidak adanya jaminan dan pengaturan harga produk pangan yang

wajar dari pemerintah kecuali beras.

10)Tata niaga produk pangan yang belum pro petani termasuk

kebijakan tarif impor yang melindungi kepentingan petani.

11)Terbatasnya devisa untuk impor pangan sebagai alternatif terakhir

bagi penyediaan pangan.

b. Aspek Distribusi Pangan.

1) Belum memadainya infrastruktur, prasarana distribusi darat dan

antar pulau yang dapat menjangkau seluruh wilayah konsumen.

2) Belum merata dan memadainya infrastruktur pengumpulan,

penyimpanan dan distribusi pangan, kecuali beras.

3) Sistem distribusi pangan yang belum efisien.

4) Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar wilayah dan

antar musim menuntut kecermatan dalam mengelola sistem

distribusi pangan agar pangan tersedia sepanjang waktu diseluruh

wilayah konsumen. 

5) Belum berperannya kelembagaan pemasaran hasil pangan secara

baik dalam menyangga kestabilan distribusi dan harga pangan.

6) Masalah keamanan jalur distribusi dan pungutan resmi pemerintah

pusat dan daerah serta berbagai pungutan lainnya sepanjang jalur

distribusi dan pemasaran telah menghasilkan biaya distribusi yang

mahal dan meningkatkan harga produk pangan.

c. Aspek konsumsi Pangan.

1) Belum berkembangnya teknologi dan industri pangan berbasis

sumber daya pangan lokal.

2) Belum berkembangnya produk pangan alternatif berbasis sumber

daya pangan lokal.

3) Tingginya konsumsi beras per kapita per tahun (tertinggi di dunia

diatas 100 kg, Thailand 60 kg, Jepang 50 kg).

Page 10: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

10

4) Kendala budaya dan kebiasaan makan pada sebagian daerah dan

etnis sehingga tidak mendukung terciptanya pola konsumsi

pangan dan gizi seimbang serta pemerataan konsumsi pangan

yang bergizi bagi anggota rumah tangga.

5) Rendahnya kesadaran masyarakat, konsumen maupun produsen

atas perlunya pangan yang sehat dan aman.

6) Ketidakmampuan bagi penduduk miskin untuk mencukupi pangan

dalam jumlah yang memadai sehingga aspek gizi dan keamanan

pangan belum menjadi perhatian utama.

d. Aspek Pemberdayaan Masyarakat.

1) Keterbatasan prasarana dan belum adanya mekanisme kerja yang

efektif di masyarakat dalam merespon adanya kerawanan pangan,

terutama dalam penyaluran pangan kepada masyarakat yang

membutuhkan.

2) Keterbatasan keterampilan dan akses masyarakat miskin terhadap

sumber daya usaha seperti permodalan, teknologi, informasi pasar

dan sarana pemasaran meyebabkan mereka kesulitan untuk

memasuki lapangan kerja dan menumbuhkan usaha.

3) Kurang efektifnya program pemberdayaan masyarkat yang selama

ini bersifat top-down karena tidak memperhatikan aspirasi,

kebutuhan dan kemampuan masyarakat yang bersangkutan.

4) Belum berkembangnya sistem pemantauan kewaspadaan pangan

dan gizi secara dini dan akurat dalam mendeteksi kerawanan

pangan dan gizi pada tingkat masyarakat.

e. Aspek Manajemen.

Keberhasilan pembangunan ketahanan dan kemandirian

pangan dipengaruhi oleh efektifitas penyelenggaraan fungsi-fungsi

manajemen pembangunan yang meliputi aspek perencanan,

pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta koordinasi

berbagai kebijakan dan program. Masalah yang dihadapi dalam aspek

manajemen adalah :

a. Terbatasnya ketersediaan data yang akurat, konsisten , dipercaya

dan mudah diakses yang diperlukan untuk perencanaan

Page 11: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

11

pengembangan kemandirian dan ketahanan pangan. Dalam

bahasa Sismennas disebut Sistem Informasi Nasional (Simnas)

yang belum terintegrasi dengan baik dan datanyapun belum

akurat.

b. Belum adanya jaminan perlindungan bagi pelaku usaha dan

konsumen kecil di bidang pangan.

c. Lemahnya koordinasi dan masih adanya iklim egosentris dalam

lingkup instansi dan antar instansi, subsektor, sektor, lembaga

pemerintah dan non pemerintah, pusat dan daerah dan antar

daerah.

3. Beberapa Kebijakan Publik yang Sudah Ada Dibidang Pangan berupa

Peraturan Perundang-undangan.

Berdasarkan beberapa literatur seperti dari website Kementerian Hukum

dan HAM http://www.djpp.depkumham.go.id/kerja/lncari.php?c=pangan ada

beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah Pangan,

yaitu :

a. Undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan. UU ini mengatur

tentang pangan yang pembuatannya didasarkan pada beberapa pasal

dalam UUD 1945 (amandemen), yaitu : pasala 5 (1) tentang hak

Presiden mengajukan rancangan UU, pasal 20 (1) tentang kekuasaan

DPR membentuk UU, pasal 27 (2) tentang hak tiap-tiap warga negara

atas pekerjaannya dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan

pasal 33 tentang perekonomian negara disusun sebagai usaha

bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

UU ini bertujuan mengatur, membina dan mengawasi masalah pangan

agar :

1) Tersediannya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia.

2) Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab; dan

3) Terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.8

b. Kepres nomor 41 tahun 2001 tentang Dewan Bimbingan Massal

Ketahanan Pangan.

8 ______ UU R.I. Nomor 7 tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal 3.

Page 12: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

12

c. Kepres nomor 132/ 2001 tentang Dewan Ketahanan Pangan. Dewan

Ketahanan Pangan ini dimasa Presidennya Megawati, yang pada

dasarnya keanggotaan tidak berbeda dengan Dewan Ketahanan

Pangan di era Presiden SBY.

d. Peraturan Pemerintah nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan

Pangan. PP ini dibuat atas dasar UUD 1945 (amandemen) pasal 5 (2)

dan sebagai penjabaran dari UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan.

e. PP nomor 28/ 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. PP ini

juga bagian dari penjabaran UU No. 7/ 1996 tentang Pangan.

f. UU nomor 4 tahun 2006 tentang Perjanjian Mengenai Sumber Daya

Genetik Tanaman Pangan dan Pertanian. Undang-undang ini

merupakan pengesahan terhadap “International Treaty on Plant Genetic

Resources for Food and Agriculture”.

g. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83/ 2006 tentang Dewan

Ketahanan Pangan. Perpres ini dibuat untuk mewujudkan Ketahanan

Pangan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 7/ 1996 tentang

Pangan dan sebagai kelanjutan dari Kepres No. 132/ 2001 tentang hal

yang sama yaitu Dewan Ketahanan Pangan (DKP). Perpres ini dibuat

atas dasar pasal 4 (1) UUD 1945 tentang Presiden sebagai pemegang

kekuasaan Pemerintah. Yang diatur dalam Perpres ini adalah

pembentukan, tugas dan susunan organisasi DKP. Salah satu tujuan

dibentuknya DKP ini adalah untuk membantu Presiden merumuskan

kebijakan dalam rangka mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional

dengan cakupan tugas meliputi masalah kegiatan dibidang penyediaan

pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman

pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi.

Ketua DKP adalah Presiden R.I dan Ketua Harian adalah Menteri

Pertanian, sedangkan Sekretaris merangkap anggota adalah Kepala

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Anggotanya ada 18

Kementerian dan Lembaga dan dalam Perpres ini juga diatur masalah

Dewan Ketahanan Pangan Provinsi, Kabupaten/ Kota dan Tata Kerja

dari pada DKP.

h. Perpres nomor 22/ 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganeka-

ragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.

Page 13: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

13

i. UU nomor 41/ 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan. UU ini dibuat atas dasar pertimbangan yang penting

yaitu

Bahwa lahan pertanian pangan merupakan bagian dari bumi sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Bahwa Indonesia sebagai negara agraris perlu menjamin penyediaan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan sebagai sumber pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dengan mengedepankan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan, kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional;

Bahwa negara menjamin hak atas pangan sebagai hak asasi setiap warga negara sehingga negara berkewajiban menjamin kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan. 9

Inti dari UU Nomor 41/ 2009 ini adalah melakukan perlindungan lahan

pertanian oleh pemerintah secara berkelanjutan dengan tujuan :

1) Melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; 2) Menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; 3) Mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan; 4) Melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani; 5) Meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan

masyarakat; 6) Meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani; 7) Meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak; 8) Mempertahankan keseimbangan ekologis; dan 9) Mewujudkan revitalisasi pertanian. 10

j. PP nomor 12/ 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan.

k. PP nomor 25/ 2012 tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan. PP ini sebagai penjabaran dari pasal 60 UU Nomor 41/

2009 Tentang PLPB dengan tujuan :

Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan bertujuan untuk:

a. Mewujudkan penyelenggaraan perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan secara terpadu dan berkelanjutan; dan

b. Menghasilkan data dan Informasi yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan yang digunakan sebagai dasar perencanaan, penetapan, pemanfaatan, dan pengendalian kawasan

9 ______ UU Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan (PLPB), Jakarta, 2012, Pertimbangan.10 ______ UU Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan, Pasal 3.

Page 14: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

14

serta lahan dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dapat diakses oleh Masyarakat dan Pemangku Kepentingan. 11

l. PP nomor 30/ 2012 tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan.

4. Analisis Pengambilan Keputusan Kebijakan Publik di Bidang Pangan

yang Dilandasi Oleh Nilai-nilai Sismennas Akan Meningkatkan

Kemandirian Bangsa.

Jika kita melihat nilai Sismennas yang mengutamakan sistem yang

artinya seluruh unsur dan bagian-bagian dalam sistem saling berkorelasi

dan terorganisir untuk mencapai tujuan, maka sesungguhnya ketika akan

mengambil keputusan kebijakan publik melalui arus masuk (input) dan

dalam proses Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB)

tidak akan ada masalah. Dapat dipastikan bahwa pengambilan keputusan

yang menyangkut kebijakan publik baik itu berupa peraturan perundang-

undangan ataupun kesepakatan lainnya akan sesuai dengan aspirasi

masyarakat, karena sudah melalui proses arus masuk yang seharusnya

melalui Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) maupun Tata Politik Nasional

(TPN). Permasalahannya sering kebijakan publik yang diambil belum

melalui proses arus masuk yang benar atau kebijakan publik itu

merupakan “rekayasa” kelompok tertentu yang cenderung mencederai

aspirasi masyarakat kebanyakan karena untuk kepentingan dan atau

keuntungan kelompok-kelompok tertentu tersebut dengan seolah-olah

mengatasnamakan Tata Kehidupan Masyarakat dan Tata Politik Negara.

Sismennas berdasarkan pada Pancasila sebagai landasan falsafati,

ini menyatakan bahwa nilai-nilai Pancasila juga melandasi Sismennas.

Misalnya nilai Tauhid (Ketuhanan) dan nilai toleransi akan memberikan

inspirasi bahwa kebijakan publik dibidang pangan misalnya masalah

konsumsi daging, tentu akan memperhatikan keyakinan umat beragama

seperti Islam yang hanya dapat mengkonsumsi bahan pangan yang halal,

demikian juga umat yang beragama Hindu tidak akan mengkonsumsi

pangan daging sapi misalnya. Kebijakan publik yang memperhatikan nilai-

nilai Ketuhanan dan toleransi ini tentu akan sangat aspiratif pada Tata

11 ______ Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Pasal 2.

Page 15: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

15

Kehidupan Masyarakat dan dengan demikian akan dapat dilaksanakan

dengan baik untuk kemudian memberikan kontribusi Ketahanan Pangan

dan kemudian kedaulatan pangan dan kemandirian bangsa itu sendiri.

Nilai pluralistik atau pengakuan atas berbagai perbedaan baik

agama, suku bangsa, ras dan sebagainya. Nilai ini juga tentu menerima

perbedaan kebiasaan masyarakat lokal dalam mengkonsumsi pangan

dikaitkan dengan kondisi geografi masing-masing. Misalnya orang Jawa

dan Sumatera bahan pangan pokoknya adalah beras karena memang

kondisi geografinya cocok untuk bercocok tanam padi. Masyarakat

Maluku sudah sejak lama dikenal pangan pokoknya adalah sagu, karena

memang secara geografis tanah Maluku banyak ditumbuhi tanaman sagu.

Masyarakat Nusa Tenggara pangan pokoknya sejak lama dikenal adalah

jagung karena memang kondisi tanahnya subur untuk ditanami jagung

pada waktu-waktu tertentu. Akan tetapi kondisi saat ini ada pergeseran

yang sangat drastis sekali, dimana masyarakat Indonesia sudah

mayoritas mengkonsumsi beras bahkan bagi masyarakat desa

mengkonsumsi beras sebagai sebuah “prestice”, sehingga banyak

masyarakat meninggalkan makan sagu atau jagung ataupun jenis-jenis

pangan lainnya seperti ubi-ubian. Kebijakan publik tentang konsumsi

pangan ini ditinjau dari nilai pluralistik perlu diperhatikan kembali,

sehingga disamping betul-betul memberdayakan lahan yang luas untuk

memproduksi pangan sebanyak-banyaknya secara proposional dan

secara swadaya juga perlu pengaturan diversifikasi pangan. Dengan

demikian nilai-nilai pluralistik akan memberikan pengambilan keputusan

kebijakan publik dibidang pangan tidak hanya memperhatikan

ketersediaan pangan, tetapi juga memperhatikan kemampuan

memproduksi secara swadaya secara proporsional dan dengan demikian

kedaulatan pangan akan terujud serta kemandirian bangsa akan semakin

kokoh.

Demikian juga nilai-nilai moderat dan nilai-nilai kebebasan terbatas

yang terkandung dalam Pancasila, akan mempengaruhi pengambilan

kebijakan publik dibidang pangan dengan sangat baik, yang

memperhatikan akan kehendak atau keinginan masyarakat dengan tetap

Page 16: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

16

juga memperhatikan nilai-nilai yang lain seperti persatuan dan kesatuan.

Jika kita kaitkan dengan nialai-nilai yang mendasari Wawasan Nusantara

yaitu persatuan dan kesatuan wilayah, bangsa dan negara. Bahwa

kebijakan publik yang mengatur tentang penyebaran atau sentra-sentra

produksi pangan tertentu diwilayah tertentu sesuai dengan kondisi

geografi pada dasarnya adalah untuk seluruh Indonesia dan dapat

dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Betapa indah dan spektakulernya

setiap penduduk dimuka bumi Indonesia yang memang secara geografis

berbeda-beda dan secara khas makanan pokok mereka berbeda, tetapi

mereka dapat saling menikmati produksi sesama warga masyarakat

Indonesia dengan kondisi yang terjangkau tanpa menghilangkan

kekhasan dari pada bahan panganan pokok mereka masing-masing.

Demikian juga apabila kita melihat baik Tata Nilai Sismennas yang

menekankan pada suatu usaha yang menyeluruh untuk memadukan

faktor karsa (sebagai pemberi arah pembangunan), faktor sarana

(sebagai sumber daya) dan faktor upaya (sebagai upaya pengambilan

keputusan kebijaka publik). Melihat dari Tata Nilai ini maka sesungguhnya

pengambilan keputusan yang merupakan inti dari Sismennas itu sendiri

sudah melalui proses penyesuaian atau mendasari pada faktor karsa atau

katakanlah visi dari pada bangsa Indonesia yang terkandung pada alinea

ke 4 Pembukaan UUD 1945 maupun visi-visi operasional lainnya baik

Grand Strategi Pembangunan, RPJPM maupun Renstra dan Renja yang

dibuat setiap tahun oleh setiap Kementerian dan Lembaga. Dengan

demikian sesungguhnyalah kebijakan publik dibidang pangan dapat

dipastikan akan memperkokoh kedaulatan pangan dan kemandirian

bangsa.

Jika kita mengamati kebijakan publik dibidang pangan yang ada

saat ini secara umum juga sesungguhnya sudah mengacu pada nilai-nilai

Sismennas seperti misalnya secara tertulis dicantumkan mendasari pada

Pancasila dan UUD 1945. Seperti contoh misalnya UU No. 7/ 1996

tentang Pangan sendiri, jika kita lihat substansinya sudah mengacu pada

nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Hanya persoalannya dimasa

reformasi ini ada kecurigaan bahwa UU Pangan ini hanya menekankan

Page 17: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

17

pada ketersediaan pangan pada tingkat rumah tangga saja sebagai

sebuah pengaruh politik kebijakan yang dibuat oleh Food and Agricultur

Organization (FAO). Sehingga ada kecurigaan bahwa UU Pangan No. 7/

1996 ini adalah rezim Ketahanan Pangan semata tetapi mengabaikan

Kedaulatan Pangan atau kemampuan secara mandiri untuk secara

swadaya memproduksi bahan pangan. Lebih-lebih jika kita melihat kondisi

geografis Indonesia sebagai wilayah agraris, alangkah naifnya jika suatu

ketika nanti negara yang agraris nan subur tetapi masalah ketersediaan

pangan tergantung pada negara-negara “besar” yang memang

memproduksi bahan pangan lebih baik atau karena menguasai

perekonomian/ perdagangan pangan seperti Singapore yang dengan

demikian kita akan “dipermainkan” oleh para pemiliki modal atau negara-

negara “adidaya”. Apabila itu terjadi maka kedaulatan bangsa sebagai

tarohannya, kemandirian bangsa akan tergadaikan. Padahal apabila kita

mempelajari bahwa jika Ketahanan Pangan itu sebagai bagian dari

Ketahanan Nasional, maka ada sesuatu yang sangat esensi dalam

doktrin ketahanan itu sendiri, yaitu nilai “kemandirian”. Jadi sesungguhnya

menurut penulis tidak akan ada masalah dengan UU Pangan yang ada

apabila doktrin kemandirian betul-betul diimplementasikan oleh para

penyelenggara negara khususnya yang berkaitan dengan Pangan dan

para pengusaha besar dibidang pangan yang berkebangsaan Indonesia.

Dengan kata lain penulis mencurigai justru sesungguhnya permasalahan

yang ada pada tataran implementasi kebijakan publik itu sendiri, bukan

pada substansinya. Hal ini sejalan dengan teori Friedman tentang

aktualisasi hukum (baca juga kebijakan publik) yang menyatakan ada tiga

faktor yang mendukung teraktualisasi atau tegaknya hukum, yaitu

substance, structure dan culture. Pembahasan pada structure adalah

menyangkut aparat yang menegakkan hukum itu sendiri. Bahkan

dikatakan kalaupun suatu hukum (kebijakan publik) tidak begitu baik

substansinya, tetapi jika ditangani oleh orang-orang (structure) penegak

hukum yang baik maka akan baiklah kondisi yang terjadi. Tetapi

sebaliknya sungguhpun substansi suatu kebijakan publik atau hukum itu

sangat baik tetapi ditangani oleh orang-orang yang tidak baik, maka

keluarannya akan tidak baik.

Page 18: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

18

Demikian juga dengan peraturan perundang-undangan dibidang

pangan (kebijakan publik) yang lain seperti Peraturan Pemerintah No. 68/

2002 tentang Ketahan Pangan itu sendiri, Peraturan Presiden No. 83/

2006 tentang Dewan Ketahan Pangan dan lebih khusus lagi dengan UU

No. 41/ 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan. Apabila semua ditegakkan dengan baik maka tentunya

tantangan dan permasalahan-permasalahan pangan seperti masalah

ketersediaan pangan (produksi pangan), distribusi pangan, konsumsi

pangan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen akan teratasi

dengan baik. Dengan demikian ketahanan pangan akan terujud dan

kemandirian bangsa akan terjamin dengan sendirinya. Tentu saja disana

sini perlu adanya pengambilan keputusan akan kebijakan publik yang

baru dibidang pangan, seperti misalnya masalah isu amandement UU No.

7/ 1996 tentang Pangan agar ada semacam kepastian akan kedaulatan

pangan agar lebih terjamin.

C. Penutup.

Jika kita melihat nilai-nilai yang terkandung pada Sismennas seperti misalnya

nilai kesisteman, nilai-nilai Ketuhanan, toleransi, pluralistik, kebersamaan, sosial,

kebebasan yang terbatas dan nilai-nilai yang lainya maupun kita melihat dari

sistem Tata Nilai Sismennas sendiri yang memadukan antara faktor karsa, faktor

sarana dan faktor upaya maka sesungguhnya dengan sendirinya akan menjamin

arus keluar (output) dari pada Sismennas dalam bentuk keputusan kebijakan

publik yang baik. Demikian halnya jika proses Sismennas yang berintikan pada

pengambilan keputusan yang berkewenangan diterapkan dalam menghadapi

tantangan dan permasalahan pangan, akan menghasilkan produk kebijakan

publik atau peraturan perundang-undangan yang berpihak kepada masyarakat

dalam arti mewujudkan kesejahteraaan masyarakat untuk mewujudkan tidak

hanya sekedar ketahanan pangan, tetapi juga kedaulatan pangan dan dengan

demikian kemandirian bangsa akan semakin meningkat.

Peraturan perundang-undangan dibidang pangan yang sudah ada saat ini

seperti misalnya UU No. 7/ 1996 tentang Pangan, Peraturan Pemerintah No. 68/

2002 tentang Ketahanan Pangan, Peraturan Presiden No. 83/ 2006 tentang

Dewan Ketahanan Pangan, UU No. 41/ 2009 tentang Perlindungan Lahan

Page 19: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewMengembangkan metodologi dan tehnik-tehnik manajemen yang tepat guna. Lemhannas R.I., Team Pokja B.S. Sismennas, TOR Essay

19

Pertanian Pangan Berkelanjutan dan lain-lain, dilihat dari proses Sismennas

sudah baik dalam artian sudah berlandaskan pada nilai-nilai Sismennas maupun

nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sebagaimana dicantumkan dalam

pertimbangan dan dasar pembuatan peraturan dan perundang-undangan

tersebut. Permasalahannya berdasarkan teori aktualisasi hukum dari Friedman

ada pada stuktur hukum atau aparat yang menjalankan baik Kementerian terkait

dibidang pangan seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Perdagangan, Kementerian Kelautan dan lain-lain dan aparat

penegak hukumnya sendiri sesuai yang ditunjuk dalam kebijakan publik tersebut

seperti Polri dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kementerian terkait.

Walaupun demikian amandemen atau perubahan ataupun revisi dan bahkan

mungkin membuat kebijakan publik yang baru dibidang pangan perlu sekali

dilakukan. Seperti misalnya amandemen UU No. 7/ 1996 tentang Pangan perlu

dilakukan untuk lebih menjamin adanya kepastian Kedaulatan Pangan untuk

selanjutnya memberikan kontribusi pada kemandirian bangsa.

Jakarta, Mei 2012

Drs. Zulkarnain

Nomor Urut Absen : 82Kelompok : A/ PPRA-48/ 2012