Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian...

112
LEMBAGA KEPOLISIAN DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM (KAJIAN POSISI WILAYATUL HISBAH DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh : Listiana Dwi Nusanti NIM: 104045201512 KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M

Transcript of Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian...

Page 1: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

LEMBAGA KEPOLISIAN DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

(KAJIAN POSISI WILAYATUL HISBAH DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Listiana Dwi Nusanti

NIM: 104045201512

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M

Page 2: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

LEMBAGA KEPOLISIAN DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

(KAJIAN POSISI WILAYATUL HISBAH DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Listiana Dwi Nusanti

NIM: 104045201512

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Prof. Dr. Masykuri Abdillah.

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H /2009 M

Page 3: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

KATA PENGANTAR

��� ا ا���� ا�����

Segala puji dan syukur hanya kepada Allah, Rabb al-‘izzati, yang senantiasa

mendengarkan keluh kesah penulis selama belajar untuk meraih cita-cita. Salawat dan

salam dimohonkan untuk Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul, serta para

sahabatnya yang telah memberikan inspirasi bagi penulis untuk belajar politik

ketatanegaraan Islam.

Skripsi yang berjudul “Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam

(Kajian Posisi Wilayatul Hisbah Di Nanggroe Aceh Darussalam)” ini adalah penelitian

tentang bagaimana hukum Islam memandang Lembaga Kepolisian dan Wilayatul Hisbah,

serta sejauh mana posisi antara Lembaga Kepolisian dan Wilayatul Hisbah dan posisi

keduanya dalam hukum Islam, yakni sebagai lembaga penegak hukum.

Oleh karena itu, sudah seharusnya kalau penulis mengucapkan terimakasih kepada

yang terhormat :

1) Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor UIN (Universitas Islam Negeri)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 4: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

3) Asmawi, M.Ag., Ketua Program Studi Jinayah Siyasah dan Sri Hidayati,

M.Ag., Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah di mana ikut mendorong

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4) Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA, yang membimbing penulis dengan penuh

kesabaran, teliti, cermat dan akurat.

5) Asmawi, M.Ag dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum yang telah menguji

skripsi dan memberikan masukan konstruktif kepada penulis.

6) Ucapan terimakasih yang mendalam juga penulis sampaikan untuk para Dosen

Fakultas Syariah dan Hukum UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.

7) Kepada Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan

Utama UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta dan

seluruh karyawannya yang telah menyediakan berbagai literatur yang

mendukung penyusunan skripsi ini.

8) Kepada teman-teman kost an yang cuantik and narsis abiz, Vai, Elsa, Ikoh, Dj,

Neng Yuli (I Luv Forever). Sahabat terbaik penulis, Rini, Nita, Atul, Urwah

(Thanks atas doa dan support-nya). Wa bil khusus, Qoqom (yang sudah sabar

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini). Tidak lupa pula teman-

teman Aliansi Siyasah Syar’iyyah 2004 yang tidak mungkin saya sebutkan

Page 5: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

satu persatu, terimakasih atas segala jalinan persahabatan yang telah

memberikan warna bagi kehidupan penulis.

9) Ucapan terimakasih dan doa kepada yang terhormat, Ayahanda Suwito dan

Ibunda Munarmi, Kakanda Asep, Adinda Chandra dan Sulis, terimakasih atas

motivasinya baik moril maupun materiil kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Semoga Allah membalas segala kebaikan untuk

semuanya yang jauh lebih baik.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap, semoga kebaikan dan

pengorbanan yang telah diberikan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt.

Akhir kalimat, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam khazanah

keilmuan bagi kita semua.

Jakarta, 04 Maret 2009

07 Rabi’ul Awal 1430

Penulis

Page 6: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

KATA PENGANTAR…………………………………………………………....................i

DAFTAR ISI………………………………………………………………….....................iv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………….1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………………..........7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………...........................7

D. Review Studi Terdahulu………………………………………………………..8

E. Metode Penelitian……………………………………………..........................10

F. Sistematika Penulisan………………………………………............................12

BAB II TINJAUAN UMUM LEMBAGA KEPOLISIAN DALAM HUKUM POSITIF

DAN HUKUM ISLAM…………………………………………………………………...14

A. Pengertian Lembaga Kepolisian……………………………………………..14

B. Sejarah Lembaga Kepolisian dalam Hukum Islam………….........................17

1. Lembaga Kepolisian Pada Masa Nabi Muhammad................................21

2. Lembaga Kepolisian Pada Masa Khulafa al-Rasyidun...........................23

Page 7: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

C. Kedudukan Lembaga Kepolisian dalam Sistem Kenegaraan ………………28

D. Hubungan Lembaga Kepolisian dengan Lembaga Pemerintahan Lain …….32

1. Hubungan Kepolisian dan Pemerintahan Daerah………………………33

2. Hubungan Kepolisian dan TNI………………………………………...36

3. Hubungan Lembaga Kepolisian dan Criminal Justice System………....38

E. Fungsi dan Wewenang Lembaga Kepolisian………………………………..40

BAB III KONSEP WILAYATUL HISBAH DAN APLIKASINYA DI NANGGROE

ACEH DARUSSALAM…………………………………………………………………..49

A. Pengertian Wilayatul Hisbah……………………………………………….49

B. Posisi Wilayatul Hisbah……………………………………………………53

C. Tugas-Tugas Wilayatul Hisbah…………………………………………….56

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN POSISI WILAYATUL HISBAH

NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN LEMBAGA KEPOLISIAN DALAM

HUKUM ISLAM………………………………………………………………………….62

Page 8: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

BAB V PENUTUP………………………………………………………………………...76

A. Kesimpulan………………………………………………............................76

B. Saran……….………………………………………………………….........78

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………......................80

LAMPIRAN

Page 9: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Lembaga kepolisian adalah bagian dari lembaga pemerintahan yang dipahami

sebagai suatu organ, lembaga atau institusi, dan bisa juga dimaknai sebagai organ

beserta fungsinya.1 Lembaga kepolisian juga merupakan suatu institusi yang

memiliki ciri universal. Ciri polisi yang bersifat universal ini dapat ditelusuri dari

sejarah lahirnya polisi. Baik polisi sebagai fungsi, maupun polisi sebagai organ. Bila

ditilik dari asal muasalnya, dahulu kepolisian adalah bagian dari ABRI.

Setelah dikeluarkannya ketetapan MPR No VI/MPR/2002 tentang pemisahan

TNI dan POLRI, ketetapan MPR No VII/MPR/2002 tentang peran TNI dan POLRI,

dan keluarnya undang-undang No 2 tahun 2002 sebagai pengganti undang-undang

No 28 tahun 1987 tentang POLRI, maka POLRI bukan lagi sebagai unsur Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), melainkan bagian dari kepolisian sipil yang

memiliki karakter dan jati diri sendiri.2

Dalam rancangan undang-undang dasar Khilafah Islamiyah versi Hizbut Tahrir

pasal 71, dijelaskan bahwa polisi itu ada dua jenis: Pertama, polisi militer yang

berada di bawah Amirul Jihad atau Direktorat Perang. Kedua, polisi yang ada di

1 Drs. Jend. Pol (Purn) Kunarto, Etika Kepolisian, (Jakarta; Cipta Manunggal, 1997), h 60

2 Dr. Sadjijono, SH, M. HUM, Mengenal Hukum Kepolisian Prespektif Kedudukan dan

Hubungannya Dalam Hukum Administrasi, (Surabaya; Laks Bang MEDIATAMA, 2008), h 194

Page 10: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

bawah penguasa untuk menjaga keamanan. Polisi ini berada di bawah Direktorat

Keamanan Dalam Negeri.3

Menurut undang-undang No 2 tahun 2002 pasal 8 ayat (1) tentang kepolisian

negara Republik Indonesia, kedudukan kepolisian itu berada di bawah Presiden.4

Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu: Pertama, pemeliharaan

keamanan dan ketertiban masyarakat yang biasa disebut sebagai fungsi “sicherheits

politizei”. Kedua, penegakan hukum. Ketiga, adalah memberikan perlindungan,

pengayoman, serta pelayanan kepada masyarakat.5

Berdasarkan ketiga tugas pokok tersebut, maka kepolisian mempunyai

hubungan erat dengan kekuasaan kehakiman. Karena salah satu tugas kepolisian

adalah menegakkan hukum. Dalam sifat peradilan pidana, penegakan hukum oleh

kepolisian dilakukan dengan langkah penyelidikan yang dapat dilakukan dengan

penyidikan. Kemudian kejaksaan yang melanjutkannya dengan penuntutan di

persidangan.

Sebagai dari sistem administrasi hukum, memang polisi, bersama-sama dengan

jaksa dan hakim, disebut sebagai aparat atau badan penegak hukum, tetapi karena

kedudukannya yang cukup unik sebagaimana diuraikan diatas, maka terdapat

3 Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup Dalam Islam, (Jakarta; Hizbut Tahrir Indonesia,

2008), h 161

4 UU No 2 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah R.I No 12 Tahun 2007, Tentang Kepolisian,

(Bandung: Citra Umbara, 2007), h 6

5 Ibid, h 8

Page 11: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

perbedaan menarik di antara badan tersebut. Apabila sistem administrasi keadilan

dalam perkara pidana merupakan suatu rangkaian proses kegiatan yang panjang,

maka masing-masing badan tersebut menjalankan fungsi-fungsinya itu dalam ikatan

mata rantainya masing-masing.6

Beranjak dari konsep tersebut, dalam Islam kita mengenal adanya wilayatul

hisbah yaitu sebagai badan yang melakukan pengawasan, pemberi ingat dan

pencegahan atas pelanggaran syariat Islam, atau bisa juga merupakan badan

pengawasan yang bertugas melakukan amar ma’ruf nahi munkar, mengingatkan

masyarakat mengenai aturan-aturan syari’at.7

Dari uraian tersebut barangkali kewenangan yang hampir mirip dengan polisi

syariat yang ada di Aceh dalam pelaksanaan syariat Islam adalah wilayatul hisbah.

Meskipun demikian tidak seluruh tugas dan wewenang wilayatul hisbah ini menjadi

tugas dan wewenang polisi syariat, karena ada urusan-urusan tertentu seperti air

minum, bangunan dan jalan umum, urusan ternak serta timbangan, telah ada

lembaga atau dinas lain yang mengurus secara khusus.

Tugas pokok polisi syariat yang terpenting adalah menjaga terpeliharanya

ketertiban umum dan kesusilaan serta tegaknya amar ma’ruf nahi munkar secara

6 Mocthar Lubis, Citra Polisi, (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 1998), h 176

7 Prof. Dr. Al Yasa Abubakar, MA, Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam (Pendukung

Qanun Pelaksanaan Syariat Islam ), (Banda Aceh; Dinas Syariat Islam Provinsi NAD, 2005), h 92

Page 12: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

baik, barangkali tugas yang mendesak bagi polisi syariat di Aceh adalah mengontrol

pelaksanaan syariat yang terakomodir dalam suatu bingkai terbuka dan demokratis.8

Adapun dalil atau akar tentang keberadaan lembaga ini dimulai dengan beberapa

praktek yang terjadi pada masa Rasulullah SAW sendiri. Sebagian ulama merujuk

kepada peristiwa penghancuran berhala-berhala di sekitar Masjidil Haram dan kota

Mekkah oleh beberapa orang sahabat di bawah pimpinan Ali bin Abi Thalib setelah

futuh (penaklukan) Mekkah, serta penunjukan Sa’id bin ‘Ash sebagai pengawas

pasar di Madinah, yang bertugas menjaga dan memeriksa keakuratan alat timbangan

dan takaran, keaslian uang yang digunakan, sebagai salah satu dalil tentang adanya

tugas pengawasan yang diemban oleh lembaga wilayatul hisbah. Pada masa

Khulafa’ur Rasyidin keberadaan kegiatan pengawasan dan pencegahan pelanggaran

syariat (amar ma’ruf nahi munkar) semakin formal dan melembaga. Terdapat

beberapa catatan mengenai hal ini, seperti kegiatan pengawasan dan dilakukan Abu

Bakar terhadap berbagai kegiatan di pasar. Pada masa Umar bin Khatab pemisahan

kewenangan peradilan (umum) dengan wilayatul hisbah semakin jelas, karena

beliau menunjuk beberapa orang menjadi muhtasib (petugas wilayatul hisbah)

untuk mengawasi pasar dan mengawasi perilaku masyarakat dalam hal yang

berhubungan dengan ketertiban umum (kesalehan, kejujuran, kesopanan, dan

8 Prof. Dr. H Rusjdi Ali Muhammad, SH, MA, Revitalisasi Syariat Islam di Aceh Problem, Solusi

dan Implementasi Menuju Pelaksanaan Hukum Islam di NAD, (Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 2003), h

188-189

Page 13: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

sebagainya), yang sebagian dari anggotanya adalah perempuan (misalnya Umm asy-

Syifa).

Setelah masa Khulafa’ur Rasyidin, bentuknya lebih sistematis dengan

kewenangan yang semakin jelas, dimulai oleh salah seorang khalifah Bani ‘Abbas

yaitu al-Mahdi (159 – 169 H). Pada masa khalifah inilah badan yang bertugas dan

diberi kewenangan menangani masalah amar ma’ruf nahi munkar ini diberi nama

wilayatul hisbah sedang para petugasnya diberi nama muhtasib (muhtasibah).9

Secara fungsional wilayatul hisbah adalah lembaga pembantu tugas kepolisian

yang bertugas membina, melakukan advokasi dan mengawasi pelaksanaan amar

ma’ruf nahi munkar dan dapat berfungsi sebagai polsus (polisi khusus) dan PPNS.10

Yang dimaksud dengan polisi khusus di sini adalah instansi atau badan

pemerintahan yang oleh peraturan perundang-undangan diberi wewenang untuk

melaksanakan fungsi kepolisian di bidang teknisnya masing-masing. Misalnya Balai

Pengawas Obat dan Makanan, polisi kehutanan, polsus di lingkungan imigrasi dan

lain-lain.11

Jadi sebenarnya wilayatul hisbah itu bukanlah polisi syari’at, melainkan lebih

kepada lembaga pengawas dan pembinaan yang seharusnya menghadapi masyarakat

9 Prof. Dr. Al Yasa Abubakar, MA, Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam (Pendukung

Qanun Pelaksanaan Syariat Islam ), (Banda Aceh; Dinas Syariat Islam Provinsi NAD, 2005), h 93 10 Qanun No 11 Tahun 2004, Tentang Tugas Fungsional Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh

Darussalam, (Banda Aceh; Badan Pengelola Data Eletronik Prov. NAD, 2004).h 6

11 Prof. Dr. H. Al Yasa Abubakar, MA, Syariat Islam di Provinsi NAD Paradigma Kebijakan

dan Kegiatan, (Banda Aceh; Dinas Provinsi NAD, 2005), h 371.

Page 14: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

dengan menggunakan kharisma pribadi yang dimiliki, mengadu argumen dengan

masyarakat dengan selalu bersenjatakan Al-Qur’an dan Hadits serta Qanun.

Pelaksanaan syariat Islam ini tidaklah memunculkan ketakutan kepada wilayatul

hisbah, tetapi lebih kepada melahirkan keseganan karena muhtasib-nya adalah

orang-orang yang dapat dijadikan sebagai uswatun khasanah yang mempunyai

moral tinggi dan memahami hukum dalam penegakan syariat Islam.

Berdasarkan pemikiran di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

skripsi “LEMBAGA KEPOLISIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Kajian posisi wilayatul hisbah di Nanggroe Aceh Darussalam)” sebagai bahan

kajian perbandingan hukum mengenai Lembaga Kepolisian dan Posisi Wilayatul

Hisbah di Nanggroe Aceh Darussalam.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah,

penulis membatasinya pada Posisi lembaga kepolisian dan Wilayatul Hisbah jika

dilihat dari perspektif hukum Islam.karena antara lembaga kepolisian dan

wilayatul hisbah mempunyai persamaan dan perbedaan.. dan penulis

merumuskannya ke dalam:

1. Apa yang menjadi tugas dan wewenang lembaga kepolisian dan wilayatul

hisbah?

Page 15: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

2. Bagaimanakah lembaga kepolisian dalam hukum Islam?

3. Bagaimanakah perbandingan hukum Islam tentang posisi wilayatul hisbah

di Aceh dan lembaga kepolisian di Indonesia?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui tentang lembaga kepolisian dalam hukum Islam

2. Untuk mengetahui tentang konsep wilayatul hisbah dan aplikasinya di

Daerah Nanggroe Aceh Darussalam

3. Untuk menganalisis tentang perbandingan posisi wilayatul hisbah di

Nanggroe Aceh Darussalam dan yang berkaitan.

Adapun manfaat yang diharapkan penulis adalah:

1) Dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi penulis, pembaca, serta

masyarakat akan pentingnya lembaga kepolisian di Indonesia dan wilayatul

hisbah di Nanggroe Aceh Darussalam.

2) Dapat mengetahui apa saja yang menjadi kewenangan dari lembaga

kepolisian dan wilayatul hisbah.

3) Secara akademis dapat bermanfaat bagi para akademisi Fakultas Syari’ah

dan Hukum pada umumnya, dan dapat menjadi salah satu referensi dalam

program studi siyasah syar’iyyah mengenai posisi wilayatul hisbah dan

lembaga kepolisian dalam hukum Islam.

Page 16: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Review Studi Terdahulu

Sejumlah penelitian tentang lembaga kepolisian dan wilayatul hisbah memang

sudah dilakukan. Hanya saja yang secara spesifik merupakan tinjauan lembaga

kepolisian adalah karya Furkon Maulana Yusuf dari Fakultas Syariah dan Hukum

tahun 2007, dalam skipsinya yang berjudul Kedudukan Militer Di Indonesia Dalam

Tinjauan Hukum Positif Dan Hukum Islam. Dalam literatur ini dijelaskan

Bagaimana Sejarah dan Dasar-Dasar militer bisa ada jika dilihat dari sudut pandang

hukum positif dan hukum islam. Serta dimana letak Persamaan dan Perbedaan

pandangan hukum positif dan hukum islam terhadap kedudukan militer di

Indonesia.

Selain skripsi, literatur mengenai wilayatul hizbah juga ditemukan penulis

dalam beberapa buku :

1. Buku yang berjudul Syari’at Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,

paradigma kebijakan dan kegiatan memuat tentang dasar hukum

pelaksanaan syari’at Islam di provinsi NAD, dan paradigma pelaksanaan

syari’at Islam di provinsi NAD, serta Qanun-qanun syari’at Islam dan

pelaksanaanya di provinsi NAD yang salah satunya menjelaskan tentang

bagaimana hubungan antara mahkamah syari’ah dengan kepolisian dan

kejaksaan, dan bagaimana pula hubungan wilayatul hisbah dengan lembaga

adat dan lembaga penegakan hukum.

Page 17: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

2. Buku yang berisi Qanun provinsi Nanggroe Aceh Darussalam No. 11 tahun

2004, memuat tentang tugas fungsional daripada kepolisian daerah

Nanggroe Aceh Darussalam dan penjelasanya.

3. Buku yang berjudul “Bunga Rampai Pelaksanaan Syari’at Islam”

(Pendukung qanun pelaksanaan syari’at Islam), membahas penjelasan

tentang wilayatul hisbah, dan perspektif masyarakat Aceh mengenai

Mahkamah Syari’ah. Serta tugas dan wewenang kepolisian di provinsi

Nanggroe Aceh Darusslam, sehubungan dengan undang-undang no 18 tahun

2001.

4. Buku “Revitalisasi Syari’at Islam di Aceh Problem, Solusi dan Implementasi

Menuju Pelaksanaan Hukum Islam di Nanggroe Aceh Darussalam”,

memuat tentang upaya realisasi syari’at Islam di Aceh, yang isinya

berkenaan dengan lembaga wilayatul hisbah dan pengawasan. Serta

pengertian daripada wilayatul hisbah dan polisi syari’at.

5. Buku Mengenal hukum kepolisian, perspektif kedudukan dan hubungannya

dalam hukum administrasi, memuat tentang: kedudukan dan karakteristik

hukum kepolisian si Indonesia. Disamping itu buku ini juga mengkaji secara

dalam tentang kedudukan hukum kepolisian dan keterkaitannya dengan

hukum administrasi, yang lebih spesifiknya lagi tentang kedudukan lembaga

kepolisian dalam ketatanegaraan Indonesia. Perlu kita ketahui bahwa hukum

Page 18: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

kepolisian merupakan dari hukum administrasi yang eksistensinya tidak

dapat dipisahkan dengan hukum administrasi sebagai hukum dasar dalam

penyelenggaraan pemerintah.

Metode Penelitian

Metode merupakan strategi utama dalam pengumpulan data-data yang

diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Pada dasarnya sesuatu yang

dicari dalam penelitian ini tidak lain adalah “pengetahuan” atau lebih tepatnya

“pengetahuan yang benar” dimana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat

dipakai untuk menjawab pertanyaan atau pengetahuan tertentu.12

Penelitian ini

dimaksudkan untuk menggali peran lembaga kepolisian di Indonesia dan wilayatul

hisbah di Nanggroe Aceh Darussalam dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis

penelitian yang berbentuk studi deskriptif kualitatif yang berusaha

mengkombinasikan pendekatan normatif dan empiris. Sedangkan pendekatan

empiris diharapkan dapat menggali data dan informasi sebanyak mungkin

tentang kedudukan lembaga kepolisian.

2. Teknik Pengumpulan Data

12 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta; PT. Grafindo Persada, 1997), h 27-

28

Page 19: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik pengambilan

instrumen data dengan metode kepustakaan atau studi pustaka (library

research). Adapun sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

Pertama, data kumulatif : yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau

uraian.

Kedua, data primer : yang mencakup UU RI No. 2 Tahun 2002 dan Peraturan

Pemerintah RI No.12 Tahun 2007 tentang Kepolisian.

Ketiga, data tersier : buku, kamus, ensiklopedia, artikel, koran, majalah, situs

internet, jurnal politik dan pemerintahan serta makalah-makalah yang berkaitan

dengan lembaga kepolisian dan wilayatul hisbah.

3. Teknik Analisis Data

Semua data yang terkumpul kemudian di identifikasi peneliti mulai dengan

mengolah data yang ada secara kualitatif dengan analisa deskriptif, sehingga

data yang dihasilkan berupa pemaparan yang bersifat pengamatan.13

4. Teknik Penulisan

Untuk teknik penulisanya, penulis berpedoman pada buku petunjuk “pedoman

penulisan skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Jakarta 2007.

13 M. A. Moleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Roda Karya.

2004) h.6.

Page 20: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Sistematika Penulisan

Sebagai pertimbangan dalam mempermudah penulisan skripsi saya ini, penulis

menyusun melalui sitematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM LEMBAGA KEPOLISIAN DALAM HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAM

Dalam sub babnya memuat tentang pengertian lembaga kepolisian, sejarah

lembaga kepolisian dalam hukum Islam, kedudukan lembaga kepolisian

dalam ketatanegaraan, hubungan lembaga kepolisian dengan pemerintahan

lain seperti hubungan lembaga kepolisian dan pemerintahan daerah,

hubungan lembaga kepolisian dan TNI, hubungan lembaga kepolisian dan

Criminal Justice System, serta fungsi dan wewenang lembaga kepolisian.

BAB III KONSEP WILAYATUL HISBAH DAN APLIKASINYA DI

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Page 21: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Pada bab ini memuat, pengertian wilayatul hisbah, Posisi wilayatul hisbah,

serta tugas-tugas wilayatul hisbah.

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN POSISI WILAYATUL HISBAH

NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN LEMBAGA KEPOLISIAN

DALAM HUKUM ISLAM

BAB V PENUTUP

Pada bab ini memuat tentang kesimpulan dan rekomendasi.

Page 22: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

BAB II

TINJAUAN UMUM LEMBAGA KEPOLISIAN DALAM HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM

A. Pengertian Lembaga Kepolisian

Beberapa penulis telah mencoba menelusuri dan mengartikan tentang istilah

kepolisian, baik ditinjau dari segi etimologis maupun terminologis. Secara teoritis

pemaknaan terhadap suatu istilah dapat dipengaruhi oleh konsep berfikir, cara

pandang dan pendekatan yang dilakukan serta perkembangan-perkembangan yang

terjadi, baik perkembangan sosial, budaya, bahasa maupun kebiasaan-kebiasaan dari

suatu bangsa atau Negara. Oleh karena itu pemaknaan istilah “polisi” dan “lembaga

kepolisian” pun menjadi berkembang dengan pengaruh di atas, sehingga perbedaan

makna yang terjadi menjadi suatu wacana tersendiri.

Ditinjau dari segi etimologis istilah polisi di beberapa negara memiliki

ketidaksamaan, seperti di Yunani istilah polisi disebut “politela”, di Inggris

“police” juga dikenal adanya istilah “constable”, di Jerman “polizei”, di America

dikenal dengan “sheriff”, di Belanda “Politei”, di Jepang dengan istilah “koban”

dan “chuzaisha”, walaupun sebenarnya istilah koban adalah merupakan suatu nama

pos polisi di wilayah kota dan chuzaisha adalah pos polisi di wilayah pedesaan.14

14 Dr Sadjijono, SH, M,Hum, Mengenal Hukum Kepolisian Prespektif Hubungannya Dalam

Hukum Administrasi, (Surabaya: LaksBang MEDITAMA: 2006), h 1-2.

Page 23: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Jauh sebelum istilah polisi lahir sebagai organ, kata “polisi” telah dikenal dalam

bahasa Yunani, yakni “politea”. Kata “politea” digunakan sebagai judul buku

pertama Plato, yakni "politea" yang mengandung makna suatu negara yang ideal

sekali sesuai dengan cita-citanya, suatu negara yang bebas dari pemimpin negara

yang rakus dan jahat, tempat keadilan dijunjung tinggi 15

Kemudian dikenal sebagai suatu bentuk negara, yaitu negara polisi (polizeistaat)

yang artinya negara yang menyelenggarakan keamanan dan kemakmuran atau

perekonomian, meskipun negara polisi tersebut dikenal dua konsep polisi (polizei),

yakni sicherheit polizei yang berfungsi sebagai penjaga tata tertib dan keamanan,

dan verwaltung polizei atau wahlfart polizei yang berfungsi sebagai penyelenggara

semua kebutuhan hidup warga negara16

, dilihat dari sisi historis, istilah “polisi” di

Indonesia tampaknya mengikuti dan menggunakan istilah “politie” di Belanda. Hal

ini sebagai akibat dan pengaruh dari bangunan sistem hukum Belanda yang banyak

dianut di Negara Indonesia

Raymond B. Fosdick, memberi pengertian lembaga kepolisian adalah sebagai

kekuatan konstitusi utama untuk melindungi individu-individu dalam hak-hak

15 Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Terhadap Unsur-Unsurnya

(Jakarta: UI Pres, 1995), h 19.

16 Ibid, h 44.

Page 24: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

hukum mereka.17

Selain sebagai kekuatan konstitusi Encyclopedia Britanica,

mengartikan lembaga kepolisian sebagai lembaga yang memelihara ketertiban

umum dan memberikan perlindungan kepada orang-orang serta miliknya dari

keadaan yang menurut perkiraan dapat merupakan satu bahaya atau gangguan

umum dan tindakan-tindakan yang melanggar hukum.18

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, lembaga kepolisian adalah urusan polisi

atau segala sesuatu yang bertalian dengan polisi19

dalam undang-undang No. 2

tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, pada pasal 1, kepolisian

adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai

dengan peraturan perundang-undangan, dalam pasal 2 fungsi kepolisian adalah

salah satu fungsi pemerintah negara di bidang pemeliharaan keamanan dan

ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyarakat.20

17 Bruce Smith, police systems is United States, (New York: Harpher Brothers Publisher, 1949),

h 15, menyebutkan : the police as the primary constitusional force for the protection of individuals in

their legal rights.

18 (Encyclopedia Britanica, Volume XVIII, 1968, hal 158, menyebutkan : the term police means

the maintenance of public order and the protection of person and property from the hazards of

public accidents and the commission of unlawful acts

19 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, (Jakarta; Balai Pustaka, 1994), h

780.

20 Undang-Undang No 2 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah R.I No 12 Tahun 2007, Tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, (Bandung: Citra Umbara, 2007), h 2.

Page 25: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Dari arti istilah polisi ataupun lembaga kepolisian di atas bila diinterpretasi,

maka lembaga kepolisian dalam arti formal, mencakup penjelasan tentang

organisasi dan kedudukan daripada instansi kepolisian. Sedangkan lembaga

kepolisian dalam arti materiil memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan

tugas dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya/gangguan keamanan dan

ketertiban, baik dalam rangka kewenangan kepolisian umum maupun melalui

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan (undang-undang tentang

kepolisian khusus).21

B. Sejarah Lembaga Kepolisian Dalam Hukum Islam

Pada masa sebelum datangnya Islam, di Jazirah Arab telah mempunyai berbagai

macam agama, adat istiadat, ahlak dan peraturan-peraturan hidup. Bila dilihat dari

asal usul keturunan , penduduk Jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan

besar, yaitu Qahthaniyun (keturunan Qahthan) dan Adnaniyun (keturunan Ismail ibn

Ibrahim). pada mulanya wilayah utara diduduki golongan ’Adnaniyun, dan wilayah

selatan didiami golongan Qahthaniyun. Akan tetapi, lama kelamaan kedua golongan

itu membaur karena perpindahan-perpindahan dari Utara ke Selatan atau sebaliknya.

Masyarakat, baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya

kesukuan badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam

suatu rentang komunitas yang luas.beberapa kelompok keluarga membentuk kabilah

21 Momo Kelana, Hukum Kepolisian, (Jakarta : CV Sandaan, 1984), h 24.

Page 26: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

(clan).sedang beberapa kelompok kabilah membentuk suku (tribe) dan dipimpin

oleh seorang syaikh. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga

kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah

atau suku.Mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antarsuku sering terjadi

kali terjadi.peperangan-peperangan itu pada asal mulanya ditimbulkan oleh

keinginan memelihara hidup, karena hanya siapa yang kuat sajalah yang berhak

memiliki tempat-tempat yang berair dan padang-padang rumput tempat

menggembalakan binatang ternak.Adapun si lemah, dia hanya berhak mati atau jadi

budak.22

Peperangan-peperangan itu menghabiskan waktu dan tenaga, karena itu mereka

tidak mempunyai waktu dan kesempatan lagi untuk memikirkan kebudayaan. Dan

bilamana di antara mereka dapat bekerja, menciptakan dan menegakan suatu

kebudayaan, datanglah orang lain memerangi dan meruntuhkannya,23

karena itu

pada zaman ini keamanan dan ketertiban dilakukan langsung oleh seorang Syakh

atau amir (ketua kabilah).

Lain halnya dengan penduduk negeri yang telah berbudaya dan mendiami

pesisir Jazirah Arab, sejarah mereka dapat diketahui lebih jelas. Mereka selalu

mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang mengintarinya.mereka

22 Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Grafindo

Persada: 2004) h 10-11.

23 Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah Kebudayan Islam, (Jakarta: Anggota IKAPI: 1994) h 30

Page 27: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

mampu membuat alat-alat dari besi, bahkan mendirikan kerajaan-kerajaan, sampai

kehadiran Nabi Muhammmad. Di sebelah utara Jazirah juga pernah berdiri

kerajaan-kerajaan. Tetapi, kerajaan-kerajaan tersebut lebih merupakan kerajaan

protokorat. Ini terjadi karena kafilah-kafilah Romawi dan Persia selalu mendapat

gangguan dari suku-suku Arab yang memeras dan merampoknya. Untuk melindungi

kafilah-kafilah itu, atas inisiatif kerajaan besar tersebut didirikanlah kerajaan Hirah

di bawah perlindungan Persia dan kerajaan Ghassan di bawah perlindungan romawi.

Bagian lain dari daerah Arab yang sama sekali tidak pernah dijajah oleh bangsa

lain, baik karena sulit dijangkau maupun karena tandus dan miskin, adalah Hijaz.

Kota terpenting di daerah ini adalah Makkah, kota suci tempat ka’bah berdiri.

ka’bah pada masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut-penganut

agama asli Makkah. Tetapi juga, oleh orang-orang Yahudi yang bermukim di

sekitarnya.

Untuk mengamankan yang datang ke kota itu, didirikanlah suatu pemerintahan

yang pada mulanya berada di tangan dua suku yang berkuasa, yaitu Jurhum sebagai

pemegang kekuasaan politik dan Ismail (keturunan Nabi Ibrahim), sebagai

pemegang kekuasaan atas nama ka’bah. Kekuasaan politik kemudian berpindah ke

suku Khuza’ah dan akhirnya ke suku Quraisy di bawah pimpinan Qushai. Suku

terakhir inilah yang kemudian mengatur urusan-urusan politik.ada sepuluh jabatan

tinggi yaitu hijabah, penjaga kunci-kunci ka’bah; siqayah,pengawas mata air

Page 28: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

zamzam; diyat, kekuasaan hakim sipil dan kriminal; sifarah, kuasa usaha negara

atau duta; liwa, jabatan ketentaraan; rifadah, pengurus pajak untuk orang miskin;

nadwah, jabatan ketua dewan; khaimmah, pengurus balai musyawarah; khazinah,

jabatan administratif keuangan; dan azlam, penjaga panah peramal untuk

mengetahui pendapat dewa-dewa.24

Periode inilah Peperangan atau penyergapan suku-suku Arab dalam

mempertahankan dan membela kelompoknya yang menghiasi sejarah Islam klasik

merupakan cikal bakal atau periode awal terbentuknya sistem lembaga kepolisian

dan wilayatul hisbah sebagai lembaga yang menegakan amar maruf nahi

munkar..Lembaga kepolisian tidak saja berfungsi sebagai kekuatan Islam dalam

mengembangkan misi sucinya, tetapi lembaga kepolisian juga menjadi bagian

kekuatan negara Islam.25

Di sisi lain, institusi wilayatul hisbah bukanlah lembaga baru dalam tradisi

Negara Islam. Tradisi hisbah diletakkan langsung pondasinya oleh Rasulullah Saw,

beliaulah muhtasib (petugas yang bertugas melaksanakan hisbah) pertama dalam

Islam. Seringkali beliau masuk ke pasar Madinah mengawasi aktivitas jual beli.

Suatu ketika Rasulullah mendapati seorang penjual gandum yang berlaku curang

dengan menimbun gandum basah dan meletakkan gandum yang kering di atas.

24 Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Grafindo

Persada: 2004) h 12-14.

25 Imam Yahya, Tradisi Militer Dalam Islam (Yogyakarta: Logus Pustaka, 2004), h 25.

Page 29: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Beliau memarahi penjual tersebut dan memerintahkan berlaku jujur, "barang siapa

yang menipu maka ia tidak akan termasuk golongan kami"26

1. Lembaga Kepolisian Pada Masa Nabi Muhammad

Pada awal pertama dakwah Islam di Makkah, Nabi Muhammad tidak

diperkenankan untuk melakukan peperangan.27

Dakwah Islam dilakukan dengan

persuasif. Komunitas muslim di Makkah belum cukup kuat untuk

mendeklarasikan ajaran-ajaran Islam secara transparan. Berbagai hambatan dan

tantangan datang silih berganti dari suku Quraish Makkah, bahkan tidak sedikit

kerabat Nabi Muhammad sendiri menjadi musuh Islam.

Pada tahun 622 M, Nabi Muhammad melakukan hijrah ke Madinah dan

membangun masyarakat muslim yang lebih kuat. Memasuki tahun ke-2 H (624

M), Madinah menghadapi serangan kaum musyrik dalam perang Badar yang

dimenangkan oleh tentara Islam. Dalam perang pertama kali Nabi dan

pengikutnya harus lebih dahulu bermusyawarah untuk menentukan strategi

dalam memenangkan suatu pertempuran. Satu tahun kemudian 625 M,

rombongan tentara Makkah melakukan serangan balik dengan kemenangan di

pihak Makkah dalam perang Uhud. Pada tahun 627 M, setelah perang Uhud,

26 Hafas Furqani, Wilayatul Hisbah, http:// www.acehinstitute.org / Frot-html, artikel

diakses 20 july 2008.

27 Ibnu Taimiyah, Al- Siyasat Al-Syar’iyyah fi Islahi Al-Raiyyah, (Mesir: Dar Al-Kitab Al –

Araby, 1969), h 54

Page 30: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

pasukan Makkah mengalami kekalahan akibat taktik perang yang dilakukan

kaum muslimin dengan menggali parit (khandaq).

Pada tahun 628 M, Nabi melakukan perjanjian damai antara suku Quraisy

Makkah dengan kaum muslimin Madinah yang dikenal dengan perjanjian

Hudaibiyah. Pasca perjanjian Hudaibiyah, Islam semakin maju dan banyak

kaum Makkah yang masuk Islam. Namun perjanjian damai tersebut dilanggar

oleh kaum Quraisy Makkah, pada tahun 630 M, Nabi dan kaum muslimin

membalas dengan menyerang kota Makkah tanpa pertumpahan darah dan kaum

muslimin menguasai Makkah.

Kemenangan angkatan perang pada masa Nabi yang merupakan

perkembangan mendasar berkaitan dengan kebijakan tentang lembaga

kepolisian yang menandakan era baru lembaga kepolisian, dimana lembaga

kepolisian mempunyai kekuasaan penuh dalam mengatur keamanan negara.

Nabi sebagai kepala agama sekaligus sebagai kepala pemerintahan hanya

memberikan kebijakan-kebijakan global yang berkaitan dengan aktifitas

lembaga kepolisian.

Pengangkatan panglima perang pertama kali terjadi pada Ramadhan 1

H/Maret 623 M, enam bulan setelah hijrah Nabi dan terakhir kali terjadi pada

Rabiu Tsani I 1 H/632 M. Ada 72 kali pengangkatan pemimpin perang dengan

Page 31: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

jumlah pemimpin perang yang dipercaya 47 orang.28

Pengangkatan ini

dilakukan secara sementara atau satu kali perang. Pengangkatan panglima

perang itu dilakukan terhadap perang yang tidak diikuti oleh Nabi (sariyah)

disekitar wilayah Madinah.

2. Lembaga Kepolisian pada masa Khulafaur Rasyidun

Pada saat Nabi meninggal dunia, organisasi politik negara Madinah

mengahadapi persoalan krusial. Pertama, Al-Qur'an sebagai sumber pokok

ajaran Islam telah dianggap selesai, karena tidak turun lagi. Untuk

memberikan jawaban atas persolaan yang muncul maka diperlukan tafsir atas

teks Al-Qur'an. Kedua, tidak adanya, pengganti yang dipersiapkan sebelum

Nabi meninggal. Ketiga, muncul pertentangan antara kaum Anshar dan

Muhajirin tentang pemimpin setelah Nabi.

Setelah musyawarah di Tsaqifah, Bani Saidah sepakat mengangkat Abu

Bakar sebagai kepala agama sekaligus kepala pemerintahan sekaligus sebagai

panglima perang tertinggi. Tugas politik pertama yang harus dihadapi adalah

28 Para ulama dan sejarawan berbeda pendapat tentang berapa kali peristiwa perang yang

diikuti oleh Nabi (Ghazwah) dan beberpa peperangan yang tidak diikuti oleh Nabi (sariyah).

Imam Yahya, Tradisi Militer Dalam Islam (Yogyakarta: Logung Pustaka, 200), h. 40.

Page 32: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

banyaknya komunitas muslim yang meninggalkan agamanya (riddah)

sepeninggalnya Nabi.29

Abu Bakar dibantu Umar bin Khattab meyakinkan umat

muslim bahwa 'nabi-nabi' baru harus ditumpas sampai habis. Khalid bin Walid

yang pada waktu perang Uhud menjadi musuh tangguh Islam diangkat menjadi

panglima perang bagi seluruh umat Islam.30

Di mana Khalid bin Walid menjadi

panglima perang yang membawahi panglima-panglima dibawahnya.

Umar bin Khatab adalah khalifah kedua (634-644 M), Abu Bakar

mengharapkan Umar menjadi penggantinya baik sebagai pemimpin Negara

sekaligus pemimpin angkatan perang. Beberapa kebijakan yang mendapat

perhatian serius diantaranya; pengembangan daerah kekuasaan Islam,

pembenahan birokrasi pemerintahan, pembentukan Lembaga Kepolisian dan

pengembangan demokrasi. Keinginan ini didasarkan atas perkembangan negara

Islam yang semakin lama menyebar Seantero Jazirah Arabia.

29 Para ulama salaf menyalakan bahwa riddah yang terjadi pada saat pengangkatan Abu

Bakar karena persoalan agama yang sebelumnaya belum dimengerti secara penuh. Sementara

para sarjana kontemporer memandang bahwa riddah di sini tidak saja berimplikasi pada

agama tetapi juga dengan politik kenegaraan. Menurut Karen Amstrong, riddah pada masa Abu

Bakar berdomensi politik dan ekonomi. Masuknya suku Badui Makkah kedalam Islam lebih

pada faktor ekonomi politik dan Nabi pada saal itu memandang masuknya suku Badui lebih

karena tekanan politik bukan religius. Lihat Hudhari Beik, Al-Wafafi Sirath Al-Khulaha, Beirut:

Dar Al-Fikr, TT, Karen Amstrong, Islam a Short History (New York: A Modern Library

Cronical Book, 2000)

30 Fred McGraw Donner. The Early Islamic Conguest ,Princenton, (Princenton University

Press, I981), h. 73.

Page 33: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Beliau adalah orang yang pertama kali membangun struktur politik

kenegaraan dengan adanya gubernur sebagai financial officer harus

menyerahkan uang kepada khalifah. Struktur pemerintahan akan berjalan

dengan baik manakala ada sistem keuangan negara, termasuk mengatur sistem

keuangan lembaga kepolisian dibawah kendali negara.31

Struktur kenegaraan

yang mengatur tentang lembaga kepolisian berbentuk diwan al-Ahdats (jawaban

kepolisian).diwan al-jund (jabatan militer) yang berkewajiban menginventalisir

dan mengelola administrasi ketentaraan. serta Didirikannya Lembaga

Kepolisian, dan militer (diwan) yang merupakan pusat bantuan negara dalam

masalah memelihara ketertiban umum dan menindak pelanggar hukum yang

kemudian diadili oleh qadhi ( hakim ).32

Kebijakan lain yang diterapkan Umar

adalah menempatkan tentara-tentara muslim di daerah-daerah kota garis depan

dan pembentukan garnisum (amsar).

Pada periode ini, lembaga kepolisian juga memiliki fungsi sebagai penjaga

keamanan dalam negeri dan amirul jihad. Departemen Keamanan Dalam

Negeri ditangani oleh satu departemen yang dinamakan Departemen Keamanan

Dalam Negeri. Departemen ini dikepalai oleh Mudir Keamanan Dalam Negeri

(Mudir al-Amni ad-Dakhili).departemen ini memiliki cabang di setiap wilayah

31 Edmund Bosworth, Annies of The Prophet dalam Bernard Lewis, The World of Island;

people, Culture, (London: Thames and Hudson, 1979), h. 78

32 Dr. J. Suyuti Pulungan, M.A., Fiqih Siyasah Ajaran Sejarah Dan Pemikiran, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1994), h 13.

Page 34: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

yang dinamakan Idarah al-Amni ad-Dakhili (Administrasi Keamanan Dalam

Negeri) yang dikepalai oleh kepala kepolisian wilayah ( Shahib asy-Syurthah al-

Wilayah).cabang ini di bawah wali dari sisi tanfidz (pelaksana eksekusi), tetapi

dari sisi administrasi berada di bawah Departemen Keamanan Dalam Negeri.33

Departemen Peperangan merupakan salah satu instansi Negara. Kepalanya

disebut Amir al-Jihad dan tidak disebut Mudir al-Jihad (Direktur Jihad). Hal itu

karena Rasulullah saw.menamakan komandan pasukan sebagai amir. Ibn Sa’ad

telah menuturkan riwayat bahwa Rasulullah saw.pernah bersabda:

�� �� أ�� �� ��, أم��ا���س زی� ا�� ��ر��� �%)ن���ت& ا%�$ن "! �, �$ن "! �

�)�%* +(%�� . ���(� رج ��

Yang menjadi amir atas orang-orang adalah Zaid bin Haritsah. Jika ia gugur maka Ja’far bin

Abi Thalib; Jika ia gugur maka Abdullah bin Rawahah; Jika ia gugur maka hendaklah kaum

Muslim memilih salah seorang laki-laki diantara mereka lalu mereka jadikan sebagai amir

yang memimpin mereka.34

Terpilihnya Utsman bin Affan (644-656 M), sebagai khalifah setelah Umar

tidak memberikan nuansa baru dalam pemerintahan negara Islam35

karena

perkembangan sistem organisasi lembaga Kepolisian selama pemerintahan

Utsman tidak banyak mengalami perubahan yang berani.

33 Hizbut Tahrir, Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan & Administrasi), (Jakarta: HTI

Press: 2006) h. 153

34

Ibid., h. 139

35 Hugh Kennedy, The Prophet and The Age of The Chalipates: The Islamic Near East from

o The Eleven Century, (London: Longham, 1956), h. 120s

Page 35: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Sama seperti pendahulunya, pemerintahan Ali bin Abi Thalib tidak

meninggalkan sistem organisasi Lembaga Kepolisian yang lebih baik dari

Khalifah Umar dan Utsman. Pemerintahan Ali diwarnai perang sipil antar umat

muslim, perang yang dikenal dengan perang Unta (Jamal) 656 M.

Setelah masa Khulafa’ur Rasyidin, bentuknya lebih sistematis dengan

kewenangan yang semakin jelas, dimulai oleh salah seorang khalifah Bani

‘Abbas yaitu al-Mahdi (159 – 169 H). Pada masa khalifah inilah badan yang

bertugas dan diberi kewenangan menangani masalah amar ma’ruf nahi munkar

ini diberi nama wilayatul hisbah sedang para petugasnya diberi nama muhtasib

(muhtasibah).36

Dalam perkembangan sejarahnya, lembaga kepolisian dan wilayatul Hisbah

masih tetap ada di negeri-negeri Islam yang di kuasai kerajaan Ottoman (Turki

Usmani) sampai hancurnya kerajaan tersebut pada tahun 1922. Dewasa ini

Negara islam yang masih melestarikan lembaga kepolisian dan wilayatul hisbah

antara lain adalah Arab Saudi, berdasarkan keputusan kerajaan Arab Saudi

tanggal 3-9-1396 H, dan kerajaan Maroko, berdasarkan Undang-Undang Nomor

20/82 tanggal 21 Juni 1982. sekalipun lembaga hisbah ini tidak ada lagi di

beberapa Negara Islam, termasuk Indonesia, tetapi tugas amar maruf nahi

36 Prof. Dr. Al Yasa Abubakar, MA, Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam (Pendukung

Qanun Pelaksanaan Syariat Islam ), (Banda Aceh; Dinas Syariat Islam Provinsi NAD, 2005),

h 93

Page 36: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

munkar masih tetap berjalan.wewenang lembaga hisbah ini terpencar di

berbagai departemen.37

C. Kedudukan Lembaga Kepolisian Dalam Sistem Ketatanegaraan

Di dalam mengkaji kedudukan kepolisian dalam sistem ketatanegaraan ini,

mendekatkan pada suatu pengertian yang dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon

dalam mengartikan istilah kedudukan lembaga negara, bahwa pertama kedudukan

diartikan sebagai posisi suatu lembaga negara dibandingkan lembaga lain, aspek

kedua kedudukan adalah posisi suatu lembaga negara didasarkan pada fungsi

utamanya. Dari arti kedudukan tersebut, pembahasan kedudukan kepolisian dalam

bab ini didekatkan pada arti kedudukan sebagai posisi lembaga didasarkan pada

fungsi utamanya.

Berdasarkan rumusan pasal 2 Undang-undang No 2 Tahun 2002 tentang Porli,

fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Di sisi lain tugas pokok kepolisian yang dimaknai sebagai fungsi utama

kepolisian sebagaimana telah dijelaskan di muka, dijalankan tertuju pada

terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat yang merupakan salah satu

37 Drs. H A.Hafizh Dasuki, M.A.dkk, Ensiklopedi Islam Jilid I, (Jakarta: PT ICHTIAR BARU

VAN HOEVE: 1996), h 193-194.

Page 37: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

fungsi pemerintahan. Berpijak pada teori pembagian kekuasaan dan sistem

pemerintahan presidensiil, fungsi pemerintahan diselenggarakan oleh lembaga

eksekutif yang dipimpin oleh presiden, sehingga presiden bertanggungjawab atas

penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu mengkaji tentang kedudukan

kepolisian yang didasarkan pada fungsi utamanya, tidak dapat dipisahkan dengan

fungsi utama pemerintah yang dipimpin oleh presiden.38

Dikaji dari cara memperoleh wewenang, kewenangan kepolisian diperoleh

secara atributif, artinya wewenang tersebut bersumber pada undang-undang, yakni

UUD 1945, Undang-undang No 2 Tahun 2002 dan peraturan perundang-undangan

lainnya. Hal tersebut sebagai konsekuensi logis dari negara hukum, supermasi

hukum dan pemerintahan yang menganut sistem presidensiil yang harus

menempatkan semua lembaga kenegaraan berada di bawah UUD 1945.39

selain itu

dalam sistem pemerintahan presidensiil, presiden bertanggungjawab atas

penyelenggaraan keamanan, ketentraman dan ketertiban umum.

Kedudukan Kepolisian tidak diatur secara jelas dan tegas dalam UUD 1945, lain

halnya dengan Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara yang diatur

secara tegas dalam pasal 10 UUD 1945, yakni ” presiden memegang kekuasaan

yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara”. Akan

38 Dr Sadjijono, SH, M,Hum, Mengenal Hukum Kepolisian Prespektif Hubungannya Dalam

Hukum Administrasi, (Surabaya: LaksBang MEDITAMA: 2006), h 53-54

39 Soewoto Mulyosudarmo, Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan Konstitusi,

(Malang: Assosiasi Pengajar HTN dan HAN Jawa Timur dan In Trans: 2004), h 7

Page 38: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

tetapi ketentuan dalam pasal 30 ayat (5) UUD 1945 mensyaratkan adanya tindak

lanjut pembentukan undang-undang yang mengatur tentang susunan dan

kedudukan, hubungan kewenangan Porli dalam menjalankan tugasnya. Sehingga

konsekuensi logis dari ketentuan dalam pasal 30 ayat (5) UUD 1945 tersebut

dibentuk Undang-undang No 2 Tahun 2002 tentang polri, dimana di dalam

Undang-undang dimaksud lembaga kepolisian diposisikan di bawah presiden dan

bertanggungjawab kepada presiden. Di samping itu adanya beberapa instrumen

hukum yang sebelum lahirnya Undang-undang No 2 Tahun 2002 telah mengatur

tentang kedudukan lembaga Polri di bawah presiden, seperti Peraturan Presiden No

89 Tahun 2000 dan ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan

Polri.

Di dalam teori ketatanegaraan, bagi negara yang menganut sistem pemerintahan

presidensiil negara dipimpin oleh seorang presiden dalam jabatannya selaku kepala

negara dan kepala pemerintahan. Dikaitkan dengan makna kepolisian sebagai ” alat

negara” sebagaimana disebutkan dalam pasal 30 ayat (4) UUD 1945, berarti

kepolisian dalam menjalankan kewenangannya berada di bawah Presiden selaku

Kepala Negara.di sisi lain kedudukan kepolisian dalam sistem ketatanegaraan,

berada di bawah Presiden, secara teori ketatanegaraan Presiden mengendalikan

langsung lembaga kepolisian.Hal ini sebagai konsekuensi logis dari jabatan

Presiden sebagai kepala pemerintahan.

Page 39: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Untuk memperjelas kedudukan kepolisian, berikut dikemukakan bagan tentang

kedudukan kepolisian dalam struktur ketatanegaraan setelah amandemen UUD

1945, dimana kedudukan Presiden sejajar dan dalam satu tingkatan dengan

lembaga-lembaga lain, seperti Majelis Permunsyawaratan Rakyat (MPR), DPR dan

DPD, Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, Badan Pengawas Keuangan (BPK).

Disini mengandung implikasi adanya chek and balance dalam penyelenggaraan

pemerintahan antara lembaga yang satu dengan yang lain. Disisi lain kedudukan

lembaga kepolisian di bawah Presiden memiliki implikasi, bahwa tanggungjawab

penyelenggaraan kepolisian menjadi tanggungjjawab Presiden, karena fungsi

kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden. 40

Bagan:

Kedudukan Polri dalam struktur ketatanegaraan

40 Dr Sadjijono, SH, M,Hum, Mengenal Hukum Kepolisian,2006) h 54-58

UUD ‘45

PRESIDEN

(Eksekutif)

POLRI

Page 40: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

D. Hubungan Lembaga Kepolisian dengan Lembaga Pemerintahan Lain

Lembaga kepolisian dan institusi pemerintahan yang lain memiliki suatu

kesamaan, terutama dalam menjalankan fungsi pemerintahan, dan sama-sama

berada dalam satu atap, yakni birokrasi pemerintahan. Mensitir pendapat Lance

Castles ” birokrasi” diartikan sebagai orang-orang yang bergaji yang menjalankan

fungsi-fungsi pemerintah, termasuk di dalamnya pejabat tentara dan birokrasi

militer (Bureaucracy I mean salaried people Who are charged with the function of

government. The army officers, the mil itery bureaucracy, are of course include).41

Dengan demikian dapat ditarik pemahaman, bahwa bagi orang-orang atau pun

badan-badan pemerintah yang menjalankan fungsi pemerintahan dan

penyelenggaraannya menerima gaji dari pemerintah dapat dikatakan pegawai

pemerintah dan sebagai birokrasi. Oleh karena itu lembaga kepolisian dan lembaga

pemerintahanan yang lain merupakan lembaga birokrasi.

Perbedaan yang mendasar terletak pada bidang tugas dan wewenang yang

diembannya, akan tetapi semua itu tertuju pada penyelenggaraan pemerintahan.

Selain pendapat di atas, hal yang menjadikan lembaga kepolisian satu atap dengan

lembaga pemerintahan yang lain, yakni adanya kesatuan pegawai negeri

sebagaimana diatur dalam Undang-undang No 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian. Di dalam pasal 2 ayat (1) menyebutkan, ”pegawai negeri terdiri dari:

41 Lance Castles dalam Priyo Budi Santoso, Birokrasi Pemerintah Orde Baru Prespektif

Kultural dan Struktural, (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 1997) cet ke 3, h 20

Page 41: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

a. Pegawai negeri sipil; b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; c Anggota

Keplisian Negara Republik Indonesia”.42

dimana Pegawai Negeri adalah merupakan

aparatur negara yang menjalankan tugas pemerintahan.

1. Hubungan Kepolisian dan Pemerintahan Daerah

Pemeliharaan sistem keamanan, ketentraman dan ketertiban umum dalam

negara kesatuan disusun dan diselenggarakan oleh pemerintah pusat yang secara

fungsional didekonsentralisasikan kepada pejabat pada unit pemerintahan

daerah ataupun didesentralisasikan kepada Pemerintah Daerah Otonom. Fungsi

penyelenggaraan keamanan, ketentraman dan ketertiban umum ini merupakan

salah satu fungsi pemerintahan yang dijalankan oleh kepolisian, sebagaimana

dirumuskan dalam pasal 2 Undang-undang No 2 Tahun 2002. penyelenggaraan

pembinaan keamanan, ketentraman dan ketertiban yang dijalankan oleh

kepolisian didelegasikan atau dimandatkan secara berjenjang kepada Kepolisian

Provinsi sampai dengan tingkat Kepolisian Sektor.

Perbedaan yang sangat mendasar antara kepolisian dan pemerintahan

daerah terletak pada kewenanganya yang otonom, dimana masing-masing

daerah mempunyai wewenang untuk menentukan nasib daerahnya, sedangkan

lembaga kepolisian merupakan kepolisian nasional yang berpusat di Markas

Besar Kepolisian (Mabes Porli), adanya penentuan daerah sebagai upaya

mengefektifkan mekanisme dan sistem operasional kepolisian.

42 Dr Sadjijono, SH, M,Hum, Mengenal Hukum Kepolisian,2006) h 74-75

Page 42: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Gambaran tingkatan atau level perjenjangan kepolisian di tingkat provinsi

dan pemerintah daerah dapat digambarkan, sebagai beriut:

Bagan:

Hubungan antara Kepolisian Propinsi dengan Pemerintah Daerah43

Penjelasan:

Kepolisian Daerah (Polda) setingkat dengan Pemerintahan Daerah Propinsi, Kepolisian

Resort (Polres) setingkat dengan Kabupaten, dan Kepolisian Sektor (Polsek) setingkat

dengan Kecamatan. Walaupun ada Level yang tidak dapat digambarkan karena sebagai

pemegang kendali dan koordinasi, yakni Kepolisian Wilayah (Polwil) serta Level yang

terdapat pada kota besar seperti Kepolisia Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) dan Kepolisian

Resort Kota (Polresta).

43 Sumber dari Keputusan Presiden No 70 Tahun 2003 ditindaklanjuti dengan Keputusan

Kapolri No. Pol. Skep/53/x/2002 dan Skep/54/x/2002 tanggal 17 Oktober 2002, Undang-undang

No22 tahun 1999 yang diganti dengan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP

No 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Lihat dalam tentang Penyelenggaraan

Dekonsentrsi. Lihat dalam Sadjijono, Fungsi Kepolisian Dalam Pelaksanaan Good Governanc

(Jakarta:Laskbang:2005)

KEPOLISIAN

PROPINSI (POLDA)

POLWIL/

POLWILTABES

KEPOLISIAN KOTA

(POLRESTA)

KEPOLISIAN KAB.

(POLRES)

KEPOLISIAN KAB.

(POLRES)

KEPOLISIAN KAB.

(POLRES)

KEPOLISIAN KAB.

(POLRES)

KEPOLISIAN KAB.

(POLRES)

KEPOLISIAN KAB.

(POLRES)

Page 43: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Dengan demikian terdapat persinggungan antara Porli dan pemerintahan

daerah dalam menjalankan fungsi keamanan, ketentraman dan ketertiban,

tentang mekanisme dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembinaan

keamanan dan ketertiban.

Berdasarkan ketentuan pasal 42 ayat (2) Undang-undang No 2 Tahun 2002

tentang Porli, bahwa ”Hubungan dan Kerjasama di daerah. Penegak hukum,

badan lembaga, instansi lain, serta masyarakat dengan mengembangkan asas

partisipasi dan subsidiaritas”. Hubungan kerjasama tersebut didasarkan atas

sendi-sendi hubungan fungsional, saling menghormati, saling membantu,

mengutamakan kepentinagan umum, serta memperhatikan hierarki.

Jika dilihat dari Kewajiban Kepala Daerah sebagaimana dirumuskan dalam

pasal 43 huruf f Undang-undang No 22 Tahun 1999 yang diganti dengan

Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka salah

satu kewajiban Kepala Daerah adalah memelihara ketentraman dan ketertiban

masyarakat, di sisi lain kepolisian mempunyai tugas pokok memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, dan memberikan

perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, sebagaimana

dirumuskan pasal 13 Undang-undang No2 Tahun 2002 tentang Porli.masyarakat

disini meliputi semua orang yang tinggal atau berada dalam daerah dimana

Kepala Daerah di tugaskan.

Page 44: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Dengan demikian, apa yang menjadi tugas pokok kepolisian dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat yang ada di daerah tersebut

juga menjadi suatu kewajiban Kepala Daerah untuk menjalankannya. Disinilah

letak persinggungannya, yakni Kepolisian, terutama dalam memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat yang melibatkan dua unsur lembaga

terkonsep satu visi dan presepsi, sehingga dapat berjalan secara efektif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa hubungan lembaga kepolisian

dengan pemerintah daerah merupakan hubungan bantuan dan kemitraan secara

fungsional. Jika dicermati bantuan dimaksud dapat dikategorikan ke dalam dua

kelompok, yakni:

a) Bantuan personil yang bersifat permanen dalam rangka penegakan

Peraturan Daerah.

b) Bantuan personil yang bersifat sewaktu waktu terutama dalam keadaan

”genting dan memaksa”.44

2. Hubungan Kepolisian dan TNI

Setelah Keluarnya Ketetapan MPR RI No VI/MPR/2000 dan Ketetapan

MPR RI No VII/MPR/2000 garis hubungan antara kepolisian dan TNI tampak

secara jelas, karena tidak lagi menjadi salah satu bagian yang terintegrasikan ke

dalam ABRI.pemisahan tersebut menjadikan kepolisian tunduk pada peradilan

44 Dr Sadjijono, SH, M,Hum, Mengenal Hukum Kepolisi, 2006,) h 78-79

Page 45: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

umum yang juga merupakan peradilan bagi masyarakat sipil. Disinilah lebih

mendukung munculnya istilah kepolisian sipil atau kepolisian non militer.

Hubungan antara kepolisian dan TNI dirumuskan dalam pasal 41 ayat (1)

dan (2) Undang-undang No2 Tahun 2002 yang menyebutkan, bahwa: ayat (1):

Dalam rangka melaksanakan tugas keamanan, Kepolisian Negara Republik

Indonesia dapat meminta bantuan Tentara Nasional Indonesia yang diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Pemerintah; dan ayat (2): Dalam keadaan darurat militer

dan keadaan perang, Kepolisian Negara Indonesia memberikan bantuan kepada

Tentara Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Bantuan yang diberikan oleh Tentara Nasional Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam pasal 41 ayat (1) dalam pelaksanaan operasional di bawah

komando dan pengendalian Kepolisian Negara Republik Indonesia,

sebagaimana diuaraikan dalam penjelasan pasal dimaksud. Kerjasama dan

bantuan yang dimaksud dalam pasal 41 ayat (1) dan (2) Undang-undang No 2

Tahun 2002 tersebut sebagai tindak lanjut amanat pasal 2 ayat (3) Ketetapan

MPR RI No VI/MPR/2000 yang subtansinya ”Dalam hal terdapat keterkaitan

kegiatan pertahanan dan kegiatan keamanan, Tentara Nasional Indonesia dan

Kepolisian Negara Republik Indonesia harus bekerjasama dan saling

membantu”. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 30 ayat (1) dan( 2). Bahwa ayat (1)

Page 46: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Tiap tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha Pertahanan dan

Keamanan negara. Dan ayat (2) Usaha pertahanan dan keamanan negara

dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh

Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai

kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. Dengan demikian

bantua dimaksud bersifat koordinatif dan kemitraan yang mendasarkan pada

fungsional.45

3. Hubungan Lembaga Kepolisian dan Criminal Justice System

Istilah criminal justice system secara harfiah diartikan sebagai sistem

peradilan pidana. Dengan kata lain sistem peradilan pidana dapat dikiaskan

sebagai ” kotak hitam” (black box). Di dalam sistem peradilan pidana ini

masukannya (input) adalah perkara pidana atau kejahatan termasuk pelanggaran

(overtredingen) dan kejahatan ringan yang tercatat, sedangkan keluarannya

(output) yang bersifat langsung berupa hukuman penjara, menimbulkan nista,

pencabutan hak milik maupun hukuman mati.46

Secara sistemik untuk mencapai output dalam sistem peradilan pidana

tersebut melalui proses yang melibatkan beberapa komponen, antara lain

lembaga kepolisian, lembaga kejaksaan, lembaga peradilan dan lembaga

45 Dr Sadjijono, SH, M,Hum, Mengenal Hukum Kepolisi, 2006,) h 78-79

46 ML. HC. Hulsman, Sistem Peradilan Pidana Dalam Prespektif Perbandingan Hukum,

Disadur oleh Soedjono Dirdjosisworo , (Jakarta : Rajawali:1994) h 2

Page 47: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

advokat. Bahkan cakupan lebih luas menurut Jimly Asshiddiqie dalam

menentukan komponen penegakan hukum tokoh-tokoh kunci yang berperan

didalamnya adalah tokoh dan lembaga kepolisian, kejaksaan, pengacara atau

penasehat hukum, Vim, sipir penjara, dan bahkan semua profesi hukum lainnya

seperti panitera, notaris dan sebagainya.47

Di dalam proses penegakan hukum komponen-komponen tersebut memiliki

fungsi yang berbeda-beda, seperti kepolisian sebagai penyidik (pemeriksa

pendahuluan), kejaksaan (Jaksa) sebagai penuntut, peradilan (Hakim) sebagai

pemutus perkara, dan advokat sebagai pembela. Dalam perkembangannya ke

empat lembaga tersebut disebut sebagai ”catur wangsa” dalam proses

penegakan hukum di Indonesia. Dan apabila kita cermati hubungan antara

kepolisian dengan lembaga lain dalam criminal justice system adalah merupakan

hubungan legalitas fungsional, yaitu hubungan yang didasarkan pada ketentuan

undang-undang yang mengatur tentang fungsi yang melekat dan diemban oleh

masing-masing lembaga, yang semua itu tertuju pada penegakan hukum

pidana.Hubungan ini bersifat administratif.

47 Jimly Asshiddiqie, Agenda Perkembangan Hukum Nasional di Abad Globalisasi,

(Jakarta: Balai Pustaka: 1998) h 99

Page 48: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

E. Fungsi dan Wewenang Lembaga Kepolisian

Sesuai dengan Undang-undang No 2 tahun 2002 tentang kepolisian pasal 2

fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintah negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.48

Didalam menjalankan tugas pokok memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, polisi memiliki tanggung jawab terciptanya dan terbinanya suatu

kondisi yang aman dan tertib dalam kehidupan masyarakat. Menurut pendapat

Subroto Brotodiredja sebagaimana disitir oleh R. Abdusslaam mengemukakan,

bahwa keamanan dan ketertiban adalah keadaan bebas dari kerusakan atau

kehancuran yang mengancam keseluruhan atau perorangan dan memberikan rasa

bebas dari ketakutan atau kekhawatiran, sehingga ada kepastian dan rasa kepastian

dari jaminan segala kepentingan atau suatu keadaan yang bebas dari pelanggaran

norma-norma hukum.49

Untuk mencapai tugas pemeliharaan kemanan dan ketertiban di bidang preventif

dilaksanakan dengan konsep dan pola pembinaan dalam wujud pemberian

pengayoman, perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat, agar masyarakat

merasa aman tertib dan tentram tidak terganggu aktivitasnya. Sedangkan tugas-

48 Undang-Undang No 2 Tahun 2002 Dan Peraturan Pemerintah R.I No 12 Tahun 2007, Tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, (Bandung: Citra Umbara, 2007), h 5.

49 Soebroto Brotodirejo,Dalam R. Abdussalam, Penegakan Hukum Di Lapangan Oleh Polri,

(Jakarta: Dinas Hukum Polri, 1997), h 22

Page 49: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

tugas di bidang represif ini sebagai tugas kepolisian dalam bidang peradilan atau

penegakkan hukum, yang dibebankan kepada petugas kepolisian, sebagaimana

dikatakan oleh Harsja W. Bachtiar, bahwa petugas-petugas kepolisian dibebani

dengan tanggung jawab khusus untuk memelihara ketertiban masyarakat dan

menangani tindakan-tindakan kejahatan, baik dalam bentuk tindakan terhadap

pelaku kejahatan agar supaya para anggota masyarakat dapat hidup bekerja dalam

keadaan aman tentram.50

Adapun lima fungsi umum dalam Lembaga kepolisian adalah:

1. Samapta : itu fungsi kepolisian yang menjalankan tugas-tugas umum seperti

patroli, penjagaan markas, penjagaan tahanan, penjagaan obyek vital,

penerimaan dan pembuatan laporan surat kehilangan, dan sebagainya.

2. Lantas : itu fungsi yang salah dikenal oleh banyak orang. Bahkan mungkin

dijuluki malaikat pencabut nyawa apabila anda kedapatan tidak memakai

helm, atau tidak membawa SIM/STNK. Nah, fungsi ini bertanggung jawab

atas kelancaran, ketertiban, dan keamanan pengendara di jalan umum.

3. Binamitra : Fungsi ini mendekati fungsi humas, yaitu berkonsentrasi kepada

sosialisasi informasi kepolisian secara aktif yang menghubungkan antara

polisi dan masyarakat.

4. Intel : Fungsi ini adalah mata dan telinganya lembaga kepolisian. Mereka

mendengar dan melihat semua gejala dan keluhan-keluhan masyarakat mulai

50 Dr Sadjijono, SH, M,Hum, Mengenal Hukum Kepolisi, 2006,), h 115-118

Page 50: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

dari naiknya harga minyak tanah, sampai celetukan kecil teroris saat belanja

bahan peledak. Mereka menghasilkan laporan informasi yang nantinya akan

dialihkan kepada fungsi yang berkaitan untuk meredam supaya tidak

meningkatkan menjadi ancaman faktual.

5. Reskrim : fungsi ini akan bekerja apabila telah terjadi suatu tindak pidana.

Mereka mengumpulkan barang bukti, yang bertujuan untuk mengungkapkan

kasus yang telah terjadi mulai dari awal sampai akhir. Setelah bukti

terkumpul, mereka menangkaptersangka, kemudian bersama-sama diboyong

kejaksa penuntut umum.51

Di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 secara filosofis telah

mereflesikan tugas dan wewenang serta tanggungjawab kepolisian, sebagaimana

dirumuskan dalam Alenia ke IV Pembukaan UUD 1945. Isi dari alenia IV tersebut

dapat dipahami mengandung esensi, bahwa negara bercita-cita untuk melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seliruh tumpah darah Indonesia. Dengan demikian

negara memiliki kewajiban dan bertanggungjawab penuh atas pemberian

perlindungan bagi warganegaranya. Hakekat pemberian perlindungan dimaksud

51 Pelayan Masyarakat, Lima Fungsi Umum Kepolisian, http.// id.wikipedia.org/ wiki/ pelayan

masyarakat, artikel diakses 29 Agustus 2008

Page 51: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

agar warganegara tenang,tentram dan damai dalam kehidupannya, baik dari

ancaman dalam negeri maupun luar negeri. 52

Berpijak dari konsep tersebut Dalam Negara hukum, wewenang pemerintah

berasal dari peraturan perundang-undangan, artinya suatu wewenang yang

bersumber dari peraturan-peraturan perundang-undangan, sehingga didalam Negara

hukum asas legalitas menjadi salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar dalam

penyelenggaraan pemerintahan terutama bagi Negara-negara hukum yang menganut

civil law sistem (Eropa Continental). Dengan demikian setiap penyelenggaraan

pemerintah harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh

undang-undang menurut H.D Van Wijke/willew konijnenbelt defenisi wewenang

tersebut, sebagai berikut:

1. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-

undang kepada organ pemerintah. Artinya wewenang atribusi diperoleh dari

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang wewenang

pemerintah.

52 Lihat dalam Pembukaan UUD 1945 secara lengkap rumusan dalam Alenia ke IV, sebagai

berikut: “kemudian dari pada itu, untuk membentuk sesuatu Pemerintahan Negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah

Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia dalam satu Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan

rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan

beradap, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpinoleh hikmat kebijaksanaan dalam

permunsyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia”.

Page 52: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

2. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah dari satu organ

pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya.

3. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya

dijalankan oleh organ lain atas namanya.

Wewenang kepolisian ini hanya difokuskan pada wewenang yang diperoleh

secara atributif, maksudnya wewenang yang diperoleh dan diatur dalam peraturan

perundang-undangan. Wewenang kepolisian yang diperoleh secara atributif tersebut

meliputi wewenang umum dan wewenang khusus, wewenang umum sebagaimana

dirumuskan dalam pasal 15 ayat (1) undang-undang no 2 tahun 2002 tentang

kepolisian meliputi:

a. Menerima laporan dan atau pengaduan.

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketertiban umum.

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat.

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa.

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan

administrasi kepolisian.

f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan

kepolisian dalam rangka pencegahan.

Page 53: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

g. Melakukan tindakan pertama ditempat kejadian

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang.

i. Mencari keterangan dan barang bukti.

j. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional.

k. Mengeluarkan surat izin dan/ surat keterangan yang diperlukan dalam

rangka pelayanan masyarakat.

l. Memberikan bantuan pengamanan dalam siding dan pelaksanaan putusan

pengadilan, kegiatan instansi lain serta kegiatan masyarakat.

m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu

Berkaitan dengan wewenang khusus kepolisian, antara lain meliputi, Pertama,

kewenangan sesuai peraturan perundang-undangan (pasal 15 ayat 2). Kedua,

wewenang penyelidikan atau penyidikan proses pidana, diatur dalam pasal 16 ayat 1

undang-undang No. 2 tahun 2002.

Wewenang sesuai peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut;

a. Memberikan Izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan

kegiatan masyarakat lainnya.

b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.

c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor.

d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik.

Page 54: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

e. Memberikan izin melakukan pengawan senjata api, bahan peledak dan

senjata tajam.

f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap

badan usaha dibidang jasa pengamanan.

g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus

dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian.

h. Melakukan kerjasama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik

dan memberantas kejahatan internasional.

i. Melakukan pengawan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang

berada di wilayah Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional.

j. Mewakili pemerintah republik Indonesia dalam organisasi kepolisian

internasional.

k. Melaksanakan kewenangan lain dalam lingkup tugas kepolisian.

Adapun wewenang dalam proses pidana sebagai berikut;

a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian

perkara untuk kepentingan penyidikan

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka

penyidikan

Page 55: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri

e. Melakukan pemeriksaan-pemeriksaan surat.

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai ersangka atau

saksi.

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara

h. Mengadakan penghentian penyidikan.

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum

j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi dalam

keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menyangkal

orang yang disangka melakukan tindak pidana.

k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai

negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum, dan

l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang berlaku.53

Selain daripada wewenang diatas lembaga kepolisian juga mempunyai

wewenang lain seperti yang dilelaskan dalam Undang-undang No 2 Tahun 2002

Tentang porli, pasal 18 ayat (1) yaitu untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian

Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat

53 Dr Sadjijono, SH, M. Hum, Mengenal Hukum Kepolisian Prespektif Hubungannya Dalam

Hukum Administrasi, (Surabaya: LaksBang MEDITAMA, 2006), h 122-126.

Page 56: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

bertindak menurut penilaiannya sendiri.54

Maksudnya suatu tindakan yang dapat

dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dalam bertidak

harus mempertimbangkan manfaat serta resiko dari tindakan dan betul-betul untuk

kepentingan umum.55

54 Undang-Undang No 2 Tahun 2002 Dan Peraturan Pemerintah R.I No 12 Tahun 2007, Tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, (Bandung: Citra Umbara, 2007), h 13

55 Ibid. h 40

Page 57: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

BAB III

KONSEP WILAYATUL HISBAH DAN APLIKASINYA

DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

A. Pengertian Wilayatul Hisbah

Wilayatul Hisbah (yang disingkat WH) adalah sebuah istilah baru atau istilah

yang diperkenalkan kembali kepada masyarakat Aceh. Karena sudah lama tidak

dipergunakan kembali.56

Secara sepintas, kajian-kajian tentang WH dalam khazanah

pemikiran Islam telah banyak dikaji oleh para ahli, baik secara khusus dalam satu

buku ataupun merupakan bagian dalam satu bab.

Ibnu Taimiyah dalam kitabnya al-Siyasah al-Syar’iyyah memaknai wilayah

sebagai “wewenang” dan "kekuasaan" yang dimiliki oleh institusi pemerintahan

untuk menegakkan jihad, keadilan, hudud, melakukan amar ma’ruf nahi munkar,

serta menolong pihak yang teraniaya. Sementara kata hisbah bermakna pengawasan,

pengiraan dan perhitungan.57

Sedangkan dalam kitab al-Ahkam al-Shulthahiyah, al-

56 Prof Dr Al Yasa Abubakar MA,Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

paradigma kebijakan dan kegiatan, (Banda Aceh: Dinas Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam, 2005), h. 350

57 Hafas Furqani,Wilayatul Hisbah, http:// www.acehinstitute.org / Frot-html, artikel diakses

20 Juli 2008

Page 58: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Mawardi memaknai hisbah dengan seruan kepada kebaikan secara terang-terangan

dan melarang dari kemungkaran secara terang-terangan pula.58

Berbeda dengan Ibnu Taimiyyah, Ibnu Khaldun memaknai hisbah dengan

tugas keagamaan dalam bidang amar ma’ruf nahi anil munkar secara luas yang

difardhukan bagi setiap muslim dengan harapan dapat membawa manusia kepada

kemaslahatan umum dalam sebuah negara. Seperti penertiban jalan raya untuk

menghindari kemacetan dan mencegah muatan kapal (penumpang atau barang)

secara berlebihan.59

Hisbah juga bisa dipahami sebagai salah satu lembaga peradilan dalam Islam

yang khusus menangani kasus moral dan berbagai bentuk maksiat yang tidak

termasuk wewenang peradilan biasa dan peradilan mazalim (peradilan khusus yang

menangani tindak pidana para penguasa). Secara etimologis hisbah berarti

melakukan suatu perbuatan baik dengan penuh perhitungan.

Para ulama fiqh siyasi (politik) mendefinisikan Hisbah sebagai peradilan yang

menangani kasus orang yang melanggar secara nyata perintah untuk berbuat baik

dan kasus orang yang mengerjakan secara nyata larangan untuk berbuat

munkar.dengan demikian, tugas utama lembaga ini adalah mengajak orang berbuat

58 Imam al-Mawardi, al-Ahkam al-Sulthaniyyah, Hukum-hukum Penyelenggaraan Negara

dalam Syari’at Islam, ( Jakarta: PT Darul Falah: 2006) h 399.

59 Drs. Jamhuri, Wilayatul Hisbah Bukan Polisi Syariat,

http://www.serambinews.com/old/index.php? aksi= baca opinid, artikel diakses 28 Juli 2008

Page 59: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

baik dan mencegah orang berbuat munkar, dengan tujuan mendapat pahala dan rida

Allah SWT.60

Adapun dalil tentang disyariatkannya hisbah adalah:

�������� ���� �� ������ �������

����� � !"��#$% ��!�&'���

($!*�+&,$$�- ���./0��� 1��

2!"��3☺��$% 5 .689:"�'��� �*;

<=�3"�>�?3☺��$% 1@AB

“Dan hendaklah ada diantara kamu satu pihak yang menyeru kepada kebajikan

(mengemban Islam ), dan menyuruh berbuaat baik, serta melarang dari pada segala perkara

yang salah (buruk) dan mereka yang bersifat demikian, ialah orang-orang yang berjaya.

(Ali Imran 104)”

Dan hadits yang merujuk tentang pensyariatan menyuruh berbuat ma’ruf

�A وذ�< �>=%>9 ی�!78 �� �$ن �>ـ�ـ��ن9 ی�!78 �� �$ن ���+ + �6��� م�2�ا م2�� رأى م�B أ�یCا

Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubahkan

dengan tangannya (kuasa yang ada padanya). Jika ia tidak mampu (merubah

dengan tangannya) maka (hendaklah ia merubah) dengan lidahnya. Jika tidak

60 Drs. H A.Hafizh Dasuki, M.A.dkk, Ensiklopedi Islam Jilid I, (Jakarta: PT ICHTIAR BARU

VAN HOEVE: 1996), h 192

Page 60: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

mampu (merubah dengan lidahnya) maka hendaklah dengan hatinya, dan yang

demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.61

Di dalam fiqh, WH merupakan suatu badan pengawasan yang bertugas

melakukan amar ma’ruf nahi munkar, mengingatkan masyarakat mengenai aturan-

aturan syariat, langkah yang harus mereka ambil untuk menjalankan syariat serta

batas di mana orang-orang harus berhenti. Sebab kalau mereka terus berbuat,

mereka akan dianggap melanggar ketentuan syariat. Dalam keadaan terpaksa atau

sangat mendesak, WH diberi izin melakukan tindakan untuk menghentikan

pelanggaran serta melakukan tindakan yang dapat menghentikan upaya pelanggaran

atau sebaliknya mengarahkan orang melakukan ajaran dan perintah syari’at.62

Sebenarnya tugas keagamaan tentang amar ma’ruf nahi munkar itu dapat

dilakukakan oleh tiap-tiap pribadi muslim, tapi ada perbedaan antara muhtasib

dengan orang yang bertindak atas dasar sukarela, perbedaan-perbadaan itu adalah

sebagai berikut;

1. Menyuruh ma’ruf dan mencegah munkar adalah fardhu ‘ain bagi si

muhtasib, karena dia memang diangkat untuk itu dan diberi gaji pula,

sedang untuk orang lain merupakan fardhu kifayah.

61

Dr. Abdul Karim Zaidan, Sistem Kehakiman Islam, (Kuala Lumpur: Pustaka Haji Abdul

Majid, 2004), h. 80 62 Prof. Dr yasa Abubakar, MA, Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam, Pendukung Qanun

Pelaksanaan Syariat Islam, (Banda Aceh: DINAS Syariat Islam Provinsi NAD, 2005), h. 92

Page 61: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

2. Si muhtasib adalah orang-orang ditugaskan untuk bertindak atas

seseorang yang membuat kemunkaran dan wajib memberi bantuan kepada

orang yang meminta bantuannya. Sedang orang yang bekerja dengan

sukarela tidak diharuskan atasnya yang demikian itu, terkecuali ketika

darurat.

3. Muhtasib harus membahas dan meneliti kemunkaran-kemunkaran yang

nyata untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,

sebagaimana dia harus memeriksa tentang perbuatan-perbuatan ma’ruf

yang tidak dikerjakan oleh orang-orang yang harus mengerjakannya.

4. Muhtasib dapat mengangkat beberapa pegawainya untuk menjalankan

tugas hisbah dan dia di beri hak menjalankan hukuman ta’zir terhadap

orang-orang yang mengerjakan kemunkaran.63

Seorang Muhtasib itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1)

merdeka, akil baligh, dan adil; (2) memiliki pandangan yang luas serta berpegang

teguh kepada ajaran Islam; dan (3) memiliki pengetahuan yang memadai tentang

bentuk-bentuk kemungkaran. Sebagian ahli fiqh menambahkan syarat lain yaitu

63 Teungku Muhammad Hasby Ash Shiddiqie, Peradilan Dan Hukum Acara Islam,

(Semarang: Pustaka Rizki Putra: 2001), h. 97-98

Page 62: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

muhtasib harus seorang mujtahid akan tetapi, syarat ini ditolak oleh jumhur

ulama.64

B. Posisi Wilayatul Hisbah

Wilayatul Hisbah dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Nanggroe Aceh

Darussalam Nomor 01 Tahun 2004, mempunyai susunan organisasi yang terdiri

atas, wilayatul hisbah provinsi, wilayatul hisbah tinkat kabupaten/kota, wilayatul

hisbah tingkat kecamatan, dan wilayatul hisbah kemukiman, bahkan memungkinkan

di bentuk di gampong dan lingkungan-lingkungan lainnya (Qanun Nad No 11 Bab

VI, pasal 14 ayat (2), dalam wilayah Kota Banda Aceh baru terbentuk hanya

wilayatul hisbah kota saja dengan jumlah personil 45 orang.

Wilayatul Hisbah (WH) adalah lembaga yang bertugas mengawasi, membina,

dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan

bidang Syariat Islam dalam rangka amar maruf nahi munkar.

Wilayatul Hisbah dikoordinir oleh Dinas Syariat Islam diangkat oleh gubernur

tingkat provinsi, Bupati/Walikota ditingkat kabupaten/kota, ditingkat kemukiman

yang bertugas di gampong-gampong tetap diangkat Bupati/Walikota, pengangkatan

64 Drs. H A.Hafizh Dasuki, M.A.dkk, Ensiklopedi Islam Jilid I, (Jakarta: PT ICHTIAR BARU

VAN HOEVE: 1996), h 193

Page 63: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

wilayatul hisbah di berbagai tingkat terlebih dahulu harus dikonsultasikan dengan

Majelis Permunsyawaratan Ulama (MPU).65

Wilayatul Hisbah juga merupakan satu sistem yang khas dari sistem-sistem

Islam. Ia berdiri di atas dasar tanggung jawab seorang muslim membasmi

kemungkaran dan menegakkan yang ma’ruf. Hisbah mempunyai beberapa ciri

kehakiman dan kekuasaan, karena itulah ia boleh dianggap termasuk dalam

lingkungan sistem kehakiman Islam dan sebagian dari institusi-institusi sistem ini.

Maka dari itu, hisbah bukanlah sesuatu yang asing dari sistem kehakiman

melainkan seperti apa yang diungkapkan oleh para fuqaha' yaitu: “kedudukannya di

tengah-tengah antara hukum-hukum kehakiman dan madzalim (pengadilan)".66

Wilayatul Hisbah ini adalah lembaga pembantu tugas kepolisian yang berada

di Aceh, yang tugas utamanya adalah mengawasi pelaksanaan syari’at Islam oleh

masyarakat. Posisinya sebagai "jantung" dalam dinas syariat Islam yang sangat

menentukan skeberhasilan atau kegagalan dinas ini menegakkan syari’at.67

atau

suatu tugas keagamaan, masuk ke dalam bidang amar ma'ruf nahi munkar. Tugas

ini merupakan suatu tugas fardhu yang harus dilaksanakan oleh penguasa.

65 Drs. Abu Bakar,M.Si, Penerapan Syariat Islam,

http://www.puslitjaknov.depdiknas.go.id/data/ file 2008, Diakes 22 februari 2009

66 Dr. Abdul Karim Zaidan, Sistem Kehakiman Islam, (Kuala Lumpur: Pustaka Haji Abdul

Majid, 2004), h. 78 67 Hafas Furqani, Wilayatul Hisأbah, http:// www.acehinstitute.org /Frot-html, artikel diakses

20 Juli 2008

Page 64: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Karenanya penguasa harus mengangkat orang-orang yang dipandang cakap atau

mampu di dalam melaksanakan tugas tersebut.

Dalam sejarah Islam, hierarkhi struktural WH, berada di bawah lembaga

peradilan wilayatul hisbah bersama dengan wilayatul qadha dan wilayatul

madzalim berada di bawah qadhi al-qadha (Hakim Agung). Ketiga institusi tersebut

mempunyai peran yang sama, yaitu sebagai lembaga peradilan yang memutuskan

sengketa dan memberikan hukuman, tetapi ketiganya mempunyai perbedaan dalam

hal cakupan tugas serta wewenang. Wilayatul qadha adalah lembaga peradilan

umum seperti dikenal sekarang. Wilayatul madzalim adalah lembaga peradilan yang

di bentuk untuk menangani kasus keseweng-wenangan dan kezaliman pejabat

pemerintah. Sedangkan wilayatul hisbah adalah lembaga yang bertugas mengawasi

pelaksanaan syari’at Islam dan amar ma’ruf nahi munkar secara umum. 68

C. Tugas- Tugas Wilayatul Hisbah

Tugas dari hisbah ini, ialah memberi bantuan kepada orang-orang yang tidak

dapat mengembalikan haknya69

dalam Qanun No 11 tahun 2004 tentang tugas

fungsional kepolisian daerah Nanggroe Aceh Darussalam bab ketentuan umum

68 Ibid.

69 Teungku Muhammad Hasby Ash Shiddiqie, Peradilan Dan Hukum Acara Islam ,

(Semarang: Pustaka Rizki Putra: 2001) h 96

Page 65: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

pasal 1 angka (8), disebutkan bahwa, wilayatul hisbah itu adalah lembaga pembantu

tugas kepolisian yang bertugas membina, melakukan advokasi dan mengawasi

pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh berbuat baik) dan dapat

berfungsi sebagai Polsus dan PPNS.70

Adapun menyuruh kepada kebaikan terbagi ke dalam tiga bagian. Pertama,

menyuruh kepada kebaikan yang terkait dengan hak-hak Allah Ta’ala, salah satunya

ialah perintah untuk berjama’ah dan tidak menyendiri. Misalnya meninggalkan

shalat Jum’at di tempat yang berpenghuni. Jika jumlah orang-orang yang berada di

tempat tersebut mencapai jumlah yang disepakati shalat Jum’at sah dengan jumlah

empat puluh orang, maka muhtasib (petugas hisbah) wajib menyuruh mereka

menyelenggarakan shalat Jum’at dan menghukum mereka jika terjadi

ketidakberesan pada penyelenggaraan shalat Jum’at.

Kedua, menyuruh kepada kebaikan yang terkait dengan hak-hak manusia,

terbagi ke dalam dua bagian: (1) umum contohnya seperti sebuah daerah yang tidak

berfungsi sumber airnya, maka muhtasib (petugas hisbah) tidak diperbolehkan

menyuruh sesuatu yang menimbulkan madharat kepada mereka misalnya menyuruh

mereka memperbaiki sumber air tersebut, karena hal tersebut menjadi tanggung

jawab baitul mal (kas negara) dan bukan tanggung jawab selain baitul mal. (2)

khusus contohnya seperti penanganan hak-hak yang ditunda dan penundaan

70 Qanun No 11 Tahun 2004, Tentang Tugas Fungsional Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh

Darussalam, ( Banda Aceh, Badan Pengelola Data Eletronik Prov. NAD, 2004) h 6.

Page 66: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

pembayaran hutang, muhtasib (petugas hisbah) berhak menyuruh orang yang

mempunyai uang untuk segera mengeluarkan hak tersebut, jika ia diminta tolong

oleh pemilik halnya. Muhtasib (tidak dibenarkan menahan orang tersebut

dikarenakan menunda pemenuhan hak atau pembayaran hutangnya, karena

penahanan adalah keputusan hukum.

Ketiga, menyuruh kepada kebaikan yang terkait dengan hak-hak bersama

antara hak-hak Allah Ta’ala dan hak-hak manusia, contohnya seperti menyuruh para

wali menikahkan gadis-gadis yatim dengan orang laki-laki yang se-kufu (selevel)

dan mewajibkan wanita-wanita yang dicerai untuk menjalani iddah (masa tunggu

setelah perceraian). Muhtasib (petugas hisbah) berhak menjatuhkan ta’zir (sanksi

disiplin) kepada wanita yang dicerai yang menolak menjalani iddah (masa tunggu

setelah perceraian), namun ia tidak berhak menjatuhkan ta’zir (sanksi disiplin) pada

para wali gadis-gadis yang menolak menikahkan gadis-gadis yang berada dalam

perwalian.71

Dari kutipan di atas terlihat bahwa WH akan dijadikan sebagai bagian integral

pelaksanaan Qanun-qanun syari’at Islam, dengan tugas utama melakukan

sosialisasi, pengawasan dan pembinaan, sehingga masyarakat akan merasa diberi

tahu, diingatkan bahkan mendapat bimbingan, tentang perilaku dan perbuatan baik

yang perlu (seharusnya) mereka tempuh dan lakukan, serta menghindari perbuatan

71 Imam al-Mawardi, al-Ahkam al-Sulthaniyyah, Hukum-hukum Penyelenggaraan Negara

dalam Syari’at Islam, ( Jakarta: PT Darul Falah: 2006) h 404-408.

Page 67: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

dan perilaku tercela yang tidak diizinkan oleh Qanun secara khusus, atau oleh

peraturan perundangan syari’at Islam lainnya secara lebih umum. Lebih dari itu WH

juga dipercaya untuk menjalankan tugas penyidikan, karena dapat berfungsi sebagai

PPNS.72

Sebenarnya polsus dan PPNS di sini adalah merupakan badan atau instansi

pemerintah yang secara fungsional akan membantu polisi, tetapi tidak mempunyai

hubungan hierarkhis dengan Kepolisisan. Keberadaan Polsus didasarkan atas

undang-undang, kuasa undang-undang atau peraturan perundang-undangan yang

memberi badan tersebut kewenangan kepolisian dalam soal-soal tertentu saja, sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar umumnya tersebut.

Sedang mengenai keberadaan dan kewenangan PPNS tidak dijelaskan, karena

sudah di sebutkan dalam KUHP, yaitu pasal 6 dan pasal 7 sebagai berikut:

Pasal 6, (1) penyidik adalah

a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia

b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

undang-undang.

Pasal 7, (2) penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf b,

mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar

72

Prof Dr Al Yasa Abubakar MA,Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

paradigma kebijakan dan kegiatan, (Banda Aceh: Dinas Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam, 2005), h. 358

Page 68: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah

koordinasi dan pengawasan penyidik tersebut dalam pasal 6 ayat ( 1) huruf a.73

Dari uraian di atas terlihat bahwa keberadaan wilayatul hisbah selalu

diperlukan untuk pelaksanaan Qanun Syariat Islam di Aceh. Mereka telah bertugas

pada tahap sosialisasi, dan akan berhubungan dengan pimpinan gampong, sedang

pada tahap penyidikan mereka juga bertugas sebagai PPNS dan akan berhubungan

dengan polisi. Selanjutnya ketika putusan telah jatuh, mereka bertugas kembali

sebagai petugas pencambuk yang akan berhubungan dengan kejaksaan. Karena,

pertama tanggung jawab dan kesewenagan melaksanakan hukuman terbeban kepada

jaksa pasal 2 ayat (1). Dan kedua, pencambuk adalah petugas wilayatul hisbah,

yang akan bertugas atas permintaan jaksa pasal 1 angka (II) dan pasal 2 ayat (1)

peraturan Gubernur No 10 tahun 2005.74

Dengan demikian, tugas dari pada wilayatul hisbah dalam keputusan Gubernur

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam No 1 tahun 2004, Pasal 4 ayat (1) adalah :

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan

perundang-undangan di bidang syari’at Islam.

73 Dr. Andi Hamzah, S.H, KUHP dan KUHAP, (Jakarta : PT RINEKA CIPTA: 2005) h 235

74 Peraturan Gubernur No 10 Tahun 2005, tentang hukuman cambuk, ,( Banda Aceh, Badan

Pengelola Data Eletronik Prov. NAD, 2005) h 7.

Page 69: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

b. Melakukan pembinaan dan advokasi spiritual terhadap setiap orang yang

berdasarkan bukti permulaan patut di duga telah melakukan pelanggaran

terhadap peraturan perundang-undangan di bidang syariat Islam.

c. Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan, muhtasib perlu memberi

tahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada keuchik/kepala

Gampong dan keluarga pelaku.

d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di

bidang syari’at Islam kepada penyidik.75

Dari uraian di atas terlihat bahwa wilayatul hisbah mempunyai kewenangan

untuk :

1. Masuk ke tempat tertentu yang diduga menjadi menjadi tempat terjadinya

maksiat atau pelanggaran syariat Islam

2. Mencegah orang-orang tertentu untuk melakukan perbuatan tertentu,

melarang mereka masuk ke tempat tertentu, atau melarang mereka keluar

dari tempat tertentu.

3. Meminta dan mencatat Identitas orang-orang tertentu dan

4. Menghubungi Polisi atau geuchik (tuha peut) gampong tertentu guna

menyampaikan laporan atau memohon bantuan dalam upaya melakukan

75 Keputusan Gubernur Provinsi NAD No 1 Tahun 2004, tentang pembentukan organisasi dan

tata kerja wilayatul hisbah, ,( Banda Aceh, Badan Pengelola Data Eletronik Prov. NAD, 2004) h 3

Page 70: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

pembinaan atau menghentikan perbuatan (kegiatan) yang di duga

merupakan pelanggaran atas qanun di bidang syariat Islam.76

76 Prof Dr Al Yasa Abubakar MA,Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

paradigma kebijakan dan kegiatan, (Banda Aceh: Dinas Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam: 2005) h 366.

Page 71: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN POSISI WILAYATUL HISBAH NANGGROE

ACEH DARUSSALAM DAN LEMBAGA KEPOLISIAN DALAM HUKUM ISLAM

Wilayatul hisbah yang telah populer sebagai WH, agaknya telah banyak

mewarnai opini masyarakat akhir-akhir ini. Mulai dari kalangan masyarakat awam

sampai para ilmuan. Di antara mereka ada yang memberi nama dengan polisi

syari’ah dan ada juga yang beranggapan masyarakat seperti ini tidaklah dapat kita

nafikan, karena bila kita tanya kepada mereka anggota WH (Muhtasib) itu sendiri,

siapa anda sebenarnya? Mereka akan menjawab beragam, sama halnya dengan opini

yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Bahkan ada di kalangan ilmuan kita yang

berkeinginan menjadikan WH ini bagian dari kepolisian dengan tujuan menambah

kewibawaan dalam melaksanakan tugas sehari-hari dalam menangani kasus

pelanggaran syari’at. Hal ini tentu saja kurang tepat bila kita memahami apa itu WH

dalam perspektif pelaksanaan syari’at dalam hukum Islam di NAD.

Dalam kitab Tashil al-Nadzar wa Tajil al-Zhafar, disebutkan bahwa hisbah adalah

aksi (tindakan) bukan hanya merupakan seruan kepada anak-anak yang duduk di meja

kemudian menyuruhnya menulis atau mengusir orang dari peradilan.77

Hal ini dipertegas

lagi dalam kitab Ahkam al-Sulthaniyah yang memaknai hisbah dengan menyuruh kepada

77 Drs. Jamhuri, wilayatul hisbah bukan polisi syariat, http:/ www.serambinews.com/ old /index.php?

aksi= baca opinid, artikel diakses 28 Juli 2008

Page 72: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

kebaikan jika terbukti ditinggalkan (tidak diamalkan), dan melarang dari kemungkaran jika

terbukti kemungkaran dikerjakan. Allah Swt berfirman:

�������� ���� �� ������ �������

����� � !"��#$% ��!�&'���

($!*�+&,$$�- ���./0��� 1��

2!"��3☺��$% 5 .689:"�'��� �*;

<=�3"�>�?3☺��$% 1@AB

“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,

menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang

beruntung”. (Ali-Imran: 104)78

Sedangkan dalam Qanun provinsi Nanggroe Aceh Darussalam No. 9 Tahun 2003

tentang hubungan tata kerja Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) dengan eksekutif,

legislatif dan instansi lainnya pada ketentuan umum disebutkan Wilayatul Hisbah adalah

satuan tugas yang membantu polisi dalam urusan penegakan syari’at Islam.79

Lain halnya

dengan Qanun Provinsi NAD No. 11 tahun 2002 tentang pelaksanaan syariat Islam bidang

aqidah, ibadah, dan syiar Islam pada ketentuan umum disebutkan Wilayatul Hisbah adalah

badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan syariat Islam.80

78 Imam al-Mawardi, al-Ahkam al-Sulthaniyyah, Hukum-hukum Penyelenggaraan Negara dalam

Syari’at Islam, ( Jakarta: PT Darul Falah: 2006) h. 398

79 Qanun No 9 Tahun 2003, Tentang Hubungan Tata Kerja Majelis Permusyawaratan Ulama

Dengan Eksekutif, Legislatif, Dan Instansi Lainnya, ( Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam: Badan Pengelola Data Elektronik Provinsi NAD:2003) h 2

80 Qanun No 11 Tahun 2002, Tentang Pelaksanaan Syariat Bidang Aqidah, Ibadah, Dan Syiar

Islam, (Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam: Badan Pengelola Data Elektronik Provinsi

NAD:2002) h 2

Page 73: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Adapun syariat Islam yang ada di Aceh itu hanya untuk menjaga qanun / aturan

yang telah lalu. Esensialnya hanya mengatur enam aspek individu yang telah ada di Aceh,

enam peran itu adalah:

1) Setiap muslim wajib melaksanakan ajaran Islam termasuk shalat jumat.

2) Setiap muslim wajib memakai pakaian islami.

3) Setiap muslim dan non muslim dilarang mengkonsumsi narkoba ataupun menjual

khamr (minuman keras).

4) Setiap muslim dan non muslim dilarang berjudi.

5) Setiap muslim dilarang berkhalwat (berpacaran) antara laki-laki dan perempuan

yang belum menikah.

6) Setiap muslim diwajibkan untuk membayar zakat.81

Perlu kita pahami juga sekarang apakah masyarakat Aceh (Islam) mampu

‘membumikan’ syariat Islam sehingga terciptanya masyarakat yang beriman dan

taqwa? Ingat firman Allah SWT:

�"�� ��� CD;� %E�!F���$% G%�0��%�� G%�"��$%� $�0"�J⌧?"� �L �>� MN:⌧O�!�-

P� �� �Q$.☺RR�$% 1ST�U$%� �(�:"�� G%�-WX⌧O N3/:�+X"U'"& $.☺�- G%�+$CZ ���6(R��� 1[ B

81 Troy Johnson, Voices from Aceh: Perspectives on Syariat Law, (Hong Kong: City University of

Hong Kong: 2007) h. 4

Page 74: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan

kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka

Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A’raf : 96)”82

Dalam konteks ini, maka pemberlakuan syariat Islam di Aceh perlu kita

sikapi.Artinya bagaimana umat Islam di Aceh melaksanakannya sesuai syariat sehingga

terwujudnya berkah dan kejayaan seperti generasi masa lalu Aceh yang baldatun

thayyibattun warabbun ghafur.

Atas dasar pandangan bagaimana membumikan ajaran syariat Islam dalam

kehidupan sehari-hari, penting bagi pimpinan atau petugas hisbah (muhtasib) dan semua

jajaran WH untuk melakukan introspeksi secara obyektif sekaligus merumuskan sikap,

langkah, kebijakan dan program kerja yang mampu mewujudkan kinerja terbaik sekaligus

mehilangkan citra buruk yang sampai saat ini masih melekat di tubuh WH. Dalam konteks

inilah perlu dilakukan reformasi ditubuh WH dari aspek filosofis perlu ditanamkan kuat-

kuat dan menjadi niat setiap jajaran WH bahwa menjadi anggota WH berarti harus siap dan

bersedia menjadi pelayan dan pelindung masyarakat, termasuk warga tidak perlu

mengeluarkan biaya sedikitpun. Aspek kultural mencakup sikap dan perilaku anggota WH

yang harus mampu menunjukan dirinya sebagai sahabat masyarakat. Adapun aspek

struktural adalah penyesuaian dan modernisasi kelembagaan WH, termasuk struktur

organisasi, tata kerja, susunan kedudukan, agar tetap mampu eksis dan sesuai dengan

kebutuhan dan tatanan zaman. Serta harapan masyarakat. Sedangkan aspek instrumental

82 Depag RI, Al-quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Depag RI: 1984) h. 298

Page 75: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

antara lain dilengkapinya WH dengan peralatan modern dan canggih sesuai perkembangan

iptek sehingga memudahkan pelaksanaan tugasnya sekaligus membuktikan dirinya sebagai

lembaga yang menegakan amar ma'ruf nahi munkar yang modern dan profesional.

Namun demikian WH hanya berperan mengawasi hal-hal yang tampak (dzahir) dan

sudah ma’ruf di kalangan masyarakat. Yaitu perkara-perkara umum yang tidak ada

perselisihan ulama tentang kewajiban melaksanakannya ataupun meninggalkannya, atau

sering juga disebut perkara-perkara yang sudah menjadi uruf (adat) dalam keseharian

masyarakat. Adapun perkara-perkara detail yang masih berupa was-was, dugaan,

perasangka, dan memerlukan investigasi secara mendalam, pembuktian, kesaksian dan

sumpah adalah bukan wewenang WH, tetapi menjadi wewenang lembaga lainnya yaitu

Wilayatul Qadha' atau Wilayatul Madzalim. Untuk Aceh, WH juga berperan mengawasi

qanun-qanun yang berkaitan dengan syariat Islam yang telah ditetapkan.

Jadi secara garis besarnya, peran yang diemban oleh WH dalam hukum Islam

adalah hanya sebatas pada pelanggaran syariat Islam, dan penegakan aturan-aturan yang

diajarkan oleh agama Islam, yaitu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini sudah

jelas bahwa Islam diturunkan sebagai rahmatan lil alamin, ini berarti sebuah konsep yang

bisa diterapkan untuk manusia. Tetapi tentunya penerapan ini tergantung interpretasinya,

garisnya adalah selama ada dalam fleksibilitas Islam dan tidak berbeda. Karena itu

universalitas Islam yang tertuang dalam maqashid syari’ah menjadi penting untuk

diterapkan di segala aspek pendidikan, baik hukum maupun dalam aspek penegakan syariat

Page 76: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Islam yang dilakukan oleh lembaga WH. Bahkan berangkat dari ketiga aspek inilah

kemudian kata kunci yang tepat adalah bagaimana kemudian menciptakan “keadilan”,

karena dengan keadilan akan dapat meminimalisir tingkat kriminalitas di negara ini. Selain

itu dari keadilanlah sebenarnya akan tercipta kesejahteraan.

Wilayatul Hisbah (WH) juga merupakan satu sistem yang khas dalam sistem-sistem

Islam, karena WH adalah departemen resmi yang diperkenalkan kembali oleh masyarakat

di NAD. Tugas utamanya adalah mengawasi dan mensosialisasikan peraturan yang sudah

ada, serta memberitahu dan mengingatkan anggota-anggota masyarakat tentang aturan-

aturan yang harus diikuti, dan perbuatan yang harus dihindari karena bertentangan dengan

syariat, atau dengan kalimat lain, mereka disebut sebagai lembaga yang bertugas

melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.

Lebih dari itu, di samping bertugas mensosialisasikan peraturan-peraturan yang ada,

WH juga dapat memberi sangsi kepada para pelanggarnya, lembaga ini juga bertugas

mengingatkan dan menegur orang-orang agar mereka mengikuti aturan moral (akhlak) yang

baik, yang sangat dianjurkan di dalam syariat Islam. WH adalah cermin pelaksanaan syariat

Islam di Aceh.dan WH juga merupakan operasional dari pelaksanaan ajaran syariat Islam di

Aceh.

Namun sayangnya, Yusni Sabri wakil dari organisasi Aceh Institut menganggap,

bahwa anggota WH mempunyai repurtasi buruk dan juga melakukan pelanggaran di

tengah-tengah masyarakat.’misalnya’ ketika ada sesuatu terjadi, dimana menurut anggapan

Page 77: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

mereka orang tersebut ’melanggar’, kemudian langsung diberi sanksi. Padahal dalam soal

HAM, apa yang dilakukan setiap orang adalah hak asasi. Sama sekali tidak ada

penghargaan, anggota WH adalah pemuda yang tidak memiliki penghargaan dan suka

mengkritik untuk mengintimindasi orang luar. Seperti orang non muslim, dan pasangan

yang sekedar jalan berdua.

Namun kepala WH merespon bahwa hal ini adalah bentuk kesalahpahaman Islam

dengan barat. Selama ini barat mengartikan WH adalah sebuah lembaga yang selalu

melakukan hukuman, padahal tidak ada kasusnya. Dalam hal ini WH tidak pernah memiliki

kewenangan untuk memberikan sanksi administratif di luar dari aturan yang

disosialisasikan. Problem yang terkait dengan aturan yang ada di qanun dan sanksi

administratif itu hanya di Mahkamah Syar’iyyah dan polisi umum.WH hanya dalam lisan

dan kertas, WH tidak menggunakan senjata dan kita tidak memberikan wewenang sanksi

kepada non muslim, polisi dan militer.

Oleh sebab itulah, WH di Aceh hanyalah lembaga yang mengawasi implementasi

syariat Islam atau disebut ‘shari’at police’ yakni pasukan yang bertindak tegas dalam

menjalankan apa yang menjadi wewenangnya dan yang bukan wewenangnya atau bisa di

sebut juga sebagai ‘polisi syariah’ seperti di negara-negara timur tengah yakni Lebanon,

Malaysia, Iran, Maroko dan lain-lain.83

83 Troy Johnson, Voices from Aceh: Perspectives on Syariat Law, (Hong Kong: City University of

Hong Kong: 2007) h. 19-20

Page 78: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Sebagai lembaga baru atau sebagai lembaga yang baru diperkenalkan kembali di

Aceh, WH mempunyai posisi tersendiri di dalam pemerintahan NAD, yaitu sebagai jantung

Dinas Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.84

Karena WH adalah lembaga pembantu tugas

kepolisian yang bertugas mengawasi pelaksanaan syariat Islam dan amar ma'ruf nahi

munkar serta dapat berfungsi sebagai polisi khusus atau PPNS (Penyidik Pengawas Negeri

Sipil) yang kedudukannya berada di tengah-tengah antara lembaga kehakiman dan

Madzalim (pengadilan). 85

Dalam Islam, pembahasan tentang posisi WH mengambil inspirasi dari ketentuan

dan keberadaannya dalam sejarah umat Islam masa lalu, juga mempertimbangkan adat

yang telah melembaga serta tradisi yang telah ada di tengah masyarakat Aceh sekarang, dan

berpedoman pada peraturan tentang lembaga sosialisasi dan pengawasan yang ada, serta

berdasarkan perundang-undangan nasional, yang mempunyai tugas dan kewenangan yang

hampir sama dengan lembaga kepolisian yaitu sebagai Polisi Khusus (POLSUS), Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) atau Penyidik Pengawas Negeri Sipil (PPNS).

Seperti telah diuraikan di atas, keberadaan lembaga ini telah dicantumkan dalam

beberapa Qanun. Pertama sekali dalam perda nomor 5 tahun 2000, pasal 20 ayat (1) bab VI,

pengawasan dan penyidikan yang berbunyi :

84 Hafas Furqani,wilayatul hisbah ,http:// www.Acehinstitute.org / Frot-html, artikel diakses 20 Juli

2008.

85 Dr. Abdul Karim Zaidan, Sistem Kehakiman Islam, (Kuala Lumpur: Pustaka Haji Abdul Majid:

2004) h 78.

Page 79: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

(i) Pemerintah daerah berkewajiban membentuk badan yang membentuk badan

yang berwenang mengontrol/mengawasi (Wilayatul Hisbah) pelaksanaan

ketentuan-ketentuan dalam peraturan daerah ini sehingga dapat berjalan

dengan sebaik-baiknya.86

Dalam buku ”police and people”, karya Profesor E Adlow dari Universitas Boston

menggambarkan kepolisian sebagai profesi yang sangat unik. Seorang polisi adalah

manusia penting dalam peradaban yang kompleks. Adapun kepolisian itu ada dua jenis:

polisi militer dan polisi yang berada di samping penguasa.

Al-Azhari berkata, “polisi adalah setiap kesatuan yang merupakan kesatuan

terbaik.diantara kesatuan pilihan tersebut adalah polisi, karena mereka adalah prajurit-

prajurit pilihan. Bahkan dikatakan mereka adalah kesatuan terbaik yang lebih menonjol dari

pada tentara.dikatakan bahwa mereka dinamakan syurthah (polisi) karena mereka memiliki

cirri-ciri yang telah dikenal, baik dari pakaian maupun kemampuan geraknya.

Pendapat diatas juga dipilih al-Ashma’i. Dikatakan di dalam kamus: Wa syurthah

(polisi), dengan dhammah, adalah bentuk tunggal dari asy-syurath. Mereka adalah kesatuan

terbaik yang terjun dalam perang dan mereka siap untuk mati. Polisi adalah kesatuan

diantara para penolong wali. Ia disebut dengan syurthi seperti halnya sebutan Turki dan

Juhani. Mereka dinamakan demikian karena diri mereka dapat diketahui dengan tanda-

tanda yang sudah dikenal luas.

86 Perda No 5 Tahun 2002, Tentang Pelaksanaan Syariat Islam ,http:// www.nad. go id/ index.php?

option= isi & taks= view& id=2924& itemid=513, diakses tanggal 25 july 2008

Page 80: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Polisi militer adalah bagian dari tentara yang memiliki tanda-tanda yang lebih

menonjol daripada pasukan yang lainnya untuk mendisiplinkan urusan-urusan

pasukan.polisi militer merupakan bagian dari pasukan yang berada dibawah Amirul Jihad,

yaitu berada di bawah Departamen Perang. Adapun polisi yang selalu siap disamping

penguasa berada dibawah Departemen Keamanan Dalam Negeri. Imam al-Bukhari

menuturkan riwayat dari Anas bin Malik:

,ا��>� ی�ي ��� ی2)ن آ�ن س�� �� "�E إن�I�� ���J ط�Lم�� م� ا�Mا Sesungguhnya Qais bin Saad di sisi Nabi saw.memiliki posisi sebagai kepala polisi dan ia termasuk

di antara para amil.

Maksudnya adalah Qais bin Saad bin ‘Ubadah al-Anshariy al-Khazraji di sisi Nabi

saw.berkedudukan sebagai kepala polisi dan ia termasuk diantara para amir, yaitu orang

yang menangani urusan-urusan polisi.87

Dengan demikian secara umum mengkaji masalah kepolisian bisa dibagi dalam tiga

kategori besar, yaitu lembaga (institusi), polisi sebagai individu, dan polisi sebagai filosofi

(hati nurani). Bila dikaitkan dengan tataran kewenangan yang telah disepakati dalam tugas

kepolisian, ada dua tataran tanggung jawab. Kepolisian sebagai organ yang bertanggung

jawab pada pimpinan atau komandan (policy), dan polisi sebagai individu yang

bertanggung jawab secara individu atas tindakan yang dilakukan. Sedang secara filosofis,

87 Hizbut Tahrir, Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan & Administrasi), (Jakarta: HTI Press:

2006) h,154-155

Page 81: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

melekat kesadaran pada setiap orang untuk menjadi polisi terhadap dirinya sendiri untuk

mendisiplinkan diri.88

Kepolisian juga merupakan bagian dari lembaga pemerintah yang dipahami

sebagai suatu organ, lembaga atau institusi dan bisa juga dimaknai sebagai organ beserta

fungsinya.89

Secara garis besar hal ini juga ditegaskan oleh undang-undang No. 2 tahun

2002 tentang kepolisian negara Republik Indonesia, yang menyatakan bahwa kedudukan

kepolisian itu berada di bawah presiden, yang tugas serta wewenangnya terdapat pada pasal

13 yaitu:

1) Pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat

2) Penegakan hukum

3) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Hal ini bisa kita jadikan paramenter perbedaan paling esensial antara polisi dan

tentara.saat bertugas,tentara bertanggung jawab mutlak pada pimpinan, sedang polisi

bertanggung jawab atas dirinya sendiri tampa harus melibatkan komandannya.serta

tindakan atau perbuatan di luar tugas kedinasan, baik polisi maupun tentara,harus

dipertanggung jawabkan secara individu (pribadi) bukan tanggung jawab lembaga atau

kedinasannya.

Dalam hal ini perlu kita perhatikan juga pandangan hukum Islam, yang menyatakan

bahwa negara yang adil dan makmur haruslah memiliki keamanan dan ketertiban dalam

89 Drs. Jend. Pol ( Purn) Kunarto, Etika Kepolisian, ( Jakarta: Cipta Manunggal: 1997) h 60.

Page 82: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

semua aspek kehidupan baik, sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama. di dalamnya

upaya perwujudan keamanan segenap potensi dan kemampuan. Kedudukan lembaga

kepolisian di Indonesia dalam pandangan hukum Islam di mana kedudukan lembaga

kepolisian sebagai alat negara di jelaskan dalam al-Qur’an;90

G%T� �� �3/"� $�� \�*"]�J^$% � �� M_`�*a b ��

(c$�-dT BD�X.]��$% <=�6 ;!* e f�- �3�� gQ$% �FZ�3���

�hi2!.P%��� � � \�/ +3j Ck �3/�+�3☺�>*" lQ$% �3/3☺�>*�� 5

$��� G%�F� ?0* � � ��m⌧g n�h BDX�o.^ gQ$% W$��� ���X"���

\�+�� Ck <=�3☺�>�F* 1 AB

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan

dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu

menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu

tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan

pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan

dianiaya (dirugikan)”. (QS. Al-Anfaal:60)

Maksud dari ayat ini adalah siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja

yang kami sanggupi dan dari kuda-kuda” (pangkal ayat). Dalam ayat ini Allah menyatakan

hendaklah yang beriman menjaga kekuatan. Karena kalau pihak musuh mengingkari janji,

90Syahrir Harahap, dkk., Islam dan TNI, relasi rakyat TNI mewujudkan pertahanan negara

(Yogyakarta ; PT. Tirta wacana Yogya, 2000) h-29

Page 83: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

kita hanya dapat menegurnya dengan kekuatan, kalau kita lemah, maka tiap ada

kesempatan, niscaya mereka akan menginjak-injak janji itu, Maka ayat ini adalah lanjutan

dan akibat yang wajar dari usaha menegakkan Islam. Bagaimana akan sanggup menghadapi

perang, kalau persiapan kekuatan tidak ada?

Lanjutan ayat yang menegaskan “kamu menggentarkan musuh Allah, Musuh mu

dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya” yaitu dengan persiapan

perang yang tangguh dan kuat itu akan berfikirlah musuh seribu kali terlebih dahulu

sebelum memerangi kamu, atau sebelum mereka mengingkari janji.

Ayat di atas menjelaskan bahwa Keamanan pada akhirnya berkaitan dengan

tindakan keamanan diri (lembaga kepolisian) yang dalam bahasa agama disebut dengan

jihad, jihad dengan segala bentuknya bertujuan untuk menjalankan perintah Allah dalam

kehidupan (li’ila’i kalimatillah) yang juga dapat menjelaskan kedudukan Lembaga

Kepolisian di Indonesia dalam hukum Islam. Dimana kepolisian bertujuan untuk menjaga

keamanan dan ketertiban serta melindungi negara, keutuhan kepolisian wilayah negara

Kesatuan Republik Indonesia dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk

ancaman.91

Seperti dalam pandangan Al-Qur’an, Al-Hadits sebagai pemberi penjelasan

tambahan terhadap Al-Qur’an (tibyan) memberi perhatian khusus dalam upaya

mewujudkan keamanan dan ketertiban serta upaya menghindari adanya gangguan

keamanan negara.

91Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz x, (Jakarta: PT Pustaka Panjimas:1984) h 22

Page 84: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

�� ))داودأ� روا+( ا��امT و"�ل ؟ ا "��)ام�ا�=)Rدی�رس)ل ، ���=)ة وا �

Siapkanlah kekuatan, Sahabat bertanya, Apakah kekuatan itu? Nabi menjawab kekuatan itu ialah

panah” (HR. Abu Daud).

Dari gambaran diatas, jelaslah bahwa fungsi keamanan dan ketertiban memiliki

peranan yang sangat penting dalam suksesi sebuah negara Indonesia yang mayoritas

penduduknya beragama Islam. Peneliti juga dapat mengambil kesimpulan bahwa posisi

Wilayatul Hisbah dan Lembaga Kepolisian dalam hukum Islam secara subtansial

melahirkan berbagai persamaan ataupun perbedaan.

Adapun persamaannya dalam hukum Islam adalah:

a) Wilayatul Hisbah Dan Lembaga Kepolisian mempunyai tugas yang sama

yaitu melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap masyarakat setempat.

b) Wilayatul Hisbah juga mempunyai fungsi yang sama dengan Lembaga

Kepolisian yaitu sebagai POLSUS (polisi khusus), dan PPNS (penyidik

pegawai negeri sipil

Adapun perbedaannya dalam hukum Islam adalah Kedudukan Wilayatul Hisbah

berada di tengah-tengah hukum pengadilan yang bersama-sama dengan Wilayatul Qadha

dan Wilayatul Madzalim berada dibawah Qadhi al-Qudhah (hakim agung). Karena sebagai

Lembaga pembantu tugas Kepolisian dalam Mengawasi dan Membina Masyarakat tentang

pelaksanaan Syariat Islam yaitu menegakkan amar maruf nahi munkar di daerah Nanggroe

Aceh Darussalam.

Page 85: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Sedangkan Lembaga Kepolisian berkedudukan sebagai alat negara yang

bertanggung jawab kepada presiden dalam melakukan fungsinya sebagai aparatur negara

yang mengamankan rakyatnya dari hal-hal yang tidak di inginkan (melanggar hukum).

Secara jelas hal ini juga ditegaskan oleh UUD 1945 yang menyebutkan bahwa kepolisian

adalah sebagai alat Negara. Kedudukannya sebagai alat negara jelas menghendaki adanya

posisi yang tepat bagi Lembaga Kepolisian untuk bersikap dan bertindak untuk kepentingan

negara belaka. Dengan demikian tidak ada lagi dimungkinkan terciptanya situasi dan

kondisi dimana Lembaga Kepolisian menjadi alat kekuasaan dari suatu pemerintahan atau

bahkan menjadi alat bagi suatu kelompok elit tertentu. Apabila hal ini terjadi, maka dapat

dikatakan telah terjadi pelangggaran konstitusi yang serius dan memiliki dampak hukum

dan politik yang tidak ringan, atas dasar itu semua, pihak baik internal maupun eksternal

Lembaga Kepolisian, termasuk para pejabat dan elit politik hendaknya dapat memahami isi

konstitusi tersebut sekaligus mentaatinya sebagai bentuk kesadaran dan ketaatan.

BAB V

PENUTUP

Page 86: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

A. Kesimpulan

Berdasarkan interpretasi yang disajikan dalam bab-bab sebelumnya, penulis

dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Tugas dan wewenang Lembaga Kepolisian menurut Undang-Undang No 2

Tahun 2002 meliputi, pemeliharaan keamanan dan ketertiban negara,

penegakan hukum, serta memberikan perlindungan dan pengayoman kepada

masyarakat yang membutuhkan pertolongan baik secara langsung maupun

tidak. Sedang Tugas Wilayatul Hisbah adalah membina, melakukan

advokasi dan mengawasi pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar serta

berfungsi sebagai POLSUS ( polisi khusus ) dan PPNS ( penyidik pegawai

negeri sipil ).

2. Dalam hukum Islam polisi di sebut syurthah karena mereka adalah kesatuan

terbaik yang menonjol daripada tentara..Dan Wa Syuthah adalah bentuk

tunggal dari asy-syurath yakni kesatuan terbaik yang terjun dalam perang

dan mereka siap untuk mati. ia bisa juga disebut dengan syurthi seperti hal

nya di Negara Turki dan juhani.dan berfungsi sebagai, Pertama: Departemen

Keamanan Dalam Negeri yang dikepalai oleh Mudir Keamanan Dalam

Negeri (Mudir al-Amni ad-Dakhili) dan memiliki cabang di setiap wilayah

yang dinamakan Idarah al-Amni ad-Dakhili (Administrasi Keamanan Dalam

Negeri) yang dikepalai oleh kepala polisi wilayah (Shahib asy-Syurthah al-

Page 87: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Wilayah). Kedua: Amirul Jihad (Departemen Perang). Departemen

peperangan merupakan instansi negara. Kepalanya di sebut Amir al-Jihad

dan tidak disebut Mudir al-Jihad (Direktur Jihad).

3. Dalam pandangan hukum Islam, posisi Lembaga Kepolisian adalah sebagai

alat negara penegak hukum yang bertanggung jawab kepada presiden untuk

mengamankan negara dan masyarakat dari ancaman orang-orang yang tidak

bertanggung jawab, melakukan penyidikan terhadap kejahatan, mengawasi

aliran kepercayaan yang membahayakan masyarakat dan negara serta

melakukan tugas khusus lain yang ditentukan dalam suatu peraturan negara.

Jadi sebenarnya lembaga kepolisian adalah Undang-Undang yang hidup.

Karena seorang polisi dan uniform yang dipakai adalah Undang-

Undang,dimana petunjuk dan keputusan seorang polisi harus dipatuhi, demi

ketertiban umum yang luas. Berbeda dengan Lembaga Kepolisian, Wilayatul

Hisbah mempunyai posisi tersendiri, yakni sebagai jantung dalam Dinas

Syariat Islam yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan Dinas

ini menegakan syariat sebab Wilayatul Hisbah di Aceh adalah cermin

pelaksanaan syariat Islam dan merupakan lembaga yang mengawasi

implementasi syariat atau disebut “ shari’at police” Kedudukannya berada

di tengah-tengah antara hukum kehakiman dan madzalim (pengadilan).

Karena Wilayatul Hisbah adalah Lembaga yang membantu tugas Lembaga

Page 88: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Kepolisian dalam mengawasi pelaksanaan syariat Islam secara umum, mulai

dari segi ibadah, muamalah, politik sosial dan budaya. Dan seiring dengan

perkembangannya sejarahnya lembaga ini masih banyak yang

melestarikan,seperti negara-negara timur tengah yaitu, Maroko, Lebanon,

Malaysia dan lain-lain.

4. Jadi pada hakekatnya masyarakat luas, baik yang berada di Indonesia

maupun di daerah Aceh, setuju dengan adanya Lembaga Kepolisian dan

Wilayatul Hisbah sebagai lembaga pembina dan pengawas tentang aturan-

aturan yang sudah berlaku dalam pemerintahan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dan melihat sudut pandang hukum Islam

terhadap Lembaga Kepolisian serta Wilayatul Hisbah, maka penulis menyarankan

kepada pimpinan pusat Lembaga Kepolisian Republik Indonesia dan Petugas

Wilayatul Hisbah di Nanggroe Aceh Darussalam untuk:

1. Sebagai bagian dari fungsi pemerintahan negara, penyelenggaraan fungsi

kepolisian harus menetapkan paradigma yang dianut dalam reformasi

ketatanegaraan dan pemerintahan yang secara normatif konstitusional,

diterbitkan dalam bentuk ketetapan MPR, amandemen UUD 1945 dan

berbagai undang-undang.

Page 89: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

2. Lembaga Kepolisian harus lebih akomodatif terhadap kondisi sosio historis

Indonesia sebagai bangsa yang plural dalam konteks keberagaman.

3. Orang yang menduduki jabatan Wilayatul Hisbah harus memiliki kriteria

tertentu yang ditetapkan dalam suatu perundang-undangan di Aceh, seperti

ukuran kriteria yang baik dan saleh, tidak berkelakuan buruk, mengetahui

hukum-hukum Islam, berintegrasi dan profesional.

4. Sebaiknya pemerintah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merujuk kitab-

kitab salaf tentang Wilayatul Hisbah, dimana banyak sekali ulama-ulama

terkenal menduduki jabatan ini, untuk menentukan kriteria yang berhak

menduduki jabatan tersebut. Sebab kesalahan dalam melantik petugas

Wilayatul Hisbah akan menimbulkan kemarahan masyarakat yang berujung

pada pertentangan eksistensi institusi ini secara keseluruhan.

5. Mengingat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah satu-satunya

provinsi berdasarkan Qanun Syari'at Islam, maka seharusnya pelaksanaan isi

Qanun bukanlah dalam persoalan saja, tetapi juga dalam berbagai level

kebijakan lainnya yang mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat

Aceh yang plural.

Page 90: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Abubakar, Al-Yasa, MA. Prof. Dr , Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam (Pendukung

Qanun Pelaksanaan Syariat Islam ), (Banda Aceh: Dinas Syariat Islam Provinsi

NAD, 2005)

Al-Nabhani,Taqiyuddin, Peraturan Hidup Dalam Islam, (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia,

2008)

Al-Nabhani, Taqiyuddin, Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan & Administrasi,

(Jakata: HTI, 2006)

Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Terhadap Unsur-Unsurnya

(Jakarta: UI Pres ,1995).

Al-Mawardi, al-Ahkam al-Sulthaniyyah, Hukum-hukum Penyelenggaraan Negara dalam

Syari’at Islam, (Jakarta: PT Darul Falah: 2006)

Ash Shiddiqie, Tengku Muhammad Hasby, Peradilan Dan Hukum Acara Islam,

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001)

Asshiddiqie, Jimly, Agenda Perkembangan Hukum Nasional di Abad Globalisasi, (Jakarta:

Balai Pustaka: 1998)

Amstrong, Karen, Islam a Short History (New York: A Modern Library Cronical Book,

2000)

Beik, Hudhori, Al-Wafafi Sirath Al-Khulaha, (Beirut: Dar Al-Fikr, TT)

Page 91: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Bosworth, Edmund, Annies of The Prophet dalam Bernard Lewis, The World of Island;

people, Culture, (London: Thames and Hudson, 1979)

Brotodirejo, Soebroto , Dalam R. Abdussalam, Penegakan Hukum Di Lapangan Oleh

Polri, (Jakarta: Dinas Hukum Polri: 199)

Castles, Lance, dalam Priyo Budi Santoso, Birokrasi Pemerintah Orde Baru Prespektif

Kultural dan Struktural, (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 1997)

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).

Depag RI, Al-Qur’an al dan Terjemahannya, (Jakarta: Depag RI, 1984)

Encyclopedia Britanica, Volume XVIII, 1968

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz x, (Jakarta: PT Pustaka Panjimas:1984)

Harahap, Syahrir, dkk. Islam dan TNI, relasi rakyat TNI mewujudkan pertahanan negara,

(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogyakarta, 2000)

Hafizh, Dasuki, M.A. Drs. H A, dkk, Ensiklopedi Islam Jilid I, (Jakarta: PT Ichtiar Baru

van Hoeve, 1996)

Hulsman, ML. HC., Sistem Peradilan Pidana Dalam Prespektif Perbandingan Hukum,

Disadur oleh Soedjono Dirdjosisworo , (Jakarta : Rajawali:1994)

Ibnu Taimiyah, Al- Siyasat Al-Syar’iyyah fi Islahi Al-Raiyyah, (Mesir: Dar Al-Kitab Al-

Araby, 1969).

Page 92: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Kunarto, Drs. Jend. Pol (Purn), Etika Kepolisian, (Jakarta: Cipta Manunggal, 1997)

Kelana, Momo, Hukum Kepolisian, (Jakarta :CV Sandaan, 1984).

Kennedy, Hugh , The Prophet and The Age of The Chalipates: The Islamic Near East from

o The Eleven Century, (London: Longham, 1996).

Lubis Mocthar, Citra Polisi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998).

Moleong J. Lexy. M.A, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Roda Karya.

2004).

Muhammad, H. Rusjdi Ali, SH, MA.Prof. Dr,Revitalisasi Syariat Islam di Aceh Problem,

Solusi dan Implementasi Menuju Pelaksanaan Hukum Islam di NAD, (Jakarta:

Logos Wacana Ilmu, 2003)

Mulyosudarmo, Soewoto, Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan Konstitusi,

(Malang: Assosiasi Pengajar HTN dan HAN Jawa Timur dan In Trans: 2004),

McGraw Donner, Fred, The Early Islamic Conguest, (Princenton, Princenton University

Press, I981)

Pulungan, Suyuti, M.A. Dr. J, Fiqih Siyasah Ajaran Sejarah Dan Pemikiran, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1994)

Sadjijono, SH, M. HUM. Dr, Mengenal Hukum Kepolisian Prespektif Kedudukan dan

Hubungannya Dalam Hukum Administrasi, (Surabaya: Laks Bang MEDIATAMA,

2008)

Sunggono, Bambang ,Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997)

Page 93: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Smith, Bruce, Police Systems in United States, (New York: Harpher Brothers Publisher,

1949)

Syalabi, Prof. Dr. A., Sejarah Kebudayan Islam, (Jakarta: Anggota IKAPI: 1994)

Troy, Johnson, Voice from Aceh: Perspectives on Syariat Law, (Hong Kong: City

University of Hong Kong, 2007)

Yahya, Imam, Tradisi Militer Dalam Islam (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2004)

Yatim, Badri, Drs., M.A, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT

Grafindo Persada: 2004)

Zaidan, Abdul Karim, Sistem Kehakiman Islam, (Kuala Lumpur: Pustaka Haji Abdul

Majid, 2004) .

Sumber Perundang-undangan

UU No 2 Tahun 2002 Dan Peraturan Pemerintah R.I No 12 Tahun 2007, Tentang

Kepolisian, (Bandung: Citra Umbara, 2007)

Qanun No 11 Tahun 2004, Tentang Tugas Fungsional Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh

Darussalam, (Banda Aceh: Badan Pengelola Data Eletronik Prov. NAD, 2004)

Qanun No 9 Tahun 2003, Tentang Hubungan Tata Kerja Majelis Permusyawaratan Ulama

Dengan Eksekutif, Legislatif, Dan Instansi Lainnya, (Pemerintah Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam: Badan Pengelola Data Elektronik Provinsi NAD,

2003)

Page 94: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Qanun No 11 Tahun 2002, Tentang Pelaksanaan Syariat Bidang Aqidah, Ibadah, Dan

Syiar Islam, (Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam: Badan Pengelola

Data Elektronik Provinsi NAD, 2002)

Sumber Elektronik

Anonim, Pelayan Masyarakat, Lima Fungsi Umum Lembaga Kepolisian, http.//

id.wikipedia.org/ wiki/ pelayan masyarakat, Artikel diakses 29 Agustus 2008

Bakar,Abu, Drs, M.Si, Penerapan Syariat Islam,

http://www.puslitjaknov.depdiknas.go.id/data/file2008/. Artikel diakes pada

tanggal 22 februari 2009

Furqani, Hafas, Wilayatul Hisbah, http:// www.acehinstitute.org / Frot-html, artikel diakses

20 Juli 2008

Jamhuri, Drs, Wilayatul Hisbah Bukan Polisi Syariat, http:// www.serambinews.com / old

/index.php? aksi= baca opinid, artikel diakses 28 Juli 2008

Khathir, Rita, Syariat Islam, http://www.mail-serambi news.com/ppiindia

@yahoogroups.com/msg42549.html, diakses tanggal 2 januari 2009

Perda No 5 Tahun 2002, Tentang Pelaksanaan Syariat Islam ,http:// www.nad. go id/

index.php? option= isi & taks= view& id=2924& itemid=513, diakses tanggal 25

Juli 2008

Page 95: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

NOMOR 11 TAHUN 2004

TENTANG

TUGAS FUNGSIONAL KEPOLISIAN

DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Menimbang:

a) Bahwa tata kehidupan masyarakat yang aman,tertib, nyaman dan tenteram dalam

wilayah Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu syarat untuk tercapainya

kehidupan masyarakat yang damai dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang

berkesinambungan untuk kesejahteraan masyarakat baik material maupun spiritual;

b) Bahwa pengaturan tentang pelaksanaan tugas fungsional Kepolisian Daerah

Nanggroe Aceh Darussalam yang mendukung pelaksanaan syariat Islam

merupakan kebutuhan sesuai dengan perkembangan kesadaran hukum masyarakat

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;

c) Bahwa pengaturan tugas Fungsional Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam

merupakan pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 dan

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001;

d) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dalam huruf a, b dan c, perlu

membentuk Qanun tentang Tugas Fungsional Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh

Darussalam.

Mengingat:

Page 96: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

1. Al-Qur’an;

2. Al- Hadis;

3. Undang-Undang Dasar 1945;

4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom

Propinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara;

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64 Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 1103);

5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3209);

6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Republik Indonesia

Lembaran Negara Nomor 3839);

7. Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-undang Nomor

14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3879);

8. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 59);

9. Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan

Propinsi Daerah Istimewa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893);

10. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Propinsi

Daerah Istimewa Sebagai Naggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3893);

Page 97: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

11. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3952).

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG TUGAS

FUNGSIONAL KEPOLISIAN DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Page 98: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :

1) Pemerintah adalah Perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas

Presiden beserta para Menteri.

2) Provinsi adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;

3) Pemerintah Provinsi adalah Gubernur beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain

sebagai Badan Eksekutif Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;

4) Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;

5) Kabupaten/Kota adalah Daerah Otonom dalam Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam yang dipimpin oleh Bupati/Walikota;

6) Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga

Polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

7) Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam adalah Kepolisian Negara Republik

Indonesia yang bertugas di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

8) Wilayatul Hisbah adalah Lembaga pembantu tugas Kepolisian yang bertugas

membina, melakukan advokasi dan mengawasi pelaksanaan amar makruf nahi

mungkar dan dapat berfungsi sebagai Polsus dan PPNS;

9) Kepentingan Dinas adalah Kepentingan Umum yang didasarkan pada Keputusan

Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;

10) Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi

wewenang oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan;

11) Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang

berdasarkan peraturan perundang-undangan ditunjuk selaku penyidik dan

Page 99: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup

Undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing;

12) Penyidik pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang

diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat

kepangkatan dan diberi wewenang tertentu dalam melaksanakan tugas penyidikan

yang diatur dalam Undang-undang;

13) Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang

diatur dalam Undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang

dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan

menemukan tersangkanya.

BAB II

MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Maksud pembentukan Qanun ini adalah sebagai dasar dalam pelaksanaan tugas

operasional Kepolisian menurut ketentuan Undang-undang Kepolisian Negara Republik

Indonesia di bidang penegakan hukum syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam.

Pasal 3

Tujuan pembentukan Qanun ini adalah memberi landasan yuridis bagi Kepolisian Daerah

Nanggroe Aceh Darussalam dalam rangka penegakan hukum sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan penegakan syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam.

Pasal 4

Page 100: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

1) Ruang lingkup pelaksanaan tugas fungsional Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh

Darussalam meliputi tindakan preemtif, preventif dan repressive non yustisial, dan

repressive pro yustisial di bidang tugas umum Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan penegakan syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2) Pelaksanaan tugas Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan yang diatur dalam

Peraturan Perundang-undangan dan Qanun di bidang syariat Islam.

BAB III

FUNGSI KEPOLISIAN DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Pasal 5

Fungsi Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam adalah salah satu fungsi Pemerintah

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di bidang Keamanan, Ketertiban dan Ketentraman

masyarakat, perlindungan, pengayoman, pelayanan masyarakat dan penegakan hukum

Syariat Islam.

Pasal 6

1) Pengemban fungsi Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam adalah

Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam yang dibantu oleh Wilayatul

Hisbah yang dapat berfungsi sebagai Polisi Khusus dan atau PPNS.

2) Pengemban fungsi Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat.

3) Melaksanakan fungsi Kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

Qanun-qanun terkait dan Qanun Hukum Acara.

Page 101: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

BAB IV

SUSUNAN DAN KEDUDUKAN KEPOLISIAN DAERAH NANGGROE ACEH

DARUSSALAM

Pasal 7

Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam dalam melaksanakan fungsinya

sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dan 6 meliputi seluruh wilayah Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam.

Pasal 8

Susunan organisasi dan tata kerja Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam

disesuaikan dengan kepentingan pelaksanaan tugas umum Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan penegakan hukum Syariat Islam yang akan diatur lebih lanjut dengan

Keputusan Presiden Republik Indonesia atas usul Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam.

Pasal 9

Kapolda Nanggroe Aceh Darussalam menetapkan, menyelenggarakan dan mengendalikan

kebijakan tehnis Kepolisian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, Qanun di bidang syariat Islam, Qanun Peradatan dan Qanun-qanun terkait lainnya.

Page 102: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

BAB V

TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 10

Tugas Pokok Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam selain sebagaimana

disebutkan dalam Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia, juga

melaksanakan tugas dan wewenang di bidang syariat Islam, peradatan dan tugas-tugas

fungsional lainnya yang diatur dalam berbagai Undang-undang terkait.

Pasal 11

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, Kepolisian

Daerah Nanggroe Aceh Darussalam bertugas :

a) Melaksanakan tugas umum Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana

diatur dalam Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

b) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana (jarimah)

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Qanun di bidang Syariat Islam,

Peradatan dan Qanun terkait lainnya.

Pasal 12

Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 11, Kepolisian

Daerah Nanggroe Aceh Darussalam berwenang;

a) Melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

b) Melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam Qanun bidang Syariat Islam dan

Qanun lainnya.

Pasal 13

Page 103: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Pejabat Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam menjalankan tugas dan

wewenangnya di seluruh wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, khususnya di

daerah hukum pejabat yang bersangkutan ditugaskan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan Qanun bidang Syariat Islam dan Qanun lainnya.

Pasal 14

1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya pejabat Kepolisian Daerah Nanggroe

Aceh Darussalam wajib bertindak berdasarkan norma hukum dan ketentuan Syariat

Islam;

2) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam mengutamakan tindakan persuasif

dan preventif.

BAB VI

HUBUNGAN FUNGSIONAL

Pasal 15

Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam dalam melaksakan kebijakan tehnis

Kepolisian bidang keamanan, ketertiban dan ketentraman masyarakat serta penegakan

Syariat Islam dipertanggung jawabkan oleh Kapolda Daerah Nanggroe Aceh Darussalam

kepada KAPOLRI dan juga kepada Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Pasal 16

Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam dalam melaksanakan kebijakan keamanan,

ketertiban dan ketentraman masyarakat, perlindungan, pengayoman dan pelayanan

masyarakat dikoordinasikan oleh Kapolda Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Kepada

Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam.

Page 104: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Pasal 17

Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam dalam menjalankan kebijakan di bidang

ketertiban dan ketentraman serta penegakan syariat Islam, perlu melakukan

konsultasi/mendengar pertimbangan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam.

BAB VII

PEMBINAAN

Pasal 18

1) Pembinaan kemampuan profesi pejabat Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh

Darussalam dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

bidang Kepolisian;

2) Pembinaan kemampuan tekhnis Pejabat Kepolisian yang diberi tugas Khusus dan

Anggota Wilayatul Hisbah dilakukan oleh Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh

Darussalam bersama Dinas Syariat Islam.

Pasal 19

Pengangkatan, pemberhentian, penggajian dan pembinaan pejabat Wilayatul Hisbah

dilakukan oleh Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Pasal 20

Kedudukan, susunan dan tata kerja Sub-Unit organisasi Kepolisian Daerah dibidang Syariat

Islam dan Pejabat Wilayatul Hisbah diatur dalam Qanun tersendiri.

Page 105: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

BAB VIII

PEMBIAYAAN

Pasal 21

1) Segala pembiayaan yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas

umum Kepolisian Republik Indonesia di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di

bebankan pada APBN.

2) Segala pembiayaan yang di perlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas

fungsional Kepolisian Daerah/sub-unit Organisasi Kepolisian Daerah Nanggroe

Aceh Darussalam, bidang Syariat Islam dan Wilayatul Hisbah dibebankan pada

APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota.

BAB IX

PENUTUP

Pasal 22

Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini akan di atur lebih lanjut dengan Keputusan

Gubernur.

Pasal 23

Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pegundangan Qanun ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Page 106: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Disahkan di Banda Aceh

pada tanggal

GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

ABDULLAH PUTEH

Diundangkan di Banda Aceh

pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

THANTHAWI ISHAK

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN

2004 NOMOR 11 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

KETUA

TGK. MUHAMMAD YUS

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG TUGAS FUNGSIONAL KEPOLISIAN

DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

I. PENJELASAN UMUM

Qanun Tentang Tugas Fungsi Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, merupakan

penjabaran dari Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi

Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang

diselenggarakan dengan Undang-undang Nomor 44 tentang Penyelenggaraan

Keistimewaan Aceh. Dalam Pelaksanaan Syariat Islam di Provinsi Nanggro Aceh

Darussalam.

Page 107: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Qanun ini dimaksudkan sebagai landasan hukum bagi pelaksanaan Tugas Fungsional

Kepolisian dalam bidang keamanan, ketertiban dan ketenteraman masyarakat. Dengan

demikian Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam mempunyai landasan yuridis

dalam melaksanakan wewenangnya.

Tugas-tugas Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam selain tugas-tugas yang

bersifat umum berdasarkan Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia juga

dilaksanakan tugas-tugas khusus pelaksanaan dan penegakan Syariat Islam yang diatur

Qanun.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas

Pasal 2

Cukup Jelas

Pasal 3

Cukup Jelas

Pasal 4

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan tindakan preemtif adalah eliminasi terhadap faktor-faktor stimulan

melalui upaya rekayasa untuk mendapat daya tangkal dan daya lawan masyarakat terhadap

ancaman Kamtibmas.

Page 108: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 5

Cukup Jelas

Pasal 6

Ayat (1)

Anggota Wilayatul Hisbah yang diangkat sesuai dengan kontrak kerja dan bukan berstatus

sebagai Pegawai Negeri Sipil, difungsikan sebagai Pembantu Kepolisian Khusus (Polsus)

dan kepadanya diberi kewenangan tertentu yang diatur dengan Keputusan Kapolda.

Anggota Wilayatul Hisbah yang telah diangkat menjadi PNS, kepadanya diberikan hak

penuh sebagai PPNS.

Ayat (2)

Sebelum Qanun tentang Hukum Acara Penerapan Syariat Islam terbentuk, KUHAP tetap

digunakan sebagai pedoman hukum acara.

Pasal 7

Cukup Jelas

Pasal 8

Kapolda Nanggroe Aceh Darussalam bersama Gubernur dan DPRD Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam dapat mengambil langkah-langkah persiapan untuk menyusun rancangan

Page 109: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

sub-unit organisasi pelaksana tekhnis bidang khusus (misalnya dalam bentuk direktorat)

untuk penegakan Syariat Islam.

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Yang dimaksud dengan tidak diatur khusus dalam Qanun Syariat Islam dan Qanun lainnya

misalnya seperti yang juga diatur dalam Qanun Peradatan, yang memberi kesempatan

kepada Keuchik dan Mukim untuk menyelesaikan tindak pidana secara musyawarah (Adat)

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Page 110: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Cukup jelas

Pasal 16

Dalam menjalankan kebijakan dibidang ketertiban dan ketenteraman masyarakat, perlu

dikonsultasikan kepada Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU), karena bidang-bidang ini

mencakup hal yang luas, agar dalam menjalankan kebijakan dibidang tertentu tidak

bertentangan dengan Ketentuan Syariat Islam.

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Sebelum terbentuknya Qanun tentang sub-unit organisasi Kepolisian Daerah dan Wilayatul

Hisbah, untuk hal tersebut Kapolda dan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam dapat

melakukan langkah-langkah persiapan dalam bentuk surat Keputusan.

Pasal 21

Huruf (1)

Cukup jelas

Huruf (2)

Page 111: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu:

Sumber dana dari APBD Provinsi diperuntukkan bagi Pelaksanaan Syariat Islam dan

kegiatan Wilayatul Hisbah untuk Tingkat Provinsi. APBD Kabupaten/Kota dimaksudkan

untuk mendukung kegiatan Pelaksanaan Syariat Islam dan Wilayatul Hisbah di

Kabupaten/Kota. Sedangkan sumber dana dari APBN diusahakan oleh Provinsi

berdasarkan usulan kegiatan Provinsi dan atau bersama Kabupaten/Kota yang dipergunakan

untuk membiayai Penyelenggaraan Syariat Islam dan kegiatan Wilayatul Hisbah di Provinsi

dan Kabupaten/Kota. Pembebanan pada APBN dalam rangka implementasi Undang-

undang Nomor 44 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001.

Pasal 22

Ketentuan ini dimaksudkan agar tidak terjadi kefakuman dalam usaha peningkatan Syariat

Islam.

Pasal 23

Cukup jelas

Page 112: Lembaga Kepolisian dalam Prespektif Hukum Islam Kajian ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/LISTIANA... · Tugas dan wewenangnya terdapat dalam pasal 13 yaitu: