Learning Objective

17
Learning Objective 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Homeostasis 2. Hubungan Homeostasis dengan Stress 3. Penatalaksanaan gangguan Homeostasis baik fisik maupun psikis dan baik secara medis maupun keperawatan 4. Mekanisme stress, adaptasi & homeostasis Organisme unisel tidak dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang berubah-ubah karena memiliki sedikit atau hampir tidak memiliki mekanisme perlindungan terhadap lingkungannya. Namun organisme multisel yang kompleks, seperti manusia, dapat hidup di lingkungan yang berubah-ubah karena mempunyai kemampuan mempertahankan keadaan lingkungan dalamnya (milieu interieur). Hal ini akan melindungi sel-sel yang letaknya di dalam tubuh dari perubahan lingkungan luar (milieu exterieur) sehingga menjamin kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Pentingnya lingkungan dalam yang stabil telah dikemukakan oleh Claude Bernard, seorang ahli ilmu faal Perancis pada tahun 1859. Dengan mempertahankan lingkungan dalam yang relatif stabil, organisme multisel yang kompleks dapat hidup bebas di lingkungan luar yang sangat bervariasi. Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon menyebutkan upaya mempertahankan keadaan lingkungan dalam yang stabil ini sebagai homeostasis, yang berasal dari kata Yunani homeo (sama) dan stasis (mempertahankan keadaan).

description

Learning Objective

Transcript of Learning Objective

Page 1: Learning Objective

Learning Objective

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Homeostasis

2. Hubungan Homeostasis dengan Stress

3. Penatalaksanaan gangguan Homeostasis baik fisik maupun psikis dan baik secara medis

maupun keperawatan

4. Mekanisme stress, adaptasi & homeostasis

Organisme unisel tidak dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang berubah-ubah karena

memiliki sedikit atau hampir tidak memiliki mekanisme perlindungan terhadap lingkungannya.

Namun organisme multisel yang kompleks, seperti manusia, dapat hidup di lingkungan yang

berubah-ubah karena mempunyai kemampuan mempertahankan keadaan lingkungan dalamnya

(milieu interieur). Hal ini akan melindungi sel-sel yang letaknya di dalam tubuh dari perubahan

lingkungan luar (milieu exterieur) sehingga menjamin kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Pentingnya

lingkungan dalam yang stabil telah dikemukakan oleh Claude Bernard, seorang ahli ilmu faal Perancis

pada tahun 1859. Dengan mempertahankan lingkungan dalam yang relatif stabil, organisme multisel

yang kompleks dapat hidup bebas di lingkungan luar yang sangat bervariasi. Ahli ilmu faal Amerika

Serikat Walter Cannon menyebutkan upaya mempertahankan keadaan lingkungan dalam yang stabil

ini sebagai homeostasis, yang berasal dari kata Yunani homeo (sama) dan stasis (mempertahankan

keadaan).

Banyak faktor dalam lingkungan internal yang harus di pertahankan secara homeostasis.

Faktor-faktor tersebut mencakup.

a. Konsentrasi molekul-molekul nutrien. Sel- sel memerlukan pasokan molekul nutrien

secara terus-menerus untuk menghasilkan energi. Energi, sabaliknya diperlukan untuk

Page 2: Learning Objective

menujang berbagai aktivitas sel baik yang bersifat khusus maupun yang untuk

mempertahankan kehidupan.

b. Konsentrasi O2 dan CO2. Sel-sel memerlukan O2 untuk melakukan reaksi kimia

pembentuk energi. CO2 yang dibentuk selama reaksi-reaksi ini harus dikeluarkan

sehingga tidak terbentuk asam yang meningkatkan keasaman lingkungan internal.

c. Konsentrasi zat sisa. Sebagai reaksi kimia menghasilkan produk-produk akhir yang

menimbulkan efek toksik pada sel tubuh jika dibiarkan berakumulasi.

d. pH. Perubahan pada pH (jumlah relative asam) berpengaruh buruk pada fungsi sel saraf

dan merusak aktivitas enzim semua sel.

e. Konsentrasi garam, air, dan elektrolit lain. Karena konsentrasi relatif garam (NaCl) dan

air di cairan ekstrasel mempengaruhi seberapa banyak air yang masuk atau keluar sel,

maka konsentrasi keduanya diatur secara cermat untuk mempertahankan volume sel.

Sel tidak berfungsi normal jika membengkak atau menciut. Elektrolit- elektrolit lain

berperan dalam berbagai fungsi vital lain. Sebagai contoh, denyut jantung yang teratur

bergantung pada konsentrasi kalium (K+) yang relatif konstan di cairan ekstrasel.

f. Volume dan tekanan. Komponen lingkungan internal yang beredar, yaitu plasma, harus

dipertahankan pada volume dan tekanan darah yang adekuat untuk menjamin distribusi

penghubung antara lingkungan eksternal dan sel yang penting ini ke sleuruh tubuh.

g. Suhu. Sel- sel tubuh berfungsi optimal dalam kisaran suhu yang sempit. Jika sel terlalu

dingin maka funsi sel akan terlalu melambat; dan yang lebih buruk lagi, jika sel terlalu

panas maka protein- protein structural dan enzimatik akan terganggu atau rusak.

(Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia, Edisi 6 EGC. Penerbit Buku Kedokteran.

Jakarta.)

STRESS adalah segala situasi dimana tuntutan non specific mengharuskan seorang individu

untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976). Lazarus dan Folkman (1994)

mendefinsikan stress psikologis sebagai hubungan khusus antara seseorang dengan

lingkungannya yang dihargai oleh orang lain tersebut sebagai pajak terhadap sumber

dayanya dan membahayakan kemapanannya. Stres dianggap sebagai faktor predisposisi

atau pencetus yang meningkatkan kepekaaan individu terhadap penyakit (Rahe, 1975).

STRESSOR adalah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor

menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa

kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan dan kebutuhan cultural.

Page 3: Learning Objective

HOMEOSTASIS. Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan

internal tubuh, dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi fisiologis.

Adaptasi fisiologis terhadap stress adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan

keadaan relatif seimbang. Kemampuan adaptif ini adalah bentuk dinamik dari ekuiliblrium

lingkungan internal tubuh. Lingkungan internal secara konstan berubah, dan mekanisme

adaptif tubuh secara kontinyu berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan ini

dan untuk mempertahankan ekuilibrium atau homeostasis.

Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan

memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf

dan endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam

frekwensi jantung, frekwensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan

dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan untuk

mempertahankan adaptasi. Dubos (1965) mengemukakan pandangan lebih lanjut ke sifat

dinamis respons-respons tersebut. Dia mengatakan bahwa ada dua konsep yang saling

mengisi: homestasis dan adaptasi. Homeostasis menekankan pada perlunya penyesuaian

yang harus segera dilakukan tubuh untuk menjaga komposisi internal selalu dalam batas

yang bisa diterima, sedangkan adaptasi lebih menekankan pada penyesuaian yang

berkembang sesuai berjalannya waktu. Dubos juga menekankan bahwa ada batasan respon

terhadap stimuli yang dapat diterima dan bahwa respon tersebut bisa berbeda pada setiap

individu. Baik homestasis maupun adaptasi dangat diperlukan untuk dapat bertahan dalam

dunia yang selalu berubah.

MEKANISME HOMEOSTASIS. Ketika seseorang menyadari tentang kebutuhan fisiologis tidak

terpenuhi seperti makanan atau kehangatan, tindakan yang akan dilakukan adalah untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk sebagian besar bagaimanapun juga, adaptasi

mencakup penyesuaian yang dibuat tubuh secara otomatis untuk mempertahankan

ekuilibrium. Mekanisme homeostasis ini adalah pengaturan – mandiri, dengan kata lain,

mekanisme ini adalah otomatis. Namun demikian, pada individu yang sakit atau mengalami

cedera, mekanisme ini mungkin tidak mampu untuk mempertahankan atau menopang

homeostasis.

Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu duatu proses

dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal, seperti penurunan suhu

tubuh, dan membuat suatu respon adaptif, seperti mulai menggigil untuk membangkitkan

panas tubuh. Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan dalam mengadaptasi stressor

dikomtrol oleh medulla oblongata, formasi reticular dan kelenjar hipofisis.

Page 4: Learning Objective

PSIKOSOMATIK STRESS. Dalam menghadapi waktu konflik, seringkali terjadi gangguan pada

fungsi badaniah. Gejala-gejala yang sebagian besar mengganggu fungsi faal yang berlebihan

sebagai akibat dari manifestasi, gangguan jika ini dinamakan gangguan psikosomatik.

Psikosomatik umumnya dapat membantu banyak dalam usaha mengerti hubungan antara

kepribadian seseorang dengan penyakit atau gangguannya. Suatu konflik menimbulkan

ketegangan pada manusia dan bila hal ini tidak terselesaikan dan disalurkan dengan baik

maka timbullah reaksi-reaksi yang abnormal pada jiwa. Jika ketegangan tersebut

mengganggu fungsi susunan saraf negatif, maka hal tersebut yang dinamakan gangguan

psikosomatik.

ADAPTASI MODEL. Setiap orang secara terus menerus akan menghadapi perubahan fisik,

psikis, dan sosial baik dari dalam maupun dari lingkungan luar. Jika hal tersebut tidak dapat

dihadapi dengan seimbang maka tingkat stress akan meningkat.

Model adaptasi menunjukkan bahwa empat faktor menentukan apakah suatu situasi adalah

menegangkan (Mechanic, 1962). Empat faktor yang mempengaruhi Kemampuan untuk

menghadapi stress itu adalah: Biasanya tergantung pada pengalaman seseorang dengan

stressor serupa, sistem dukungan, dan persepsi keseluruhan trehadap stressor.

a. ADAPTASI FISIOLOGIS/BIOLOGIS. Pada dasarnya disetiap tubuh manusia telah terdapat

mekanisme pertahanan yang bersifat alami dan bekerja secara teratur sehingga

memungkinkan tubuh untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang

berasal dari faktor internal. Mekanisme ini bekerja dengan sendirinya dan akan berubah

menjadi suatu aksi tanpa didasari dan biasanya berfungsi dalam kondisi yang tidak normal.

b. ADAPTASI PSIKOLOGIS. Seseorang yang menghadapi stress akan mengalami kondisi-

kondisi yang tidak mengenakkan secara psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi,

terancam, tak tentram yang semuanya itu berdampak pada munculnya suatu kontak konflik

dalam jiwa mereka. dan konflik tersebut diekspresikan dalam bentuk kemarahan atau

ekspresi-ekspresi lain yang dapat membuat orang tersebut merasa sedikit nyaman atau

terlepas dari stress yang dihadapinya.

c. ADAPTASI SOSIAL BUDAYA. Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan

budaya masing-,masing. Antara lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki budaya

berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika

hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan tercipta keseimbangan. Namun jika hal

tersebut tidak dapat dilakukan bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut

akan mengalami stress

Page 5: Learning Objective

d. ADAPTASI SPIRITUAL. Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang hendaknya

harus dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil

dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran

tersebut pasti terjadi perubahan dalam perilaku manusia.

1. PENGERTIAN ADAPTASI. Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial

berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari,

promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas

terhadap stress. Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan

homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi

psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan

internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan

demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal.

Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping

dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ;

Monsen, Floyd dan Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin

berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota

gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap

stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi

membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.

2. DIMENSI ADAPTASI. Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional,

intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh

karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap stress, perawat harus

mempertimbangkan individu secara menyeluruh.

a. ADAPTASI FISIOLOGIS. Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah

diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini

tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan

indicator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien

mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini

dapat timbul sepanjang tahap stress. Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung

berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari

berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data

dari semua sistem

Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset

telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada

Page 6: Learning Objective

masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak

ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang

meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian.

Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.

Indikator fisiologis stress

Kenaikan tekanan darah

Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.

Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan

Telapak tangan berkeringat

Tangan dan kaki dingin

Postur tubuh yang tidak tegap

Keletihan

Sakit kepala

Gangguan lambung

Suara yang bernada tinggi

Mual,muntah dan diare.

Perubahan nafsu makan

Perubahan berat badan

Perubahan frekwensi berkemih

Dilatasi pupil

Gelisah

Peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik, kortisol dan katekolamin dan hiperglikemia.

ADAPTASI PSIKOLOGIS. Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan

mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai

cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak

faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa

gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor,

mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang

merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media

terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan,

komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu

kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).

Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :

Page 7: Learning Objective

Ansietas

Depresi

Kepenatan

Peningkatan penggunaan bahan kimia

Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.

Kelelahan mental

Perasaan tidak adekuat

Kehilangan harga diri

Peningkatan kepekaan

Kehilangan motivasi.

Ledakan emosional dan menangis.

Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.

Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).

Mudah lupa dan pikiran buntu

Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.

Preokupasi (mis. mimpi siang hari )

Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.

Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit

LetargiKehilangan minat

Rentan terhadap kecelakaan.

F. RESPON PATOFISIOLOGI TERHADAP STRESS

1. KOMPONEN FISIOLOGI. Riset klasik yang telah dilakukan oleh Selye (1946, 1976) telah

mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stress; sindrom adaptasi lokal (LAS) dan

sindrom adaptasi umum (GAS). LAS adalah respon dari jaringan, organ atau bagian tubuh

terhadap stress karena trauma, penyakit atau perubahan fisiologis lainnya. GAS adalah

respons pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stress.

a. LAS (Lokal Adaptation Syndrome). Tubuh menghasilkan banyak respons setempat

terhadap stress. Respons setempat ini termasuk pembekuan darah, penyembuhan luka,

akomodasi mata terhadap cahaya dan respon tekanan.

b. GAS (General Adaptation Syndrome). GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh

terhadap stress. Respon ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf

otonom dan sistem endokrin. Beberapa buku menyebutkan GAS sebagai respon neuro-

endokrin. GAS terdiri atas reaksi peringatan , tahap resisten dan tahap kehabisan tenaga.

Page 8: Learning Objective

2. KOMPONEN PSIKOLOGI. Pemajanan terhadap stressor mengakibatkan respoons adaptif

psikologis dan fisiologis. Ketika seseorang terpajan pada stressor, maka kemampuan mereka

untuk memenuhi kebutuhan darah terganggu. Gangguan atau ancaman ini, baik yang aktual

atau yang dicerap,menimbulkan frustasi, ansietas, dan ketegangan (Kline-Leidy, 1990).

Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi

stressor. Perilaku ini diarahkan pada penatalaksanaanstress dan didapatkan melalui

pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan individu mengidentifikasi perilaku yang dapat

diterima dan ebrhasil.

Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif membantu

individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Bahkan ansietas dapat

konstruktif ; misalnya , ansietas dapat menjadi tanda bahwa terdapat ancaman sehingga

seseorang dapat melakukan tindakan untuk mengurangi keparahannya. Perilaku destruktif

mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan masalah, keperibadian, dan

situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi. Ansietas dapat juga bersifat

destruktif (mis. jika seseorang tidak mampu beritindak melepaskan diri dari stressor). Sama

halnya, penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan dapat dipandang sebagai perilaku

adapatif ; dalam kenyataannya hal ini malah meningkatkan stress dan bukan menurunkan

stress. Perilaku adapatif psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini

dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan tehnik pemecahan masalah

secara langsung untuk menghadapi ancaman, atau dapat juga mekanisme pertahanan ego,

yang tujuannya adalah untuk mengatur distress emosional dan dengan demikian

memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stress. Mekanisme pertahanan

ego adalah metode koping terhadap stress secara tidak langsung.

G. MANAJEMEN STRESS. Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan

sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit.

Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan

pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada

beberapa daerah perawatan.

1. MANAJEMEN STRESS UNTUK KLIEN

a. REGULER EXERCISE. Program olahraga teratur meningkatkan tonus otot dan postur otot,

mengontrol berat badan, mengurangi ketegangan dan meningkatkan relaksasi. Selain itu ,

olahraga juga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan meningkatkan fungsi

kardiovaskular. Klien yang mempunyai riwayat penyakit kronis, yang berisiko untuk

mengalami suatu penyakit , atau yang berusia lebih dari 35 tahun harus mulai melakukan

Page 9: Learning Objective

program latihan fisik hanya setelah mendiskusikannya dengan dokter. Secara umum agar

program kebugaran aliran darah ke otot memberi efek fisik yang positif, seseorang harus

melakukan olahraga setidakanya tiga kali dalam satu minggu selama 30 sampai 40 menit.

Setiap orang harus melakukan latihan pernapasan sebelum melakukan latihan berat seperti

jogging, gerakan aerobic atau tennis. Latihan pernapasan menstimulasi aliran darah ke otot

dan meningkatkan kelenturan. Latihan ini mengurangi risiko kerusakan pada sistem

musculoskeletal selama latihan. Sama halnya seseorang harus melakukan latihan

pendinginan dan tidak berhenti secara mendadak. misalnya , setelah jogging atau gerakan

aerobic, orang tersebut harus bergerak dengan gerakan sedang, secara bertahap

diperlambat dan berhenti. Latihan pendinginan memungkinkan sistem kardiovaskuler,

musculoskeletal, dan sistem metabolic secara bertahap kembali pada keadaan istirahat.

Program latihan efektif dalam menurunkan keparahan kondisi akibat stress seperti

hipertensi, kegemukan, sakit kepala migren, keletihan mental, peka rangsang dan sepresi.

Latihan meningaktakan pelepasan opioid endogen yang menciptakan perasaan sejahtera

(McCubbin & McCubbin, 1993).

b. DIET DAN NUTRISI. Nutrisi dan latihan berhubungan erat. Makanan memberi bahan bakar

untuk aktivitas dan meningkatkan latihan, yang meningkatkan sirkulasi dan pemberian

nutrient ke jaringan tubuh. Setiap orang didorong untuk mempertahankan berat badan

sesuai dengan rentang standart usia, jenis kelamin, dan bentuk tubuh. Selain untuk

menghindari kelebihan makan atau kekurangan makan, seseorang harus mewaspadai

kualitas makanan. Terlalu banyak lemak, kafein, garam atau gula dapat mengganggu fungsi

metabolic tubuh, defisiensi vitamin, mineral, dan nutrient juga dapat menyebabkan masalah

metabolisme. Kebiasaan diet yang buruk dapat memperburuk respond stress dan membuat

individu mudah tersinggung, hiperaktif dan gelisah. Hal ini merusak kemampuan untuk

memenuhi tanggung jawab personal, keluarga, dan peran.

c. SUPPORT SISTEM. Peribahasa “ no man is an island” terutama penting untuk

penatalaksanaan stress. Sistem pendukung seperti keluarga , teman atau rekan kerja yang

akan mendengarkan dan memberikan nasihat dan dukungan emosional akan sangat

bermamfaat bagi seseorang yang mengalami stress. Sistem pendukung dapat mengurangi

reaksi stress dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental (Revenson dan Majerovitz,

1991). Riset keperawatan telah mendokumentasikan adanya korelasi dukungan sosial positif

dengan pengurangan gejala penyakit kronis (White, Richter, & Fry, 1992). Ubrich dan

Bradsher (1993) menunjukkan bahwa dukungan dapat meringankan efek stressor atau

distress emosional baik pada lansia wanita kulit putih maupun suku Afrika-Amerika terutama

Page 10: Learning Objective

jika dukungan dipandang sebagai orang yang sangat dipercaya. Perawat dapat menggunakan

berbagai metode untuk membantu klien membangun sistem pendukung, melibatkan diri

dalam aktivitas kelompok tempat ibadah dan memberi dorongan untuk melakukan aktivitas

rekreasi. Perawat dapat menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengajarkan klien

tentang keterampilan sosialisasi jika klien tidak mengetahui bagaimana cara berinteraksi

dengan tepat. Semua metode ini membantu klien membangun sistem pendukung yang kuat.

Jika stress merupakan akibat dari isolasi sosial, maka strategi keperawatan ditujukan untuk

membantu klien mengembangkan jaringan sosial baru.

d. TIME MANAGEMENT. Seseorang yang menggunakan waktu secara efisien biasanya

mengalami lebih sedikit stress karena mereka merasa lebih terkontrol dalam hidupnya.

Perawat yang bertindak dalam domain pengajaran-pelatihan dapat membantu klien

memprioritaskan tugas jika mereka merasa kewalahan atau imobilisasi. Penstrukturan waktu

yang realistic diperlukan jika klien tidak menyisikan waktu yang cukup untuk setiap aktivitas.

Fungsi peran klien harus dianalisis secara berkaitan untuk menentukan apakah modifikasi

dapat dibuat sehingga dapat mengurangi tuntutan waktu (Peddicord,1991). Mengendalikan

tuntutan dari orang lain penting untuk penatalaksanaan waktu yang efektif. Sedikit orang

yang mampu mengikuti semua permintaan yang diajukan oleh orang lain. penting artinya

untuk belajar mengenali permintamaan mana yang dapat dipenuhi secara realistic,

kebutuhan mana yang akan dinegosiasi, dan kebutuhan mana yang dapat ditolak secara

asertif. Menghambat periode waktu untuk menunjukkan tujuan spesifik juga mengurangi

rasa keterburuan dan meningkatkan perasaan kontrol.

e. HUMOR. Humor adalah terapi yang terkenal dalam literatur umum oleh Norman Cousins

(1979). Kemampuan untuk menerima hal-hal lucu dan tertawa melenyapkan stress

(Robinson, 1990; Dahl dan O’Neal, 1993). Hipotesisfisiologis menyatakan bahwa tertawa

melepaskan endorphin ke dalam sirkulasi dan perasaan stress di lenyapkan.

f. ISTIRAHAT. Pola istirahat dan tidur yang tetap, dan kebaisaan juga penting untuk

menangani stress. Seseorang yang mengalami stress harus di dorong meluangkan waktunya

untuk istirahat dan tidur. Tidur tidak hanya menyegarkan tubuh, Tetapi juga membantu

seseorang menjadi rileks secara mental. Klien mungkin membutuhkan bantuan specific

dalam mempelajari tehnik relaks sehingga dapat tertidur.

g. TEHNIK RELAKSASI. Relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan tehnik

manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan emodional stress. Tehnik relaksasi

adalah perilaku yang dipelajari dan membutuhkan waktu pelatihan dan praktek. Setelah

klien menjadi terampil dalam tehnik ini , ketegangan dikurangi dan parameter fisiologis

Page 11: Learning Objective

berubah. Ada 4 komponen utama dari tehnik relaksasi yaitu : Lingkungan yang tenang,

menghindarkan sebanyak mungkin kebisingan dan gangguan–gangguan Posisi yang nyaman,

duduk tanpa ketegangan otot.

Sikap yang dapat diubah, mengosongkan semua pikiran-pikiran dari alam sadar.

Keadaan mental (yang baik, memusatkan perhatian pada suara, kata-kata, ungkapan,

imaginasi, objek atau pola napas untuk merubah pikiran-pikiran secara internal menjadi

pikiran yang lebih dapat diterima). Faktor yang penting adalah bagaimana seseorang

mengosongkan pikirannya dari semua pikiran-pikiran dan memusatkan perhatian pada

mental device. Wajarlah bila pikiran-pikiran itu makin menerawang. Bila terjadi demikian,

orang tersebut akan dengan segera langsung kembali kepada mental device. Setiap periode

relaksasi ini harus membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Ada Beberapa pendekatan

yang dapat dilaksanakan melalui instruksi perawat kepadda klien , tanpa menggunakan

peralatan khusus dan juga tanpa perintah dokter yaitu relaksasi profresif dan relaksasi

respon Benson. Relaksasi progresif terdiri atas peregangan dan relaksasi sekelompok otot

dan memfokuskannya perasaan relakasasi.

h. SPIRITUALITAS. Aktivitas spiritual dapat juga mempunyai efek yang positif dalam

menurunkan stress (Dahl dan O’ Neal , 1993). Praktik seperti berdoa, meditasi atau

membaca bahan bacaan keagamaan dapat menjadi sumber yang bermamfaat bagi klien.

Pada penelitian (Young, 1993) praktik spiritual klien lansia dapat meningkatkan perasaan

produktivitas dan kemampuan beradaptasi yang membantu dalam menghadapi individu

sakit kronis

DAFTAR PUSTAKA

1. Long C Barbara, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan IAPK, Pajajaran Bandung.

2. Kozier Erb, Fundamental Of Nursing : Concept Process and practice, Addison Weslwy

Publishing co, USA, 1991.

3. Smeltzer bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & studdarth edisi 8 ,

EGC, Jakarta.

4. Ellis RJ, A Elizabeth, 1994, Nowlis, Nursing : A Human Needs Approach, Fifth Edition, JB

Lippincott Company, Philadephia.

5. Wolf, Weitzel, Fuerst, 1984, Dasar-dasar Ilmu Keperawatan, buku kedua, Gunung Agung,

Jakarta.

6. Potter Terry, 1997,Fundamentals Of Nursing : Concepts, Process and Practice, Fourth

Edition, Mosby Year Book.

Page 12: Learning Objective