LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI TANGKI UNTUK …
Transcript of LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI TANGKI UNTUK …
LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI TANGKI UNTUK MEREDUKSI WASTE DENGAN PENDEKATAN PENGUKURAN PERFORMANSI PODUKSI (STUDI KASUS: CV. SUMBER PANGESTU)
ISKANDAR ZULKARNAIN 2510.100.086 Dosen Pembimbing: H. Hari Supriyanto
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Tinjauan Pustaka
Metodologi Penelitian
Define
Measure
Analyze
Improvement
Control
Outline
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Pentingnya Industri Manufaktur
Penciptaan Nilai Tambah
Penyerapan Tenaga Kerja
Produktif
Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi
Industri Manufaktur
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Performansi
Kehadiran Industri
Manufaktur Produktif Berdaya Saing
Persaingan Industri yang
Ketat
Meningkatkan Performansi
Bersaing dengan
Kompetitor
Performansi Tolok Ukur Kondisi
Perusahaan Saat ini
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Objek Amatan CV. Sumber Pangestu merupakan perusahaan industri manufaktur di bidang karoseri
yang memproduksi tangki truk.
Penyaluran Air Minum Sanitasi
Kebutuhan Industri
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
0
10
20
30
40
50
60
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pro
sen
tase
San
itas
i Lay
ak (
%)
Tahun
Kebutuhan Tangki Truk
Grafik Prosentase Akses Sanitasi Layak Sumber: BPS, Susenas 2012
39
40
41
42
43
44
45
46
47
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pro
sen
tase
Air
Min
um
Lay
ak (
%)
Tahun
Grafik Prosentase Akses Air Minum Layak Sumber: BPS, Susenas 2010
56,24%
Tahun 2012
Target 62,41%
Tahun 2015
45,85%
Tahun 2010
Target 68,87%
Tahun 2015
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Grafik Jumlah Order Tarngki per Tahun
Lead Time Produksi
Meningkat
Biaya Produksi Bertambah
Tahun Jumlah Order
2007 84
2008 80
2009 67
2010 73
2011 59
2012 50
2013 48 0
20
40
60
80
100
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jum
lah
Ord
er
Tahun
Grafik Jumlah Order
Sumber: Data Perusahaan CV. Sumber Pangestu, 2014
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Penurunan Performansi
Indikasi Waste Pengukuran
Pada KPI Sistem Manufaktur
Improvement Lean Six Sigma
LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI TANGKI UNTUK MEREDUKSI WASTE DENGAN PENDEKATAN
PENGUKURAN PERFORMANSI PRODUKSI (Studi Kasus: CV. Sumber Pangestu)
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Value Stream Mapping
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Bagaimana mereduksi lead time dan biaya produksi serta waste kritis guna meningkatkan performansi produksi berdasarkan metode lean six sigma dan
pendekatan KPI sistem manufaktur.
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Mengidentifikasi waste yang terjadi pada proses produksi berdasarkan KPI sistem manufaktur
Mengidentifikasi penyebab permasalahan terjadinya waste
Memberikan alternatif solusi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam mereduksi waste dan meningkatkan performansi perusahaan
TUJUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
MANFAAT
Membantu perusahaan untuk meningkatkan performansi produksi
Memperoleh alternatif solusi bagi perusahaan dalam mereduksi waste sehingga dapat mengurangi cost selama proses produksi
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Batasan
• Batasan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tugas akhir ini memfokuskan pada tahap pemberian alternatif untuk rekomendasi perbaikan, sedangkan pada tahap control disesuaikan dengan kebijakan dari perusahaan
Asumsi
• Asumsi yang digunakan pada penelitian tugas akhir ini yaitu proses administrasi kendaraan tidak dimasukkan ke dalam overall lead time dan proses produksi berjalan normal mulai awal hingga akhir saat penelitian dilaksanakan
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Menurut Sony dkk (2003), pengukuran kinerja atau performansi adalah
tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai
yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai
umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu
rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas
aktivitas perencanaan dan pengendalian.
Performansi
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
KPI Sistem Manufaktur
• Indikator yang dipergunakan untuk menilai performa manufaktur
• 6 Kelompok KPI
- Performa produksi - Performa kualitas - Performa biaya - Performa pengiriman - Safety dan ramah lingkungan - Partisipasi tenaga kerja
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Lean merupakan sebuah metode dan juga konsep pemikiran yang
mempunyai tujuan untuk memaksimalkan customer value dengan meminimalkan
penggunaan sumber daya yang ada. Lean berusaha untuk mengoptimalkan aliran
produk di sepanjang aliran value stream antara perusahaan hingga ke konsumen. Di
setiap aliran proses pasti akan terjadi waste. Untuk itu, Lean akan mengeliminasi
waste yang timbul di sepanjang proses. Lean menciptakan proses yang
membutuhkan sumber daya lebih sedikit, mulai dari sumber daya manusia, biaya,
dan juga waktu proses (Hines and Taylor, 2000).
Lean Thinking
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Michael L. George (2002) dalam buku “Lean Six Sigma”, menjelaskan Six
Sigma tidak hanya sekedar metodologi perbaikan saja, melainkan sebuah sistem
manajemen yang bertujuan mengadakan perbaikan yang menguntungkan bagi
semua elemen konsumen, pemegang saham, dan elemen perusahaan itu sendiri;
pengukuran tingkat kapabilitas proses, dan juga perbaikan untuk mencapai hasil
yang mendekati sempurna.
Six Sigma
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Lean Six Sigma yang merupakan kombinasi antara konsep Lean dan Six
Sigma dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan sistemik dan sitematik untuk
mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang
tidak bernilai tambah (non-value-added activities) melalui peningkatan terus menerus
untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma.
Lean Six Sigma
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Waste adalah hasil dari penggunaan berlebih sumber daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau jasa. Menurut Vincent Gasperz (2006) dalam buku “Continuous Cost Reduction Trough Lean Sigma Approach” terdapat sembilan waste yang dapat diidentifikasi dalam sebuah perusahaan atau yang biasa disingkat dengan E-DOWNTIME: 1. Environmental, Health and Safety (EHS) 2. Defects 3. Overproduction 4. Waiting 5. Not Utilizing employees knowledge, skill and abilities 6. Transportation 7. Inventory 8. Motion 9. Excess Processing
9 Waste (E-DOWNTIME)
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Root Cause Analysis merupakan sebuah proses untuk menentukan akar
penyebab dari permasalahan-permasalahan yang terjadi. Untuk membuat suatu root
cause analysis, bisa dilakukan dengan menggunakan fishbone diagram (Arthur, 2011).
Setelah mengetahui root cause dari permasalahan, dilakukan analisa selanjutnya
untuk mengetahui penyebab kritis. Hasil dari RCA dapat pula dianalisis lebih lanjut
dengan menggunakan tools FMEA (Failure Mode and Effect Analysis). Tools lainnya
yang bisa digunakan dalam melakukan root cause analysis adalah metode 5 Whys. 5
Whys merupakan sebuah metode yang tidak berbasiskan data. 5 whys lebih dikenal
sebagai lean tools daripada six sigma tools. Meskipun tidak berbasiskan data, tools ini
dapat menunjukkan dengan mudah akar penyebab dari suatu permasalahan dengan
terus menerus menanyakan penyebabnya (biasanya hingga lima kali).
Root Cause Analysis (RCA)
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) merupakan sebuah pendekatan
untuk menggambarkan semua kemungkinan kegagalan, dampaknya terhadap sistem
(severity), kemungkinan terjadinya (occurrence), dan kemungkinan terdeteksinya
sebuah kegagalan (detection). FMEA mampu mengklasifikasikan kegagalan dengan
rinci sehingga mampu menunjukkan kegagalan-kegagalan kritis yang harus diantisipasi
oleh perusahaan (Pyzdek and Keller, 2010).
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Tahap Identifikasi
Identifikasi
Perumusan Masalah
Penentuan Tujuan
Performansi, Konsep Lean Thinking, Six Sigma, Lean Six
Sigma, beserta tools yang digunakan
Studi Pustaka
Pengamatan proses produksi yang berkaitan dengan performansi perusahaan dan Lean Six Sigma
Studi Lapangan
A
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
· Identifikasi visi, misi, dan target perusahaan· Pemetaan alur proses produksi eksisting dengan menggunakan
value stream mapping· Identifikasi Kriteria Performansi Perusahaan· Identifikasi permasalahan dan indikator kritis
Define
A
Data cukup ?
· Perhitungan nilai performansi awal dengan KPI Sistem Manufaktur
· Identifikasi waste berdasarkan E-DOWNTIME· Membangun CTQ (Critical To Quality)· Penetapan waste dan proses kritis
Measure
B
D
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Tahap Analisis dan Perbaikan
· Analisis penyebab waste kritis dengan 5 why’s· Membangun Root Cause Analysis (RCA)· Membangun FMEA (Failure Mode and Effect Analysis
Analyze
B
· Membangun usulan-usulan perbaikan dari critical variabel yang ada
· Menentukan peningkatan kualitas dari improvement yang diusulkan
Improvement
Membangun SOP untuk setiap improvement yang diusulkan
Control
C
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Tahap Kesimpulan dan Saran
Sudah sesuai dengan problem ?
Kesimpulan dan saran
D
C
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Environmental, Health, and Safety
Defect
Over Production
Waiting
Not Utilizing Employee
Transportation
Inventory
Motion
Excess Processing
Waste Identification
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Perhitungan Waste
Waiting
Defect
Excess Processing
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Perhitungan Waste Waiting
Periode Unplanned Downtime (Hours) Production Time (Hours) %
1 4 50 8,00
2 5 51 9,80
3 8 54 14,81
4 5 51 9,80
5 6 52 11,54
6 8 54 14,81
7 5 51 9,80
8 7 53 13,21
Total 48 416
Rata-rata 6 52 11,47
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Perhitungan Waste Waiting
Komponen Satuan (Rp) Rat-rata Downtime (jam) Jumlah
Biaya T. kerja per jam Rp 126.923 6 Rp 761.538
Opportunity profit/jam Rp 108.861 6 Rp 653.167
Total Rp 1.414.705
Cost
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Perhitungan Waste Excess Processing
Periode Rework (Hours) Production Time (Hours) %
1 13,5 59,5 22,69
2 17 63 26,98
3 14,5 60,5 23,97
4 15,5 61,5 25,20
5 18 64 28,13
6 16 62 25,81
7 17,5 63,5 27,56
8 18 64 28,13
Total 130 498
Rata-rata 16,25 62,25 26,06
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Perhitungan Waste Excess Processing
Variabel Satuan (Rp) Rata-rata rework (jam) Jumlah
Biaya T. kerja per jam Rp 126.923 16,25 Rp 2.062.499
Opportunity profit/jam Rp 108.861 16,25 Rp 1.768.995
Total Rp 3.831.494
Cost
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Perhitungan Waste Defect
Periode Defect Total Unit Process %
1 3 11 27,27
2 4 12 33,33
3 3 11 27,27
4 3 11 27,27
5 4 12 33,33
6 4 12 33,33
7 3 11 27,27
8 4 12 33,33
Total 28 92
Rata-rata 4 11,5 30,30
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Perhitungan Waste Defect
Cost
Variabel Biaya Biaya (jam) Waktu (jam) Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp 52.800 10 Rp 528.000
Biaya Energi Rp 39.142 10 Rp 391.420
Total Rp 919.420
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Root Cause Analysis Waste Waiting
Waste Subwaste Why-1 Why-2 Why-3 Why-4 Why-5
Waiting
Downtime Cutting
Komponen elektronik rusak
Elemen listrik hangus Kemampuan mesin dalam
pemotongan material kurang
Daya mesin kurang Pemilihan Daya mesin
yang tidak tepat
Kekerasan pisau kurang Kesalahan operator
dalam pemilihan pisau pemotong
Konsleting kejutan arus Tidak terdapat stabilizer
listrik
Motor mesin rusak
Power Transmission rusak
Poros spindel kotor Operator tidak
membersihkan poros spindel
Panel Control tidak berfungsi
Kerusakan komponen panel
Kurangnya penjadwalan maintenance mesin
Downtime Welding
Kerusakan kabel Sistem perkabelan
kendur Benturan
Penempatan mesin tidak pada tempatnya
Travo converter daya hangus
Suhu tidak stabil Sistem pendinginan rusak Sirkulasi udara tidak baik Operator tidak
membersihkan debu pada kipas pendingin
Hubungan pendek
Mesin las terkena percikan air
Penempatan mesin tidak pada tempatnya
Debu scrap yang menumpuk pada board
sirkuit
Operator tidak membersihkan debu scrap
pada kipas pendingin
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Root Cause Analysis Waste Defect
Waste Subwaste Why-1 Why-2 Why-3 Why-4 Why-5
Defect
Retak
Elektroda tidak menyatu
Kandungan karbon elektroda lebih
rendah dari material
Pemilihan jenis elektroda yang tidak
tepat
Operator tidak melakukan
pemeriksaan terhadap kandungan karbon
elektroda
Penyebaran panas yang tidak seimbang
Kecepatan mengelas yang tidak teratur
Kemampuan operator dalam mengatur
kecepatan las masih kurang
Pembekuan yang terlalu cepat
Pendinginan tidak dilakukan secara
perlahan
Pengetahuan operator yang masih kurang
pada proses pendinginan
Penyambungan yang tidak sempurna
Penembusan kurang baik
Ayunan elektroda yang tidak teratur
Kecepatan pengelasan terlalu tinggi
Skill operator masih kurang dalam
pengelasan
Arus terlalu rendah Pegaturan converter yang tidak sesuai
Kesalahan operator dalam setting mesin
las
Keropos
Elektroda menyatu dengan material
lain
Terdapat kotoran-kotoran pada
material
Operator lupa membersihkan
material yang akan diproses
Sudut kampuh tidak sempurna
Posisi elektroda tidak tepat
Ukuran elektroda salah
Kesalahan operator dalam pemilihan
elektroda Busur nyala terlalu
pendek Arus terlalu rendah Kesalahan operator dalam setting arus las
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Root Cause Analysis Waste Excess Processing
Waste Subwaste Why-1 Why-2 Why-3 Why-4 Why-5
Excess Processing
Rework Cutting
Ukuran Plat yang dipotong tidak
sesuai
Kesalahan operator dalam
pengukuran awal Human error
Kesalahan operator saat pemotongan
Skill operator dalam proses pemotongan
masih kurang
Tepi plat tidak rata Pisau mesin
cutting tumpul
Operator belum mengganti pisau
mesin cutting
Tidak dilakukan penggantian pisau
mesin cutting secara rutin
Rework Bending
Kesalahan Operator saat
setting awal mesin bending
Kurangnya kemampuan dalam
menganalisis ketebalan material
Pengetahuan yang kurang terhadap
kemampuan mesin bending
Human error operator saat
melakukan setting mesin
Rework Welding Tidak mencukupi standar kualitas
Terjadi kerusakan pada hasil las
Kesalahan dalam penentuan
penggunaan alat dan material
Skill operator dalam proses welding masih
kurang
Human error
Hasil pengelasan tidak rapi
Pengalaman operator pengelasan masih
kurang
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
FMEA Waste Waiting
Waste Potential Failure
Mode Potential Effect Severity Potential Causes Occurance Control Detection RPN
Waiting
Mesin cutting tidak berfungsi
Komponen elektonik hangus
dan proses cutting tidak dapat
dilaksanakan
5 Pemilihan Daya
mesin yang tidak tepat
3 Inspeksi visual 4 60
5 Kesalahan operator
dalam pemilihan pisau pemotong
3 Inspeksi visual 4 60
5 Tidak terdapat stabilizer listrik
3 Pengawasan
lapangan 3 45
Motor mesin tidak dapat berputar
dan proses cutting tidak dapat
dilaksanakan
3 Operator tidak
membersihkan poros spindel
8 Inspeksi visual 5 120
3 Kurangnya
penjadwalan maintenance mesin
5 Evaluasi
penjadwalan maintenance
5 75
Mesin welding tidak berfungsi
Busur las tidak dapat dialirkan arus listrik dan proses welding
tidak dapat dilakukan
6 Penempatan mesin
tidak pada tempatnya
3 Pengawasan
lapangan 2 36
6 Operator tidak
membersihkan debu pada kipas pendingin
6 Inspeksi visual 5 180
6 Penempatan mesin
tidak pada tempatnya
3 Pengawasan
lapangan 2 36
6
Operator tidak membersihkan debu
scrap pada kipas pendingin
6 Inspeksi visual 5 180
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
FMEA Waste Defect
Waste Potential Failure
Mode Potential Effect Severity Potential Causes Occurance Control Detection RPN
Defect
Hasil pengelasan retak
Hasil pengelasan reject dan harus dilakukan proses pengelasan ulang
5
Operator tidak melakukan
pemeriksaan terhadap kandungan
karbon elektroda
5 Analisa lebih
lanjut 5 125
5
Kemampuan operator dalam
mengatur kecepatan las masih kurang
4 Inspeksi
visual 4 80
5
Pengetahuan operator yang masih kurang pada proses
pendinginan
6 Pengawasan
lapangan 6 180
5 Skill operator masih
kurang dalam pengelasan
6 Pengawasan
lapangan 5 150
5 Kesalahan operator dalam setting mesin
las 4
Pengawasan lapangan
4 80
Hasil pengelasan keropos
Hasil pengelasan reject dan harus dilakukan proses pengelasan ulang
5
Operator lupa membersihkan
material yang akan diproses
5 Inspeksi
visual 5 125
5 Kesalahan operator
dalam pemilihan elektroda
5 Analisa lebih
lanjut 5 125
5 Kesalahan operator dalam setting arus
las 5
Pengawasan lapangan
5 125
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
FMEA Waste Excess Processing
Waste Potential Failure
Mode Potential Effect Severity Potential Causes Occurance Control Detection RPN
Excess Processing
Ukuran plat tidak sesuai dengan ukuran design
Plat tidak dapat dilanjutkan ke
proses bending dan harus
dilakukan rework
5 Human error 2 Pengawasan
lapangan 2 20
5 Skill operator dalam proses pemotongan
masih kurang 6
Pengawasan lapangan
5 150
5
Tidak dilakukan penggantian pisau
mesin cutting secara rutin
5 Inspeksi
visual 5 125
Tingkat kelengkungan plat belum mencukupi
kebutuhan
Plat tidak dapat dilanjutkan ke proses welding
dan harus dilakukan rework
4
Pengetahuan yang kurang terhadap
kemampuan mesin bending
6 Pengawasan
lapangan 6 144
4
Human error operator saat
melakukan setting mesin
2 Pengawasan
lapangan 2 16
Terjadi keretakan atau keropos pada hasil las
Kerusakan pada sambungan material dan
harus dilakukan rework
6 Skill operator dalam
proses welding masih kurang
6 Pengawasan
lapangan 5 180
6 Human error 3 Pengawasan
lapangan 2 36
6 Pengalaman
operator pengelasan masih kurang
4 Pengawasan
lapangan 4 96
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Rekap FMEA Kritis
No Waste Root Cause Pelatihan SOP Maintenance
1
Waiting
Operator tidak membersihkan poros spindel
√
2 Operator tidak membersihkan debu pada kipas pendingin
√
3 Operator tidak membersihkan debu scrap pada kipas pendingin
√
4
Defect
Operator tidak melakukan pemeriksaan terhadap kandungan karbon elektroda
√
5 Pengetahuan operator yang masih kurang pada proses pendinginan
√
6 Skill operator masih kurang dalam pengelasan √
7 Operator lupa membersihkan material yang akan diproses
√
8 Kesalahan operator dalam pemilihan elektroda √
9 Kesalahan operator dalam setting arus las √
10
Excessive Processing
Skill operator dalam proses pemotongan masih kurang √
11 Tidak dilakukan penggantian pisau mesin cutting secara rutin
√
12 Pengetahuan yang kurang terhadap kemampuan mesin bending
√
13 Skill operator dalam proses welding masih kurang √
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Pembentukan Alternatif
Alternatif Solusi Perbaikan Improvement yang dapat dilakukan
1 Membentuk tim perancangan dan pengawasan Standard Operational
Procedure (SOP)
Membuat SOP pada setiap proses produksi tangki
Membuat checklist SOP pada setiap proses
Membuat SOP quality control pada setiap proses
Membuat pandauan dan standar penggunaan setiap mesin produksi
Melakukan pengawasan pada pelaksanaan SOP
2 Membuat perencanaan maintenance mesin
Membuat jadwal maintenance mesin
Membuat daftar waktu maksimal penggunaan mesin
Membuat prosedur penggunaan mesin
Membuat prosedur maintenance mesin
3 Pengadaan pelatihan spesialisasi kepada
karyawan
Mengadakan pelatihan, peningkatan knowledge dan pengembangan skill kepada setiap pekerja
Melakukan pengawasan pasca pelatihan
Memantau kinerja dan prestasi pekerja
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Value Engineering
Productivity Quality Cycle Time
0,4 0,3 0,3 9319370,061
0 12 13 15 13,2 123.015.685Rp 1
1 21 18 19 19,5 140.015.685Rp 1,297909705
2 19 18 20 19 131.015.685Rp 1,351502543
3 20 20 18 19,4 128.861.764Rp 1,403021145
1,2 20 17 20 19,1 148.015.685Rp 1,202575041
1,3 24 22 21 22,5 145.861.764Rp 1,437565413
2,3 19 22 22 20,8 136.861.764Rp 1,416340782
1,2,3 22 22 19 21,1 153.861.764Rp 1,278021931
Bobot KPI Performansi
Alternatif Cost Value
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Reduksi Cost Waste
Variabel Satuan (Rp) Rata-rata rework
(jam) Jumlah
Biaya T. kerja per jam Rp 126.923 4,0625 Rp 515.625
Opportunity profit/jam Rp 108.861 4,0625 Rp 442.249
Total Rp 957.874
Variabel Biaya Biaya (jam) Waktu (jam) Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp 52.800 2,5 Rp 132.000
Biaya Energi Rp 39.142 2,5 Rp 97.855
Total Rp 229.855
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Reduksi Cost
WasteBiaya Sebelum
PerbaikanBiaya Setelah
PerbaikanTotal Reduksi Cost
Rework 3.831.494Rp 957.874Rp 2.873.620Rp
Defect 919.420Rp 229.855Rp 689.565Rp
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Control Plan
Alternatif Solusi Perbaikan Control Plan
Membuat SOP pada setiap proses produksi tangki
Membuat checklist SOP pada setiap proses
Membuat SOP quality control pada setiap proses
Membuat pandauan dan standar penggunaan setiap
mesin produksi
Melakukan pengawasan pada pelaksanaan SOP
Mengadakan pelatihan, peningkatan knowledge dan
pengembangan skill kepada setiap pekerja
Melakukan pengawasan pasca pelatihan
Memantau kinerja dan prestasi pekerja
1Membentuk tim perancangan dan pengawasan
Standard Operational Procedure (SOP)
3 Pengadaan pelatihan spesialisasi kepada karyawan
Define Measure Analyze Improve Control Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Waste kritis pada proses produksi tangki yaitu waiting, defect dan excess processing waste dimana dari ketiga waste tersebut mencakup non value added perbaikan terhadap unplanned downtime mesin produksi, kesalahan proses operasi mesin yang menyebabkan produk reject, dan aktivitas rework pada setiap proses produksi.
2. Berdasarkan analisa dengan menggunakan root cause analysis penyebab terjadinya
waste waiting, defect dan excess processing yaitu dikarenakan tidak terdapat penjadwalan rutin untuk maintenance mesin produksi, kemudian tidak adanya SOP dalam melakukan operasi kerja dan pengoperasian mesin selama proses produksi dan yang terakhir tidak ada pengadaan pelatihan yang menyebabkan kurangnya skills, knowledge dan abilities setiap tenaga kerja.
3. Berdasarkan perhitungan alternatif dengan menggunakan value engineering alternatif
terpilih untuk melakukan mprovement yaitu kombinasi alternatif 1 dan 2 yaitu pembuatan tim dan pengawas SOP serta pengadaan pelatihan guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
• Ali, S. I., Yousof, J., Khan, M. R., & Masood, S. A. (2011). Evaluation of performance in manufacturing organization through productivity and
quality. Journal of Business, 5(6), 2211-2219.
• Asropi, 2007. Membangun Key Performance Indicator Lembaga Pelayanan Publik. Manajemen Pembangunan, 57(1).
• Garspersz, V., 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA dan HACCP. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
• Garspersz, V., 2006. Continuous Cost Reduction Through Lean Six Sigma Approach. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
• Gaspersz, V., 2007. The Executive Guide to Implementing Lean Six Sigma. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
• Gasperz, V., 2007. Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
• George, M. L., 2002. Lean Six Sigma: Combining SIx Sigma Qualityt with Lean Speed. New York: McGraw-Hill.
• Helen, B., 2005. No Delays Achiever. [Online] Available at:
http://www.nodelaysachiever.nhs.uk/.../0/RG0046LeanSixSigmathebasicconcepts.pdf [Accessed 20 April 2014].
• Heyl, J. (2008). Additional Chapter II KPI’s. Retrieved 22 Februari 2012 eng.sut.ac.th/me/meold/2_2552/435303/KPIs.ppt
• Hines, 2000. Cardiff Business School. [Online] Available at: http://www.cf.ac.uk/carbs/lom/learch/centre/publications
[Accessed 17 Maret 2014].
• Liker, J. K., 2004. The Toyota Way: 14 Management Pronciples from the Worlds Greatest Manufacturer. s.l.:McGraw-Hill.
• Park, S. H., 2003. Six Sigma for Quality and Productivity Promotion. Tokyo: Asian Productivity Organization.
• Pyzdek, T. & Keller, P. A., 2003. The six sigma handbook. New York: McGraw-Hill.
• Tschohl, J., 2006. Loyal fo life. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
• Wibisono, D., 2002. Manajemen Kinerja: Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
• Yuwono, et al., 2003. Petunjuk praktis penyusunan balance scorecard menuju organisasi yang berfokus pada strategi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Daftar Pustaka