LBM 4
description
Transcript of LBM 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
Infark miokard biasanya disebabkan oleh trombus arteri koroner.
Terjadinya trombus disebabkan oleh ruptur plak yang kemudian diikuti oleh
pembentukan trombus dan trombosit.Lokasi dan luasnya miokard infark
tergantung pada arteri yang oklusi dan aliran darah kolateral. Oklusi arteri
koronaria bisa juga tidak sampai menimbulkan infark bila daerah yang
diperdarahi arteri yang oklusi tersebut mendapat pasok oleh kolateral
pembuluh arteri lainnya. Namun demikian penderita dengan IMA hendaknya
segera mendapat pertolongan oleh karena angka kematian sangat
tinggi,terutama dalam jamjam pertama serangan. Adapun faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya IMA antara lain:merokok,hipertensi,obesitas. Di
Indonesia sejak sepuluh tahun terakhir IMA lebih sering ditemukan, apalagi
dengan adanya fasilitas diagnostic dan unit-unit perawatan penyakit jantung
koroner yang semakin tersebar merata.Kemajuan dalam pengobatanIMA di
unit perawatan jantung koroner intensif berhasil menurunkan angka kematian
IMA.
LBM 4 Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario
LBM IV
NYERI DADA
Seorang laki-laki usia 54 th datang ke Pusksesmas dengan
keluhan nyeri dada kiri seperti terhimpit sejak ½ jam yang lalu.
Keluhan nyeri dada kiri dirasakan saat sedang bermain futsal. Rasa
nyeri menjalar sampai ke leher hingga tangan kiri dan disertai
muntah- muntah. Keluhan baru pertama kali dirasakan. Riwayat
penyakit sebelumnya, pasien menderita hipertensi dan kolesterol
tinggi.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/100
mmHg, nadi 100 x/mnt , frekuensi pernafasan 26 x/mnt . Tidak
ditemukan kelainan dari pemeriksaan jantung dan paru. Dari
pemeriksaan EKG di dapatkan HR 100 x/mnt, terdapat tanda-tanda
ST elevasi. Kemudian oleh Dokter diberikan oksigen dan isosorbid
dinitrat sublingual.
Dokter menerangkan kepada pasien dan keluarga untuk
dirujuk ke RSUP, karena diperlukan pemeriksaan laboratorium
untuk memastikan diagnosis. Di RSUP diperiksa Troponin T dan
CKMB. Kemudian pasien disarankan untuk dirawat di ICU, supaya
mendapatkan penatalaksanaan yang maksimal untuk menghindari
komplikasi yang mungkin terjadi .
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada pasien ini ?
B. Terminologi
1. HR: Jumlah detak jantung permenit yang didasari dengn kontraksi
ventrikel dimana normalnya 60-100 kali/menit
LBM 4 Page 2
2. Troponin T: Suatu protein kompleks. Protein structural serabut otot
melintang. Troponin T sangat sensitive untuk mendeteksi kerusakan
otot jantung
3. Kolesterol: Normalnya dibwah 100 mg
4. Isosorbid dinitrat sublingual: Obat golongan nitrat yang secara
farmakologis digunakan sebagai vasodilator
5. CKMB: Dilepaskan ke sirkulasi darah saat terjadi infark miocard.
C. Permasalahan
1. Penyebab nyeri dada dan Patof nyeri dada berdasarkan etiologi
2. Interpretasi skenario
3. Mengapa frekuensi pernafasan pasien dibawah normal?
4. Tujuan pemberian oksigen dan isosorbid nitrat sublingual?
5. Apa tujuan pemeriksaan troponin T dan CKMB?
6. Cara membaca EKG normal ?
7. Mengapa pemeriksaan EKG ditemukan adanya HR 100x/menit dan
adanya tanda-tanda ST elevasi?
8. Diagnosa banding
D. Pembahasan
1. Penyebab nyeri dada dan Patof nyeri dada berdasarkan etiologi
a. Nyeri dada berasal dari non jantung
Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral.
Sifatnya tajam dan seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk
atau bernafas dalam dan berkurang bila menahan nafas atau sisi
dada yang sakit digerakan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot,
iga, pleura perietalis, saluran nafas besar, diafragma, mediastinum
dan saraf interkostalis. Nyeri dada pleuritik dapat disebakan oleh :
Difusi pelura akibat infeksi paru, emboli paru, keganasan atau
radang subdiafragmatik ; pneumotoraks dan penumomediastinum.
1) Perikardikal
LBM 4 Page 3
Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium
parietalis diatas diafragma. Nyeri perikardila lokasinya di daerah
sternal dan area preokordinal, tetapi dapat menyebar ke
epigastrium, leher, bahu dan punggung. Nyeri bisanya seperti
ditusuk dan timbul pada aktu menarik nafas dalam, menelan,
miring atau bergerak.
Nyeri hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan.
Gerakan tertentu dapat menambah rasa nyeri yang
membedakannya dengan rasa nyeri angina.
Radang perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan
nyeri epigastrum dan punggung seperti pada pankreatitis atau
kolesistesis.
2) Gastrointestinal
Refluks geofagitis, kegansan atau infeksi esofagus dapat
menyebabkan nyeri esofageal. Neri esofageal lokasinya
ditengah, dapat menjalar ke punggung, bahu dan kadang –
kadang ke bawah ke bagian dalam lengan sehingga seangat
menyerupai nyeri angina. Perforasi ulkus peptikum, pankreatitis
akut distensi gaster kadang – kadang dapat menyebabkan nyeri
substernal sehingga mengacaukan nyeri iskemik kardinal. Nyeri
seperti terbakar yang sering bersama – sama dengan disfagia dan
regurgitasi bila bertambah pada posisi berbaring dan berurang
dengan antasid adalah khas untuk kelainan esofagus, foto
gastrointestinal secara serial, esofagogram, test perfusi asam,
esofagoskapi dan pemeriksaan gerakan esofageal dapat
membantu menegakan diagnosa.
3) Mulkuloskletal
Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang
kartilago sering menyebabkan nyeri dada setempat. Nyeri
biasanya timbul setelah aktivitas fisik, berbeda halnya nyeri
angina yang terjadi waktu exercis. Seperti halnya nyeri pleuritik.
LBM 4 Page 4
Neri dada dapat bertambah waktu bernafas dalam. Nyeri otot
juga timbul pada gerakan yang berpuitar sedangkan nyeri
pleuritik biasanya tidak demikian.
4) Fungsional
Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau
prekordinal, rasa tidak enak di dada, palpilasi, dispnea, using
dan rasa takut mati. Gangguan emosi tanpa adanya klealinan
objektif dari organ jantung dapat membedakan nyeri fungsional
dengan nyeri iskemik miokard.
5) pulmonal
Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi
laring kronis dapat menyebakan nyeri dada, terutama terjadi
pada waktu menelan. Pada emboli paru akut nyeri dada
menyerupai infark miokard akut dan substernal. Bila disertai
dengan infark paru sering timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi
pulmoral primer lebih dari 50% penderita mengeluh nyeri
prekordial yang terjadi pada waktu exercise. Nyeri dada
merupakan keluhan utama pada kanker paru yang menyebar ke
pleura, organ medianal atau dinding dada.
b. Nyeri dada bersal dari jantung
Nyeri dada bersala dari jantung biasanya lokasinya sentral,
menetap atau dapat menyebar ke tempat lain. Paling sering
disebabkan oleh kelainan pada jantung.
1) Kardial
a. Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri
substernal yang menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke
bagian dalam lengan terutama lebih sering ke lengan kiri.
Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigasterium, leher,
rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri dada
substernal. Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan
terangsang selama iekemik miokard, akan tetapi korteks
LBM 4 Page 5
serebral tidak dapat menentukan apakah nyeri berasal sari
miokard. Karena rangsangan saraf melalui medula spinalis
T1-T4 yang juga merupakan jalannya rangsangan saraf
sensoris dari sistem somatis yang lain. Iskemik miokard
terjadi bila kebutuhan 02 miokard tidak dapat dipenuhi oleh
aliran darah koroner. Pda penyakit jantung koroner aliran
darah ke jantung akan berkurang karena adanya penyempitan
pembuluh darah koroner.
Ada 3 sindrom iskemik yaitu :
- Angina stabil ( Angina klasik, Angina of Effort) :
Serangan nyeri dada khas yang timbul waktu bekerja.
Berlangsung hanya beberapa menit dan menghilang dengan
nitrogliserin atau istirahat. Nyeri dada dapat timbul setelah
makan, pada udara yang dingin, reaksi simfatis yang
berlebihan atau gangguan emosi.
- Angina tak stabil (Angina preinfark, Insufisiensi koroner akut):
Jenis Angina ini dicurigai bila penderita telah sering
berulang kali mengeluh rasa nyeri di dada yang timbul waktu
istirahat atau saat kerja ringan dan berlangsung lebih lama.
- Infark miokard :
Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari 20-30 menit
dapat menyebabkan infark miokard. Nyeri dada berlangsung
lebih lama, menjalar ke bahu kiri, lengan dan rahang.
Berbeda dengan angina pektoris, timbulnya nyeri dada tidak
ada hubungannya dengan aktivitas fisik dan bila tidak diobati
berlangsung dalam beberapa jam. Disamping itu juga
penderita mengeluh dispea, palpitasi dan berkeringat.
Diagnosa ditegakan berdasarkan serioal EKG dan pemeriksa
enzym jantung.
LBM 4 Page 6
b. Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada
prekordinal atau substernal yang dapat berlangsung sebentar
maupun lama. Adanya murmur akhir sisttolik dan mid
sistolik-click dengan gambaran echokardiogram dapat
membantu menegakan diagnosa.
c. Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang
idiopatik juga dapat menimbulkan nyeri dada iskemik.
2) Aortal
Penderita hipertensi, koartasio aorta, trauma dinding dada
merupakan resiko tinggi untuk pendesakan aorta. Diagnosa
dicurigai bila rasa nyeri dada depan yang hebat timbul tiba-
tiba atau nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat menyerupai
infark miokard akan tetapi lebih tajam dan lebih sering
menjalar ke daerah interskapuler serta turun ke bawah
tergantung lokasi dan luasnya pendesakan.
2. Interpretasi skenario
a. Mengapa pasien dalam scenario mengalami muntah-muntah?
Ketika bermain futsal akan ada peningkatan asam laktat dalam
otot dan darah. Dalam keadaan normal lambung sudah dalam
keadaan asam , di karenakan adanya asam laktat dalam lambung
menyebabkan keasaaman pada lambung meningkat dan PH rendah
dan menyebabkan mual muntah.
b. Mengapa nyeri dada kiri terasa seperti terhimpit terutama
saat bermain futsal dan apa hubungannya dengn hipertensi
dan kolesterol tinggi?
Jenis nyeri khas jantung adalah seperti terhimpit salah satunya
adalah karena kurangnya suplay oksigen pada jantung.
Arterosklerosis menjadi salah satu penyebab kurangnya suplay
darah ke jantung. Kurangnya suplay darah ke jantung ini
LBM 4 Page 7
menyebabkan peningkatan produksi asam laktat. Tertimbunnya
asam laktat karena metabolism anaerob ini dapat menyebabkan
nyeri ketika kontraksi.
Hubungan peyakit hipertensi. Arteri mengalami proses kaku
(elastisitas menurun). Peningkatan resistensi aliran darah. Tekanan
darah meningkat akan membuat jantung bekerja lebih keras yang
menyebabkan dinding otot jantung membesar (hipertropi).
Peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma
mengakibatkan peningkatan kolesterol total, peningkatan LDL dan
penurunan HDL mengakibatkan iskemik miokard sehingga angina
pectoris.
c. Mengapa nyerinya menjalar dari leher ke lengan sebelah kiri?
Nyeri alih merupakan nyeri yang berasal dari salah satu
daerah di tubuh tapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri visera
sering dialihkan ke dermatom (daerah kulit) yang dipersarafi oleh
segmen medulla spinalis yang sama dengan viskus nyeri tersebut.
Apabila dialihkan ke permukaan tubuh, maka nyeri visera
umumnya terbatas di segmen dermatom tempat organ visera
tersebut berasal pada masa mudigah, tidak harus di tempat organ
tersebut pada masa dewasa.
Saat ini penjelasan yang paling luas diterima tentang nyeri
alih adalah teori konvergensi-proyeksi. Menurun teori ini, dua tipe
aferen yang masuk ke segmen spinal (satu dari kulit dan satu dari
otot dalam atau visera) berkonvergensi ke sel-sel proyeksi sensorik
yang sama (misalnya sel proyeksi spinotalamikus). Karena tidak
ada cara untuk mengenai sumber asupan sebenarnya, otak secara
salah memproyeksikan sensasi nyeri ke daerah somatik
(dermatom).
Sebagai contoh, iskemia/infark miokardium menyebabkan
pasien merasa nyeri hebat di bagian tengah sternum yang sering
menyebar ke sisi medial lengan kiri, pangkal leher, bahkan rahang.
LBM 4 Page 8
Nyeri diperkirakan disebabkan oleh penimbunan metabolit
dan defisiensi oksigen, yang merangsang ujung-ujung saraf
sensorik di miokardium. Serat-serat saraf aferen naik ke SSP
melalui cabang-cabang kardiak trunkus simpatikus dan masuk ke
medulla spinalis melalui akar dorsalis lima saraf torakalis paling
atas (T1-T5). Nyeri jantung tidak dirasakan di jantung tetapi
beralih ke bagian kulit (dermatom) yang dipersarafi oleh saraf
spinalis (somatik) yang sesuai, karena itu, daerah kulit yang
dipersarafi oleh lima saraf interkostalis teratas dan oleh saraf
brachialis interkostal (T2) akan terkena. Di dalam SSP tentunya
terjadi sejumlah penyebaran impuls nyeri karena nyeri kadang-
kadang terasa di leher dan rahang.
3. Mengapa frekuensi pernafasan pasien dibawah normal
Karena keadaan asam ini akan menyebabkan asidosis metabolic
yang menyebabkan kondisi takipnea sebagai kompensasi tubuh.
4. Tujuan pemberian oksigen dan isosorbid nitrat sublingual
Oksigen adalah suatu komponen gas yang merupakan kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel.
Dimana pemberian oksigen pada pasien bertujuan untuk
mempertahankan saturasi oksigen tubuh, sehingga konsentrasi oksigen
adekuat bagi sel untuk bermetabolisme sehingga dapat menurunkan
atau mengurangi beban kerja paru dan jantung .
5. Tujuan pemeriksaan troponin T dan CKMB
Pemeriksaan CKMB: adalah untuk diagnosis AMI (Acute
Myocardial Infarct). Walaupun cukup banyak kardiologi yang lebih
menyukai penentuan troponin, tetapi penentuan CKMB juga berperan
LBM 4 Page 9
dalam diagnosis reinfark. Troponin akan tetap meningkat sekitar 14
hari setelah AMI, sementara konsentrasi CKMB akan menurun ke
baseline dalam 72 jam. Kadar CKMB dapat meningkat diluar
kerusakan miokardium, peningkatan kadar CKMB dapat terjadi pada
kondisi hipotiroidisme dan peningkatan kadar CK total terjadi pada
50% kasus. Myoglobin merupakan oxygen-binding protein yang
ditemukan dalam jantung dan striated muscle. Peningkatan
konsentrasinya yang cepat merupakan penanda AMI yang dini. Kadar
myoglobin serum merupakan indikator dini AMI, terutama apabila
dikombinasikan dengan troponin atau CKMB. Setelh kondisi AMI,
kadar myoglobin kembali normal sementara kadar troponin tetap
meningkat. Myoglobin serum akan diekskresikan melalui ginjal, dan
myoglobin merupakan penanda kerusakan miokardial awal yang
sensitif karena dilepaskan dari sel-sel yang mengalami nekrotik,
sehingga dapat digunakan untuk deteksi infark miokard dini.
Konsentrasi myoglobin akan meningkat 1 jam setelah infark dan
mencapai puncaknya dalam 4-12 jam.
Cardiac troponin I (cTnI) dan troponin T (cTnT): merupakan uji
primer dalam diagnosis AMI karena memiliki spesifisitas dan
sensitivitas yang tinggi. Salah satu kriteria diagnosis AMI antara lain
adanya simptom iskemik, adanya perubahan gelombang Q pada EKG,
perubahan segmen ST dan intervensi arteri koroner. Troponin lebih
sensitif dari CKMB untuk deteksi nekrosis otot jantung. Myoglobin,
suatu penanda yang meningkat cepat setelah AMI, diterima sebagai
penanda dini tetapi kurang spesifik bila dibandingkan dengan troponin;
apabila hasil myoglobin positif maka diperlukan uji konfirmasi
menggunakan troponin atau CKMB. Troponin jantung akan tetap
meningkat 5-7 hari setelah onset kerusakan jantung, oleh karena itu
untuk menduga periode reinfark perlu dievaluasi menggunakan
troponin atau CKMB.
LBM 4 Page 10
6. Cara membaca EKG normal
a. Tentukan Irama.
1) Sinus/asinus
Jadi, pertama-tama kita harus tahu, ini gelombang
merupakan gelombang sinus atau bukan. Suatu gelombang
sinus itu ditandai dengan setiap gelombang P diikuti dengan
kompleks QRS.
2) Ritme
Kemudian, setelah kita tahu itu gelombang sinus atau
bukan, kita tentukan ritmenya. Ritme bisa kita lihat dari jarak
antara gelombang P ke gelombang P berikutnya, atau jarak dari
puncak kompleks QRS ke puncak kompleks QRS berikutnya.
Kalau jaraknya sama, maka gelombang tersebut kita sebut
gelombang yang ritmik atau berirama reguler.
b. Tentukan Jumlah Gelombang P dan Tentukan Jumlah Gelombang
QRS. Dan tentukan nilai HR bisa ditentukan dengan 3 metode, 2
metode di antaranya dapat digunakan untuk gelombang yang sinus
ritmik, antara lain seperti berikut: HR = 300/Jumlah Kotak Besar
(KB) dan HR = 1500/Kotak Kecil (KK) di antara R ke R
berikutnya
LBM 4 Page 11
c. Tentukan Gelombang P: Durasi normal: ekitar 0,06 detik.
(Panjangnya sekitar 1,5 KK), Amplitudo normal = sekitar kurang
dari 0,25mV. (Tingginya sekitar ga lebih dari 2,5 KK), Morfologi
= lihat, bentuk gelombang P, normalnya, gelombang yang
terbentuk tumpul, seperti setengah lingkaran dan memiliki durasi
dan amplitudo sesuai yang di atas.
d. Tentukan Durasi Interval PR: Interval PR ini terjadi karena
penyebaran impuls ke seluruh atrium sebelum memulai sebuah
kontraksi ventrikel, yang berupa gelombang isoelektris mulai dari
awal P hingga ke awal kompleks QRS. Normalnya gelombang ini
berdurasi 0,12 hingga 0,2 detik (Panjangnya sekitar 3-5 kotak).
Apabila interval PR ini memanjang, maka kita harus mencurigai
adanya suatu blok jantung.
e. Tentukan Durasi QRS Kompleks: Durasi normal QRS kompleks
ini tak lebih dari 0,10 detik. Suatu QRS kompleks yang melebar
dapat berasal dari ventrikel sendiri atau berasal dari
supraventrikular dengan konduksi yang abnormal. Sedangkan,
QRS yang menyempit hampir seluruhnya berasal dari
supraventrikular.
f. Tentukan Aksis Gelombang P dan Aksis Gelombang QRS (Untuk
melihat aksis jantung).
1) Aksis gelombang P: Peninjauan aksis gelombang P digunakan
untuk melihat aksis otot atrium jantung. Oleh karena komposisi
otot atrium lebih kecil daripada otot ventrikel, maka peninjauan
ini sering diabaikan. Namun, aksis bisa dilihat dengan
memastikan arah defleksi gelombang P yang umumnya
mengarah ke atas (defleksi positif) di semua lead kecuali lead
aVR yang berarti hal tersebut normal.
2) Aksis gelombang QRS: Peninjauan aksis gelombang QRS
digunakan untuk melihat aksis otot ventrikel jantung, yang
sering dan umum juga untuk melihat aksis jantung itu sendiri.
LBM 4 Page 12
Normalnya, aksis jantung berada di antara -30 derajat sampai
110 derajat.
g. Tentukan Konfigurasi QRS Kompleks.
1) Tentukan ada tidak Q patologis: Q patologis ialah dimana durasi
gelombang Q lebih dari 0,04 detik (1 KK) dan tinggi atau
dalamnya lebih dari 0,2 mV (2KK) atau lebih dari 1/3 dari
amplitudo QRS kompleks. Q patologis ini menandakan suatu
miokard infark (8-48 jam).
2) Tentukan apakah terdapat hipertrofi ventrikel : hipertrofi
ventrikel kiri, yaitu apabila jumlah kotak kecil gelombang S di
Lead V1 ditambah dengan jumlah kotak kecil gelombang R di
V5 atau V6 lebih dari 35 KK (lebih dari 35 mm). hipertrofi
ventrikel kanan, yaitu apabila jumlah kotak kecil gelombang R
di lead V1 lebih dari 10 KK (lebih dari 10mm/ > 1mV)
3) Konfigurasi gelombang R dan S: Normalnya, dari V1 ke V6
gelombang R akan semakin meninggi dan dari V1 ke V6
gelombang S akan semakin memendek.
h. Tentukan Segmen ST.
Segmen ST ini merupakan gelombang isoelektris yang dimulai
dari J point hingga awal gelombang T. Apakah itu J point? J point
merupakan titik batas antara akhir kompleks QRS dengan awal
segmen ST. Normalnya segmen ST berupa gelombang isoelektris
dan bisa saja naik 2 KK atau turun 0,05 KK di V1 hingga V6. Jadi
jangan buru-buru mendiagnosis itu sebuah ST elevasi atau ST
depresi, karena ST elevasi dan ST depresi gambarannya khas.
i. Tentukan Gelombang T.
Normalnya gelombang T lebih tinggi sedikit dari pada
gelombang P, dan ini menandakan terjadinya repolarisasi ventrikel.
Selanjutnya, perhatikan jika gelombang T yang muncul berbentuk
runcing, ini menandakan suatu hiperkalemi, atau bisa saja
LBM 4 Page 13
gelombang yang muncul inversi yang menandakan suatu infark
yang sudah lama.
Gamab: EKG normal
7. Mengapa pemeriksaan EKG ditemukan adanya HR 100x/menit dan
adanya tanda-tanda ST elevasi
Dari hasi EKG yang di dapatkan nilai HR dari pasien masi dalam
batas normal dimana nilai noral dari HR: 60-100x/mnt, sedangkan
tanda ST elevasi menandakan bahwa otot jantung sedang mengalami
infark yang akut
8. Diagnosa banding
a. Angina pectoris
1) Definisi
Keadaan penderita penyakit jantung koroner dimana
menimbulkan nyeri dada karena kurangnya aliran darah ke
jantung. Dapat diklasifikasikan menjadi stable angina dan
unstable angina.
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien
mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan,
atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan
sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang
bila aktifitas berhen
2) Etiologi
LBM 4 Page 14
Etiologi dari penyakit gangguangan sistem kardiovaskuler
berhubungan dengan gangguan sirkulasi koroner ataupun
angina pektoris ini adalah ;
a) Ateriosklerosis,merupakan istilah umum untuk beberapa
penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan
kurang lentur dimana bahan lemak terkumpul dibawah
lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
b) Spasme arteri koroner
c) Anemia berat,Artritis dan Aorta Insufisiensi
Unstable angina pektoris adalah suatu sindroma klinik yang
berbahaya, yang di mana merupakan pola angina pektoris yang
bisa berkembang menjadi infak miokard akut (IMA). Unstable
angina pektoris biasanya di sebabkan oleh ruptur plak ateroma
yang di sebabkan oleh trombosit dan faktor koagulasi sehingga
terbentuk trombus intralumial yang semioklusi.
3) Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada
ketidakadekuatan suplay oksigen ke sel-sel miokardium yang
diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen
arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara
pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak
ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri
koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja
suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga
meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang
sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih
banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila
arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat
ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon
LBM 4 Page 15
terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya
produksi No (nitrat Oksido yang berfungsi untuk menghambat
berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat
menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus
koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai
oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini
belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum
mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu
dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan
berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob
untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini
menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium
dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel
jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan
sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk
energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan
hilangnya asam laktat nyeri akan reda.
Penimbunan lemak (lipid) dan jaringan fibrous pada dinding arteri koroner
↓
Penyempitan pembuluh darah koroner
↓
Obstruksi / hambatan aliran darah miokard
↓
Iskemia (berkurangnya kadar oksigen)
↓
Mengubah metabolisme aerobik menjadi an aerobik
↓
Tertimbun asa laktat
LBM 4 Page 16
↓
Ph sel menurun
↓
Muncul efek hipoksia
↓
Mengganggu fungsi ventrikel kiri
↓
Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan
berkurangnya jumlah curah jantung sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan
setiap kali jantung berdenyut)
↓
Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung (heremodinamik)
↓
Tekana jantung kiri, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan dan paru-
paru kiri meningkat
↓
Peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung
↓
Nyeri
4) Gejala Klinis
Iskemia otot jantung akan memberi nyeri dengan derajat
yang bervariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada sampai
nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa akan
menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada di daerah belakang
sternum atas atau sternum ketiga tengah (retrosentral).
Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun nyeri
tersebut dapat menyebar ke leher, dagu, bahu, dan aspek dalam
ekstremitas atas.Pasien biasanya memperlihatkan rasa sesak,
tercekik, dengan kualitas yang terus menerus. Rasa lemah atau
baal di lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan
LBM 4 Page 17
menyertai rasa nyeri. Selama terjadi nyeri fisik, pasien
mungkin akan merasa akan meninggal. Karakteristik utama
nyeri tersebut akan berkurang apabila faktor presipitasinya
dihilangkan.
5) Pemeriksaan
a) Elektrokardiogram: Gambaran elektrokardiogram (EKG)
yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu
serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG
kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah
mendapat infark moikard pada masa lampau. Kadang-
kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada
pasien hipertensi dan angina. Kadang-kadang EKG
menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T
yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan
menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T
menjadi negatif.
b) Foto Rontgen Dada: Foto rontgen dada seringkali
menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan
kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
c) Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan laboratorium
tidak begitu penting dalam diagnosis angina pectoris.
Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark
miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan
enzim CPK, SGOT, atau LDH.
Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung
akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.
Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL,
LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan
faktor resiko seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula
darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus
LBM 4 Page 18
yahng juga merupakan faktor risiko bagi pasien angina
pectoris.
d) Uji Latihan Jasmani: Karena pada angina pectoris
gambaran EKG seringkalimasih normal, maka seringkali
perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut
dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh
melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda
ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung
maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG di
monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di
monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi
segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan
atau sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi
segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu
serangan, maka kemungkinan besar pasien memang
menderita angina pectoris.
Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan
jasmani dapat dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan
dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG
sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
e) Thallium Exercise Myocardial Imaging: Pemeriksaan ini
dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat
menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201
disuntikkan secara intravena pada puncak latihan,
kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera
setelah latihan dihentikan dan diulang kembali setelah
pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka
akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita
iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah
pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian
otot jantung yang menderita iskemia.
LBM 4 Page 19
6) Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk
menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk
meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai
melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko.
Secara bedah tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi suplai
darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau
angioplasti koroner transluminal perkutan (PCTA= percutaneus
transluminal coronary angioplasty).
a) Farmakologi
(1) Golongan nitrat: Nitrogliserin merupakan obat pilihan
utama pada serangan angina akut, mekanisme venanya
sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah
koroner, eveknya langsung terhadap relaksasi otot
polos vaskular.
Nitrogliserin juga dapat meningkatkan toleransi
exercise pada penderita angina sebelum terjadi
hipoktesia miokard.
Nitrogliserin adalah bahan vasoaktif yang berfungsi
melebarkan baik vena maupun arteria sehingga
mempengaruhi sirkulasi perifer. Dengan pelebaran vena
terjadi pengumpulan darah vena diseluruh tubuh.
Akibatnya hanya sedikit darah yang kembali ke jantung
dan terjadilah penurunan tekanan pengisian (preload).
Nitrat juga melemaskan anter terjadi pengumpulan
darah vena diseluruh tubuh. Akibatnya hanya sedikit
darah yang kembali ke jantung dan terjadilah
penurunan tekanan pengisian (preload). Nitrat juga
melemaskan anteriol sistemik dan menyababkan
penurunan tekanan darah (afterload). Semuanya itu
berakibat pada penurunan kebutuhan oksigen
LBM 4 Page 20
jantung,menciptakan suatu keadaan yang lebih
seimbang antara suplai dan kebutuhan. Nitrogliserin
biasanya diletakkan dibawah lidah (sublingual) atau di
pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri
iskemia dalam 3 menit.
(2) Penyekat beta-adrenergik: Tujuan pemberian penyekat
beta adalah memperbaiki keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen miokard, mengurangi nyeri,
mengurangi luasnya infark dan menurunkan risiko
kejadian aritmia vebtrikel yang serius.
Obat ini merupakan terapi utama pada angina.
Penyekat beta dapat menurunkan kebutuhan oksigen
miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut
jantung, kontraktilitas , tekanan di arteri dan
peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek samping
biasanya muncul bradikardi dan timbul blok
atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain :
atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
(3) Ca- antagonis: Dipakai pada pengobatan jangka
panjang untuk mengurangi frekuensi serangan pada
beberapa bentuk angina, cara kerjanya memperbaiki
spasme koroner dengan cara menghambat tonus
vasometer. Obat ini bekerja dengan cara menghambat
masuknya kalsium melalui saluran kalsium, yang akan
menyebabkan relaksasi otot polos pembulu darah
sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah
epikardial dan sistemik. Golongan obat kalsium
antagonis adalah amlodipin, bepridil, diltiazem,
felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin,
verapamil.
LBM 4 Page 21
(4) Nitrat dan Nitrit: Merupakan vasodilator endothelium
yang sangat bermanfaat untuk mengurangi symptom
angina pectoris, disamping juga mempunyai efek
antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan
preload sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel
dan tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan
nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi
terhadap nitrat. Untuk mencegah terjadinya toleransi
dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas nitrat
yang cukup yaitu 8 – 12jam. Obat golongan nitrat dan
nitrit adalah : amil nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat,
nitrogliserin.
b) Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk
menurunkan kebutuhan oksigen jantung antara lain : pasien
harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan
takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa
jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan
menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung.
Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang
dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluhdarah.
Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontra sepsi dan
kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.
b. Infark Miocard Akut
1) Definisi
Infark Miokard Akut adalah serangan jantung yang
mengacu pada kerusakan jaringan miokard saat suplay darah
secara tiba-tiba terganggu baik oleh arteri koroner kronis dari
arterosklerosis atau adanya obstruksi dari embolus atau
thrombus.
LBM 4 Page 22
2) Etiologi
Terjadinya Infark Miokard Akut biasanya dikarenakan
aterosklerosis pembuluh darah koroner.Nekrosis miokard akut
terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus
yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil.Juga
sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan
stenosis ringan.Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya
IMA antara lain: merokok, hipertensi, obesitas, hiperkolesterol
emia Diabetes Mellitus, kepribadian yang neurotik.
Gambar:ST elevasi
Gambar: normal
3) Patofisiologi
Segera setelah terjadi Infark Miokard daerah miokard
setempat akan memperlihatkan penonjolan sitolik (diskinesia)
dengan akibat menurunnya ejeksi fraction, isi sekuncup, dan
peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel
kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat
tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri
diatas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudat cairan
ke jaringan interstitium paru (gagal jantung). Pemburukan
hemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah infark,
tetapi juga daerah iskemik disekitarnya. Miokard yang masih
relatif baik akan mengdakan kompensasi, khususnya dengan
LBM 4 Page 23
bantuan rangsang adrenergik untuk mempertahankan curah
jantung tetapi dengan peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
Kompensasi ini jelas tidak memadai jika daerah yang
bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah
fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang kompensasi masih
normal maka pemburukan hemodinamik akan minimal.
Sebaliknya jika infark luas dan miokard yang harus
berkompensasi juga buruk akibat iskemia atau infark lama,
tekanan akhir diastolik akan naik dan gagal jantung terjadi.
Perubahan-perubahan hemodinamik Infark Miokard ini
tidak statis. Bila Infark Miokard makin tenang fungsi jantung
membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan daerah-
daerah yang tadi iskemik mengalami perbaikan. Perubahan
hemodinamik akan terjadi bila iskemik berkepanjangan atau
infark meluas. Terjadinya mekanis penyulit seperti rupture
septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma
ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit Infark Miokard yang tersering
dan terjadi pada saat pertama serangan. Hal ini disebabkan
karena perubahan masa refrakter, daya hantar rangsang dan
kepekaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga
berperan terhadap terjadinya aritmia. Penderita Infark Miokard
umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan
akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat. Sedangkan
peningkatan tonus simpatis pada Infark Miokard anterior akan
mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan
infark.
4) Gejala Klinis
Infark Miokard Akut biasanya terjadi pada pria diatas 40
tahun dan mengalami artheriosklerosis.Pada pembuluh
koronernya & sering disertai dengan hipertensi
LBM 4 Page 24
arterial.Serangan juga terjadi pada wanita & pria mida diawal
30-an atau bahkan 20-an. Wanita yang memakai kontrasepsi pil
dan merokok mempunyai resiko sangat tinggi. Namun secara
keseluruhan angka kejadian Infark Miokardium pada pria lebih
tinggi di banding wanita pada semua usia.
Nyeri dada yang berlangsung secara tiba-tiba &
berlangsung terus menerus,terletak dibagian bawah sternum &
perut atas adalah gejala utama yang biasanya muncul. Nyeri
akan terasa semakin berat bisa menyebar kebahu dan
lengan,biasanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina nyeri ini
muncul secara spontan (bukan setelah bekerja berat atau
gangguan emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai
beberapa hari dan tidak akan hilang dengan istirahat ataupun
Nitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar kedagu
dan leher,nyeri sering disertai dengan napas pendek, pucat,
berkeringat dingin, pusing,kepala ringan, mual muntah
5) Pemeriksaan
a) Anamnesis: Adanya nyeri dada yang lamanya lebih dari 30
menit di daerah prekordial,retrosternal dan menjalar ke
lengan kiri,lengan kanan dan ke belakang
interskapuler.Rasa nyeri seperti dicekam, diremas-remas,
tertindihbenda padat,tertusuk pisau atau seperti
terbakar.Kadang-kadang rasa nyeri tidak ada dan penderita
hanya mengeluh
lemah, banyak keringat, pusing, palpitasi, dan perasaan
akan mati.
b) Pemeriksaan fisik: Penderita nampak sakit,muka pucat,kulit
basah dan dingin.Tekanan darah bisa tinggi,normal atau
rendah.Dapat ditemui bunyi jantung kedua yang pecah
paradoksal,irama gallop.Kadang-kadang ditemukan pulsasi
LBM 4 Page 25
diskinetik yang tampak atau teraba di dinding dada pada
IMA inferior.
c) EKG: Pada EKG terdapat gambaran gelombang Q yang
patologis serta perubahan segmen ST-dimana terdapat ST
elevasi,ST depresi,dan T terbalik.
d) Pemeriksaan laboratorium: Adanya peningkatan enzim
SGOT,CPK,LDH. Apabila terdapat 3 dari 4 gejala tersebut
di atas maka diagnose dari IMA dapat ditegakkan.
6) Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk sedapat mungkin memperbaiki
kemballi aliran pembuluh koroner sehingga reperfusi dapat
mencegah kerusakan miokard lebih lanjut serta mencegah
kematian mendadak dengan memantau dan mengobati aritmia
maligna.Adanya obat-obat trombolisis yang dapat diberikan
sebelum dibawa ke rumah sakit,dapat menurunkan angka
kematian sebesar 40%.Obat yang dipakai ialah streptokinase
dengan cara pemberian: 1,5 juta unit streptokinase dilartkan
dalam 100 ml dekstrosa, diberikan intravena selama 1 jam.
Perawatan IMA antara lain
Perawatan intensif dan mobilisasi.: Penderita beristirahat
dan diberikan diet makanan lunak serta jangan terlalu panas
atau dingin.Bila perlu diberikan obat-obat penenang.
Mengatasi nyeri: Obat pilihan untuk nyeri pada IMA adalah
morphine dosis 5 mg i.v.,bila tidak ada dapat diganti
meperidine dengan dosis 75 mg i.m.Preparat nitrat sub-
lingual atau oral.
Pemberian O2: Untuk sedikit menambah oksigenasi
miokard.
LBM 4 Page 26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil diskusi kelompok kami, menyimpulkan berdasarkan
gejala yang di timbul kan pasien pada hasil dari priksaan fisik yang di
dapatkan, kemungkinan pasien terkena Infark Miokard. Infark miokard
adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Klinis
sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya
pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan. Pada umumnya etiologi
dari infark miokard akut didasari oleh adanya aterosklerotik pembuluh
darah koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat
penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak
aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada
arteri koroner dengan stenosis ringan ( 50-60% ).
LBM 4 Page 27
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, A. C. Dan hall, J. E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed
11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Philip. 2010. Sistem kardiovaskular. Jakarta: erlangga.
3. Price, S.A and Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit, Ed.6. Jakarta: EGC
4. Sjamsuhidajat R, Jong WD. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi,.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
5. Noer, H. M. Sjaifoellah. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
LBM 4 Page 28