Layout 1 (Page 1) - · PDF filehadiri perayaan hari ulang tahun (HUT) ... RT satu tahun lalu...

4
Sisipan Harian ARUS POLITIK HUKUM & DEMOKRASI POLITIKA Rabu, 20 APRIL 2011 Penerbit: PT. Media Nusa Pradana Terbit 16 Halaman Setiap Rabu email: [email protected], [email protected] Telepon: (021) 3190-75-99 Fax: Redaksi: (021) 3190-75-92 Iklan: (021) 3190-75-90 Bisnis: (021) 3190-75-91 WAWANCARA YUSTISIA HAL 6 PARA wakil rakyat di Senayan dituding tak lagi punya hati nurani, tutup mata dan telinga untuk merasakan, melihat, dan mendengar suara rakyat. HAL 12 K ESEHATAN merupakan hak dasar bagi semua warga negara. Siapa pun warga nega- ra, kaya dan miskin, berhak hidup sehat dan mendapatkan pelayanan kesehatan dari negara. Amanat yang harus dilakukan negara itu tercantum jelas dalam UUD 1945 dan UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Untuk mewujudkan amanat itu, Kementerian Kesehatan telah menetapkan kebijakan untuk memfokuskan perhatian pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin dan tidak mampu. Kementerian tersebut juga sedang memantapkan pelaksanaan jaminan kese- hatan melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Dengan program tersebut, diharapkan dapat memberikan kontribusi meningkatkan harapan hidup warga negara, menurunkan angka kematian ibu dan balita, menurunkan angka kelahiran, serta terlayani pelayanan Hal >> 9 Cegah K orupsi P royek A ntikemiskinan Hal >> 14 T ak Menulis di A tas A ir Manuver Hadang A mbang Batas P arlemen Rosihan Anwar Selain melakukan audit, perlu juga dipertanyakan sejauhmana efektivitas pelaksanaan program PNPM. Jangan sampai PNPM hanya berorientasi proyek yang menghambur-hamburkan uang. “Saya Siap Hadapi T untutan” Ketua DPR RI Marzuki Alie kesehatan, khususnya bagi pasien dari keluarga miskin. Kementerian Kesehatan menetapkan sasaran kepersertaan Jamkesmas mencakup 76,4 juta jiwa dari keluarga miskin. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih boleh saja sesumbar. Katanya, pasien keluarga miskin yang bero- bat inap di kelas III rumah sakit peme- rintah yang menjadi rujukan kementerian yang dipimpin mendapat pengobatan gratis. “Masyarakat tetap mengeluarkan uang, tetapi untuk transportasi dari rumah ke rumah sakit,” katanya di sela-sela meng- hadiri perayaan hari ulang tahun (HUT) ke- 50 Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta, Jumat (15/4), Dia juga mewanti-wanti pihak rumah sakit agar memberikan pelayanan yang bermutu, antidiskriminasi, dan mengutamakan kepentingan pasien. Namun, sering kali warga miskin yang mendapatkan kartu Jamkesmas mengeluh buruknya pelayanan rumah sakit. Banyak juga ditemukan warga miskin yang layak menerima Jamkesmas justru tak mendapatkannya karena keterbatasan informasi, kurangnya sosialisasi, dan ketidaktahuan masyarakat akan program tersebut. Mereka juga masih bingung tentang pelayanannya, jenis layanan yang ditang- gung, jenis layanan yang masih harus diba- yar, daftar obat yang ditanggung dan seba- gainya. Masalah tak kalah pelik juga dite- mukan dalam program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang diselenggarakan pemerintah daerah. Banyak warga miskin yang sudah memenuhi persyaratan nyatanya tak juga mendapatkan kartu berkah yang diyakini mujarab menyem- buhkan penyakit. Si miskin rupanya masih dilarang sakit. M. Yamin Panca Setia

Transcript of Layout 1 (Page 1) - · PDF filehadiri perayaan hari ulang tahun (HUT) ... RT satu tahun lalu...

Page 1: Layout 1 (Page 1) -   · PDF filehadiri perayaan hari ulang tahun (HUT) ... RT satu tahun lalu sebagai syarat mendapatkan kartu itu. ... undangan pertemuan dengan ke

Sisi

panHar

ian

ARUS POLITIK HUKUM & DEMOKRASI

POLITIKARabu, 20 APRIL 2011

Penerbit:PT. Media Nusa Pradana

Terbit 16 Halaman Setiap Rabu email: [email protected],

[email protected]: (021) 3190-75-99

Fax: Redaksi: (021) 3190-75-92Iklan: (021) 3190-75-90

Bisnis: (021) 3190-75-91

WAWANCARA

YUSTISIA

HAL 6

PARA wakil rakyat di Senayan ditudingtak lagi punya hati nurani, tutup matadan telinga untuk merasakan, melihat,dan mendengar suara rakyat.

HAL 12

KESEHATAN merupakan hakdasar bagi semua warganegara. Siapa pun warga nega-

ra, kaya dan miskin, berhak hidupsehat dan mendapatkan pelayanankesehatan dari negara. Amanat yangharus dilakukan negara itu tercantumjelas dalam UUD 1945 dan UU No 40Tahun 2004 tentang Sistem JaminanSosial Nasional. Untuk mewujudkanamanat itu, Kementerian Kesehatantelah menetapkan kebijakan untukmemfokuskan perhatian pelayanankesehatan kepada masyarakat miskindan tidak mampu.

Kementerian tersebut juga sedangmemantapkan pelaksanaan jaminan kese-hatan melalui Jaminan KesehatanMasyarakat (Jamkesmas).

Dengan program tersebut, diharapkandapat memberikan kontribusi meningkatkanharapan hidup warga negara, menurunkanangka kematian ibu dan balita, menurunkanangka kelahiran, serta terlayani pelayanan

Hal >> 9

Cegah KorupsiProyekAntikemiskinan

Hal >> 14

Tak Menulis di Atas Air

Manuver Hadang Ambang Batas Parlemen

Rosihan Anwar

Selain melakukan audit, perlu jugadipertanyakan sejauhmana efektivitaspelaksanaan program PNPM. Jangan sampai PNPM hanya berorientasi proyek yang menghambur-hamburkan uang.

“Saya Siap Hadapi Tuntutan”

Ketua DPR RI Marzuki Alie kesehatan, khususnya bagi pasien darikeluarga miskin. Kementerian Kesehatanmenetapkan sasaran kepersertaanJamkesmas mencakup 76,4 juta jiwa darikeluarga miskin.

Menteri Kesehatan Endang RahayuSedyaningsih boleh saja sesumbar.Katanya, pasien keluarga miskin yang bero-bat inap di kelas III rumah sakit peme-rintah yang menjadi rujukan kementerianyang dipimpin mendapat pengobatangratis. “Masyarakat tetap mengeluarkanuang, tetapi untuk transportasi dari rumahke rumah sakit,” katanya di sela-sela meng-hadiri perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-50 Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta, Jumat(15/4), Dia juga mewanti-wanti pihakrumah sakit agar memberikan pelayananyang bermutu, antidiskriminasi, danmengutamakan kepentingan pasien.

Namun, sering kali warga miskinyang mendapatkan kartu Jamkesmas

mengeluh buruknya pelayanan rumahsakit. Banyak juga ditemukan wargamiskin yang layak menerima Jamkesmasjustru tak mendapatkannya karenaketerbatasan informasi, kurangnyasosialisasi, dan ketidaktahuanmasyarakat akan program tersebut.

Mereka juga masih bingung tentangpelayanannya, jenis layanan yang ditang-gung, jenis layanan yang masih harus diba-yar, daftar obat yang ditanggung dan seba-gainya.

Masalah tak kalah pelik juga dite-mukan dalam program Jaminan KesehatanDaerah (Jamkesda) yang diselenggarakanpemerintah daerah. Banyak warga miskinyang sudah memenuhi persyaratannyatanya tak juga mendapatkan kartuberkah yang diyakini mujarab menyem-buhkan penyakit. Si miskin rupanya masihdilarang sakit.

� M. Yamin Panca Setia

Page 2: Layout 1 (Page 1) -   · PDF filehadiri perayaan hari ulang tahun (HUT) ... RT satu tahun lalu sebagai syarat mendapatkan kartu itu. ... undangan pertemuan dengan ke

AGUS Salim, buruhpabrik di Cikupa, Ta-ngerang, Banten, ter-

paksa mengais utang untukmembiayai pengobatanbayinya yang lahir prematur.Si jabang bayi yang lahir de-ngan berat hanya 6 ons ituharus mendapatkan pe-rawatan intensif di RumahSakit Ibu dan Anak Tiara,Cikupa, KabupatenTangerang. Dokter bahkansempat memvonis usiabayinya yang lahir 14 Juli2010 lalu itu tak akan hiduplama jika tak mendapatkanperawatan intensif.

Akhirnya, terkumpul uangRp15 juta yang kemudian dibayar-kannya ke rumah sakit. Agus sebe-narnya tidak perlu berutang. Diaberhak menerima Jaminan Kese-hatan bagi Masyarakat Miskin (Jam-kesmas) dari pemerintah untukmembiayai anaknya.

Namun, dia mengaku tidak ta-hu Jamkesmas. Dia baru tahu sete-lah diterangkan rekannya, yangpernah berobat dengan menggu-nakan Jamkesmas.

Agus pun bergegas mengurusisegala persyaratan Jamkesmas. Aluryang dilaluinya cukup pelik. Diaharus membuat surat tidak mampudari kepala desa, puskesmas danmenuju Dinas Kesehatan Kabupa-ten Tanggerang, dan KementerianKesehatan.

Setelah semua persyaratan ter-penuhi, Agus memboyong bayinyake Rumah Sakit Harapan Kita. Disana, bayinya dirawat selama sebu-lan.

Awalnya, Agus lega karenatotal biaya pengobatan Rp40 juaditanggung pemerintah. Setelahitu, dia membawa bayinya pulangke rumah setelah pihak rumahsakit menyatakan bayinya sehat,Namun, baru tiga hari mening-galkan rumah sakit, bayinya sakitlagi. “Sampai di rumah, sakitnyakambuh, kejang-kejang, badan bayisaya biru,” ungkapnya kepadaJurnal Nasional, Sabtu pekan lalu.

Dia bergegas kembali ke rumahSakit Harapan Kita. Dari pemerik-saan dokter, si bayi harus dirawatlagi karena trombositnya tidak sta-bil. “Berat bayi saya turun drastishingga satu kilogram,” katanya.

Namun, Agus bingung karenabiaya pengobatan tak lagi ditang-gung Jamkesmas. “Padahal, hari itumemang jadwal kontrol kesehatan

bayi,” ujarnya. Agus kemudian mendatangi

kantor Dinas Kesehatan KabupatenTangerang agar mendapatkan lagiJamkesmas. Namun, petugas me-nyataan dirinya tak layak menerima.Kata petugas, dirinya kerja di pabrikdan punya penghasilan tetap.

Agus miris. Ternyata, Jamkes-mas tidak membiayai anaknyahingga sembuh. Dia juga menye-salkan petugas tidak aktif melayaniwarga miskin yang layak menerimaJamkesmas. “Mereka itu tidak jem-put bola tetapi menunggu bola,”sesalnya.

Karena tidak mampu membi-ayai pengobatan, Agus menolakanaknya dirawat di rumah sakit.“Saya keluar (tinggalkan rumahsakit) dengan terpaksa, mau tidakmau. Kalau anak saya tidak pulanghari ini, ya saya akan pulang, sebabsaya tidak mampu,” ujarnya.

Selama tiga hari anaknya dira-wat Rumah Sakit Harapan Kita.Agus diketok biaya Rp3,5 juta. Diahanya membayar Rp1 juta. Agustak bisa membayangkan berapabiaya yang harus ditanggungnyajika anaknya dirawat lama di ru-mah sakit itu.

Lain lagi pengalaman Atengsaat mengurus Jamkesmas di Ru-mah Sakit Umum Daerah (RSUD) Si-doarjo. Ateng kesal saat petugasrumah sakit mempertanyakan va-liditas kartu Jamkesmas yang diba-wanya untuk mengurus Waras,saudaranya yang sakit. Saat me-nembus resep obat, petugas apotekhanya mengatakan obat yang di-maksudnya harus dibeli di apotekluar karena apotek rumah sakit

tidak menyediakannya. Terpaksa,uang pun keluar dari koceknya.Pria yang rumahnya berbatasanlangsung dengan tanggul penahanlumpur Lapindo itu juga menye-salkan dokter tidak memberi jawa-ban yang jelas soal kondisi kese-hatan Waras. Ateng pun membawasaudaranya pulang. Seharidi rumah, kondisi Waras justrumemburuk. Waras dilarikan lagi keRSUD Sidoarjo.

Pengakuan Agus dan Atengtidak sejalan dengan pengakuanMenteri Kesehatan Endang RahayuSedyaningsih. Saat ditemui usaimenghadiri perayaan hari ulangtahun (HUT) ke-50 Rumah SakitFatmawati, Jakarta, Jum’at (15/4),Menkes menyatakan, dengan Jam-kesmas warga miskin sama sekalitidak dipungut biaya saat berobatdi rumah sakit.

“Masyarakat tetap mengeluar-kan uang, tetapi untuk transportasidari rumah ke rumah sakit,” kata-nya.

Endang pun mengimbau agarwarga miskin yang mengeluarkanuang hingga jutaan menghadap-nya. “Kalau itu (dibebankan jutaanrupiah) ya harus dilaporkan. To-long disampaikan,” ujar Menkes.

Endang mengakui jika dirinyasering kali mendapatkan laporannegatif soal Jamkesmas. Dia telahmendorong pihak rumah sakitmenyukseskan pelaksanaan Jam-kesmas.

Masalahnya, Ahmad Faisol,Direktur Media Link menyatakan,persoalan yang muncul dalampelaksanaan Jamkesmas adalahminimnya informasi yang diserap

warga miskin. Mereka hanya menu-ruti saja perintah karena tidakmemiliki kemampuan.

“Akibatnya, dia terpaksa me-ngeluarkan biaya,” ujar Faisol.Wajar jika kemudian banyak wargamiskin yang berobat dengan Jam-kesmas harus mengeluarkan uangdari koceknya.

Ditemukan pula banyak pasienmiskin yang dipingpong rumahsakit karena tidak tahu apa sajayang dibiayai Jamkesmas. “Diapunya Jamkesmas, tetapi diping-pong. Karena tidak tahu, apa yangtercakup Jamkesmas,” ujar Faisol.

Namun, Menkes menyatakan,pasien warga miskin memangtidak perlu mengetahui cakupanpembiayaan Jamkesmas saat bero-bat. “Tidak perlu tahu, karenauangnnya tidak diberikan kepadamereka.”

Lain lagi kisah Ganumede Ga-lelian alias Jenny. Dia hanya terba-ring lemah di rumah petak di GangMandiri, Cibodas Kecil RT 08 RW03, Cimone, Kecamatan Karawaci,Kota Tangerang. Jenny hanya dira-wat ibunya. Gadis berusia 18 tahunitu menderita tumor kulit dan taklagi terjamah pengobatan medis.

Linda, ibunda Jenny, hanya bisapasrah. Dia tak mampu membiayaipengobatan anaknya. Penjual mar-tabak itu hanya bisa mengharapbantuan dari pemerintah.

Sebelumnya, Jenny mendapat-kan pengobatan gratis denganmenggunakan kartu multiguna Ja-minan Kesehatan Daerah (Jamkes-da). Sekarang, pengobatan gratistak bisa lagi setelah kartu multigu-na itu diambil seorang anggota

DPRD Kota Tanggerang. “Namanya pak Teunku Irwan-

syah yang mengambil kartu multi-guna anak saya. Katanya anggotaDPRD Kota Tangerang,” ucap Linda.

Mantan pelajar SMP DharmaSiswa itu pun makin kronis kondi-sinya. Hasil diagnosa Rumah SakitUmum Daerah (RSUD) Tanggerangmenyimpulkan, Jenny menderitaneurofibromatosis dengan gejalaparesis.

Kisah miris juga dialami Sar-ma‘ah. Wanita berusia 70 tahunyang sering kali sakit-sakitan itubiasa menahan sakit karena takmampu berobat. Dia terpaksa me-ngais utang dari tetangga jika inginke rumah sakit.

Dari informasi yang didengar-nya, warga Kelurahan Babakan RT005, RW 02, Kecamatan Tangerang,Kota Tangerang itu tahu jika Pe-merintah Kota Tanggerang menye-diakan kartu multiguna Jamkesda.

Dia lalu menyerahkan photocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP)dan Kartu Keluarga (KK) ke KetuaRT satu tahun lalu sebagai syaratmendapatkan kartu itu. Namun,pengobatan gratis hanya sebatasjanji pemerintah setempat. “Tidakada kartu berobat miskin daripemerintah. Saya tidak tahu seper-ti apa kartunya, ujar Sarma’ah saatditemui di rumahnya, Jumat (15/4).

Saat dikonfirmasi, Wakil Walikota Tangerang Arief R Wismas-nyah berdalih, anggaran pemerin-tah membengkak gara-gara Jam-kesda. Pada 2010 lalu, pemerintahsetempat telah mengalokasikandana Rp12 miliar. Dana yang telahdigunakan untuk Jamkesda menca-pai Rp10 miliar yang dialokasikanke sekitar empat ribu warga miskindi wilayahnya.

“Satu kartu multiguna dika-likan 4.000 itu kan mahal. Makanyakami tidak lagi menerbitkan kartumultiguna tetapi hanya membuatsurat pengantar kartu multigunakepada warga miskin,” kata Ariefkepada Jurnal Nasional, Jumatpekan lalu.

Kalau begitu, buat apa peme-rintah setempat berjanji akanmembagikan kartu mujarab kepa-da warga miskin?

Peneliti Indonesia CorruptionWatch (ICW) Febri Hendri menyata-kan, sebenarnya total dana Jam-kesmas senilai Rp5 triliun dan Jam-kesda yang dibiayai dari APBD jauhdari kecukupan. Idealnya, negaraharus mengalokasikan dana Rp30triliun agar seluruh rakyat Indo-nesia punya jaminan kesehatan se-hingga tidak lagi ada kabar wargayang terkapar karena tidak mampumembayar biaya pengobatan. “Itumenjadi tugas negara,” katanya. � M Yamin Panca Setia/Sabaruddin

Politika 2 | Rabu, 20 April 2011 Laporan Utama

Mengharap Berkah Kartu MujarabIdealnya, negara mengalokasikan dana Rp30 triliun agar seluruh warga punya jaminan kesehatan sehingga tidak lagiada kabar warga terkapar karena tidak mampu membayar biaya pengobatan.

DP GUNADI/JURNAL NASIONAL

Pengobatan GratisWarga miskin mendapatkan pengobatan gratis. Namun, seringkali di saat sakit, mereka sulit mendapatkan pengobatan gratis.

Page 3: Layout 1 (Page 1) -   · PDF filehadiri perayaan hari ulang tahun (HUT) ... RT satu tahun lalu sebagai syarat mendapatkan kartu itu. ... undangan pertemuan dengan ke

Laporan Utama Rabu, 20 April 2011 | 3Politika

MENTERI KesehatanEndang RahayuSedyaningsih boleh

saja sesumbar. Katanya,pasien dari keluarga miskinyang berobat inap di kelas IIIrumah sakit pemerintahmaupun swasta yang menja-di rujukan kementerian yangdipimpinnya mendapat pengobatan gratis.

Dia juga mengingatkan, rumahsakit memberikan pelayanan yangaman, bermutu, antidiskriminasidan efektif dengan mengutamakankepentingan pasien.

“Petugas rumah sakit, tidakperlu lagi menanyakan pasien mis-kin atau tidak, atau peserta Jam-kesmas, karena semua pasien yangmasuk kelas III dijamin oleh pe-merintah,” ujar Endang dalam aca-ra Peringatan Ulang Tahun Ke-50RSUP Fatmawati, Jakarta, Jumat pe-kan lalu.

Namun, fakta di lapangan ber-bicara lain. Saat sakit, sering kalipasien miskin kewalahan menda-patkan pengobatan gratis. SoalJamkesmas misalnya. Tuntutanmereka agar segera mendapatkanJamkesmas sering kali tak ter-penuhi. Miskinnya informasi salahsatu penyebab sulitnya warga mis-kin mendapatkan Jamkesmas.

Di Sidoarjo, Jawa Timur, misal-nya, tak mudah bagi warga miskinmendapatkan Jamkesmas. Seorangwarga Besuki Timur menyatakan,pengurusan kartu Jamkesmasdilakukan oleh kader Posyandu.Warga umumnya menilai pembe-rian kartu Jamkesmas tidak adil.Banyak orang yang layak menda-patkan kartu Jamkesmas malahtidak mendapatkannya. Puskes-mas di lingkungan terdekatnyapun tidak mengumumkan cara-cara pendataan penerima Jamkes-mas kepada warga. Masalah lain di-temukan dalam pendataan.

Keluhan warga itu disampaikandihadapan Joko, seorang dokteryang ditugaskan Dinas Kesehatan

setempat berkeliling di Desa BesukiTimur Sidoarjo untuk menghadiriundangan pertemuan dengan ke-lompok masyarakat di sana.

Dalam pertemuan itu, masya-rakat mencecar pertanyaan seputarpelayanan kesehatan, utamanyaProgram Jamkesmas kepada Ke-pala Puskemas Jabon Sidoarjo itu.

Lain lagi masalah di Cikupa,Tanggerang. Selembar kertas yangdikeluarkan UPT Puskesmas Ciku-pa, April 2010 mengenai rekapitu-lasi peserta Jamkesmas Tahun2010, menunjukkan ada kejanggal-an dalam pendataan warga miskinyang layak mendapatkan Jamkes-mas. Ada perbedaan mencolok dataversi Badan Pusat Statistik (BPS) de-ngan non BPS di Cikupa, KabupatenTanggerang. Menurut BPS, totalwarga miskin di kawasan itu yanglayak menerima Jamkesmas menca-pai 6.157 jiwa. Sementara data versinon-BPS 27.480 jiwa.

“Lantas, siapa yang menetap-kan peserta Jamkesmas?” tanya Di-rektur Eksekutif Media Link Ah-mad Faisol, di Jakarta, Selasa pe-kan lalu. Media Link adalah sebuahorganisasi masyarakat sipil yangmemantau masalah akses infor-masi publik, khususnya wargamiskin dalam mendapatkan infor-masi seputar Jamkesmas.

Dalam Pedoman PelaksanaanJaminan Kesehatan Masyarakat(Manlak Jamkesmas) yang menjadipanduan pelaksanaan Jamkesmasyang diterbitkan Kementerian Ke-sehatan, disebutkan program Jam-kesmas merupakan belanja sosialuntuk pelayanan kesehatan bagifakir miskin yang iurannya dibayaroleh pemerintah.

Soal kepesertaannya, keang-gotaan Jamkesmas didasarkanpada data BPS yang mendatamasyarakat miskin by name bydate. Melalui metode tersebut,maka didapat data orang miskinyang berhak atas program layananini berjumlah 76,4 juta jiwa.Dengan demikian, hampir 40 per-sen masyarakat Indonesia terlayaniprogram Jamkesmas tersebut.

Namun itu hitungan di atas ker-tas. Praktiknya, pasti ada tangan-tangan siluman yang dapat meng-ubahnya. “Di lapangan masih ba-nyak mayarakat yang tidak menda-patkan alokasi Jamkesmas. Karena

ada perbedaan antara data BPSmengenai kriteria masyarakat mis-kin. Depkes hingga kini belum jelasmau menggunakan data yang mana.“Ada selisih. Tetapi yang mau digu-nakan itu tidak jelas,” kata Faisol.

Temuan di lapangan juga me-nunjukkan masyarakat tidak bisamembedakan antara Jamkesmasdan Jamkesda. Ketidaktahuan ituterkait tata cara mengurus Jamkes-mas maupun Jamkesda, apa sajayang ditanggung oleh Jamkesmasatau Jamkesda.

“Kebingungan ini berimplikasipada ketidaktahuan masyarakatuntuk mengurus Jamkesmas danJamkesda sehingga sering kali me-reka kaget ketika rumah sakit tidakbisa menerima kartu Jamkesmasatau Jamkesda yang mereka mi-liki,” ujar Faisol.

Warga juga sering kali meneri-ma kesimpangsiuran informasi ta-ta cara pengurusan Jamkesmas. Pi-hak puskesmas menyatakan pe-nentuan peserta Jamkesmas ber-asal dari bawah. Sementara pihakpuskesmas dan Dinas KesehatanKabupaten/Kota menyatakan ha-nya menerima usulan dari bawah.

Sedangkan kader kesehatan ditingkat desa, menyatakan penentu-an peserta Jamkesmas ditentukandari atas. Kesimpangsiuran infor-masi ini berimplikasi pada keti-dakakuratan penentuan pesertaJamkesmas. Wajar, jika kartu Jam-kesmas jatuh ke pada masyarakatyang seharusnya tidak berhak.

Masyarakat juga masih bin-gung tentang pelayanannya, jenislayanan yang ditanggung, jenis la-yanan yang masih harus dibayar,daftar obat yang ditanggung dansebagainya. Kebingungan ini ber-implikasi pada keluhan pasien ter-hadap pelayanan rumah sakit. Se-ring kali terjadi benturan antara ru-mah sakit dan pasien pemegangkartu Jamkesmas.

Peneliti Senior IndonesiaCorruption Watch (ICW) Febri Hen-dri juga mengurai masalah pelak-sanaan jaminan kesehatan bagiwarga miskin baik Jamkesmas, Ga-kin dan Jamkesda. Menurut dia,pelaksanaan jaminan sosial kese-hatan belum mengacu UU No 49Tahun 2004 tentang Sistem Jamin-an Sosial Nasional dan UU No 44Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.Febri menyoroti peran pemerintahpusat dan daerah yang merangkapsebagai regulator dan operator. Ituoverlape (tumpang tindih) dan bisamemicu praktik korupsi,” ujarFebri, Sabtu pekan lalu.

Dia mencontohkan klaimpengobatan dari rumah sakit yangharus dibayar pemerintah yangpotensi digelembungkan (markup). “Ada pembagian keuntunganantara pihak rumah sakit denganpetugas pemerintah,” katanya.Praktik tersebut kemungkinan di-biarkan karena rumah sakit jugainstansi pemerintah.

Dari riset yang dilakukan ICW,sebagian besar pasien miskin pe-megang kartu Jamkesmas, Jam-kesda, Gakin, dan SKTM (70 per-sen) mengeluhkan pelayanan ru-mah sakit. Keluhan terkait pela-yanan administrasi, perawat, dok-ter, sarana dan prasarana, uangmuka, obat, biaya dan layanan ru-mah sakit lainnya.

Temuan itu didapat dari surveiCRC (Citizen Report Cards) 2010yang dilakukan ICW pada 986pasien miskin pemegang kartuJamkesmas, Jamkesda, Gakin danSKTM di 19 rumah sakit pemerin-tah dan swasta di Jabodetabek.

Survei CRC menggunakan sam-pel peluang (probability sample)dengan menggunakan metodesampling Two Stage RandomSampling With PPS. MOE (Margin ofError) survei diprediksi antara tigasampai empat persen.

Pasien miskin diketahui eng-gan menggunakan kartu Jamkes-mas, Jamkesda, dan Gakin di awalpengobatan karena khawatir dito-lak berobat secara halus oleh pihakrumah sakit. Alasan rumah sakitmenolak pasien miskin beraneka-ragam. Mulai dari tempat tidur pe-nuh, tidak punya peralatan kese-hatan, dokter atau obat yang me-madai untuk tidak menerima peng-obatan pasien tersebut.

Pengurusan administrasi pa-ling banyak dikeluhkan oleh pasienmiskin yaitu mencapai 47,3 persenresponden. Sementara keluhan ter-hadap pelayanan dokter (18,2 per-sen), perawat (18,7 persen), petu-gas rumah sakit lain 18,7 persen,keluhan uang muka (10,2 persen)serta keluhan penolakan rumah sa-kit dan keluhan fasilitas dan sa-rana rumah sakit (13,6 persen).

Selain keluhan terhadap pela-yanan, ternyata pasien miskin ma-sih mengeluarkan sejumlah uanguntuk berbagai biaya berobat.Kartu Jamkesmas, Gakin dan Jam-kesda ternyata tidak mampu meng-gratiskan biaya berobat di rumahsakit. Pasien miskin rawat inapmasih mengeluarkan biaya awalmasuk sebesar Rp348 ribu. Se-mentara biaya beli obat, periksamasing-masing sebesar Rp862 ribudan Rp226 ribu. Sedangkan pasienmiskin rawat jalan mengeluarkanbiaya awal pengobata (termasukipendaftaran) sebesar Rp108 ribudan biaya beli obat dan biaya perik-sa masing-masing sebesar Rp475ribu dan 468 ribu.

Karena itu, Hendri mendesakKementerian Kesehatan untuk mela-kukan perbaikan. “Menkes gunakanseluruh kewenangan dan instrumenkebijakan yang dimilikinya untukmenekan pengelola rumah sakituntuk terbuka dan memberi pela-yanan maksimal dan berkualitasbagi pasien miskin,” ujarnya. �

Rantai MasalahMembelitJamkesmasKompleksitas masalah menyebabkan banyakwarga miskin sulit mendapatkan haknya berobat gratis di rumah sakit. Saat sakit, mereka kewalahan mendapatkan Jamkesmas.

M Yamin Panca [email protected]

AGUNG KUNCAHYA B/JURNAL NASIONAL

Perbaikan Layanan JamkesmasTeatrikal yang dimainkan peserta aksi demo dari Indonesia Corruption Watch (ICW) di depan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.ICW menuntut Kementerian Kesehatan memperbaiki pelayanan Jamkesmas.

Page 4: Layout 1 (Page 1) -   · PDF filehadiri perayaan hari ulang tahun (HUT) ... RT satu tahun lalu sebagai syarat mendapatkan kartu itu. ... undangan pertemuan dengan ke

PEMERINTAH dan DPRhingga kini masihdibelit polemik soal

pengesahan RancanganUndang-Undang (RUU)Badan PenyelenggaraJaminan Sosial (BPJS).

Sebagian besar fraksi di DPRmendesak pemerintah untuk mem-percepat pembahasan RUU tersebut.Sementara pemerintah hingga kinimasih menyusun daftar inventa-risasi masalah (DIM) RUU tersebut.

“Pemerintah sedang menyusunDIM. Jadi, nanti ada DIM versi par-lemen dan kita akan membuatversi pemerintah. Insya Allah terca-pai titik temu,” kata Menteri Ke-sehatan Endang Rahayu Sedya-ningsih, di Rumah Sakit Fatmawati,Jakarta, Sabtu, pekan lalu.

Dalam menyusun RUU terse-but, lanjut Menkes, pemerintahberhati-hati karena tidak ingin jus-tru menuai polemik nantinya.

“Kita harus berhati-hati. Kalaukita mau populer, bisa saja seka-rang,” ujar Endang. Namun, lanjut-nya, pemerintah juga harus ber-pikir masa depan.

“Kami tentu harus memikirkanmasa depan, saya jadi menteri kantidak lama, tahun 2014 Insya Allahselesai, sudah itu kan ada menteri-menteri lain, pemerintah selanjut-nya. Karenanya, kalau kami mene-rapkan suatu program, maka tidakboleh mundur. Jadi kita harus be-tul-betul berhati-hati,” kata Endang.

Ketidakjelasan pembahasanRUU BPJS diperkirakan akan men-jadi sandungan politik pemerin-tah. Kalangan DPR mengingingkanpemerintah segera menyerahkanDIM RUU BPJS. DPR menuding pe-merintah sengaja mengulur-ulurwaktu.

“Jika tidak segera, kita akanajukan hak interpelasi,” ujar KetuaKomisi XI DPR Ribka Tjibtaning, diJakarta, Sabtu, pekan lalu.

Menurut Ribka, pengesahanRUU BPJS memang menuai pole-mik karena banyak kepentingan.Masalah utama yang menjadi sum-ber polemik ada masalah dana. “Itu(dana) salah satunya. Tetapi banyakkepentingan lainnya,” ujar Ribka.

Apa pun dalihnya, politisi PartaiDemokrasi Indonesia Perjuangan itumendesak pemerintah segera me-nuntaskan pembahasan RUU BPJS.

Sebelumnya, Wakil Ketua DPRPriyo Budi Santoso melayangkanprotes terhadap delapan menteriyang menghentikan pembahasanRUU BPJS. DPR mengancam meng-

gunakan hak interpelasi menyang-kut sikap pemerintah yang dinilaitidak prorakyat.

“Interpelasi merupakan hakanggota dan saya persilakan kalauitu mau digunakan. ujar Priyo. Po-litisi partai Golkar itu menilai, lang-kah Komisi IX yang akan menggu-nakan hak interpelasi sudah tepatkarena pemerintah melupakan tu-juan utama menyejahterakan rak-yat. “Karena sudah ada kegetiranterhadap kelambanan pemerintah.”

Desakan agar pemerintah se-gera mempercepat pembahasanRUU BPJS juga disuarakan masya-rakat sipil. Peneliti Senior Indo-nesia Corruption Watch (ICW) FebriHendri menegaskan, RUU BPJSnantinya adalah payung bagi pelak-sanaan sistem jaminan sosial se-perti masalah kesehatan dan seba-gainya. “Karena itu, RUU itu harussegera diselesaikan,” tegasnya.

Kapan DIM dari pemerintah se-lesai? Menurut juru bicara WakilPresiden Yopie Hidayat, pemerin-tah berkomitmen menyelesaikan-mua akhir April 2011. “Deadline-nya (tenggat waktu) akhir April. Ke-mudian nanti akan dibahas kem-bali dengan DPR pada 9 Mei,” kataYopie, kepada wartawan di KantorWakil Presiden, Selasa pekan lalu.

Yopie juga menegaskan, peme-rintah serius memerhatikan ke-sinambungan fiskal yang sehat dan

aman dalam penerapan Undang-Undang Sistem Jaminan SosialNasional (SJSN). Namun, pemerin-tah juga harus berpikir solusi tidakmembebani anggaran dan mem-beratkan bagi keberlanjutan peme-rintahan berikutnya.

“Yang terpenting menjaga ke-sinambungan fiskal. Jangan sampaipenyelenggaraan jaminan sosialmaupun bermacam-macam jasamenimbulkan beban yang tidak bisaditanggung lagi dan menjadi bebanpemerintah berikutnya,” katanya.

Karenanya, lanjut Yopie, peme-rintah ingin menyusun jaminansosial yang realistis dan sesuai de-ngan kemampuan.

Sesuai amanat Presiden, DIMRUU BPJS dirumuskan delapan ke-menterian, yaitu Menteri Keuangan,Menteri Hukum dan HAM, MenteriBUMN, Menteri Kesehatan, MenteriSosial, Menteri Koordinator Kese-jahteraan Rakyat, Bappenas, danMenteri Koordinator Perekono-mian. Keberadaan BPJS diharapkandapat meningkatkan kualitas pe-layanan rumah sakit bagi pasienmiskin. BPJS akan menjadi penye-lenggara jaminan sosial kesehatanyang akan menjamin biaya peng-obatan seluruh rakyat Indonesia(universal coverage) layanan kese-hatan pada penyedia layanan kese-hatan termasuk rumah sakit.

Dengan demikian, tidak ada pa-

sien telantar, mengalami diskrimi-nasi ataupun ditolak rumah sakitkarena tidak mampu membayarpengobatan. UU SJSN, Pasal 5 jugamengamanatkan pembentukanBPJS yang harus dibentuk denganUU. Pembentukan UU tersebut me-rupakan pelaksanaan UU No. 40Tahun 2004 setelah Putusan Mah-kamah Konstitusi sekaligus mem-berikan kepastian hukum bagi BPJSdalam melaksanakan program ja-minan sosial di seluruh Indonesia.

Guru besar ekonomi kesehatandari Universitas Indonesia, Has-bullah Thabrany mengatakan, pe-ngesahan UU BPJS memungkinkanpenyelenggaraan jaminan sosialuntuk masyarakat bisa diselesai-kan. “Jaminan sosial seperti Askes,Jamsostek hanyalah kendaraanyang dibuat waktu dulu untukurusan bisnis,” katanya di Jakarta,Sabtu (16/4).

Dia menjelaskan, perusahaanyang menjamin kesehatan sosialmasyarakat saat ini seperti BUMNhanya urusan dagang. “Kalau urus-an jaminan sosial ini bukan urusandagang. Tapi urusan mengelolauang dan menjadi urusan wajib.Misal, pegawai swasta wajib mem-bayar iuran. Tidak bisa uang iuranwajib diserahkan ke perusahaan, didunia sudah ada yang seperti itu,”ujar dia.

Hasbullah mengungkapkan, ke-

adaan ini merupakan kekeliruanbangsa Indonesia hingga saat ini. Un-tuk itu, diperlukan UU BPJS yangmengatur, bukan hanya menetapkan.

“Jadi mengatur badan yang di-bentuk (BPJS-Red), ditetapkansiapa dan menjalankan apa. “Misal,Askes menjalankan jaminan kese-hatan, Taspen menjamin pensiununtuk seluruh penduduk, Jam-sostek jaminan hari tua dan kema-tian seluruh penduduk. Tak hanyaitu, harus ditetapkan badan dandiatur cara main.

Namun, Menteri KeuanganAgus Martowardojo beralasan, pe-merintah masih menunggu fatwaMahkamah Agung karena masihadanya perbedaan pandangan de-ngan DPR terkait apakah BPJS akanhanya ditetapkan atau juga akanada pengaturannya.

Dia menambahkan, MA perlumengkaji dahulu karena pemerin-tah menilai sifat pengaturan seper-ti yang diinginkan oleh DPR berten-tangan dengan undang-undangyang sudah ada sebelumnya, yakniUU SJSN.

Masalahnya, Ketua MA HarifinA Tumpa mengungkap pihaknyabelum menerima permintaan daripemerintah untuk mengeluarkanfatwa tersebut. “Belum ada (per-mintaan), saya belum tahu,” ujarHarifin, di Gedung MA, Jakarta, Ju-mat 8 April 2011. �

Politika 4 | Rabu, 20 April 2011 Laporan Utama

Menanti Disahkan RUU BPJSBPJS diharapkan akan menjadi penyelenggara jaminan sosial khususnya di bidang kesehatan yang akan menjamin biaya kese-hatan bagi seluruh rakyat Indonesia (universal coverage).

M Yamin Panca [email protected]

WAHYU WENING/JURNAL NASIONAL

Jaminan SosialMenteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi E.E. Mangindaan (kanan) bersama Menteri Keuangan Agus Martowardjojo (kedua kanan), Menteri MenteriPerencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana (tengah), Wakil Seskab Lambok Nahattan Simorangkir (kedua kiri), dan Wakil Ketua Komisi IXDPR Ahmad Nizar Shihab sebelum memulai rapat kerja membahas RUU BPJS dengan Komisi IX DPR di Gedung Parlemen, Jakarta, beberapa waktu lalu. RUU tersebutdiharapkan dapat segera disahkan.