Latihan Proposal Skripsi

37
PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RSUD BARI PALEMBANG Oleh: VERA IRAWANDA NAMA : AGUS SUBHAN NIM : 70 2009 030 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2012

Transcript of Latihan Proposal Skripsi

Page 1: Latihan Proposal Skripsi

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PERILAKU DENGAN

KEJADIAN HIPERTENSI DI

RSUD BARI PALEMBANG

Oleh:VERA IRAWANDA

NAMA : AGUS SUBHAN

NIM : 70 2009 030

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2012

Page 2: Latihan Proposal Skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hipertensi atau darah tinggi kerap diabaikan, karena tidak menimbulkan kelainan dalam

tempo singkat, sehingga bukan dianggap sesuatu yang bukan membahayakn kesehatan. Namun

berdasarkan sejumlha fakta penelitian, resiko seseorang yang hipertensi untuk mengalami

stroke, gagal jantung, dan penyakit jantung koroner dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan

orang yang memiliki tekanan darah normal (Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dalam

Muhaimin, 2008).

Hipertensi merupakan masalah global dunia. Hipertensi merambah hampir ke semua

golongan masyarakat diseluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus

bertambah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan hipertensi sebagai faktor resiko

nomor tiga penyebab kematian di dunia. Hipertensi bertanggung jawab terhadap 62% timbulnya

kasus stroke, dan 49% timbulnya serangan jantung. Di dunia, hampir satu milyar orang atau

satu dari empat orang dewasa menderita hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit serius yang

bisa merusak organ tubuh. Setiap tahun hipertensi menjadi peyebab satu dari setiap tujuh

kematian (7juta/tahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal.

Berdasarkan data World Hypertension League (WLH) tahun 2009 hipertensi diderita oleh 1,5

milyar orang didunia (Sanif, 2009).

Di Indonesia, hipertensi adalah faktor resiko utama penyakit-penyakit kardiovaskuler

yang merupakan penyebab kematian tertinggi. Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi

lebih dari sepertiga penyebab kematian di Indonesia. Menurut riset Kesehatan Dasar

Page 3: Latihan Proposal Skripsi

Departemen kesehatan tahun 2007, 31,7% dari penduduk Indonesia mengalami hipertensi.

Namun, terdapathasil survey yang ekstrim rendah yaitu di Lembah Balim, Pegunungan Jaya

Wijaya, yang hanya 0,6%. Lalu untuk ekstrim tinggi di Talang, Sumatera Barat 17,8% (Sanif,

2009).

Dari Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2006 dilaporkan

prevalensi hipertensi mencapai 15,01%, tahun 2007 mencapai 16,68 % sedangkan pada tahun

2008 mencapai 16,38% (Profil Dinas Kesehatan Dinkes Kota Palembang, 2006-2008)

Dari data Daftar 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas Plaju tahun 2011 penderita

hipertensi mencapai 1795 kasus menempati urutan nomor tiga setelah ISPA dan gastritis.

Hipertensi dan penyakit kardiovaskuler masih cukup tinggi dan bahkan cenderung

meningkat seiring gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya biaya

pengobatan hipertensi, disertai kurangnya saran dan prasarana penanggulangan hipertensi

(Hambuako, 2009)

Berdasarkan data di diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang

Hubungan Perilaku dengan Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Poli Klinik Penyakit Dalam

RSUD Palembang BARI

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terlihat bahwa masih tingginya angka kejadian

hipertensi, maka rumusan permasalahan adalah belum diketahuinya Hubungan faktor-faktor

Perilaku dengan kejadian Hipertensi di RSUD Palembang BARI.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah Hubungan faktor-faktor Perilaku dengan kejadian Hipertensi di RSUD

Palembang BARI ?

Page 4: Latihan Proposal Skripsi

Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan faktor-faktor Perilaku dengan kejadian Hipertensi di

RSUD Palembang BARI.

Tujuan Khusus.

1. Mengetahui pengetahuan pasien tentang hipertensi pada pasien di RSUD

Palembang BARI.

2. Mengetahui sikap pasien tentang hipertensi pada pasien di RSUD Palembang

BARI.

3. Mengetahui tindakan pasien tentang hipertensi pada pasien di RSUD Palembang

BARI.

4. Mengetahui kejadian hipertensi pada pasien pada pasien di RSUD Palembang

BARI.

5. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya hipertensi pada

pasein di RSUD Palembang BARI.

6. Mengetahui hubungan antara sikap pasien dengan terjadinya hipertensi pada

pasien di RSUD Palembang BARI.

7. Mengetahui hubungan antara tindakan pasien dengan terjadinya hipertensi pada

pasien di RSUD Palembang BARI.

Page 5: Latihan Proposal Skripsi

1.4 Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan wawasan ilmu pengetahuan

tentang faktor perilaku terhadap hipertensi.

1.5.2. Bagi RSUD Palembang BARI

Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi petugas kesehatan tentang

hipertensi sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan bagi pasien hipertensi di

RSUD Palembang BARI.

1.5.3. Bagi Intitusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk dapat

meningkatkan wahana keilmuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian akan dilakukan di RSUD Palembang BARI pada tanggal .....................

dan sampel penelitian adalah pasien hipertensi.

Page 6: Latihan Proposal Skripsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi

lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan

diastolik 90 mmHg (Sheps dalam LMB Sagala,2010).

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus

sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg.

Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak

output (Wexler dalam LMB Sagala,2010)

Menurut WHO, hipertensi adalah tekanan darah sistol 140 mmHg atau lebih dan

tekanan diastol 90 mmHg atau lebih (Muhammadun, 2010).

2.1.2 Etiologi Hipertensi

Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.

Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini

disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh

faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu,

Page 7: Latihan Proposal Skripsi

stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada

penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif

hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat

dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat

dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan

faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.

a. Faktor genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu

mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan

kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium

Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar

untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan

riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan

riwayat hipertensi dalam keluarga.

b. Umur

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang

berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau

samadengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada

orang yang bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang

munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka

tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan

Page 8: Latihan Proposal Skripsi

mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,

sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.

Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang

berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah

diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau

cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan

fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.

Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya

sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah

ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

c. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita

terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum

mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang

tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.

Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada

usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit

hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses

ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai

dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-

55 tahun.

Page 9: Latihan Proposal Skripsi

d. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang

berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun

pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas

terhadap vasopresin lebih besar.

e. Obesitas

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan

kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,

1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)

>30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan

prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status

gizi normal menurut standar internasional). Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis

dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu

terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem

renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga

meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya

reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus.

f. Pola asupan garam dalam diet

Page 10: Latihan Proposal Skripsi

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization

(WHO)merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko

terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari

100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium

yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler

meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga

volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler

tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada

timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi

natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam

dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat.

Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram

per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih

karena budaya masak memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan

garam dan MSG.

g. Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat

dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya

stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.

Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans

and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak

ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula,

Page 11: Latihan Proposal Skripsi

5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih

dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok

subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.

h. Tipe kepribadian

Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan prevalensi

hipertensi. Pola perilaku tipe A adalah pola perilaku yang sesuai dengan kriteria pola

perilaku tipe A dari Rosenman yang ditentukan dengan cara observasi dan pengisian

kuisioner self rating dari Rosenman yang sudah dimodifikasi. Mengenai bagaimana

mekanisme pola perilaku tipe A menimbulkan hipertensi banyak penelitian

menghubungkan dengan sifatnya yang ambisius, suka bersaing, bekerja tidak pernah

lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas. Sifat tersebut akan

mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan prevalensi kadar kolesterol

serum meningkat, hingga akan mempermudah terjadinya aterosklerosis. Stress akan

meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan

menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan

pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal (FK UNRI,2009)

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi

Penyakit hipertensi termasuk penyakit yang banyak diderita orang tanpa mereka

sendiri mengetahuinya. Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan berbagai hal yang

menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Untunglah dewasa ini berbagai akibat

Page 12: Latihan Proposal Skripsi

yang ditimbulkannya dapat didegah dengan perawatan dini oleh parah ahli dibidang

kesehatan. Pada dasarnya hipertensi meliputi :

1. hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,

disebut hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang

mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan ssaraf

simpatis, sistem rennin angiotensin, defek dalam ekskresi natrium, seperti obesitas,

alkohol, serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus, penyebab

spesifikasinya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi

vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom cushing, feokromositoma,

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (pre eklampsia dan eklampsia)

(Mansjoer, 1999).

2.1.4 Keluhan dan gejala Hipertensi

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila

demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak dan

jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah,

telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, pusing,

depresi dan kurang semangat (Mansjoer, 1999).

2.1.5 Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran

fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung

angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi

Page 13: Latihan Proposal Skripsi

oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,

angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki

peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama

adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH

diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur

osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang

diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi

osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan

ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume

darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua

adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan

hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume

cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan

kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya

akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

Page 14: Latihan Proposal Skripsi
Page 15: Latihan Proposal Skripsi

(FK UNRI, 2009)

Page 16: Latihan Proposal Skripsi

2.1.6 Penanganan Hipertensi

Pengobatan terhadap hipertensi dapat dilakukan sebagai berikut :

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

- Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti

diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.

- Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

- Menghambat laju penyakit ginjal.

a. Non Farmakologis

Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan

berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan

fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

- Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih Peningkatan berat badan di usia

dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen

berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.

- Meningkatkan aktifitas fisik Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi

30-50% dari pada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak

>3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.

Page 17: Latihan Proposal Skripsi

- Mengurangi asupan natrium Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu

pemberian obat anti hipertensi oleh dokter.

- Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih

cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara

konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.

b. Farmakologis

Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu

diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium

chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor

(ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB)

(FK UNRI, 2009)

2.1.7 Komplikasi Hipertensi

Komplikasi dari hipertensi yaitu :

a. Gangguan penglihatan

b. Gagal jantung

c. Gangguan fungsi ginjal

d. Stroke

(Usnizar, 2008)

2.1.8 Pencegahan Hipertensi

Hipertensi dapat dicegah dengan melakukan hal-hal berikut :

a. Monitoring, mengukur tekanan darah skala berkala

Page 18: Latihan Proposal Skripsi

b. Konsumsi makanan sehat

c. Berolahraga

d. Mengurangi asupan garam

e. Mengentikan kebiasaan merokok dan minum alcohol

(Soengkowo, 2008)

2.2. Teori Perilaku

2.2.1 Definisi Perilaku

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2003) perilaku diartikan sebagai suatu respon

organisme terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut, respon tersebut terdiri dari 2 jenis,

yaitu :

a. Respon internal, yaitu yang terjadi didalam individu dan tidak dapat langsung terlihat

oleh orang lain, seperti : berfikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan, sedangkan

perilakunya mash terselubung disebut dengan “covert behaviour”

b. Bentuk aktif, yanitu apabila perilaku tersebut jelas dapat diobservasi secara langsung dan

sudah kelihatan dalam bentuk tindakan yang nyata yang disebut “over behaviour”. Dalam

proses pembentukan dan perubahan perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor

yang berasal dari dalam maupun dari luar individu, oleh karena perilaku tersebut

terbentuk dan dapat mengalami perubahan melalui proses interaksi manusia dengan

lingkungan.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme dipengaruhi

oleh factor genetic (keturunan) dan lingkungan. Hereditas atau faktor keturunan adalah

merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan mahkluk hidup, sedangkan

Page 19: Latihan Proposal Skripsi

lingkungan adalah merupakan suatu kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku

tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua factor tersebut dalam rangka

terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process) (Ali, 2003).

Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktivtas seseorang, yang merupakan

hasil bersama antara berbagai factor, baik internal maupun eksternal. Dengan kata lain

perilaku manusia sangatlah kompleks dan mepunyai bentangan yang sangat luas

(Notoatmodjo, 203 :121)

2.2.2 Domain Perilaku Kesehatan

Notoatmodjo (2003), berpendapat bahwa perilaku manusia itu sangat kompleks

dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku itu

dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai

batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan

pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan addalah mengembangkan atau meningkatkan

ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari :

a. Ranah Kognitif (cognitive domain)

b. Ranah Afektif (affective domain)

c. Ranah Psikomotor (psychomotor domain)

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk

kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketoa domain ini di ukur dari pengetahuan,

sikap dan tindakan (Notoadmodjo, 2003)

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada

domain kognitiif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa

materi atau objek yang diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek

Page 20: Latihan Proposal Skripsi

tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap

objek yang di ketahui itu. Akhirnya ransangan yakni objek yang telah diketahui dan

disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa

tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun

demikian, didalam kenyataan stimulus yang diterima subjek dapat langsung

menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa

mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang driterimanya. Dengan kata lain

tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengehuan atau sikap (Ali, 2003).

2.2.3 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebaginya).

Perhatian tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek.

Menurut Notoadmodjo (2003), terbentuknya perilaku, terutama pada orang

dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap

stimulasi yang berupa materi atau objek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan

baru pada subjek tersebut.Secara garis besar dibagi enam tingkatan pengetahuan, yaitu.

a. Tahu (know)

Tahu hanya diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah

mengamati sesuatu (Notoatmodjo, 2010).

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat

menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang

objek yang diketahui tersebut (Notoatmodjo, 2010).

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat

menggunakan prinsip yang dipahami tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Page 21: Latihan Proposal Skripsi

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk memisahkan atau menjabarkan, dan kemudian

mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui (Notoatmodjo, 2010).

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah

ada (Notoatmodjo, 2010)

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

objek tertentu (Notoatmodjo, 2010)

2.2.4 Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang tehadap stimulus atau objek tertentu,

yang sudah melibatkan faktor-faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak

senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Campbell mendefinisikan

sangat sederhana, yaitu sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon

stimuli atau objek (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Allport, sikap itu terdiri dari tiga komponen, yaitu (Notoatmodjo, 2010).

1. Keyakinan, pendapat atau pemikiran terhadap objek.

2. Penilaian orang terhadap objek.

3. Komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, yaitu.

1. Menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap gizi dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatiannya terhadap ceramah-ceramah (Notoatmodjo, 2010).

2. Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu

benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Page 22: Latihan Proposal Skripsi

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu

yang mengajak ibu lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi

menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu

bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak

(Notoatmodjo, 2010).

4. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB

meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri

(Notoatmodjo, 2010).

2.2.2 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).

Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan yang nyata diperlukan factor pendukung

suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas. Di samping factor fasilitas juga

diperlukan factor dukungan (support) dari pihak lain, missal dukungan dari keluarga, berikut

tingkat-tingkat tindakan :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided Respons)

Dapat melaakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh

adalah indikator praktik dua.

3. Mekanisme (mechanism)

Page 23: Latihan Proposal Skripsi

Apabila seseorang yang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, sesuatu

itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya, tindakan itu sudah simodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut. (Notoadmodjo, 2007)

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni engan

wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang

lalu (recall). Pengukuran langsung dengan tindakan atau kegiatan

responden(Notoadmodjo,2003)

Page 24: Latihan Proposal Skripsi

2.2.5 Kerangka Teori

TindakanPersepsi (Perception)Respon terpimpin (Guided Respons)Mekanisme ( Mecanism)Adaptasi (Adaptation)

Sikap Menerima (Receiving)Merespons (Responding)Menghargai (Valuing)Bertanggung jawab (Responsible)

PengetahuanTahu (know)Memahami (compherension)Aplikasi (Application) Analisis (Analysis)Sintesis (Synthesis)Evaluasi (Evaluation)

Tekanan darah penderita hipertensi

Page 25: Latihan Proposal Skripsi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian ini yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional dimana penelitian ini mengkaji

hubungan variable independen dan variable dependen. Desain atau metode penelitian

analitik digunakan untuk menganalisis dinamika korelasi antara variabel independen dan

variabel dependen (Notoadmodjo, 2005)

3.2 Tempat dan waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Palembang

BARI.

1.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien yang dating ke poli klinik Penyakit Dalam

RSUD Palembang BARI yang mempunyai tekanan systole >130 mmHg dan tekanan

diastole >90 mmHg.

3.3.2. Sampel Penelitian

Page 26: Latihan Proposal Skripsi

Sampel penelitian ini menggunakan metode non random sampling dengan teknik

accidental sampling yaiutu dengan mengambil sampel yang kebetulan ada atau tersedia saat

penyebaran kuesioner, criteria responden yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah :

1. Pasien yang dating ke Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Palembang BARI yang

mempunyai tekanan systole >130 mmHg dan tekanan diastole >90 mmHg

2. Pasien yang dapat diajak berkomunikasi dan mampu mengisi kuesioner

3. Pasien yang bersedia menjadi responden

3.4 Variabel

3.4.1. Variabel Dependent

Variabel dependent pada penelitian ini tekanan darah penderita hipertensi

3.4.2. Variabel Independent

Variabel independent pada penelitian ini perilaku penderita hipertensi

3.5 Teknik dan Instrument Pengumpulan data

3.5.1. Pengumpulan Data

a. Data primer

Data primer diperoleh dari responden yang berpedoman pada kuesioner

penelitian yang telah dipersiapkan.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari arsip cacatan RSUD Palembang BARI

3.5.2. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data berupa daftar pertanyaan atau

kuesioner dan Tensimeter.

Page 27: Latihan Proposal Skripsi