Latar Belakang Propsal Lkti

3
Latar Belakang Jumlah perokok di Indonesia meroket dari tahun 1995 sebanyak 34,7 juta perokok menjadi 65 juta perokok yang saat ini merokok setiap harinya, berdasarkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional dan Riset Kesehatan Dasar.Menurut penelitian berdasarkan jenis kelamin pada tahun 1995 diperkirakan ada 33,8 juta perokok laki-laki dan 1,1 juta perokok perempuan. Namun, pada tahun 2007 angka ini meningkat drastis menjadi 60,4 juta perokok laki-laki dan 4,8 juta perokok perempuan. Jumlah perokok pada kalangan anak dan remaja meningkat terus setiap tahunnya. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) memperkirakan ada 21 juta anak Indonesia menjadi perokok dan meningkat setiap tahunnya. Jumlah anak merokok mulai meningkat mulai 2001. Tahun ini diperkirakan ada kenainkan hingga 38 persen dari jumlah anak yang merokok di Indonesia. Sementara untuk Jakarta, tingkatnya diperkirakan mencapai 80 persen jika pada tahun 1995 hanya 7 persen remaja merokok, lalu 12 tahun kemudian meningkat menjadi 19 persen. Seperti yang kita ketahui bersama efek rokok sangat buruk yaitu, dapat terjadi kanker paru-paru, jantung, gangguan kehamilan pada wanita dan sebagainya, tetapi banyak dikalngan pemuda Indonesia sendiri yang tidak memperdulikan bahaya tersebut. Jumlah perokok dikalangan pemuda yang terus meningkat merupakan hal sangat mengkhawatirkan dan merupakan tantangan berat juga adalah masalah bangsa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia sehat bebas dari asap rokok. Penyakit yang ditumbulkan oleh asap rokok sangat banyak beberapa contohnya seperti yang diesebutkan diatas. Beberapa perokok telah mengalami gangguan pernafasan atau bahkan kanker, dan perokok tersebut tentunya memerlukan perawatan medis untuk kesembuhannya. Tetapi, pelayanan kesehatan di Indonesia belumlah memuaskan. Masih banyak masyarakat Indonesia sendiri yang sering memilih untuk berobat di luar negeri daripada di Indonesia. Hal ini merupakan hal yang harus dapat diselesaikan dengan peningkatan kolaborasi yang baik antar tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan di Indonesia masih memiliki kesenjangan perofesi, sehingga belum bisa melakukan pelayanan kesehatan secara optimal. Dengan diamanatkannya dalam UUD 1945 sudah seharusnya pelayanan

description

proposal

Transcript of Latar Belakang Propsal Lkti

Page 1: Latar Belakang Propsal Lkti

Latar Belakang

Jumlah perokok di Indonesia meroket dari tahun 1995 sebanyak 34,7 juta perokok menjadi 65 juta perokok yang saat ini merokok setiap harinya, berdasarkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional dan Riset Kesehatan Dasar.Menurut penelitian berdasarkan jenis kelamin pada tahun 1995 diperkirakan ada 33,8 juta perokok laki-laki dan 1,1 juta perokok perempuan. Namun, pada tahun 2007 angka ini meningkat drastis menjadi 60,4 juta perokok laki-laki dan 4,8 juta perokok perempuan. Jumlah perokok pada kalangan anak dan remaja meningkat terus setiap tahunnya. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) memperkirakan ada 21 juta anak Indonesia menjadi perokok dan meningkat setiap tahunnya. Jumlah anak merokok mulai meningkat mulai 2001. Tahun ini diperkirakan ada kenainkan hingga 38 persen dari jumlah anak yang merokok di Indonesia. Sementara untuk Jakarta, tingkatnya diperkirakan mencapai 80 persen jika pada tahun 1995 hanya 7 persen remaja merokok, lalu 12 tahun kemudian meningkat menjadi 19 persen.

Seperti yang kita ketahui bersama efek rokok sangat buruk yaitu, dapat terjadi kanker paru-paru, jantung, gangguan kehamilan pada wanita dan sebagainya, tetapi banyak dikalngan pemuda Indonesia sendiri yang tidak memperdulikan bahaya tersebut. Jumlah perokok dikalangan pemuda yang terus meningkat merupakan hal sangat mengkhawatirkan dan merupakan tantangan berat juga adalah masalah bangsa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia sehat bebas dari asap rokok.

Penyakit yang ditumbulkan oleh asap rokok sangat banyak beberapa contohnya seperti yang diesebutkan diatas. Beberapa perokok telah mengalami gangguan pernafasan atau bahkan kanker, dan perokok tersebut tentunya memerlukan perawatan medis untuk kesembuhannya. Tetapi, pelayanan kesehatan di Indonesia belumlah memuaskan. Masih banyak masyarakat Indonesia sendiri yang sering memilih untuk berobat di luar negeri daripada di Indonesia. Hal ini merupakan hal yang harus dapat diselesaikan dengan peningkatan kolaborasi yang baik antar tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan di Indonesia masih memiliki kesenjangan perofesi, sehingga belum bisa melakukan pelayanan kesehatan secara optimal. Dengan diamanatkannya dalam UUD 1945 sudah seharusnya pelayanan kesehatan di Indonesia harus ditingkatkan dan diprioritaskan karena sudah menjadi hak setiap warga negara untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak

Kolaborasi antartenaga kesehatan sangat penting. Kolaborasi dapat didefinisikan sebagai hubungan timbal balik dimana (pemberi pelayanan) memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka. Praktik kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama dalam manajemen perawatan pasien dengan proses pembuatan keputusan bilateral yang didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan praktisi. Pendisikan kolaborasi adalah suaru upaya untuk memberikan pengajaran kepada calaon tenaga kesehatan untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik sesuai profesi mereka dengan kerjasama antar tenaga kesehatan yang lain.

Paradigma lama yang berpendapat bahwa mahasiswa sebagai obyek di institusi pendidikan sudah tentu tak relevan lagi dengan sistem pendidikan kesehatan saat ini. Sesuai dengan kompetensi tenaga profesional kesehatan yang visioner di abad 21 mahasiswa kesehatan

Page 2: Latar Belakang Propsal Lkti

dituntut untuk mengambil bagian secara aktif (subyek). Tak hanya itu, mahasiswa pun diajak untuk memahami pentingnya sinergisitas antarprofesi kesehatan yang dibangun sejak masa pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa dan pendidikan merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Pendidikan kesehatan yang berkualitas akan menentukan kualitas tenaga kesehatan yang dihasilkan. Tenaga kesehatan yang kompeten dan berkualitas tentunya amat berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan sekaligus menghindarkan pasien dari berbagai resiko yang tidak perlu saat menerima pelayanan kesehatan. Pada kenyataannya, hal tersebut akan terwujud jika adanya sinergisitas antarprofesi dalam memberikan pelayanan kesehatan. Namun, sejauh mana peran mahasiswa kesehatan dalam “turut andil” dalam pendidikan profesional kesehatan yang terintegrasi?

Untuk itu melihat permasalahn pemuda dan tenaga kesehatan yang ada kami mengadakan LKTI Nasional untuk SMA/SMK atau sederajat dengan tema “Quit Tobacco Indonesia : Pemuda Inondesia Tanpa Rokok dan untuk mahasiswa kesehatan dengan tema “Pendidikan Kolaborasi Tenaga Kesehatan Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu“. Dengan tema tersebut diharapkan peserta yang terdiri dari siswa akan menghasilkan sebuah pemikiran melalui karya tulis ilmiah tentang usaha apa saja yang dapat dilakukan oleh pemuda itu sendiri dengan kondisi bangsa yang sekarang, dimana hukum tentang rokok di Indonesia lemah dan dimana budaya rokok merupakan hal yang tidak asing bagi pemuda Indonesia, untuk membebaskan pemuda Indonesia dari asap rokok atau paling tidak mengurangi konsumsi perokok di kalangan pemuda Indonesia. Bagi peserta yang terdiri dari mahasiswa tenaga kesehatan diharapakan melalu karya tulis ilmiah ini, dapat menyebutkan peran serta dari masing-masing tenaga kesehatan atau tenaga kesehatan yang sesuai dengan profesinya untuk meningkatkan standar pelayanan kesehatan yang bermutu atau untuk untuk membangun sinergitas atas tenaga kesehatan tersebut.