latar belakang batu empedu

7
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolelitiasis adalah terdapatnya batu dalam kandung empedu atau saluran empedu. Kolesistitis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu kandung empedu yang tersangkut pada duktus kistik dan menyebabkan distensi kandung empedu (Margareth 2012). Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones, biliary calculus (Bruner &Sudarth, 2006). Peradangan akut pada kandung empedu yang mengandung batu disebut kolesistitis kalkulosa akut dan dipicu oleh obstruksi leher kandung empedu atau duktus sistikus. Penyakit ini penyebab tersering dilakukannya kolesistektomi darurat. Kolesistitis kronis selalu berkaitan dengan batu empedu, sebagian besar kandung empedu yang diangkat saat bedah elektif untuk batu empedu memperlihatkan gambaran 1

description

f

Transcript of latar belakang batu empedu

seminar OK

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kolelitiasis adalah terdapatnya batu dalam kandung empedu atau saluran empedu. Kolesistitis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu kandung empedu yang tersangkut pada duktus kistik dan menyebabkan distensi kandung empedu (Margareth 2012). Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones, biliary calculus (Bruner &Sudarth, 2006). Peradangan akut pada kandung empedu yang mengandung batu disebut kolesistitis kalkulosa akut dan dipicu oleh obstruksi leher kandung empedu atau duktus sistikus. Penyakit ini penyebab tersering dilakukannya kolesistektomi darurat. Kolesistitis kronis selalu berkaitan dengan batu empedu, sebagian besar kandung empedu yang diangkat saat bedah elektif untuk batu empedu memperlihatkan gambaran kolesistitis kronis, harus disimpulkan bahwa gejala saluran empedu timbul setelah adanya batu empedu dan peradangan ringan secara bersama-sama dan dalam waktu lama. Pengobatan kolelitiasis dan kolesistitis meliputi operasi (bedah) dan non bedah. Operasi (bedah) pada kolelitiasis disebut kolesistektomi. Pembedahan bisa dilakukan secara terbuka (kolistektomi terbuka) dan tertutup (kolistektomi laparoskopik). Bedah terbuka adalah cara klasik untuk mengangkat kandung empedu. Prosedur ini membutuhkan insisi perut. Kolesistektomi laparoskopik adalah pengangkatan kandung empedu melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut.Manusia dapat hidup seperti biasa walaupun kandung empedunya diangkat. Hati memproduksi empedu untuk membantu pencernaan makanan. Jika kandung empedu diangkat, empedu akan mengalir dari hati menuju saluran hepatitis kemudian ke saluran empedu dan akhirnya ke usus halus tanpa disimpan terlebih dahulu di kandung empedu. Karena setelah pengangkatan kandung empedu, aliran empedu ke usus halus menjadi lebih sering, maka tinja mungkin lebih lunak atau frekuensi buang air besar meningkat (diare).Pengobatan non bedah dapat dilakukan dengan disolusi medis, ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography) dan pemecahan batu (litotripsi) dengan menggunakan gelombang elektrosyok (ESWL). Batu kandung empedu telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dan pada abad ke 17 telah dicurigai sebagai penyebab penyakit pada manusia. Di Amerika Serikat, terhitung lebih dari 20 juta orang Amerika dengan batu empedu dan dari hasil otopsi menunjukkan angka kejadian batu empedu paling sedikit 20% pada wanita dan 8% pada laki-laki di atas umur empat puluhan. Di Inggris, sekitar 5,5 juta orang dengan batu empedu dan dilakukan lebih dari 50 ribu kolesistektomi tiap tahunnya (Beckingham,2001).Penelitian Michael,dkk terhadap 45.831 laki-laki berusia 40-75 tahun yang diikuti sejak tahun 1986-1994 secara kohort prospektif melaporkan 828 laki-laki mengetahui gejala kolesistisis dengan USG atau radiografi. Jing-Sen Shi,dkk (China, 2001) dalam penelitiannya mengatakan penggunaan kontrasepsi steroid yang mengandung estrogen dan progesteron memengaruhi pembentukan batu empedu pada pasien wanita dengan usia 20-44 tahun.Insidens penyakit batu empedu dan penyakit saluran empedu lainnya di Indonesia diduga tidak berbeda jauh dengan angka di negara lain di Asia Tenggara dan sejak tahun 1980-an berkaitan erat dengan cara mendiagnosis dengan menggunakan ultrasonografi. Tipe batu empedu di Indonesia yang lebih umum adalah batu kolesterol, namun insidens batu pigmen lebih tinggi dibanding yang terdapat di negara barat. Di Indonesia, kolelitiasis baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan.Penelitian di Jakarta (2009) pada 51 pasien didapatkan batu pigmen pada 73% pasien dan batu kolesterol pada 27% pasien (menurut divisi Hepatology,Departemen IPD, FKUI/RSCM Jakarta, Mei 2009 ), wanita lebih berisiko mengalami batu empedu karena pengaruh hormon estrogen. Meski wanita dan usia 40 tahun tercatat sebagai faktor risiko batu empedu, itu tidak berarti bahwa wanita di bawah 40 tahun dan pria tidak mungkin terkena. Penderita diabetes mellitus (DM), baik wanita maupun pria, berisiko mengalami komplikasi batu empedu akibat kolesterol tinggi.

1.2. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang kelompok angkat dalam makalah ini, antara lain :1. Bagaimana konsep kolelitiasis dan kolesistitis?2. Bagaimana asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan cholesystectomy laparoskopi indikasi kolelitiasis dan kolesistitis?1.3. Tujuan1.3.1 Tujuan Umum1. Menjelaskan konsep kolelitiasis dan kolesistitis. dan kolesistitis2. Menjelaskan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan cholesystectomy laparoskopi indikasi kolelitiasis dan kolesistitis.

1.3.2 Tujuan Khusus1. Menjelaskan definisi kolelitiasis dan kolesistitis.2. Menjelaskan anatomi dan fisiologi kandung empedu.3. Menjelaskan etiologi kolelitiasis dan kolesistitis.4. Menjelaskan patofisiologi kolelitiasis dan kolesistitis.5. Menggambarkan WOC kolelitiasis dan kolesistitis6. Menjelaskan manifestasi klinis kolelitiasis dan kolesistitis.7. Menjelaskan diagnosis dan pengobatan8. Menjelaskan komplikasi kolelitiasis dan kolesistitis.9. Menjelaskan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien Ny E dengan cholesystectomy laparoskopi indikasi kolelitiasis dan kolesistitis di Ruang OK (kamar operasi) Rumkital dr. Ramelan Surabaya.

1.4. ManfaatMenambah pengetahuan mahasiswa tentang konsep teori dan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan cholesystectomy laparoskopi indikasi kolelitiasis dan kolesistitis di Ruang OK (kamar operasi) Rumkital dr. Ramelan Surabaya.

2