Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

36
1 PROPOSAL PENELITIAN 1. Nama : Arum Alfiyah Fahmi ; NIM G.0010028 Candra Aji Setiawan ; NIM G.0010038 Coraega Gena Ernestine ; NIM G.0010046 Erma Malindha ; NIM G.0010074 Gunung Mahameru ; NIM G.0010088 2. Judul : Hubungan Pemberian Intensif Suplementasi Besi pada Wanita Pra Hamil dan Wanita Hamil dengan Angka Kejadian Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Ngoresan sebagai Akselerator Pencapaian MDGs. 3. Bidang Penelitian : Gizi 4. Latar Belakang Anemia ibu hamil merupakan polemik di seluruh negara di dunia yang sampai saat ini belum terselesaikan, termasuk di Indonesia. Anemia ibu

Transcript of Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

Page 1: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

1

PROPOSAL PENELITIAN

1. Nama : Arum Alfiyah Fahmi ; NIM G.0010028

Candra Aji Setiawan ; NIM G.0010038

Coraega Gena Ernestine ; NIM G.0010046

Erma Malindha ; NIM G.0010074

Gunung Mahameru ; NIM G.0010088

2. Judul : Hubungan Pemberian Intensif Suplementasi Besi

pada Wanita Pra Hamil dan Wanita Hamil dengan

Angka Kejadian Anemia Ibu Hamil di Puskesmas

Ngoresan sebagai Akselerator Pencapaian MDGs.

3. Bidang Penelitian : Gizi

4. Latar Belakang

Anemia ibu hamil merupakan polemik di seluruh negara di dunia

yang sampai saat ini belum terselesaikan, termasuk di Indonesia. Anemia

ibu hamil disebabkan karena kekurangan zat besi sehingga mengalami

gejala hipotensi, pusing, lemas, jantung berdebar, mual, dan pucat

(Khalafallah AA et al., 2012). Anemia pada ibu hamil berpengaruh

terhadap status kesehatan ibu, dan bayi yang akan dilahirkan. Angka

kejadian anemia di Indonesia tinggi sebesar 33,1% pada wanita usia subur,

dan 44,3% pada wanita hamil (WHO, 2008). Menurut Ross (2003) dalam

USAID “Indonesian Nutrition Assessment For 2010 New Project Design”,

13% total kasus AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia disebabkan oleh

anemia.

Salah satu penyebab anemia defisiensi besi (ADB) ibu hamil

adalah konsumsi suplementasi zat besi pada saat kehamilan yang tidak

1

Page 2: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

2

adekuat. Pemberian suplemen besi yang hanya diberikan waktu kehamilan

tidak cukup untuk mencegah terjadinya ADB karena kebutuhan zat gizi

meningkat selama kehamilan (Theresa OS, 2005). Pada trimester I

kehamilan, kebutuhan zat besi = 0,8 mg/hari. Kebutuhan zat besi trimester

II dan III meningkat secara signifikan sebesar 6,3 mg/hari. Peningkatan

kebutuhan ini digunakan ibu hamil sebagai peningkatan volume darah,

pemekaran, pertumbuhan plasenta, dan pertumbuhan janin (Lubis, 2003).

Untuk mengimbangi kebutuhan gizi ibu hamil dibutuhkan suplementasi zat

besi yang cukup dan adekuat (Moise KJ Jr, Argoti PS., 2012).

Di Indonesia sejak tahun 1975 hingga sekarang, pemberian tablet

besi ibu hamil merupakan program pemerintah untuk mengatasi ADB.

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003

menyatakan bahwa di Provinsi Sumatera Utara dilaporkan hanya 2,1% ibu

hamil yang minum tablet besi dengan jumlah hari 60-89 dan sekitar 34,4%

ibu hamil tidak pernah minum tablet besi. Pelayanan secara rutin telah

dilaksanakan oleh puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit umum

(RSU), dan klinik-klinik swasta, yaitu dengan cara memberikan tablet

tambah darah yang berisi 60 mg ferro dan 0,25 mg asam folat kepada

setiap ibu hamil minimal 90 tablet selama hamil. Namun, program ini

belum mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan (Lydia F et al., 2011).

Perbedaan pemberian intensif suplementasi besi pada wanita pra

hamil dan wanita hamil berhubungan dengan angka kejadian anemia ibu

hamil. Namun sampai saat ini belum jelas secara empiris, apakah

pemberian intensif suplementasi besi pada wanita pra hamil dan wanita

hamil berhubungan dengan angka kejadian anemia ibu hamil, maka masih

perlu diteliti.

5. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang ingin diteliti

adalah:

Page 3: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

3

Adakah Hubungan Pemberian Intensif Suplementasi Besi pada Wanita Pra

Hamil dan Wanita Hamil dengan Angka Kejadian Anemia Ibu Hamil di

Puskesmas Ngoresan ?

6. Tujuan Penelitian

Mengetahui Hubungan Pemberian Intensif Suplementasi Besi pada Wanita

Pra Hamil dan Wanita Hamil dengan Angka Kejadian Anemia Ibu Hamil

di Puskesmas Ngoresan.

7. Manfaat Penelitian

a. Aspek Teoritis

Diharapkan dapat memberi informasi ilmiah mengenai hubungan

pemberian intensif suplementasi besi pada wanita pra hamil dan

wanita hamil dengan angka kejadian anemia ibu hamil di

Puskesmas Ngoresan dengan harapan mampu menekan morbiditas

dan mortalitas akibat anemia pada ibu hamil.

b. Aspek Aplikatif

Diharapkan dapat memberi inovasi pengembangan program

pemberian suplementasi besi intensif pada ibu hamil untuk

mengurangi angka kejadian ADB di Indonesia.

8. Tinjauan Pustaka

A. Anemia Defisiensi Besi (ADB) Ibu Hamil

1) Definisi

Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb)

dalam darah kurang dari normal. Keadaan anemia dapat dinilai

berdasarkan kadar Hb menurut umur, jenis kelamin, dan kehamilan

(Chathurani U et al., 2012).

Anemia disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi

esensial (zat besi, beasam folat, B12) yang digunakan dalam

pembentukan sel-sel darah merah (Mello-Neto J et al., 2012).

Page 4: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

4

Anemia juga dapat disebabkan oleh kondisi lain, seperti penyakit

malaria, dan infeksi cacing tambang (Masrizal, 2007).

Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut

ukuran sel dan hemoglobin yang dikandungnya (Masrizal, 2007).

1. Makrositik : ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah

hemoglobin tiap sel juga bertambah.

a. Anemia Megaloblastik : kekurangan vitamin B12, asam

folat dan gangguan sintesis DNA.

b. Anemia Non Megaloblastik : eritropolesis yang dipercepat

dan peningkatan luas permukaan membran.

2. Mikrositik : ukuran sel darah merah mengecil karena defisiensi

besi, gangguan sintesis globin, porfirin, heme, dan gangguan

metabolisme besi lainnya.

3. Normositik : ukuran sel darah merah tidak berubah disebabkan

oleh kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma

secara berlebihan, penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal,

dan hati.

2) Epidemiologi

Anemia merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia.

Secara global, prevalensi anemia diperkirakan 24,8% (95% CI:

22,9-26,7). Mayoritas, anemia terdapat di negara berkembang

dengan prevalensi sebesar dua pertiganya di Afrika dan Asia

Tenggara, pada anak balita, dan hampir setengah pada kalangan

perempuan (WHO, 2008).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2008,

mengklasifikasikan anemia sebagai masalah kesehatan yang parah

masyarakat (prevalensi ≥ 40%) untuk anak-anak balita di 69

negara, dan ibu hamil di 68 negara.

Di Indonesia, berdasarkan Survey Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) tahun 2001, pravelensi anemia ibu hamil sebesar

40,1%. Sedangkan berdasarkan Laporan Hasil Riset Kesehatan

Page 5: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

5

Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka pravelensi anemia turun

menjadi 24,5%. Hal ini mengindikasikan bahwa anemia ibu hamil

masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

(Depkes RI, 2010).

3) Etiologi

Penyebab Anemia Defisiensi Besi adalah :

1. Asupan zat besi

Rendahnya asupan zat besi terjadi pada orang-orang yang

mengkonsumsi bahan makananan yang kurang beragam. Menu

makan yang terdiri : nasi, kacang-kacangan, daging, unggas,

ikan merupakan sumber zat besi. Gangguan defisiensi besi

terjadi karena menu makan yang tidak tepat baik dari segi

kuantitas, dan kualitas. Menu makan yang tidak tepat dapat

disebabkan kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan

yang kurang baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan,

dan ketidaktahuan terhadap menu makan yang tepat.

2. Penyerapan zat besi

Diet tinggi zat besi tidak menjamin ketersediaan zat besi

dalam tubuh. Jumlah zat besi yang diserap tubuh tergantung

jenis zat besi, dan jenis bahan makanan (menghambat atau

meningkatkan penyerapan besi) (Masrizal, 2007).

3. Kebutuhan meningkat

Kebutuhan jumlah zat besi meningkat pada masa

pertumbuhan seperti pada bayi, anak - anak, remaja, kehamilan,

dan menyusui. Kebutuhan zat besi juga meningkat pada kasus-

kasus pendarahan kronis yang disebabkan oleh parasit (Milman

N., 2012).

4. Kehilangan zat besi

Kehilangan zat besi dapat terjadi melalui saluran

pencernaan, kulit, dan urin (kehilangan zat besi basal). Pada

wanita, kehilangan zat besi basal diikuti dengan kehilangan zat

Page 6: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

6

besi melalui menstruasi (Milman N, Hertz J., 2012). Di

samping itu, kehilangan zat besi dapat disebabkan pendarahan

oleh infeksi cacing di dalam usus (Masrizal, 2007).

4) Patogenesis dan Patofisiologi

Zat besi digunakan untuk hemopoesis (pembentukan

darah), dan dibutuhkan oleh berbagai enzim sebagai faktor

peningkatan efektivitas kerja. Zat besi didalam enzim dibutuhkan

Page 7: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

7

Gambar 1. Sintesis Zat Besi dalam Tubuh Manusia (Chung

JO et al., 2012).

untuk transport elektro (sitokrom), dan mengaktifkan oksigen

(oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan

gejala khas (asimptomatik) sehingga anemia pada pada ibu hamil

sulit dideteksi (Choudhury N et al., 2012).

Tanda anemia gizi dimulai dengan menipisnya cadangan

zat besi (feritin), dan atau bertambahnya absorbsi zat besi yang

digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi.

Pada tahap yang lebih lanjut adalah cadangan zat besi habis,

kejenuhan transferrin berkurang, dan berkurangnya jumlah

protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan diikuti menurunnya

kadar feritin serum. Akhirnya anemia terjadi dengan ciri khas,

yaitu rendahnya kadar Hb (Masrizal, 2007).

Jika sebagian feritin jaringan meninggalkan sel akan

mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin

serum menggambarkan keadaan cadangan zat besi dalam jaringan.

Kadar feritin serum yang rendah menunjukkan orang tersebut

dalam keadaan anemia gizi, bila kadar feritin serumnya <12 ng/ml.

Hal yang perlu diperhatikan adalah kadar feritin serum normal

tidak selalu menunjukkan status besi dalam keadaan normal. Status

zat besi yang berkurang lalu diikuti dengan kadar ferritin (Shao J et

al., 2012).

5) Diagnosis

Diagnosis anemia zat gizi ditegakkan dengan tes skrining.

Tes skrining yang dilakukan adalah mengukur kadar Hb,

hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV), dan konsentrasi

Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan batasan terendah 95%

acuan (Dallman,1990; Papantoniou N et al., 2012).

Page 8: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

8

Tabel 1. Batas normal dari kadar Hb dalam darah (WHO dalam

Arisman, 2002).

6) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang digunakan dalam memantau kadar

Hb adalah :

a. Feritin Serum

Feritin adalah protein yang memiliki inti berupa

kompleks fosfat besi dan ferritin. Molekul ini bersifat larut air

dan sebagian kecil larut dalam plasma. Kadar ferritin pada

laki – laki adalah 40–300 µ g/L , sedangkan pada perempuan

20–150 µ g/L (Sacher, 2004).

Pemeriksaan serum ferritin dikerjakan untuk

menentukan diagnosis defisiensi besi. Setiap 1 µ g/L ferritin

serum mencerminkan cadangan zat besi dalam darah sebesar

8-10 mg. Ketika cadangan besi menurun maka serum ferritin

akan mengalami penurunan yang signifikan. Namun, dalam

kondisi infeksi maka kadar serum ferritin terpengaruhi,

sehingga dapat mengganggu interpretasi pemeriksaan (Sacher,

2004; Mello-Neto J et al., 2012).

b. Saturasi Transferin

Kelompok Umur Batas Kadar Hemoglobin (gr/dl)

Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0Pria dewasa 13,0Ibu hamil 11,0Wanita dewasa 12,0

Page 9: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

9

Reseptor transferin adalah protein transmembran yang

memiliki dua komponen identik untuk mengikat dua molekul

transferin. Reseptor ini ditemukan dalam serum sebagai

fragmen kerucut dari transmembran reseptor transferin.

Reseptor transferin dapat ditemukan di permukaan sel yang

memerlukan besi ataupun yang bertindak sebagai pengangkut

besi. Reseptor ini akan mengikat transferin diferat dan

membawa kompleks reseptor transferin ke dalam siklus, lalu

kehilangan besi dalam sitoplasma dan kembali ke permukaan

sel untuk mengikat besi kembali (Mello-Neto J et al., 2012).

Pengukuran saturasi transferin merujuk pada

hubungan antara kadar reseptor transferin serum dengan kadar

reseptor transferin jaringan (kadar reseptor terlarut dalam

serum proporsional dengan total reseptor transferin dalam

jaringan). Semakin normal nilai saturasi transferin, zat besi

yang diikat pada reseptor semakin sesuai dengan kadar yang

dibutuhkan dalam tubuh. Reseptor transferin merupakan

indikator eritropoiesis. Ketika reseptor transferin rendah,

mengindikasikan adanya gangguan pada proses eritropoiesis

(Mello-Neto J et al., 2012).

Saturasi transferin dihitung dalam bentuk rasio dengan

menghitung kadar besi serum yang dibagi dengan TIBC

(Total Iron Binding Capacity) dikalikan 100%. Saturasi

transferin pada normal berkisar antara 20 – 45 % mengikuti

pola diurnal. Pada kondisi defisiensi besi, saturasi transferin

dapat menurun (Mello-Neto J et al., 2012).

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa reseptor

transferin terlarut kurang berguna untuk membedakan jenis

anemia defisiensi besi atau anemia penyakit kronis, anemia

sekunder terhadap thalasemia atau kegagalan sumsum

tulang (Mello-Neto J et al., 2012).

Page 10: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

10

c. Kadar Hemoglobin

Hemoglobin (Hb) adalah molekul protein yang

terdapat didalam eritrosit. Hemoglobin terdiri atas hem yang

mengandung zat besi, dan globin (rantai protein).

Hemoglobin memiliki tugas utama sebagai pengangkut

oksigen (Sutedjo, 2009).

Pengukuran Hb didasarkan pada kandungan

hemoglobin yaitu zat besi. Pengukuran Hb ditujukan untuk

mengukur kadar besi dalam tubuh untuk mengetahui ada atau

tidaknya defisiensi besi (Mello-Neto J et al., 2012). Anemia

defisiensi besi sebagai anemia yang timbul akibat kosongnya

cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga

penyediaan besi untuk eritropoiesis berkurang, yang pada

akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang (Bakta, 2006).

Bagaimana perbedaan kebutuhan zat makro dan mikro

saat hamil dan tidak hamil / wanita usia subur (WUS) plus

pada tabel angka kebutuhan gizi (AKG). Seiring dengan

meningkatnya metabolisme dalam tubuh ibu hamil, maka

kebutuhan nutrisi ibu hamil juga meningkat. Pada prinsipnya,

semua kebutuhan gizi pada ibu hamil meningkat, tetapi ibu

hamil sering kekurangan energi, protein, dan mineral seperti

kalsium, dan zat besi. Jumlah penigkatan kebutuhan zat besi

sesuai dengan semakin bertambahnya usia kehamilan.

Peningkatan kebutuhan zat besi digunakan dalam tubuh ibu

hamil sebagai kebutuhan peningkatan volume darah,

pemekaran, pertumbuhan plasenta, dan juga pertumbuhan

janin (Lubis, 2003).

B. Suplementasi Besi pada Ibu Hamil

1) Pengertian Suplementasi Tablet Zat Besi

Suplementasi tablet zat besi adalah pemberian zat besi folat

yang berbentuk tablet. Tiap tablet 60 mg besi elemental dan 0,25

Page 11: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

11

mg asam folat, yang diberikan oleh pemerintah pada ibu hamil

untuk mengatasi masalah anemia gizi besi (Lydia F et al., 2011).

Pemberian suplementasi zat besi menguntungkan karena

dapat memperbaiki status Hb dalam tubuh dalam waktu relatif

singkat. Sampai sekarang cara ini masih merupakan salah satu cara

yang dilakukan pada ibu hamil dan kelompok yang beresiko tingi

lainnya. Di Indonesia tablet besi yang digunakan Ferrous Sulfat

senyawa ini tergolong murah dan dapat diabsorbsi sampai 20%

(Lydia F et al., 2011)

2) Dosis dan Cara Pemberian Tablet Suplementasi Zat Besi

Tablet zat besi diberikan pada ibu hamil sesuai dengan dosis dan

cara yang ditentukan yaitu:

a. Dosis pencegahan

Diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb.

Dosisnya yaitu 1 tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg

asam folat) berturut-turut selama minimal 90 hari masa

kehamilan mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu

memeriksa kehamilannya (K1).

b. Dosis Pengobatan

Suplementasi besi diberikan pada sasaran (Hb < ambang

batas) yaitu bila kadar Hb < 11gr% pemberian menjadi 3

tablet sehari selama 90 hari kehamilannya (Depkes RI,

2007; Depkes RI, 2010).

3) Hal-hal yang Mempengaruhi Suplementasi Besi

Kepatuhan dalam suplementasi besi sulit diukur karena

tergantung pada banyak faktor, diantaranya pasien seringkali tidak

mengakui bahwa mereka tidak melakukan apa yang dianjurkan

dokter. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik dengan pasien

agar dapat mengetahui kepatuhan mereka dalam melakukan

pengobatan tersebut.

Page 12: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

12

Menurut Taylor, ketidakpatuhan sebagai suatu masalah

medis yang berat. Derajat ketidakpatuhan bervariasi sesuai dengan

apakah pengobatan tersebut kuratif atau preventif jangka panjang

atau jangka pendek (Lydia F et al., 2011).

Menurut Nivven (2002) yang mengutip pendapat dari

Dinicola dan Dimatteo bahwa cara meningkatkan kepatuhan di

antaranya melalui perilaku sehat dan pengontrolan perilaku

dengan faktor kognitif, dukungan sosial dalam bentuk dukungan

emosional dari anggota keluarga lainnya, teman, waktu dan uang

merupakan faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap

pelaksanaan programprogram medis dan tentunya ada jug

dukungan dari profesional keehatan.

Tablet zat besi sebagai suplemen yang diberikan pada ibu

hamil menurut aturan harus dikonsumsi setiap hari. Namun karena

berbagai alasan misalnya pengetahuan, sikap dan tindakan ibu

hamil yang kurang baik, efek samping tablet yang ditimbulkan

tablet tersebut dapat memicu seseorang untuk kurang mematuhi

konsumsi tablet zat besi secara benar sehingga tujuan dari

pemberian tablet tersebut tidak tercapai.

9. Kerangka Pemikiran

Wanita Hamil Wanita Pra Hamil

Anemia Defisiensi Besi (ADB)

Peningkatan Kebutuhan

Kehilangan Zat Gizi

Penyerapan Gizi Buruk

Asupan Gizi Tidak Adekuat

UsiaStatus kehamilan

Status sosial demografi, jenis makanan yang dikonsumsi, status pendidikan, dan riwayat penyakit

keluarga

Page 13: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

13

Keterangan :

10. Hipotesis

Terdapat Hubungan Pemberian Intensif Suplementasi Besi pada

Wanita Pra Hamil dan Wanita Hamil dengan Angka Kejadian Anemia Ibu

Hamil di Puskesmas Ngoresan

11. Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat potong lintang (cross sectional) untuk menelaah

perbedaan pemberian intensif suplementasi besi pada wanita pra hamil

dan wanita hamil dengan angka kejadian anemia ibu hamil di

Puskesmas Ngoresan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas

Ngoresan, Surakarta.

: Menyebabkan : Menghambat/mencegah

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Anemia Defisiensi Besi (ADB)

Page 14: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

14

C. Subjek Penelitian

1. Subjek dalam penelitian adalah Ibu hamil dan Wanita yang

merencanakan hamil.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu hamil dan wanita yang

merencanakan hamil di wilayah kerja Puskesmas Ngoresan,

Surakarta dengan jumlah 150 orang.

3. Sampel

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu hamil dan yang merencanakan hamil, berusia 15-30

tahun. Data didapatkan dari hasil wawancara dan

kuisioner.

2) Ibu tersebut bertempat tinggal di Wilayah Kerja

Puskesmas Ngoresan, Surakarta.

3) Ibu tersebut bersedia menjadi responden dengan

menandatangani informed consent penelitian.

b. Kriteria Eksklusi

1) Ibu tersebut tidak bersedia menjalani penelitian.

2) Ibu tersebut tidak berniat hamil dalam kurun waktu 1

bulan ke depan.

3) Ibu tersebut bertempat tinggal di luar Wilayah Kerja

Puskesmas Ngoresan, Surakarta.

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara fixed-disease sampling. Sampel

pada penilitan ini yang merupakan ibu hamil dan ibu yang

merencanakan hamil di Puskesmas Ngoresan, Surakarta yang

kemudian dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok 1 adalah

kelompok ibu yang merencanakan hamil. Sedangkan kelompok 2

adalah kelompok ibu hamil.

E. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas :

Page 15: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

15

Pemberian intensif Suplementasi Besi pada Wanita Pra

Hamil dan Wanita Hamil.

2. Variabel terikat :

Angka kejadian Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada Ibu

Hamil.

3. Variabel luar terkendali :

a. Terkendali : Usia, status kehamilan

b. Tak terkendali : Status sosial demografi, jenis makanan

yang dikonsumsi, status pendidikan, dan riwayat penyakit

keluarga.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas :

a. Pemberian Intensif Suplementasi Besi Pada Wanita Pra

Hamil dan Wanita Hamil

1) Definisi : Pemberian intensif suplementasi besi pada

wanita pra hamil dan wanita hamil adalah pemberian

tablet suplemetasi secara rutin sesuai dengan dosis

yaitu 1 tablet per hari, selama 90 hari.

2) Alat ukur : quisioner dan juga dengan pengukuran

kadar Hb yang dicek dari sebelum meminum secara

intensif sampai dengan 90 hari kemudian.

3) Kategori :

a) Ibu pra hamil yang diberi suplementasi besi.

b) Ibu hamil yang diberi suplementasi besi.

4) Skala Pengukuran : nominal dikotomi, yaitu

mempunyai 2 nilai variasi.

2. Variabel terikat :

1) Angka Kejadian Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada

Ibu Hamil.

2) Definisi : Jumlah kasus kejadian Anemia Defisiensi

Besi (ADB) pada ibu hamil di wilayah kerja

Page 16: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

16

Puskesmas, dalam hal ini yaitu wilayah kerja

Puskesmas Ngoresan, Surakarta.

3) Alat ukur : kuesioner dan pendataan angka kejadian

Anemia Defisiensi Besi dengan pengukuran kadar Hb

pada sampel.

4) Kategori :

a) ADB (+) = ibu yang terdaftar dalam data

Puskesmas dan dinyatakan ADB.

b) ADB (-) = ibu yang tidak diidentifikasi menderita

ADB berdasarkan data rekam medis puskesmas

dan hasil wawancara.

5) Skala pengukuran : nominal dikotomi, yaitu

mempunyai 2 nilai variasi.

b. Status Kehamilan :

1) Definisi : status kehamilan sampel penelitian ketika

data diambil

2) Alat ukur : kuesioner dan data sekunder dari

Puskesmas Ngoresan, Surakarta

3) Kategori :

a) Hamil

b) Tidak Hamil

4) Skala pengukuran : nominal dikotomi, yaitu

mempunyai 2 nilai variasi.

3. Variabel luar terkendali:

a. Usia :

1) Definisi : umur sampel penelitian ketika data diambil

2) Alat ukur : kuesioner dan data sekunder dari

Puskesmas Ngoresan, Surakarta

3) Skala pengukuran : ordinal, yaitu mempunyai batas

antara variasi nilai satu dengan yang lainnya.

Page 17: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

17

4. Variabel luar tak terkendali

a. Status sosial demografi

b. Jenis makanan yang dikonsumsi

c. Status pendidikan

d. Riwayat penyakit keluarga

G. Rancangan Penelitian

Populasi : wanita yang sudah menikah di wilayah kerja Puskesmas Ngoresan

Sampel (60 orang)

Fixed-disease sampling Kriteria Inklusi dan

Kriteria Eksklusi

Sampel Kelompok I

(30 orang)

Sampel Kelompok II(30 orang)

Pengukuran kadar Hb (pretest)

Perlakuan

Analisis dataHasil Hasil

Hamil 5

Pengukuran kadar Hb (postest)

ismail - [2010], 07/11/12,
Rancangan penelitian anda sama sekali berbeda dengan rencana di atas. Buat supaya ‘nyambung’. Jadi gambar rancangan di sini merupakan rangkuman dari apa yang adik2 rencanakan di atas
Page 18: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

18

Gambar 3. Rancangan penelitian

Keterangan :

Kelompok I : Suplementasi zat besi dilakukan dari sebelum hamil

Kelompok II : Suplementasi zat besi dilakukan saat hamil (seperti program

suplementasi yang biasa dilakukan)

Pretest : Dilakukan sebelum perlakuan

Postest : Dilakukan pada usia kehamilan 4 bulan

H. Alat dan Bahan Penelitian

1. Kuesioner : daftar pertanyaan yang mengungkap variabel

penelitian. Teknik pengambilan data dilakukan dengan

wawancara struktur kepada wanita hamil dan pra hamil (yang

menjadi sampel penelitian) dan kuesioner akan diisi oleh penulis.

2. Data sekunder kadar Hb pada wanita pra hamil dan wanita hamil

dari puskesmas bulan November - Desember 2012.

3. Informed Consent.

4. Alat Tulis.

I. Cara Kerja

Penelitian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

1. Peneliti datang ke Puskesmas Ngoresan Surakarta untuk meminta

izin penelitian, meninjau lokasi dan mengidentifikasi kandidat

sampel.

2. Peneliti menentukan sampel kelompok kasus dengan cara melihat

data sekunder (rekam medik) Puskesmas Ngoresan pada bulan

November - Desember 2012 terkait dengan Kadar Hb pada wanita

hamil dan wanita pra hamil.

3. Peneliti menentukan sampel kelompok kontrol dengan cara

mengidentifikasi kontrol dari daftar puskesmas.

Simpulan

Page 19: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

19

4. Peneliti melakukan pengambilan data di lapangan yang sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi serta melakukan pengecekan

Hb pada kandidat sampel kelompok kontrol.

5. Sampel diminta menandatangani surat persetujuan (informed

consent) sebagai bentuk kesediaan mengikuti penelitian.

6. Peneliti melakukan wawancara terstruktur pada sampel dan

mengisi pada lembar kuesioner untuk mengetahui kondisi sampel.

7. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan teknik analisis

data yang dipilih.

J. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan data primer yang diperoleh melalui wawancara

terstruktur dan dengan menggunakan kuesioner. Data primer meliputi

konfirmasi status suplementasi besi pada sampel dan status anemia gizi

besi. Data sekunder yang melengkapi data primer adalah data umur sampel

dan status kehamilan.

K. Analisis Data

1. Analisis univariat untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian.

2. Analisis bivariat untuk mengetahui kemaknaan hubungan atau

korelasi antara dua variabel. Data dalam penelitian ini dianalisis

dengan uji statistik non parametrik Chi Square diolah menggunakan

program Statistical Program for Social Science versi 17.

Sedangkan untuk mengetahui besar faktor risiko digunakan analisis

Odd Ratio. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05% atau

taraf kepercayaan 95%. Nilai OR dihitung dengan menggunakan

tabel 2x2 untuk menghubungkan intensifikasi suplementasi zat besi

pada wanita hamil dan wanita pra hamil terhadap angka kejadian

anemia pada ibu hamil sebagai akselerator pencapaian MDGs di

Indonesia.

ismail - [2010], 07/11/12,
Tes Hb-nya juga dengan wawancara?
ismail - [2010], 07/11/12,
Adik2 tidak berhak melakukan apapun terhadap subjek sebelum mereka menyatakan BERSEDIA menjadi subjek.
Page 20: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

20

Tabel 2. Interpretasi Hasil OR (Murti, 2010).

OR Interpretasi

≤ 1 tidak ada hubungan

> 1 hingga < 1,5 terdapat hubungan lemah

≥ 1,5 hingga < 3 terdapat hubungan sedang

≥ 3 hingga < 10 terdapat hubungan kuat

≥ 10 terdapat hubungan sangat kuat

12. Jadwal Penelitian

No

.Kegiatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1

3 14

1 Mahasiswa

mengumpulkan

topic

2 Dibahas tim skripsi

3 Bimbingan dan

konsultasi

4 Proposal siap

Page 21: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

21

5 Ujian proposal

6 Pengumpulan data

7 Penulisan skripsi

8 Ujian praskripsi

9 Ujian skripsi

13. Rancangan Anggaran

No. Jenis Pengeluaran Anggaran yang

Diusulkan (Rp, 00)

1. Sumber pustaka, pembuatan kuesioner, proposal,

laporan, cetak, print, foto copy, dokumentasi,

poster dan lain-lain

Rp. 1.000.000,00

2. Alat tulis Rp. 300.000,00

3. Akomodasi, biaya komunikasi & internet Rp. 500.000,00

4. Transportasi Rp. 200.000,00

5 Cek kadar Hemoglobin (Hb) 60 orang x 2 kali x

@ Rp. 15.0000,00

Rp. 1.800.000,00

TOTAL Rp. 3.800.000,00

14. DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2012. Millineum Development Goals (MDGs). http://mdgs-

dev.bps.go.id/ (diuduh tanggal 12 Oktober 2012)

Bakta, I. M. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EG

Chathurani U, Dharshika I, Galgamuwa D, Wickramasinghe ND, Agampodi TC,

Agampodi SB. 2012. Anaemia in pregnancy in the district of

Anuradhapura, Sri Lanka - need for updating prevalence data and

screening strategies. Ceylon Med J. 2012 Sep;57(3):101-6.

Page 22: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

22

Choudhury N, Aimone A, Hyder SM, Zlotkin SH. 2012. Relative efficacy of

micronutrient powders versus iron-folic acid tablets in

controlling   anemia   in women in the second trimester of   pregnancy. Food

Nutr Bull. 2012 Jun;33(2):142-9

Chung JO, Cho DH, Chung DJ, Chung MY. 2012. Associations

between Hemoglobin Concentrations and the Clinical Characteristics of

Patients with Type 2 Diabetes. Korean J Intern Med. 2012 Sep;27(3):285-

92. Epub 2012 Sep 1.

Dallman , PR. 1990. Progress in the Prevention of Iron Deficiency in Infants .

Acta Paediatr Scand Suppl. 1990;365:28-37.

Depkes RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi di Kabupaten / Kota.

Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI. 2007. Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi. Jakarta :

Depkes.

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta: Depkes RI.

Khalafallah AA, Dennis AE, Ogden K, Robertson I, Charlton RH, Bellette JM,

Shady JL, Blesingk N, Ball M. 2012. Three-year follow-up of a

randomised clinical trial of intravenous versus oral iron for anaemia in

pregnancy. BMJ Open. 2012 Oct 18;2(5). pii: e000998.

Lubis, Z. 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi yang

Dilahirkan. http://www.journal.unair.ac.id. (diakses pada : 28 Oktober

2012).

Lydia F, Mustamin H, Thresia D KB, Kartini S. 2011. Pengaruh Pemberian

Tablet Fe terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Puskesmas

Tamamaung Tahun 2011. Media Gizi Pangan, Vol.XIII, Edisi 1, 2012.

Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. September

2007. II(I).

Mello-Neto J, Rondó PH, Oshiiwa M, Morgano MA, Zacari CZ, Santos ML.

2012. Iron Supplementation in Pregnancy and Breastfeeding and Iron,

Copper and Zinc Status of Lactating Women From a Human Milk Bank. J

Trop Pediatr. 2012 Oct 15.

Page 23: Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)

23

Milman N, Hertz J. 2012. Pregnancy and iron prophylaxis--how and how much?

Ugeskr Laeger. 2010 Feb 8;172(6):433-6. Danish.

Milman N. 2012. Oral iron prophylaxis in pregnancy: not too little and not too

much!.J Pregnancy. 2012;2012:514345. Epub 2012 Jul 24.

Moise KJ Jr, Argoti PS. 2012. Management and prevention of red cell

alloimmunization in pregnancy: a systematic review. Obstet Gynecol.

2012 Nov;120(5):1132-9.

Muhammad & Sianipar .2005. Penentuan Defisiensi Besi Anemia Penyakit

Kronis. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Lab

oratory, Vol. 12, No. 1, Nov 2005: 9-15

Papantoniou N, Sifakis S, Antsaklis A. 2012. Therapeutic management of fetal

anemia: review of standard practice and alternative treatment options. J

Perinat Med. 2012 Jul 14. pii: /j/jpme.ahead-of-print/jpm-2012-0093/jpm-

2012-0093.xml.

Sacher, Ronald A.2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ed. 11.

Jakarta : EGC.

Shao J, Lou J, Rao R, Georgieff MK, Kaciroti N, Felt BT, Zhao ZY, Lozoff B.

2012. Maternal serum   ferritin   concentration is positively associated with

newborn iron stores in women with low   ferritin   status in late   pregnancy. J

Nutr. 2012 Nov;142(11):2004-9. doi: 10.3945/jn.112.162362. Epub 2012

Sep 26.

Sutedjo. 2009. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan

Laboratorium. Yogyakarta: Penerbit Amara Books.

Theresa O Scholl. 2005. Iron status during pregnancy: setting the stage for mother

and infant. Am J Clin Nutr May 2005 vol. 81 no. 5 1218S-1222S

World Health Organization. 2008. Worldwide Prevalence of Anaemia 1993–2005,

WHO Global Database on Anemia. Geneva-Switzerland: World Health

Organization.