Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)
-
Upload
bayu-praasetyo -
Category
Documents
-
view
50 -
download
5
Transcript of Lat Prop Kelp 27_revised_commented Ega-Arum (7-11)
1
PROPOSAL PENELITIAN
1. Nama : Arum Alfiyah Fahmi ; NIM G.0010028
Candra Aji Setiawan ; NIM G.0010038
Coraega Gena Ernestine ; NIM G.0010046
Erma Malindha ; NIM G.0010074
Gunung Mahameru ; NIM G.0010088
2. Judul : Hubungan Pemberian Intensif Suplementasi Besi
pada Wanita Pra Hamil dan Wanita Hamil dengan
Angka Kejadian Anemia Ibu Hamil di Puskesmas
Ngoresan sebagai Akselerator Pencapaian MDGs.
3. Bidang Penelitian : Gizi
4. Latar Belakang
Anemia ibu hamil merupakan polemik di seluruh negara di dunia
yang sampai saat ini belum terselesaikan, termasuk di Indonesia. Anemia
ibu hamil disebabkan karena kekurangan zat besi sehingga mengalami
gejala hipotensi, pusing, lemas, jantung berdebar, mual, dan pucat
(Khalafallah AA et al., 2012). Anemia pada ibu hamil berpengaruh
terhadap status kesehatan ibu, dan bayi yang akan dilahirkan. Angka
kejadian anemia di Indonesia tinggi sebesar 33,1% pada wanita usia subur,
dan 44,3% pada wanita hamil (WHO, 2008). Menurut Ross (2003) dalam
USAID “Indonesian Nutrition Assessment For 2010 New Project Design”,
13% total kasus AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia disebabkan oleh
anemia.
Salah satu penyebab anemia defisiensi besi (ADB) ibu hamil
adalah konsumsi suplementasi zat besi pada saat kehamilan yang tidak
1
2
adekuat. Pemberian suplemen besi yang hanya diberikan waktu kehamilan
tidak cukup untuk mencegah terjadinya ADB karena kebutuhan zat gizi
meningkat selama kehamilan (Theresa OS, 2005). Pada trimester I
kehamilan, kebutuhan zat besi = 0,8 mg/hari. Kebutuhan zat besi trimester
II dan III meningkat secara signifikan sebesar 6,3 mg/hari. Peningkatan
kebutuhan ini digunakan ibu hamil sebagai peningkatan volume darah,
pemekaran, pertumbuhan plasenta, dan pertumbuhan janin (Lubis, 2003).
Untuk mengimbangi kebutuhan gizi ibu hamil dibutuhkan suplementasi zat
besi yang cukup dan adekuat (Moise KJ Jr, Argoti PS., 2012).
Di Indonesia sejak tahun 1975 hingga sekarang, pemberian tablet
besi ibu hamil merupakan program pemerintah untuk mengatasi ADB.
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003
menyatakan bahwa di Provinsi Sumatera Utara dilaporkan hanya 2,1% ibu
hamil yang minum tablet besi dengan jumlah hari 60-89 dan sekitar 34,4%
ibu hamil tidak pernah minum tablet besi. Pelayanan secara rutin telah
dilaksanakan oleh puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit umum
(RSU), dan klinik-klinik swasta, yaitu dengan cara memberikan tablet
tambah darah yang berisi 60 mg ferro dan 0,25 mg asam folat kepada
setiap ibu hamil minimal 90 tablet selama hamil. Namun, program ini
belum mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan (Lydia F et al., 2011).
Perbedaan pemberian intensif suplementasi besi pada wanita pra
hamil dan wanita hamil berhubungan dengan angka kejadian anemia ibu
hamil. Namun sampai saat ini belum jelas secara empiris, apakah
pemberian intensif suplementasi besi pada wanita pra hamil dan wanita
hamil berhubungan dengan angka kejadian anemia ibu hamil, maka masih
perlu diteliti.
5. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang ingin diteliti
adalah:
3
Adakah Hubungan Pemberian Intensif Suplementasi Besi pada Wanita Pra
Hamil dan Wanita Hamil dengan Angka Kejadian Anemia Ibu Hamil di
Puskesmas Ngoresan ?
6. Tujuan Penelitian
Mengetahui Hubungan Pemberian Intensif Suplementasi Besi pada Wanita
Pra Hamil dan Wanita Hamil dengan Angka Kejadian Anemia Ibu Hamil
di Puskesmas Ngoresan.
7. Manfaat Penelitian
a. Aspek Teoritis
Diharapkan dapat memberi informasi ilmiah mengenai hubungan
pemberian intensif suplementasi besi pada wanita pra hamil dan
wanita hamil dengan angka kejadian anemia ibu hamil di
Puskesmas Ngoresan dengan harapan mampu menekan morbiditas
dan mortalitas akibat anemia pada ibu hamil.
b. Aspek Aplikatif
Diharapkan dapat memberi inovasi pengembangan program
pemberian suplementasi besi intensif pada ibu hamil untuk
mengurangi angka kejadian ADB di Indonesia.
8. Tinjauan Pustaka
A. Anemia Defisiensi Besi (ADB) Ibu Hamil
1) Definisi
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal. Keadaan anemia dapat dinilai
berdasarkan kadar Hb menurut umur, jenis kelamin, dan kehamilan
(Chathurani U et al., 2012).
Anemia disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi
esensial (zat besi, beasam folat, B12) yang digunakan dalam
pembentukan sel-sel darah merah (Mello-Neto J et al., 2012).
4
Anemia juga dapat disebabkan oleh kondisi lain, seperti penyakit
malaria, dan infeksi cacing tambang (Masrizal, 2007).
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut
ukuran sel dan hemoglobin yang dikandungnya (Masrizal, 2007).
1. Makrositik : ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah
hemoglobin tiap sel juga bertambah.
a. Anemia Megaloblastik : kekurangan vitamin B12, asam
folat dan gangguan sintesis DNA.
b. Anemia Non Megaloblastik : eritropolesis yang dipercepat
dan peningkatan luas permukaan membran.
2. Mikrositik : ukuran sel darah merah mengecil karena defisiensi
besi, gangguan sintesis globin, porfirin, heme, dan gangguan
metabolisme besi lainnya.
3. Normositik : ukuran sel darah merah tidak berubah disebabkan
oleh kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma
secara berlebihan, penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal,
dan hati.
2) Epidemiologi
Anemia merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia.
Secara global, prevalensi anemia diperkirakan 24,8% (95% CI:
22,9-26,7). Mayoritas, anemia terdapat di negara berkembang
dengan prevalensi sebesar dua pertiganya di Afrika dan Asia
Tenggara, pada anak balita, dan hampir setengah pada kalangan
perempuan (WHO, 2008).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2008,
mengklasifikasikan anemia sebagai masalah kesehatan yang parah
masyarakat (prevalensi ≥ 40%) untuk anak-anak balita di 69
negara, dan ibu hamil di 68 negara.
Di Indonesia, berdasarkan Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2001, pravelensi anemia ibu hamil sebesar
40,1%. Sedangkan berdasarkan Laporan Hasil Riset Kesehatan
5
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka pravelensi anemia turun
menjadi 24,5%. Hal ini mengindikasikan bahwa anemia ibu hamil
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
(Depkes RI, 2010).
3) Etiologi
Penyebab Anemia Defisiensi Besi adalah :
1. Asupan zat besi
Rendahnya asupan zat besi terjadi pada orang-orang yang
mengkonsumsi bahan makananan yang kurang beragam. Menu
makan yang terdiri : nasi, kacang-kacangan, daging, unggas,
ikan merupakan sumber zat besi. Gangguan defisiensi besi
terjadi karena menu makan yang tidak tepat baik dari segi
kuantitas, dan kualitas. Menu makan yang tidak tepat dapat
disebabkan kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan
yang kurang baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan,
dan ketidaktahuan terhadap menu makan yang tepat.
2. Penyerapan zat besi
Diet tinggi zat besi tidak menjamin ketersediaan zat besi
dalam tubuh. Jumlah zat besi yang diserap tubuh tergantung
jenis zat besi, dan jenis bahan makanan (menghambat atau
meningkatkan penyerapan besi) (Masrizal, 2007).
3. Kebutuhan meningkat
Kebutuhan jumlah zat besi meningkat pada masa
pertumbuhan seperti pada bayi, anak - anak, remaja, kehamilan,
dan menyusui. Kebutuhan zat besi juga meningkat pada kasus-
kasus pendarahan kronis yang disebabkan oleh parasit (Milman
N., 2012).
4. Kehilangan zat besi
Kehilangan zat besi dapat terjadi melalui saluran
pencernaan, kulit, dan urin (kehilangan zat besi basal). Pada
wanita, kehilangan zat besi basal diikuti dengan kehilangan zat
6
besi melalui menstruasi (Milman N, Hertz J., 2012). Di
samping itu, kehilangan zat besi dapat disebabkan pendarahan
oleh infeksi cacing di dalam usus (Masrizal, 2007).
4) Patogenesis dan Patofisiologi
Zat besi digunakan untuk hemopoesis (pembentukan
darah), dan dibutuhkan oleh berbagai enzim sebagai faktor
peningkatan efektivitas kerja. Zat besi didalam enzim dibutuhkan
7
Gambar 1. Sintesis Zat Besi dalam Tubuh Manusia (Chung
JO et al., 2012).
untuk transport elektro (sitokrom), dan mengaktifkan oksigen
(oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan
gejala khas (asimptomatik) sehingga anemia pada pada ibu hamil
sulit dideteksi (Choudhury N et al., 2012).
Tanda anemia gizi dimulai dengan menipisnya cadangan
zat besi (feritin), dan atau bertambahnya absorbsi zat besi yang
digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi.
Pada tahap yang lebih lanjut adalah cadangan zat besi habis,
kejenuhan transferrin berkurang, dan berkurangnya jumlah
protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan diikuti menurunnya
kadar feritin serum. Akhirnya anemia terjadi dengan ciri khas,
yaitu rendahnya kadar Hb (Masrizal, 2007).
Jika sebagian feritin jaringan meninggalkan sel akan
mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin
serum menggambarkan keadaan cadangan zat besi dalam jaringan.
Kadar feritin serum yang rendah menunjukkan orang tersebut
dalam keadaan anemia gizi, bila kadar feritin serumnya <12 ng/ml.
Hal yang perlu diperhatikan adalah kadar feritin serum normal
tidak selalu menunjukkan status besi dalam keadaan normal. Status
zat besi yang berkurang lalu diikuti dengan kadar ferritin (Shao J et
al., 2012).
5) Diagnosis
Diagnosis anemia zat gizi ditegakkan dengan tes skrining.
Tes skrining yang dilakukan adalah mengukur kadar Hb,
hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV), dan konsentrasi
Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan batasan terendah 95%
acuan (Dallman,1990; Papantoniou N et al., 2012).
8
Tabel 1. Batas normal dari kadar Hb dalam darah (WHO dalam
Arisman, 2002).
6) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan dalam memantau kadar
Hb adalah :
a. Feritin Serum
Feritin adalah protein yang memiliki inti berupa
kompleks fosfat besi dan ferritin. Molekul ini bersifat larut air
dan sebagian kecil larut dalam plasma. Kadar ferritin pada
laki – laki adalah 40–300 µ g/L , sedangkan pada perempuan
20–150 µ g/L (Sacher, 2004).
Pemeriksaan serum ferritin dikerjakan untuk
menentukan diagnosis defisiensi besi. Setiap 1 µ g/L ferritin
serum mencerminkan cadangan zat besi dalam darah sebesar
8-10 mg. Ketika cadangan besi menurun maka serum ferritin
akan mengalami penurunan yang signifikan. Namun, dalam
kondisi infeksi maka kadar serum ferritin terpengaruhi,
sehingga dapat mengganggu interpretasi pemeriksaan (Sacher,
2004; Mello-Neto J et al., 2012).
b. Saturasi Transferin
Kelompok Umur Batas Kadar Hemoglobin (gr/dl)
Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0Pria dewasa 13,0Ibu hamil 11,0Wanita dewasa 12,0
9
Reseptor transferin adalah protein transmembran yang
memiliki dua komponen identik untuk mengikat dua molekul
transferin. Reseptor ini ditemukan dalam serum sebagai
fragmen kerucut dari transmembran reseptor transferin.
Reseptor transferin dapat ditemukan di permukaan sel yang
memerlukan besi ataupun yang bertindak sebagai pengangkut
besi. Reseptor ini akan mengikat transferin diferat dan
membawa kompleks reseptor transferin ke dalam siklus, lalu
kehilangan besi dalam sitoplasma dan kembali ke permukaan
sel untuk mengikat besi kembali (Mello-Neto J et al., 2012).
Pengukuran saturasi transferin merujuk pada
hubungan antara kadar reseptor transferin serum dengan kadar
reseptor transferin jaringan (kadar reseptor terlarut dalam
serum proporsional dengan total reseptor transferin dalam
jaringan). Semakin normal nilai saturasi transferin, zat besi
yang diikat pada reseptor semakin sesuai dengan kadar yang
dibutuhkan dalam tubuh. Reseptor transferin merupakan
indikator eritropoiesis. Ketika reseptor transferin rendah,
mengindikasikan adanya gangguan pada proses eritropoiesis
(Mello-Neto J et al., 2012).
Saturasi transferin dihitung dalam bentuk rasio dengan
menghitung kadar besi serum yang dibagi dengan TIBC
(Total Iron Binding Capacity) dikalikan 100%. Saturasi
transferin pada normal berkisar antara 20 – 45 % mengikuti
pola diurnal. Pada kondisi defisiensi besi, saturasi transferin
dapat menurun (Mello-Neto J et al., 2012).
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa reseptor
transferin terlarut kurang berguna untuk membedakan jenis
anemia defisiensi besi atau anemia penyakit kronis, anemia
sekunder terhadap thalasemia atau kegagalan sumsum
tulang (Mello-Neto J et al., 2012).
10
c. Kadar Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) adalah molekul protein yang
terdapat didalam eritrosit. Hemoglobin terdiri atas hem yang
mengandung zat besi, dan globin (rantai protein).
Hemoglobin memiliki tugas utama sebagai pengangkut
oksigen (Sutedjo, 2009).
Pengukuran Hb didasarkan pada kandungan
hemoglobin yaitu zat besi. Pengukuran Hb ditujukan untuk
mengukur kadar besi dalam tubuh untuk mengetahui ada atau
tidaknya defisiensi besi (Mello-Neto J et al., 2012). Anemia
defisiensi besi sebagai anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga
penyediaan besi untuk eritropoiesis berkurang, yang pada
akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang (Bakta, 2006).
Bagaimana perbedaan kebutuhan zat makro dan mikro
saat hamil dan tidak hamil / wanita usia subur (WUS) plus
pada tabel angka kebutuhan gizi (AKG). Seiring dengan
meningkatnya metabolisme dalam tubuh ibu hamil, maka
kebutuhan nutrisi ibu hamil juga meningkat. Pada prinsipnya,
semua kebutuhan gizi pada ibu hamil meningkat, tetapi ibu
hamil sering kekurangan energi, protein, dan mineral seperti
kalsium, dan zat besi. Jumlah penigkatan kebutuhan zat besi
sesuai dengan semakin bertambahnya usia kehamilan.
Peningkatan kebutuhan zat besi digunakan dalam tubuh ibu
hamil sebagai kebutuhan peningkatan volume darah,
pemekaran, pertumbuhan plasenta, dan juga pertumbuhan
janin (Lubis, 2003).
B. Suplementasi Besi pada Ibu Hamil
1) Pengertian Suplementasi Tablet Zat Besi
Suplementasi tablet zat besi adalah pemberian zat besi folat
yang berbentuk tablet. Tiap tablet 60 mg besi elemental dan 0,25
11
mg asam folat, yang diberikan oleh pemerintah pada ibu hamil
untuk mengatasi masalah anemia gizi besi (Lydia F et al., 2011).
Pemberian suplementasi zat besi menguntungkan karena
dapat memperbaiki status Hb dalam tubuh dalam waktu relatif
singkat. Sampai sekarang cara ini masih merupakan salah satu cara
yang dilakukan pada ibu hamil dan kelompok yang beresiko tingi
lainnya. Di Indonesia tablet besi yang digunakan Ferrous Sulfat
senyawa ini tergolong murah dan dapat diabsorbsi sampai 20%
(Lydia F et al., 2011)
2) Dosis dan Cara Pemberian Tablet Suplementasi Zat Besi
Tablet zat besi diberikan pada ibu hamil sesuai dengan dosis dan
cara yang ditentukan yaitu:
a. Dosis pencegahan
Diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb.
Dosisnya yaitu 1 tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg
asam folat) berturut-turut selama minimal 90 hari masa
kehamilan mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu
memeriksa kehamilannya (K1).
b. Dosis Pengobatan
Suplementasi besi diberikan pada sasaran (Hb < ambang
batas) yaitu bila kadar Hb < 11gr% pemberian menjadi 3
tablet sehari selama 90 hari kehamilannya (Depkes RI,
2007; Depkes RI, 2010).
3) Hal-hal yang Mempengaruhi Suplementasi Besi
Kepatuhan dalam suplementasi besi sulit diukur karena
tergantung pada banyak faktor, diantaranya pasien seringkali tidak
mengakui bahwa mereka tidak melakukan apa yang dianjurkan
dokter. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik dengan pasien
agar dapat mengetahui kepatuhan mereka dalam melakukan
pengobatan tersebut.
12
Menurut Taylor, ketidakpatuhan sebagai suatu masalah
medis yang berat. Derajat ketidakpatuhan bervariasi sesuai dengan
apakah pengobatan tersebut kuratif atau preventif jangka panjang
atau jangka pendek (Lydia F et al., 2011).
Menurut Nivven (2002) yang mengutip pendapat dari
Dinicola dan Dimatteo bahwa cara meningkatkan kepatuhan di
antaranya melalui perilaku sehat dan pengontrolan perilaku
dengan faktor kognitif, dukungan sosial dalam bentuk dukungan
emosional dari anggota keluarga lainnya, teman, waktu dan uang
merupakan faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap
pelaksanaan programprogram medis dan tentunya ada jug
dukungan dari profesional keehatan.
Tablet zat besi sebagai suplemen yang diberikan pada ibu
hamil menurut aturan harus dikonsumsi setiap hari. Namun karena
berbagai alasan misalnya pengetahuan, sikap dan tindakan ibu
hamil yang kurang baik, efek samping tablet yang ditimbulkan
tablet tersebut dapat memicu seseorang untuk kurang mematuhi
konsumsi tablet zat besi secara benar sehingga tujuan dari
pemberian tablet tersebut tidak tercapai.
9. Kerangka Pemikiran
Wanita Hamil Wanita Pra Hamil
Anemia Defisiensi Besi (ADB)
Peningkatan Kebutuhan
Kehilangan Zat Gizi
Penyerapan Gizi Buruk
Asupan Gizi Tidak Adekuat
UsiaStatus kehamilan
Status sosial demografi, jenis makanan yang dikonsumsi, status pendidikan, dan riwayat penyakit
keluarga
13
Keterangan :
10. Hipotesis
Terdapat Hubungan Pemberian Intensif Suplementasi Besi pada
Wanita Pra Hamil dan Wanita Hamil dengan Angka Kejadian Anemia Ibu
Hamil di Puskesmas Ngoresan
11. Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat potong lintang (cross sectional) untuk menelaah
perbedaan pemberian intensif suplementasi besi pada wanita pra hamil
dan wanita hamil dengan angka kejadian anemia ibu hamil di
Puskesmas Ngoresan.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Ngoresan, Surakarta.
: Menyebabkan : Menghambat/mencegah
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Anemia Defisiensi Besi (ADB)
14
C. Subjek Penelitian
1. Subjek dalam penelitian adalah Ibu hamil dan Wanita yang
merencanakan hamil.
2. Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu hamil dan wanita yang
merencanakan hamil di wilayah kerja Puskesmas Ngoresan,
Surakarta dengan jumlah 150 orang.
3. Sampel
a. Kriteria Inklusi
1) Ibu hamil dan yang merencanakan hamil, berusia 15-30
tahun. Data didapatkan dari hasil wawancara dan
kuisioner.
2) Ibu tersebut bertempat tinggal di Wilayah Kerja
Puskesmas Ngoresan, Surakarta.
3) Ibu tersebut bersedia menjadi responden dengan
menandatangani informed consent penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1) Ibu tersebut tidak bersedia menjalani penelitian.
2) Ibu tersebut tidak berniat hamil dalam kurun waktu 1
bulan ke depan.
3) Ibu tersebut bertempat tinggal di luar Wilayah Kerja
Puskesmas Ngoresan, Surakarta.
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara fixed-disease sampling. Sampel
pada penilitan ini yang merupakan ibu hamil dan ibu yang
merencanakan hamil di Puskesmas Ngoresan, Surakarta yang
kemudian dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok 1 adalah
kelompok ibu yang merencanakan hamil. Sedangkan kelompok 2
adalah kelompok ibu hamil.
E. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas :
15
Pemberian intensif Suplementasi Besi pada Wanita Pra
Hamil dan Wanita Hamil.
2. Variabel terikat :
Angka kejadian Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada Ibu
Hamil.
3. Variabel luar terkendali :
a. Terkendali : Usia, status kehamilan
b. Tak terkendali : Status sosial demografi, jenis makanan
yang dikonsumsi, status pendidikan, dan riwayat penyakit
keluarga.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas :
a. Pemberian Intensif Suplementasi Besi Pada Wanita Pra
Hamil dan Wanita Hamil
1) Definisi : Pemberian intensif suplementasi besi pada
wanita pra hamil dan wanita hamil adalah pemberian
tablet suplemetasi secara rutin sesuai dengan dosis
yaitu 1 tablet per hari, selama 90 hari.
2) Alat ukur : quisioner dan juga dengan pengukuran
kadar Hb yang dicek dari sebelum meminum secara
intensif sampai dengan 90 hari kemudian.
3) Kategori :
a) Ibu pra hamil yang diberi suplementasi besi.
b) Ibu hamil yang diberi suplementasi besi.
4) Skala Pengukuran : nominal dikotomi, yaitu
mempunyai 2 nilai variasi.
2. Variabel terikat :
1) Angka Kejadian Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada
Ibu Hamil.
2) Definisi : Jumlah kasus kejadian Anemia Defisiensi
Besi (ADB) pada ibu hamil di wilayah kerja
16
Puskesmas, dalam hal ini yaitu wilayah kerja
Puskesmas Ngoresan, Surakarta.
3) Alat ukur : kuesioner dan pendataan angka kejadian
Anemia Defisiensi Besi dengan pengukuran kadar Hb
pada sampel.
4) Kategori :
a) ADB (+) = ibu yang terdaftar dalam data
Puskesmas dan dinyatakan ADB.
b) ADB (-) = ibu yang tidak diidentifikasi menderita
ADB berdasarkan data rekam medis puskesmas
dan hasil wawancara.
5) Skala pengukuran : nominal dikotomi, yaitu
mempunyai 2 nilai variasi.
b. Status Kehamilan :
1) Definisi : status kehamilan sampel penelitian ketika
data diambil
2) Alat ukur : kuesioner dan data sekunder dari
Puskesmas Ngoresan, Surakarta
3) Kategori :
a) Hamil
b) Tidak Hamil
4) Skala pengukuran : nominal dikotomi, yaitu
mempunyai 2 nilai variasi.
3. Variabel luar terkendali:
a. Usia :
1) Definisi : umur sampel penelitian ketika data diambil
2) Alat ukur : kuesioner dan data sekunder dari
Puskesmas Ngoresan, Surakarta
3) Skala pengukuran : ordinal, yaitu mempunyai batas
antara variasi nilai satu dengan yang lainnya.
17
4. Variabel luar tak terkendali
a. Status sosial demografi
b. Jenis makanan yang dikonsumsi
c. Status pendidikan
d. Riwayat penyakit keluarga
G. Rancangan Penelitian
Populasi : wanita yang sudah menikah di wilayah kerja Puskesmas Ngoresan
Sampel (60 orang)
Fixed-disease sampling Kriteria Inklusi dan
Kriteria Eksklusi
Sampel Kelompok I
(30 orang)
Sampel Kelompok II(30 orang)
Pengukuran kadar Hb (pretest)
Perlakuan
Analisis dataHasil Hasil
Hamil 5
Pengukuran kadar Hb (postest)
18
Gambar 3. Rancangan penelitian
Keterangan :
Kelompok I : Suplementasi zat besi dilakukan dari sebelum hamil
Kelompok II : Suplementasi zat besi dilakukan saat hamil (seperti program
suplementasi yang biasa dilakukan)
Pretest : Dilakukan sebelum perlakuan
Postest : Dilakukan pada usia kehamilan 4 bulan
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Kuesioner : daftar pertanyaan yang mengungkap variabel
penelitian. Teknik pengambilan data dilakukan dengan
wawancara struktur kepada wanita hamil dan pra hamil (yang
menjadi sampel penelitian) dan kuesioner akan diisi oleh penulis.
2. Data sekunder kadar Hb pada wanita pra hamil dan wanita hamil
dari puskesmas bulan November - Desember 2012.
3. Informed Consent.
4. Alat Tulis.
I. Cara Kerja
Penelitian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1. Peneliti datang ke Puskesmas Ngoresan Surakarta untuk meminta
izin penelitian, meninjau lokasi dan mengidentifikasi kandidat
sampel.
2. Peneliti menentukan sampel kelompok kasus dengan cara melihat
data sekunder (rekam medik) Puskesmas Ngoresan pada bulan
November - Desember 2012 terkait dengan Kadar Hb pada wanita
hamil dan wanita pra hamil.
3. Peneliti menentukan sampel kelompok kontrol dengan cara
mengidentifikasi kontrol dari daftar puskesmas.
Simpulan
19
4. Peneliti melakukan pengambilan data di lapangan yang sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi serta melakukan pengecekan
Hb pada kandidat sampel kelompok kontrol.
5. Sampel diminta menandatangani surat persetujuan (informed
consent) sebagai bentuk kesediaan mengikuti penelitian.
6. Peneliti melakukan wawancara terstruktur pada sampel dan
mengisi pada lembar kuesioner untuk mengetahui kondisi sampel.
7. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan teknik analisis
data yang dipilih.
J. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan data primer yang diperoleh melalui wawancara
terstruktur dan dengan menggunakan kuesioner. Data primer meliputi
konfirmasi status suplementasi besi pada sampel dan status anemia gizi
besi. Data sekunder yang melengkapi data primer adalah data umur sampel
dan status kehamilan.
K. Analisis Data
1. Analisis univariat untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.
2. Analisis bivariat untuk mengetahui kemaknaan hubungan atau
korelasi antara dua variabel. Data dalam penelitian ini dianalisis
dengan uji statistik non parametrik Chi Square diolah menggunakan
program Statistical Program for Social Science versi 17.
Sedangkan untuk mengetahui besar faktor risiko digunakan analisis
Odd Ratio. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05% atau
taraf kepercayaan 95%. Nilai OR dihitung dengan menggunakan
tabel 2x2 untuk menghubungkan intensifikasi suplementasi zat besi
pada wanita hamil dan wanita pra hamil terhadap angka kejadian
anemia pada ibu hamil sebagai akselerator pencapaian MDGs di
Indonesia.
20
Tabel 2. Interpretasi Hasil OR (Murti, 2010).
OR Interpretasi
≤ 1 tidak ada hubungan
> 1 hingga < 1,5 terdapat hubungan lemah
≥ 1,5 hingga < 3 terdapat hubungan sedang
≥ 3 hingga < 10 terdapat hubungan kuat
≥ 10 terdapat hubungan sangat kuat
12. Jadwal Penelitian
No
.Kegiatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
3 14
1 Mahasiswa
mengumpulkan
topic
2 Dibahas tim skripsi
3 Bimbingan dan
konsultasi
4 Proposal siap
21
5 Ujian proposal
6 Pengumpulan data
7 Penulisan skripsi
8 Ujian praskripsi
9 Ujian skripsi
13. Rancangan Anggaran
No. Jenis Pengeluaran Anggaran yang
Diusulkan (Rp, 00)
1. Sumber pustaka, pembuatan kuesioner, proposal,
laporan, cetak, print, foto copy, dokumentasi,
poster dan lain-lain
Rp. 1.000.000,00
2. Alat tulis Rp. 300.000,00
3. Akomodasi, biaya komunikasi & internet Rp. 500.000,00
4. Transportasi Rp. 200.000,00
5 Cek kadar Hemoglobin (Hb) 60 orang x 2 kali x
@ Rp. 15.0000,00
Rp. 1.800.000,00
TOTAL Rp. 3.800.000,00
14. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2012. Millineum Development Goals (MDGs). http://mdgs-
dev.bps.go.id/ (diuduh tanggal 12 Oktober 2012)
Bakta, I. M. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EG
Chathurani U, Dharshika I, Galgamuwa D, Wickramasinghe ND, Agampodi TC,
Agampodi SB. 2012. Anaemia in pregnancy in the district of
Anuradhapura, Sri Lanka - need for updating prevalence data and
screening strategies. Ceylon Med J. 2012 Sep;57(3):101-6.
22
Choudhury N, Aimone A, Hyder SM, Zlotkin SH. 2012. Relative efficacy of
micronutrient powders versus iron-folic acid tablets in
controlling anemia in women in the second trimester of pregnancy. Food
Nutr Bull. 2012 Jun;33(2):142-9
Chung JO, Cho DH, Chung DJ, Chung MY. 2012. Associations
between Hemoglobin Concentrations and the Clinical Characteristics of
Patients with Type 2 Diabetes. Korean J Intern Med. 2012 Sep;27(3):285-
92. Epub 2012 Sep 1.
Dallman , PR. 1990. Progress in the Prevention of Iron Deficiency in Infants .
Acta Paediatr Scand Suppl. 1990;365:28-37.
Depkes RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi di Kabupaten / Kota.
Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 2007. Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi. Jakarta :
Depkes.
Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta: Depkes RI.
Khalafallah AA, Dennis AE, Ogden K, Robertson I, Charlton RH, Bellette JM,
Shady JL, Blesingk N, Ball M. 2012. Three-year follow-up of a
randomised clinical trial of intravenous versus oral iron for anaemia in
pregnancy. BMJ Open. 2012 Oct 18;2(5). pii: e000998.
Lubis, Z. 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi yang
Dilahirkan. http://www.journal.unair.ac.id. (diakses pada : 28 Oktober
2012).
Lydia F, Mustamin H, Thresia D KB, Kartini S. 2011. Pengaruh Pemberian
Tablet Fe terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Puskesmas
Tamamaung Tahun 2011. Media Gizi Pangan, Vol.XIII, Edisi 1, 2012.
Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. September
2007. II(I).
Mello-Neto J, Rondó PH, Oshiiwa M, Morgano MA, Zacari CZ, Santos ML.
2012. Iron Supplementation in Pregnancy and Breastfeeding and Iron,
Copper and Zinc Status of Lactating Women From a Human Milk Bank. J
Trop Pediatr. 2012 Oct 15.
23
Milman N, Hertz J. 2012. Pregnancy and iron prophylaxis--how and how much?
Ugeskr Laeger. 2010 Feb 8;172(6):433-6. Danish.
Milman N. 2012. Oral iron prophylaxis in pregnancy: not too little and not too
much!.J Pregnancy. 2012;2012:514345. Epub 2012 Jul 24.
Moise KJ Jr, Argoti PS. 2012. Management and prevention of red cell
alloimmunization in pregnancy: a systematic review. Obstet Gynecol.
2012 Nov;120(5):1132-9.
Muhammad & Sianipar .2005. Penentuan Defisiensi Besi Anemia Penyakit
Kronis. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Lab
oratory, Vol. 12, No. 1, Nov 2005: 9-15
Papantoniou N, Sifakis S, Antsaklis A. 2012. Therapeutic management of fetal
anemia: review of standard practice and alternative treatment options. J
Perinat Med. 2012 Jul 14. pii: /j/jpme.ahead-of-print/jpm-2012-0093/jpm-
2012-0093.xml.
Sacher, Ronald A.2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ed. 11.
Jakarta : EGC.
Shao J, Lou J, Rao R, Georgieff MK, Kaciroti N, Felt BT, Zhao ZY, Lozoff B.
2012. Maternal serum ferritin concentration is positively associated with
newborn iron stores in women with low ferritin status in late pregnancy. J
Nutr. 2012 Nov;142(11):2004-9. doi: 10.3945/jn.112.162362. Epub 2012
Sep 26.
Sutedjo. 2009. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Yogyakarta: Penerbit Amara Books.
Theresa O Scholl. 2005. Iron status during pregnancy: setting the stage for mother
and infant. Am J Clin Nutr May 2005 vol. 81 no. 5 1218S-1222S
World Health Organization. 2008. Worldwide Prevalence of Anaemia 1993–2005,
WHO Global Database on Anemia. Geneva-Switzerland: World Health
Organization.