Tugas Kelp 4
-
Upload
gita-aprilonia -
Category
Documents
-
view
257 -
download
1
description
Transcript of Tugas Kelp 4
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kuliah pakar Sistem Integumen
DERMATITIS
Oleh :
Kelompok 4
Eldisa Syafril
Gita Aprilonia
Ilhanda Putri
Nilla Wiryanti
Rahmad Kurnia
Sahmidar
Kelas : III A S1 Keperawatan
Dosen Pembimbing : Elmi M.Kes
STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi
TA : 2015/2016
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal).
(Adhi Juanda,2005)
Dermatitis adalah radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti sengatan
sinar matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan kimia. (Arief
Hariana: Hlm 136)
Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan.
Dermatitis berasal dari kata dermo- (kulit) -itis (radang/inflamasi), sehingga dermatitis
dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan di mana kulit mengalami inflamasi.
(Mulyono :1999)
B. Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar merupakan
respon kulit terhadap agen-agen, misalnya zat kimia, protein, bakteri dan fungus. Respon
tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang
di dapat dan spesifik untuk bereaksi.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh :
detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri,
jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. (Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda
pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi
infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit
infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada
kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan
selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.
1
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan
gejala berbeda:
1. Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang
terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan
gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan
kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun
cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam,
perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
2.Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau
gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan
dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat
yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk
bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan,
lengan dan bagian belakang dari leher.
3.Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis,
belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor
keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres.
4.Stasis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi vena)
tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang
kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul
ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada
kaki juga menjadi penyebab.
2
5. Atopic Dermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang umumnya
sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan
kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (D.A, rinitis alergik,
atau asma bronkial). kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi
dan likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural).(Adhi Djuanda,2005)
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah.
Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut.
C. Patofisiologi
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe lambat.
Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase induksi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi.
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang
dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan berikatan
dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini ditangkap dan diproses
lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T yang
belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe,
limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening
regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi
secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian
kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan
sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel efektor
yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang
sehingga terjadi gejala klinis.
2. Dermatitis Atopik
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi
reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan emnekan produksi
sel T. Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan
melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan
3
zat tersebut menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal
menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan
secara genetik.
3. Neurodermatitis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter
bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk
krusta bagian tubuh.
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar.
Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan
terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti
ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula
tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama.
Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit
lebih hitam.
5. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah
atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi. Tempat kulit kepala, alis,
daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat
bokong, lipat paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai
dandruff dan bila basah disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut
D. Manifestasi klinis
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priruritus ( sebagai pengganti dolor).
Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan
dan gangguan fungsi kulit (function laisa).
Obyektif, biasanya batas kelainan tidak terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul
secara serentak atau beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema. Edema sangat jelas
pada kulit yang longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna.
Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.
4
Dermatitis basah berarti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat sumber dermatitis,
artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar.
Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai infeksi. Dermatitis sika
(kering) berarti tidak madidans bila gelembung-gelembung mengering maka akan terlihat
erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi, artinya timbul
sisik. Bila proses menjadi kronis tampak likenifikasi dan telihat hiperpigmentasi atau
hipopigmentasi.
a. Dermatitis Kontak. Gatal-gatal , rasa tidak enak karena kering, kulit berwarna coklat
dan menebal.
b. Dermatitis Atopik. Gatal-gatal , muncul pada beberapa bulan pertama setelah bayi
lahir, yang mengenai wajah, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan dan kaki.
c. Dermatitis Perioral. Gatal-gatal bahkan menyengat, disekitar bibir tampak beruntus-
beruntus kecil kemerahan.
d. Dermatitis Statis. Awalnya kulit merah dan bersisik, setelah beberapa minggu /
bulan , warna menjadi coklat.
E. Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah sindrom pernapasan akut,
gangguan ginjal, Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai
terutama staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.
F. Penatalaksanaan
Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal untuk mencegah
terjadinya infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering dan gatal, lotion dan cream pelembab
sangat dianjurkan untuk membuat kulit menjadi lembab. Tindakan ini biasanya dilakukan
saat kulit masih basah, seperti saat habis mandi sehingga cream yang dioleskan akan
mempertahankan kelembaban kulit. Kompres dingin juga diduga dapat mengurangi rasa gatal
yang terjadi. Salep atau cream yang mengandung kortikosteroid seperti hydri kortison
dibrikan untuk mengurangi proses inflamasi / peradangan. Untuk kasus-kasus yang berat
dokter akan memberikan tablet kortikosteroid dan apabila pada daerah dermatitis setelagh
terinfeksi maka bisa diberikan antibiotika untuk membunuh bakteri penyebab infeksi.
Pengobatan menurut FKUI yaitu :
5
1)Pengobatan secara sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin-anti
serotonin, anti bradikinin, anti-SRS-A, dsb. Pada kasus berat dapt dipertimbangkan
pemberian kortikosteroid
2) Pengobatan secara topical
Prinsip umum terapi topical diuraikan dibawah ini :
• Dermatitis basah ( madidans ) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis kering
( sika ) diobati dengan krim atau salep
• Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik
• Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losion ( bedak kocok ), pasta, krim
atau linimentum ( pasta pendingin ). Bila kronik diberi salep
• Pada dermatitis sika, bila superficial diberi bedak, losio, krim atau pasta. Bila kronik diberi
salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta pada daerah yang tidak
berambut. Penetrasi salep lebih besar daripada krim.
Gambar kelainan kulit pada dermatitis
DERMATITIS ATOPIK
DERMATITIS SEBOROIK
6
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Identitas pasien
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
No MR :
Riwayat Kesehatan
RKS : pasien mengatakan kulitnya gatal-gatal dan panas, membengkak, perasaan tidak
nyaman karena kulit kering dan bersisik, kulit menebal, coklat, memerah dan bentol-bentol.
RKD : pasien pernah bekerja di pabrik zat kimia atau bangunan, pasien mempunyai riwayat
alergi terhadap sabun atau detergen tertentu, pasien sering mengganti alat kosmetik. Pasien
memnpunyai riwayat varises.
RKK : anggota keluarga pasien mempunyai penyakit yang sama dengan pasien
Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda-Tanda Vital
Pada pasien dermatitis suhu meningkat lebih dari normal karena terjadi infeksi dan
proses peradangan.
c. Kepala
Rambut : rontok
Wajah : Wajah menyeringai dan meringis karena nyeri dan gatal
d. Integumen
Eritema yang bersisik, batas tegas/menyolok
Lesi kering dan timbul pruritus
Adanya lubang-lubang atau kerusakan total pada kuku dan tangan
Lesi tidak simetris bilateral
Lesi dapat timbul pada luka bekas garukan.
9
Bila akut : Falang distal seperti sosis bengkak, eritema dan nyeri.
Pasien tampak menggaruk-garuk kulit
Pemeriksaan penunjang
Ada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk mengetahui
seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita periksa kadar Ig E
dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau
ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui
bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi,
yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu, tungau
debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan
bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum
khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya
dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu
akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :
o Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat anti
alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
o Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
2. Patch Tes (Tes Tempel).
Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis atau
eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam.
Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan pada kulit. Syarat
tes ini :
3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan
sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin
komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat
dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.
4. Skin Test (Tes kulit).
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di
10
kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit.
Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat juga
untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes
provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi
bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko
tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi makanan
sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.
A. Data Fokus
1. Data Subjektif
pasien mengatakan :
Kulit gatal-gatal
Panas
Membengkak
Perasaan tidak nyaman
Kulit kering dan bersisik
Kulit menabal
Coklat
Memerah
Bentol-bentol
2. Data objektif
Suhu di atas 380C
Rambut rontok
Wajah menyeringai dan meringis karna nyeri dan gatal
Kulit tampak kemerahan, bintik-bintik atau benjolan.
Pasien tampak menggaruk-garuk.
Pada hasil pemeriksaan diagnostik :
kadar Ig E dalam darah nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml
dalam serum) atau ambang batas tinggi.
Skin Prick Test terdapat timbul bentol merah gatal
11
Patch Tes timbul bercak kemerahan pada kulit
Skin Test timbul bentol, merah, gatal.
B. Analisa Data
Data Etilogi Masalah
1. Ds :
klien mengatakan kulit gatal-
gatal, kering dan bersisik,
bentol-bentol dan kulit menebal.
Do :
wajah pasien tampak
menyeringai dan meringis
karena gatal.
kulit tampak ada benjolan-
benjolan, bersisik dan kering.
Skin Prick Test dan skin test
timbul bentol merah gatal
Iritan primer
Mengiritasi kulit
Kerusakan
integritas kulit
Kerusakan integritas
kulit.
2. Ds :
Klien mengatakan badan panas
Kulit kemerahan
Kulit terasa gatal-gatal
Do :
Suhu badan pasien di atas 380C
Kulit pasien tampak kemerahan.
kadar Ig E dalam darah
meningkat dari nilai normal
(0,1-0,4 ug/ml dalam serum)
Perandangan kulit
(lesi)
Resiko infeksi
3. Ds :
Pasien mengatakan tidak
nyaman karena kulit bersisik,
Lesi Gangguan citra
tubuh
12
kemerahan , bentol-bentol.
Pasien mengatakan tidak
percaya diri dengan kulitnya.
Do :
Kulit Pasien tampak
memerah, kulit bersisik dan
bentol-bentol.
Skin Prick Test dan skin test
timbul bentol merah gatal
C. Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
2. Resiko infeksi b.d bercak-bercak merah pada kulit
3. Gangguan citra tubuh b.d perasaan malu terhadap penampilan diri dan persepsi
diri tentang ketida bersihan.
D. Intervensi
Diagnosa
Keperawatan
Rencana Keperawatan
NOC NIC
1. Kerusakan integritas kuli b.d lesi dan reaksi inflamasi
KH :
1. Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan (sensasi,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi
3. Perfusi jaringan baik
4. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang
longgar
Hindari kerutan pada tempat
tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
Mobilisasi (ubah posisi pasien)
pasien setiap dua jam sekali
Oleskan lotion atau minyak /
baby oil pada daerah yang
13
tertekan
Monitor aktivas dan mobilisasi
pasie
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
2. Resiko
infeksi b.d
bercak-
bercak merah
pada kulit
KH: 1. Klien bebas dari
tanda dan gejala infeksi.
2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yan mempengaruhi penularan serta penatalaksanaanya.
3. Menunjukkan kemampuan untuk memncegah timbulnya infeksi.
4. Jumlah leukosit dalam batas normal.
5. Menunjukkan prilaku hidup sehat.
Batasi pengunjung bila perlu.
Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan.
Tingkat kan intake nutrisi.
Monitor leukosit.
Infeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas.
Berikan terapi antibiotik bila
perlu.
Gunakan obat salap dengan
tepat pada kulit jika perlu.
Bandingkan dan catat perubahan
pada kulit.
3. Gangguan
citra tubuh
b.d perasaan
malu
terhadap
penampilan
diri dan
persepsi diri
tentang
ketida
bersihan
KH :1. Bodi image positif
2. Mempertahankan
interaksi sosial.
Kaji secara verbal dan non
verbal, respon klien terhadap
tubuhnya.
Monitor frekuensi mengkritik
dirinya.
Jelaskan tentang pengobatan,
perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakit.
Dorong klien mengunkapkan
perasaanya
Identifikasi arti pengurangan
melalui pemakaian alat bantu.
Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam kelompok
14
1. Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S editor. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin.
Edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,1993
2 Muttaqin, Arif. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Salemba
Medika.
3 Harahap Mawali. Penyakit Kulit. Jakarta: Gramedia
4. .Google.co.id.Kata kunci “Askep Dermatitis”
16