Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) LIBS adalah ... II.pdf · Menurut Langmuir, molekul...
Transcript of Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) LIBS adalah ... II.pdf · Menurut Langmuir, molekul...
-
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS)
LIBS adalah singkatan dari Laser Induced Breakdown Spectroscopy yang
merupakan peralatan spektroskopi emisi atomik yang menggunakan laser sebagai energi
ablasi dan dapat digunakan untuk menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif
(Cremers et all, 2006). Laser difokuskan ke permukaan sampel melalui lensa yang
mana sebagian sampel akan terablasikan dan terbentuk plasma seperti pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Skema sederhana komponen utama LIBS. (Utomo, Aji Priyo, 2014)
Plasma berisikan elektron-elektron, ion-ion, atom-atom netral dan atom-atom
tereksitasi akibat adanya gelombang kejut (shock wave) yang terjadi sesaat setelah
kompresi adiabatis. Dalam waktu yang sangat singkat atom-atom yang tereksitasi
kembali ke keadaan awal (ground state) sambil memancarkan emisi foton dengan
panjang gelombang yang sesuai dengan jenis atomnya. Selanjutnya emisi foton
ditangkap detektor yang kemudian oleh spektrometer dihasilkan spektrum intensitas
emisi fungsi panjang gelombang seperti pada Gambar 2.2. Intensitas menyatakan
konsentrasi unsur dalam bahan dan panjang gelombang menyatakan jenis unsurnya.
-
5
Gambar 2.2 Grafik intensitas fungsi panjang gelombang.
Gambar 2.2 merupakan spektrum dari sampel yang mengandung unsur Cr. Kualitas
hasil spektrum tergantung pada keadaan proses pembentukan plasma dan proses
pendeteksiannya yang mana dipengaruhi oleh faktor jenis laser, tekanan dan jenis gas
penyangga, dan keadaan fisik dari sampel, yang mana akan diuraikan pada sub bab
berikut ini (Suyanto, Hery, 2013).
2.1.1 LASER
Light Amplification by Stimulation Emission of Radiation (laser) yang artinya
penguatan intensitas cahaya oleh emisi terangsang. Laser memiliki karakteristik, yaitu :
sumber cahaya yang koherensinya sangat tinggi, monokromatik, kecerahan tinggi,
durasi yang singkat (short time duration) dan menuju satu arah yang sama sehingga
cahayanya menjadi sangat kuat dan terkonsentrasi (Svelto, Orazio, 1989).
Laser terdiri atas tiga komponen dasar yaitu medium lasing (seperti kristal, gas,
semikonduktor), sumber pemompa (seperti flash lamp, electrical current) yang
memberikan energi tambahan pada material lasing, dan optical cavity terdiri dari dua
cermin (cermin pemantul sempurna dan cermin pemantul sebagian) yang bertindak
sebagai ruang untuk penguat sinar. Setelah sumber pemompa memberikan energi pada
medium lasing, kemudian elektron-elektron tereksitasi pada tingkat energi tertentu
seperti terlihat pada Gambar 2.3.
150
200
250
300
425.5 425.9 426.3 426.7 427.1 427.5 427.9 428.3
Inte
nsit
as (
a.u)
Panjang gelombang (nm)
Cr II 427,4387 nm
Cr II 428,1049 nm
-
6
Gambar 2.3 Diagram (a) kerja laser zat padat (Nd:YAG) (b) tiga tingkat energi laser.
(Sinaga, D.N, 2013)
Gambar 2.3 (a) dan (b) adalah diagram kerja laser dengan menggunakan medium
lasing zat padat Nd-YAG dengan proses sebagai berikut: elektron-elektron dalam atom
di material lasing secara normal berada dalam keadaan dasar di tingkat energi ground
state Q0 . Ketika energi cahaya dari flash lamp ditambahkan (dipompakan) ke atom-
atom tersebut maka elektron-elektronnya tereksitasi ke level energi yang lebih tinggi Qe
(excited energi level). Elektron-elektron ini akan meluruh melalui dua cara, pertama
peluruhan elektron secara spontan dimana elektron secara langsung meluruh ke level
energi lebih rendah (di tingkat energi metastabil Qm) sambil melepaskan atau
mengemisikan energi dalam bentuk foton yang memancar ke segala arah. Kedua
peluruhan secara terangsang (stimulated), dimana sebagian foton dari hasil peluruhan
spontan ini dipantulkan bolak balik diantara dua cermin dan melalui material lasing
serta menumbuk elektron-elektron di tingkat energi metastabil dan menyebabkan
elektron-elektron tersebut kembali ke ground state. Transisi elektron-elektron ke
ground state ini akan melepaskan energi dalam bentuk foton yang mempunyai fase,
panjang gelombang, dan arah yang sama dengan foton penumbuk. Jika arah foton ini
sejajar dengan sumbu optical cavity, maka foton akan dipantulkan bolak balik oleh
cermin pemantul sempurna dan cermin pemantul sebagian yang berada di dalam optical
cavity dan melalui material lasing. Dengan cara demikian energi foton diperkuat terus
menerus sampai cukup untuk melewati cermin pemantul sebagian dan terbentuklah
sinar laser.
Cermin Cermin
-
7
2.1.2 Interaksi laser dengan bahan
Bila laser difokuskan ke permukaan sampel padat, maka sebagian energi laser
diserap oleh bahan untuk menaikkan suhunya sehingga ikatan-ikatan atomnya lepas.
Sebagian energi lainnya digunakan untuk memantulkan atau menggerakan atom-atom
tersebut dengan kecepatan yang sangat tinggi. Gerakan atom-atom ini akan melakukan
kompresi adiabatis dengan gas disekeliling sampel hingga sampai pada tekanan tertentu
dan terjadi gelombang kejut (shock wave) yang energinya digunakan untuk
mengeksitasikan elektron-elektron dalam atom ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Dalam waktu yang sangat singkat, elektron-elektron ini akan kembali ke ground state
sambil memancarkan emisi dan terbentuklah plasma seperti Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Proses pembentukan plasma.
Pada Gambar 2.4 menunjukkan proses pembentukan plasma. Terlihat pada
gambar bahwa terdapat dua daerah yaitu: daerah b tepat di permukaan sampel yang
disebut plasma primer. Plasma ini mempunyai kerapatan partikel dan suhu yang sangat
tinggi dan menghasilkan spektrum emisi kontinu. Daerah c merupakan pengembangan
daerah pertama yang disebut plasma sekunder. Pada daerah ini menghasilkan spektrum
emisi yang tajam. Spektrum ini sesuai dengan emisi foton yang dipancarkan oleh
elektron-elektron yang bertransisi ke ground state dalam atom tertentu. Emisi ini akan
menghasilkan panjang gelombang tertentu sesuai dengan jenis unsurnya, sehingga dapat
digunakan untuk identifikasi unsur.
Gelombang kejut (shock wave)
Kompresi adiabatis
Plasma sekunder
Plasma primer
S
A
M
P
E
L
-
8
Jumlah massa partikel-partikel yang terablasi dari sampel dan membentuk plasma
tergantung panjang gelombang laser dan koefisien absorpsi bahan (Fabbro et all, 1982)
dengan hubungan :
= 110 (2.1)
Dimana : m = massa partikel (kg)
= fluks yang diabsorpsi (W m-2) = panjang gelombang laser (m) 1014 = konstanta (kg-2m-4s-1)
2.1.3 Spektrometer
Spektrometer merupakan peralatan yang terdiri dari monokromator dan software.
Monokromator sangat penting dalam spektroskopi karena karakteristik optik unsur
ditentukan oleh panjang gelombang dan kadar unsur ditentukan dari intensitasnya.
Monokromator yang dipakai pada penelitian ini tipe HR 2500+ dengan spesifikasi :
wavelength range 200-980 nm, resolusi 0,1 nm (FWHM), 7 detector CCDs with a
combined 14336 Mega pixels. Monokromator merupakan suatu instrumen optik yang
berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang tertentu (monokromatik) dari cahaya
polikromatik seperti pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Diagram monokromator. (Agustiningrum, Ulfa, 2012)
Gambar 2.5 bagian-bagian utama monokromator antara lain slit atau celah sempit
(B, F), cermin (C, E), grating atau pemisah cahaya (D) dan detektor (G). Sumber
-
9
cahaya polikromatik (A) masuk ke slit (B) dan besarnya energi cahaya yang dideteksi
oleh monokromator tergantung besarnya intensitas cahaya yang masuk pada luasan slit
dan juga sudut datangnya. Slit berada pada titik fokus cermin (C) agar menghasilkan
pantulan cahaya sejajar ke prisma atau grating (D). Cahaya ini akan didispersikan oleh
prisma atau didifraksikan oleh grating menjadi beberapa warna dan diarahkan ke
cermin (E). Cahaya terdispersi (seperti pelangi) selanjutnya oleh cermin (E) difokuskan
ke slit keluaran (F), sehingga pada permukaan slit terdapat titik-titik bayangan yang
terpisah dari berbagai warna. Dengan memutar grating atau prisma, maka titik-titik
bayangan warna bergerak relatif terhadap slit keluaran. Sehingga dapat memilih panjang
gelombang tertentu yang keluar dari slit keluaran menuju detektor untuk diproses lebih
lanjut. Persamaan resolusi grating yang digunakan pada monokromator untuk
memisahkan antara dua panjang gelombang yang berdekatan (Jenkis, Francis A, et all,
1965) yaitu :
= (2.2)
Dimana : R = daya pisah
= panjang gelombang (nm) = selisih atau jarak terdekat panjang gelombang yang dipisahkan
(nm)
Sedangkan software befungsi untuk menganalisis atau mengidentifikasi unsur.
Software yang dipakai adalah OOILIBS dan add LIBS. Software OOILIBS digunakan
untuk mensinkronisasi antara waktu terbentuknya plasma dengan waktu pendeteksian.
Waktu ini disebut delay time detection (waktu tunggu deteksi). Sedangkan software add
LIBS digunakan untuk menganalisis spektrum dari plasma yang terdeteksi. Dalam
software ini akan menampilkan intensitas sebagai fungsi panjang gelombang. Panjang
gelombang menyatakan jenis unsurnya sedangkan intensitas merupakan jumlah
unsurnya. Dengan spesifikasi monokromator dan software tersebut, spektrometer yang
ada di laboratorium MIPA dapat memisahkan unsur-unsur dengan jelas.
2.1.4 Waktu tunggu deteksi
Sebelum melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif suatu bahan, maka perlu
dicari keadaan optimum suatu eksperimen. Pada teknik LIBS ini yang perlu
-
10
diperhatikan keadaan optimumnya adalah parameter energi laser dan waktu tunggu
deteksi. Untuk menentukan keadaan optimum dari waktu tunggu deteksi dengan cara
melihat nilai sinyal background, perbandingan sinyal puncak emisi terhadap sinyal
background (S/B) dan FWHM fungsi waktu tunggu deteksi seperti terlihat pada Gambar
2.6.
Gambar 2.6 Waktu deteksi.
Gambar 2.6 menunjukkan skema perjalanan waktu umur plasma yang dihasilkan
oleh laser pulsa tunggal. Di awal pada waktu deteksi 0,5 s laser ditembakkan ke
sampel, plasma yang dihasilkan mempunyai kerapatan yang sangat tinggi baik elektron-
elektron, ion-ion, atom-atom netral maupun atom-atom tereksitasi, sehingga intensitas
background dari spektra yang ditangkap detektor cukup tinggi seperti ditunjukkan
Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Intensitas background tinggi.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
465 470 475 480 485 490Int
ensi
tas
Em
isi
Uns
ur Z
n (a
.u)
Panjang Gelombang (nm)
Background tinggi
0 ns 10 ns 90 ns 1 s 10 s 90 s
-
11
Background ini muncul karena ion-ion menangkap elektron dan elektron
melepaskan kelebihan energi kinetiknya dalam bentuk foton dengan panjang gelombang
lebar (continu). Sedangkan bila dideteksi setelah 1 s dari setelah laser diradiasikan,
maka intensitas background dari spektra akan turun bahkan hilang seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Intensitas background rendah.
Sebaiknya pendeteksian karakteristik emisi atom dilakukan sekitar 1 s atau lebih
dari ablasi laser dan waktu ini disebut waktu tunggu deteksi. Nilai waktu tunggu ini
bervariasi tergantung jenis unsurnya, tetapi hampir semua unsur memiliki waktu emisi
sekitar 1s atau lebih untuk LIBS.
2.2 Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas)
terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada
permukaan padatan tersebut. Materi atau partikel-partikel yang diadsorpsi disebut
adsorbat dan bahan yang mengadsorpsi disebut adsorben. Perbedaan mendasar antara
adsorpsi dan absorpsi yaitu tergantung letak adsorbat di adsorben. Apabila adsorbat
mengumpul di permukaan adsorben maka disebut adsorpsi. Sebaliknya bila
adsorbatnya diserap masuk ke dalam adsorben disebut absorpsi. Adsorpsi dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia yang terjadi reaksi antara
0
100
200
300
400
500
465 470 475 480 485 490
Inte
nsit
as E
mis
i U
nsur
Zn
(a.u
)
Panjang Gelombang (nm)
Background rendah
-
12
zat yang diserap (adsorbat) dengan adsorben, jumlah zat yang teradsorbsi tergantung
pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu.
Apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari
daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan
diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi fisika mirip dengan proses kondensasi
dan biasanya terjadi pada temperatur rendah. Pada proses ini gaya yang menahan
molekul fluida pada permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama dengan gaya
kohesi molekul pada fase cair mempunyai derajat yang sama dengan panas kondensasi
dari gas menjadi cair, yaitu sekitar 2,19 - 21,9 kg/mol. Keseimbangan antara
permukaan zat padat dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat
reversibel.
Adsorpsi kimia yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang
teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih besar
daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas reaksi
kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh gaya
valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam molekul.
Karena adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorben akan terbentuk suatu
lapisan dan akan menghambat proses penyerapan selanjutnya oleh karbon grafit
adsorben yang menyebabkan efektifitasnya menurun (Agustiningrum, Ulfa, 2012).
Pada proses adsorpsi akan tejadi kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu
fluida oleh adsorben dalam jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat
diketahui dengan mengukur perubahan konsentrasi zat yang teradsorpsi tersebut, dan
menganalisis nilai k (berupa slope/kemiringan) serta memplot pada grafik. Kinetika
adsorpsi dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat didefinisikan
sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu (Utomo, Aji Priyo, 2014).
Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya:
a. Macam adsorben
b. Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)
e. Temperatur
-
13
2.3 Elektrolisis
Elektrolisis berasal dari kata elektro (listrik) dan lisis (penguraian), yang berarti
terjadinya penguraian zat/senyawa atau reaksi kimia (dalam hal ini adalah reaksi reduksi
dan oksidasi atau redoks) oleh arus listrik (Laird, B. Brian, 2009). Proses penggunaan
arus listrik untuk menghasilkan reaksi kimia disebut sel elektrolisis. Arus listrik yang
digunakan adalah arus searah (DC). Larutan atau yang ingin dielektrolisis, ditempatkan
dalam suatu wadah, selanjutnya elektroda dicelupkan ke dalam larutan elektrolit yang
ingin dielektrolisis. Elektroda berfungsi sebagai tempat berlangsungnya reaksi redoks,
dimana reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi oksidasi berlangsung
pada anoda. Proses elektrolisis dapat ditunjukkan pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Sel elektrolisis. (Yudiandika, Putu, 2010)
Reaksi reduksi terjadi apabila suatu zat memiliki potensial standar reduksi
( ) yang besar sedangkan reaksi oksidasi terjadi apabila zat mempunyai kemampuan oksidasi besar. Reaksi reduksi dan oksidasi pada sel elektrolisis berlangsung pada anoda
sebagai elektroda positif dan katoda sebagai elektroda negatif. Pada sel elektrolisis
tersebut anoda dihubungkan dengan kutub positif sumber listrik dan katoda
dihubungkan dengan kutub negatif. Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan menarik
kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan logam. Sebaliknya, anoda
bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan teroksidasi menjadi gas.
Maka dari itu di anoda akan terjadi reaksi oksidasi dan di katoda akan terjadi
reaksi reduksi. Sehingga tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan endapan logam
di katoda dan gas di anoda.
-
14
Reaksi oksidasi adalah reaksi dimana suatu senyawa kimia melepaskan atau
kehilangan elektron selama perubahan dari reaktan menjadi produk. Atau juga
dapat didefinisikan sebagai suatu reaksi dimana suatu senyawa kimia mengikat oksigen
atau kehilangan hidrogen selama perubahan dari reaktan menjadi produk. Sedangkan
reaksi reduksi adalah reaksi dimana suatu senyawa menerima elektron atau
melepaskan oksigen, atau memperoleh hidrogen selama perubahan dari reaktan
menjadi produk. Kedua reaksi tersebut adalah merupakan pasangan, sebab elektron
yang dilepaskan pada reaksi oksidasi sama dengan elektron yang diterima pada reaksi
reduksi. Masing-masing reaksi (reduksi dan oksidasi) disebut setengah reaksi sebab
diperlukan dua setengah reaksi untuk membentuk suatu reaksi redoks (Laird, B. Brian,
2009). Elektroda yang digunakan dalam proses elektolisis dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu: elektroda inert, seperti karbon grafit (C), Platina (Pt), dan emas (Au)
dan elektroda aktif, seperti seng (Zn), tembaga (Cu), dan perak (Ag). Elektrolitnya
dapat berupa larutan asam, basa, atau garam, dan dapat pula leburan garam halida atau
leburan oksida.
2.4 Potensial Standar Reduksi (Setengah Sel)
Potensial sel merupakan perbedaan antara dua potensial elektroda (katoda dan
anoda) dimana masing-masing elektroda dipilih sesuai dengan nilai reduksi yang akan
terjadi. Beda potensial yang terjadi diantara elektroda disebut dengan potensial standar
reduksi yang dinotasikan dengan . Potensial sel ( ) merupakan selisih potensial standar reduksi dari reaksi katoda ( ) dengan potensial standar reduksi pada reaksi anoda ( ), seperti diungkapkan dalam persamaan berikut :
= (2.3) Untuk seluruh reaksi spontan dalam keadaan standar nilai > 0. Seperti terlihat pada Gambar 2.10 berikut:
-
15
Gambar 2.10 Potensial sel standar pada sel volta. (Brown, Theodore L, et all, 2009)
Persamaan 2.3 mengindikasikan bahwa potensial sel standar merupakan selisih antara
potensial standar reduksi pada katoda dan potensial standar reduksi anoda. Untuk
masing-masing setengah sel pada sel volta, potensial standar reduksi dapat membantu
terjadinya proses reduksi. yang lebih positif mampu memberikan lebih banyak gaya untuk mereduksi dalam keadaan standar. Potensial reduksi untuk unsur Cr dan Pb
dengan perubahan jumlah ion yang berbeda-beda seperti terlihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Tabel potensial standar reduksi (Brown, Thcodorc L, et all, 2009)
No Half-Reaction E#(V) 1 PbO*(S) + HSO(aq) + 3H2(aq) + 2e PbSO(s) + 2H*O(l) +1,685 2 282(9:) + 2; 8*(*2(9:) + 2; =>(?) -0,126 4 PbSO(S) + H2(aq) + 2; =>(?) +HSO(aq) -0,356 5 @A2(9:) + ; @A*2(9:) -0,41 6 @A2(9:) + 3; @A(?) -0,74 7 2H*O(l) + 2e H*(g) + 2OH(aq) -0,83
Karena setiap sel volta melibatkan dua setengah sel, maka tidaklah mungkin
menghitung potensial standar reduksi setengah sel secara langsung. Apabila
menentukan potensial standar reduksi dengan acuan setengah reaksi tertentu pun kita
-
16
dapat menentukan pula potensial standar reduksi setengah reaksi lainnya yang
berhubungan dengan acuan. Acuan setengah rekasi tersebut adalah reduksi 82(9:) menjadi 8*(
-
17
Gambar 2.11 Ikatan ion NaCl.
Ikatan kovalen terbentuk oleh penggunaan bersama sepasang elektron antara dua
atom. Banyaknya ikatan kovalen yang dibentuk oleh sebuah atom tergantung pada
banyaknya elektron tambahan yang diperlukan agar atom itu mencapai suatu
konfigurasi gas mulia. Atom karbon yang netral mempunyai empat elektron di kulit
terluarnya. Karbon memerlukan empat elektron untuk digunakan bersama agar dicapai
konfigurasi elektron dari neon, oleh karena itu karbon membentuk empat ikatan kovalen
(tetravalen) seperti terlihat Gambar 2.12.
Gambar 2.12 Ikatan kovalen CH.
Karbon memiliki nilai keelektronegatipan menengah antara keelektronegatifan
yang sangat tinggi dan yang sangat rendah, maka karbon hampir tidak membentuk
ikatan ion dengan unsur lain. Sebaliknya, karbon membentuk ikatan kovalen dengan
atom karbon lain dan dengan atom dari unsur lain (Fessenden Ralp J. dan Fessenden
Joan S, 1986).
Konfigurasi elektron pada keadaan dasar untuk C netral yang disimbolkan C I
adalah 1?*2?*2H* P . Bila atom C tersebut mendapatkan tambahan energi dari luar,
Satu elektron dipindahkan dari Na ke Cl
Sekarang tiap atom mempunyai oktet lengkap dalam kulit terluarnya.
Membentuk 4 ikatan kovalen
Membentuk 1 ikatan kovalen
-
18
maka elektron-elektron pada level energi 21648,02 cm akan pindah ke level energi yang lebih tinggi yaitu 61981,82 cm. Keadaan seperti ini disebut atom dalam tereksitasi. Elektron-elektron yang pindah ini hanya beberapa saat saja (nano second)
kemudian kembali lagi ke keadaan semula sambil memancarkan emisi atau foton
dengan panjang gelombang 2478,561 atau 247,8561 nm (NIST, 2005). Panjang gelombang tersebut diperoleh berdasarkan perumusan dari :
* N(2.5)
Dengan: E1 = Energi level awal (cm-1)
E2 = Energi level akhir (cm-1)
c = Kecepatan cahaya (2,998 x 108 m/s)
h = Konstanta Planck (6,626 x 10-34 J.s)
= Panjang gelombang (nm)
Karbon memiliki beberapa jenis alotrop, yang paling terkenal adalah grafit, intan, dan
karbon amorf. Sifat-sifat fisika karbon bervariasi bergantung pada jenis alotropnya yang
akan diuraikan dalam subbab berikut.
2.5.1 Karbon grafit
Grafit memiliki sifat lunak, tidak larut dalam air dan pelarut organik, memiliki
massa jenis yang lebih kecil dari intan karena pada strukturnya terdapat ruang-ruang
kosong antar lipatannya. Grafit merupakan alotrop karbon yang dapat menghantar arus
listrik dan panas dengan baik, karena sifat ini grafit digunakan sebagai anoda pada
baterai dan sebagai elektroda pada elektrolisis.
Sifat daya hantar listrik yang dimiliki oleh grafit dipengaruhi oleh elektron-
elektron yang tidak digunakan untuk membentuk ikatan kovalen. Dalam struktur grafit
setiap atom karbon membentuk ikatan kovalen dengan tiga atom karbon lainnya
membentuk susunan heksagonal dengan struktur berlapis. Atom karbon memiliki 4
elektron valensi maka pada setiap atom karbon masih terdapat satu elektron yang belum
berikatan. Elektron-elektron ini tersebar secara merata pada setiap atom karbon karena
terjadi tumpang tindih orbital. Oleh sebab itu ketika diberi beda potensial, elektron-
elektron yang tersebar tersebut sebagian besar akan mengalir menuju anoda, aliran
elektron inilah yang menyebabkan arus listrik dapat mengalir. Sedangkan ketika salah
-
19
satu ujung dipanaskan maka elektron-elektron ini akan segera berpindah menuju bagian
yang memiliki suhu lebih rendah. Akibatnya panas tersebut akan menyebar ke bagian
grafit yang memiliki suhu lebih rendah. Struktur grafit seperti terlihat pada Gambar
2.13.
Gambar 2.13 Struktur grafit. (Schwartz, S.A, 1982)
2.5.2 Karbon intan
Intan dikenal sebagai mineral alam yang paling keras dimana belum ada mineral
lain yang berhasil menggores atau memotong intan, tidak larut dalam air dan pelarut
organik. Intan memiliki ikatan kovalen dengan 4 atom karbon lain dalam bentuk
tetrahendral yang terbentuk pada struktur intan sangat kuat bahkan lebih kuat dari ikatan
ionik. Berupa isolator namun dapat menyerap panas dengan sangat baik. Daya hantar
listrik intan berkaitan dengan elektron yang digunakan untuk membentuk ikatan,
dimana pada intan elektron-elektron berikatan sangat kuat sehingga tidak ada elektron
yang bebas bergerak ketika diberi beda potensial. Struktur intan ditampilkan pada
Gambar 2.14.
Gambar 2.14 Struktur intan. (Schwartz, S.A, 1982)
2.5.3 Karbon amorf
Seperti namanya karbon amorf merupakan alotrop berwujud non-kristal dan
ditemukan dalam bentuk bubuk serta menjadi komponen utama dari arang dan jelaga.
-
20
Struktur molekul karbon amorf ditemukan kristal kecil yang mirip dengan grafit dan
berlian. Oleh karena itu, karbon amorf sering dianggap sebagai bentuk varian dari grafit.
Karbon amorf dapat disintesis. Struktur karbon amorf ditampilkan pada Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Struktur karbon amorf. (Schwartz, S.A, 1982)
Semua alotrop karbon berbentuk padat dalam keadaan normal, tetapi grafit
merupakan alotrop yang paling stabil secara termodinamik di antara alotrop-alotrop
lainnya. Alotrop karbon sangat stabil dan memerlukan suhu yang sangat tinggi untuk
bereaksi, bahkan dengan oksigen. Keadaan oksidasi karbon yang paling umum
ditemukan adalah +4, dimana +2 dijumpai pada karbon monoksida dan senyawa
kompleks logam transisi lainnya. Sumber karbon anorganik terbesar terdapat pada batu
kapur, dolomit, dan karbon dioksida, sedangkan sumber organik terdapat pada batu
bara, tanah gambut, minyak bumi, dan klatrat metana. Karbon dapat membentuk lebih
banyak senyawa daripada unsur-unsur lainnya, hampir 10 juta senyawa organik murni
yang telah dideskripsikan sampai sekarang.
Karbon adalah unsur paling berlimpah ke-15 di kerak Bumi dan ke-4 di alam
semesta.Terdapat tiga macam isotop karbon yang ditemukan secara alami, yaitu @* dan @ yang stabil, dan @ yang bersifat radioaktifitas dengan waktu paruh peluruhannya
sekitar 5730 tahun. Karbon terdapat pada semua jenis makhluk hidup, dan pada
manusia, karbon merupakan unsur paling berlimpah kedua (sekitar 18,5%) setelah
oksigen. Keberlimpahan karbon ini, bersamaan dengan keanekaragaman senyawa
organik dan kemampuannya membentuk polimer membuat karbon sebagai unsur dasar
kimiawi kehidupan. Unsur ini adalah unsur yang paling stabil di antara unsur-unsur
yang lain, sehingga dijadikan patokan dalam mengukur satuan massa atom.
-
21
2.6 Reaksi Elektrolisis Larutan
2.6.1 Elektrolisis larutan Cr
Pada elektrolisis larutan Cr terjadi reaksi redoks:
QRST9 (@) SV?WT9?W: 68*Z() 3Z*([) + 128(\)2 + 12; ]9FST9 (@) A;T^V?W: 4@A(\)2 + 12; 4@A()
Dalam hal ini yang dioksidasi di anoda adalah 68*Z() 3Z*([) + 1282(\) +12;, sedangkan di katoda terjadi reduksi ion Cr3+ dari larutan yang bergerak menuju katoda sambil menerima tiga elektron, dan mengendap menjadi atom Cr di
permukaan/melapisi katoda. Dalam hal ini ion Cr3+ mengendap dan 4 ion H+ masuk ke
dalam larutan, sehingga tetap terjaga muatan dalam larutan. Proses ini berlangsung
terus menerus, yang dapat diamati berupa terjadinya gelembung gas dan perubahan
warna larutan.
2.6.2 Elektrolisis larutan Pb
Pada elektrolisis larutan Pb terjadi reaksi redoks:
QRST9 (@) SV?WT9?W: 8*Z() 12Z*([) + 28(\)
2 + 2;
]9FST9 (@) A;T^V?W: =>(\)*2 + 2; =>() Reaksi oksidasi terjadi pada elektron karbon (C), dimana hal ini yang dioksidasi di
anoda adalah 8*Z *Z* + 282 + 2;, sedangkan di katoda terjadi reduksi ion Pb*2
dari larutan yang bergerak menuju katoda sambil menerima dua elektron, dan
mengendap menjadi atom Pb di permukaan/melapisi katoda. Kemudian ion
Pb*2mengendap dan 2 ion H+ masuk ke dalam larutan, sehingga muatan tetap terjaga dalam larutan. Proses ini berlangsung terus menerus, yang dapat diamati berupa
terjadinya gelembung gas dan perubahan warna larutan.
2.7 Karakteristik Unsur
2.7.1 Karakteristik unsur chromium (Cr)
Crhomium atau khrom merupakan unsur kimia dengan lambang Cr. Logam
transisi ini termasuk ke dalam golongan VI B dimana khrom mempunyai nomor atom
(Z) 24 dengan massa atom (A) 51,9961. Logam ini merupakan baja mengkilat berwarna
kelabu. Logam ini keras dan bersifat cenderung anti korosi. Khrom banyak digunakan
sebagai katalis dengan menambahkan logam ini ke batu agar menghasilkan batu
-
22
berwarna hijau. Khrom penting sebagai zat warna dan sebagai zat pengantar oksidasi.
Apabila dilarutkan, logam jenis ini bersifat reaktif dengan kulit sehingga apabila kulit
manusia berinteraksi dengan larutan Cr, dapat menimbulkan iritasi. Sehingga, ketika
kulit manusia terkena larutan Cr, sebaiknya langsung dibilas dengan menggunakan
akuades atau air mineral agar iritasi tidak terlalu parah.
Konfigurasi elektron pada keadaan dasar untuk Cr netral yang disimbolkan Cr I
adalah 1?*2?*2H`3?*3H`3Ta4? 7S3, dengan panjang gelombang 4274,806 atau 427,4806 nm (NIST, 2005). Uraian mengenai unsur Cr ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Karakteristik unsur Cr. http://chemistry.about.com/od/elementfacts/a/ chromium.htm. [Diakses pada tanggal 8 mei 2015]
Klasifikasi uraian Chromium (Cr)
Klasifikasi unsur Logam transisi
Nomor atom 24
Massa atom 51,996
Kerapatan 7,18 g/cc
Titik lebur 2130 K
Titik didih 2945 K
Penampilan Sangat keras, kristal, logam keabu-abuan
Jari-jari atom 130 pm
Volume atom 7,23 NN Sb Jari-jari kovalen 118 pm
Jari-jari ion @A(Cd) : 52 ; @A(ddd) : 63 Panas spesifik 0,488 J/g mol @20oC
Panas fusi 21 Ve Sb Panas penguapan 342 Ve Sb Temperatur Debye 460 K
Energi ionisasi pertama 652,4 Ve Sb Struktur kisi Body Centred Cubic
Konstanta kisi 2,88
-
23
2.7.2 Karakteristik unsur timbal /plumbum (Pb)
Timbal atau plumbum merupakan unsur kimia dengan lambang Pb. Logam ini
termasuk ke dalam kelompok logam golongan IVA. Pb mempunyai nomor atom (Z) 82
dengan massa atom (A) 207,2. Timbal memiliki bentuk menyerupai kristal kubik, yang
banyak ditemui dengan warna putih kebiruan. Timbal juga merupakan logam lunak,
tetapi unsur timbal ini beracun dan salah satu efek dari racun tersebut dapat menurunkan
daya ingat otak. Timbal dapat berada di perairan secara alamiah dan sebagai dampak
dari aktivitas manusia. Timbal dapat masuk ke perairan melalui pengkristalan di udara
dengan bantuan air hujan. Aktivitas manusia yang menyebabkan pencemaran timbal
diantaranya air limbah industri, penambangan bijih timah hitam, dan lain-lain.
Konfigurasi elektron pada keadaan dasar untuk atom Pb I adalah
1?*2?*2H`3?*3H`4?*3T4H`5?*4T5H`6?*4f5T6H*1/2. Dengan panjang gelombang 4057,81 atau 405,781 nm (NIST, 2005). Uraian mengenai unsur timbal seperti ditunjukan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Karakteristik unsur Pb. http://chemistry.about.com/od/elementfacts/a/ lead.htm. [Diakses pada tanggal 8 mei 2015]
Klasifikasi uraian Lead/Plumbum (Pb)
Klasifikasi unsur Logam transisi
Nomor atom 82
Massa atom 207,2
Kerapatan 11,35 g/cc
Titik lebur 600,65 K
Titik didih 2013 K
Penampilan Lunak, mudah dibentuk, logam putih kebiruan
Volume atom 18,3 cc/mol
Jari-jari atom 175 pm
Jari-jari kovalen 147 pm
Jari-jari ion =>(dC) : 84 ; Pb(dd) : 120 Panas spesifik 0,159 J/g mol @20oC
Panas fusi 4,77 kJ/mol
Panas penguapan 177,8 kJ/mol
Energi ionisasi pertama 715,2 kJ/mol
-
24
Temperatur Debye 88 K
Struktur kisi Face-Centred Cubic
Konstanta kisi 4,950