las asetylen

44
Welding Techniques Community Kamis, 07 Januari 2010 History Of Welding Las Gas Asetilen A. Peralatan Untuk dapat mengelas atau memotong ataupun fungsi lainya dari proses las gas maka diperlukan peralatan yang dapat menunjang fungsi-fungsi itu. Secara umum, peralatan yang digunakan dalam gas iniadalah : 1. Tabung gas Oksigen dan tabung gas bahan bakar, 2. Katup silinder/tabung, 3. Regulator, 4. Selang gas, 5. Torch, 6. Peralatan pengaman 1. Tabung Gas Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium. Tabung gas tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar. Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang ditampung. Untuk membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode warna yang ada pada tabung itu. 2. Katup Tabung Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen, katup biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan untuk

Transcript of las asetylen

Page 1: las asetylen

Welding Techniques CommunityKamis, 07 Januari 2010

History Of Welding

Las Gas AsetilenA. Peralatan

Untuk dapat mengelas atau memotong ataupun fungsi lainya dari proses las gas maka diperlukan

peralatan yang dapat menunjang fungsi-fungsi itu. Secara umum, peralatan yang digunakan dalam gas

iniadalah :

1. Tabung gas Oksigen dan tabung gas bahan bakar,

2. Katup silinder/tabung,

3. Regulator,

4. Selang gas,

5. Torch,

6. Peralatan pengaman

1. Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi bertekanan. Umumnya tabung

gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan

Alumunium. Tabung gas tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar. Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang

ditampung.

Untuk membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau gas lainya dapat

dilihat dari kode warna yang ada pada tabung itu.

2. Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Katup ini ditempatkan tepat

dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen, katup biasanya dibuat dari material Kuningan,

sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari material Baja.

3. Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada katub tabung dengan tujuan

untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga mencapai tekana kerja torch. Regulator ini juga

Page 2: las asetylen

berperan untuk mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan.

Bahkan jika tekanan dalam tabung menurun, tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh regulator.

Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup pengaturan tekan kerja, katup

pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas

menuju selang.

4. Selang Gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan selang gas. Untuk memenuhi

persyaratan keamanan, selang harus mampu menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam

pemakaiannya, selang dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan kode warna pada selang.

Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis

gas yang mengalir dalam selang.

Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch, tercampur didalamnya dan akhirnya

pada ujuang nosel terbentuk nyala api. Dari keterangan diatas, toch memiliki dua fungsi yaitu :

a. Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar.

b. Sebagai pembentuk nyala api diujung nosel.

Torch dapat dapat dibagi menjadi beberapa jenis menurut klasifikasi berikut ini :

1. Menurut cara/jalannya gas masuk keruang pencampur.

Dibedakan atas :

Injector torch (tekanan rendah)

Pada torch jenis ini, tekanan gas bahan bakar selalu dibuat lebih rendah dari tekanan gas oksigen.

Equal pressure torch (torch bertekanan sama)

Pada torch ini, tekanan gas oksigen dan tekanan gas bahan bakar pada sisi saluran masuk sama

besar.proses pencampuran kedua gas dalam ruang pencampur berlangsung dalam tekanan yang sama.

2. Menurut ukuran dan berat. Dibedakan atas :

- Toch normal

- Torch ringan/kecil

3. Menurut jumlah saluran nyala api. Dibedakan atas :

- Torch nyala api tunggal

- Torch nyala api jamak

4. Menurut gas yang digunakan. Dibedakan atas :

- Torch untuk gas asetilen

- Torch untuk gas hydrogen, dan lain-lain.

5. Menurut aplikasi. Dibedakan atas :

Page 3: las asetylen

- Torch manual

- Torch otomatik/semi otomatik

Las gas, yang dilapangan lebih dikenal dengan istilah las karbit, sebenarnya adalah pengelasan yang

dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas.

Dalam proses las gas ini,

gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel

gas). Gas bahan bakar yang paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas

Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas ini memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan

temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun

Oksigen.

Dari table(klik disini untuk melihat tabel) gas-gas lain yang juga berperan adalah gas propane (LPG),

methane dan hydrogen. Karena temperature nyala api yang dihasilkan lebih rendah dari gas asitilen maka

ketiga jenis gas ini jarang dipakai sebagai gas pencampur.

Seperti disebutkan, gas Asetilen merupakan jenis gas yang paling banyak digunakan sebagi bahan

pencampuran dengan gas Oksigen. Jika gas Asetilen digunakan sebagi gas pencampur maka seringkali

proses pengelasan disebut dengan las karbit. Gas Asetilen ini sebenarnya dihasilkan dari reaksi batu

Kalsium KARBIDA (orang-orang menyebut karbit) dengan air. Jadi jika Kalsium Karbida ini disiram

atau dicelupkan ke dalam air maka akan terbentuk gas Asetilen. Jadi penyebutan nama las karbit hanya

untuk mencirikan bahwa gas yang digunakan salah satunya adalah gas Asetilen.

Selain dikenal dengan nama las karbit, kadang-kadang masyarakat umum menyebut kan juga dengan

nama lain yaitu las MDQ. Penyebutan nama MDQ ini sesungguhnya mengacu pada satu merk batu karbit.

Jadi nama las karbit atau las asetilen atau las MDQ sebenarnya adalah satu nama proses las yan sama.

Untuk dapat melakukan pengelasan dengan cara las gas, diperlukan peralatan seperti tabung gas Oksigen

dan tabung gas Asetilen, katup tabung, regulator (pengatur tekanan gas), selang gas dan torch (brander).

Kedua gas Oksigen dan Asetilen keluar dari masing-masing tabung dengan tekanan tertentu, mengalir

menuju torch melalui regulator dan selang gas. Setelah sampai di torch kedua gas tercampur dan akhirnya

keluar dari ujung nosel torch. Dengan bantuan pematik api, campuran gas yang keluar dari ujung nosel

membentuk nyala api denagn intensitas tertentu

Peralatan dalam Proses Las Gas klik disini untuk melihat

Proses las gas (pada tutorial ini akan sering disebutkan las gas untuk mencirikan bahwa las yang

dimaksud adalah las yang melibatkan campuran gas Oksigen dan gas bahan bakar) umumnya dipakai

Page 4: las asetylen

secara manual yaitu dikerjakan oleh tangan juru las. Pengaturan panas dan pemberian kawat las dilakukan

oleh kombinasi kedua tangan juru las. Oleh karena itu, kualitas sambungan nantinya akan dipengaruhi

oleh ketrampilan dan keahlian si juru las.

Sebenarnya sudah ada pengembangan dari proses las gas ini menjadi semi-otomatis atau “dimensikan”.

Tentu saja hal itu dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mendapatkan kualitas sambungan yang lebih

baik. Dengan system yang sudah otomatis maka pengaturan panas dan pemberian kawat las akan lebih

baik lagi. Kebanyakan otomatis system diterapkan apada operasi-operai pemotongan pelat logam dimana

pada sistem itu kecepatan pemotongan dapat diatur.

Proses las gas dapat dilaksanakan dengan pemberian kawat las (atau istilah logam pengisi) atau tidak

sama sekali. Satu syarat dimana diperlukan logam pengisi atau tidak adalah dilihat dari ketebalan pelat

yang akan di las. Jika pelat itu tipis maka untuk menyambungnya dapat dilakukan tanpa memberikan

logam pengisi, sedangkan untuk pelat-pelat tebal diperlukan logam pengisi untuk menjamin sambungan

yang optimal. Jika pada pelat tipis dipaksakan harus diberi logam pengisi maka hal itu mungkin saja

dilakukan. Akan tetapi pada daerah sambungan akan nampak tonjolan logam las yang terlihat kurang

baik.

SEJARAH PENGELASAN

Kira-kira 5000 th yang lalu, orang sudah dapat melakukan penyambungan logam dengan cara memanasi

dua buah logam tersebut sampai suhu kritis kemudian keduanya ditumpangkan dan setelah itu dipalu

yang akhirnya membentuk ikatan yang kuat. Api pemanasnya diperoleh dari pembakaran kayu atau arang

kayu. Dapat dibayangkan, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang dapat

memasakan logam sampai suhu kritis...tentu cara semacam ini tidaklah efektif untuk digunakan dalam

pengerjaan pengelasan yang sangat banyak dan berfariasi. Tahun 1892 gas asetilen ditemukan oleh

Thomas Leopard Wetson. Campuran gas asetilen dan oksigen dengan perbandingan dan tekanan tertentu

bila dibakar akan menghasilkan suhu yang cukup tinggiyang dapat mencairkan logam. Gas oksigen ini

dapat diproduksi dengan cara mencairkan udara sehingga oksigen murninya dapat diambil. Cara ini dapat

dilakukan oleh Brins bersaudara yaitu orang Perancis pada tahun 1886. Sebagai alat pembakar gas

asetilen dan oksigen yang dinamakan brander, ditemukan oleh Fouche dan Picord. Alat ini mulai

digunakan pada tahun 1901.

Setelah energi listrik ditemukan maka perkembangan proses pengelasan berjalan dengan pesat. Pada

tahun 1885 alat-alat las busur listrik ditemukan oleh Bernardes. Tahun 1886 Thomas menemukan sistem

las dengan tahanan listrik. Kemudian pada tahun 1926 las hidrogen ditemukan oleh Lungumir dan las

busur listrik dengan pelindung gas mulia ditemukan oleh Hobart dan Dener. Tahun 1936 Wasserman

manamukan cara-cara prmbrasingan yang mempunyai kekuatan tinggi.

Page 5: las asetylen

PENGERTIAN MENGELAS, MEMBRASING DAN MENYOLDER

Mengelas

adalah suatu cara kerja menyambung dua bagian logam atau lebih dengan jalan memanaskan bagian

logam yang akan disambung beserta bahan tambahnya (bila menggunakan) sampai cair kemudian

keduanya dipadukan sehingga dapat bercampur satu dengan yang lain, dan setelah dingin sambungan kuat

menyatu.

Las juga didefinisikan sebagai cara/proses penyambungan dua buah logam atau lebih dengan memberikan

pemanasan yang tinggi, sehingga mencapai titik cair logam tersebut dengan atau tanpa logam pengisi.

Pengelasan dapat diartikan juga suatu proses penyambungan logam di mana logam menjadi satu akibat

panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang

ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Menurut DIN (Deuche Industrie Normen) las adalah

ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau

cair.

Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa

batang logam dengan menggunakan energi panas.

2. Membrasing

Membrasing termasuk cara menyambung logam, hanya kalau di sini benda kerja yang akan disambung

dipanaskan sampai di atas 475 derajat celcius di bawah titik cairnya. Bahan tambahnya yang digunakan

biasanya dari logam non ferro, misalnya kuningan atau perak. Agar hasil pembrasingan baik, maka perlu

menggunakan flux.

3. Menyolder

Adalah suatu cara menyambung dengan menggunakan logam pengisi. Biasanya logam pengisi

mempunyai titik cair yang lebih rendah dari logam yang akan disolder. Untuk mencairkan logam pengisi

tidak digunakan api langsung ke benda yang akan disambung, melainkan menggunakan solder yang

dipanasi terlebih dahulu. Panas yang diperlukan kira-kira di bawah 450 derajat celcius. Logam pengisi

yang digunakan adalah dari bahan paduan timbal.

Las gas, yang dilapangan lebih dikenal dengan istilah las karbit, sebenarnya adalah pengelasan yang

dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas.

Dalam proses las gas ini,

gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel

gas). Gas bahan bakar yang paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas

Page 6: las asetylen

Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas ini memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan

temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun

Oksigen.

Dari table(klik disini untuk melihat tabel) gas-gas lain yang juga berperan adalah gas propane (LPG),

methane dan hydrogen. Karena temperature nyala api yang dihasilkan lebih rendah dari gas asitilen maka

ketiga jenis gas ini jarang dipakai sebagai gas pencampur.

Seperti disebutkan, gas Asetilen merupakan jenis gas yang paling banyak digunakan sebagi bahan

pencampuran dengan gas Oksigen. Jika gas Asetilen digunakan sebagi gas pencampur maka seringkali

proses pengelasan disebut dengan las karbit. Gas Asetilen ini sebenarnya dihasilkan dari reaksi batu

Kalsium KARBIDA (orang-orang menyebut karbit) dengan air. Jadi jika Kalsium Karbida ini disiram

atau dicelupkan ke dalam air maka akan terbentuk gas Asetilen. Jadi penyebutan nama las karbit hanya

untuk mencirikan bahwa gas yang digunakan salah satunya adalah gas Asetilen.

Selain dikenal dengan nama las karbit, kadang-kadang masyarakat umum menyebut kan juga dengan

nama lain yaitu las MDQ. Penyebutan nama MDQ ini sesungguhnya mengacu pada satu merk batu karbit.

Jadi nama las karbit atau las asetilen atau las MDQ sebenarnya adalah satu nama proses las yan sama.

Untuk dapat melakukan pengelasan dengan cara las gas, diperlukan peralatan seperti tabung gas Oksigen

dan tabung gas Asetilen, katup tabung, regulator (pengatur tekanan gas), selang gas dan torch (brander).

Kedua gas Oksigen dan Asetilen keluar dari masing-masing tabung dengan tekanan tertentu, mengalir

menuju torch melalui regulator dan selang gas. Setelah sampai di torch kedua gas tercampur dan akhirnya

keluar dari ujung nosel torch. Dengan bantuan pematik api, campuran gas yang keluar dari ujung nosel

membentuk nyala api denagn intensitas tertentu

Peralatan dalam Proses Las Gas klik disini untuk melihat

Proses las gas (pada tutorial ini akan sering disebutkan las gas untuk mencirikan bahwa las yang

dimaksud adalah las yang melibatkan campuran gas Oksigen dan gas bahan bakar) umumnya dipakai

secara manual yaitu dikerjakan oleh tangan juru las. Pengaturan panas dan pemberian kawat las dilakukan

oleh kombinasi kedua tangan juru las. Oleh karena itu, kualitas sambungan nantinya akan dipengaruhi

oleh ketrampilan dan keahlian si juru las.

Sebenarnya sudah ada pengembangan dari proses las gas ini menjadi semi-otomatis atau “dimensikan”.

Tentu saja hal itu dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mendapatkan kualitas sambungan yang lebih

baik. Dengan system yang sudah otomatis maka pengaturan panas dan pemberian kawat las akan lebih

baik lagi. Kebanyakan otomatis system diterapkan apada operasi-operai pemotongan pelat logam dimana

pada sistem itu kecepatan pemotongan dapat diatur.

Proses las gas dapat dilaksanakan dengan pemberian kawat las (atau istilah logam pengisi) atau tidak

sama sekali. Satu syarat dimana diperlukan logam pengisi atau tidak adalah dilihat dari ketebalan pelat

yang akan di las. Jika pelat itu tipis maka untuk menyambungnya dapat dilakukan tanpa memberikan

Page 7: las asetylen

logam pengisi, sedangkan untuk pelat-pelat tebal diperlukan logam pengisi untuk menjamin sambungan

yang optimal. Jika pada pelat tipis dipaksakan harus diberi logam pengisi maka hal itu mungkin saja

dilakukan. Akan tetapi pada daerah sambungan akan nampak tonjolan logam las yang terlihat kurang

baik.

Las Asetilen

Prinsip dasar las oksi-asetilen adalah ketika gas asetilen dibakar dalam proporsi yang sesuai dengan

oksigen akan timbul nyala api yang cukup panas untuk melumerkan logam, proporsi campurannya adalah

1 bagian asetilen dan 2,5 bagian oksigen.

Berikut adalah peralatan yang digunakan:

Silinder oksigen, biasanya berwarna hijau atau biru terbuat dari satu plat kualitas tinggi yang kuat dan

ulet, mampu menampung 224 feet kubik tekanan 2.200 psi dalam suhu 700 F.

Tutup penahan katup untuk melindungi dari kerusakan saat silinder dipindahkan atau kejadian diluar

kendali.

Katup silinder oksigen terletak diujung atas silinder berguna untuk membuka atau menutup keluarnya

oksigen sesuai keperluan, dalam katup ini terdapat lubang pengaman dimana jika temperatur naik maka

tekanan akan naik,tekanan akan dikurangi lewat pengaman ini

Silinder asetilen, tekanan dalam tabung ini tidak setinggi tabung oksigen, asetilen terbuat dari campuran

air dan kalsium karbida, mampu bakarnya sangat tinggi jika dicampur dengan oksigen menimbulkan

panas sekitar 58000 - 63000 F.

Katup silinder asetilen terletak diujung atas berguna membuka atau menutup keluarnya asetilen juga

terdapat pengaman yang akan mencegah terjadinya ledakan karena tekanan panas dari dalam silinder.

Regulator oksigen, dimana tabung oksigen penuh tekanannya adalah 2200 psi, untuk mengelas tidak

memungkinkan dengan tekanan sebesar itu maka perlu regulator. Regulator dibuat 2 buah, satu melihat

tekanan silinder satu lagi tekanan yang digunakan pada brander/torch. Regulator oksigen mampu

menahan tekanan sebesar 3000 psi.

Regulator asetelen, sama seperti regulator oksigen tetapi ada 2 perbedaan yaitu: regulator ini

menggunakan jenis ulir kiri dan ini penting diperhatikan untuk menghindari kerusakan, kemudian

kemampuan regulator ini lebih kecil dari regulator oksigen yaitu dibuat sampai 500 psi, tekanan kerja

dibuat maksimum 15 psi.

Torch yaitu tempat bercampurnya oksigen dan asetilen dalam proporsi yang sesuai untuk pengelasan. Ada

dua katup untuk mengatur pencampuran gas. Ada dua jenis ulir yaitu ulir kiri untuk asetilen dan kanan

untuk oksigen

Weld tip, beda ukuran tips disesuaikan dengan torch, terdapat pencampur dan lubang untuk memberikan

ukuran nyala api yang berbeda-beda.

Hoses / selang, dibuat spesial mampu manahan tekanan tinggi, dibuat dalam ukuran 3/16”, ¼”,3/8” and

Page 8: las asetylen

½”. Selang oksigen berwarna hijau/biru dan memiliki ulir kanan sedangkan selang asetelin berwarna

merah dengan ulir kiri.

Perhatian :

Oksigen tidak terbakar tetapi membantu pembakaran lebih kuat.

Oksigen tidak berwarna dan berbau bila bercampur dengan oli atau gemuk menjadi sumber ledakan.

Tabung oksigen menahan tekanan tinggi, perlu penanganan ekstra hati-hati.

Asetilen memiliki bau tajam menyengat dan mudah terbakar.

Asetilen sangat tidak stabil pada tekanan diatas 15 psi.

Katup oksigen dibuat raangkap guna membuka dan menutup secara penuh.

Katup asetilen jangan dibuka lebih dari 1,5 putaran

Regulator oksigen dibuat untuk tekanan tinggi sedang regulator asetelen untuk tekanan rendah.

Peralatan oksigen diidentifikasi berwarna hijau dan memiliki ulir kanan sedang asetelen berwarna merah

dengan ulir kiri ada tanda potongan kampuh pada baut.

Prosedur pengesetan :

Siapkan tabung oksigen dan asetilen, pasang pada dudukan ikat dan pastikan dalam posisi yang benar.

Buka tutup tabung oksigen, simpan tutup tersebut.

Pasang regulator oksigen, gunakan kunci pas. (tabung oksigen dan regulator menggunakan jenis ulir

kanan, kencangkan baut secukupnya tetapi jangan dipaksa karena bisa merusak ulir)

Buka tutup tabung asetilen, simpan tutup tersebut kemudian pasang regulator ( jenis ulir kiri ).

Pasang selang hijau untuk oksigen dan merah untuk asetilen. (pasang dan kencangkan pengikat tapi

jangan terlalu keras/paksa karena bisa merusak ulir)

Buka katup tabung oksigen pelan-pelan sampai ada sebagian kecil masuk dan memberi tanda pada gauge

kemudian buka sepenuhnya, putar baut pengatur kekanan hingga ada terlihat tekanan kecil yang akan

membersihkan kotoran pada selang. Putar baut pengatur kekiri dan atur tekanan yang digunakan.(buka

pelan-pelan untuk menghindari kerusakan akibat tekanan berlebihan)

Buka katup tabung asetilen pelan-pelan sampai ada sebagian kecil masuk dan memberi tanda pada gauge

kemudian buka 1,5 putaran, putar baut pengatur kekanan hingga ada terlihat tekanan kecil yang akan

membersikan kotoran pada selang. Putar baut pengatur kekiri dan atur tekanan yang digunakan. (asetelen

bahan mudah terbakar pastikan jauh dari api saat membuka jangan membuka lebih dari 1,5 putaran)

Pasang torch diujung kedua selang. ( asetilen menggunakan ulir kiri)

Pastikan torch tertutup, atur tekanan kerja sebesar 10 pound terlihat pada penunjuk oksigen dan asetilen.

Periksa semua sambungan dengan cairan air sabun, bila ada gelembung gas terjadi kebocoran maka

kencangkan.

Perhatian :

Pastikan tabung dalam posisi yang benar dan ikat keduanya.

Pasang regulator

Page 9: las asetylen

Pasang selang

Pasang torch / brander

Atur regulator pada tekanan kerja sebesar 10 psi

Periksa sambungan dengan air sabun

Ulangi prosedur untuk memastikan semua peralatan berfungsi baik.

Dasar Las Gas/ Gas Welding

Las gas, yang dilapangan lebih dikenal dengan istilah las karbit, sebenarnya adalah pengelasan yang

dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas.

Dalam proses las gas ini,

gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel

gas). Gas bahan bakar yang paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas

Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas ini memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan

temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun

Oksigen.

Dari table(klik disini untuk melihat tabel) gas-gas lain yang juga berperan adalah gas propane (LPG),

methane dan hydrogen. Karena temperature nyala api yang dihasilkan lebih rendah dari gas asitilen maka

ketiga jenis gas ini jarang dipakai sebagai gas pencampur.

Seperti disebutkan, gas Asetilen merupakan jenis gas yang paling banyak digunakan sebagi bahan

pencampuran dengan gas Oksigen. Jika gas Asetilen digunakan sebagi gas pencampur maka seringkali

proses pengelasan disebut dengan las karbit. Gas Asetilen ini sebenarnya dihasilkan dari reaksi batu

Kalsium KARBIDA (orang-orang menyebut karbit) dengan air. Jadi jika Kalsium Karbida ini disiram

atau dicelupkan ke dalam air maka akan terbentuk gas Asetilen. Jadi penyebutan nama las karbit hanya

untuk mencirikan bahwa gas yang digunakan salah satunya adalah gas Asetilen.

Selain dikenal dengan nama las karbit, kadang-kadang masyarakat umum menyebut kan juga dengan

nama lain yaitu las MDQ. Penyebutan nama MDQ ini sesungguhnya mengacu pada satu merk batu karbit.

Jadi nama las karbit atau las asetilen atau las MDQ sebenarnya adalah satu nama proses las yan sama.

Untuk dapat melakukan pengelasan dengan cara las gas, diperlukan peralatan seperti tabung gas Oksigen

dan tabung gas Asetilen, katup tabung, regulator (pengatur tekanan gas), selang gas dan torch (brander).

Kedua gas Oksigen dan Asetilen keluar dari masing-masing tabung dengan tekanan tertentu, mengalir

menuju torch melalui regulator dan selang gas. Setelah sampai di torch kedua gas tercampur dan akhirnya

keluar dari ujung nosel torch. Dengan bantuan pematik api, campuran gas yang keluar dari ujung nosel

membentuk nyala api denagn intensitas tertentu

Page 10: las asetylen

Peralatan dalam Proses Las Gas klik disini untuk melihat

Proses las gas (pada tutorial ini akan sering disebutkan las gas untuk mencirikan bahwa las yang

dimaksud adalah las yang melibatkan campuran gas Oksigen dan gas bahan bakar) umumnya dipakai

secara manual yaitu dikerjakan oleh tangan juru las. Pengaturan panas dan pemberian kawat las dilakukan

oleh kombinasi kedua tangan juru las. Oleh karena itu, kualitas sambungan nantinya akan dipengaruhi

oleh ketrampilan dan keahlian si juru las.

Sebenarnya sudah ada pengembangan dari proses las gas ini menjadi semi-otomatis atau “dimensikan”.

Tentu saja hal itu dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mendapatkan kualitas sambungan yang lebih

baik. Dengan system yang sudah otomatis maka pengaturan panas dan pemberian kawat las akan lebih

baik lagi. Kebanyakan otomatis system diterapkan apada operasi-operai pemotongan pelat logam dimana

pada sistem itu kecepatan pemotongan dapat diatur.

Proses las gas dapat dilaksanakan dengan pemberian kawat las (atau istilah logam pengisi) atau tidak

sama sekali. Satu syarat dimana diperlukan logam pengisi atau tidak adalah dilihat dari ketebalan pelat

yang akan di las. Jika pelat itu tipis maka untuk menyambungnya dapat dilakukan tanpa memberikan

logam pengisi, sedangkan untuk pelat-pelat tebal diperlukan logam pengisi untuk menjamin sambungan

yang optimal. Jika pada pelat tipis dipaksakan harus diberi logam pengisi maka hal itu mungkin saja

dilakukan. Akan tetapi pada daerah sambungan akan nampak tonjolan logam las yang terlihat kurang

baik.

Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan

sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam

penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu.

Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan,

rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.

Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi

nlubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah

aus, dan macam –macam reparasi lainnya.

Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi

pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul

memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan kegunaan kontruksi serta

kegunaan disekitarnya.

Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya didalamnya banyak masalah-

Page 11: las asetylen

masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya memerlukan bermacam-macam penngetahuan.

Karena itu didalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta mendampingi praktek, secara lebih

bterperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las,

harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara ini pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang

akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang.

Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan

logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan

lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan

energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang

dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom

molekul dari logam yang disambungkan.klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih

lanjut.

Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan pengerjaan yang amat penting dalam

teknologi produksi dengan bahan baku logam. Dari pertama perkembangannya sangat pesat telah banyak

teknologi baru yang ditemukan. Sehingga boleh dikatakan hamper tidak ada logam yang dapat dipotong

dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini.

Dalam bab ini akan diterangkan beberapa cara penngelasan dan pemotongan yang telah banyak

digunakan sedangkan penerapannya dalam praktek akan diterangkan dalam bab-bab yang lain.

KLASIFIKASI CARA-CARA PENGELASAN DAN PEMOTONGAN

Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam bidang las, ini

disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal tersebut. Secara konvensional cara-cara

pengklasifikasi tersebut vpada waktu ini dapat dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja

dan klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan.

Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan lain-lainnya. Sedangkan

klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik

dan seterusnya.

Bila diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi tersebut diatas dibaur

dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak sekali.

Page 12: las asetylen

Diantara kedua cara klasifikasi tersebut diatas kelihatannya klasifikasi cara kerja lebih banyak digunakan

karena itu pengklasifikasian yang diterangkan dalam bab ini juga berdasarkan cara kerja.

Berdasrkan klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu : pengelasan cair,

pengelasan tekan dan pematrian.

1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber

panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar.

2. pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan

hingga menjadi satu.

3. pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan denngan menggunakan

paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair.

Pemotongan yang dibahas dalam buku ini adalah cara memotong logam yang didasarkan atas mencairkan

logam yang dipotong. Cara yang banyak digunakan dalam pengelasan adalah pemotongan dengan gas

oksigen dan pemotongan dengan busur listrik.

Pengelasan yang paling banyak ndigunakan pada waktu ini adalah pengelasan cair dengan busur gas.

Karena itu kedua cara tersebut yaitu las busur listrik dan las gas akan dibahas secara terpisah. Sedangkan

cara-cara penngelasan yang lain akan dikelompokkan dalam satu pokok bahasan. Pemotongan, karena

merupakan masalah tersendiri maka pembahasannya juga dilakukan secara terpisah.

Dibawah ini klasifikasi dari cara pengelasan :

a) Pengelasan cair

Ø Las gas

Ø Las listrik terak

Ø Las listrik gas

Ø Las listrik termis

Ø Las listrik elektron

Ø Las busur plasma

b) Pengelasan tekan

Ø Las resistensi listrik

Ø Las titik

Page 13: las asetylen

Ø Las penampang

Ø Las busur tekan

Ø Las tekan

Ø Las tumpul tekan

Ø Las tekan gas

Ø Las tempa

Ø Las gesek

Ø Las ledakan

Ø Las induksi

Ø Las ultrasonic

c) Las busur

Ø Elektroda terumpan

d) Las busur gas

Ø Las m16

Ø Las busur CO2

e) Las busur gas dan fluks

Ø Las busur CO2 dengan elektroda berisi fluks

Ø Las busur fluks

ü Las elektroda berisi fluks

ü Las busur fluks

o Las elektroda tertutup

o Las busur dengan elektroda berisi fluks

o Las busur terendam

ü Las busur tanpa pelindung

o Elektroda tanpa terumpan

ü Las TIG atau las wolfram gas

A. LAS BUSUR LISTRIK

Las busur listrik atau pada umumnya disebut las listrik termasuk suatu proses penyambungan logam

dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi surnber panas pada las listrik ditimbulkan

oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan benda kerja.

Page 14: las asetylen

Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran arus listrik las. Elektroda mencair bersama-sama

dengan benda kerja akibat dari busur api arus listriik.

Gerakan busur api diatur sedemikian rupa, sehingga benda kerja dan elektroda yang mencair, setelah

dingin dapat menjadi satu bagian yang sukar dipisahkan.

Jenis sambungan dengan las listrik ini merupakan sambungan tetap.

Penggolongan macam proses las listrik antara lain, ialah :

1. Las listrik dengan Elektroda Karbon, misalnya :

aLas listrik dengan elektroda karbon tunggal

bLas listrik dengan elektroda karbon ganda.

Pad alas listrik dengan elektroda karbon, maka busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda karbon

dan logam atau diantara dua ujung elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang akan

dilas. Sebagai bahan tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau elektroda yang berselaput fliksi.

1. Las Listrik dengan Elektroda Logam, misalnya :

a. Las listrik dengan elektroda berselaput,

b. Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas),

c. Las listrik submerged.

Las listrik dengan elektroda berselaput

Las listrik ini menggunakan elektroda berelaput sebagai bahan tambahan.

Busur listrik yang terjadi di antara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan

sebagaian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang

melindungi ujung elekroda kawah las, busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda

yang membeku akan memutupi permukaan las yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh

luar.

Perbedaan suhu busur listrik tergantung pada tempat titik pengukuran, missal pada ujung elektroda

bersuhu 3400° C, tetapi pada benda kerja dapat mencapai suhu 4000° C.

Las Listrik TIG

Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia) menggunakan elektroda wolfram yang bukan

merupakan bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar

merupakan sumber panas, untuk pengelasan. Titik cair elektroda wolfram sedemikian tingginya sampai

Page 15: las asetylen

3410° C, sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik.

Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung yang melindungi daerah

las dari luar pada saat pengelasan.

Sebagian bahan tambah dipakai elektroda tampa selaput yang digerakkan dan didekatkan ke busur yang

terjadi antara elektroda wolfram dengan bahan dasar.

Sebagi gas pelindung dipakai argin, helium atau campuran dari kedua gas tersebut yang pemakainnya

tergantung dari jenis logam yang akan dilas.

Tangkai las TIG biasanya didinginkan dengn air yang bersirkulasi.

Pembakar las TIG terdiri dari :

Penyedia arus

Pengembali air pendingi,

Penyedia air pendingin,

Penyedia gas argon,

Lubang gas argon ke luar,

Pencekam elektroda,

Moncong keramik atau logam,

Elektroda tungsten,

Semburan gas pelindung.

Las Listrik Submerged

Las listrik submerged yang umumnya otomatis atau semi otomatis menggunakan fluksi serbuk untuk

pelindung dari pengaruh udara luar. Busur listrik di antara ujung elektroda dan bahan dasar di dalam

timnunan fluksi sehingga tidak terjadi sinar las keluar seperti biasanya pada las listrik lainya. Operator las

tidak perlu menggunakan kaca pelindung mata (helm las).

Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencir dan membeku dan menutup lapian las. Sebagian fluksi

serbuk yang tidak mencair dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari terak-terak las.

Elektora yang merupakan kawat tampa selaput berbentuk gulungan (roll) digerakan maju oleh pasangan

roda gigi yang diputar oleh motor listrik ean dapat diatur kecepatannya sesuai dengan kebutuhan

pengelasan.

d. Las Listrik MIG

Seperti halnya pad alas listrik TIG, pad alas listrik MIG juga panas ditimbulkan oleh busur listrik antara

dua electron dan bahan dasar.

Elektroda merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang geraknya diatur oleh pasangan roda gigi

yang digerakkan oleh motor listrik. Gerakan dapat diatur sesuai dengan keperluan. Tangkai las dilengkapi

Page 16: las asetylen

dengan nosel logam untuk menghubungkan gas pelindung yang dialirkan dari botol gas melalui slang gas.

Gas yang dipakai adalah CO2 untuk pengelasan baja lunak dan baja. Argon atau campuran argon dan

helium untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Proses pengelasan MIG ini dadpat secara semi

otomatik atau otomatik. Semi otomatik dimaksudkan pengelasan secara manual, sedangkan otomatik

adalah pengelasan yang seluruhnya dilaksanakan secara otomatik.

Elektroda keluar melalui tangkai bersama-sama dengan gas pelindung.

B. Arus Listrik

Arus Searah ( DC = Direct Current )

Pada arus ini, elektron-elektron bergerak sepanjang penghantar hanya dalam satu arah.

Arus Bolak-balik ( AC = Alternating Current )

Arah aliran arus bolak-balik merupakan gelombang sinusoide yang memotong garis nol pada interval

waktu 1/ 100 detik untuk mesin dengan frekuensi 50 hertz (Hz). Tiap siklus gelombang terdiri dari

setengah gelombang positif dan setenngah gelombang negative. Arus bolak-balik dapat diubah menjadi

arus searah dengan menggunakan pengubah arus (rectifier/adaftor).Peralatan las asetilen

Untuk dapat mengelas atau memotong ataupun fungsi lainya dari proses las gas maka diperlukan

peralatan yang dapat menunjang fungsi-fungsi itu. Secara umum, peralatan yang digunakan dalam gas

iniadalah : 

1. Tabung gas Oksigen dan tabung gas bahan bakar,

2. Katup silinder/tabung,

3. Regulator,

4. Selang gas,

5. Torch,

6. Peralatan pengaman

1. Tabung Gas Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah banyak tabung-tabung gas

yang terbuat dari paduan Alumunium. Tabung gas tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil

hingga besar. Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung. Untuk membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas

Oksigen, Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode warna yang ada pada tabung itu. Table berikut

Page 17: las asetylen

ini menunjukan kode warna tabung gas untuk berbagai jenis warna.

2. Katup Tabung 

Pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Katup ini ditempatkan tepat dibagian

atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen, katup biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan

untuk tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari material baja.

3. Regulator 

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada katub tabung dengan tujuan

untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga mencapai tekana kerja torch. Regulator ini juga

berperan untuk mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan.

Bahkan jika tekanan dalam tabung menurun, tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh regulator.

Page 18: las asetylen

Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup pengaturan tekan kerja, katup

pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas

menuju selang.

4. Selang Gas 

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan selang gas. Untuk memenuhi

persyaratan keamanan, selang harus mampu menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam

pemakaiannya, selang dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan kode warna pada selang.

Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis

gas yang mengalir dalam selang.

Page 19: las asetylen

5. Torch (Brander) Gas yang dialirkan melalui

selang selanjutnya diteruskan oleh torch, tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk

nyala api. Dari keterangan diatas, toch memiliki dua fungsi yaitu :

a. Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar.

b. Sebagai pembentuk nyala api diujung nosel.

Torch dapat dapat dibagi menjadi beberapa jenis menurut klasifikasi berikut ini :

1. Menurut cara/jalannya gas masuk keruang pencampur.

Dibedakan atas :

a. Injector torch (tekanan rendah)

Pada torch jenis ini, tekanan gas bahan bakar selalu dibuat lebih rendah dari tekanan gas oksigen.

b. Equal pressure torch (torch bertekanan sama)

Pada torch ini, tekanan gas oksigen dan tekanan gas bahan bakar pada sisi saluran masuk sama

besar.proses pencampuran kedua gas dalam ruang pencampur berlangsung dalam tekanan yang sama.

2. Menurut ukuran dan berat. Dibedakan atas :

a. Toch normal

b. Torch ringan/kecil

3. Menurut jumlah saluran nyala api. Dibedakan atas :

a. Torch nyala api tunggal

b. Torch nyala api jamak

4. Menurut gas yang digunakan. Dibedakan atas :

a. Torch untuk gas asetilen

b. Torch untuk gas hydrogen, dan lain-lain.

5. Menurut aplikasi. Dibedakan atas :

a. Torch manual

b. Torch otomatik/semi otomatik.

Page 20: las asetylen

Dasar Teori

Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas yang dicampur dengan oksigen (O2) sehingga

menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi (3000o) yang mampu mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Jenis bahan

bakar gas yang digunakan asetilen, propan atau hidrogen, sehingga cara pengelasan ini dinamakan las oksi-asetilen atau dikenal

dengan nama las karbit.

Nyala asetilen diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan asetilen yang digunakan untuk memanaskan logam sampai

mencapai titik cair logam induk. Pengelasan dapat dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi.

Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen komersil umumnya berasal dari proses pencairan

udara dimana oksigen dipisahkan dari nitrogen. Oksigen ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen

(C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air. Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah

kapur tohor. Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah :

CaC2 + 2H2O ® Ca(OH)2 + C2H2

kalsium karbida air tohor Kapur gas asetilen

Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen. Sifat dari asetilen (C2H2) yang merupakan gas

bahan bakar adalah tidak berwarna, tidak beracun, berbau, lebih ringan dari udara, cenderung untuk memisahkan diri bila terjadi

kenaikan tekanan dan suhu (di atas 1,5 bar dan 350° C), dapat larut dalam massa berpori (aseton).

Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai hasil reaksi antara kalsium dan batu bara dalam dapur

listrik. Hasil reaksi ini kemudian digerus, dipilih dan disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas asetilen dapat diperoleh

dari generator asetilen yang menghasilkan gas asetilen dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini dapat dibeli dalam

tabung-tabung gas siap pakai. Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung tidak boleh melebihi 100 Kpa, dan disimpan

tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan

gas asetilen. Tabung jenis ini mampu menampung gas asetilen bertekanan sampai 1,7 MPa.

Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur besarnya gas asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya

didekatkan dengan nyala api maka akan timbul nyala api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen harus diatur sedemikian rupa

dengan memutar pengatur tekanan sedikit demi sedikit. Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala apinya berupa

Page 21: las asetylen

nyala biasa dengan mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya terlalu sedikit yang diputar, maka las tidak akan menyala.

Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak boleh lebih besar dari 20% (seperlima) dari isinya,

agar gas aseton bisa dialirkan (silinder asetilen haruslah selalu tegak lurus).

Nyala hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah bergantung pada perbandingan antara gas oksigen dan gas

asetilennya. Ada tiga macam nyala api dalam las oksi-asetilen seperti ditunjukkan pada gambar di bawah :

a. Nyala asetilen lebih (nyala karburasi)

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut

nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-

putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada

logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan

pengerasan permukaan non-ferous.

b. Nyala netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih

bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum

setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala kerucut.

c. Nyala oksigen lebih (nyala oksidasi)

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna

kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair.

Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya.

Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen berlebih dan nyala oksigen berlebih tidak dapat

Page 22: las asetylen

digunakan untuk mengelas baja.Suhu Pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000° C dan di tengah kerucut luar kira-kira 2500° C.

Pada posisi pengelasan dengan oksi asetilen arah gerak pengelasan dan posisi kemiringan pembakar dapat mempengaruhi

kecepatan dan kualitas las. Dalam teknik pengelasan dikenal beberapa cara yaitu :

a. Pengelasan di bawah tangan

Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang

datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° -

40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal

pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.

b. Pengelasan mendatar (horisontal)

Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung

mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut

70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis

mendatar.

c. Pengelasan tegak (vertikal)

Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara

nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45°-60° dan sudut brander sebesar 80°.

d. Pengelasan di atas kepala (over head)

Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas

kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal

sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.

e. Pengelasan dengan arah ke kiri (maju)

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30°

terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara

pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.

Page 23: las asetylen

f. Pengelasan dengan arah ke kanan (mundur)

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk

pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.

Keuntungan dan kegunaan pengelasan oksi-asetilen sangat banyak, antara lain :

o peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.

o Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.

o Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di bengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan

sederhana.

o Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat ini dapat digunakan untuk pemotongan

maupun penyambungan.

6.3. Alat dan Bahan

1. Satu unit peralatan gas oksi-asetilen, terdiri dari:

o tabung gas oksigen dan regulatornya

o tabung gas asetilen dan regulatornya

o selang

o brander (torch)

2. Bahan pengisi (kawat)

3. Alat pengaman (sarung tangan, kaca mata las)

4. Korek api dan oncor

Page 24: las asetylen

5. stopwatch

6. Sikat baja

7. Alat-alat kerja bangku bila diperlukan.

Gambar peralatan las

6.4. Cara Pelaksanaan

a. Menyiapkan semua peralatan yang akan dipergunakan.

b. Memeriksa brander harus dalam keadaan tertutup.

c. Membuka tabung gas oksigen dan asetilen dengan cara mengendorkan baut penutupnya dengan kunci pembuka.

d. Memeriksa isi tabung gas dengan melihat manometer penunjuk tekanan yang terpasang pada regulator.

e. Mengatur tekanan kerja dengan memutar handel pada regulatornya (putaran ke kanan untuk memperbesar tekanan gas).

f. Membuka sedikit gas asetilen pada brander dan menyalakannya dengan api.

g. Membuka dan sekaligus mengatur besar kecilnya gas oksigen pada brander sampai diperoleh nyala netral.

h. Mulai melakukan pengelasan dengan mengarahkan nyala api brander pada logam induknya.

i. Bila logam induk sudah mulai mencair, kemudian mengarahkan logam pengisi pada bagian logam induk yang mencair dan

mengayunkan brander sampai terbentuk rigi-rigi las yang diinginkan.

j. Mengulangi nomor h sampai nomor i sampai didapat rigi-rigi las yang baik.

k. Latihan menyambung bermacam-macam bentuk benda kerja.

l. Melaksanakan praktikum dengan serius dan berhati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Page 25: las asetylen

m. Setelah praktikum selesai, membersihkan tempat dan peralatan praktikum serta mengembalikannya pada tempat semula.

PERISTILAHAN / GLOSARIUM

Fluks : Pelindung / pembungkus elektroda.

Generator asetilin : Alat untuk membuat gas asetilin.

Kalsium Karbisa : Sering juga disebut karbit, adalah bahan untuk membuat gas asetilin.

Regulator : Adalah alat perlengkapan tabung gas yang berfungsi untuk mengatur tekanan kerja dengan

cara mengatur katupnya.

Manometer : Alat untuk mengukuir tekanan gas.

Brander : Adalah alat yang berfungsi sebagai pencampur gas asetilin dan oksigen pada proposi tertentu

(dapat diatur)

pakaian untuk mengelas

praktik las karbit

Penasaran dengan dunia pengelasan. Lebih dari sekedar itu. Ini salah satu praktikum proses manufaktur.

Hari ini, aku dan beberapa kawanku sekelompok mengerjakan las di salah satu sudut workshop di

kampus. Siap dengan katelpak dan segala kelengkapannya, kami lakukan persiapan dengan panduan

petugas lab. Kami pun mulai mengelas.

Page 26: las asetylen

Ternyata las karbit susah. Teknik las yang biasa kita temui di beberapa sudut jalan ini kami gunakan

untuk menyatukan dua plat tipis dengan panjang kira-kira sepuluh sentimeter dan lebar sekitar dua

sentimeter. Dua logam tersebut diletakkan pada sebuah landasan logam, berjajar memanjang, sebelum

dilas di antara keduanya.

Las ini adalah contoh pengelasan menggunakan gas. Bahan bakar gas dengan oksigen dibakar sehingga

menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan filler dan base metal. Pada praktikum ini

digunakan bahan bakar dari gas asetilen. Tidak perlu listrik dan apinya cukup didapat dari pematik api.

Langkahnya, pertama buka saluran keluar gas asetilen. Patik api pada ujung alat las hingga api terkobar.

Setelah itu buka saluran gas oksigen dan atur nyala api sesuai kebutuhan pengelasan. Tetapi sebagai

pemula, kami menggunakan nyala api netral untuk menyatukan dua plat logam baja tersebut. Karena

panas dan silaunya proses, aku sarankan menggunakan kaca mata hitam agar tidak merusak mata.

Pengelasan dengan oksi asetilin

Pengelasan dengan oksi – asetilin adalah proses pengelasan secara

manual dengan pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau

disambung sampai mencair oleh nyala gas asetilin melalui pembakaran C2H2

dengan gas O2 dengan atau tanpa logam pengisi. Proses penyam

bungan dapat dilakukan dengan tekanan (ditekan), sangat tinggi sehingga

dapat mencairkan logam.

Untuk memperoleh nyala pembakaran yang baik perlu pengaturan

campuran gas yang dibakar. Jika jumlah gas O2

di tambah maka akan

dihasilkan suhu yang sangat tinggi, lebih tinggi dari pada suhu lebur baja

atau metal lainnya sehingga dalam waktu sekejap mampu mencairkan

logam tersebut yang cukup tebal.

Pemakaian jenis las ini misalnya untuk keperluan pengelasan

produksi, kerja lapangan dan reparasi.

Umumnya las asetilin sangat baik untuk mengelas baja karbon,

terutama yang berbentuk lembaran-lembaran dan pipa berdinding tipis.

Pada umumnya semua jenis logam fero dan non fero dapat dilas dengan

las jenis lain, baik dengan fluks maupun tanpa fluks.

Menggunakan Peralatan Las OAW

SMK Bidang Perkapalan Program Keahlian Las Kapal

Page 27: las asetylen

1. Oksigen

Penggunaan oksigen yang diambil dari udara bebas kurang

efisien, karena kandungan oksigen lebih rendah dibanding komposisi

gas lain. Untuk mengefisiensikan penggunaannya, oksigen perlu

disediakan dalam keadaan siap pakai dan mempunyai kemurnian yang

tinggi.

Tabung oksigen

Tabung oksigen adalah suatu silinder atau botol yang terbuat dari

bahan baja yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan gas

oksigen dengan tekanan kerja tertentu. Tabung oksigen biasanya

berwarna biru atau hitam mempunyai katup atau pembuka katup berupa

roda tangan dan baut serta mur pengikatnya adalah ulir kanan.

Pada bagian atas ada dudukan untuk memasang regulator. Gas

yang terdapat dalam tabung baja ini mempunyai tekanan yang cukup

besar dan dalam satu tabung terdapat 40 liter atau 60 liter gas oksigen.

Penyimpanan gas oksigen

dalam tabung-tabung baja

dibagi ke dalam kelas-kelas

yaitu kelas medium dengan

tekanan sampai 15 kg/cm

dan kelas tekanan tinggi

dengan tekanan kerja hingga

165 kg/cm

2. Asetilin

Asetilin diperoleh lewat reaksi kimia dalam bentuk gas. Karena

berbentuk gas, maka asetilin memerlukan perlakuan khusus, terutama

dalam penyimpanan dan penggunaannya. Agar lebih fleksibel dalam

Menggunakan Peralatan Las OAW

SMK Bidang Perkapalan Program Keahlian Las Kapal

penggunaanya gas asetilin disimpan dalam tabung, yang dapat dipindah

Page 28: las asetylen

dan mudah penggunaanya.

Tabung Asetilin

Tabung asetilin adalah silinder atau botol yang terbuat dari bahan

baja yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan gas asetilin

dengan tekanan kerja tertentu. Didalam tabung asetilin terdapat

beberapa alat misalnya bahan berpori seperti kapas sutra tiruan atau

asbes yang berfungsi sebagai penyerap aseton, yaitu bahan agar

asetilin dapat larut dengan baik dan aman di bawah pengaruh tekanan.

Sistem penyimpanan asetilin dalam tabung asetilin relatif aman

jika tidak terjadi kebocoran atau tidak terkena suhu yang tinggi. Untuk

mengantisipasi bahaya yang timbul, maka pada bagian bawah tabung

diberi sumbat pengaman atau sumbat lebur.

Sumbat pengaman akan

meleleh dan lubang yang

disumbat akan bocor bila sumbat

pengaman bersuhu 100derajat Celcius. Jika

botol mempunyai suhu yang

berlebihan maka sumbat akan

meleleh dan gas asetilin akan

keluar silinder sebelum tabung

meledak. Panas tabung asetilin

juga dapat disebabkan oleh

proses

pengeluaran

atau

penggunaan gas asetilin berlebih

an. Setiap pengeluaran gas ase

tilin botol bertambah panas, ma

ka pengeluaran gas tidak boleh

lebih dari 750 liter tiap jam.

Menggunakan Peralatan Las OAW

SMK Bidang Perkapalan Program Keahlian Las Kapal

Seperti tabung oksigen tabung ini berisi 40 sampai 60 liter gas

Page 29: las asetylen

asetilin, tetapi bentuknya pendek dan gemuk, biasanya berwarna merah,

tekanan isinya sampai 15 kg / cm

las asetilen

Las karbit atau las asetilen adalah salah satu perkakas perbengkelan yang sering ditemui.

Pengoperasiannya yang cukup mudah membuatnya sering digunakan untuk menghubungkan dua logam

atau welding. Lalu apa saja yang perlu diperhatikan dan diperlukan dalam penangan alat perkakas ini.

Berikut ulasannya.

Las Karbit Secara Umum

Las karbit adalah pembahasaan yang umum berada di masyarakat untuk menyebut pengelasan Asetilin.

Secara umum, perkakas las asetilen adalah alat penyambung logam melalui proses pelelehan logam

dengan menggunakan energi panas hasil pembakaran campuran gas asetilin dan gas oksigen.

Kegunaan Las Asetilen

Perangkat perbengkelan las karbit digunakan untuk memotong dan menyambung benda kerja yang

terbuat dari logam (plat besi, pipa dan poros)

Gambar Las Karbit

Page 30: las asetylen

las-karbit

Bagian-Bagian dan Fungsinya

Tabung gas oksigen, berisi gas oksigen yang berfungsi dalam proses pembakaran.

Tabung gas asetilen, berisi gas asetilen yang berfungsi sebagai bahan bakar dalam proses pembakaran.

Regulator, berfungsi untuk mengatur aliran dari masing-masing gas.

Selang penyalur, berfungsi untuk menghubungkan atau mengalirkan gas dari tabung gas oksigen dan

asetilen menuju brander.

Brander, berfungsi untuk mengatur campuran gas oksigen dan asetilen serta pembakarannya.Dasar- dasar Las Gas

Las gas, yang dilapangan lebih dikenal dengan istilah las karbit, sebenarnya adalah pengelasan

yang dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai

sumber panas. Dalam proses las gas ini,

gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan

bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-

bengkel adalah gas Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas ini

memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar

lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.

Page 31: las asetylen

Dari table diatas, gas-gas lain yang juga berperan adalah

gas propane (LPG), methane dan hydrogen. Karena temperature nyala api yang dihasilkan lebih rendah dari gas

asitilen maka ketiga jenis gas ini jarang dipakai sebagai gas pencampur.

Seperti disebutkan, gas Asetilen merupakan jenis gas yang paling banyak digunakan sebagai bahan pencampuran

dengan gas Oksigen. Jikagas Asetilen digunakan sebagi gas pencampur maka seringkali proses pengelasan disebut

dengan las karbit. Gas Asetilen ini sebenarnya dihasilkan dari reaksi batu Kalsium KARBIDA (orang-orang

menyebut karbit) dengan air. Jadi jika Kalsium Karbida ini disiram atau dicelupkan ke dalam air maka akan

terbentuk gas Asetilen.Jadi penyebutan nama las karbit hanya untuk mencirikan bahwa gas yang digunakan salah

satunya adalah gas Asetilen.

Selain dikenal dengan nama las karbit, kadang-kadang masyarakat umum menyebut kan juga dengan nama lain

yaitu las MDQ. Penyebutan nama MDQ ini sesungguhnya mengacu pada satu merk batu karbit. Jadi nama las karbit

atau las asetilen atau las MDQ sebenarnya adalah satu nama proses las yang sama.

Untuk dapat melakukan pengelasan dengan caralas gas, diperlukan peralatan seperti tabung gas Oksigen dan tabung

gas Asetilen, katup tabung, regulator (pengatur tekanan gas), selang gas dan torch (brander). Kedua gas Oksigen dan

Asetilen keluar dari masing-masing tabung dengan tekanan tertentu, mengalir menuju torch melalui regulator dan

selang gas. Setelah sampai di torch kedua gas tercampur dan akhirnya keluar dari ujung nosel torch. Dengan bantuan

pematik api, campuran gas yang keluar dari ujung nosel membentuk nyala api denagn intensitas tertentu.

Page 32: las asetylen

Peralatan dalam Proses Las Gas

Proses las gas (dibuku ini akan sering disebutkan las gas untuk mencirikan bahwa las yang dimaksud adalah las

yang melibatkann campuran gas Oksigen dan gas bahan bakar) umumnya dipakai secar manual yaitu dikerjakan

oleh tangan juru las.

Pengaturan panas dan pemberian kawat las dilakukan oleh kombinasi kedua tangan juru las. Oleh karena itu,

kualitas sambungan nantinya akan diperngaruhi oleh ketrampilan dan keahlian si juru las.

Sebenarnya sudah ada pengembangan dari proses las gas ini menjadi semi-otomatis atau “dimensikan”. Tentu saja

hal itu dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mendapatkan kualitas sambungan yang lebih baik. Dengan sistem yang

sudah otomatis maka pengaturan panas dan pemberian kawat las akan lebih baik lagi. Kebanyakan otomatis system

diterapkan pada operasi-operai pemotongan pelat logam dimana pada sitem itu kecepatan pemotongan dapat diatur.

Proses las gas dapat dilaksanakan dengan pemberian kawat las (atau istilah logam pengisi) atau tidak sama sekali.

Satu syarat dimana diperlukan logam pengisi atau tidak adalah dilihat dari ketebalan pelat yang akan di las. Jika

pelat itu tipis maka untuk menyambungnya dapat dilakukan tanpa memberikan logam pengisi, sedangkan untuk

pelat-pelat tebal diperlukan logam pengisi untuk menjamin sambungan yang optimal. Jika pada pelat tipis

dipaksakan harus diberi logam pengisi maka hal itu mungkin saja dilakukan. Akan tetapi pada daerah sambungan

akan nampak tonjolan logam las yang terlihat kurang baik.

Nyala api dari hasil reaksi gas Oksigen dan gas bahan bakar tidak hanya dimanfaatkan untuk keperluan mengelas

saja. Lebih dari itu, nyala api dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, seperti :

1. Operasi branzing ( flame brazing )

Yang dimaksud dengan branzing disini ada lah proses penyambunngan tanpa mencairkan logaminduk yang

disambung, hanya logam p eng isi saja. Misalnya saja proses penyambungan pelat baja yang menggunakan kawat

las dari kuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( ± 1550 °C) lebih tinggi dari kuningan ( sekitar 1080°C). dengan

perbedaan titik car itu, proses branzing, akan lebih mudah dilaksanakan daripada proses pengelasan.

2. Operasi pemotongan logam ( flame cutting )

Kasus pemotongan logam sebenarnya dap at dilakukan dengan berbagai cara. Proses penggergajian (sewing) dan

menggunting (shearing) merupakan contoh dari proses pemotongan logam dan lembaran logam. Proses

menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang ketebalannya tipis. Proses penggergajian dapat

diterapkan pada pelat yang lebih tebal tetapi memerlukan waktu pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat

memotong pelat tebal denngan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas ini dengan peralatan

khusus misalnya mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel menyebutnya brender ).

Page 33: las asetylen

Pemotongan pelat logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikan suplai gas Oksigen berlebih.

Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur pada torch yang memang dibuat untuk keperluan memotong.

3. Operasi perluasan / pencukilan (flame gauging)

Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada produk/komponen logam yang terdapat cacat/retak

permukaannya. Retak/cacat tadi sebelum ditambal kembali dengan pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau

diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu. Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alur hasil pencungkilan

tadi diisi kembali dengan logam las.

4. Operasi pelurusan (flame straightening)

Operasi pelurusan dilaksanakan dengan memberikan panas pada komponen dengan bentuk pola pemanasan tertentu.

Ilustrasi dibawah ini menunjukkan prinsip dasar pemuaian dan pengkerutan pada suatu logam batang.

Page 34: las asetylen

Batang lurus dipanaskan dengan pola pemanasan segitiga. Logam cenderung memuai pada saat dipanaskan. Daerah

pemanasan tersebut menghasilkan pemuaian yang besar. Logam mengkerut pasa saat didinginkan. Daerah

pemanasan terbesar menghasilkan pengkerutan yang besar pula (Prinsip Pemuaian dan Pengkerutan Logam)

Pengertian Karbit

Karbit atau Kalsium karbida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CaC2. Karbit digunakan dalam

proses las karbit dan juga dapat mempercepat pematangan buah.

Persamaan reaksi Kalsium Karbida dengan air adalah:

CaC2 + 2 H2O → C2H2 + Ca(OH)2

Karena itu 1 gram CaC2 menghasilkan 349ml asetilen. Pada proses las karbit, asetilen yang dihasilkan

kemudian dibakar untuk menghasilkan panas yang diperlukan dalam pengelasan.nyala api

Page 35: las asetylen

Jika kita atur aliran gas oksigen dan asetilen maka kita akan dapati kualitas nyala api yang berbeda.

Nyala Api Netral

nyala-api-netral

Kegunaan dari nyala api netral ini untuk heat treatment logam agar mengalami surface hardening.

Nyala api kerucut dalam berwarna putih menyala. Nyala api kerucut antara tidak ada. Nyala api kerucut

luar berwarna kuning.

Nyala Api Oksigen Lebih

nyala-api-oksigen-lebih

Sering digunakan untuk pen gelasan logam perunggu

dan kuningan.

Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita kurangi aliran gas asetilen maka kita akan dapatkan nyala

api oksigen lebih. Nyala apinya pendek dan berwarna ungu, nyala kerucut luarnya juga pendek.

Nyala Api Asetilen Lebih

nyala-api-asetilen-lebih

Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita mengurangi aliran gas oksigen.

Nyala api menampakkan kerucut api dalam dan antara. Nyala api luar berwarna biru.

Page 36: las asetylen

Las Gas/Karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam (pengelasan) yang mengunakan gas

karbit (gas aseteline=C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar gas dengan

O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam

pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propana atau hidrogen. Ketiga bahan

bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan

sebagai las oksi-asetelin. Karena tidak mengunakan tenaga listrik, las oksi-asetelin banyak dipakai di

lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus.

Las Gas/Karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam (pengelasan) yang mengunakan gas

karbit (gas aseteline=C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar gas dengan

O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam

pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propana atau hidrogen. Ketiga bahan

bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan

sebagai las oksi-asetelin. Karena tidak mengunakan tenaga listrik, las oksi-asetelin banyak dipakai di

lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus.

Bagian-Bagian dan Fungsinya

Tabung gas oksigen, berisi gas oksigen yang berfungsi dalam proses pembakaran.

Tabung gas asetilen, berisi gas asetilen yang berfungsi sebagai bahan bakar dalam proses pembakaran.

Regulator, berfungsi untuk mengatur aliran dari masing-masing gas.

Selang penyalur, berfungsi untuk menghubungkan atau mengalirkan gas dari tabung gas oksigen dan

asetilen menuju brander.

Brander, berfungsi untuk mengatur campuran gas oksigen dan asetilen serta pembakarannya.

Daud Agung Sasongko 075524025

Page 37: las asetylen

Diposkan oleh _ThE BoY^ZzZ_ di 03:28 0 komentar 

Beranda

Langgan: Entri (Atom)Kalender

Free Blog ContentJamPetaCuacaAbout Me

_ThE BoY^ZzZ_

Lihat profil lengkapkuBlog Archive

▼  2010 (1)

o ▼  Januari (1)

History Of Welding Design by: FinalSense