Lapsus Pleura Efusi

52
BAB 1 PENDAHULUAN Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. Akibat adanya cairan yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan organ-organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi darah. Diperlukan penatalaksanaan yang baik dalam menanggulangi efusi pleura ini, yaitu pengeluaran cairan dengan segera serta pengobatan terhadap penyebabnya sehingga hasilnya akan memuaskan. 1.1. Latar Belakang Di Negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di Negara- negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis. Efusi pleura Referat Radiologi – Efusi Pleura 1

Transcript of Lapsus Pleura Efusi

Page 1: Lapsus Pleura Efusi

BAB 1

PENDAHULUAN

Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat

transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura

bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.

Akibat adanya cairan yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka

kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan

organ-organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi

pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi

darah.

Diperlukan penatalaksanaan yang baik dalam menanggulangi efusi pleura

ini, yaitu pengeluaran cairan dengan segera serta pengobatan terhadap

penyebabnya sehingga hasilnya akan memuaskan.

1.1. Latar Belakang

Di Negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal

jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di

Negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh

infeksi tuberkulosis. Efusi pleura keganasan merupakan salah satu komplikasi

yang biasa ditemukan pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh

kanker paru dan kanker payudara. Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang

dapat dijumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer atau

metastatik. Sementara 5% kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat

disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan

mengalami efusi pleura.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana patofisiologi serta gambaran radiologi ‘Efusi Pleura’ ?

Referat Radiologi – Efusi Pleura 1

Page 2: Lapsus Pleura Efusi

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menjelaskan patofisiologi dan gambaran radiologi Efusi Pleura

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan anatomi pleura

2. Menjelaskan fisiologi cairan rongga pleura

3. Menjelaskan gambaran radiologi Efusi Pleura

1.4. Manfaat

Meningkatkan pengetahuan dokter mengenai cara membaca gambaran

radiologi Efusi Pleura.

Referat Radiologi – Efusi Pleura 2

Page 3: Lapsus Pleura Efusi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Efusi pleura ialah adanya akumulasi cairan pada rongga pleura (Pengantar

Ilmu Penyakit Paru, 1993) yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara

pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.

Gbr 2.1. Efusi Pleura (intensivecare.hsnet.nsw.gov.au)

2.2. Anatomi

Gbr 2.2. Anatomi Efusi Pleura (http://www.rci.rutgers.edu)

Referat Radiologi – Efusi Pleura 3

Page 4: Lapsus Pleura Efusi

Pleura merupakan membrana tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura

visceralis dan pleura parietalis. Secara histologi kedua lapisan ini terdiri dari sel

mesothelial, jaringan ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan cairan yang

sangat tipis. Membran serosa yang membungkus parenkim paru disebut pleura

visceralis, sedangkan yang melapisi dinding thorak, diafragma, dan mediastinum

disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak antara paru dan dinding thorak.

Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi sebagai pelumas

antara kedua pleura. Kedua pleura ini bersatu pada hillus paru. Dalam hal ini,

terdapat perbedaan antara pleura visceralis dan parietalis, diantaranya :

1. Pleura Visceralis

Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis <

30mm. Di antara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit. Di bawah sel-

sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan

histiosit, di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen

dan serat-serta elastik. Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial

subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a.

Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe menempel kuat

pada jaringan paru yang berfungsi untuk mengabsorpsi cairan pleura.

2. Pleura Parietalis

Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat

(kolagen dan elastis). Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandng

kapiler dari a. Interkostalis dan a. Mamaria intern, pembuluh limfe,

dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit,

sehingga jika terjadi iritasi terhadap membrane ini dapat

mengakibatkan rasa nyeri yang timbul di region dinding torako-

abdominal (melalui n. interkostalis) serta nyeri alih di daerah bahu

(melalui n. frenikus kostalis) dan perbedaan temperatur. Keseluruhan

berasal dari n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan

dermatom dada. Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di

atasnya. Berfungsi untuk memproduksi cairan pleura.

Referat Radiologi – Efusi Pleura 4

Page 5: Lapsus Pleura Efusi

Gbr 2.3. Anatomi Pleura (cancergrace.com)

Terdapat faktor yang mempengaruhi kerja antarmembaran maupun yang

mendukung pemisahan antarmembran. Faktor yang mendukung kontak

antarmembran adalah :

1. Tekanan atmosfer di luar dinding dada

2. Tekanan di dalam alveolus

Faktor yang mendukung pemisahan antarmembran adalah :

1. Elastisitas dinding toraks

2. Elastisitas paru

Setiap kali pernapasan dilakukan, pleura visceralis dan pleura parietalis

saling bersinggungan, sehingga diperlukan kemampuan rongga pleura untuk

saling bergeser secara halus dan lancar.

Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura

parietalis dan visceralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah

pemisahan toraks dan paru yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek

yang akan saling melekat jika ada air. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran

satu dengan yang lain tetapi keduanya sulit dipisahkan.

Cairan pleura dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam

pleura parietalis ke ruang pleura kemudian diserap kembali melalui pleura

visceralis. Masing-masing dari kedua pleura merupakan membran serosa

Referat Radiologi – Efusi Pleura 5

Page 6: Lapsus Pleura Efusi

mesenkim yang berpori-pori, dimana sejumlah kecil transudat cairan interstitial

dapat terus menerus melaluinya untuk masuk ke dalam ruang pleura.

Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis lebih

besar daripada selisih perbedaan pembentuan cairan oleh pleura parietalis dan

permukaan pleura visceralis lebih besar daripada pleura parietalis sehingga dalam

keadaan normal hanya ada beberapa mililiter cairan di dalam rongga pleura

(Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, 2005) dan adanya tekanan

hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O dan tekanan osmotik koloid pleura

visceralis 10 cm H2O (Pengantar Ilmu Penyakit Paru, 1993).

Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit, hanya

beberapa mililiter yaitu 1-5ml. Jika jumlah cairan di dalam rongga pleura

berlebih, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik

dari rongga pleura kedalam mediastinum, permukaan superior dari diafragma, dan

dari permukaan lateral pleura parietalis. Oleh karena itu, ruang pleura (ruang

antara pleura parietalis dan pleura visceralis) disebut ruang potensial, karena

ruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan ruang fisik yang jelas.

Gbr 2.4. Diagram Terjadinya Cairan Pleura (Pengantar Ilmu Penyakit Paru, 1993)

Referat Radiologi – Efusi Pleura 6

Page 7: Lapsus Pleura Efusi

2.3. Etiologi

Ruang pleura normal mengandung sekitar 1 mL cairan, hal ini

memperlihatkan adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan tekanan

onkotik dalam pembuluh darah pleura viseral dan parietal dan drainase limfatik

luas. Efusi pleura merupakan hasil dari ketidakseimbangan tekanan hidrostatik

dan tekanan onkotik.

Efusi pleura merupakan indikator dari suatu penyakit paru atau non

pulmonary, dapat bersifat akut atau kronis. Meskipun spektrum etiologi efusi

pleura sangat luas, efusi pleura sebagian disebabkan oleh gagal jantung kongestif,

pneumonia, keganasan, atau emboli paru. Mekanisme sebagai berikut memainkan

peran dalam pembentukan efusi pleura:

1. Perubahan permeabilitas membran pleura (misalnya, radang, keganasan,

emboli paru)

2. Pengurangan tekanan onkotik intravaskular (misalnya,

hipoalbuminemia, sirosis)

3. Peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan pembuluh darah

(misalnya, trauma, keganasan, peradangan, infeksi, infark paru, obat

hipersensitivitas, uremia, pankreatitis)

4. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler dalam sirkulasi sistemik dan /

atau paru-paru (misalnya, gagal jantung kongestif, sindrom vena kava

superior)

5. Pengurangan tekanan dalam ruang pleura, mencegah ekspansi paru penuh

(misalnya, atelektasis yang luas, mesothelioma)

6. Penurunan drainase limfatik atau penyumbatan lengkap, termasuk

obstruksi duktus toraks atau pecah (misalnya, keganasan, trauma)

7. Peningkatan cairan peritoneal, dengan migrasi di diafragma melalui

limfatik atau cacat struktural (misalnya, sirosis, dialisis peritoneal)

8. Perpindahan cairan dari edema paru ke pleura viseral

Referat Radiologi – Efusi Pleura 7

Page 8: Lapsus Pleura Efusi

9. Peningkatan tekanan onkotik di cairan pleura yang persisten

menyebabkan adanya akumulasi cairan di pleura

(www.emedicine.medscape.com)

Ada beberapa jenis cairan yang bisa berkumpul di dalam rongga pleura

antara lain darah, pus, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol

tinggi (Penyakit-Penyakit Pleura, dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006),

antara lain :

a. Hidrotoraks

Pada keadaan hipoalbuminemia berat, bisa timbul transudat. Dalam

hal ini penyakitnya disebut hidrotorak dan biasanya ditemukan bilateral.

Sebab-sebab lain yang mungkin adalah kegagalan jantung kanan, sirosis

hati dengan asites, serta sebagai salah satu trias dari sindroma meig

(fibroma ovarii, asites dan hidrotorak).

b. Hemotoraks 

Hemotorak adalah adanya darah di dalam rongga pleura. Biasanya

terjadi karena trauma toraks. Trauma ini bisa karna ledakan dasyat di dekat

penderita, atau trauma tajam maupu trauma tumpul. Kadar Hb pada

hemothoraks selalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah

hemothorak yang baru diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini

mungkin karena faktor koagulasi sudah terpakai sedangkan fibrinnya

diambil oleh permukaan pleura. Bila darah diaspirasi segera membeku,

maka biasanya darah tersebut berasal dari trauma dinding dada. Penyebab

lainnya hemotoraks adalah : 

Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan

darahnya ke dalam rongga pleura.

Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta)

yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura.

Gangguan pembekuan darah, akibatnya darah di dalam rongga

pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah

dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang. 

Referat Radiologi – Efusi Pleura 8

Page 9: Lapsus Pleura Efusi

c. Empiema 

Bila karena suatu infeksi primer maupun sekunder cairan pleura

patologis ini akan berubah menjadi pus, maka keadaan ini disebut

piotoraks atau empiema. Pada setiap kasus pneumonia perlu diingat

kemungkinan terjadinya empiema sebagai salah satu komplikasinya.

Empiema bisa merupakan komplikasi dari: 

Pneumonia 

Infeksi pada cedera di dada 

Pembedahan dada 

d. Chylotoraks  

Kilotoraks adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan

kil/getah bening pada rongga pleura. Adapun sebab-sebab terjadinya

kilotoraks antara lain :

Kongental, sejak lahir tidak terbentuk (atresia) duktus torasikus,

tapi terdapat fistula antara duktus torasikus rongga pleura.

Trauma yang berasal dari luar seperti penetrasi pada leher dan

dada, atau pukulan pada dada (dengan/tanpa fraktur) yang berasal

dari efek operasi daerah torakolumbal, reseksi esophagus 1/3

tengah dan atas, operasi leher, operasi kardiovaskular yang

membutuhkan mobilisasi arkus aorta.

Obstruksi karena limfoma maligna, metastasis karsinoma ke

mediastinum, granuloma mediastinum (tuberkulosis,

histoplasmosis).

Penyakit-penyakit ini memberi efek obstruksi dan juga perforasi

terhadap duktus torasikus secara kombinasi. Disamping itu terdapat juga

penyakit trombosis vena subklavia dan nodul-nodul tiroid yang menekan

duktus torasikus dan menyebabkan kilotoraks.

2.4. Patofisiologi

Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga

pleura melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera direabsorpsi

Referat Radiologi – Efusi Pleura 9

Page 10: Lapsus Pleura Efusi

oleh saluran limfe, sehingga terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi.

Kemampuan untuk reabsorpsinya dapat meningkat sampai 20 kali. Apabila antara

produk dan reabsorpsinya tidak seimbang (produksinya meningkat atau

reabsorpsinya menurun) maka akan timbul efusi pleura.

Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara

cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura

dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi

yang terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstitial

submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura.

Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura. Pergerakan

cairan dari pleura parietalis ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya

perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Cairan kebanyakan

diabsorpsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang diabsorpsi oleh

sistem kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan pada pleura

visceralis adalah terdapatnya banyak mikrovili di sekitar sel-sel mesothelial.

Bila penumpukan cairan dalam rongga pleura disebabkan oleh

peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah,

sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah

sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks. Penumpukan cairan pleura dapat

terjadi bila :

1. Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura

Meningkatkan pembentukan cairan pleura melalui pengaruh terhadap

hukum Starling. Keadaan ini dapat terjadi pada gagal jantung kanan, gagal

jantung kiri dan sindroma vena kava superior.

2. Tekanan negatif intra pleura

Seperti terdapat pada atelektasis, baik karena obstruksi bronkus atau

penebalan pleura visceralis.

3. Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat menarik lebih

banyak cairan masuk ke dalam rongga pleura

Referat Radiologi – Efusi Pleura 10

Page 11: Lapsus Pleura Efusi

4. Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa menyebabkan

transudasi cairan dari kapiler pleura ke arah rongga pleura

5. Obstruksi dari saluran limfe pada pleura parietalis

Saluran limfe bermuara pada vena untuk sistemik. Peningkatan dari

tekanan vena sistemik akan menghambat pengosongan cairan limfe, gangguan

kontraksi saluran limfe, infiltrasi pada kelenjar getah bening (Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, 2006).

Referat Radiologi – Efusi Pleura 11

Page 12: Lapsus Pleura Efusi

Gbr 2.5. Skema Pertukaran Cairan Pleura Dalam Keadaan Abnormal

(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006)

Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi

pengembangannya. Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada

ukuran dan cepatnya perkembangan penyakit. Bila cairan tertimbun secara

perlahan-lahan maka jumlah cairan yang cukup besar mungkin akan terkumpul

dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.

Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan

menyebabkan gagal nafas. Gagal nafas didefinisikan sebagai kegagalan

pernafasan bila tekanan partial oksigen (PaO2)≤ 60 mmHg atau tekanan partial

karbondioksida arteri (PaCo2) ≥ 50 mmHg melalui pemeriksaan analisa gas darah.

2.5. Klasifikasi

Efusi pleura umumnya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme

pembentukan cairan dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu transudat atau eksudat.

Transudat hasil dari ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dengan tekanan

hidrostatik, sedangkan eksudat adalah hasil dari peradangan pleura atau drainase

limfatik yang menurun. Dalam beberapa kasus mungkin terjadi kombinasi antara

karakteristik cairan transudat dan eksudat (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,

2006).

Referat Radiologi – Efusi Pleura 12

Page 13: Lapsus Pleura Efusi

1. Klasifikasi berasarkan mekanisme pembentukan cairan:

a. Transudat

Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu

adalah transudat. Transudat terjadi apabila timbul ketidakseimbangan antara

tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik, sehingga terbentuknya cairan

pada satu sisi pleura melebihi reabsorpsinya oleh pleura lainnya. Biasanya hal

ini terjadi pada :

1. Meningkatnya tekanan kapiler sistemik

2. Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner

3. Menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura

4. Menurunnya tekanan intra pleura

Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah:

a. Gagal jantung kiri (terbanyak)

b. Sindrom nefrotik

c. Obstruksi vena cava superior

d. Asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek diafragma

atau masuk melalui saluran getah bening)

b. Exudat

Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran kapiler

yang permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi

dibandingkan protein transudat. Bila terjadi proses peradangan maka

permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel

mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan

ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering

adalah karena mikobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai pleuritis

eksudativa tuberkulosa. Protein yang terdapat dalam cairan pleura kebanyakan

berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein getah bening ini

Referat Radiologi – Efusi Pleura 13

Page 14: Lapsus Pleura Efusi

(misalnya pada pleuritis tuberkulosis) akan menyebabkan peningkatan

konsentasi protein cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.

Penyakit yang menyertai eksudat, antara lain:

a. Infeksi (tuberkulosis, pneumonia)

b. Tumor pada pleura

c. Infark paru

d. Karsinoma bronkogenik

e. Radiasi

f. Penyakit dan jaringan ikat/ kolagen/ SLE (Sistemic Lupus

Eritematosis)

2.6. Gambaran Klinis

Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit

dasar. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis,

sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi

akan menentukan keparahan gejala. Pada kebanyakan penderita umumnya

asimptomatis atau memberikan gejala demam, ringan, dan berat badan yang

menurun seperti pada efusi yang lain.

Pada anamnesa didapatkan :

a. Sesak nafas bila lokasi efusi luas. Sesak napas terjadi pada saat permulaan

pleuritis disebabkan karena nyeri dadanya dan apabila jumlah cairan

efusinya meningkat, terutama kalau cairannya penuh

b. Rasa berat pada dada

c. Berat badan menurun pada neoplasma

d. Batuk pada umumnya non produktif dan ringan, terutama apabila disertai

dengan proses tuberkulosis di parunya. Batuk berdarah pada karsinoma

bronchus atau metastasis

e. Demam subfebris pada TBC, dernarn menggigil pada empiema

Dari pemeriksaan fisik didapatkan (pada sisi yang sakit) :

Referat Radiologi – Efusi Pleura 14

Page 15: Lapsus Pleura Efusi

a. Dinding dada lebih cembung dan gerakan tertinggal

b. Vokal fremitus menurun

c. Perkusi dull sampal flat

d. Bunyi pernafasan menurun sampai menghilang

e. Pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat dapat dilihat atau diraba pada

trakhea

Nyeri dada pada pleuritis :

Simptom yang dominan adalah sakit yang tiba-tiba seperti ditikam dan

diperberat oleh bernafas dalam atau batuk. Pleura visceralis tidak sensitif, nyeri

dihasilkan dari pleura parietalis yang inflamasi dan mendapat persarafan dari

nervus intercostal. Nyeri biasanya dirasakan pada tempat-tempat terjadinya

pleuritis, tapi bisa menjalar ke daerah lain :

1. Iritasi dari diafragma pleura posterior dan perifer yang dipersarafi oleh G.

Nervus intercostal terbawah bisa menyebabkan nyeri pada dada dan

abdomen.

2. Iritasi bagian sentral diafragma pleura yang dipersarafi nervus phrenicus

menyebabkan nyeri menjalar ke daerah leher dan bahu.

2.7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk memperkuat diagnosa

efusi pleura antara lain (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006) :

1. Rontgen dada

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang

dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura yang hasilnya menunjukkan

adanya cairan. Foto dada juga dapat menerangkan asal mula terjadinya

efusi pleura yakni bila terdapat jantung yang membesar, adanya massa

tumor, adanya lesi tulang yang destruktif pada keganasan, dan adanya

densitas parenkim yang lebih keras pada pneumonia atau abses paru.

Referat Radiologi – Efusi Pleura 15

Page 16: Lapsus Pleura Efusi

Permintaan foto rontgen dada yang untuk melihat pleura efusi

adalah dengan posisi PA/Lateral dan posisi RLD (Right Lateral

Dekubitus) yang diharapkan jika ada pleura efusi yang minimal, cairan

akan terkumpul disepanjang lateral sisi dada mengikuti posisi gravitasi.

Gambaran pada foto thoraks didapatkan ( Petunjuk Membaca Foto

Untuk Dokter Umum, 1995) :

- Gambaran perselubungan semiopak, homogen menutupi paru

bawah yang biasanya relatif radioopak dengan permukaan atas

cekung berjalan dari lateral atas ke medial bawah (meniscus sign).

- Meniscus sign ini merupakan gambaran seperti garis lengkung

(garis Ellis Damoiseau)

- Sinus costrofenicus menumpul.

- Paru terdorong ke arah sentral/hilus, kadang-kadang mendorong

mediastinum ke arah kontralateral.

Gbr 2.6. Foto Thorax Paru Dengan Efusi Pleura (onctalk.com)

2. USG Dada

Referat Radiologi – Efusi Pleura 16

Page 17: Lapsus Pleura Efusi

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan.

Jumlahnya sedikit dalam rongga pleura. Pemeriksaan ini sangat

membantu sebagai penuntun waktu melakukan aspirasi cairan dalam

rongga pleura. Demikian juga dengan pemeriksaan CT Scan dada.

3. CT Scan Dada

CT scan dada dapat menunjukkan adanya perbedaan densitas

cairan dengan jaringan sekitarnya sehingga sangat memudahkan dalam

menentukan adanya efusi pleura. Selain itu juga bisa menunjukkan

adanya pneumonia, abses paru atau tumor.

Gbr 2.7. CT Scan Paru Dengan Efusi Pleura (onctalk.com)

4. Torakosentesis

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui

dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh

melalui torakosentesis.

Torakosentesis adalah pengambilan cairan melalui sebuah jarum

yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada di bawah

pengaruh pembiasan lokal dalam dan berguna sebagai sarana untuk

diuagnostik maupun terapeutik.

Pelaksanaan torakosentesis sebaiknya dilakukan pada penderita

dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan toraks, pada bagian bawah

Referat Radiologi – Efusi Pleura 17

Page 18: Lapsus Pleura Efusi

paru di sela iga v garis aksilaris media dengan memakai jarum

Abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak

melebihi 1000 – 1500 cc pada setiap kali aspirasi dan lebih baik

mengerjakan aspirasi berulang-ulang daripada satu kali aspirasi

sekaligus yang dapat menimbulkan pleural shock (hipotensi) atau edema

paru.

Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang terlalu

cepat. Mekanisme sebenarnya belum diketahui betul, tapi diperkirakan

karena adanya tekanan intra pleura yang tinggi dapat menyebabkan

peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang abnormal.

Gbr 2.8. Torakosintesis (www.cardiachealth.com)

Referat Radiologi – Efusi Pleura 18

Page 19: Lapsus Pleura Efusi

Gbr 2.9. Torakosintesis (onctalk.com)

5. Biopsi Pleura

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya

maka dilakukan biopsi dimana contoh lapisan pleura sebelah luar untuk

dianalisa. Pemeriksaan histologi satu atau beberapa contoh jaringan

pleura dapat menunjukkan 50 -75% diagnosis kasus-kasus pleuritis

tuberkulosa dan tumor pleura. Bila ternyata hasil biopsi pertama tidak

memuaskan, dapat dilakukan beberapa biopsi ulangan. Pada sekitar 20%

penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab

dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

Komplikasi biopsi antara lain pneumotoraks, hemotoraks,

penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.

6. Analisa cairan pleura

Untuk diagnostik cairan pleura, dilakukan pemeriksaan :

a. Warna Cairan

Biasanya cairan pleura berwama agak kekuning-kuningan (serous-

xantho-ctrone). Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada

trauma, infark paru, atau keganasan dan adanya kebocoran

aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini

Referat Radiologi – Efusi Pleura 19

Page 20: Lapsus Pleura Efusi

menunjukkan adanya empiema. Bila merah tua, ini menunjukkan

adanya abses karena amoeba.

b. Biokimia

Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang

perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Perbedaan Transudat Eksudat

- Kadar protein dalam efusi (g/dl)

- Kadar protein dalam efusi

Kadar protein dalam serum

- Kadar LDH dalam efusi (I.U)

- Kadar LDH dalam efusi

Kadar LDH dalam Serum

- Berat jenis cairan efusi

- Rivalta

< 3

< 0,5

< 200

< 0,6

< 1,016

negatif

> 3

> 0,5

> 200

> 0,6

> 1,016

positif

(dikutip dari Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006)

Disamping pemeriksaan tersebut di atas, secara biokimia

diperiksakan juga pada cairan pleura :

- Kadar pH dan glukosa yang biasanya rendah pada penyakit-

penyakit infeksi, artitis reumatoid dan neoplasma.

- Kadar amylase yang biasanya meningkat pada pankreatitis dan

metastasis adenokarsinoma.

c. Sitologi

Referat Radiologi – Efusi Pleura 20

Page 21: Lapsus Pleura Efusi

Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura penting untuk diagnostik

penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau

dominasi sel-sel tertentu.

- Sel neutrofil : Menunjukkan adanya infeksi akut.

- Sel limfosit : Menunjukkan adanya infeksi kronik seperti

pleuritis tuberkulosa atau limfoma malignum

- Sel mesotel : Bila jumlahnya meningkat, ini menunjukkan

adanya infark paru. Biasanya juga ditemukan banyak sel

eritrosit.

- Sel mesotel maligna : Pada mesotelioma

- Sel-sel besar dengan banyak inti : Pada arthritis rheumatoid

- Sel L.E : Pada lupus eritematosus sistemik

d. Bakteriologi

Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat

mengandung mikroorganisme terutama bila cairannya purulen,

(menunjukkan empiema). Efusi yang purulen dapat mengandung

kuman-kuman yang aerob ataupun anaerob. Jenis kuman yang

sering ditemukan dalam cairan pleura adalah : Pneumokokus,

E.coli, Kleibsiella, Pseudomonas, Entero-bacter.

Pada pleuritis tuberkulosa, kultur cairan terhadap kuman

tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20%.

Pemeriksaan Laboratorium terhadap cairan pleura dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Pemeriksaan Laboratorium Terhadap Cairan Pleura

Hitung sel total Hitung diferensial, hitung sel darah merah, sel

jaringan

Rasio protein cairan pleura terhadap seum > 0,5

Referat Radiologi – Efusi Pleura 21

Page 22: Lapsus Pleura Efusi

Protein total

Laktat dahidrogenase

Pewarnaan Gram dan

tahan asam

Biakan

Glukosa

Amylase

pH

Sitologi

Hematokrit

Komplemen

menunjukkan suatu eksudat

Bila terdapat organisme, menunjukkan empiema

Biakan kuman aerob dan anerob, biakan jamur

dan mikobakteria harus ditanam pada lempeng

Glukosa yang rendah (< 20 mg/dL) bila gula

darah normal menunjukkan infeksi atau penyakit

reumatoid

Meningkat pada pankreatitis, robekan esofagus

Efusi parapneumonik dengan pH > 7,2 dapat

diharapkan untuk sembuh tanpa drainase kecuali

bila berlokusi. Keadaan dengan pH < 7,0

menunjukkan infeksi yang memerlukan drainase

atau adanya robekan esophagus.

Dapat mengidentifikasi neoplasma

Pada cairan efusi yang banyak darahnya, dapat

membantu membedakan hemotoraks dari

torasentesis traumatik

Dapat rendah pada lupus eritematosus sistemik

Bila positif, mempunyai korelasi yang tinggi

Referat Radiologi – Efusi Pleura 22

Page 23: Lapsus Pleura Efusi

Preparat sel LE dengan diagnosis lupus aritematosus sistemik

(dikutip dari : Pengantar Ilmu Penyakit Paru, 1993)

7. Bronkoskopi

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber

cairan yang terkumpul. Bronkoskopi biasanya digunakan pada kasus-

kasus neoplasma, korpus alineum dalam paru, abses paru dan lain-lain.

8. Scanning Isotop

Scanning isotop biasanya digunakan pada kasus-kasus dengan emboli

paru.

9. Torakoskopi (Fiber-optic pleuroscopy)

Torakoskopi biasanya digunakan pada kasus dengan neoplasma atau

tuberkulosis pleura. Caranya yaitu dengan dilakukan insisi pada dinding

dada (dengan resiko kecil terjadinya pneumotoraks). Cairan dikeluarkan

dengan memakai penghisap dan udara dimasukkan supaya bias melihat

kedua pleura. Dengan memakai bronkoskop yang lentur dilakukan

beberapa biopsi.

2.8. Diagnosa

1. Anamnesis dan gejala klinis

Keluhan utama penderita adalah nyeri dada sehingga penderita

membatasi pergerakan rongga dada dengan bernapas pendek atau tidur

miring ke sisi yang sakit. Selain itu sesak napas terutama bila berbaring ke

sisi yang sehat disertai batuk batuk dengan atau tanpa dahak. Berat

ringannya sesak napas ini ditentukan oleh jumlah cairan efusi. Keluhan

yang lain adalah sesuai dengan penyakit yang mendasarinya

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan dada yang terkena cembung

selain melebar dan kurang bergerak pada pernapasan. Fremitus vokal

melemah, redup sampai pekak pada perkusi, dan suara napas lemah atau

Referat Radiologi – Efusi Pleura 23

Page 24: Lapsus Pleura Efusi

menghilang. Jantung dan mediastinum terdorong ke sisi yang sehat. Bila

tidak ada pendorongan, sangat mungkin disebabkan oleh keganasan

3. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologis mempunyai nilai yang tinggi dalam

mendiagnosis efusi pleura, tetapi tidak mempunyai nilai apapun dalam

menentukan penyebabnya. Secara radiologis jumlah cairan yang kurang

dari 100 ml tidak akan tampak dan baru jelas bila jumlah cairan di atras

300 ml.

Foto toraks dengan posisi Posterio Anterior akan memperjelas

kemungkinan adanya efusi pleura masif. Pada sisi yang sakit tampak

perselubungan masif dengan pendorongan jantung dan mediastinum ke sisi

yang sehat.

4. Torakosintensis

Tujuan torakosintesis (punksi pleura) di samping sebagai diagnostik

juga sebagai terapeutik.

2.9. Penatalaksanaan

Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan

pleura akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Beberapa macam

pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura masif adalah

sebagai berikut (Pengantar Imu Penyakit Paru, 1993) :

1. Obati penyakit yang mendasarinya

a. Hemotoraks

Jika darah memasuki rongga pleura hemotoraks biasanya

dikeluarkan melalui sebuah selang (WSD). Melalui selang tersebut

bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan

darah (misalnya streptokinase dan streptodornase). Jika perdarahan

terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui

selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan.

b. Kilotoraks

Referat Radiologi – Efusi Pleura 24

Page 25: Lapsus Pleura Efusi

Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki

kerusakan saluran getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau

pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran

getah bening.

c. Empiema

Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan

pengeluaran nanah. Jika nanahnya sangat kental atau telah

terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih

sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat

sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu

dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura

(dekortikasi).

d. Pleuritis TB.

Pengobatan dengan obat-obat antituberkulosis (Rifampisin,

INH, Pirazinamid/Etambutol/Streptomisin) memakan waktu 6-12

bulan. Dosis dan cara pemberian obat seperti pada pengobatan

tuberkulosis paru. Pengobatan ini menyebabkan cairan efusi dapat

diserap kembali, tapi untuk menghilangkan eksudat ini dengan

cepat dapat dilakukan torakosentesis. Umumnya cairan diresolusi

dengan sempurna tapi kadang-kadang dapat diberikan

kortikosteroid secara sistematik (Prednison 1 mg/kgBB selama 2

minggu, kemudian dosis diturunkan)2.

2. Torakosentesis

Keluarkan cairan seperlunya hingga sesak berkurang (lega), jangan

lebih 1-1,5 liter pada setiap kali aspirasi. Zangelbaum dan Pare

menganjurkan jangan lebih 1.500 ml dengan waktu antara 20-30 menit.

Torakosentesis ulang dapat dilakukan pada hari berikutnya. Torakosentesis

untuk tujuan diagnosis setiap waktu dapat dikerjakan, sedangkan untuk

tujuan terapeutik pada efusi pleura tuberkulosis dilakukan atas beberapa

indikasi.

Referat Radiologi – Efusi Pleura 25

Page 26: Lapsus Pleura Efusi

a. Adanya keluhan subjektif yang berat misalnya nyeri dada, perasaan

tertekan pada dada.

b. Cairan sudah mencapai sela iga ke-2 atau lebih, sehingga akan

mendorong dan menekan jantung dan alat mediastinum lainnya,

yang dapat menyebabkan kematian secara tiba-tiba.

c. Suhu badan dan keluhan subjektif masih ada, walaupun sudah

melewati masa 3 minggu. Dalam hal seperti ini biasanya cairan

sudah berubah menjadi pyotoraks.

d. Penyerapan cairan yang terlambat dan waktu sudah mendekati 6

minggu, namun cairan masih tetap banyak.

3. Chest tube

Jika efusi yang akan dikeluarkan jumlahnya banyak, lebih baik

dipasang selang dada (chest tube), sehingga cairan dapat dialirkan dengan

lambat tapi sempurna. Tidaklah bijaksana mengeluarkan lebih dari 500 ml

cairan sekaligus. Selang dapat diklem selama beberapa jam sebelum 500

ml lainnya dikeluarkan. Drainase yang terlalu cepat akan menyebabkan

distres pada pasien dan di samping itu dapat timbul edema paru.

4. Pleurodesis

Pleurodesis dimaksudkan untuk menutup rongga pleura sehingga

akan mencegah penumpukan cairan pleura kembali. Hal ini

dipertimbangkan untuk efusi pleura yang rekuren seperti pada efusi karena

keganasan. Sebelum dilakukan pleurodesis cairan dikeluarkan terlebih

dahulu melalui selang dada dan paru dalam keadaan mengembang

Pleurodesis dilakukan dengan memakai bahan sklerosis yang

dimasukkan ke dalam rongga pleura. Efektifitas dari bahan ini tergantung

pada kemampuan untuk menimbulkan fibrosis dan obliterasi kapiler

pleura. Bahan-bahan yang dapat dipergunakan untuk keperluan

pleurodesis ini yaitu : Bleomisin, Adriamisin, Siklofosfamid, ustard,

Thiotepa, 5 Fluro urasil, perak nitrat, talk, Corynebacterium parvum dan

tetrasiklin Tetrasiklin merupakan salah satu obat yang juga digunakan

pada pleurodesis, harga murah dan mudah didapat dimana-mana. Setelah

Referat Radiologi – Efusi Pleura 26

Page 27: Lapsus Pleura Efusi

tidak ada lagi cairan yang keluar masukkanlah tetrasiklin sebanyak 500 mg

yang sudah dilarutkan dalam 20-30 ml larutan garam fisiologis ke dalam

rongga pleura, selanjutnya diikuti segera dengan 10 ml larutan garam

fisiologis untuk pencucian selang dada dan 10 ml lidokain 2% untuk

mengurangi rasa sakit atau dengan memberikan golongan narkotik 1,5-1

jam sebelum dilakukan pleurodesis. Kemudian kateter diklem selama 6

jam, ada juga yang melakukan selama 30 menit dan selama itu posisi

penderita diubah-ubah agar tetrasiklin terdistribusi di seluruh rongga

pleura. Bila dalam 24-48 jam cairan tidak keluar lagi selang dada dicabut.

5. Pengobatan pembedahan mungkin diperukan untuk :

a. Hematoraks terutama setelah trauma

b. Empiema

c. Pleurektomi yaitu mengangkat pleura parietalis, tindakan ini jarang

dilakukan kecuali pada efusi pleura yang telah mengalami kegagalan

setelah mendapat tindakan WSD, pleurodesis kimiawi, radiasi dan

kemoterapi sistemik, penderita dengan prognosis yang buruk atau pada

empiema atau hemotoraks yang tak diobati.

d. Ligasi duktus torasikus, atau pleuropritoneal shunting yaitu

menghubungkan rongga pleura dengan rongga peritoneum sehingga

cairan pleura mengalir ke rongga peritoneum. Hal ini dilakukan

terutama bila tindakan torakosentesis maupun pleurodesis tidak

memberikan hasil yang memuaskan; misalnya tumor atau trauma pada

kelenjar getah bening.

2.10. Komplikasi

1. Infeksi

Pengumpulan cairan dalam ruang pleura dapat rrangakibatkan

infeksi (empiema primer), dan efus pleura dapat menjadi terinfeksi setelah

tindakan torasentesis {empiema sekunader). Empiema primer dan

sekunder harus didrainase dan diterapi dengan antibiotika untuk mencegah

Referat Radiologi – Efusi Pleura 27

Page 28: Lapsus Pleura Efusi

reaksi fibrotik. Antibiotika awal dipilih gambaran klinik. Pilihan

antibiotika dapat diubah setelah hasil biakan diketahui.

2. Fibrosis

Fibrosis pada sebagian paru-paru dapat mengurangi ventilasi

dengan membatasi pengembangan paru. Pleura yang fibrotik juga dapat

menjadi sumber infeksi kronis, menyebabkan sedikit demam. Dekortikasi-

reseksi pleura lewat pembedahan-mungkin diperlukan untuk membasmi

infeksi dan mengembalikan fungsi paru-paru. Dekortikasi paling baik

dilakukan dalam 6 minggu setelah diagnosis empiema ditegakkan, karena

selama jangka waktu ini lapisan pleura masih belum terorganisasi dengan

baik (fibrotik) sehingga pengangkatannya lebih mudah.

2.11. Prognosis

Prognosis pada efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi yang

mendasari kondisi itu. Namun pasien yang memperoleh diagnosis dan pengobatan

lebih dini akan lebih jauh terhindar dari komplikasi daripada pasien yang tidak

memedapatkan pengobatan dini.

Efusi ganas menyampaikan prognosis yang sangat buruk, dengan

kelangsungan hidup rata-rata 4 bulan dan berarti kelangsungan hidup kurang dari

1 tahun. Efusi dari kanker yang lebih responsif terhadap kemoterapi, seperti

limfoma atau kanker payudara, lebih mungkin untuk dihubungkan dengan

berkepanjangan kelangsungan hidup, dibandingkan dengan mereka dari kanker

paru-paru atau mesothelioma.

Efusi parapneumonic, ketika diakui dan diobati segera, biasanya dapat di

sembuhkan tanpa gejala sisa yang signifikan. Namun, efusi parapneumonik yang

tidak terobati atau tidak tepat dalam pengobatannya dapat menyebabkan fibrosis

konstriktif.

Referat Radiologi – Efusi Pleura 28

Page 29: Lapsus Pleura Efusi

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1. IDENTITAS PASIEN :

Nama  : Ny. Y

Umur  : 33 Tahun

Jenis kelamin  : Perempuan

Pekerjaan  : Swasta

Masuk Rumah Sakit : 18 Maret 2013

3.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis) :

Keluhan Utama: Sesak

Referat Radiologi – Efusi Pleura 29

Page 30: Lapsus Pleura Efusi

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan sesak, terutama pada saat berbaring.

Sesak dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Pasien mempunyai riwayar efusi

pleura kurang lebih 1 tahun. Dalam 1 tahun ini paien sudah keluar masuk

RS kurang lebih 7 kali untuk dilakukan penyedotan cairan parunya. Pasien

juga batuk lama dalam beberapa tahun ini dan mengeluarkan dahak

berwarna hijau, tidak ada darah. Terkadang pasien muntah pada saat

batuk, dan merasa mual, serta keringat banyak. BAB tidak lancar, nafsu

makan menurun.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien sesak sudah 1 tahun ini dan di diagnosa efusi pleura oleh

dokter.

Riwayat Penyakit Keluarga : (-)

Riwayat Pengobatan: Pasien tidak melakukan pengobatan OAT

Riwayat Kebiasaan : (-)

3.3. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum Tanggal 18 Maret 2013  

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Umum  : Lemah, gelisah

Keadaan gizi  : Cukup

Vital Sign

Tekanan darah  : 120/ 80 mmHg.

Nadi  : 92x/menit.

RR : 38x/menit.

Referat Radiologi – Efusi Pleura 30

Page 31: Lapsus Pleura Efusi

Suhu  : 37°C

KEPALA & LEHER : a/i/c/d : -/-/-/+

THORAX :

Paru

Inspeksi : Deviasi trachea (+) ke kiri, fossa jugularis simetris.

Palpasi : Fremitus Vokal : Dada kanan menurun.

Fremitus Raba : Dada kanan tertinggal (menurun).

Perkusi  : Lapangan paru kiri sonor. Lapangan paru kanan redup.

Auskultasi  : Wheezing (-/-), Ronkhi (+/+).

Jantung :

Inspeksi  : Ictus kordis tidak terlihat.

Palpasi  : Ictus kordis teraba di intercostalis V mid clavicula line

Perkusi  : RHM ICS V parasternal sinistra. LHM V MCL sinistra.

Auskultasi  : S1S2 tunggal, M (-), G (-)

ABDOMEN :

Inspeksi  : Flat

Palpasi : Perut supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium

(-).

Perkusi  : Timpani

Auskultasi  : Bising usus (+) normal.

EKSTREMITAS :

Akral hangat, oedem (-), sianosis (-).

3.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Laboratorium darah rutin tanggal 18 Desember 2013:

Leukosit  : 8.100/µl.

Hb  : 12,8 g/dl.

Referat Radiologi – Efusi Pleura 31

Page 32: Lapsus Pleura Efusi

Ht  : 36,9 %

Trombosit  : 316.000/ µl.

LED : 90/150

 

3.5. RESUME

Daftar Masalah : Efusi Pleura Dextra

Analisa Masalah

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis efusi pleura ec TB paru. Hal

ini berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Dari anamnesis didapatkan 1 tahun SMRS, pasien didiagnosa

dokter sebagai TB Paru (gejala klinis : batuk, penurunan berat badan,

demam, dan sesak nafas) dan dianjurkan makan obat selama 6 bulan

tetapi tidak mengkonsumsi obat. Saat ini, gejala klinis pasien masih ada

dan disertai sesak dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut merupakan

gambaran gejala klinis respiratorik dan gejala umum dari TB paru. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan status gizi cukup, frekuensi nafas

38x/menit, ditemukan ada pendorongan trakhea ke arah kiri, fremitus

pada lapangan paru kanan melemah, dengan palpasi gerak dada sebelah

kanan tertinggal, perkusi lapangan paru kanan redup, auskultasi pada

lapangan paru kanan egofoni. Hal ini disebabkan adanya penumpukan

cairan di paru, pasien ini dikategorikan TB paru kasus lama. Yakni pasien

yang telah berobat kurang dari 1 bulan dengan efusi pleura. Efusi pleura

pada TB diperkirakan berhubungan dengan pecahnya fokus kaseosa

subpleural di organ paru ke cavum pleura.

Diagnosis kerja: Efusi Pleura Dextra

Rencana Pemeriksaan :

1. Pemeriksaan Sputum BTA

Referat Radiologi – Efusi Pleura 32

Page 33: Lapsus Pleura Efusi

2. Rontgen Thorax PA/Lateral

3. Darah lengkap

Rencana Penatalaksanaan :

Non Farmako : Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein

Farmako : Ambroxol 3x1. Ceftriaxon 1x2. IVFD RL 20 tpm.

OAT I jika BTA sputum positif dan Hasil Rontgen Thoraxpositif 

Rontgen Thorax PA tanggal 18 Maret 2013 :

Rontgen Thorax PA pasien Y Keterangan :

- Tampak perselubungan massive pada hemithoraks dextra

disertai pendorongan trakhea ke hemithoraks sinistra dan

pendorongan jantung ke hemithoraks sinistra,

- Tampak infiltrat pada pulmo sinistra,

- Batas jantung kanan tertutup perselubungan.

 

Referat Radiologi – Efusi Pleura 33

Page 34: Lapsus Pleura Efusi

Kesan : Massive efusi pleura dextra dengan disertai adanya infiltrat pada pulmo

sinistra.

USG Thorax tanggal 21 Maret 2013 :

Kesan : tampak efusi pleura dextra

Diagnosa Akhir : efusi pleura ec KP Pleura

BAB 4

PEMBAHASAN KASUS

Diagnosis efusi pleura dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan

klinik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang diantaranya X-foto

toraks, USG Abdomen, CT Scan, serta torachocintesis. Radiologi paru membantu

dalam penegakan diagnosis, yaitu dengan menunjukkan tanda adanya efusi pleura.

Kelainan radiologis efusi pleura pada pemeriksaan foto toraks rutin tegak, cairan

pleura akan tampak berupa perselubungan homogen menutupi struktur paru

bawah yang biasanya radioopak dengan permukaan atas cekung, berjalan dari

lateral atas ke arah medial bawah. Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada

foto thoraks tegak adalah 250 – 300 ml. Pada pemeriksaan X-foto toraks pasien

ini didapatkan kesan massive efusi pleura dextra.

Referat Radiologi – Efusi Pleura 34

Page 35: Lapsus Pleura Efusi

Pada pasien ini dapat diusulkan pemeriksaan radiologis x-foto toraks

posisi RLD untuk dapat menilai pleural efussion index. Selain itu, pada

pemeriksaan USG yang dilakukan pada pasien ini diharapkan dapat sekaligus

menilai cairan efusi pleuranya. Pada laporan kasus ini, berdasarkan anamnesis

pada pasien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dengan laboratorium

darah dan urin serta radiologi berupa X-foto toraks didapatkan diagnosis efusi

pleura dextra ec KP Duplex.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Rofiq. 2011. Thorax. http://emedicine.medscape.com diakses

tanggal 22 maret 2013.

Alsagaff, Hood dan H. Abdul Mukty. 1993. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit

Paru.Surabaya: Airlangga University Press.

Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta:

Balai Penerbit FK UI.

Dimoski. S., Rolls. K. 2008. Pleural Effuisons.

Intensivecare.hsnet.nsw.gov.au diakses tanggal 20 Maret 2013.

Halim H. 2006. Penyakit-penyakit pleura, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit

dalam, Jilid II, edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.; 1056-61.

Referat Radiologi – Efusi Pleura 35

Page 36: Lapsus Pleura Efusi

HANLEY, M. E. & WELSH, C. H. 2003. Current diagnosis & treatment

in pulmonary medicine. [New York]: McGraw-Hill Companies.

Hartono, L. 1995. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Jakarta:

Balai Penerbit FK UI.

http://www.rci.rutgers.edu

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep

Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.

Rasad, Sjahrir. 2005. Radiologi Diagnostik, edisi ke-2. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI.

Tryzelaar, Dr. Pleural Effusions, Atelectasis. 2013.

www.cardiachealth.com diakses tanggal 21 Maret 2013.

West Jack, Howard. 2007. Introduction to Pleural Effusions. onctalk.com

diakses tanggal 20 Maret 2013.

Referat Radiologi – Efusi Pleura 36