Lapsus Mata

26
LAPORAN KASUS SEORANG LAKI – LAKI 47 TAHUN DENGAN OS ULKUS KORNEA ET CAUSA SUSPEK BAKTERIAL Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Penguji kasus : dr. Paramastri Arintawati, Sp.M. Pembimbing : dr. Leidina Rachmadian Dibacakan oleh : Ignatius Erik Dwi Wahyudi Dibacakan tanggal : 9 September 2013 BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013 1

description

mata

Transcript of Lapsus Mata

Page 1: Lapsus Mata

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI – LAKI 47 TAHUN DENGAN

OS ULKUS KORNEA ET CAUSA SUSPEK

BAKTERIAL

Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior

Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Penguji kasus : dr. Paramastri Arintawati, Sp.M.

Pembimbing : dr. Leidina Rachmadian

Dibacakan oleh : Ignatius Erik Dwi Wahyudi

Dibacakan tanggal : 9 September 2013

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

1

Page 2: Lapsus Mata

HALAMAN PENGESAHAN

Melaporkan kasus seorang laki – laki 47 tahun dengan ulkus kornea et causa suspek

bakterial

Penguji kasus : dr. Paramastri Arintawati, Sp.M.

Pembimbing : dr. Leidina Rachmadian

Dibacakan oleh : Ignatius Erik Dwi Wahyudi

Dibacakan tanggal : 9 September 2013

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Penyakit Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Semarang, 9 September 2013

Mengetahui

Penguji kasus

dr.Paramastri Arintawati,Sp.M.

Pembimbing

dr. Leidina Rachmadian

2

Page 3: Lapsus Mata

OS ULKUS KORNEA ET CAUSA SUSPEK BAKTERIAL

LAPORAN KASUS

Penguji kasus : dr. Paramastri Arintawati, Sp.M.

Pembimbing : dr. Leidina Rachmadian

Dibacakan oleh : Ignatius Erik Dwi Wahyudi

Dibacakan tanggal : 9 September 2013

I. PENDAHULUAN

Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat

kematian jaringan kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus

atau suatu proses alergi-imunologi. Infeksi kornea pada umumnya didahului oleh

trauma, penggunaan lensa kontak, pemakaian kortikosteroid topikal yang tidak

terkontrol.1Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat

untuk mencegah  perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descemetocele,

perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan.2Ulkus kornea merupakan penyebab

kebutaan ketiga terbanyak di Indonesia.1Ulkus kornea yang sembuh akan

menimbulkan kekeruhan kornea dan dapat mengakibatkan penurunan ketajaman

penglihatan.2

Pasien dengan ulkus kornea mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan

atau terjadi kebutaan bila tidak dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya,

ulkus kornea termasuk kasus kegawatdaruratan pada penyakit mata.

Penatalaksanaan yang tepat berupa menetapkan diagnosis penyebabnya secara dini

dan mengobatinya secara memadai akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat

ditimbulkan.3

II. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. M

Umur : 47 tahun

Agama : Islam

Alamat : Warakan RT.21/RW.10 Depok, Panggal, Trenggalek

Pekerjaan : Pegawai Swasta

3

Page 4: Lapsus Mata

No. CM : C436688

Masuk RS : 30 Agustus 2013

III. ANAMNESIS

(autoanamnesis pada tanggal 30 Agustus 2013)

Keluhan Utama : Mata kiri nyeri dan penglihatan kabur

Riwayat Penyakit Sekarang

± 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, mata kiri pasien terkena serpihan

sawit. Pasien kemudian mengucek mata kirinya, mata terasa mengganjal (+), gatal

(+), merah (+), nrocos (+), dan nyeri (+). Lalu pasien berobat ke poliklinik

perusahaan dan diberi 2 macam obat tetes mata yang digunakan 3 kali sehari,

namun pasien lupa nama obatnya.

± 1,5 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa muncul putih - putih

pada teleng mata, kotoran mata (+), nrocos (+), silau (+), pandangan kabur (+),

nyeri (+), cekot - cekot (+), rasa mengganjal (+), kemeng (+). Pasien memeriksakan

diri ke dokter spesialis mata dan diberi obat tetes C-tropin 0,5% 3 x 1 tetes, C-

lyters, LFX, dan Ciprofloxacin 500 mg. Setelah beberapa minggu keadaan tidak

membaik, pasien disarankan untuk dirujuk ke RSDK.

Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat trauma pada daerah mata (+) terkena serpihan sawit

Riwayat menggunakan kacamata sebelumnya disangkal

Riwayat penyakit mata sebelumnya disangkal

Riwayat alergi disangkal

Riwayat penyakit mata lainnya disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat DM disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

( - )

4

Page 5: Lapsus Mata

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai pegawai swasta. Pasien memiliki dua orang anak yang sudah

mandiri. Biaya pengobatan menggunakan Askes.

Kesan :Sosial ekonomi cukup.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Status Praesen

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis GCS=15

Tanda vital : TD : 130/80 mmHg Suhu : 36,8 0C

Nadi : 82 x/menit RR : 18x/menit

Pemeriksaan fisik: Kepala : mesosefal

Thoraks : cor : tidak ada kelainan

paru : tidak ada kelainan

Abdomen : tidak ada kelainan

Ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Oftalmologi

5

Conjungtiva mixed injection

Edema (+), tes fluoresensi (+) ; defek epitel (+) ukuran 3 mm x 3 mm, sentral ; infiltrat (+) ukuran 3,2 mm x 3,2 mm, sentral, kedalaman 1/3 stromal, jaringan nekrotik (+)

Hipopion (+) ± 1 mm

OS OD

Page 6: Lapsus Mata

Oculus Dexter Oculus Sinister

6/15 VISUS 1/300

Tidak dilakukan KOREKSI Tidak Dilakukan

Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan

Gerak bola mata ke segala arah

baik

PARASE/PARALYSE Gerak bola mata ke segala arah

baik

Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (+), spasme (-)

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-), spasme (-)

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

CONJUNGTIVA

PALPEBRALIS

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

Hiperemis (-), sekret (-),

edema(-)

CONJUNGTIVA FORNICES Hiperemis (+), sekret (-),

edema (-)

Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Mixed injection (+), sekret (+)

mukopurulen

Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan

Jernih CORNEA Edema (+), tes fluoresensi

(+) ; defek epitel (+) ukuran 3

mm x 3 mm, sentral ; infiltrat

(+) ukuran 3,2 mm x 3,2 mm,

sentral, kedalaman 1/3 stromal,

jaringan nekrotik (+) ;

sensibilitas kornea baik

Kedalaman cukup,

Tyndall Effect (-), hipopion (-)

CAMERA OCULI

ANTERIOR

Kedalaman cukup, Tyndall

Effect sulit dinilai, hipopion (+)

± 1 mm

Kripte (+), sinekia (-) IRIS Kripte (+), sinekia (-)

Bulat, sentral, regular, Ø 3

mm, refleks pupil (+)

PUPIL Sulit dinilai

Jernih LENSA Sulit dinilai

(+) cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) suram

T (digital) N TENSIO OCULI T (digital) N+1

6

Page 7: Lapsus Mata

Tidak dilakukan SISTEM CANALIS

LACRIMALIS

Tidak dilakukan

V. RESUME

± 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, mata kiri pasien terkena serpihan

sawit. Pasien kemudian mengucek mata kirinya, mata terasa mengganjal (+), gatal

(+), hiperemis (+), lakrimasi (+), dan nyeri (+). Lalu pasien berobat ke poliklinik

perusahaan dan diberi obat 2 macam tetes mata yang digunakan 3 kali sehari,

namun pasien lupa nama obatnya.

± 1,5 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa muncul putih - putih

pada teleng mata, sekret (+), lakrimasi (+), fotopobia (+), penurunan visus (+),

nyeri (+), cekot - cekot (+), rasa mengganjal (+), kemeng (+). Pasien memeriksakan

diri ke dokter spesialis mata dan diberi obat tetes C-tropin 0,5% 3 x 1 tetes, C-

lyters, LFX, dan Ciprofloxacin 500 mg. Setelah beberapa minggu keadaan tidak

membaik, pasien disarankan untuk dirujuk ke RSDK. Riwayat trauma pada mata

kiri (+) terkena serpihan sawit.

Status praesens dalam batas normal

Status oftalmologi

Oculus Dexter Oculus Sinister

6/15 VISUS 1/300

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (+), spasme (-)

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

CONJUNGTIVA FORNICES Hiperemis (+), sekret (-),

edema (-)

Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Mixed injection (+), sekret (+)

mukopurulen

Jernih CORNEA Edema (+), tes fluoresensi (+) ;

defek epitel (+) ukuran 3 mm x

3 mm, sentral ; infiltrat (+)

ukuran 3,2 mm x 3,2 mm,

sentral, kedalaman 1/3 stromal,

jaringan nekrotik (+) ;

sensibilitas kornea baik

7

Page 8: Lapsus Mata

Kedalaman cukup,

Tyndall Effect (-), hipopion (-)

CAMERA OCULI

ANTERIOR

Kedalaman cukup, Tyndall

Effect sulit dinilai, hipopion (+)

±1 mm

Kripte (+), sinekia (-) IRIS Kripte (+), sinekia (-)

Bulat, sentral, regular, Ø 3

mm, refleks pupil (+)

PUPIL Sulit dinilai

Jernih LENSA Sulit dinilai

(+) cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) suram

T (digital) N TENSIO OCULI T (digital) N+1

VI. DIAGNOSIS BANDING

OS Ulkus kornea et causa suspek bakterial

OS Ulkus kornea et causa suspek fungal

VII. DIAGNOSIS KERJA

OS Ulkus kornea et causa suspek bakterial

VIII. TERAPI

Moxifloxacin HCl 0.5% tiap 1 jam pada OS

Sulfas Atropine 1% 3 x 1 tetes OS

Ciprofloxacin 2 x 500 mg

Na Diclofenac 2 x 50 mg

Asetazolamid 2 x 250 mg

KCl 2 x 250 mg

IX. PROGNOSIS

OD OS

Quo ad visam Ad bonam Ad malam

Quo ad sanam Ad bonam Dubia ad malam

Quo ad vitam Ad bonam

Quo ad cosmeticam Dubia ad malam

X. SARAN

8

Page 9: Lapsus Mata

Rawat inap

Scrapping kornea: pengecatan gram, KOH, kultur dan tes sensitivitas bakteri

dan jamur

USG B Scan

Laboratorium darah rutin, studi koagulasi, gula darah sewaktu, elektrolit, ureum-

creatinin, albumin.

XI. EDUKASI

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa pasien menderita tukak

pada kornea yang dinamakan ulkus kornea yang kemungkinan disebabkan oleh

bakteri.

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien agar pasien dirawat di rumah

sakit mengingat kondisi penyakit yang membutuhkan perawatan dan evaluasi

intensif di rumah sakit.

Menjelaskan kepada pasien agar tidak mengucek-ngucek mata.

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien untuk meneteskan dan

menggunakan obat secara teratur dan menjaga daya tahan tubuh dengan makan

– makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup untuk mempercepat

penyembuhan penyakit.

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang komplikasi yang

mungkin terjadi.

XII. DISKUSI

ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA

9

Page 10: Lapsus Mata

Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43

dioptri. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada

persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata - rata mempunyai

tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm

dari anterior ke posterior.

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

1. Lapisan epitel

Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling

tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong

kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel

gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel

polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini

menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan

barrier.

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila

terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman

Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen

yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan

stroma.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu

dengan yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur

sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali

serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.

Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak

diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar

dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement

10

Page 11: Lapsus Mata

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma

kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai

tebal 40 µm.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.

Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula

okluden.4

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf

siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,

masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan

selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara.

Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3

bulan.4

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour

aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar

dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,

avaskularitasnya dan deturgensinya.1

ULKUS KORNEA

DEFINISI 2,4

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian

jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek

kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel

sampai stroma.Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus

yaitu rusaknya sistem barier epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti :

a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata,

sumbatan saluran lakrimal)

b. Faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena trauma,

penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka

c. Kelainan lokal pada kornea, meliputi edema kornea kronik, keratitis

eksposure (pada lagoftalmos, anestesi umum, koma), keratitis karena

11

Page 12: Lapsus Mata

defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis oleh

karena virus

d. Kelainan sistemik, meliputi malnutrisi, alkoholisme, sindrom Steven-

Johnson, sindrom defisiensi imun (AIDS, SLE)

e. Obat – obatan penurun sistem imun, seperti kortikosteroid, obat anestesi lokal

PATOFISIOLOGI

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,

dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Biasan cahaya terutama terjadi

di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan

kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh

karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan

penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak

segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.

Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma

kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi

pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.

Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit

polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak

sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan

permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah

ulkus kornea.6

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea

baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia.

Rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palbebra

superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif,

regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang

terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan

dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.

Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini

12

Page 13: Lapsus Mata

menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil

dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi

bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma

maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya

sikatrik.5

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:

1. Ulkus kornea sentral

a. Ulkus kornea bakterialis

b. Ulkus kornea fungi

c. Ulkus kornea virus

d. Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer

a. Ulkus marginal

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

c. Ulkus cincin (ring ulcer)

Ulkus Kornea Sentral

a. Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah

tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk

cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam

dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh

streptokok pneumonia.

Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih

kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.

Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai

edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus

seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.

Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea.

ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.

Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48

jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang

13

Page 14: Lapsus Mata

dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti

cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.

Ulkus Kornea Bakterialis Ulkus Kornea Pseudomonas

Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang

dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga

memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus

terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan.

Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan

di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion

yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.

Diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.

b.. Ulkus Kornea Fungi

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai

beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.

Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang

agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti

bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal

penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit

disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan

bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik.

Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi

siliar disertai hipopion.

14

Page 15: Lapsus Mata

Ulkus Kornea Fungi

MANIFESTASI KLINIS 4

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa gejala subjektif

dan gejala objektif.

Gejala subjektif berupa eritema kelopak mata dan konjungtiva, sekret

mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, bintik putih

pada kornea pada lokasi ulkus, mata berair, silau, nyeri. Infiltat yang steril dapat

menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak

disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.

Gejala objektif berupa injeksi siliar, hilangnya sebagian jaringan kornea,

dan adanya infiltrat, adanya hipopion.

DIAGNOSIS 1,3,5

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.

Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan

adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang

bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering

kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien

seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi,

virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat

penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi

imunosupresi khusus.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi

siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus

berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti

ketajaman penglihatan, tes air mata, pemeriksaan slit-lamp, respon reflek pupil,

15

Page 16: Lapsus Mata

pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi,goresan ulkus untuk analisa atau kultur

(pulasan gram, giemsa atau KOH)

PENATALAKSANAAN4

Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh

spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan

pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang

mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi

peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien

tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat

sistemik.:

Tidak boleh dibebat karena akan menaikkan suhu sehingga bisa berperan

sebagai inkubator

Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari

Kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder

Debridement

Antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi lokal kecuali dalam

keadaan berat.

Pengobatan dihentikan jika telah tenang dan terjadi epitelisasi, kecuali bila

penyebabnya Pseudomonas maka pengobatan ditambah 1-2 minggu. Dilakukan

pembedahan atau keratoplasti jika pengobatan tidak sembuh dan terjadi jaringan

parut yang mengganggu penglihatan.

KOMPLIKASI 7

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis

Prolaps iris

Sikatrik kornea

Katarak

Glaukoma sekunder

16

Page 17: Lapsus Mata

ANALISIS KASUS

Pada laporan kasus ini, pasien didiagnosis OS ulkus kornea et causa suspek

bakterial berdasarkan data dasar yang didapatkan melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik sebagai berikut.

Pada anamnesis didapatkan keluhan nyeri dan penurunan visus mata kiri

terkena biji sawit, pasien mengeluh mata hiperemis, lakrimasi, fotopobia, dan

nyeri, Selain itu dari anamnesis didapatkan faktor risiko terjadinya ulkus kornea

pada pasien ini yaitu riwayat terkena serpihan sawit pada bagian mata yang

kemungkinan menyebabkan defek epitel pada kornea. Sehingga infeksi lebih

mudah terjadi.

Pada pemeriksaan fisik pada OS didapatkan palpebra superior edema. Pada

kornea didapatkan edema, tes fluoresensi (+), defek epitel (+) ukuran 3 mm x 3

mm, sentral, infiltrat (+) ukuran 3,2 mm x 3,2 mm, sentral, kedalaman 1/3

stromal, jaringan nekrotik (+), sensibilitas kornea baik sehingga dapat

menyingkirkan etiologi viral yang biasanya menyebabkan sensibilitas kornea.

Terdapat hipopion ± 1 mm pada camera oculi anterior. Pupil, lensa dan fundus

refleks sulit dinilai karena adanya defek epitel dan infiltrat pada kornea. Tidak

didapatkannya lesi satelit menyingkirkan etiologi karena jamur. Oleh karena itu,

ulkus kornea pada kasus ini dicurigai disebabkan infeksi bakteri.

Pada kasus ini pasien diberikan terapi berupa obat tetes antibiotik

Moxifloxacin HCl 0,5% dan Ciprofloxacin 500 mg sebagai antibiotik yang

berspektrum luas. Pada kasus ini pasien diberikan terapi empirik untuk menangani

infeksi bakteri sebelum didapatkan hasil kultur dan tes sensitivitas dari scrapping

kornea. Hal ini diperlukan untuk mencegah infeksi berkembang lebih lanjut dan

mengakibatkan berbagai komplikasi. Pasien diberikan sulfas atropine 1% ED

sebagai sikloplegik untuk mengistirahatkan mata dan mencegah terbentuknya

sinekia. Na diclofenac sebagai anti inflamasi non steroid yang dapat menekan

reaksi radang dan diharapkan dapat mempercepat penyembuhan luka. Pada pasien

ini didapatkan tekanan intra okuler dengan pemeriksaan digital adalah N+1 karena

itu diberikan asetazolamid untuk menurunkan tekanan intra okuler.

17

Page 18: Lapsus Mata

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000

2. Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com 2007.

3. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai

Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id. 2007.

4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi keempat FKUI, Jakarta, 2013

5. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu

Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisike 2,Penerbit

Sagung Seto, Jakarta,2002

6. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989

7. Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14

8. Anonimus, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.wikipedia.org

18