Lapsus KPD

download Lapsus KPD

of 7

description

Ketuban Pecah Dini Laporan kasus

Transcript of Lapsus KPD

LAPORAN KASUS

IDENTITAS Nama : SUM Umur : 26 tahunAgama: HinduSuku : Bali Pendidikan: tamat SMAPekerjaan: Ibu Rumah tangga Alamat: Tegal Badeng BaratMRS: 10 Februari 2014 Tanggal Pemeriksaan : 10 Februari 2014 ANAMNESIS

Keluhan UtamaKeluar air pervaginam.Perjalanan PenyakitPasien datang dengan keluhan keluar air pervaginam sejak pukul 03.30 WITA ( 10 Februari 2014 ) atau 2 jam sebelum MRS. Cairan berwarna jernih, tidak disertai lendir bercampur darah. Pasien mengatakan merasakan sakit perut hilang timbul sejak 3 jam SMRS, pasien mengatakan tidak ada demam. Gerak janin dirasakan baik. Hari pertama haid terakhir ( HPHT) : 8 Mei 2013 Taksiran partus: 15 Februari 2014Menarche: 14 tahunSiklus: 28 hariLamanya haid: 3-4 hariANC: bidan USG (+): 2x ~ normal

Riwayat Kehamilan/Persalinan1. Lk / 3350 gram / Partus spontan / RS / 6 tahun 2. Abortus Umur kehamilan 3 bulan, sudah dilakukan kuretase3. Ini

Riwayat KontrasepsiSetelah hamil ke dua, pasien menggunakan KB suntik setiap 3 bulan, pasien terakhir kali menggunakan KB 1 tahun yang lalu

Riwayat PernikahanPenderita menikah satu kali dengan suami sekarang selama 7 tahun

Riwayat PenyakitRiwayat penyakit seperti hipertensi, DM, penyakit jantung, dan asma disangkal.

PEMERIKSAAN FISIKStatus PresentKeadaan umum: BaikKesadaran : Compos mentisTanda Vital: Tekanan darah 120/80 mmHg Nadi 80x / menit Napas 20x / menit Suhu 36,7oCBerat badan: 68,5 kgTinggi badan: 158 cm

Status GeneralMata : Anemis ( -/- ), Ikterus ( -/- )Jantung: SIS2 tunggal, regular, murmur (-)Paru: Vesikular, rhonki (-/-) Wheezing (-/-)Abdomen: Perut membesar sesuai dengan usia kehamilan Bising usus (+) N, distensi (-)Ekstremitas: hangat (+), Odem (-)

Status ObstetriInspeksi : Tampak hiperpigmentasi pada areola mamae Tampak perut membesar dengan striae gravidarum Tidak tampak bekas luka SCPalpasi : Pemeriksaan LeopoldI. Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah procesus xiphoideus ( 33 cm ). Teraba bagian bagian bulat dan lunak ( kesan bokong)II. Teraba Tahanan keras di kiri (kesan punggung) dan bagian kecil di kananIII. Teraba bagian bulat, keras (kesan kepala)IV. Bagian terbawah sudah masuk 4/5 bagian dari pintu atas panggul His (-) Auskultasi : DJJ +, punctum maksimum pada abdomen bagian kiri, frekuensi 148x/menit

Pemeriksaan Dalam : VT ( 07.30) : pembukaan serviks 1 cm, eff 25 % Ketuban (-) jernih, teraba kepala, denominator belum jelas, penurunan hodge I, Tidak teraba bagian kecil atau tali pusat

PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah Lengkap : WBC : 10, 1 RBC : 4, 91HGB : 14,9HCT : 42,3PLT : 228

DIAGNOSISG3P1011, 39-40 mg T/H + KPD PBB: 3255 gr

PENATALAKSANAANPdx : - DL, BT , CTTx : Induksi dengan drip Oksitosin 2,5 IU mulai 16 tetes/menit sampai 46 tetes/ menit Observasi ketat CHPB Exp. Pervaginam Cefotaxime 3x1 grMx : Evaluasi kemajuan persalinan Keluhan, vital sign, DJJ, HISKIE : Pasien dan keluarga tentang keadaan janin dan rencana tindakan

PEMBAHASAN

Pada pasien didapatkan, pasien dengan inisial SUM, umur 26 tahun, G3P1011, 39-40 minggu, datang ke IGD dengan keluhan keluar air pervaginam sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Keluhan nyeri perut dan blood slym disangkal. Nyeri perut hilang timbul dirasakan pasien sejak 3 jam SMRS.Diagnosis KPD ditegakkan berdasarkan Anamnese, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada Anamnesa didapatkan keluar cairan pervaginam, jernih, tidak berbau sejak 2 jam SMRS. Umur kehamilan didapatkan 39-40 minggu dari HPHT, blood slym disangkal.Pemeriksaan fisik didapatkan dari inspeksi tampak keluar cairan pervaginam. Pada pemeriksaan dalam ada cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah pecah.Pada pasien ini faktor predisposisi terjadinya KPD dilakukan dengan metode eksklusi dimana faktor infeksi, umur dan paritas dapat disingkirkan. Pada pasien tidak ditemukan tanda-tanda infeksi, usia pasien juga masih muda (26 tahun) dengan kehamilan yang ketiga. Faktor-faktor lain seperti faktor selaput ketuban, gizi, status sosio ekonomi rendah, hormonal, stres psikologis tidak dapat disingkirkan sebagai faktor resiko sebab tidak dilakukan penelusuran lebih lanjut.Pasien datang dengan keluhan keluar air pervaginam sejak 2 jam SMRS dengan umur kehamilan 39-40 minggu. Saat masuk pada pasien tidak ditemukan infeksi, tanda-tanda inpartu dan gawat janin sehingga dikelola dengan perawatan konservatif sesuai protap untuk KPD dengan kehamilan aterm, dengan pemberian cefotaxime 3 x 1 gram dan induksi persalinan dengan drip Oksitosin 2,5 IU mulai 16 tetes/menit sampai 46 tetes/ menit. Terdapat perbedaan penatalaksanaan KPD khususnya dalam pemberian antibiotika profilaksis. Di RS Sanglah Denpasar antibiotika profilaksis diberikan pada semua kasus KPD, sedangkan di negara lain seperti di Amerika sesuai dengan rekomendasi ACOG (American College of Obstetrics and Gynaecologist) dan AAP (American Academy of Pediatrics) antibiotika profilaksis hanya diberikan pada kasus persalinan dengan faktor risiko infeksi seperti kasus KPD dengan lama ketuban pecah melewati 18 jam, febris, adanya koloni kuman Streptokokus Grup Beta dan persalinan kurang 37 minggu. Pembatasan penggunaan antibiotika profilaksis ini dimaksudkan untuk mengurangi efek samping antibiotika, mencegah resistensi kuman dan mengurangi biaya.Penatalaksanaan ketuban pecah dini aterm berdasarkan prosedur tetap di RSUP Sanglah adalah sebagai berikut: Diberikan antibiotika profilaksis, Ampicillin 2 g IV setiap 6 jam atau Penicillin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan. Jika sudah terjadi infeksi diberikan antibiotik therapi berupa Ampicillin 4 x 500 mg selama 7 hari. Dilakukan pemeriksaan admission test, bila hasilnya patologis dilakukan terminasi kehamilan. Observasi temperatur rektal setiap 3 jam, bila ada kecenderungan meningkat lebih atau sama dengan 37,6 C, segera dilakukan terminasi. Bila temperatur rektal tidak meningkat, dilakukan observasi selama 12 jam setelah 12 jam belum ada tanda-tanda in partu dilakukan terminasi. Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan indikasi obstetrik. Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi PS:a. Bila PS lebih atau sama dengan 5, dilakukan induksi dengan oksitosin drip.b. Bila PS kurang dari 5, dilakukan pematangan serviks.Dengan mempertimbangkan wanita yang melahirkan dengan ketuban pecah dini, perlu diwaspadai risiko terjadinya sepsis postpartum, perdarahan postpartum dan trombosis vena yang memerlukan penanganan yang efektif. Promosi aktif ikatan ibu-anak dengan rawat gabung perlu mendapat pertimbangan khusus pada kasus ketuban pecah dini. Semua bayi yang lahir dengan riwayat ketuban pecah dini harus melalui skrining untuk sepsis, efek dari antibiotika yang digunakan sebelum dan selama persalinan ibu. Skrining biasanya meliputi kultur darah janin, kultur aspirasi endotrakeal, tes aglutinasi lateks urine, dan pemeriksaan darah lengkap. Lumbal pungsi dan pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan pada neonatus dengan klinis sepsis dan hasil pemeriksaan positif pada kultur darah. Pemberian antibiotika awal dengan kombinasi penicillin dan gentamicin dapat dilakukan sambil menunggu hasil skrining.Pada kasus ini tidak terjadi komplikasi pada ibu dan bayi. Hal ini dinilai dari kondisi ibu yang tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dengan didukung oleh hasil laboratorium yang masih dalam batas normal. Setelah ibu melahirkan ibu diberikan penjelasan untuk kontrol poliklinik setelah 7 hari persalinan. Jika ada tanda-tanda infeksi seperti panas, cairan vagina berbau atau terjadi pendarahan maka ibu diharuskan datang ke poli secepatnya.

1