Lapsus Katarak

37
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA LAPORAN KASUS KATARAK SENILIS STADIUM MATUR PADA OKULAR DEXTRA SINISTRA Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Mata Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Diajukan Kepada : Pembimbing : dr. Retno Wahyuningsih, Sp. M Disusun Oleh : Dessy Krissyena 1320221128

description

Laporan kasus katarak, katarak, mata, stase mata, optalmologi, katarak senilis

Transcript of Lapsus Katarak

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

LAPORAN KASUSKATARAK SENILIS STADIUM MATUR PADA OKULAR DEXTRA SINISTRA

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu MataRumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Diajukan Kepada :Pembimbing : dr. Retno Wahyuningsih, Sp. M

Disusun Oleh :Dessy Krissyena1320221128

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran UPN VETERAN JAKARTARumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot SoebrotoPeriode 20 Oktober 22 November 2014

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN BAGIAN ILMU MATA

Laporan kasus dengan judul :

KATARAK SENILIS STADIUM MATUR PADA OKULAR DEXTRA SINISTRA

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Mata Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:

Dessy Krissyena1320221128

Telah disetujui oleh Pembimbing: Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal

dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M ....................... .............................

Mengesahkan:Koordinator Kepaniteraan Ilmu Mata

dr. Retno Wahyuningsih, Sp.MNIP. 19620721 1999010 2 001KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terselesaikannya penulisan laporan kasus ini. Penyusun mendapatkan tugas untuk membuat laporan kasus yang berjudul Katarak Senilis Stadium Matur pada Okular Dextra Sinistra. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki kekurangan. Penulis berterimakasih kepada :1. dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M selaku konsulen sekaligus pembimbing laporan kasus ini.2. Orang tua penulis yang telah memberikan motivasi kepada penulis hingga terselesaikannya laporan kasus ini.3. Bapak Sinuk yang memberikan dukungan dan waktu dalam membantu penulis.4. Teman-teman coass Ilmu Mata yang telah memberikan motivasi kepada penulis.Serta seluruh pihak bersangkutan yang tidak dapat diucapkan satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih.Penulis meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan referat ini. Penulis berharap, referat ini akan berguna bagi pembaca dan akademis.

Jakarta, Oktober 2014

Dessy Krissyena

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN2KATA PENGANTAR3DAFTAR ISI4BAB ILAPORAN KASUS5I.1.IDENTITAS PASIEN5I.2ANAMNESIS5I.3PEMERIKSAAN FISIK61.4RESUME6I.5DIAGNOSIS71.6USULAN PEMERIKSAAN7I.7PENATALAKSANAAN7I.7PROGNOSIS7BAB IITINJAUAN PUSTAKA9II.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA9II.2 ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA11II.3 FISIOLOGI LENSA13II.4 KATARAK14II.5 KATARAK SENILIS16BAB IIIANALISA KASUS24DAFTAR PUSTAKA26

BAB ILAPORAN KASUS

I.1. Identitas PasienNama: Ny. SAgama: IslamTanggal Lahir: 3 Agustus 1936: Umur: 78 tahunJenis Kelamin: PerempuanPekerjaan: Ibu Rumah TanggaStatus: MenikahPendidikan: SDTgl Pemeriksaan: Selasa, 21 Oktober 2014No. RM: 052114

I.2. Anamnesis Teknik Anamnesis: Autoanamnesis dan aloanamnesis Keluhan UtamaMata kanan dan kiri tidak dapat melihat. Riwayat Penyakit SekarangPasien mengeluh kedua matanya tidak dapat melihat. Awalnya penglihatan kabur seperti berkabut serta mengganggu kegiatan sehari-hari, lama-kelamaan pasien tidak dapat melihat lagi. Keluhan nyeri (-), mata merah (-), mata kotor (-), sakit kepala (-), air mata berlebih (-). Riwayat Penyakit DahuluPasien tidak mengetahui menderita DM dan hipertensi, riwayat trauma mata (-) dan penyakit mata sebelumnya (-). Riwayat AlergiDisangkal Riwayat Penggunaan ObatUntuk keluhan mata sekarang belum pernah diobati dan sedang tidak meminum obat-obatan rutin. Riwayat Penyakit dalam KeluargaTidak ada dari keluarga pasien yang mengeluhkan gejala yang sama dengan pasien.

I.3. Pemeriksaan FisikKesadaran: Compos MentisKeadaan Umum: Sakit ringanTanda Vital: TD : 160/90Status OftalmologiI.3.1. InspeksiNoPemeriksaanODOS

1Visus1/300LP : baikWP : baik1/300LP : baikWP : baik

2Pergerakan bola mataGerakan bola mata bebas di segala arahGerakan bola mata bebas di segala arah

3SuperciliaNormalNormal

4CiliaTrikiasis (-)Trikiasis (-)

5Palpebra SuperiorHiperemis (-), edeme (-), ektropion (-), entropion (-), ptosis (-)Hiperemis (-), edeme (-), ektropion (-), entropion (-), ptosis (-)

6Palpebra InferiorHiperemis (-), edeme (-), ektropion (-), entropion (-), ptosis (-)Hiperemis (-), edeme (-), ektropion (-), entropion (-), ptosis (-)

7Kojungtiva :-Injeksi Konjuntiva-Injeksi siliar-Pertumbuhan fibrovaskular(-)(-)(-)(-)(-)(-)

8Aparatus LakrimalisSumbatan (-)Sumbatan (-)

8Kornea :-Kejernihan-Infiltrat-SikatrikJernih(-)(-)Jernih(-)(-)

8Camera Okuli AnteriorJernih, kedalaman cukup, hifema (-) Jernih, kedalaman cukup, hifema (-)

9IrisReguler, Coklat, Kripte (+), Sinekia (-)Reguler, Coklat, Kripte (+), Sinekia (-)

10PupilBulat, 3mm, RC (+)Bulat, 3mm, RC (+)

11LensaKeruh seluruh lensa, Iris Shadow (-)Keruh seluruh lensa, Iris Shadow (-)

I.3.2. TonometriOD: 6/5.5OS: 6/5.5

ODOSI.4. ResumeNy. S, 78 tahun. Pasien mengeluh kedua matanya tidak dapat melihat. Awalnya penglihatan kabur seperti berkabut serta mengganggu kegiatan sehari-hari, lama-kelamaan pasien tidak dapat melihat lagi. Keluhan nyeri (-), mata merah (-), mata kotor (-), sakit kepala (-), air mata berlebih (-). Riwayat Hipertensi tidak tahu, DM tidak tahu. Hasil pemeriksaan :PemeriksaanOculi DextraOculi Sinistra

Visus1/300LP : baikWP : baik1/300LP : baikWP : baik

LensaKeruh (putih) seluruh lensa, Iris Shadow (-)Keruh (putih) seluruh lensa, Iris Shadow (-)

I.5. DiagnosisKatarak senilis stadium matur pada oculi dextra et sinistra

I.6. Usulan PemeriksaanFunduskopiPemeriksaan Gula Darah Sewaktu, HbsAgI.7. PenatalaksanaanOperasia) Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)b) Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK)c) Fakoemulsifikasid) Small Incision Cataract Surgery (SICS)Pasca Operasia) Tetes mata antibiotikb) Antibiotik sistemik (oral) dan analgetikEdukasia) Mengganti perban 1 kali sehari pada pagi harib) Jangan kena air dan tidak menggosok mata selama 1 mingguc) Memberi obat tetes sesuai petunjuk dokterd) Penyakit pasienI.8. Prognosisa) Quo ad vitam: dubiab) Quo ad sanationam: bonamc) Quo ad functionam: bonamd) Quo ad cosmeticam: bonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Mata NormalII. 1. Anatomi dan Fisiologi Mata1,2Bola mata memiliki 3 lapisan. Bola mata memiliki 3 lapisan. Dari permukaan luar, terdapat lapisan fibrosa, yang terdiri dari sklera di belakang dan kornea di bagian depan. Lapisan kedua yaitu lapisan berpigmen dan vaskular, yang terdiri dari koroid, korpus siliaris, dan iris. Lapisan ketiga yaitu lapisan neural yang dikenal sebagai retina. Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat, dengan diameter anteroposterior sekitar 24, 5 mm.

a. KonjungtivaMerupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebris/tarsal) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbi). Perdarahan konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. b. SkleraMerupakan pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan bersifat padat dan berwarna putih, serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior, dan durameter nervus optikus di posterior. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk sklera, yang disebut sebagai episklera. c. KorneaMerupakan jaringan transparan yang memiliki tebal 0,54 mm ditengah, dan 0,65 mm di tepi, serta berdiameter sekitar 11,5 mm. Sumber nutrisi kornea berasal dari pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Dalam axis penglihatan, kornea berperan sebagai jendela paling depan dari mata dimana sinar masuk dan difokuskan ke dalam pupil . Bentuk kornea cembung dengan sifat yang transparan dimana kekuatan pembiasan sinar yang masuk 80 % atau 40 dioptri ,dengan indeks bias 1, 38 .d. UveaUvea terdiri atas iris, korpus siliaris, dan koroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. e. IrisMerupakan perpanjangan korpus siliaris ke anterior. Iris terletak bersambungan dengan anterior lensa, yang memisahkan bilik anterior dan blik posterior mata. Di dalam stroma iris terdapat otot sfingter dan dilator pupil. Iris juga merupakan bagian yang memberi warna pada mata. Dalam axis penglihatan, iris berfungsi mengatur jumlah sinar yang masuk kedalam bola mata dengan mengatur besar pupil menggunakan otot sfingter dan dilator pupil. f. Pupil Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola mata. Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi akan mengakibatkan mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil yang bila berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis)g. Corpus siliarisMembentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Corpus silliaris berperan untuk akomodasi dan menghasilkan humor aquaeush. LensaMerupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan. Memiliki tebal sekitar 4mm dan diameter 9mm. Terletak di belakang iris. Lensa digantung oleh zonula yang menghubungkannya dengan korpus siliaris. Dalam axis penglihatan, lensa berperan untuk berakomodasi dan memfokuskan cahaya ke retina. i. RetinaMerupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan yang melapisi dua per tiga bagian dalam posterior dinding bola mata. Dalam aksis penglihatan, retina berfungsi untuk menangkap rangsangan jatuhnya cahaya dan akan diteruskan berupa bayangan benda sebagai impuls elektrik ke otak untuk membentuk gambaran yang dilihat. Pada retina terdapat sel batang sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar.

j. Nervus OptikusSaraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks visual untuk dikenali bayangannya

II. 2. Anatomi dan Histologi Lensa3,4,5Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin terletak di antara iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10 mm dengan ketebalan 3,5 mm 5 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki beda kelengkungan, dimana permukaan anterior lensa lebih melengkung dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan ini bertemu di bagian ekuator. Sebagai media refraksi, lensa memiliki indeks refraksi sebesar 1,39, dan memilki kekuatan hingga 15-16 dioptri. Dengan bertambahnya usia, kemampuan akomodasi lensa akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan menurun. Struktur lensa dapat diurai menjadi :

1. Kapsul lensaKapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa tersusun dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa paling tebal pada bagian anterior dan posterior zona preekuator (14 um,) dan paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um).2. Epitel anteriorEpitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior. Merupakan selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lensa dan regenerasi serat lensa. Pada bagian ekuator, sel ini berproliferasi dengan aktif untuk membentuk serat lensa baru. 3. Serat lensaSerat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang matur adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan membentuk korteks dari lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa yang baru dibentuk ke tengah lensa.

4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya lensa, sehingga lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium menempel pada lensa di bagian anterior dan posterior kapsul lensa. Ligamentum suspensorium merupakan panjangan dari corpus silliaris. II. 3. Fisiologi Lensa3,51. Transparansi lensaLensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low resistance gap junction antar sel.2. Akomodasi lensaAkomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi terjadi akubat perubahan lensa oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III. Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh karena terjadinya kekakuan pada nukelus.Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:

II.4.Katarak2,4,6,71. DefinisiKatarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga memberikan gambaran area berawan atau putih. 2. EpidemiologiLebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak congenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak. 3. Etiologi dan Faktor RisikoPenyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal. Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak. Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak congenital. Katarak congenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.

4. PatofisiologiPerubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

5. KlasifikasiMorfologiMaturitasOnset

KapsularInsipienKongenital

SubkapsularIntumesenInfantile

KortikalImmaturJuvenile

SupranuklearMaturPresenile

NuklearHipermaturSenile

PolarMorgagni

II.5. Katarak Senilis1. Definisi dan EpidimiologiKatarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun, lebih dair 90% individu mengalami katarak senilis. Umumnya mengenai kedua mata dengan salah satu mata terkena lebih dulu.Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi katarak senilis antara lain:1.Herediter 2.Radiasi sinar UV3.Faktor makanan4.Krisis dehidrasional5.Merokok

2. PatofisiologiKomposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin dan adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock protein berguna untuk menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.

Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:

Gambar. Tipe Katarak.8

1.Katarak senilis kortikalTerjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan penurunan asam amino dan kalium, yang mengakibatkan kadar natrium meningkat. Hal ini menyebabkan lensa memasuki keadaan hidrasi yang diikuti oleh koagulasi protein. Pada katarak senilis kortikal terjadi derajat maturasi sebagai berikut: Derajat separasi lamelarTerjadi demarkasi dari serat kortikal akibat hidrasi. Tahap ini hanya dapat diperhatikan menggunakan slitlamp dan masih bersifat reversibel. Katarak insipienMerupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan adanya area yang jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari ekuator ke arah sentral (kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral (kupuliform). Katarak imaturKekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa. Volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik, bahan lensa yang degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder. Katarak maturKekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa. Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat maturasi ini. Bila terus berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa. Katarak hipermaturPada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair. Cairan keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut. Katarak MorgagniMerupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa menggenang bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan terus dan menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.

2.Katarak senilis nuklearTerjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi. Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen dan jarang berwarna merah (katarak rubra).

Gambar. Katarak Nuklear

3. Manifestasi KlinisManifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien. Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut: 1. Penurunan visus2. Silau3. Perubahan miopik4. Diplopia monocular5. Halo bewarna6. Bintik hitam di depan mataTanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya2. Pemeriksaan iluminasi oblik3. Shadow test 4. Oftalmoskopi direk5. Pemeriksaan sit lampDerajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.

4. DiagnosaDiagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai. 5. TatalaksanaPenatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang empat prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi serta SICS.

Gambar. Evolution of Cataract Surgery. 9

1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )

Gambar. Extra Capsular Cataract Extraction. 10

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

3. Phacoemulsification

Gambar. PhacoemulsificationPhakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.

Gambar. Phacoemulsification. 114. Small Incision Cataract Surgery (SICS)Teknik ini merupakan bagian dari EKEK dengan irisan yang lebih kecil sehingga hampir tidak perlu dijahit. Keuntungan metode ini adalah penyembuhan ebih cepat dan resiko astigmatisme minimal.12

Gambar. SICS

BAB IIIANALISA KASUS

Identifikasi masalahIII.1. SUBJEKTIF (S)Ny. S, 78 tahun. Pasien mengeluh kedua matanya tidak dapat melihat. Awalnya penglihatan kabur seperti berkabut serta mengganggu kegiatan sehari-hari, lama-kelamaan pasien tidak dapat melihat lagi. Keluhan nyeri (-), mata merah (-), mata kotor (-), sakit kepala (-), air mata berlebih (-). Riwayat Hipertensi tidak tahu, DM tidak tahu. Pasien Ny.S dengan usia 78 tahun berarti katarak yang terjadi pada usia lanjut, sehingga jenis katarak tersebut adalah katarak senilis. Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun, lebih dair 90% individu mengalami katarak senilis. Pasien mengeluhkan pada awalnya penglihatan kabur seperti berkabut. Hal tersebut dapat terjadi karena lensa mengalami kekeruhan seperti putih susu sehingga menggangu penglihatan dimana cahaya tidak dapat masuk ke dalam retina sehingga penglihatan menurun bahkan tidak dapat melihat jelas.III.2. OBJEKTIF (O) Pemeriksaan fisik mataPemeriksaanOculi DextraOculi Sinistra

LensaKeruh (putih) seluruh lensa, Iris Shadow (-)Keruh (putih) seluruh lensa, Iris Shadow (-)

Camera Okuli AnteriorJernih, kedalaman cukup, hifema (-) Jernih, kedalaman cukup, hifema (-)

Hasil pemeriksaan tersebut menyatakan bahwa stadium dari katarak adalah stadium matur.

Pemeriksaan VisusPemeriksaanOculi DextraOculi Sinistra

Visus1/300LP : baikWP : baik1/300LP : baikWP : baik

Hasil visus 1/300 berarti orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter tetapi pasien ini hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter. Light projection baik dan penglihatan warna baik. Pemeriksaan slitlamp dan funduskopi juga penting dilakukan untuk mengetahui apakah kekeruhan telah mengenai seluruh lensa atau tidak. Namun sebelum melakukan funduskopi, mata sebaiknya di beri tetes mata Midriacyl agar pupil menjadi midriasis sehingga keadaan lensa dapat terlihat jelas, tetapi tekanan bola mata pasien harus normal sebelum diberi tetes mata Midriacyl. Untuk itu dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata terlebih dahulu dengan menggunakan Tonometer.III.3. ASSESMENT (A)Diagnosis : Katarak senilis stadium matur pada oculi dextra et sinistra. Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun, dengan stadium matur karena kekeruhan terdapat pada seluruh bagian lensa.III.4. PLANNING (P)Penatalaksanaan yang akan diberikan pada pasien ini adalah pembedahan dengan metode Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK). EKEK merupakan tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan, serta memberikan sokongan untuk implantasi IOL.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pascolini D, Mariotti SP. 2010. Global estimates of visual impairment:. BR J Ophthalmol. 2. Eva PR, Whitcher JP. 2007. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc Graw-Hill.3. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China: Elsevier : 2011. (e-book)5. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B. Saunders Company ; 2006.6. Illyas S. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.7. Ocampo VVD. 2009. Cataract, Senile : Differential Diagnosis and Workup. [Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview]8. Types of Cataracts. [Diakses dari : http://www.mediese.co/images/m39.jpg]9. Evolution of Cataract Surgery. [Diakses dari : http://www.tamilnadutourism.org/medicaltourism/images/cataract4.jpg]10. Extra Capsular Cataract Extraction. [Diakses dari : http://www.surgeryencyclopedia.com/images/gesu_01_img0084.jpg]11. Phacoemulsification. [Diakses dari : http://www.surgeryencyclopedia.com/images/gesu_03_img0177.jpg] 12. Gurung R, Hennig A. 2008. Small incision cataract surgery: tips for avoiding surgical complication. Community Eye Health Journal Vol.21 p.4-5. [Diakses dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2377379/pdf/jceh_21_65_004.pdf]

26