LAPORAN WORKSHOP KEWENANGAN DPRD TERHADAP …
Transcript of LAPORAN WORKSHOP KEWENANGAN DPRD TERHADAP …
LAPORAN WORKSHOP
KEWENANGAN DPRD TERHADAP
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNG
JAWABAN (LKPJ) BUPATI TAHUN 2020
UNTUK DPRD KABUPATEN KLATEN
Jum’at s.d Minggu, 09 - 11 April 2021
Di Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
WORKSHOP
KEWENANGAN DPRD TERHADAP LAPORAN
KETERANGAN PERTANGGUNG JAWABAN
(LKPJ) BUPATI TAHUN 2020
UNTUK DPRD KABUPATEN KLATEN
Jum’at s.d Minggu, 09 - 11 April 2021
Di Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur alhamdulillah, kegiatan Workshop (Bimtek) tentang “Kewenangan DPRD
Terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020” di Best
Western Premier Solobaru - Sukoharjo pada hari Jumát s.d Minggu, tanggal 09 - 11 April 2021
dapat diselenggarakan tanpa kekurangan sesuatu apapun. Workshop dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan, pemahaman dan keterampilan analisis bagi anggota
DPRD, terutama tentang Kewenangan DPRD terhadap Laporan Keterangan Pertanggung
Jawaban (LKPJ) Bupati tahun 2020.
Panitia menyadari bahwa terselenggaranya Workshop dengan tertib dan lancar tidak
dapat dilepaskan dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan
ini, panitia mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah yang telah memberikan persetujuan/rekomendasi pelaksanaan Workshop;
2. Semua peserta, pemipinan dan anggota, serta beberapa anggota sekretariat DPRD
Kabupaten Klaten, yang telah berpartisipasi dan berperan aktif dalam Workshop;
3. Para pembicara yang telah berkenan memberikan ilmunya dengan memberikan makalah
dan penjelasan-penjelasannya dalam suasan diskusi yang mendalam dan interaktif;
4. Manajemen Best Western Premier Hotel Solobaru, yang berkenan menerima dan menjadi
tempat pelaksanaan Workshop.
Panitia juga menyadari, bahwa dalam pelaksanaan Workshop tentunya ada kekurangnya,
untuk itu Panitia mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam
kegiatan Workshop. Laporan ini meski jauh dari sempurna, namun Panitia berharap agar laporan
ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang mendapatkan laporan ini. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 11 April 2021
Penyelenggara,
LPPM Universitas Muhammadiyah Surakarta
K e t u a
ttd
Agus Ulinuha, Ph.D.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................. i
Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN (PERENCANAAN)
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 2
C. Dasar Hukum ........................................................................................... 2
BAB II : RENCANA KEGIATAN
A. Penyelenggaraan ........................................................................................ 4
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................ 6
C. Tema dan Materi Workshop ...................................................................... 7
D. Narasumber ................................................................................................ 7
E. Anggaran .................................................................................................... 7
F. Metodologi Pembelajaran ......................................................................... 7
G. Jadwal Acara/Silabus ................................................................................. 8
BAB III : REALISASI KEGIATAN
A. Pembukaan dan Penutupan ....................................................................... 9
B. Peserta ....................................................................................................... 10
C. Materi dan Pengajar/Narasumber ............................................................... 12
D. Sarana dan Prasarana ................................................................................ 16
BAB IV : EVALUASI
A. Evaluasi Pengajar/Narasumber ................................................................. 17
B. Evaluasi terhadap Relevansi ..................................................................... 18
C. Evaluasi Fasilitas, Tempat, Konsumsi dan Media .................................... 18
P E N U T U P ................................................................................................................... 21
LAMPIRAN :
1. Surat Sekretaris DPRD Kabupaten Klaten No. 045.71/24.62/10 tanggal 4 Maret 2021
perihal Jawaban Penawaran Workshop Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Klatem
2. Surat Rektor UMS, No. 232/C.7-VIII/BR/III/2021, tanggal 5 Maret 2021 perihal
Permohonan Rekomendasi Penyelenggaraan Workshop DPRD Kabupaten Klaten;
3. Surat Rekomendasi Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah No. 073.3/PT06/252.426/2021, tanggal 12 Maret 2021 perihal
Rekomendasi Penyelenggaraan Workshop Bagi Pimpinan Dan Anggota DPRD Kabupaten
Klaten.
4. Surat Kerjasama antara Sekretariat DPRD Kabupaten Klaten dengan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
5. Daftar Hadir Peserta;
6. Daftar Hadir Narasumber/Pembicara;
7. Surat Pernyataan Tanggung Jawab untuk Memenuhi Protokol Kesehatan dalam Rangka
Pencegahan Covid-19
DOKUMENTASI WORKSHOP DPRD KABUPATEN KLATEN
Hotel Best Western Premier Solobaru, Tanggal 9 s/d 11 April 2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum reformasi, Kepala Daerah berkewajiban memberikan Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) kepada DPRD. Selain kewenangan tersebut DPRD
mempunyai a). hak interpelasi adalah DPRD untuk meminta keterangan kepada
kepala daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis
yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara. b). hak
angket adalah pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk melakukan
penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu kepala daerah yang penting dan
strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang
diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. c). hak menyatakan
pendapat adalah hak DPRD menyatakan pendapat terhadap kebijakan kepala
daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan
rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak
interpelasi dan hak angket.
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 telah memberikan peluang kepada
DPRD dalam menjalankan tugas pengawasan kepada Kepala Daerah agar tidak
bertindak berlebihan dalam mengambil kebijakannya sebagai kepala
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pasal 46 Undang-Undang Nomor 22 tahun
1999 mengisyaratkan bahwa Kepala Daerah dapat diberhentikan oleh DPRD
apabila perbaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) tahunan ditolak oleh DPRD.
Namun setelah terbitnya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah telah menggeser format legislave heavy atau peran DPRD lebih kuat
manjadi executive heavy dalam artian posisi Kepala Daerah lebih dominan, yakni
Kepala Daerah sudah tidak lagi dipilih oleh DPRD tetapi dipilih oleh rakyat secara
demokratis dan Kepala Daerah tidak memberikan laporan pertanggungjawaban
(LPJ) kepada DPRD melainkan hanya memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban (LKPJ) terkait pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Hal ini diatur pada Pasal 71 UU No. 23 Tahun 2014 yang menyatakan: (1)
Laporan keterangan pertanggungjawaban memuat hasil penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. (2) Kepala daerah
menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD yang
2
dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
tahun anggaran berakhir. (3) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada
DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibahas oleh DPRD untuk
rekomendasi perbaikan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Dengan demikian, dalam rangka meningkatkan pemahaman anggota DPRD
tentang tugas, fungsi, dan kewenangannya terutama mengenai fungsi pengawasan
DPRD Kabupaten Klaten terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban
(LKPJ) Bupati tahun 2020, kami dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada
Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Surakarta bermaksud
menyelenggarakan kegiatan Workshop untuk DPRD Kabupaten Klaten dengan
tema: “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan Keterangan Pertanggung
Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020”.
B. Tujuan
Tujuan dari diselenggarakannya bimbingan teknis (Workshop) ini adalah
memfasilitasi anggota DPRD guna meningkatkan pemahaman dan kompetensi tentang
fungsi pengawasan terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati
tahun 2020. Adapun sasaran yang diharapkan dari diselenggarakannya Workshop ini
yaitu:
1. Peserta mampu memahami wawasan kebangsaan tentang otonomi daerah
2. Peserta mampu memahami bentuk-bentuk pertanggungjawaban kepala daerah
menurut peraturan perundang-undangan
3. Peserta mampu memahami fungsi pengawasan DPRD kabupaten/kota terhadap
laporan keterangan pertanggung jawaban (LKPJ) bupati/walikota.
C. Dasar Hukum
Dalam penyelenggaraan kegiatan Bimtek ini LPPM UMS senantiasa
berpedoman kepada beberapa peraturan perundang-undangan, di antaranya adalah:
1. Permendagri No. 57 Tahun 2011 tentang Pedoman Orientasi dan pendalaman
Tugas Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang sudah dengan
Permendagri No. 34 Tahun 2013;
2. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 160/3559/SJ tentang Petunjuk Teknis
Orientasi dan Pendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota
3
3. Surat Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) Kemendagri No.
895.3/7330/Diklat , tanggal 27 Nopember 2012, perihal Penyelenggaraan
Orientasi dan Pendalaman Tugas Anggota DPRD;
4. Surat Sekretaris DPRD Kabupaten Klaten No. 045.71/24.62/10 tanggal 4 Maret
2021 perihal Jawaban Penawaran Workshop Pimpinan dan Anggota DPRD
Kabupaten Klatem
5. Surat Rektor UMS, No. 232/C.7-VIII/BR/III/2021, tanggal 5 Maret 2021 perihal
Permohonan Rekomendasi Penyelenggaraan Workshop DPRD Kabupaten Klaten;
6. Surat Rekomendasi Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah No. 073.3/PT06/252.426/2021, tanggal 12 Maret
2021 perihal Rekomendasi Penyelenggaraan Workshop Bagi Pimpinan Dan
Anggota DPRD Kabupaten Klaten.
7. Surat Kerjasama antara Sekretariat DPRD Kabupaten Klaten dengan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
4
BAB II
RENCANA KEGIATAN
A. Penyelenggaraan
Tujuan negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alinea empat adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah landasan bagi penyusunan
dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi. Fenomena
demokrasi ditandai dengan menguatnya kontrol masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan
saling ketergantungan antara bangsa, terutama dalam pengelolaan sumbersumber
daya ekonomi dan aktivitas dunia usaha. Kedua fenomena tersebut, baik
demokratisasi maupun globalisasi, menuntut redefinisi peran pelaku-pelaku
penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah sebelumnya memegang kuat kendali
pemerintahan, cepat atau lambat mengalami pergeseran peran dari posisi yang serba
mengatur dan mendikte ke posisi sebagai fasilitator.
Dunia usaha dan pemilik modal, yang sebelumnya berupaya mengurangi
otoritas negara yang dinilai cenderung menghambat aktivitas bisnis, harus mulai
menyadari pentingnya regulasi yang melindungi kepentingan publik. Sebaliknya,
masyarakat yang sebelumnya ditempatkan sebagai penerima manfaat (beneficiaries),
mulai menyadari kedudukannya sebagai pemilik kepentingan yang juga berfungsi
sebagai pelaku.
Konseptualisasi good governance lebih menekankan pada terwujudnya
demokrasi, karena itu penyelenggaraan negara yang demokratis menjadi syarat
mutlak bagi terwujudnya good governance, yang berdasarkan pada adanya
tanggungjawab, transparansi, dan partisipasi masyarakat. Idealnya, ketiga hal itu akan
ada pada diri setiap aktor institusional dimaksud dengan memperhatikan nilai-nilai
kemanusiaan dan nilai moral yang menjiwai setiap langkah governance.
Good governance menunjuk pada pengertian bahwa kekuasaan tidak lagi
semata- mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah, tetapi menekankan pada
5
pelaksanaan fungsi pemerintahan secara bersama-sama oleh pemerintah, masyarakat
madani, dan pihak swasta.
Good governance juga berarti implementasi kebijakan sosial-politik untuk
kemaslahatan rakyat banyak, bukan hanya untuk kemakmuran orang-per-orang atau
kelompok tertentu. Fenomena demokrasi dan globalisasi berdampak pada reformasi
politik di Indonesia, khususnya pada sistem pemerintahan yang mengalami
transformasi dari sistem sentralistik menjadi desentralistik. Sistem pemerintahan
desentralistik menuntut adanya pendelegasian wewenang dari Pemerintah ke
Pemerintah Daerah, dan selanjutnya kebijakan desentralisasi ini dituangkan dalam
Undang-Undang Nomor Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Kebijakan desentralisasi
dengan wujud otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
melalui pemerataan pembangunan, peningkatkan daya saing daerah, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Salah satu gema reformasi adalah sekitar penyelenggaraan pemerintahan di
daerah, terutama yang berkaitan dengan kedudukan Kepala Daerah dan optimalisasi
peran DPRD sebagai penyalur aspirasi masyarakat di daerah. DPRD berdasarkan
ketentuan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan
DPRD adalah mitra sejajar dengan pemerintah daerah. DPRD dalam melaksanakan
tugasnya, dibekali dengan` tiga fungsi, yaitu fungsi legislasi, anggaran dan
pengawasan. DPRD sebagai refresentasi rakyat, DPRD dituntut memiliki sensitivitas
dan kapabilitas yang mumpuni dalam menyerap, merangkum, dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat.
Sementara sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, DPRD dituntut
untuk memiliki kapasitas teknokratik yang memadai sehingga dapat menjadi mitra
yang seimbang bagi eksekutif. Peran tersebut seringkali belum dibarengi dengan
pelaksanaan fungsi DPRD yang optimal.
Belum optimalnya pelaksanaan fungsi DPRD, disebabkan oleh faktor internal
dan eksternal. Sebagaimana di ketahui menguatnya peran Kepala Daerah atau
ekskutif di suatu pihak dan melemahnya peran DPRD dipihak lain dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai kepentingan merupakan salah
satu alasan untuk merevisi Undang-Undang 32 Tahun 2004 dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan fungsi membuat
6
peraturan, DPRD diberi kewenangan untuk membuat Peraturan Daerah di dalam
fungsi pelaksanaannya ini dapat digunakan melalui hak inisiatif atau hak prakarsa
dan hak amandemen atau hak perubahan.
Dengan dijalankannya fungsi peraturan oleh DPRD, maka kebijakan-
kebijakan pemerintah di daerah akan lebih mencerminkan kehendak rakyat di
daerahnya. Tetapi dalam prakteknya fungsi peraturan ini tidak berjalan sebagaimana
mestinya, sebab hak inisiatif tidak pernah dilaksanakan. DPRD dalam praktek
pelaksanaannya, fungsi DPRD seringkali belum berjalan secara maksimal karena
adanya hambatan. Keterbatasan kemampuan SDM merupakan hambatan yang cukup
mendasar dialami anggota DPRD. Latar belakang pendidikan anggota DPRD,
ternyata masih belum merata.
Berdasarkan hal tersebut diatas, kami dari Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta, bersama
para pakar dan narasumber yang kompeten akan melaksanakan Workshop/
Bimbingan Teknis tentang dengan tema: “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan
Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020”
Workshop ini berisi materi tentang: (1) Wawasan kebangsaan tentang
otonomi daerah (2) Bentuk-bentuk pertanggungjawaban kepala daerah menurut
peraturan perundang-undangan (3) Fungsi pengawasan DPRD kabupaten/kota
terhadap laporan keterangan pertanggung jawaban (LKPJ) Bupati/Walikota
Ada beberapa tahapan dalam penyelenggraan Workshop ini, yaitu: Pertama,
rapat koordinasi persiapan dan penyusunan proposal, rencana anggaran biaya,
penyiapan narasumber, penyiapan waktu dan tempat, serta menawaran kepada
peserta. Kedua, pelaksanaan kegiatan Workshops, dengan menghadirkan narasumber,
yaitu: (1) Drs Kunto Nugroho, HP, M.Si (BPSDMD Prov Jawa tengah) (2) Dr. Jaka
Winarna, M.Si. (Praktisi dan Akademisi UNS); (3) Andi Bawono, M.Si, P.hD
(Akademisi UMS). Ketiga, penyusunan dan penggandaan laporan hasil kegiatan.
B. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan
Kegiatan Workshop ini direncanakan akan dilaksanakan di Best Western Premier
Solobaru - Sukoharjo Adapun waktu pelaksanaan kegiatan insya Allah dilaksanakan
selama 3 (tiga) hari, yaitu Jumat s.d Minggu, tanggal 09 -11 April 2021.
7
C. Tema dan Materi Workshops
Tema dalam Workshop ini adalah tentang “Kewenangan DPRD Terhadap
Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020”
Adapaun materi yang hendak disampaikan dan pembicara dalam kegiatan ini
adalah:
1. Fungsi Pengawasan DPRD Kabupaten/Kota Terhadap Laporan Keterangan
Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati/Walikota.
2. Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala Daerah Menurut Peraturan
Perundang-Undangan
3. Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi Daerah
D. Narasumber.
Pengajar (Narasumber) dalam kegiatan Workshop kali ini terdiri 3 (tiga) orang
tenaga yang ahli di bidang masing-masing, yiatu:
1. Drs. Kunto Nugroho, HP, M.Si (BPSDMD Prov Jawa Tengah)
2. Dr. Jaka Winarna, M.Si. (Akademisi UNS)
3. Andi Bawono,M.Si, P.hD (Akademisi UMS)
E. Anggaran
Kegiatan ini diharapkan diikuti oleh Pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten
Klaten serta sekretaris dewan. Anggaran kegiatan ini diperoleh dari kontribusi peserta.
Yaitu sebesar Rp. 2.200.000,- (dua juta dua ratus rupiah) untuk setiap peserta. Dengan
kontribusi ini, setiap peserta akan mendapatkan fasilitas akomodasi penginapan,
makan, seminar kit, bahan-bahan Workshop, dan sertifikat dari Penyelenggara.
F. Metodologi Pembelajaran
Metode yang hendak digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan model
partisipatoris, yakni diawali dengan ceramah secara garis besar sebagai pengantar dan
dilanjutkan dengan dialog secara aktif. Dengan model ini diharapkan akan diperoleh
pengetahuan dan pemahaman materi secara kritis dan mendalam. Lebih dari itu adalah
dicapai suatu pengetahuan dan pemahaman teoritik dan aplikatif.
8
G. Jadwal Acara/Silabus
Hari, Tanggal Waktu Keterangan, Materi Dan Narasumber
Jum’at
9 April 2021
13.00 - 18.00 Check In dan Registrasi di Hotel
18.00 - 19.30 MAKAN MALAM
20.00 - 20.30 Pembukaan (Oleh: Rektor UMS)
Penjelasan Pelaksanaan Workshop
(Pelaksana)
20.30 - 23.00 Coffee Break
Materi I:
“Fungsi Pengawasan DPRD Terhadap
Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban
(LKPJ) Bupati/Walikota”
Oleh : Drs Kunto Nugroho, HP, M.Si
(BPSDMD Prov Jawa Tengah)
Sabtu,
10 April 2021
06.00 - 08.30 MAKAN PAGI
08.30 - 10.30 Materi II:
“Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala
Daerah Menurut Peraturan Perundang-
Undangan”
Oleh: Dr Jaka Winarna, M.Si ( Akademisi
UNS)
10.30 - 11.00 Coffe break
11.00 - 12.00 Dilanjutkan Diskusi dan Pendalaman Materi
12.00 - 14.00 ISHOMA
14.00 - 16.00 Materi III:
“Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi
Daerah”
Oleh : Andy Bawono, M.Si, P.hD (Akademisi
UMS)
16.00 - 16.30 Coffe break
16.30 - 17.30 Dilanjutkan Diskusi dan Pendalaman Materi
17.30 … Istirahat dan Makan Malam
Minggu,
11 April 2021
06.00 - 08.30 MAKAN PAGI
09.00 - 11.00 Evaluasi dan Penutupan
11.00 -
Selesai
Check Out
*Catatan: Sesuai dengan situasi dan kondisi yang tak terduga, jadwal acara ini dapat
berubah secara fleksibel.
9
BAB III
REALISASI KEGIATAN
A. Pembukaan dan Penutupan
Workshop dengan tema “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan
Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020,” ini dibuka oleh
Prof. Dr Sofyan Anif, M.Si Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, pada hari
Jumat 09 April 2021, pukul 20.30 WIB. Dalam sambutannya beliau menyatakan,
bahwa: “Menyampaikan rasa terima kasih kepada Pimpinan serta Anggota DPRD
Kabupaten Klaten, atas kerjasama yang telah dilakukan selama ini. Selanjutnya
beliau meyatakan: workshop kali menuju Good Government yang salah satu
indikisasinya tata Kelola keuangan yang baik, sehingga diperlukan pengawasan dari
anggota dewan atas tata Kelola ini. Selain itu beliau menyampaikan kabar baik dari
dunia bahwa angka penyevaran covid menurun 46 % .
Semoga kedepannya terus terus mengalami penurunan, sehingga peluang
perbaikan ekonomi Indonesia semakin terbuka. Hal ini sejalan dengan harapan
bangs akita bahwa Indonesia tahun 2045 ketika usia negara kita 1 abad, Indonesia
menjadi salah satu dari 8 negara terkuat ekonominya. Untuk itu penting sekali untuk
melakukan reformasi birokrasi agar tata Kelola keuangan menjadi lebih baik.
Sebelum beliau akhiri, bapak rector membuka acara ini sekali sangat berharap agar
workshop ini berjalan lancer sehingga Anggota dewan bisa menjalankan fungsinya
dengan baik.
Sebelumnya juga disampaikan sambutan dari Ketua DPRD Kabupaten
Klaten, yaitu bapak Hamenang Wajar Ismoyo, S.i.Kom. Dalam sambutannya Ketua
DPRD antara lain menyampaikan bahwa “beliau menyampaikan terima kasih kepada
LPPM UMS atas penyelenggaraan acara. Selain itu juga Menyampaikan tentang
perlunya anggota DPRD Kabupaten Klaten memahami peran dan fungsinya sebagai
anggota dewan. Melalui workshop ini diharapkan anggota dewan lebih memahami
sehingga setelah workshop ini bis akita tindak lanjutin dan semoga kita
paripurnakan Bersama sama..
Acara Workshop ditutup oleh Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si. (Wakil Ketua
Bidang Pengabdian Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Surakarta), mewakili Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta. Beliau
10
menyampaikan beberapa pesan kepada peserta Workshop diantaranya adalah bahwa
ke depan, peran DPRD sangat menentukan bagi terwujudnya reformasi Birokrasi
yang baik, professional dan akuntabel..
Sebelum ditutup, ada sambutan (pesan dan kesan) dari peserta, yang diwakili
oleh Hamenang Wajar Ismoyo, S.i.Kom (Ketua DPRD Kabupaten Klaten). Acara
penutupan dilaksanakan pada hari Minggu, 11 April 2021, pukul 11.00 WIB, setelah
dilakukan evaluasi. Pada acara pembukaan maupun penutupan Workshop dihadiri
oleh para peserta.
B. Peserta
Peserta yang menghadiri Workshop ini adalah 48 (empat puluh delapan) orang
anggota DPRD Kabupaten Klaten dan 1 (satu) sekretaris dewan. Adapun nama-nama
peserta Workshop adalah sebagai berikut:
NO NAMA JABATAN
1 HAMENANG WAJAR ISMOYO,S.I.Kom. Ketua DPRD Kab. Klaten
2 H. TRIYONO, S.Pd., M.M. Wakil Ketua DPRD Kab. Klaten
3 MARJUKI, S.I.P. Wakil Ketua DPRD Kab. Klaten
4 H. HARIYANTO, S.Pd. Wakil Ketua DPRD Kab. Klaten
5 AGUS RlYANTO Anggota DPRD Kab. Klaten
6 H. EDY SASONGKO Anggota DPRD Kab. Klaten
7 ARRY SHINTA WATI Anggota DPRD Kab. Klaten
8 MULYATMINAH, S.A.P. Anggota DPRD Kab. Klaten
9 EKO PRASETYO, SE, M.Si. Anggota DPRD Kab. Klaten
10 Drs. H. SRIYANTO Anggota DPRD Kab. Klaten
11 ANDY PURNOMO, S.H. Anggota DPRD Kab. Klaten
12 Hj. HARTANTI, S.H., M.Si. Anggota DPRD Kab. Klaten
13 WIDADA GENDUT, S.H. Anggota DPRD Kab. Klaten
11
NO NAMA JABATAN
14 ARIS WIDIHARTO, S.E. Anggota DPRD Kab. Klaten
15 GIGIT SUGITO, S.Sos. Anggota DPRD Kab. Klaten
16 DIDIT RADITYA GANIS ARI WARDONO, S.P.
Anggota DPRD Kab. Klaten
17 JOKO SISWANTO Anggota DPRD Kab. Klaten
18 DIAH EVA SUBADRA, S.H. Anggota DPRD Kab. Klaten
19 H. SUTARNA, S.H. Anggota DPRD Kab. Klaten
20 FAKHRUDIN ALI AHMAD Anggota DPRD Kab. Klaten
21 MUCH. HASYIM Anggota DPRD Kab. Klaten
22 SRI MURNI Anggota DPRD Kab. Klaten
23 BAHTIAR JOKO WIDAGDO, S.P. Anggota DPRD Kab. Klaten
24 H. HERI WIBAWA, S.H., M.M. Anggota DPRD Kab. Klaten
25 BASUKI EFFENDI Anggota DPRD Kab. Klaten
26 DINDA PERMATASARI Anggota DPRD Kab. Klaten
27 Drs. DALONO Anggota DPRD Kab. Klaten
28 HAPSORO, S.H. Anggota DPRD Kab. Klaten
29 H. SUDIBYO, S.E., M.M. Anggota DPRD Kab. Klaten
30 AGUS TRI WIBOWO Anggota DPRD Kab. Klaten
31 WIDODO, SH., M.H. Anggota DPRD Kab. Klaten
32 dr. YUDI B. PRABAWA Anggota DPRD Kab. Klaten
33 H. DWI ATMAJA, S.E. Anggota DPRD Kab. Klaten
34 YUSUF EFENDI, A.Md. Anggota DPRD Kab. Klaten
35 SUYATMI Anggota DPRD Kab. Klaten
12
NO NAMA JABATAN
36 MARTHENNY Anggota DPRD Kab. Klaten
37 H. AHMAD MUTOHAR, S.Ag. Anggota DPRD Kab. Klaten
38 H. JUMARNO, S.Sos. Anggota DPRD Kab. Klaten
39 Ir. RUSLAN ROSIDI Anggota DPRD Kab. Klaten
40 MUH. ANWAR Anggota DPRD Kab. Klaten
41 H. DARMADI, S.Pd., S.H., M.H. Anggota DPRD Kab. Klaten
42 H. WIYANTO Anggota DPRD Kab. Klaten
43 H. MUHAMMAD NURCHOLIS MAJID,
S.E., M.M. Anggota DPRD Kab. Klaten
44 Hj. SRI ASTUTI, S.E. Anggota DPRD Kab. Klaten
45 HANDUNG DWIPAYANA Anggota DPRD Kab. Klaten
46 SIWI KUSUMASTUTI Anggota DPRD Kab. Klaten
47 Ir. H. HERU SISWANDONO Anggota DPRD Kab. Klaten
48 WILLY PAUL RINDORINDO Anggota DPRD Kab. Klaten
No Nama NIP JABATAN
1 ANANG WIDJATMOKO,
S.H, M.M. 19680809 199703 1 003
Sekretaris DPRD Kab.
Klaten
C. Materi dan Pengajar/Narasumber
Bimbingan teknis tentang “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan
Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020” difokuskan dalam :
1. Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi Daerah
Oleh: Andi Bawono, M.Si, P.hD ( Akademisi UMS)
2. Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala Daerah Menurut Peraturan
Perundang-Undangan
Oleh: Dr. Jaka Winarna, M.Si. (Praktisi/ Akademisi UNS)
3. Fungsi Pengawasan DPRD Kabupaten/Kota Terhadap Laporan Keterangan
Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati/Walikota
Oleh: Drs. Kunto Nugroho HP, M.Si ( BPSDMD Prov Jawa Tengah)
13
Sessie Pertama : Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi Daerah
Oleh: Andi Bawono, M.Si, P.hD ( Akademisi UMS)
Ringkasan materi:
➢ Visi dan Misi Bernegara Berdasarkan Pancasila: Menjadi bangsa yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur:
▪ Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
▪ Memajukan kesejahteraan umum
▪ Mencerdaskan kehidupan bangsa
▪ Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial
➢ Peran DPRD dalam Mengembangkan Wawasan Kebangsaan
▪ Pelajari, pahami, terapkan kewajiban DPRD
▪ Serap, himpun aspirasi konstituen (kegelisahan wasbang)
▪ Tampung, tinjut aspirasi & pengaduan masy (terkait wasbang)
▪ Implementasi wasbang dalam wewenang dan tugas DPRD (legislasi, anggaran,
pengawasan)
➢ Strategi yang dapat dilakukan anggota DPRD
▪ Mengutamakan protokol kesehatan era normal baru dalam menjalankan tugas
▪ Membuka pola pikir untuk perubahan
▪ Kreatif, inovatif & kolaboratif
▪ Memanfaatkan sumber daya yang optimal melayani masyarakat
➢ Inisiasi peran DPRD
▪ Pada Masa Reses menggali apa yang menjadi kegelisahan (GAP)di masyarakat
▪ Mengoptimalkan Peran Anggota DPRD dalam berbagai Forum OPD, Musrembang
dsb dalam fungsi penganggaran dengan melakukan Identifikasi Kebutuhan dengan
berpedoman pada nilai ANEKA
▪ Inisiasi Regulasi yang menanamkan Nilai-nilai Wasbang misi: Local Wisdom, Jogo
Tonggo, Guyub Bareng
▪ Membangun Jejaring Pentahelix untuk menanamkan Nilai-nilai Wasbang misal
dengan Kesbangpol,Kominfo, konstituen, NGO.
▪ Melakukan Controlling terhadap Penanaman Nilai-Nilai Wasbang Di Masyarakat
mis; mengawasi pelaksanaan Local Wisdom bekerja sama dengan instansi terkait
14
▪ Memastikan penanaman nilai Wasbang tidak hanya pada aspek kognitif tetapi juga
afektif dan psikomotor
Sessie Kedua: Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala Daerah Menurut Peraturan
Perundang-Undangan
Oleh: Dr. Jaka Winarna, M.Si. (Praktisi/ Akademisi UNS)
Ringkasan materi:
➢ Pertanggungjawaban Kepala Daerah
• Laporan Keuangan
• LKPJ
• LPPD
• ILPPD
➢ Fungsi-fungsi DPRD
• Legislasi:membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah.
• Anggaran: membahas dan menyetujui rancangan APBD bersama kepala daerah.
• Pengawasan:mengawasi pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.
• Ketiga fungsi dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di kabupaten/kota.
➢ Kewajiban Kepala Daerah
• Kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban melaksanakan dan
mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah.
• Kepala daerah mempunyai kewajiban juga untuk memberikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan
laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan
laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.
➢ Ruang lingkup LKPJ
• Ruang lingkup LKPJ mencakup penyelenggaraan:
a. urusan desentralisasi;
b. tugas pembantuan; dan
c. tugas umum pemerintahan.
• LKPJ terdiri atas:
a. LKPJ Akhir Tahun Anggaran; dan
b. LKPJ Akhir Masa Jabatan.
• LKPJ disusun berdasarkan RKPD yang merupakan penjabaran tahunan Rencana
15
Pembangunan Jangka Menengah Daerah dengan berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah
➢ LKPJ sekurang-kurangnya menjelaskan:
a. arah kebijakan umum pemerintahan daerah;
b. pengelolaan keuangan daerah secara makro, termasuk pendapatan dan belanja
daerah;
c. penyelenggaraan urusan desentralisasi;
d. penyelenggaraan tugas pembantuan; dan
e. penyelenggaraan tugas umum pemerintahan.
Sessie Ketiga: Fungsi Pengawasan DPRD Kabupaten/Kota Terhadap Laporan
Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati/Walikota
Oleh: Drs. Kunto Nugroho HP, M.Si ( BPSDMD Prov Jawa Tengah)
Ringkasan materi:
➢ Fungsi Pengawasan DPRD
• Pengawasan DPRD adalah pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi/kabupaten/kota.
• Fungsi Pengawasan DPRD adalah pengawasan terhadap Pemerintah Daerah yang
bersifat pengawasan kebijakan dan bukan pengawasan teknis.
➢ Penyampaian LKPJ
1) LKPJ Akhir Tahun Anggaran disampaikan kepada DPRD paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah tahun anggaran berakhir.
2) LKPJ Akhir Masa Jabatan disampaikan kepada DPRD paling lambat 30 (tiga
puluh) hari setelah pemberitahuan DPRD perihal berakhir masa jabatan kepala
daerah yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Dalam hal penyampaian LKPJ Akhir Masa Jabatan waktunya bersamaan dengan
LKPJ Akhir Tahun Anggaran atau berjarak 1 (satu) bulan, penyampaian LKPJ
Akhir Tahun Anggaran disampaikan bersama dengan LKPJ Akhir Masa Jabatan.
4) LKPJ disampaikan oleh kepala daerah dalam rapat paripurna DPRD.
5) LKPJ dibahas oleh DPRD secara internal sesuai dengan tata tertib DPRD.
6) Berdasarkan basil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) DPRD
menetapkan Keputusan DPRD.
7) Keputusan DPRD disampaikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah LKPJ
diterima.
16
8) Keputusan disampaikan kepada kepala daerah dalam rapat paripurna yang bersifat
istimewa sebagai rekomendasi kepada kepala daerah untuk perbaikan
penyelenggaraan pemerintahan daerah ke depan.
9) Apabila LKPJ tidak ditanggapi dalam jangka waktu 30 hari setelah LKPJ diterima,
maka dianggap tidak ada rekomendasi untuk penyempurnaan.
D. Sarana dan Prasarana
Kegiatan Workshop diselenggarakan di Hotel Best Western Premier Solobaru -
Sukoharjo, selama tiga hari yaitu hari Jum'at s/d Minggu, Tanggal 9 s/d 11 April 2021.
Tempat kegiatan ini menyediakan sarana dan prasarana yang representatif, yaitu yang
meliputi: 1) Kamar dengan fasilitas big bed, sofa, televisi indovision, ac, pemanas air,
dan ruang tamu; 2) Jaringan internet wifi; 3) Ruang pertemuan yang representatif; dan
4) Makan besar sehari 3 (tiga) kali serta snack dan coffee break untuk setiap
pertemuan (dua kali sehari). Peserta juga mendapatkan seminar kit dan bahan-bahan
(makalah) Workshop. Dalam bentuk soft file. Peserta akan memperoleh sertifikat yang
dikeluarkan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta.
17
BAB IV
EVALUASI
A. Evaluasi Pengajar/Narasumber
Menurut penilaian para peserta para Pengajar/Narasumber yang dihadirkan
dalam Workshop dengan tema “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan Keterangan
Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020” ini dinilai memiliki kompeten
dalam masing-masing bidang yang disampaikan. Ketiganya tidak hanya memiliki
kemampuan yang didasarkan pada kemampuan akademisi semata, namun juga
memiliki pengalaman praktik yang cukup memadai. Penilaian ini dapat dilihat dalam
tabel I berikut:
Tabel 1
HASIL EVALUASI PESERSTA TERHADAP PARA PENYAJI/PENCERAMAH DALAM PENYAJIAN /PENYAMPAIAN MATERI
NO KEGIATAN
NAMA PENYAJI/PENCERAMAH KET
Kunto Nugroho
Jaka Winarna
Andi Bawono
1
Penguasaan materi dan pemanfaatan berbagai referensi dalam penyajian
96 95 95
2 Kesesuaian Pokok bahasan yang disajikan dengan silabi
92 94 93
3 Kesesuaian jawaban penyaji terhadap pertanyaan peserta
95 90 90
4 Kesempatan tanya jawab 92 93 92
5 Ketapan Waktu 91 92 93
6 Sistematika Penyajian 93 93 94
7 Daya simpati, gaya dan sikap terhadap peserta 93 93 92
8 Kemampuan menciptakan daya tarik dan motifasi 90 92 91
9 Penguasaan Bahasa 93 92 93
10 Kesesuaian materi dengan tujuan diklat 95 95 95
PENILAIAN RATA-RATA PESERTA
93 92,9 92,8
➢ 90 = sangat baik ➢ 80 = baik ➢ 70 = cukup baik < 70 = kurang
18
B. Evaluasi terhadap Relevansi
Ketiga materi yang disampaikan pengajar/narasumber relevan dengan
kebutuhan peserta sebagai anggota DPRD, terutama dalam memahami masalah system
inovasi daerah. Penilaian ini dapat dilihat dalam tabel 2 berikut:
Tabel 2
EVALUASI TERHADAP RELEVANSI
NO JENIS EVALUASI
JAWABAN
SM % M % CM % KM % TM % JUMLAH
PST %
1 Relevansi Materi Bimbingan teknis dengan bidang Tupokasi
44 90 5 10 0 0 0 0 49 100%
2 Kemungkinan Penerapan Materi Bimbingan teknis Dalam Praktek
43 88 4 8 2 4 0 0 49 100%
3 Kemudahan Materi Bimbingan teknis Untuk Dicerna
42 86 4 8 3 6 0 0 49 100%
Keterangan :
SM : Sangat Memuaskan
M : Memuaskan
CM : Cukup Memuaskan
KM : Kurang Memuaskan
TM : Tidak Memuaskan
C. Evaluasi Fasilitas Tempat, Konsumsi, dan Media
Sarana dan prasarana di Hotel Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo
sangat representatif untuk menyelenggarakan berbagai pertemuan termasuk Workshop
(Bimbingan teknis). Konsumsi yang disajikan pada saat kegiatan berlangsung sesuai
dengan penawaran yang disampaikan pada panitia.
1. Evaluasi Terhadap Metode Dan Media Bimbingan teknis
Media yang menjadi fasilitas kegiatan dapat dimanfaatkan secara optimal
dalam mendukung keberlangsungan acara. Penilaian ini dapat dilihat dalam tabel 3
berikut:
19
Tabel 3
EVALUASI PESERTA TERHADAP METODE DAN MEDIA
NO JENIS EVALUASI
JAWABAN
SM % M % CM % KM % TM % JUMLAH
PST %
1 Kualitas Alat Bantu dan Media Presentasi
43 88 5 10 1 2 0 0 49 100%
2 Penataan dan Penempatan Alat Bantu
44 90 4 8 1 2 0 0 49 100%
3 Pengaturan Waktu Bimbingan teknis
40 82 9 18 3 6 0 0 49 106%
4 Kecukupan Waktu
40 82 6 12 3 6 0 0 49 100%
5 Kesempatan Berpartisipasi dalam diskusi
44 90 4 8 1 2 0 0 49 100%
2. Evaluasi Terhadap Fasilitas Bimbingan teknis
Tabel 4
EVALUASI PESERTA TERHADAP FASILITAS BIMBINGAN TEKNIS
NO JENIS EVALUASI
JAWABAN
SM % M % CM % KM % TM % JUMLAH
PST %
1 Kenyamanan Fasilitas Bimbingan teknis (Kamar, Kelas,)
42 86 4 8 3 6 0 0 49 100%
2 Penyediaan Alat Tulis/Alat Bantu
40 82 7 14 2 4 0 0 49 100%
3
Penyediaan Bahan Ajar 42 86 9
18
% 2 4 0 0 49 108%
4 Ketepatan Penyediaan Bahan Ajar
47 96 2 4 0 0 0 0 49 100%
5 Pelayanan Administrasi dan sikap Panitia
46 94 3 6 0 0 0 0 49 100%
20
3. Evaluasi Terhadap Konsumsi
Tabel 5
EVALUASI PESERTA TERHADAP KONSUMSI
NO JENIS EVALUASI
JAWABAN
SM % M % CM % KM % TM % JUMLAH
PST %
1 Pengaturan Waktu Makan dan Snack
45 92 4 8 0 0 0 0 49 100%
2 Pengaturan menu hidangan
46 94 3 6 0 0 0 0 49 100%
3 Variasi hidangan
46 94 2 4 1 2 0 0 49 100%
Keterangan Jumlah Peserta
SM : Sangat Memuaskan 47
M : Memuaskan
CM : Cukup Memuaskan
KM : Kurang Memuaskan
TM : Tidak Memuaskan
Secara umum penyelenggaraan Bimbingan teknis Kewenangan DPRD
Terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun
2020 bagi anggota DPRD Kabupaten Klaten ini dapat berjalan dengan baik, dan
untuk kedepan diperlukan penyempurnaan-penyempurnaan secara komprehensif.
21
PENUTUP
Kegiatan Workshop / Bimtek dengan tema “Kewenangan DPRD
Terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun
2020” ini diselenggarakan di Hotel Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo
pada hari Jumat s.d Minggu, tanggal 09 – 11 April 2021. Kegiatan ini diikuti oleh
Pimpinan dan Anggota, DPRD Kabupaten Klaten sebanyak 48 (Empat puluh
delapan) orang peserta dan 1 (orang) Sekretaris Dewan
Materi Workshop terdiri dari tiga sub tema dan disampaikan oleh tiga
orang narasumber: (1) Drs Kunto Nuhroho, HP, M.Si (BPSDMD Prov Jawa
Tengah) (2) Dr. Jaka Winarna, M.Si. (Praktisi dan Akademisi UNS); (3) Andi
Bawono, M.Si, P.hD (Akademisi UMS). Ketiga narasumber yang menyampaikan
materi dalam kegiatan ini memiliki kompetensi pada masing-masing materi yang
disampaikan. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan ini sangat memadai dan
relevan dengan kebutuhan peserta yang sebagia Wakil Rakyat yang akan
menentukan kebutuhan konstituennya.
Sarana dan prasarana Hotel Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo,
sangat representatif untuk menyelenggarakan kegiatan Workshop. Konsumsi yang
disajikan pada saat kegiatan berlangsung sesuai dengan penawaran yang
disampaikan pihak hotel kepada panitia. Media yang menjadi fasilitas kegiatan
dapat dimanfaatkan secara optimal dalam mendukung keberlangsungan acara.
Pada laporan penutup ini, kami selaku penyelenggara mengucapkan terima kasih
kepada pimpinan DPRD kabupaten Klaten beserta sekretaris Dewan yang telah
mempercayai kami untuk menyelenggerakan workshop ini. Besar harapan kami,
semoga workshop ini mendatangkan manfaat bagi bapak/ibu DPRD dan warga
Klaten. Dan tidak lupa kepada pihak hotel yang telah menyiapkan segala
kebutuhan workshop dengan senang hati.
No. : 232/C.7-VIII/BR/III/2021 Surakarta, 5 Maret 2021
Lamp. : 1 (satu) bendel 21 Rajab 1442 H
Hal : Permohonan Rekomendasi Penyelenggaraan
Workshop DPRD Kab. Klaten
Kepada Yth :
Kepala BPSDM Provinsi Jawa Tengah
Di - Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Menjadi keinginan kita bersama, bahwa penyelenggaraan pemerintahan di daerah,
khususnya oleh DPRD, dapat lebih bermakna dan bermanfaat bagi kepentingan
masyarakat secara keseluruhan, yakni terwujudnya tujuan otonomi daerah yang berupa
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan
upaya peningkatan kemampuan SDM DPRD, khususnya melalui pendalaman materi.
Untuk maksud itulah, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UMS
berencana untuk menyelenggarakan Workshop untuk DPRD Kabupaten Klaten.
Workshop ini in-syaa Allah dilaksanakan besok pada:
Hari, tanggal : Jum'at s/d Minggu, Tanggal 9 s/d 11 April 2021
Tempat : Hotel Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo.
Tema : “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan Keterangan
Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020”
Besar harapan kami agar Bapak berkenan memberikan rekomendasi untuk
pelaksanaan kegiatan tersebut.
Demikianlah permohonan ini kami sampaikan, atas perkenan dan kerjasamanya
diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
R e k t o r,
Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si.
Tembusan: 1. Gubernur Jawa Tengah
2. Sekwan Kabupaten Klaten
3. Arsip.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102 Telp :717417 Psw 122/162 Fax. 0271-715448
http://www.ums.ac.id E-mail: [email protected]
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAHBADAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA DAERAHJalan Setiabudi Nomor 201 A Semarang Kode Pos 50263
Telepon 024-7473066 Faksimile 024-7473701 Laman http://bpsdmd.jatengprov.go.idSurat Elektronik [email protected]
Semarang, 12 Maret 2021Nomor : 073.3/PT06/252.426/2021 Kepada :Lampiran : 1 (satu) bendelPerihal : Rekomendasi Penyelenggaraan
Workshop Bagi Pimpinan DanAnggota DPRD Kabupaten Klaten
Rektor Universitas MuhamadiyahSurakartadi TEMPAT
Menunjuk Surat Rektor Universitas Muhamadiyah Surakarta Nomor 232/C.7-VIII/BR/III/, tanggal 05 Maret 2021, hal Rekomendasi Penyelenggaraan WorkshopBagi Pimpinan Dan Anggota DPRD Kabupaten Klaten, dengan hormat disampaikanbahwa kami telah memeriksa berkas kelengkapan dokumen yang telah diajukandan dengan ini menyatakan memberikan rekomendasi pelaksanaan kegiatanKewenangan DPRD Terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ)Bupati Tahun 2020 yang akan dilaksanakan pada tanggal 09 April 2021 sampaidengan 11 April 2021 bertempat di Hotel Best Western Premier Solobaru -Sukoharjo. Sehubungan dengan itu, diminta perhatian Saudara untuk hal-hal sebagaiberikut:1. Proses penyelenggaraan kegiatan dimaksud agar berpedoman pada
Permendagri Nomor 133 Tahun 2017 sebagaimana telah diubah denganPermendagri Nomor 14 tahun 2018 tentang perubahan atas PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 133 Tahun 2017 tentang Orientasi danPendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota;
2. Teknis penyelenggaraan kegiatan wajib berpedoman pada Keputusan MenteriDalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 440-842 tahun 2020 tanggal 31 Mei2020 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Dalam Negeri RepublikIndonesia Nomor 440-830 Tahun 2020 dan Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor: HK.01.07/Menkes/382/2020 tanggal 19 Juni 2020antara lain, sebagai berikut:a. Tempat pelaksanaan pendalaman tugas harus dalam kategori zonasi risiko
tidak terdampak atau tidak ada kasus atau risiko rendah, berdasarkan datazonasi risiko yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang dalampenanganan Covid-19;
b. Jumlah peserta dalam satu kegiatan tidak boleh lebih dari 50 (lima puluh)orang dan menempati paling banyak 50% dari kapasitas ruangan serta wajibmenjaga jarak minimal 1.5 meter;
c. Akomodasi peserta 1 kamar untuk 1 orang;d. Hal-hal lain yang diatur dalam protokol kesehatan Covid-19;
3. Materi kegiatan dimaksud mengacu pada usulan proposal yang meliputi:a. Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi Daerah;b. Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala Daerah Menurut Peraturan
Perundang-Undangan;c. Fungsi Pengawasan DPRD Kabupaten/Kota Terhadap Laporan Keterangan
Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati/Walikota;
4. Penyelenggaraan berpedoman pada Surat Kepala BPSDM Kementerian DalamNegeri Nomor 895.3/4007/BPSDM, hal Pelaksanaan Pendalaman Tugas bagiPimpinan dan Anggota DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam TatananAdaptasi Kebiasaan Baru, tanggal 17 Juli 2020 dan menjadi tanggung jawabpihak penyelenggara;
5. Anggaran kegiatan dimaksud agar dikelola sesuai dengan ketentuanperundang-undangan yang berlaku dan administrasi pertanggungjawabankeuangan menjadi tanggung jawab pihak penyelenggara;
6. Penyelenggara harus melaporkan pelaksanaan kegiatan dimaksud secaratertulis kepada Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah(BPSDMD) Provinsi Jawa Tengah paling lambat 7 (tujuh) hari setelahpenutupan. Laporan dimaksud mendeskripsikan seluruh proses pembelajaransebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku;
7. BPSDMD Provinsi Jawa Tengah akan menugaskan 1 (satu) orang PegawaiBPSDMD Provinsi Jawa Tengah guna melaksanakan tugas monitoring danevaluasi terhadap efektivitas penyelenggaraan kegiatan dimaksud. Hasilmonitoring dan evaluasi disampaikan kepada Kepala BPSDMD Provinsi JawaTengah sebagai bahan kajian untuk penyempurnaan dan penetapanpelaksanaan kegiatan sejenis berikutnya;
8. Permohonan nomor registrasi disampaikan kepada Badan PengembanganSumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri yang ditandatangani olehRektor dengan melampirkan data kehadiran peserta;
9. Dalam hal pelaksanan pendalaman tugas tidak sesuai dengan ketentuanprotokol kesehatan dalam menghadapi Pandemi Covid-19 maka rekomendasitidak berlaku dan tidak akan diterbitkan nomor registrasi;
10. Informasi dan koordinasi lebih lanjut dapat menghubungi BPSDMD Provinsi JawaTengah u.p. Bidang Sertifikasi Kompetensi dan Penjaminan Mutu melaluiTelepon/Faksimile (024) 7473066 extention 108 / (024) 7473701
Demikian untuk menjadikan perhatian dan atas kerjasamanya disampaikanterima kasih.
a.n. GUBERNUR JAWA TENGAHKepala Badan PengembanganSumber Daya Manusia Daerah
Drs. MOHAMAD ARIEF IRWANTO, M.SiPembina Utama Madya
NIP. 19680614 199001 1 001
TEMBUSAN disampaikan kepada :1. Gubernur Jawa Tengah;2. Plh. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah;3. Bupati Klaten;4. Sekretaris DPRD Kabupaten Klaten;
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA
SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN KLATEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS)
TENTANG
PENYELENGGARAAN BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK)/WORKSHOP PIMPINAN DAN
ANGGOTA DPRD KABUPATEN KLATEN
Nomor SETWAN : 045.71/2468/10
Nomor UMS : 239/C.7-VIII/BR/III/2021
Pada hari ini Rabu tanggal 05 Maret 2021 (lima maret dua ribu dua puluh satu), kami yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ANANG WIDJATMOKO, S.H, M.M.
Jabatan : Sekretaris DPRD Kabupaten Klaten
Alamat : Jl. Pemuda No. 294, Klaten.
Bertindak sebagai Pihak Pertama.
Dalam hal ini bertindak dan atas nama Sekretariat DPRD Kabupaten Klaten dan untuk
selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
Nama : Prof. Dr. SOFYAN ANIF, M.Si.
Jabatan : Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
Alamat : Jln. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura, Surakarta 57102
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Universitas Muhammadiyah Surakarta,
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama selanjutnya disebut PARA
PIHAK
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 133 Tahun 2017 tentang Orientasi dan
Pendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, dengan ini
menerangkan bahwa kami dari kedua belah pihak menyepakati untuk melakukan kerja sama
penyelenggaraan Bimtek/Workshop bagi Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Klaten
melalui pola kemitraan dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
MAKSUD DAN TUJUAN
Perjanjian kerja sama ini dimaksudkan untuk menyelenggarakan Bimtek/Workshop bagi
Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Klaten dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
dan/atau memperoleh manfaat yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, dan
untuk lebih meningkatkan hubungan kelembagaan antara kedua belah pihak, serta untuk
meningkatkan kualitas pengetahuan dan kemampuan anggota DPRD Kabupaten Klaten serta
sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam pengabdian kepada masyarakat.
Pasal 2
PEMBIAYAAN, WAKTU DAN TEMPAT BIMBINGAN
TEKNIS (BIMTEK)/WORKSHOP
Pembiayaan Kegiatan Bimtek/Workshop ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 2021. Bimtek/Workshop ini
dilaksanakan pada hari Jum'at s/d Minggu, Tanggal 9 s/d 11 April 2021, dan bertempat di
Hotel Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo.
Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN
Masing-masing pihak mempunyai Hak dan Kewajiban sebagai berikut:
1. PIHAK PERTAMA berhak menerima dari PIHAK KEDUA berupa seluruh aspek
pembelajaran Bimtek/Workshop Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Klaten.
2. Hak dan Kewajiban PIHAK PERTAMA antara lain:
a. Menyiapkan Peserta Bimtek/Workshop;
b. Berhak mendapatkan fasilitas pembelajaran, makalah digital, dan sertifikat dari
Penyelenggara;
c. Wajib menyerahkan biaya kontribusi penyelenggaraan Bimtek/Workshop sebesar
Rp. 2.200.000,- (dua juta dua ratus rupiah) per peserta kepada PIHAK KEDUA;
d. Menandatangani sertifikat.
e. Memberikan data, informasi dan keterangan-keterangan yang diperlukan PIHAK
KEDUA selama dalam ruang lingkup kegiatan Bimtek/Workshop.
f. Berhak mendapatkan laporan pelaksanaan Bimtek/Workshop dari PIHAK KEDUA.
3. Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA antara lain:
a. Berhak mendapatkan dana kontribusi keikutsertaan Bimtek/Workshop sebesar Rp.
2.200.000,- (dua juta dua ratus rupiah) per peserta.
b. Berhak memperoleh data/informasi terkait Penyelenggaraan Bimtek/Workshop dari
Sekretariat DPRD Kabupaten Klaten.
c. Wajib melakukan permohonan rekomendasi pelaksanaan Bimtek/Workshop kepada
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jawa Tengah,
memberikan fasilitas pembelajaran, makalah digital, dan sertifikat dari
Penyelenggara;
d. Wajib melakukan evaluasi dan menyampaikan laporan pelaksanaan
Bimtek/Workshop kepada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM)
Provinsi Jawa Tengah.
e. Wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Bimtek kepada PIHAK PERTAMA.
Pasal 4
KETENTUAN LAIN-LAIN
Hal-hal yang belum diatur dalam PERJANJIAN ini akan diatur kedua belah pihak dalam
perjanjian kerja tersendiri.
(1) Semua lampiran-lampiran, perjanjian-perjanjian tambahan (adendum) yang dibuat
sehubungan dengan PERJANJIAN ini adalah merupakan bagian dan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari PERJANJIAN ini.
(2) PERJANJIAN ini diatur dan tunduk sepenuhnya pada hukum dan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
(3) PERJANJIAN ini tidak akan diubah, diganti dan/atau dimodifikasi kecuali dengan
Perjanjian atau instrumen tertulis lain yang disepakati oleh PARA PIHAK dan
ditandatangani oleh wakil-wakil yang sah dari masing-masing pihak.
(4) PERJANJIAN ini atau setiap hak dan kewajiban yang tercakup di dalamnya tidak akan
dialihkan oleh masing-masing pihak tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak
lainnya.
(5) PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat mematuhi peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan protokol kesehatan dalam rangka pencegahan dan
pengendalian Corona Virus Disease 19 (Covid-19) selama kegiatan ini berlangsung.
Pasal 5
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) Apabila terjadi perselisihan di antara PARA PIHAK, diusahakan diselesaikan dengan
musyawarah antara kedua belah pihak.
(2) Apabila musyawarah tidak menyelesaikan masalah, penyelesaian dilakukan di
Pengadilan Negeri yang disepakati oleh PARA PIHAK.
Pasal 6
KETENTUAN PENUTUP
(1) Perjanjian Kerja sama ini dibuat rangkap 2 (dua) asli, bermaterai Rp. 10.000, - masing-
masing sama bunyinya dan mempunyai kekuatan hukum yang sama. 1 (satu) rangkap
untuk PIHAK PERTAMA dan 1 (satu) rangkap untuk PIHAK KEDUA.
(2) Perjanjian Kerja sama ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak tanpa ada
paksaan dari pihak manapun dan oleh karena itu mengikat bagi kedua belah pihak.
PIHAK PERTAMA
Sekretaris DPRD Kabupaten Klaten
ANANG WIDJATMOKO, S.H, M.M.
Pembina Tk. I
NIP. 1968080903 1 003
PIHAK KEDUA
Rektor UMS
Prof. Dr. SOFYAN ANIF, M.Si.
Guru Besar
NIDN. 0625066301
PROPOSAL
WORKSHOP
KEWENANGAN DPRD TERHADAP
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNG
JAWABAN (LKPJ) BUPATI TAHUN 2020
UNTUK DPRD KABUPATEN KLATEN
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Hari Jum'at s/d Minggu, Tanggal 9 s/d 11 April 2021 Di Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo
A. LATAR BELAKANG
Sebelum reformasi, Kepala Daerah berkewajiban memberikan Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) kepada DPRD. Selain kewenangan tersebut DPRD
mempunyai a). hak interpelasi adalah DPRD untuk meminta keterangan kepada kepala
daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis yang
berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara. b). hak angket adalah
pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu
kebijakan tertentu kepala daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan. c). hak menyatakan pendapat adalah hak DPRD menyatakan
pendapat terhadap kebijakan kepala daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi
di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut
pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 telah memberikan peluang kepada DPRD
dalam menjalankan tugas pengawasan kepada Kepala Daerah agar tidak bertindak
berlebihan dalam mengambil kebijakannya sebagai kepala penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Pasal 46 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 mengisyaratkan
bahwa Kepala Daerah dapat diberhentikan oleh DPRD apabila perbaikan Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) tahunan ditolak oleh DPRD.
Namun setelah terbitnya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
telah menggeser format legislave heavy atau peran DPRD lebih kuat manjadi executive
heavy dalam artian posisi Kepala Daerah lebih dominan, yakni Kepala Daerah sudah
tidak lagi dipilih oleh DPRD tetapi dipilih oleh rakyat secara demokratis dan Kepala
Daerah tidak memberikan laporan pertanggungjawaban (LPJ) kepada DPRD melainkan
hanya memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) terkait pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini diatur pada Pasal 71 UU No. 23 Tahun
2014 yang menyatakan: (1) Laporan keterangan pertanggungjawaban memuat hasil
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. (2)
Kepala daerah menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD
yang dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
tahun anggaran berakhir. (3) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibahas oleh DPRD untuk rekomendasi perbaikan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Dengan demikian, dalam rangka meningkatkan pemahaman anggota DPRD
tentang tugas, fungsi, dan kewenangannya terutama mengenai fungsi pengawasan DPRD
Kabupaten Klaten terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati
tahun 2020, kami dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM)
Universitas Muhammadiyah Surakarta bermaksud menyelenggarakan kegiatan Workshop
untuk DPRD Kabupaten Klaten dengan tema: “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan
Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020”.
B. TUJUAN
Tujuan dari diselenggarakannya bimbingan teknis (Workshop) ini adalah
memfasilitasi anggota DPRD guna meningkatkan pemahaman dan kompetensi tentang
fungsi pengawasan terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati
tahun 2020. Adapun sasaran yang diharapkan dari diselenggarakannya Workshop ini
yaitu:
1. Peserta mampu memahami wawasan kebangsaan tentang otonomi daerah
2. Peserta mampu memahami bentuk-bentuk pertanggungjawaban kepala daerah
menurut peraturan perundang-undangan
3. Peserta mampu memahami fungsi pengawasan DPRD kabupaten/kota terhadap
laporan keterangan pertanggung jawaban (LKPJ) bupati/walikota
C. MATERI DAN NARASUMBER
Materi yang disampaikan dalam Workshop ini mencakup tugas pokok dan fungsi
DPRD, dengan narasumber yang mempunyai kemampuan mendalam dan komprehensif
atas materi tersebut. Adapun materi dan narasumber tersebut adalah:
1. Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi Daerah
(Kepala BPSDM Prov. Jawa Tengah)
2. Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala Daerah Menurut Peraturan
Perundang-Undangan
(Akademisi)
3. Fungsi Pengawasan DPRD Kabupaten/Kota Terhadap Laporan Keterangan
Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati/Walikota
(Akademisi)
D. METODE PELAKSANAAN WORKSHOP
Metode yang hendak digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan model
partisipatoris, yakni diawali dengan ceramah, kemudian dilanjutkan dengan dialog secara
aktif. Dengan model ini diharapkan akan diperoleh pengetahuan dan pemahaman materi
secara kritis dan mendalam. Lebih dari itu adalah dicapai suatu pengetahuan dan
pemahaman teoritik dan aplikatif.
E. PESERTA, KONTERIBUSI DAN SERTIFIKASI
Kegiatan Workshop ini diharapkan diikuti oleh Pimpinan dan anggota DPRD
Kabupaten Klaten. Setiap peserta dibebani beaya sebesar Rp. Rp. 2.200.000,- (dua juta dua
ratus rupiah) dan akan mendapatkan fasilitas pembelajaran, makalah digital, dan sertifikat
dari Penyelenggara.
F. PERSONALIA PENYELENGGARA
Personalia kegiatan Workshop adalah sebagai berikut:
Penanggung jawab : Rektor UMS
Pengarah : Agus Ulinuha, Ph.D (Ketua LPPM UMS)
Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si. (Wk. Ketua LPPM
UMS)
Koordinator : Sudaryono, S.H., M.Hum.
Sekretaris : Labib Muttaqin, S.H, M.H.
Tugiyanti, S.E.
Bendahara : Tri Raharjo
Sie. Persidangan & Protokoler : M. Junaidi, S.Ag, S.H, M.Ag.
Sie. Pembantu umum : Agung S
Aan Sofyan, S.Pt.
G. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan Workshop direncanakan di Hotel Best Western Premier
Solobaru - Sukoharjo. Adapun waktu pelaksanaan kegiatan insya Allah dilaksanakan selama
3 (tiga) hari, yaitu Jum'at s/d Minggu, Tanggal 9 s/d 11 April 2021.
H. JADWAL KEGIATAN*
Hari, Tanggal Waktu Keterangan, Materi Dan Narasumber
Jum’at
9 April 2021
13.00 - 18.00 Check In dan Registrasi di Hotel
18.00 - 19.30 MAKAN MALAM
20.00 - 20.30 Pembukaan (Oleh: Rektor UMS)
Penjelasan Pelaksanaan Workshop (Pelaksana)
20.30 - 23.00 Coffee Break
Materi I:
“Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi
Daerah”
(Kepala BPSDM Prov. Jawa Tengah)
Sabtu,
10 April 2021
06.00 - 08.30 MAKAN PAGI
08.30 - 10.30 Materi II:
“Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala
Daerah Menurut Peraturan Perundang-
Undangan”
(Akademisi)
10.30 - 11.00 Coffe break
11.00 - 12.00 Dilanjutkan Diskusi dan Pendalaman Materi
12.00 - 14.00 ISHOMA
14.00 - 16.00 Materi III:
“Fungsi Pengawasan DPRD Terhadap Laporan
Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ)
Bupati/Walikota”
(Akademisi)
16.00 - 16.30 Coffe break
16.30 - 17.30 Dilanjutkan Diskusi dan Pendalaman Materi
17.30 … Istirahat dan Makan Malam
Minggu,
11 April 2021
06.00 - 08.30 MAKAN PAGI
09.00 - 11.00 Evaluasi dan Penutupan
11.00 - Selesai Check Out
*Catatan: Sesuai dengan situasi dan kondisi yang tak terduga, jadwal acara ini dapat berubah
secara fleksibel.
Surakarta, 1 Maret 2021
An. Ketua LPPM UMS
Koordinator Penyelenggara
SUDARYONO, S.H, M.Hum
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB ATAS
PENYELENGGARAAN PENDALAMAN TUGAS BAGI
PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD TAHUN 2021
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
I. Nama : Hamenang Wajar Ismoyo, S.I.Kom
Jabatan : Ketua
Instansi : DPRD Kabupaten Klaten
Selanjutnya disebut Pihak I (Pertama)
II. Nama : Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si.
Jabatan : Rektor
Instansi : Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
Selanjutnya disebut Pihak II (Kedua)
MENYATAKAN
1. Bahwa bersedia menyelenggarakan kegiatan Pendalaman Tugas bagi Pimpinan dan
Anggota DPRD Kabupaten Klaten Tahun 2021 dengan berpedoman dan mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan protokol kesehatan dalam rangka
pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease 19 (Covid-19).
2. Apabila di kemudian hari terjadi hal-hal yang berdampak pada kondisi peserta, maka kami
bersedia untuk bertanggungjawab sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dalam keadaan sadar, tanpa paksaan dan dibuat
dengan sebenarnya.
Surakarta, 05 Maret 2021
Yang membuat Pernyataan,
1
CATATAN STRATEGIS KOMISI I DPRD Terhadap LKPJ BUPATI KLATEN
TAHUN 2020 Tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN
Berikut Pembahasan Urusan penyelenggaraan pemerintahan pada Komisi I.
1. Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan perlindungan Masyarakat
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan wajib
Ketrentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat adalah:
a. Program urusan wajib pelayanan dasar di bidang Ketentraman, Ketertiban
Umum, dan Perlindungan Masyarakat dilaksanakan oleh Kantor Kesbangpol
dan Satpol PP. Urusan Wajib pelayanan dasar tersebut mendapat alokasi
Belanja Langsung sebesar Rp.6.743.978.000,- dengan realisasi anggaran
sebesar Rp. 6.364.852.426,- atau 94,38%. Adapun alokasi belanja tidak
langsung sebesar Rp. 6.284.667.000,- Dengan realisasi anggaran sebesar Rp.
5.528.099.237,- atau sebesar 87,96%.
Realisasi anggaran baik belanja langsung (94,38%) maupun belanja tidak
langsung (87,96%) sudah lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya namun
demikian untuk realisasi anggaran belanja tidak langsung masih jauh dari
anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja
kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu
jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan
program dan penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari
kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020. Sebagai catatan
dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana
Urusan Ketrentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat
sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 2 indikator Kinerja Sasaran pada Urusan Ketentraman,
Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat. Adapun Realisasi capaian
Kinerja Sasaran dari 2 indikator tersebut adalah bahwa semua indikator
sasaran masuk kategori “sangat tinggi”.
2
Terdapat 14 Indikator Kinerja Program dengan Capaian Kinerja Program
Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 10 Indikator, Capaian Kinerja “Rendah”
sebanyak 2 indikator dan Capaian Kinerja Sangat rendah sebanyak 2
Indikator.
Indikator capaian kinerja yang masih dalam kategori rendah sebanyak 2 dan
sangat rendah sebanyak 2 sudah diberikan alasan penyebab tidak tercapainya
indikator tersebut. Pada tahun mendatang penting untuk lebih memberikan
perhatian terkait pencapaian kinerja beberapa indikator tersebut.
c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib Ketrentraman,
Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat telah diambil dalam rangka
menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu tahun anggaran, namun
belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis tersebut. Oleh
karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan penjelasan terkait
pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah
ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
2. Urusan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil
a. Pelaksanaan Program urusan Wajib bukan Pelayanan dasar yang berkaitan
dengan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil dilaksanakan oleh
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Urusan Wajib Bukan Pelayanan
dasar tersebut mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.
5.936.860.783,-dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 4.961.086.606,- atau
realisasi keuangan sebesar 83,56%. adapun alokasi untuk belanja tidak
langsung sebesar Rp.3.298.310.000,- dengan realisasi sebesar Rp.
2.830.940.309,- atau sebesar 85,83%.
Realisasi anggaran baik belanja langsung (83,56%) maupun tidak langsung
(85,83%) masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi anggaran yang
3
masih jauh dari target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah
dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan pembangunan,
tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang
matang, sekaligus penyimpangan dari kesepakatan yang telah dituangkan
dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Urusan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil
sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran
dengan Kategori Tinggi.
Terdapat 7 Indikator Kinerja Program dengan Realisasi Kinerja
Program dengan Kategori Sangat Tinggi sebanyak 7 Indikator. Keseluruhan
Capaian Kinerja inidikator Kinerja Sasaran dan Program Urusan Administrasi
Kependudukan dan Catatan Sipil Masuk Kategori Tinggi dan Sangat Tinggi.
Capaian indikator Program dengan indikator Sasaran kelihatan tidak sinkron.
Untuk mencapai sasaran diperlukan sejumlah program. Ketika capaian
program semuanya sudah mendapat kategori sangat tinggi memberikan
indikasi bahwa capaian indikator sasaran juga akan sangat tinggi. Namun
demikian pada Urusan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil capaian
indikator program tidak sejalan dengan indikator sasaran. Perlu penjelasan
mengapa semua indikator programnya sudah sangat tinggi tetapi indikator
sasarannya masih dalam katgori tinggi.
c. Tidak terdapat Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib
Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil selama satu tahun anggaran.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya
terkait serapan anggaran belum dapat ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
3. Urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa
4
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pemberdayaan
Masyarakat Desa adalah:
a. Perangkat daerah yang melaksankaan program terkait urusan Pemberdayaan
Masyarakat Desa mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.
4.711.210.291 dengan realisasi anggaran sebesar Rp.4.453.470.089 atau
sebesar 94,53%. Adapun alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp.
3.098.067.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 2.876.819.266 atau
sebesar 92,86%.
Realisasi anggaran baik belanja langsung (94,53%) maupun tidak langsung
(92,86%) telah meningkat dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun
sebelumnya dan mendekati dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi anggaran
yang mendekati target berarti telah memanfaatkan dana yang dialokasikan dan
diharapkan membantu pencapaian sasaran dan program yang telah dituangkan
dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa sebaiknya tetap
memperbaiki meningkatkan penyusunan anggaran sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Terdapat 3 Indikator Kinerja Sasaran dengan Capaian Kinerja Sasaran
Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 3 Indikator. Terdapat 6 Indikator Kinerja
Program dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi”
sebanyak 4 Indikator dan capaian kinerja indikator program kategori “tinggi”
sebanyak 2 Indikator.
Semua Capaian Kinerja Sasaran dan Program mendapat kategori
Sangat Tinggi dan Tinggi. Pada tahun mendatang indikator program dalam
kategori Tinggi diharapkan ditingkatkan menjadi kategori Sangat Tinggi.
c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib Pemberdayaan
Masyarakat Desa telah diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah
strategis selama satu tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait
pelaksanaan kebijakan strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun
5
mendatang perlu diberikan penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis
yang telah ditetapkan.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah
ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
4. Urusan Komunikasi dan Informatika
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Komunikasi
dan Informatika adalah:
a. Pelaksanaan Program urusan Wajib bukan Pelayanan dasar yang berkaitan
dengan Komunikasi dan Informatika pada tahun 2020 mendapat alokasi
Belanja Langsung sebesar Rp. 12.279.265.300 dengan realisasi anggaran
sebesar Rp. 11.807.362.335,- atau 96,15%. Adapun alokasi belanja tidak
langsung sebesar Rp. 2.458.545.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp.
2.159.193.590 atau sebesar 87,82%.
Realisasi anggaran belanja langsung (96,15%) mengalami kenaikan dibanding
tahun sebelumnya (92,5%) sedangkan realisasi anggaran belanja tidak langsung
(87,82%) mengalami penurunan dibandingkan anggaran tahun sebelumnya
(90,5%).
Realisasi anggaran belanja tidak langsung yang tidak sesuai target bukan saja
kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu
jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan
program dan penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari
kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Urusan Komunikasi dan Informatika sebaiknya memperbaiki
penyusunan anggaran belanja tidak langsungnya sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 12 Indikator Kinerja Program dengan Capaian Kinerja Program
Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 7 Indikator, kategori tinggi sebanyak 3
6
indikator, Kategori “sedang” 1 indikator dan kategori “sangat rendah”
sebanyak 1 indikator.
Indikator capaian kinerja yang masih dalam kategori sedang sebanyak 1 dan
sangat rendah sebanyak 1 sudah diberikan alasan penyebab tidak tercapainya
indikator tersebut. Pada tahun mendatang penting untuk lebih memberikan
perhatian terkait pencapaian kinerja beberapa indikator tersebut.
Urusan Komunikasi dan Informatika tidak melaporkan capaian indikator
sasarannya. Tidak adanya informasi capaian indikator sasaran menyebabkan
tidak bisa menilai kontribusi dalam mencapai tujuan, visi dan misi Bupati.
Selain itu juga tidak dapat melihat apakah rekomendasi oleh DPRD pada tahun
anggaran sebelumnya telah ditindaklanjuti secara tepat.
Pada tahun anggaran berikutnya urusan Komunikasi dan Informatika diharapkan
sudah melaporkan capaian indikator sasarannya.
c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib Komunikasi dan
Informatika telah diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah
strategis selama satu tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait
pelaksanaan kebijakan strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun
mendatang perlu diberikan penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis
yang telah ditetapkan.
d. Sudah ada upaya untuk menindaklanjuti rekomendasi oleh DPRD pada tahun
anggaran sebelumnya, namun demikian tindak lanjut terkait penentuan
indikator sasaran belum kelihatan dalam laporan ini.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
5. Urusan Penanaman Modal
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Penanaman
Modal adalah:
a. Pelaksanaan Program urusan Wajib bukan Pelayanan dasar yang berkaitan
dengan Penanaman Modal mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.
7
1.130.589.360 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 1.068.701.074 atau
sebesar 94,52%. Adapun alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp.
2.023.363.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 1.815.997.471 atau
sebesar 89,75%.
Realisasi anggaran baik belanja langsung (94,52%) maupun tidak langsung
(87,02%) sudah lebih baik dibandingkan realisasi anggaran tahun sebelumnya
untuk belanja langsung (86,4%) dan belanja tidak langsung (89,75%). Namun
demikian untuk realisasi belanja tidak langsung masih jauh dari anggaran
yang ditetapkan. Realisasi anggaran belanja tidak langsung yang masih tidak
sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan
yang berarti mengganggu jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga
penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang matang,
sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD
TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Urusan Penanaman Modal sebaiknya memperbaiki
penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 5 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran
Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 1 indikator dan Kategori “sangat rendah”
sebanyak 4 indikator. Terdapat 10 Indikator Kinerja Program dengan
Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 5 Indikator
dan kategori “sangat rendah” sebanyak 5 indikator.
Capaian indikator sasaran dengan 80% kategori “sangat rendah” dan capaian
indikator program dengan kategori sangat rendah 50% tidak sejalan dengan
realisasi anggaran belanja langsung yang mencapai 94,52%. Mengapa
realisasi belanja langsung berbanding terbalik dengan capaian sasaran dan
program?
Terdapat beberapa nama indikator sasaran yang mempunyai kesamaan
dengan indikator program. Perlu dipertimbangkan untuk menggunakan nama
dan substansi indikator program yang berbeda dengan indikator sasarannya.
8
c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib Komunikasi dan
Informatika telah diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah
strategis selama satu tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait
pelaksanaan kebijakan strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun
mendatang perlu diberikan penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis
yang telah ditetapkan.
d. Sudah ada upaya untuk menindaklanjuti rekomendasi oleh DPRD pada tahun
anggaran sebelumnya, namun demikian tindak lanjut terkait penentuan
indikator sasaran belum kelihatan dalam laporan ini.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
6. Urusan Statistik
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Statistik
adalah:
a. Pelaksanaan Program urusan Wajib bukan Pelayanan dasar yang berkaitan
dengan Statistik mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp. 17.500.000
dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 17.417.500 atau 99,53%.
Realisasi anggaran baik belanja langsung (99,53%) sudah hampir sama
anggaran yang ditetapkan. Realisasi anggaran yang telah mendekati target
memberikan gambaran bahwa urusan ini telah memanfaatkan dana yang
dialokasikan untuk percepatan jalannya pembangunan, penyusunan
perencanaan program dan penganggaran lebih sesuai, sekaligus berupaya
mewujudkan kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Urusan Statistik sebaiknya mempertahankan penyusunan
anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Tidak terdapat indikator kinerja sasaran. Hanya terdapat 1 Indikator Kinerja
Program dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi”.
9
c. Tidak terdapat Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib
Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil selama satu tahun anggaran.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah
dapat ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
7. Administrasi Pemerintahan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan Administrasi
Pemerintahan adalah:
a. Perangkat Daerah yang melaksanakan Program urusan Pemerintahan Fungsi
Penunjang di Bidang Administrasi Pemerintahan mendapat alokasi Belanja
Langsung sebesar Rp.76.444.141.855 dengan realisasi anggaran sebesar
Rp.65.196.776.021 atau sebesar 85,28%. Alokasi belanja tidak langsung
sebesar Rp.94.778.407.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp.
86.337.038.329 atau sebesar Rp. 91,09%.
Realisasi anggaran baik belanja langsung (85,28%) maupun belanja tidak
langsung (91,09%) masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang
tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah
dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan pembangunan,
tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang
matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan
dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Administrasi Pemerintahan sebaiknya memperbaiki
penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 12 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran
Kategori “Sangat tinggi” sebanyak 11 indikator dan 1 indikator kinerja yang
10
tidak tercapai (capaian kinerjanya tidak dipersentasekan karena target
merupakan jangkauan/interval angka). Terdapat 41 Indikator Kinerja Program
dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 38
Indikator, kategori “tinggi” sebanyak 2 indikator dan 1 indIkator merupakan
kategori “sedang”.
Pada tahun mendatang diharapkan urusan administrasi memberikan perhatian
terhadap indikator sasaran yang kinerjanya belum tercapai dan indikator
program yang capaiannya mendapatkan kategori sedang.
c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib Administrasi telah
diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu
tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan
strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan
penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya
telah ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
8. Pengawasan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan bidang Pengawasan
adalah:
a. Pelaksanaan Program urusan Pemerintahan Fungsi Penunjang di bidang
Pengawasan dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten Klaten. Urusan tersebut
mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.6.439.275.250 dengan
realisasi anggaran sebesar Rp.5.890.135.727 atau sebesar 91,47%. Adapun
alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp. 6.680.993.000 dengan realisasi
anggaran sebesar Rp. 5.756.241.235 atau sebesar 86,16%.
Realisasi anggaran baik belanja langsung (91,47) maupun belanja tidak
langsung 86,16% telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi
anggaran tahun sebelumnya yaitu belanja langsung sebesar (83,3%) dan
11
belanja tidak langsung (82,9%). Namun demikian realisasi anggaran masih
jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan
saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti
mengganggu jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan
perencanaan program dan penganggaran kurang matang, sekaligus
menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Bidang Pengawasan sebaiknya memperbaiki penyusunan
anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 2 indikator kinerja sasaran dengan capaian kinerja “sangat tinggi”
sebanyak 2 indikator dan 3 Indikator Kinerja Program dengan Capaian
Kinerja “Sangat Tinggi” sebanyak 3 Indikator atau semua capaian kinerja
sasaran dan Program urusan Pengawasan masuk kategori sangat tinggi.
Semua Capaian Kinerja Sasaran dan Program Urusan Pengawasan
mendapat kategori Sangat Tinggi, sehingga pada tahun mendatang diharapkan
Urusan Pengawasan dapat mempertahankan ataupun meningkatkan capaian
kinerja baik kinerja sasaran maupun program.
c. Tidak terdapat Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib
Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil selama satu tahun anggaran.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya
terkait serapan anggaran telah ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
9. Perencanaan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan bidang Perencanaan
adalah:
a. Pelaksanaan Program urusan Pemerintahan Fungsi Penunjang di Bidang
Perencanaan mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp. 6.303.540.000
dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 5.892.009.014 atau sebesar 93,47%.
12
Alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp. 3.851.352.000 dengan realisasi
anggaran sebesar Rp. 3.525.715.076 atau sebesar 91,54%
Realisasi anggaran baik belanja langsung (93,47) maupun belanja tidak
langsung (91,54) lebih tinggi dibandingkan realisasi anggaran tahun
sebelumnya yaitu belanja langsung (85,6%) dan belanja tidak langsung
(84,3%). Namun demikian realisasi anggaran tersebut masih jauh dari
anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja
kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu
jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan
program dan penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari
kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Bidang Perencanaan sebaiknya memperbaiki penyusunan
anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran
Kategori “Sangat tinggi” sebanyak 1 indikator. Terdapat 13 Indikator Kinerja
Program dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi”
sebanyak 12 Indikator dan 1 indikator merupakan kategori “rendah”.
Pada tahun mendatang diharapkan Urusan Perencanaan memberikan perhatian
terhadap indikator sasaran yang kinerjanya belum tercapai dan indikator
program yang capaiannya mendapatkan kategori “rendah”.
c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Perencanaan telah diambil
dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu tahun
anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis
tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan penjelasan
terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah
ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
13
10. Keuangan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan bidang Keuangan
adalah:
a. Pelaksanaan Program urusan Pemerintahan Fungsi Penunjang di bidang
Keuangan dilaksanakan Badan Pengelola Keuangan Daerah. Urusan
Pemerintahan Fungsi Penunjang di bidang Keuangan tersebut mendapat
alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.15.089.727.472 dengan realisasi
anggaran sebesar Rp.12.837.955.007 atau 85,08%. Adapun alokasi belanja
tidak langsung sebesar Rp. 1.074.421.673.061 dengan realisasi anggaran
sebesar Rp. 820.468.402.936 atau sebesar 76,36%.
Realisasi anggaran baik belanja langsung (85,08) maupun belanja tidak
langsung sebesar (76,36) lebih rendah dibandingkan realisasi anggaran tauhun
sebelumnya yaitu belanja langsung (87,3%) dan belanja tidank langsung
(96,3%).
Realisasi yang jauh dibawah target bukan saja kurang memanfaatkan dana
yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan
pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan
penganggaran kurang matang, sekaligus pengabaian terhadap kesepakatan
yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana bidang Keuangan sebaiknya memperbaiki penyusunan
anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran
Kategori “Sangat tinggi” sebanyak 1 indikator. Terdapat 6 Indikator Kinerja
Program dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi”
sebanyak 5 Indikator dan 1 indikator merupakan kategori “tinggi”.
Pada tahun mendatang diharapkan Urusan Keuangan dapat mempertahankan
ataupun meningkatkan capaian kinerja baik kinerja sasaran maupun program.
c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Keuangan telah diambil
dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu tahun
14
anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis
tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan penjelasan
terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah
ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
11. Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan bidang Kepegawaian
adalah:
a. Pelaksanaan Program urusan Pemerintahan Fungsi Penunjang di bidang
Kepegawaian, Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan oleh Badan
Kepegawaian, Pendidikan Dan Pelatihan Daerah. Urusan tersebut mendapat
alokasi Belanja Langsung sebesar Rp. 4.361.912.959,- dengan realisasi
anggaran sebesar Rp.3.740.379.317,- atau 85,75%. Adapun alokasi belanja
tidak langsung sebesar Rp. 3.321.090.000 dengan realisasi anggaran sebesar
Rp.2.994.772.570,00,- atau sebesar 90,17%.
Realisasi anggaran baik belanja langsung (85,75%) maupun belanja tidak
langsung 90,17 masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi anggaran
yang tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah
dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan pembangunan,
tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang
matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan
dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana bidang Kepegawaian sebaiknya memperbaiki penyusunan
anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Capaian Kinerja Sasaran
Kategori “tinggi” sebanyak 1 indikator. Terdapat 5 Indikator Kinerja Program
15
dengan Capaian Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 3
indikator, kategori “tinggi” sebanyak 1 indikator dan kategori “Sangat
Rendah” sebanyak 1 indikator.
Pada tahun mendatang diharapkan Urusan Kepegawaian, Pendidikan dan
Pelatihan hendaknya memberikan perhatian atau meningkatkan terhadap
indikator sasaran yang kinerjanya yang masih “tinggi” dan indikator program
yang capaiannya mendapatkan kategori “rendah”.
c. Tidak terdapat Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan
Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan selama satu tahun anggaran.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya
telah ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah, solusi dan tindak lanjutnya telah dinyatakan secara rasional
hubungannya. Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran
penyelesaian atas masalah yang dihadapi. Tindak lanjut juga telah
memberikan arah di masa mendatang terkait apa yang akan dilakukan atas
solusi yang dipilih.
1
CATATAN STRATEGIS KOMISI II DPRD Terhadap LKPJ BUPATI KLATEN
TAHUN 2020 Tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN
Berikut Pembahasan Urusan penyelenggaraan pemerintahan pada Komisi II.
1. Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Koperasi,
Usaha Kecil dan Menengah adalah :
a. Pelaksanaan Program urusan Wajib bukan Pelayanan dasar yang berkaitan
dengan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dilaksanakan mendapat alokasi
Belanja Langsung sebesar Rp.1.132.000.000 dengan realisasi anggaran
sebesar Rp.917.170.799 atau sebesar 81,02%. Realisasi anggaran belanja
langsung (81,02%) tersebut masih jauh dari anggaran yang ditetapkan dan
lebih kecil dibandingkan dengan persentase capaian realisasi anggaran tahun
sebelumnya (85,7%).
Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang
telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan
pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan
penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang
telah dituangkan dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah sebaiknya
memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran
Kategori “sangat tinggi” sebanyak 1 indikator. Terdapat 4 Indikator Kinerja
Program dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi”
sebanyak 2 Indikator, dan kategori sangat rendah sebanyak 2 indikator. Kedua
indikator dengan kategori “sangat rendah” adalah Persentase pertumbuhan
2
UMKM (19%) dan persentase promosi produk UKM pertumbuhan koperasi
(4,5%). Kedua indikator tersebut masih membutuhkan perhatian pada tahun
berikutnya.
c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib Koperasi, Usaha
Kecil dan Menengah telah diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-
masalah strategis selama satu tahun anggaran, namun belum ada penjelasan
terkait pelaksanaan kebijakan strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun
mendatang perlu diberikan penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis
yang telah ditetapkan.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah
ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya
namun belum menggambarkan secara komprehensip permasalahan pada
Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.
2. Urusan Tenaga Kerja
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Tenaga Kerja
adalah :
a. Pelaksanaan Program urusan Wajib bukan Pelayanan dasar yang berkaitan
dengan tenaga kerja dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja.
Urusan Wajib Bukan Pelayanan dasar tersebut mendapat alokasi Belanja
Langsung sebesar Rp. 1.094.654.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp.
757.354.734 atau 69,19%.
Realisasi anggaran baik belanja langsung (69,19%) masih jauh dari anggaran
yang ditetapkan dan lebih rendah dibandingkan realisasi anggaran tahun
sebelumnya (86,5%). Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang
memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu
jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan
program dan penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari
kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.
3
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Urusan Tenaga Kerja sebaiknya memperbaiki penyusunan
anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 3 Indikator Kinerja sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran
Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 2 Indikator dan kategori “sangat rendah”
sebanyak 1 indikator. Terdapat 4 Indikator Kinerja Program dengan Realisasi
Kinerja Program Kategori “Tinggi” sebanyak 2 Indikator, kategori “sedang”
sebanyak 1 indikator dan kategori “sangat rendah” sebanyak 1 indikator.
Adapun indikator sasaran dengan kategori rendah tersebut adalah Besaran
pekerja/ buruh yang menjadi peserta program BPJS Ketenagakerjaan
(57,49%). Indikator kinerja program dengan kategori sedang dan kategori
sangat rendah adalah Besaran kasus yang diselesaikan dengan Perjanjian
Bersama (69,02%) dan Angka sengketa pengusaha - pekerja per tahun
(11,98).
Pada tahun berikutnya diharapkan Urusan Tenaga Kerja memberikan
perhatian terhadap indikator kinerja sasaran dan kinerja program yang masih
mendapatkan kategori sedang, sangat rendah.
c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Tenaga Kerja telah
diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu
tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan
strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan
penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah
ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi pada Urusan Tenaga Kerja telah dinyatakan secara
rasional hubungannya. Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran
penyelesaian atas masalah yang dihadapi.
3. Urusan Kelautan dan Perikanan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan Urusan Kelautan dan
Perikanan adalah :
4
a. Pelaksanaan Program urusan Pilihan yang berkaitan dengan Kelautan dan
Perikanan mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp. 1.767.935.000
dengan realisasi anggaran sebesar Rp 1.168.326.159 atau sebesar 66,08%.
Realisasi anggaran baik belanja langsung 66,08% lebih kecil dibandingkan
dengan capaian realisasi anggaran tahun sebelumnya (2019) yaitu sebesar
89,85%. Realisasi anggaran sebesar 66,08% masih jauh dibawah dari
anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja
kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu
jalanya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan
program dan penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari
kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Urusan Kelautan dan Perikanan sebaiknya memperbaiki
penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 3 Indikator Kinerja Program dengan Realisasi Kinerja Program
Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 1 Indikator, Kategori tinggi sebanyak 1
indikator dan kategori sangat rendah sebanyak 1 indikator. Tidak ada indikator
kinerja sasaran yang dilaporkan.
Indikator program dengan kategori rendah tersebut adalah Pengembangan
perikanan tangkap sebesar 3 4 , 26%.
Pada tahun berikutnya diharapkan Urusan Kelautan dan Perikanan
memberikan alasan mengapa tidak melaporkan kinerja sasarannya dan
memberikan perhatian terhadap indikator kinerja program yang masih
mendapatkan kategori sangat rendah.
c. Tidak ada kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Kelautan dan
Perikanan selama satu tahun anggaran.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah
ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
5
4. Urusan Pertanian
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pertanian
adalah :
a. Pelaksanaan Program urusan pilihan yang berkaitan dengan Urusan Pertanian
mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.10.803.607.000 dengan
realisasi anggaran sebesar Rp.9.447.858.769 atau sebesar 87,45%. Adapun
alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp. 27.998.636.000 dengan realisasi
anggaran sebesarRp. 17.445.680.314 atau sebesar 62,31%.
Realisasi anggaran belanja langsung 87,45% dan tidak langsung 62,31%
masih jauh dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan.
Realisasi anggaran yang jauh dari target bukan saja kurang memanfaatkan
dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalanya percepatan
pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan
penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang
telah dituangkan dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Urusan Pertanian sebaiknya memperbaiki penyusunan
anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran
Kategori “Tinggi” sebanyak 1 indikator atau semua capaian kinerja indikator
sasaran masuk kategori “tinggi”. Terdapat 11 Indikator Kinerja Program
dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 8
Indikator, kategori “tinggi” sebanyak 1 indikator, kategori “rendah” sebanyak
2 indikator.
Pada tahun berikutnya Urusan Pertanian diharapkan meningkatkan capaian
indikatornya baik indikator sasaran maupun indikator program. Selain itu
Urusan Pertanian harus lebih memberikan perhatian terhadap indikator kinerja
program yang masih mendapatkan kategori rendah.
6
Adapun 2 indikator yang mempunyai kategori rendah adalah: Alokasi pupuk
bersubsidi 64,13% dan Produksi daging sapi 63,24%.
c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Pertanian telah diambil
dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu tahun
anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis
tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan penjelasan
terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah
ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
5. Urusan Perdagangan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan Urusan Perdagangan
adalah :
a. Perangkat Daerah yang melaksanaan Program urusan perdagangan mendapat
alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.10.767.185.000 dengan realisasi
anggaran sebesar Rp.9.493.807.124 atau sebesar 88,17% dan alokasi belanja
tidak langsung sebesar Rp.11.260.660.000 dengan realisasi anggaran sebesar
Rp. 10.452.802.576 atau 92,83%.
Realisasi anggaran baik belanja langsung (88,17%) maupun belanja tidak
langsung (92,83%) masih jauh dari anggaran yang ditetapkan.
Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang
telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan
pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan
penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang
telah dituangkan dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Urusan Perdagangan sebaiknya memperbaiki penyusunan
anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
7
b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran
Kategori “Tinggi” sebanyak 1 indikator. Terdapat 5 Indikator Kinerja Program
dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 1
Indikator, kategori “rendah” sebanyak 1 indikator dan kategori “sangat
rendah” sebanyak 2 indikator dan 1 indikator tidak tercapai. (tidak dapat
diprosentasekan dikarenakan menggunakan target jangkauan angka)
Pada tahun berikutnya Urusan Perdagangan diharapkan meningkatkan
capaian indikatornya baik indikator sasaran maupun indikator program. Selain
itu Urusan Perdagangan harus lebih memberikan perhatian terhadap indikator
kinerja program yang masih mendapatkan kategori rendah, sangat rendah dan
tidak tercapai.
Adapun indikator yang mempunyai kategori rendah, sangat rendah dan tidak
tercapai adalah: Prosentase UMKM yang memiliki sertifikasi produk SPI-
PIRT dan Halal (49,66%), Persentase Cakupan pelayanan UTTP (10%),
Prosentase PKL, Asongan yang terdaftar (52,16%), Inflasi tahunan (tidak
tercapai).
c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Perdagangan telah
diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu
tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan
strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan
penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah
ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
6. Urusan Perindustian
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan Urusan Perindustrian
adalah :
8
a. Pelaksanaan Program urusan pilihan yang berkaitan dengan Perindustrian
yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja dan Bagian
Perekonomian mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp. 1.703.675.897
dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 1.504.338.526 atau sebesar 88,29%.
Adapun alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp. 2.711.507.000 dengan
realisasi anggaran sebesar Rp. 2.527.917.141 atau sebesar 93,23%.
Realisasi anggaran baik belanja langsung (88,29%) maupun belanja tidak
langsung (93,23%) masih jauh dari anggaran yang ditetapkan.
Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang
telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalanya percepatan pembangunan,
tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang
matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam
APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
OPD pelaksana Urusan Perindustrian sebaiknya memperbaiki penyusunan
anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 2 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran
Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 1 indikator dan kategori “sangat rendah”
sebanyak 1 indikator. Terdapat 4 Indikator Kinerja Program dengan Realisasi
Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 3 Indikator dan kategori
“sedang” sebanyak 1 indikator.
Pada tahun berikutnya Urusan Perindustrian diharapkan meningkatkan
capaian indikatornya baik indikator sasaran maupun indikator program. Selain
itu Urusan Perindustrian harus lebih memberikan perhatian terhadap indikator
kinerja sasaran yang mendapatkan kategori sangat rendah dan indikator
program yang memperoleh kategori sedang.
Adapun indikator sasaran yang mendapatkan kategori sangat rendah dan
indikator program yang memperoleh kategori sedang adalah: Prosentase IKM
yang memiliki daya saing (43,5%) dan Persentase IKM yang memiliki SVLK
(61,58%).
9
c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Perindustrian telah
diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu
tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan
strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan
penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah
ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
7. Urusan Transmigrasi
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan Urusan Transmigrasi
adalah :
a. Pelaksanaan Program urusan Pilihan yang berkaitan dengan Transmigrasi
dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja mendapat alokasi
Belanja Langsung sebesar Rp.21.000.000 dengan realisasi anggaran sebesar
Rp.19.920.516 atau sebesar 94,86%.
Realisasi anggaran belanja langsung (94,86), realisasi anggaran belanja
langsung tersebut sudah mendekati dari anggaran yang ditetapkan.
Realisasi anggaran Urusan Transmigrasi tahun 2020 sebesar Rp 19.920.516
menurun drastis dibandingkan dengan tahun anggaran 2019 sebesar Rp
203.848.600. Penurunan ini dilakukan karena realokasi anggaran akibat Covid
19.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,
apabila kondisi sudah normal maka OPD pelaksana Urusan Transmigrasi
sebaiknya mengajukan kembali anggarannya sesuai dengan kebutuhannya.
b. Terdapat 1 indikator kinerja sasaran dengan capaian kinerja “sangat tinggi”
sebanyak 1 indikator. Terdapat 2 indikator kinerja program dengan capaian
kinerja program “sangat rendah” sebanyak 2 indikator.
10
Indikator program mendapatkan kategori sangat rendah karena program
kegiatan terkait indikator tersebut tidak dapat dilaksanakan karena adanya
pandemi Covid 19.
c. Tidak ada kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Transmigrasi
selama satu tahun anggaran.
d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah
ditindaklanjuti.
e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.
Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas
masalah yang dihadapi.
RESUME HASIL ANALISIS KINERJA
UNTUK REKOMENDASI DRPD KOMISI III PADA LKPJ BUPATI
KLATEN
TAHUN ANGGARAN 2020
Urusan Wajib Pelayanan Dasar
1. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang:
Keuangan:
Realisasi Belanja Tidak Langsung di Tahun 2020 sebesar 87,15%, meningkat dari capaian
realisasi tahun sebelumnya yang hanya sebesar 78,34%. Akan tetapi untuk realisasi Belanja
Langsung menurun dari sebesar 80,44% di Tahun 2019 hanya menjadi 71,37% di Tahun 2020.
Hal ini dapat dipahami karena akibat dari kondisi refocusing menghadapi COVID-19, akan
tetapi terdapat juga banyak kegiatan yang penyerapannya rendah, yang tersebar merata di
semua program yang ada. Padahal acuan anggaran yang dipakai sudah menggunakan APBD
perubahan. Hal ini membuktikan bahwa masih terdapat permasalahan pada perencanaan
anggaran, artinya, realisasi Belanja saat ini masih tetap belum optimal dan masih jauh dari
anggaran yang ditetapkan. Untuk menyikapi permasalahan pencairan/pelaksanaan DAK Fisik
yang belum terlaksana. Mitigasi terhadap kondisi tersebut baiknya dilakukan jauh-jauh hari
agar di masa mendatang terlaksana dengan baik.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana
Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran
sesuai dengan kebutuhannya.
Indikator Kinerja Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang:
Beberapa pengukuran target indicator sepertinya tidak direncanakan dengan baik dan belum
memberhatikan informasi baseline indicator dan/atau capaian indicator dari tahun-tahun
sebelumnya, sehingga terlihat ada beberapa Indikator Kinerja baik sasaran maupun program
yang memiliki realisasi jauh di atas angka 100%. Di samping itu, beberapa indicator pada
urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang juga perlu memperhatikan indicator-indikator
capaian SPM berdasarkan aturan perundangan. Beberapa indicator telah mencapai kriteria
sangat tinggi seperti 2 indikator sasaran dan 9 indikator program. Di Beberapa indicator
kinerja, masih terdapat capaian yang masih belum optimal, Capaian indicator perlu diperbaiki
mengingat masih ada 3 indikator program yang memiliki kategori tinggi (76% <≤ 90%), 1
kategori sangat rendah, dan 1 kategori tidak dapat dicapai yang perlu menjadi perhatian khusus.
Beberapa indicator tidak dapat dicapai karena factor realisasi anggaran yang juga bermasalah,
sehingga dalam hal ini perencanaan, penganggaran dan pengukuran kinerja harus menjadi
perhatian sehingga ketika suatu target sudah bagus, maka anggarannya dapat dialihkan untuk
pemenuhan indicator kinerja yang masih kurang baik.
Untuk itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan
kegiatan di OPD Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah kegiatan monitoring dan
evaluasi terhadap seluruh kegiatan-kegiatan yang ada.
Beberapa permasalahan yang muncul masih disebabkan oleh ketersediaan database yang
kurang akurat sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, untuk itu, perlu menjadi perhatian untuk
anggaran di Tahun Anggaran selanjutnya solusi perbaikan database yang dimiliki oleh OPD
terkait, di samping itu, masalah koordinasi dan integrasi pola pembangunan antar pemerintah
khususnya Pemkab dengan Pemdesa di Klaten harus menjadi perhatian bersama baik OPD
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang maupun OPD yang membidangi Pembinaan dan
Pengawasan Desa.
2. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman:
Keuangan:
Realisasi Belanja Tidak Langsung telah membaik menjadi sebesar 91.41% di tahun 2020,
meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 87,32%. Akan tetapi untuk realisasi
Belanja Langsung menurun dengan hanya sebesar 76,98% dari tahun 2019 yang sebesar
77,81%. Hal ini disebabkan karena permasalahan pelaksanaan kegiatan yang terdampak
pandemic COVID-19. Akan tetapi kondisi realisasi Belanja yang belum optimal dan masih
jauh dari anggaran yang ditetapkan. Untuk itu, kondisi tersebut harus menjadi perhatian
sehingga langkah-langkah yang harus dilakukan oleh OPD terkait adalah memitigasi
permasalahan yang ada di tahun-tahun selanjutnya agar realisasi atas anggaran tersebut dapat
sesuai dengan targetnya. Sesuai data, target yang dimaksud berasal dari APBD Perubahan yang
sebenarnya sudah berjalan selama setengah tahun anggaran. Realisasi yang tidak sesuai target
bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu
jalannya percepatan pembangunan. Disamping itu, hal tersebutjuga membuktikan penyusunan
perencanaan program dan penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari
kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2019.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana
Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman sebaiknya memperbaiki penyusunan
anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
Indikator Kinerja Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman:
Beberapa pengukuran target indicator saat ini sudah sangat tinggi untuk 1 indicator sasaran
dan 1 indikator program, akan tetapi ditemukan masih ada 1 indicator program yang kurang
baik dengan nilai sangat rendah.
Disisi kegiatan, terlihat masih terdapat capaian realisasi anggaran yang sangat rendah di
Program pelayanan dasar Administrasi perkantoran, program pengembangan perumahan dan
program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial. Hal ini sepertinya diakibatkan juga
oleh masalah koordinasi dan integrasi pola pembangunan antar pemerintah dan pihak lainnya,
untuk itu di tahun-tahun selanjutnya hal ini harus menjadi perhatian bersama.
Untuk itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan
kegiatan di OPD Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman adalah kegiatan monitoring
dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan-kegiatan yang ada.
Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar
1. Lingkungan Hidup
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Lingkungan Hidup:
Keuangan:
Urusan lingkungan hidup diselenggarakan oleh OPD Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Secara umum, realisasi Belanja Tidak
Langsung pada TA 2020 sebesar 92,28% meningkat dengan baik dari tahun anggaran
sebelumnya yang hanya sebesar 85,8%. Akan tetapi realisasi Belanja Langsung hanya sebesar
80,89% lebih rendah dari TA sebelumnya yang sudah sebesar 82,9%. Walaupun alasan
pandemic COVID-19 menjadi kendala utama dalam proses pelaksanaan kegiatan, Realisasi
anggaran tersebut masih membuktikan bahwa realisasi Belanja masih belum optimal dan masih
jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang
memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan
pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang
matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA
2019.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana
Urusan Lingkungan Hidup sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan
kebutuhannya.
Indikator Kinerja Lingkungan Hidup:
Beberapa pengukuran target indicator memperlihat bahwa 2 indicator kinerja sasaran memiliki
capaian sangat tinggi sedang 1 indikator sasaran hanya mencapai penilaian “tinggi”. Untuk
indikator program terdapat 9 indikator dengan penilaian sangat tinggi akan tetapi terdapat 1
indikator dengan capaian sedang dan 1 indikator capaian sangat rendah yang terkait dengan
kualitas dan ketersediaan data informasi lingkungan hidup yang dapat diakses oleh
Masyarakat. Beberapa program dengan capaian yang kurang baik tersebut, disebabkan karena
dukungan realisasi kegiatan yang masih belum optimal, khususnya di program pengendalian.
Pencemaran, dan perusakan lingkungan hidup, program pengembangan kapasitas pengelolaan
SDA dan LH, serta program persampahan yang terkait dengan pembangunan TPA. Untuk itu,
solusi atas permasalahan tersebut perlu dilaksanakan dan disinergikan dengan seluruh
Stakeholder yang ada.
2. Perhubungan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Perhubungan:
Keuangan:
Realisasi Belanja Tidak Langsung di TA 2020 telah mencapai 92,17%, jauh lebih baik dari
capaian tahun sebelumnya yang hanya sebesar 86,9%. Demikian juga untuk realisasi Belanja
Langsung telah mencapai sebesar 94,4% lebih tinggi dari TA sebelumnya yang hanya sebesar
89,4%. Hal ini membuktikan bahwa realisasi Belanja sudah cukup optimal dan relevan dari
anggaran yang ditetapkan.
Indikator Kinerja Perhubungan:
Target indicator yang telah ditetapkan sebelumnya juga sudah tercapai dengan baik. Dari dua
indicator sasaran semua bernilai sangat tinggi, sedangkan dari empat indicator program, 3
indikator telah tercapai sangat tinggi dan 1 masih bernilai “tinggi” jauh lebih baik dari kinerja
tahun lalu. Untuk itu, salah satu yang harus diperhatikan oleh OPD pelaksana urusan
perhubungan agar dapat mempertahankan capaian kinerja yang sudah ada dan memperbaiki
capaian yang masih belum optimal.
Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar
1. Energi dan Sumber Daya Mineral
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Energi dan Sumber Daya
Mineral:
Keuangan:
Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral dilaksanakan oleh OPD Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang serta Bagian Perekonomian melalui dua program. Untuk Tahun Anggaran
2020, Realisasi Belanja Langsung adalah sebesar 77,4% jauh lebih rendah dari tahan
sebelumnya yang mencapai 89,4%, hal membuktikan bahwa realisasi Belanja masih belum
optimal dan masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan
saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya
percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran
kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD
TA 2019.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana
Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai
dengan kebutuhannya.
Indikator Kinerja Energi dan Sumber Daya Mineral:
Dari satu indicator program yaitu Jumlah penerangan jalan umum (PJU) yang terpasang dapat
terlihat bahwa realisasi indicator tersebut tidak tercapai (0%). Yang diakibatkan karena
refocusing anggaran untuk kegiatan penanganan COVID-19. Hal ini agak bertolak belakang
dengan capaian realisasi anggaran belanja langsung yang mencapai 77,4% yang menjadikan
pertanyaan untuk pembelanjaan apa sajakah belanja langsung tersebut mengingat capaian
kinerjanya tidak ada.
Pengukuran yang agak janggal ini dimungkinan disebabkan karena indicator program tidak
selaras dengan indicator kegiatannya. Perlu diketahui, bahwa kegiatan-kegiatan dalam
program pada urusan ini tidak hanya terkait dengan pemasangan jumlah penerangan jalan
umum, tetapi juga pengadaan, pemeliharaan, pendataan terkait PJU dan juga koordinasi bidang
pertambangan dan energy, sehingga indicator program mestinya bisa mencakup dan menjadi
ukuran bagi seluruh indicator kinerja kegiatan yang ada.
RESUME HASIL ANALISIS KINERJA
UNTUK REKOMENDASI DRPD KOMISI IV PADA LKPJ BUPATI
KLATEN
TAHUN ANGGARAN 2020
Urusan Wajib Pelayanan Dasar
1. Pendidikan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pendidikan:
Keuangan:
Realisasi Belanja Tidak Langsung untuk tahun anggaran 2020 mencapai sebesar 90,73% jauh
lebih tinggi dari tahun anggaran sebelumnya yang hanya mencapai sebesar 80,34%. Demikian
juga untuk Belanja Langsung yang tahun sebelumnya hanya sebesar 87%, pada tahun anggaran
2020 telah mencapai 92,08%. Hal ini membuktikan bahwa realisasi Belanja telah semakin baik
walaupun belum sepenuhnya optimal dan masih memiliki gap dari anggaran yang ditetapkan.
Khusus untuk Belanja Tidak Langsung dalam Urusan Pendidikan karena sebagian besar berisi
belanja Pegawai yang memiliki database yang lebih baik, mestinya pada tahun berikutnya bisa
semakin mudah untuk direalisasikan sesuai anggarannya. Karena perlu untuk diperhatikan
apabila semakin besar realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana
yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan pembangunan. Dan hal
tersebut juga membuktikan bahwa penyusunan perencanaan program dan penganggaran
kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD
TA 2019.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana
Urusan Pendidikan sebaiknya semakin optimal dalam memperbaiki penyusunan anggaran
sesuai dengan kebutuhannya.
Indikator Kinerja Pendidikan:
Beberapa pengukuran target indicator baik sasaran maupun program walaupun telah
memperlihatkan capaian yang sangat tinggi hingga di atas 100 persen walaupun ada 1 indikator
program yang masih menunjukkan capaian tinggi. Hal ini disebabkan karena baseline
indicator yang cukup rendah, misalnya pada APK PAUD dan jumlah anak 0-6 tahun yang
mengikuti program PAUD. Hal ini membuktikan bahwa akses anak usia PAUD untuk
mengikuti program PAUD masih sangat kurang. Termasuk indicator lain seperti APK dan
APM SD/MI/Paket A, angka melanjutkan sekolah dan beberapa indicator lainnya sehingga
indicator-indikator makro semisal IPM Kab. Klaten dapat lebih meningkat. Beberapa
pengukuran perlu direvisi atau ditinjau dari aspek penggunakan indicator kinerja sehingga
dapat diukur dengan baik.
Khusus untuk PAUD, perlu ada inisiasi untuk mendorong pengembangannya lewat kerjasama
dengan Pemerintah Desa dan OPD Dispermades, sehingga dapat meningkatkan capaian kinerja
tersebut.
Beberapa permasalahan lain terkait kebutuhan guru yang telah disampaikan sebagai tindak
lanjut atas rekomendasi tahun sebelumnya, maka perlu dipertimbangkan untuk pengadaan guru
tersebut secara bertahap untuk perbaikan. Akan tetapi perlu juga dimutakhirkan dengan
kebutuhan setelah terjadi tindak lanjut Keputusan Bupati No. 421/142 Tahun 2020, tentang
Penutupan SD Negeri. Karena boleh jadi beberapa SD yang membutuhkan tersebut termasuk
kategori SD yang harus ditutup sehingga mengurangi kebutuhan guru yang dimaksud.
2. Kesehatan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Kesehatan:
Keuangan:
Urusan Kesehatan dilaksanakan oleh OPD Dinas Kesehatan dan RSUD Bagas Waras. Adapun
Realisasi Belanja Tidak Langsung pada tahun 2020 sebesar 91,68% meningkat drastic dari
capaian TA sebelumnya yang hanya 83,73%. Hal ini membuktikan bahwa realisasi Belanja
Tidak Langsung telah semakin baik. Sebaliknya, realisasi anggaran Belanja Langsung TA
2020 adalah sebesar 82,81% lebih rendah dari capaian sebelumnhya yang berjumlah 84,91%,
Hal ini masih membuktikan bahwa realisasi Belanja khususnya belanja langsung masih belum
optimal dan masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Padahal dalam kondisi penanganan Pandemi
COVID-19, Alokasi Belanja urusan kesehatan meningkat dengan drastic. Tentunya hal ini harus
dihadapi dengan realisasi yang cukup baik. sehingga dapat sesuai dengan targetnya. Realisasi
yang tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang
berarti mengganggu jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan
program dan penganggaran kurang matang.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana
Urusan Kesehatan sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
Indikator Kinerja Kesehatan:
Capaian indicator sasaran memperlihatkan 3 dari indicator tersebut sudah sangat tinggi
sedangkan 2 diantaranya masih pada level”tinggi”dan masih belum terpenuhi dengan baik
yaitu AKI dan prevalensi Gizi Buruk. Sedangkan untuk indicator program, 40 indikator masuk
pada kriteria sangat tinggi, 6 indikator masuk kriteria tinggi, 2 indikator sedang dan sisanya (5
indikator) masuk pada kriteria sangat rendah. Beberapa pengukuran mestinya perlu direvisi
atau ditinjau dari aspek penggunakan indicator kinerja sehingga dapat diukur dengan baik. Di
Sebagaimana tahun anggaran sebelumnya, perlu segera didesain sinergi pelayanan kesehatan
dan informasi kepada Masyarakat (khususnya Ibu Hamil) antara bidan Desa, kader-kader
kesehatan desa serta Pemerintah Desa dalam menyiapkan Desa Siaga Kesehatan dengan
integrasi anggaran dari APBDesa dan APBD.
Beberapa solusi atas permasalahan lainnya yang ditemukan perlu dilaksanakan dan
disinergikan dengan seluruh Stakeholder yang ada.
3. Sosial
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Sosial:
Keuangan:
Urusan social diselenggarakan oleh OPD Dinas Sosial, pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak dan KB, Satpol PP, Bagian Kesra, BPBD dan Kecamatan. Secara umum,
realisasi Belanja Tidak Langsung TA 2020 sebesar 87,30% meningkat dengan pesat dari TA
sebelumnya yang sebesar 79,23%. Yang berarti sudah meningkat dengan sangat baik.
Sebaliknya realisasi anggaran Belanja Langsung TA 2020 sebesar 75,65% menurun dari TA
sebelumnya sebesar 82,37%. Hal ini membuktikan realisasi Belanja langsung masih belum
optimal dan masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Padahal dengan kondisi penanganan COVID-
19, urusan Sosial mendapatkan refocusing anggaran yang lebih tinggi yang mestinya dapat
direalisasikan dengan baik. Perlu diketahui, realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang
memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan
pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang
matang.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana
Urusan Sosial sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
Indikator Kinerja Sosial:
Beberapa pengukuran indicator sasaran maupun program telah terukur dengan kriteria sangat
tinggi. Jauh lebih baik dari capaian kinerja sebelumnya, hal ini mungkin juga sebagai dampak
dari penanganan program pandemi COVID-19 yang banyak menyasar ke kegiatan-kegiatan
penanganan social. Akan tetapi beberapa target indicator sepertinya masih perlu strategi
pencapaian yang lebih efektif, agar dapat tercapai secara optimal.
Beberapa solusi atas permasalahan lainnya yang ditemukan perlu dilaksanakan dan
disinergikan dengan seluruh Stakeholder yang ada misalnya Pemerintah Desa terkait dengan
pendataan dan sinkronisasi dalam pemberian bantuan.
Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar
1. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak:
Keuangan:
Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dilaksanakan oleh OPD Dinas
Sosial, pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB. Besaran realisasi Belanja
Langsung pada Tahun Anggaran 2020 mencapai 97,47%, meningkat jauh lebih baik dari TA
2019 yang hanya sebesar 88,6%. hal membuktikan bahwa realisasi Belanja telah optimal dan
relevan dari anggaran yang ditetapkan.
Akan tetapi ada beberapa kegiatan seperti missal Penanganan dan Pencegahan korban
kekerasan berbasis gender dan anak termasuk trafficking dan Peningkatan kemampuan dan
akses berusaha bagi perempuan pada sumber daya ekonomi yang belum memiliki anggaran
dan capaian kinerja, sehingga di tahun anggaran berikutnya, hal ini perlu menjadi perhatian
mengingat Kabupaten Klaten masih membutuhkan penanganan terkait hal tersebut di atas.
Indikator Kinerja Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak:
Hasil capaian indicator kinerja, 2 indikator sasaran tercapai sangat tinggi sedangkan 1 indikator
masuk pada kriteria tinggi. Artinya masih terdapat capaian yang belum mencapai nilai 100%.
Demikian juga untuk indicator program, 2 indikator sangat tinggi akan tetapi 1 indikator
dikategorisasikan tinggi dan 1 indikator kategori sangat rendah yang perlu menjadi perhatian
khusus, yaitu rasio perempuan korban kekerasan yang masih cukup tinggi.
2. Urusan Pangan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pangan:
Keuangan:
Urusan Pangan dilaksanakan oleh OPD Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan
melalui program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Besaran
persentase realisasi anggaran belanja pada Tahun Anggaran 2020 sebesar 92,58% sedikit
meningkat dari TA 2019 yang sebesar 92,2%. Akan tetapi, hal tersebut masih membuktikan
realisasi Belanja masih belum optimal walaupun sudah di atas 90%. Realisasi yang tidak sesuai
target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti
mengganggu jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program
dan penganggaran kurang matang. Beberapa kegiatan perlu perhatian yang cukup serius terkait
dengan realisasinya, misalnya terkait dengan pengembangan cadangan pangan daerah, apalagi
dalam menghadapi masa pandemi.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana
Urusan Pangan sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
Indikator Kinerja Pangan:
Terdapat hanya satu indicator kinerja pangan yaitu Skor Pola Pangan Harapan yang memiliki
capaian indicator dibawah 100% lebih rendah dari capaian TA sebelumnya. Untuk itu, masih
ada banyak permasalahan yang perlu diselesaikan dengan solusi sesuai daftar yang telah
disampaikan. Dalam pelaksanaan solusi ini, perlu adanya pembinaan dan pengawasan yang
memadai agar permasalahan serupa tidak terjadi pada waktu-waktu yang akan datang.
3. Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Penduduk dan Keluarga
Berencana:
Keuangan:
Urusan Penduduk dan Keluarga Berencana dilaksanakan oleh OPD Dinas Sosial,
pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB (9 Program) dan Bagian Kesra (1
Program). Besaran persentase realisasi anggaran belanja pada Tahun Anggaran 2020 adalah
sebesar 70.48, jauh menurun dibandingkan realisasi TA 2019 yang mencapai sebesar 85,1%.
Hal membuktikan realisasi Belanja masih belum optimal. Realisasi yang tidak sesuai target
bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu
jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan
penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan
dalam APBD TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana
Urusan Penduduk dan Keluarga Berencana sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran
sesuai dengan kebutuhannya.
Indikator Kinerja Penduduk dan Keluarga Berencana:
Indikator kinerja sasaran tercapai dengan cukup optimal pada rentang nilai sangat tinggi.
Demikian juga terdapat 2 indikator program dengan kategori tinggi. Akan tetapi terdapat
capaian kinerja program yang kurang optimal pada urusan Penduduk dan Keluarga Berencana
yaitu, kategori sedang sebanyak 1 indikator dan kategori sangat rendah sebanyak 2 indikator.
Untuk itu, perlu solusiyang lebih baik dan perlu dilaksanakan segera dan perlunya sistem
pembinaan dan pengawasan yang memadai agar permasalahan serupa tidak terjadi pada waktu-
waktu yang akan datang.
4. Kepemudaan dan Olahraga
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Kepemudaan dan
Olahraga:
Keuangan:
Urusan Kepemudaan dan Olahraga dilaksanakan oleh OPD Dinas Pariwisata, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga, Bagian Kesra dan Kelurahan melalui enam program. Realisasi
persentase Belanja Langsung untuk urusan ini adalah sebesar 96,72% meningkat sedikit dari
realisasi tahun anggaran sebelumnya (92,5%), hal ini membuktikan realisasi Belanja sudah
cukup optimal dan baik.
Indikator Kinerja Kepemudaan dan Olahraga:
Dari dua indicator sasaran seluruhnya berkategori sangat tinggi sedangkan dari tujuh indicator
program, terdapat satu indicator dengan nilai sedang dan empat indicator program yang
berkategori sangat rendah, disebabkan karena adanya pandemic sehingga program tersebut
tidak berjalan dengan baik. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus pada tahun anggaran
selanjutnya mengingat pandemic COVID-19 masih berlangsung. Penting juga untuk
meningkatkan koordinasi baik daerah, provinsi maupun nasional dalam menginisiasi beberapa
kegiatan kepemudaan dan olahraga secara daring, sebagai solusi kegiatan-kegiatan
kepemudaan dan olahraga di masa pandemic.
5. Kebudayaan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Kebudayaan:
Keuangan:
Urusan Kebudayaan dilaksanakan oleh OPD Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga melalui empat program. Realisasi persentase Belanja Langsung untuk TA 2020 pada
urusan ini adalah sebesar 97,8% lebih tinggi dari TA sebelumnya yang mencapai 92,7%. Hal
ini membuktikan realisasi Belanja Langung telah cukup optimal.
Indikator Kinerja Kebudayaan:
Dari dua indicator sasaran, 1 indikator berkriteria sangat tinggi sedangkan 1 indikator lainnya
memiliki kriteria sangat rendah. Sedangkan pada empat indicator program, 1 indikator
memiliki kriteria sangat tinggi, 1 indikator tinggi dan 2 indikator lainnya sangat rendah,
sehingga dapat dikatakan, menurun secara capaian indikator dari tahun sebelumnya. Hal ini
merupakan anomaly, mengingat capaian realisasi belanjanya sangat bagus tetapi tidak bisa
mencapai indicator yang ditetapkan sebelumnya.
Artinya, perlu kajian lebih lanjut mengapa anomali tersebut terjadi dan perlu perhatian untuk
pelaksanaan solusi yang telah ditawarkan. Penting juga untuk meningkatkan koordinasi baik
daerah, provinsi maupun nasional dalam menginisiasi beberapa kegiatan kebudayaan yang
dapat dilakukan secara daring atau menyesuaikan dengan protocol kesehatan, sebagai solusi
kegiatan-kegiatan kebudayaan di masa pandemic.
6. Perpustakaan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Perpustakaan:
Keuangan:
Urusan Perpustakaan dilaksanakan oleh OPD Dinas Arsip dan Perpustakaan melalui satu
program yaitu Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan. Realisasi
persentase Belanja Langsung pada TA 2020 adalah sebesar 90,34% meningkat dari capaian
TA sebelumnya yang hanya mencapai 85,9%. Hal ini membuktikan realisasi Belanja telah
cukup baik walaupun belum sepenuhnya optimal. Hal ini dimungkinkan karena kondisi
pandemic COVID-19, sehingga beberapa kegiatan tidak terlaksana dengan baik.
Indikator Kinerja Perpustakaan:
Dari satu indicator sasaran dan satu indicator program, kesemuanya tidak mencapai target yang
direncanakan (sangat rendah). Hal ini dimungkinkan karena kondisi pandemi, mengingat
pandemic ini masih berlangsung, perlu ada strategi bagaimana membuat strategi pola
perpustakaan secara daring agar minat baca dan prosentase kunjungan secara online dapat
terwujud, misalnya pengembangan perpustakaan digital berbasis web atau aplikasi.
7. Kearsipan
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Kearsipan:
Keuangan:
Urusan Kearsipan dilaksanakan oleh OPD Dinas Arsip dan Perpustakaan melalui lima
program. Persentase realisasi Belanja Tidak Langsung untuk TA 2020 sebesar 83,09%, jauh
meningkat dari TA sebelumnya yang hanya sebesar 28,8%. Akan tetapi, untuk Belanja
Langsung, capaian realisasi belanja mengalami penurunan menjadi sebesar 83,09% di bawah
TA sebelumnya yang sebesar 86,1%. Hal ini membuktikan realisasi Belanja masih belum
optimal dan masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan
saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya
percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran
kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD
TA 2020.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana
Urusan Kearsipan sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
Indikator Kinerja Kearsipan:
Dari satu indicator sasaran dan tiga indicator program, semua telah mencapai target di atas
100% artinya memiliki kinerja sangat tinggi. Walaupun capaian kinerja ini sangat
mengesankan, hal ini juga membuktikan bahwa perencanaan pengukuran target kinerja terlalu
rendah dan tidak berdasarkan pada potensi dan data baseline/kinerja tahun sebelumnya. Untuk
itu, perlu bagi OPD terkait untuk memperbaiki pengukuran kinerja khususnya target yang
digunakan.
8. Persandian
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Persandian:
Keuangan:
Urusan Persandian dilaksanakan oleh OPD Dinas Komunikasi dan Informatika melalui satu
program bernama Program Peningkatan Persandian Daerah. Persentase realisasi Belanja
Langsung untuk urusan ini mencapai 99% meningkat sangat baik dari TA sebelumnya yang
sudah mencapai 91,1%.
Indikator Kinerja Persandian:
Urusan ini hanya memiliki satu indicator program bernama Persentase pengamanan informasi
persandian yang terimplementasi dengan pencapaian target sebesar 220% yang berarti sangat
baik atau bisa juga berarti bahwa target indicator terlalu rendah sehingga sangat mudah
tercapai.
9. Pariwisata
Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pariwisata:
Keuangan:
Urusan Pariwisata dilaksanakan oleh OPD Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga melalui tiga program. Persentase realisasi Belanja Tidak Langsung untuk urusan ini
sebesar 89,33% lebih tinggi dari capaian TA sebelumnya yang hanya sebesar 84,8%.
Sedangkan Belanja Langsung adalah sebesar 90,76% lebih rendah dari TA sebelumnya yang
mencapai sebesar 96,4%. Tingkat realisasi yang ada masih membuktikan bahwa realisasi
Belanja Urusan Pariwisata masih belum optimal dan masih jauh dari anggaran yang ditetapkan.
Hal ini diakibatkan lebih banyak karena kondisi pandemic COVID-19, sehingga realisasi yang
ada tidak sesuai anggaran. Akan tetapi hal ini perlu menjadi perhatian bersama bagaimana
solusi penganggarannya mengingat sebenarnya anggaran yang digunakan adalah anggaran
perubahan yang sudah terealisasi separuhnya.
Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana
Urusan Pariwisata sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.
Indikator Kinerja Pariwisata:
Dari satu indicator sasaran capaiannya dikategorikan sangat rendah, sedangkan dari tiga
indicator program, dua indicator dikategorikan sangat tinggi sedangkan dua yang lainnya tidak
dapat mencapai target dengan kategori sangat rendah.
Mengingat kondisi pandemic masih berlangsung, perlu dilaksanakan strategi agar pariwisata
bisa lebih baik di masa datang dengan pengaturan protocol kesehatan yang ketat.
Best Western Premier SolobaruSukoharjo, 09 April 2021
Oleh : Drs. Kunto Nugroho HP, Msi.Widyaiswara Ahli UtamaBPSDMD Provinsi Jawa Tengah
"
1. Staf Biro Pemerintahan Daerah (1985)2. Ka Subag Pendataan Biro PemDa (1988)3. Ka Subag Penyelenggara Biro Pemda (1994)4. Kabag Otonomi Daerah Biro Pemda (1998)5. Ka Bid PemSosBud Bappeda (2003) 6. Kepala Biro Otonomi Daerah & Kerjasama (2006)7. Kepala Dinas Pendidikan & Kebudayaan (2008)8. Kepala Dinas Pendidikan (2011)9. Inspektur (2013)10.PJ Bupati Kendal (2015)11.Widyaiswara Ahli Utama (2017 - sekarang)12.Penyuluh AntiKorupsi (KPK RI) (2019 - sekarang)
If we dream alone, it’s just a dream…..If we dream together, it’s a dawn of reality.
PAN
CASI
LA(v
isik
emer
deka
an)
UU
D 1
945
(str
uktu
-sis
tem
atik
a&
bat
ang
tubu
h)r
NK
RI(k
onse
psik
etah
anan
nasi
onal
)
BHIN
EKA
TU
NG
GA
L IK
A
PERLU KEWASPADAAN NASIONAL
RASA DANWAWASAN KEBANGSAAN
EMPAT KONSENSUS NASIONAL – EMPAT PILAR (MPR RI)
PERLU PEMIMPIN BELA NEGARA DALAM KEPEMIMPINAN [email protected]
KUNTO
Ø Decentralisatie wet tahun 1903
Ø Bestuurs Hervorming tahun 1922
SETELAH KEMERDEKAAN RI :Ø UUD 1945, pasal 18 : “Pemerintah Daerah”
Ø UUD RIS 1949, pasal 42-67
Ø UUDS 1950, pasal 131 – 132
SEBELUM KEMERDEKAAN RI :Pasal 18 (1) UUD 45
NKRI dibagi atas daerah-daerah PROV & daerahPROV itu dibagi atas KAB/KOTA, yg tiap-tiap
PROV, KAB & KOTA itu mempunyai pemerintahandaerah yg diatur dgn UU
Pasal 18B (1) UUD 45NKRI mengakui & menghormati Satuan2 PEMDA ygBERSIFAT KHUSUS & ISTIMEWA yg diatur dgn UU.
Pasal 18 B (2) UUD 45NKRI mengakui & menghormati kesatuan2 masy
hukum adat beserta hak2 TRADISONALNYA sepanjang masih hidup & sesuai dgn perkembangan
masy & prinsip NKRI diatur dgn UU.
1. UU No. 1 Tahun 1945 Tentang Kedudukan KomiteNasional Daerah
2. UU No. 22 Tahun 1948 Tentang Pemerintahan Daerah
3. UU No. 44 Tahun 1950 Tentang Pemerintah Daerah Indonesia Timur
4. UU No. 1 Tahun 1957 Tentang. Pokok-pokokPemerintahan Daerah
5. UU No. 18 Tahun 1965 Tentang Pokok-pokokPemerintahan Daerah
6. UU No. 19 Tahun 1965 Tentang Desapraja7. UU No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Di Daerah8. UU No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa9. UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah 10. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
11. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
adalah penyelenggaraan urusanpemerintahan oleh PemerintahDaerah dan DPRD menurutasas otonomi dan tugaspembantuan dengan prinsipotonomi seluas-luasnya dalamsistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.[1]
Pemerintahan Daerah diIndonesia terdiri dariPemerintahan Daerah Provinsidan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota yang terdiri atasKepala Daerah dan DPRDdibantu oleh Perangkat Daerah.[1]
1.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;2.Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan DaerahKepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada DewanPerwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan DaerahKepada Masyarakat;
3.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;4.Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahaan Daerah;
5.Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif PimpinanDan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
6.Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRDProvinsi/Kabupaten/Kota.
7.Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah8.Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.9.Permendagri Nomor 80 Tahun 2015 jo Permendagri Nomor 120 Tahun 2018 tentangPembentukan Produk Hukum Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2018tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRDProvinsi, Kabupaten, dan Kota mengaturtentang Fungsi DPRD pada Pasal 2 s.d pasal 22.
1. Hak interpelasi, yaitu hak DPRD untuk meminta keterangan kepada KDH mengenaikebijakan Pemda yang penting dan strategis serta berdampak luas.
2. Hak angket, yaitu hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan Pemdayang penting dan strategis serta berdampak luas yang diduga bertentangan denganketentuan per-uu.
3. Hak menyatakan pendapat, yaitu hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadapkebijakan Pemda mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di Daerah disertai denganrekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasidan hak angket.
1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;2. Melaksanakan UUD 1945 dan menaati ketentuan peraturan per-uu;3. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan NKRI;4. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan;5. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;6. Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;7. Menaati tata tertib dan kode etik;8. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kab/kota;9. Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala;10.Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; 11.Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah
Pasal 187UU Nomor 23 Tahun 2014tentNg Pemerintahan Daerah
ditetapkan dengan Peraturan DPRDpaling sedikit memuat ketentuan:
1. ketaatan dalam melaksanakan sumpah/janji;2. sikap dan perilaku Anggota DPRD;
3. tata kerja Anggota DPRD;
4. tata hubungan antarpenyelenggara pemerintahandaerah;
5. tata hubungan antar-Anggota DPRD;
7. tata hubungan antara Anggota DPRD dan pihak lain;
8. penyampaian pendapat, tanggapan, jawaban, dansanggahan;
9. kewajiban Anggota DPRD;
10. larangan bagi Anggota DPRD;
11. hal-hal yang tidak patut dilakukan oleh AnggotaDPRD;
12. sanksi dan mekanisme penjatuhan sanksi; danrehabilitasi.DPRD kabupaten/kota menyusun kode etik yang
berisi norma yang wajib dipatuhi oleh setiapanggota selama menjalankan tugas untuk menjagamartabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRDkabupaten/kota
Aspek Manejemen:• Pelaks Kegiatan sesuaiKebijakan
• Tujuan dapat dicapai secaraefektif & efisien
Aspek Politik :• Segala tindakan KDH dalam
pelaksanaan tugaspemerintahan daerah sesuaidengan asas-2 dan kaidah-2hokum yang berlaku;
• Tidak terjadi penyalahgunaanwewenang
POKOK-POKOK PERUBAHAN
31
PP 3/2007 PP 13/2019 KETERANGAN• LKPJ terdiri atas LKPJ Akhir Tahun Anggaran dan
LKPJ Akhir Masa Jabatan.• Ruang lingkup LKPJ mencakup penyelenggaraan
urusan desentralisasi, tugas pembantuan & tugasumum pemerintahan.
• LKPJ terdiri atas LKPJ Akhir Tahun Anggaran.• Ruang lingkup LKPJ meliputi hasil
penyelenggaraan urusan pemerintahan yangmenjadi kewenangan daerah yang dilaksanakanoleh Pemerintah Daerah & hasil pelaksanaantugas pembantuan dan penugasan.
• UU Nomor 23 Tahun 2014, sudah tidakmengamanahkan lagi untuk LKPJ Akhir MasaJabatan.
• Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap atauberhalangan sementara, LKPJ disampaikan olehwakil kepala daerah selaku pelaksana tugaskepala daerah kepada Dewan Perwakilan RakyatDaerah dalam rapat paripurna.
• Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerahsecara bersamaan berhalangan tetap atauberhalangan sementara, LKPJ disampaikan olehpejabat pengganti kepala daerah kepada DewanPerwakilan Ralryat Daerah dlam rapat paripurna.
• PP 3/2007 tidak ada norma yang mengatur jikaKDH berhalangan pada saat penyampaian LKPJ,sehingga pernah terjadi pada saat LKPJdisampaikan oleh Wakil KDH, DPRD menolak LKPJtersebut dan tidak mau memberikanrekomendasi karena dianggap tidak sah.
• Apabila LKPJ tidak ditanggapi dalam jangka waktu30 hari setelah LKPJ diterima, maka dianggap tidakada rekomendasi untuk penyempurnaan.
• Paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah LKPJditerima, Dewan Perwakilan Rakyat Daerahharus melakukan pembahasan LKPJ denganmemperhatikan capaian kinerja program dankegiatan & pelaksanaan Peraturan Daerahdan/atau Peraturan Kepala Daerah dalammenyelenggarakan urusan pemerintahan daerah.
• PP 3/2007 tidak mewajibkan DPRD dalam 30memberikan rekomendasi, sifatnya hanya sebagaihimbauan, sebab jika 30 DPRD tidak memberikanrekomendasi dianggap tidak ada rekomendasiuntuk penyempurnaan.
• PP 13/2019 mewajibkan DPRD dalam waktupaling lambat 30 hari “harus” memberikanrekomendasi terhadap LKPJ.
• Berdasarkan hasil pembahasan LKPJ DPRDmemberikan rekomendasi sebagai bahan dalam:a. penyusunan perencanaan pada tahun berjalandan tahun berikutnya, b. penyusunan anggaranpada tahun berjalan dan tahun berikutnya sertac. penyusunan Peraturan Daerah, PeraturanKepala Daerah, dan/atau kebijakan strategiskepala Daerah.
• Mengenai penyusunan & penyampaian LKPJdiatur dlam Peraturan Menteri.
• PP 3/2007 tidak secara spesifik menjelaskan hal-hal apa saja yang menjadi ide utama bagi DPRDdalam memberikan rekomendasi terhadap LKPJ.
• Mekanisme/tata cara pembuatan LKPJberdasarkan PP 13/2019 akan diatur lebih lanjutdalam Permendagri.
LKPJ adalah:laporan yang disampaikan oleh PemerintahDaerah kepada Dewan Perwakilan RalryatDaerah yang memuat :� hasil penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang menyangkut pertanggungjawabankinerja yang dilaksanakan oleh PemerintahDaerah selama 1 (satu) tahun anggaran
TUJUAN :
�Mengetahui Progres (perkembangan)Kepala Daerah (keberhasilan ataukegagalan) dalam menjalankantugasnya selama 1 (satu) tahunanggaran;
�Peningkatan efisiensi, efektivitas,produktivitas dan akuntabilitaspenyelenggaraan Pemerintah Daerahmelalui pengawasan DPRD
SIFAT LKPJ :q Akan dibahas oleh DPRDq Hasil pembahasan DPRD atas LKPJ – Kepala Daerah ditetapkan dalam keputusan DPRD
berupa catatan-catatan yang sifatnya strategis untuk dipedomani oleh Kepala Daerah dalam pelaksanaan tugasnyaq LKPJ àProgress Report
Ruang lingkup LKPJ meliputi (Psl
15 PP 13/2019):
� hasil penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah yang
dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah; dan
� hasil pelaksanaan tugas
pembantuan dan penugasan
(Psl 19 dan 20 UU 23/2014).
(Psl 16 PP 13/2019):
capaian pelaksanaan program dan
kegiatan serta permasalahan dan
upaya penyelesaian setiap urusan
pemerintahan;
kebijakan strategis yang ditetapkan
oleh kepala daerah dan
pelaksanaannya; dan
tindak lanjut rekomendasi Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah tahun
anggaran sebelumnya
Psl 18 PP 13/2019 :
1. Kepala daerah menyusun LKPJ berdasarkan format yang ditetapkan oleh Menteri;
2. LKPJ disusun berdasarkan pelaksanaan program dan kegiatan yang ditetapkan dalam dokumen
perencanaan dan anggaran [email protected]
Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada
DPRD atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah selama satu tahun
anggaran
LKPJ disusun berdasarkan pelaksanaan program dan kegiatan yang ditetapkan
dalam dokumen perencanaan dan anggaran
tahunan (Psl 18 PP 13/2019)
Disampaikan kepada DPRD paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah tahun anggaran berakhir. Disampaikan dalam rapat paripurna
DPRD
Selanjutnya dilakukan penilaian sesuai dengan
mekanisme dan ketentuan yang berlaku.
LKPJ
Penyediaan data/informasi yang tidak tepat waktu baik dari OPDmaupun dukungan data dari instasi vertikal yang berwenangmengeluarkan data resmi pemerintah.
Tidak ada format baku laporan dari OPD yang akan digunakansebagai dasar dalam penyusunan LKPJ.
Tidak adanya acuan mengenai substansi masing-masing aspek dalamLKPJ sebagaimana terdapat dalam (outline) à dilakukanpenyesuaian-penyesuaian dengan melihat kondisi yang terjadimasing-masing di pemerintah kotaà Banyak variasi antar daerah.
Ketidakdisiplinan organisasi perangkat daerah (OPD) dalam bekerja à kebanyakan OPD tidak disiplin dalampencapaian target kinerja à laporan pelaksanaan kinerja tidak disusun/disampaikan secara berkala (mis: setiapbulan atau triwulan) - realisasi anggaran, target, pemetaan permasalahan, solusi à bila diminta Bappeda tidak bisalangsung disediakan.
PENYAMPAIAN LKPJ(Pasal 19 PP 13/2019)
KEPADA DPRD
Penyampaian paling lambat 3 bulan setelah tahun anggaranberakhir kepada DPRDAyat (1)
Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah secarabersamaan berhalangan tetap atau berhalangan sementara,
LKPJ disampaikan oleh penjabat pengganti kepada DPRD dalam rapat paripurna
Ayat (3)
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap atau berhalangansementara, LKPJ disampaikan oleh wakil kepala daerah selakupelaksana tugas kepala daerah dalam rapat paripurna kepada
DPRDAyat (2)
“Paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah LKPJ diterima DPRD harus memberikan rekomendasi
kepada pemerintah daerah ”(Psl 20 PP 13/2019)
1. program, kegiatan, dan anggaran;2. peraturan daerah, peraturan kepala
daerah, dan/atau kebijakan strategiskepala daerah; dan/atau
3. hal-hal lainnya dalam rangkapenyelenggaraan urusan pemerintahanyang menjadi kewenangan daerah.
BerupaMasukanTerhadap
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1. Menilai kinerja pemerintah dalam Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban (LKPJ) merupakan akhir dari prosesi
PENGAWASAN DPRD;
2. Penilaian kinerja terhadap LKPJ, perhatian utama DPRD harus
lebih difokuskan pada tingkat capaian kinerja tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Stratejik
Pemerintah Daerah;
3. Hasil evaluasi atas LKPJ ini menjadi salah satu pertimbangan
penting dalam penentuan agenda pengawasan periode
berikutnya.
• Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, DPRD dapat memberikanrekomendasi terhadap laporan keterangan pertanggungjawaban KepalaDaerah yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas,produktivitas, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah.• Pemberian rekomendasi dilaksanakan sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.