Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

67
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Perinatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan fetus dari 28 minggu dalam kandungan hingga bayi berusia 7 hari post partum. Dewasa ini perinatologi berkembang menjadi suatu cabang ilmu kesehatan anak yang tersendiri. Perhatian terhadap ilmu tersebut semakin besar karena hal ini terkait dengan peningkatan angka kematian bayi baru lahir. Data dari Save The Children 2001 menunjukkan bahwalebih dari 7 juta bayi meninggal setiap tahunnya. Dan hampir duapertiga bayi yang meninggal, terjadi pada bulan pertama kehidupan. Selain itu, kerentanan bayi yang meninggal meningkat dalam waktu 24 jam sesaat setelah dilahirkan. Pada neonatus didapatkan adanya faktor adaptasi yang memungkinkan untuk penyesuaian diri dari lingkungan intrauterin menuju lingkungan ekstrauterin. Dan proses perubahan adapatasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor kehamilan dan faktor partus. Bila kehamilan ataupun saat persalinan terjadi gangguan, hal ini dapat menimbulkan peningkatan insidensi morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir tersebut. II. KASUS Seoang ibu G2P1A0 berusia 25 tahun dengan usia kandungan 29 minggu melahirkan seorang bayi perempuan dengan berat 3

description

laporan tutorial

Transcript of Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Page 1: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Perinatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan fetus dari 28

minggu dalam kandungan hingga bayi berusia 7 hari post partum. Dewasa ini

perinatologi berkembang menjadi suatu cabang ilmu kesehatan anak yang tersendiri.

Perhatian terhadap ilmu tersebut semakin besar karena hal ini terkait dengan peningkatan

angka kematian bayi baru lahir.

Data dari Save The Children 2001 menunjukkan bahwalebih dari 7 juta bayi

meninggal setiap tahunnya. Dan hampir duapertiga bayi yang meninggal, terjadi pada

bulan pertama kehidupan. Selain itu, kerentanan bayi yang meninggal meningkat dalam

waktu 24 jam sesaat setelah dilahirkan.

Pada neonatus didapatkan adanya faktor adaptasi yang memungkinkan untuk

penyesuaian diri dari lingkungan intrauterin menuju lingkungan ekstrauterin. Dan proses

perubahan adapatasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor kehamilan dan faktor partus. Bila

kehamilan ataupun saat persalinan terjadi gangguan, hal ini dapat menimbulkan

peningkatan insidensi morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir tersebut.

II. KASUS

Seoang ibu G2P1A0 berusia 25 tahun dengan usia kandungan 29 minggu melahirkan

seorang bayi perempuan dengan berat 3 kg, panjang 48 cm secara spontan, warna

ketuban jernih, tidak ada mekonium. Saat bayi lahir, didapatkan bayi tidak dapat

bernafas, tonus otot kurang baik. Setelah dilakukan resusitasi sampai dengan pemberian

ventilasi tekanan positif didapatkan bayi bernafas spontan, tidak ada retraksi, denyut

jantung 100x/menit.Skor APGAR 5-7-10. Dari anamnesis, riwayat kehamilan didapatkan

ANC tidak teratur, ketuban pecah 24 jam, tidak ada demam saat melahirkan. Catatan

kesehatan ibu menunjukkan tanda vital ibu normal, pemeriksaan TORCH negatif, HbsAg

(-), gula darah normal.Selanjutnya bayi dan ibunya dibawa keruang perawatan untuk

dirawat gabung dandiberikan ASI oleh ibu.

Page 2: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

BAB II

STUDI PUSTAKA DAN DISKUSI

JUMP 1. Memahami scenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam

scenario.

1. Mekonium :Feses pertama bayi baru lahir (24-28 jam post partum), berwarna

hitam kehijauan, kental dan lengket.

2. Resusitasi : Usaha dalam memberikan ventilasi adequate, pemberian oksigen

dancurah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak,

jantung dan alat-alat vital lainnya.

3. Ventilasi tekanan (+) :ventilasi mekanik dengan memberikan bantuan nafas kepada

pasien melalui tekanan udara (+) dengan jalan nafas buatan.

4. APGAR score :Penilaian pada bayi baru lahir yang diberikan melalui

pengamatan berturut-turut padamenit I, V, dan X, meliputi

Appearance, Pulse, Grimace, Active, and Respiration.

5. TORCH :Toxoplasma and Others, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes

Simplex Virus.

6. HbsAg : Antigen yang terdeteksi apabila protein terinveksi virus Hepatitis

B

7. Rawat Gabung :Metode perawatan bayi-ibu ditempatkan pada ruang khusus yang

dipantau secara penuh.

8. Ketuban :Cairan yang beradadidalamrongga amnion, yaknirongga yang

terbentukdiantara amnion dancorion.

JUMP 2. Menentukan Permasalahan.

1. Mengapa pada saat lahir bayi tidak bernafas ?

2. Bagaimana indikasi dan prosedur resusitasi pada neonatus ?

Page 3: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

3. Bagaimana criteria bayi baru lahir normal?

4. Adakah hubungan antara usia kelahiran dengan keluhan ?

5. Bagaimana proses adaptasi BBL ?

6. Intepretasi pemeriksaan TORCH, HbsAg, Vital Sign, dan guladarah?

7. Adakah hubungan antara bayi saat lahir danr iwayat kesehatan kehamilan ibu?

8. Apasaja pemeriksaan bayi barulahir?

9. Bagaimana teknik pemberian ASI serta manfaat pemberian ASI?

10. Prosedur ANC

11. Intepretasi ketuban keruh serta ada tidaknya mekonium ?

12. Ciri-ciri sepsis pada bayi baru lahir?

JUMP 3. Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai permasalahan.

Dalam scenario umur kehamilan 39 minggu tergolong aterm. Gangguan napas yang

terjadi pada neonates dapat digolongkan menjadi dua berdasar masa gestasinya yaitu pada

bayi kurang bulan dan pada bayi cukup bulan. Pada bayi cukup bulan antara lain dapat terjadi

pneumonia, sindrom aspirasi meconium, transient tachyphea of the newborn (TTN), asidosis,

malformasi kongenital, serta inaktivasi surfaktan karena berbagai penyebab. Pada bayi

kurangbulan, dapat diakibatkan kekurangan surfaktan, pneumonia, kelemahan ototdan

dinding dada karena sususnan system saraf pusat yang belum matang

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah

lahir.Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia

sesudah persalinan.

Faktor-faktor penyebab asfiksia :

Factor ibu :1. Preeklamsia dan Eklamsia2. Perdarahan Abnormal ( plasenta previa atau solusio plasenta )3. Partus lama atau partus macet4. Demam selama persalinan infeksi berat ( malaria, sifilis, TBC, HIV )5. Kehamilan lewat waktu ( sesudah 42 minggu kehamilan)

Faktor bayi :1. Bayi prematur ( sebelum 37 minggu kehamilan )

Page 4: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

2. Persalinan dengan tindakan ( sungsang, bayi kembar, distosia bahu , ekstrasi Vakum, Ekstrasi forsef )

3. Kelainan bawaan ( congenital )4. Air ketuban bercampur meconium ( warna kehijauan )

Keadaan tali pusat Lilitan tali pusat Tali pusat pendek Simpul tali pusat Prolapsus tali pusat

Klasifikasi Asfiksia :1. Asfiksia ringan :

bayi dapat terkejut atau sangat waspada, dengan peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi pernafasan normal atau cepat. Temuan ini biasanya berlangsung selama 24 sampai 48 jam sebelum sembuh secara spontan.

2. Asfiksia sedang: bayi dapat letargi dan mengalami kesulitan pemberian makan. Terkadang mengalami episode apnea dan atau konvulsi selama beberapa hari. Masalah ini biasanya sembuh dalam satu minggu, tetapi masalah perkembangan saraf jangka panjang mungkin ada.

3. Asfiksia berat ;bayi dapat terkulai atau tidak sadar dan tidak makan. Konvulsi dapat terjadi selama beberapa hari, dan episode apnea yang berat dan sering umumnya terjadi. Bayi dapat membaik selama beberapa minggu atau tidak membaik sama sekali, jika bayi ini bertahan hidup, mereka biasanya menderita kerusakan otak permanen.

Tanda dan gejala:

Tidak bernafas atau bernafas megap-megap Warna kulit kebiruan Kejang Penurunan kesadaran.

Air ketuban atau amnion adalah cairan jernih kekuningan yang menyelimuti janin di

rahim selama kehamilan.Air ketuban memiliki berbagai fungsi, di antaranya adalah proteksi

janin dan juga sebagai sirkulasi nutrisi maupun metabolism janin. Air ketuban secara terus

menerus dihirupoleh janin.Hal ini berfungsi untuk membantu pengembangan paru-paru serta

pembentukan surfaktan di dalamnya.Pada awal perkembangan janin, selain dihirup, air

ketuban juga ditelan oleh janin.Hal ini juga untuk merangsang pembentukan dari organ-organ

pencernaan janin. Warna air ketuban yang kehijauan atau kecokelatan menandakan janintelah

menghasilkan mekonium. Mekonium merupakan feses pertama janin yang terbentuk dari

Page 5: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

campuran sekresi hati, usus, enzim-enzim, dancairan amnion.Keluarnya mekonium

merupakan tanda bahwa organ pencernaan janin telah terbentuk.

Normalnya, mekonium yang terbentuk saat di dalam kandungan akan keluar sesaat setelah

janin lahir dimana usus bekerja pertama kali. Apabila mekonium keluars ebelum janin lahir

(ditandai dengan kekeruhan pada warna ketuban), hal ini merupakan salah satu tanda janin

mengalami stress yang akan memicu terjadinya hipoksia. Apabila janin mengalami hipoksia,

akan terjadi peristaltik usus dan relaksasi dari m. sphincter ani. Hal ini memicu pengeluaran

mekoniumdari anus janin. Adanya warna dalam air ketuban patut dicermati adanya tanda

gawat janin atau posisi janin yang sungsang.Warna mekonium yang jernih merupakan tanda

bahwa janin telah masuk umur yang cukup.Apabila terjadi kekeruhan, patut dicurigai adanya

kegawatan janin yang dapat menyebabkan timbulnya Sindrom Aspirasi Mekonium.

Tanda gawat janin di antaranya adalah :

1. Takikardi/ bradikardi

2. Iregularitas denyut jantung janin

3. Adanya kekeruhan atau warna mekonium hijau

4. Gerakan janin yang semakin lama semakin lambat/lemah

5. Asidosis, dilihat dari analisis gas darah

Pemeriksaan fisik dan laboraatorium pada ibu hamil:

a. TOXOPLASMA = TOXOPLASMOSIS

Toxoplasma gondii adalah intracellular parasite yang dapat bertahan hidup dan

berkembang biak di dalam sel serta dapat bertahan terhadap reaksi imunologik dengan cara :

- Melapisi antigen permukaannya dengan protein pejamu sehingga dianggap sebagai

self dan dapat merubah antigen permukaan dalam siklus hidupnya.

- Dapat mencegah aktivasi dan lisis oleh komplemen dengan cara merubah susunan

biokimiawi permukaannya.

First half of pregnancy : dapat menyebabkan malformation pada CNS, micro cephali,

hydro cephalus dan perinatal mortality.

Second half of pregnancy : Ringan/asymtomatik, demam (flu like syndrome,

limpadenopati, servikal, aksila, namun tidak sakit. Gejala-gejala ini beberapa minggu

s/d bulan. Anemia, lekopenia, kadang lekositosis. Dapat terjadi Chorioretinitis dan

kelainan pada CNS setelah beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian.

Page 6: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Congenital Toxoplasmosis : Anak hidup dengan kemunduran mental yang parah,

kejang-kejang, strabismus dan kebutaan.

Diagnosa Toxoplasmosis

Pemeriksaan parasit sangat rumit dan memakan waktu yang lama, yaitu dengan

cara :

1. Biopsi jaringan & pewarnaan HE dan Eosin juga dengan giemsa. Tujuannya untuk melihat

tachizoites (trophozoites) atau cysts (bradyzoites).

2. Kultur : Monocyte cell culture. Setelah 4 hari parasit di kultur maka dilihat dengan

immunofluorescence dengan anti-P30 monoclonal antibodi.

3. Dye-Test (Sabin-Felman) paling baik karena puncaknya dicapai lebih cepat dibawah dari 4

minggu dan menetap. Sensitivity dan spesitivity tinggi.

4. EIA (Enzyme-linked immunoassay). Deteksi IgM antibodi. Spesifik antibodi IgM

meninggi pada bulan ke 4 – 8 . Masalah yang dijumpai adalah interferensi dari rheumatoid

factor dan specific IgG antibodi.

5. IHA : Indirect Hemaglutinasi 4 – 10 minggu (titer meningkat atau sero konversi).

6. IFA : Indirect Florescent Antibody ( 2 – 4 bulan). Complement fixation 3 bulan pertama

7. ELISA : Enzyme-Linked Immunosorbent Assay M E I A IgM, IgG dapat mencegah

positif palsu akibat kompetisi dengan antibody IgG specific maternal.

8. Dapat dideteksi dari cairan (CSF) dan ditentukan dengan pemeriksaan metode

Direct Immuno Florescent.

Pemeriksaan pada Masa Kehamilan

Serologi tes spesifik untuk toxo. gondii IgM antibodi petunjuk yang sangat baik

dalam mendiagnosa cong. dan acute acquired toxoplasmosis. IgM antibodi tidak bisa

menembus plasenta, sedangkan IgG dapat menembus plasenta. IgG pada bayi akan berkurang

dan habis yang didapat dari ibunya. Selanjutnya akan dibentuk sendiri pada usia 2-3 bulan

IgM tidak ditemukan pada bayi.

Diagnosa Toxoplasmosis pada bayi dipastikan dengan deteksi peningkatan IgG pada

bayi berumur 2-3 bulan dan 6 bulan, dimana pada waktu itu IgG dari Ibu sudah habis.

Serodiagnosis pada wanita hamil titer tunggal tidak mempunyai arti klinis, oleh karenanya

perlu 2x pengujian (2x) sedikitnya (secara serial). Serokonversi IgG dari negatif menjadi

positif memastikan Infeksi akut perimer. Kenaikan titer IgG yang bermakna adalah 4x pada

pemeriksaan serial, menunjukkan infeksi akut (parah).

Page 7: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

IgA tidak pernah didapat pada fase kronis sedangkan IgM masih bisa dideteksi pada

fase ini. Jika IgM dan IgA positif di interpretasikan infeksi toxo. fase akut. Pada infeksi

kongenital pemeriksaan antibodi IgA dapat membantu. Anti P30 dapat dipakai sebagai

kriteria tambahan untuk memastikan Toxoplasmosis fase akut.

Profil pada bayi :

Jika infeksi pada TR III _ dijumpai IgA dan IgM pada bayi

Jika pada TR I _ Pada bayi tidak dijumpai IgM, tetapi titer hanya IgA meninggi.

RUBELLA

Termasuk RNA virus, penularan melalui sekresi saluran nafas. Sebelum ada imunisasi

Rubella terdapat umumnya pada anak - anak dan dewasa.

Patogenesis infeksinya secara umum transmisi melalui kontak langsung, kecuali CMV dapat

ditularkan lewat transfusi dan transplantasi.

Infeksi Rubella pada wanita hamil primary infection akan mengakibatkan severe damage

pada fetus. Masa inkubasi yaitu 2 – 3 minggu rata-rata ± 18 hari. Kelainan congenital

tergantung pada waktu terjadi infeksi ketika hamil. Infeksi pada bulan pertama kehamilan

dapat menyebabkan fetal malformation ± 50% – 80%, 25% pada bulan kedua dan 17% Pada

bulan ketiga. Congenital Rubella Syndrome dapat terjadi pada infeksi di trimester I

kehamilan. Kelainan-kelainan lain adalah CHD (PDA, VSD dan PT), cataracts,

chorioretinitis, microcephaly, mental retardation dan deafness.

Primary Rubella Infection pada penderita dari rubella dijumpai Antibodi IgM sesuai

dengan gejala klinis yang ada. Sedangkan pada Acute Primary Rubella Infection:

IgM : dapat dideteksi hampir pada 100% kasus yaitu pada hari 4-15 setelah

munculnya rash dan menurun setelah 36-70 hari, lalu menghilang setelah 180 hari.

Asymptomatic reinfection pada wanita hamil berbahaya untuk fetus, dengan

karakteristik IgG meninggi dan tidak dijumpai IgM, bisa ok IgM belum terdeteksi.

Pemeriksaan IgM ini tidak hanya untuk wanita hamil tapi perlu juga untuk wanita

yang belum hamil.

IgG : meningkat cepat pada hari ke 7 s/d 21 kemudian menurun, dan tetap tinggal

sebagai protection.

Metode pemeriksaan :

Hemaglutination inhibition

Passive Hemaglutination (PHA)

Indirect fluorescent immunoassay (IFA)

Page 8: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Enzyme immunoassay (EIA-IgM, IgG)

Radioimmunoassay

Cytomegalovirus = CMV

Termasuk DNA virus yang bisa dijumpai pada darah, urine, ASI dan dapat menular

melalui transfusi darah. Gejala pada wanita hamil biasanya Asimptomatik atau mild. Infeksi

pada wanita hamil dapat menyebabkan mental retardation, (Transplacental) Chorio Retinitis,

Hearing Loss, Neurologic Problema, dan Immuno Compromised.

Diagnosa

Karakteristik: - Lekositosis

- Lymphocytosis

- Abnormal liver function test

Definitive diagnosis dapat dilakukan dengan isolasi virus CMV dari urine dan darah dengan

terdeteksi IgM atau peningkatan titer IgG. Deteksi IgG antibodi bukan proteksi terhadap

CMV melainkan menandakan terjadinya infeksi kronik. Untuk mendeteksi CMV primer atau

sekunder dengan pemeriksaan serologi. Jika serokonversi dari negatif ke positif antara 2

sampel dengan jarak ± 2 minggu maka terjadi infeksi primer. Peningkatan titer antibodi ± 4x

pada sepasang sampel menandakan infeksi sekunder (reaktivasi CMV laten) atau infeksi,

atau akhir dari respon infeksi primer.

HERPES SIMPLEKS = HSV

Ada 2 tipe antigenik HSV-1 dan HSV-2. Replikasi dari virus dalam inti sel dan dapat

melisiskan sel yang terinfeksi. Transmisi daripada HSV-1 non venereal, tetapi dapat melalui

hand to mouth, and kissing (close contact). HSV-2 umumnya venereally transmited dan

selalu dijumpai pada bayi waktu proses kelahiran (perinatal transmission). Virus HSV tidak

bisa menembus plasenta.

HSV-1 : Vesicles-vesicles di sekitar mulut, acute ginggivostomatitis. Primary HSV-1

infection dapat menyebabkan follicular congjungtivitis dengan chemosis, edema dan

corneal ulcer. Herves labialis dan dendritic corneal ulcers paling sering merupakan

manifestasi recurren, HSV-1 infection. Pada keadaan parah dapat menyebabkan HSV

encephalitis.

HSV-2 Infection adalah infeksi pada genital dan dapat menyebabkan infeksi pada

bayi pada waktu proses kelahiran.Sebagian besar bayi mendapat infeksi HSV-2 pada

ibu hamil asymptomatic. Ulcerative lesion, pain fever, dysuria, Lymphadenopathy

selalu dijumpai.

Page 9: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Cara pemeriksaan :

1. Citology dan Histology

2. Immunoflourescence

3. Enzim Immuno Assay dan Immunoblotting

Pemeriksaan serologi : pemeriksaan yang paling baik dilakukan untuk menentukan adanya

infeksi HSV, juga untuk diagnosa primary infection jika titer antibodi terjadi peningkatan 4

kali atau lebih.

Pemeriksaan HbsAg

Hepatitis adalah infeksi yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B

(VHB). Penyakit ini bisa menjadi acut atau kronis dan dapat pula menyebabkan radang hati,

gagal hati, serosis hati, kanker hati, dan kematian (Ling dan Lam, 2007).

Virus Hepatitis B berupa virus DNA sirkoler berantai ganda, termasuk family

Hepadnaviradae, yang mempunyai tiga jenis antigen. Ketiga jenis antigen tersebut yaitu

Antigen Surface Hepatitis (HbsAg) yang terdapat mantel (envelope virus), antigen ”cor’’

Hepatitis B (HbcAg) dan antigen ’’e’’ Hepatitis B (HbeAg) yang terdapat pada nucleocapsid

virus. Ketiga jenis antigen ini dapat merangsang timbulnya antibodi spesifik masing – masing

yang disebut anti HBs, anti HBc dan anti Hbe.

Bagian virus Hepatitis B terdiri dari selubung luar HbsAg, inti pusatnya (HbcAg),

pembawa sifat (DNA), dan enzim pelipat ganda DNA (DNA polimerase) dan serpihan virus

(HbeAg). HbsAg telah diidentifikasi dalam darah dan produk darah, saliva, cairan

serebrospinal, peritoneal, pleural, cairan sinovial, cairan amnion, semen, sekresi vagina, dan

cairan tubuh lainnya.

Penularan melalui perkutaneus meliputi intra vena, intra muscular, subcutan atau

intra dermal (Chin, 2000). Penularan non perkutaneus melalui ingesti oral telah dicatat

sebagai jalur pemajanan potensial tetapi efisiensinya cukup rendah. Penularan perinatal

terutama ditemukan pada bayi yang dilahirkan carrier HbsAg atau ibu yang menderita

Hepatitis B selama kehamilan trimester ketiga atau selama periode awal pasca partus.

Meskipun kira-kira 10% dari infeksi dapat diperoleh in utero, bukti epidemiologik memberi

kesan bahwa hampir semua infeksi timbul kira-kira pada saat persalinan dan tidak

berhubungan dengan proses menyusui. Pada hampir semua kasus, infeksi acut pada neonatus

secara klinis asimtomatik, tetapi anak itu kemungkinan menjadi seorang carrier HbsAg

(Isselbacher, 2000).

Page 10: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Pemeriksaan Gula Darah

Ibu penderita diabetes termasuk ibu yang berisiko tinggi pada saat kehamilan baik

untuk dirinya sendiri maupun untuk bayi yang dikandung. Segera setelah lahir terjadi

pemutusan aliran darah ibu ke janin, akibatnya suplai glukosa dari ibu juga terhenti. Namun,

insulin masih tetap diproduksi oleh pankreas bayi sebagai adaptasi terhadap kondisi

hiperglikemia sebelumnya. Hal ini yang menyebabkan hipoglikemia pada bayi yang baru

lahir. Ibu diabetes, khususnya tipe 1 (ketergantungan insulin, usia muda), adalah resiko

tinggi bagi bayi. Hal ini disebabkan karena saat persalinan kadar insulin yang tinggi pada

bayi (sebagai akibat dari tereksposnya bayi dengan kadar gula tinggi selama kehamilan) tidak

hanya menurunkan kadar gula darahnya, namun juga menghalangi tubuhnya membentuk

badan keton, asam laktat dan asam lemak bebas. Untuk itu bayi perlu dipantau dan mungkin

memerlukan infus untuk mempertahankan kadar gula darahnya.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan dengan pemeriksaan lengkap yang

bertujuan untuk mendeteksi masalah fisik yang mempengaruhi kehamilan ibu. Pemeriksaan

fisik yang meliputi :

a. pengkajian pada tanda-tanda vital

b. istem kardiovaskuler

c. sistem muskuloskletal

d. sistem neurologi

e. sistem integumen

f. sistem endokrin

g. istem gastrointestinal

h. sistem urinarius

i. sistem reproduksi

Pemeriksaan fisik pada status generalis/pemeriksaan umum : penilaian keadaan umum,

kesadaran, komunikasi/kooperasi. Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan),

tinggi/berat badan. Kemungkinan resiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145 cm, berat badan

< 45 kg atau > 75 kg. Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik

lebih bermakna untuk prediksi sirkulasi plesenta). Mata konjungtiva pucat/tidak, sklera

ikterik/ tidak. Mulut/THT dengan ada tanda radang/tidak, lendir, perdarahan gusi, gigi-geligi.

Paru/jantung/abdomen. Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi umum. Ekstremitas diperiksa

terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri (kecurigaan polio, mungkin terdapat

Page 11: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

kelainan bentuk panggul). Jika ada luka terbuka atau fokus infeksi lain harus dimasukkan

menjadi masalah dan direncanakan penatalaksanaannya (Yani, 2006). Demam pada ibu

sebelum melahirkan dapat berpengaruh pada janin yang dikandung. Jika demam tidak

ditangani dengan benar, bayi dalam kandungan ibu bisa menderita sepsis. Begitu pula dengan

tekanan darah ibu. Jika tekanan darah tinggi ibu tidak terkontrol dapat menyebabkan

eclampsia dan asfiksia pada bayi yang dikandung.

JUMP 4. Menginventarisasipermasalahan-permasalahan dan membuat pernyataan secara sistematis dan pernyataan sementara mengenai permasalahan-permasalahan pada langkah 3.

JUMP 5. Merumuskan Tujuan Pembelajaran :

Page 12: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

1. Menjelaskan fisiologi fetus dan neonatus.

2. Menjelaskan perubahan dari lingkungan intrauterin ke ekstrauterin (regulasi suhu,

penyesuaian kardiovaskuler dan respirasi).

3. Menjelaskan kriteria normal bayi baru lahir.

4. Menjelaskan hubungan riwayat kesehatan dan kehamilan ibu terhadap bayi baru lahir.

5. Menjelaskan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir

6. Menjelaskan perbedaan angka normal pemeriksaan tanda vital pada neonatus, anak,

dan dewasa.

7. Menjelaskan perawatan neonatal esensial pada saat lahir.

8. Menjelaskan terjadinya sepsis pada bayi baru lahir

9. Menjelaskan fisiologi laktasi.

10. Menjelaskan langkah-langkah resusitasi pada bayi.

BAB III

PEMBAHASAN

Page 13: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

A. Fisiologi Fetus dan Neonatus

1. Fetus

Organ – organ pada fetus mulai berkembang sejak 1 bulan setelah fertilisasi, dan

selama 2 bulan berikutnya, sebagian besar organ telah selesai dibentuk. Pembentukkan organ

ini terjadi pada trisemester pertama dan disebut dengan organogenesis. Mulai trisemester

berikutnya, organ – organ pada fetus sudah sama dengan neonatus, namun perkembangan

selularnya belum sempurna. Pada trisemester ini, terjadi penyempurnaan fungsi organ –

organ tubuh fetus. Walaupun demikian, beberapa organ tertentu belum sempurna bahkan saat

lahir, seperti sistem saraf, hati, dan ginjal.

Jantung manusia mulai berdenyut selama minggu ke-4 setelah fertilisasi, berkontraksi

65 x/menit dan meningkat 140 x/menit sebelum lahir. Sel darah merah berinti mulanya

dibentuk dalam yolk sac. Lapisan mesotelial plasenta mulai menghasilkan sel darah merah

berinti mulai minggu ke-3. Hal ini akan diikuti pembentukan sel darah merah tak berinti oleh

mesenkim fetus dan endotelium pembuluh darah fetus pada minggu ke-4 dan ke-5. Kira –

kira mulai minggu ke-10, hati mulai membentuk sel - sel darah dan pada bulan ke-3, limpa

dan jaringan limfoid tubuh mulai membentuk sel darah. Sumsum tulang juga mulai

membentuk sel darah merah dan sel darah putih kira – kira bulan ke-3. Pada 3 bulan terakhir

kehidupan fetus, secara perlahan – lahan produksi sel darah diambil alih oleh sumsum tulang,

kecuali pembentukan sel – sel limfosit dan plasma oleh jaringan limfoid. Pernafasan tidak

dapat terjadi selama kehidupan fetus karena gerakan pernafasan fetus dihambat. Hal ini

mungkin disebabkan (1) kondisi kimia khusus yang terdapat dalam cairan tubuh fetus, (2)

terdapatnya cairan dalam paru fetus, (3) kemungkinan rangsangan yang tidak diketahui.

Penghambatan ini bertujuan supaya paru – paru fetus tidak terisi oleh mekonium.

Sebagian besar refleks kulit pada fetus terbentuk pada bulan ke-3 sampai ke-4 kehamilan.

Akan tetapi, fungsinya tetap belum berkembang bahkan saat lahir. Mielinisasi susunan saraf

pusat menjadi sempurna setelah 1 tahun kehidupan postnatal. Fetus mencerna dan

mengabsorbsi sejumlah besar cairan amnion selama pertengahan masa kehamilan. Pada 2

sampai 3 bulan terakhir kehamilan, fungsi gastrointestinal sudah mendekati fungsi normal

neonatus. Di dalam traktus gastrointestinal sudah dihasilkan mekonium secara terus menerus

dan dieksresikan ke cairan amnion. Mekonium sendiri merupakan residu cairan amnion dan

sebagian dari produk – produk ekskretoris dari mukosa dan kelenjar – kelenjar

gastrointestinal. Ginjal fetus mampu mengeksresikan urin paling sedikit selama akhir

Page 14: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

pertengahan kehamilan, dan urinasi secara normal terjadi in utero. Akan tetapi, fungsi ginjal

sebagai kontrol keseimbangan asam basa dan keseimbangan cairan elektrolit belum

sempurna, bahkan saat lahirpun, fungsi ginjal masih belum sempurna. Dibutuhkan kira – kira

beberapa bulan untuk mencapai kesempurnaan fungsi ginjal.

(Guyton and Hall, 1997)

2. Neonatus

Kehidupan intrauterin dengan kehidupan ekstrauterin tentu saja berbeda. Janin saat

masih dalam kandungan masih ditopang oleh ibu melalui plasenta. Ketika kelahiran, terjadi

pemutusan hubungan plasenta dengan ibu, yang berarti hilangnya dukungan terhadap

metabolisme janin. Dalam keadaan seperti ini terjadi beberapa peristiwa penting :

1. Mulai bernafasnya neonatus. Ada beberapa faktor yang menyebabkan bayi baru lahir

secara spontan bernafas :

a. Pada ibu yang melahirkan pervaginam terjadi kompresi pada toraks janin. Hal ini

menyebabkan terjadinya ekspulsi cairan dalam paru keluar dan kemudian terisi udara.

b. Akibat terputusnya ibu dengan plasenta menyebabkan terjadinya asfiksia ringan. Hal

ini akan memberikan impuls pada pusat – pusat pernafasan untuk mulai bernafas.

c. Adanya rangsangan dingin, terutama pada bagian wajah yang akan merangsang pusat

pernafasan.

d. Pada bayi yang terlambat bernafas, terjadi hipoksia dan hiperkapnea yang juga akan

memberikan stimulus tambahan terhadap pusat pernafasan.

Tekanan negatif yang kuat diperlukan neonatus untuk pertama kali bernafas. Setelah

paru – paru mengembang, hanya dibutuhkan sedikit tekanan untuk mengambang dan

mengempiskan paru – paru. Selain itu, cairan surfaktan juga diperlukan untuk menurunkan

tegangan permukaan, sehingga dapat mempermudah pengembangan dan pengempisan paru –

paru. Pada bayi – bayi prematur, terjadi kesulitan bernafas karena cairan surfaktan belum

diproduksi banyak. Akibatnya pada bayi – bayi prematur terjadi kesulitan bernafas.

2. Penyesuaian sirkulasi saat kelahiran

Pada saat lahir terjadi perubahan sirkulasi dari sirkulasi fetus ke sirkulasi normal.

Perubahan tersebut menyebabkan penutupan beberapa lubang, yang pada fetus masih terbuka,

yaitu :

a. Penutupan foramen ovale

Page 15: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Penutupan foramen ovale terjadi karena tekanan atrium kanan menjadi rendah

sedangkan tekanan atrium kiri menjadi tinggi. Hal ini menyebabkan darah mencoba

mengalir balik ke atrium kanan melalui foramen ovale. Akibatnya, katup kecil di atas

foramen ovale di sebelah kiri septum atrium akan menutup ostium ini.

b. Penutupan duktus arteriosus

Penutupan duktus arteriosus karena peningkatan resistensi sistemik sehingga terjadi

peningkatan tekanan aorta sementara terjadi penurunan resistensi paru sehingga

menurunkan tekanan arteri pulmonalis. Akibatnya darah mengalir balik dari aorta ke

arteri pulmonalis. Akan tetapi, beberapa jam kemudian, dinding otot duktus arteriosus

mengalami konstriksi sehingga dalam waktu 1 – 8 jam aliran darah balik sudah

berhenti. Setelah 1 – 4 bulan, duktus arteriosus menutup secara anatomis karena

pertumbuhan jaringan fibrosa dalam lumen duktus

c. Penutupan duktus venosus

Penutupan duktus venosus terjadi karena kontraksi yang kuat dari duktus ini sehingga

aliran darah akan mengalir ke vena porta kemudian aliran darah ini akan masuk ke

sinus – sinus di hati.

3. Fungsi ginjal

a. Kecepatan asupan dan ekskresi cairan pada bayi 7 kali lebih besar dari orang dewasa

berkaitan dengan berat badan.

b. Kecepatan metabolisme bayi 2 kali lebih besar dari orang dewasa berkaitan dengan

berat badan.

c. Perkembangan fungsional ginjal belum sempurna sampai akhir bulan pertama

kehidupan.

Oleh karena itu, pada bayi sering terjadi dehidrasi, asidosis, dan bahkan kelebihan cairan

(edema).

4. Fungsi hati

Selama beberapa hari pertama kehidupan, fungsi hati masih belum optimal, karena:

a. Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat oleh hati neonatus berlangsung buruk dan

oleh karena itu hanya menyekresikan sedikit bilirubin selama beberapa hari pertama

kehidupan.

b. Pembentukan protein plasma oleh hati neonatus mengalami defisiensi, sehingga

konsentrasi protein plasma menurun menjadi 15% – 20%. Bahkan kadang – kadang

Page 16: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

konsentrasi protein turun sangat rendah sampai bayi mengalami edema

hipoproteinemia.

c. Fungsi glukoneogenesis hati secara khusus mengalami defisiensi. Akibatnya, kadar

glukosa darah pada neonatus yang tidak diberi makan akan turun sampai sekitar 30 – 40

mg/dl, dan bayi harus bergantung pada simpanan lemak untuk energinya sampai

pemberian makanan yang cukup.

d. Hati neonatus biasanya juga membentuk sangat sedikit faktor – faktor yang dibutuhkan

darah untuk koagulasi darah normal.

5. Pencernaan, absorpsi, metabolisme energi makanan, dan nutrisi.

Pada umumnya pencernaan neonatus dengan anak yang lebih tua sudah sama. Namun

demikian, ada beberapa hal yang membedakan, yaitu :

a. Sekresi amilase pankreas masih kurang, sehingga neonatus kurang kuat dalam mencerna

zat tepung.

b. Absorpsi lemak masih kurang, sehingga susu dengan kandungan lemak yang tinggi,

seperti susu sapi, seringa diabsorpsi kurang baik.

c. Akibat fungsi hati yang belum sempurna, kadar glukosa darah neonatus tidak stabil dan

biasanya rendah.

d. Neonatus secara khusus mampu mensintesis dan menyimpan lemak. Sehingga dengan

diet yang adekuat, sebanyak 90% dari asam amino akan dicerna untuk digunakan

sebagai pembentukan protein tubuh. Ini lebih tinggi dari orang dewasa.

(Guyton and Hall, 1997 dan Meadow, Roy dan Simon Newell, 2002)

B. Adaptasi Kehidupan Intrauterin ke Ekstrauterin

a) Adaptasi Sistem Kardiovaskuler

Sirkulasi fetus

Darah dari plasenta mengalir menuju vena umbilikalis, sebagian darah

langsung menuju vena cava inferior, sebagian lagi melewati sirkulasi vena porta

kemudian begabung lagi menuju vena cava inferior. Darah selanjutnya masuk ke

atrium kanan dan sebagian besar langsung menuju ke atrium kiri melalui foramen

ovale, selanjutnya ke ventrikel kiri, aorta ascendens an sirkulasi koroner. Dengan

demikian sirkulasi otak dan koroner mendapatkan darah dengan tekanan oksigen yang

cukup.

Page 17: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Sebagian kecil darah dari vena cava inferior masuk ke ventrikel kanan. Pada

masa fetal hanya ada 12-15% darah dari ventrikel kanan yang memasuki paru,

selebihnya melewati duktus arteriosus menuju aorta descenden bercampur dengan

darah dari aorta ascenden.

Sirkulasi bayi baru lahir

Saat lahir, adanya rangsangan kimia, rangsangan fisik melalui jalan lahir dan

rangsangan termis menyebabkan terjadinya proses tarikan napas pertama dan tangisan

pertama. Paru-paru megembang, membersihkan cairan paru dan digantikan oleh

udara. Hal ini menyebabkan penurunan tekanan tiba-tiba pada atrium kanan dan

mengakibatkan penutupan foramen ovale. Penurunan tekanan atrium kanan juga

dibantu oleh oklusi ductus venosus dan penutupan ductus arteriosus.

Pernapasan spontan dan teratur menandakan berfungsinya paru bayi dan

berhentinya fungsi plasenta. Arteri pulmonalis mendapatkan darah dari ventriel kanan

dan terdapat dilatasi pembuluh darah alveoli dan terjadi penurunan tahanan vascular

pulmonal. Penjepitan dan pengikatan tali pusat akan menurukan tahanan sirkuit

vaskular plasenta dan menyebabkan peningkatan total tahanan vaskular sistemik yang

akan meningkatkan tekanan ventrikel kiri dan aorta.

b) Adaptasi Sistem Respirasi

Respirasi fetus

Selama 24 minggu kehamilan, sel alveolus mulai memproduksi surfaktan. Selanjutnya

surfaktan akan melapisi dinding alveolus sehinggamenimbulkan tegangan permukaan.

Tanpa surfaktan, paru-paru menjadi tidak stabil sehingga dapat kolaps. Suplai oksigen

yang diperlukan oleh fetus didapatkan dari plasenta ibu.

Respirasi bayi baru lahir

Ketika bayi baru lahir terjadi aerasi dari paru-paru. Cairan yang semula mengisi paru

akan diganti dengan udara yang mengandung oksigen. Cairan tersebut diresorbsi

sendiri oleh bayi. Ekspansi paru saat bernapas dan peningkatan tekanan oksigen

alveoli menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan aliran darah

paru. Hal ini menyebabkan alveoli terisi lebih banyak oksigen. Pada saat ini fungsi

plasenta sebagai pemasok oksigen akan digantikan oleh paru-paru bayi.

c) Adaptasi Sistem Thermoregulasi

Pada janin, suhu tubuhnya akan tetap stabil karena tidak terdapat banyak pengaruh

dari suhu lingkungan. Namun bayi baru lahir sangat mudah mengalami perubahan

Page 18: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

suhu karena permukaan tubuh bayi yang lebih luas sehingga bayi yang terpapar dingin

akan lebih banyak menggunakan energi agar mendapatkan kehangatan. Suhu tubuh

normal bayi antara 36,5 sampai 37,5oC. Suhu tubuh diatur dengan menyeimbangkan

produksi panas terhadap kehilangan panas. Kegagalan sistem thermoregulasi secara

umum disebabkan kegagalan hipotalamus alam menjalankan fungsinya. Hipoksia

intrauterin, saat persalinan maupun post partum, berat bayi lahir rendah, defek

neurologik dan paparan obat prenatal seperti analgesik dan anastesi dapat menekan

respons neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya.

Apabila terjadi paparan dingin, terdapat respon fisiologis tubuh untuk mendapatkan

panas, yaitu:

a. Shivering Thermoregulation

Merupakan mekanisme tubuh untuk menggigil atau gemetar akibat kontraksi otot

untuk menghasilkan panas.

b. Non-shivering thermoregulation

Merupakan mekanisme yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf simpatis

untuk melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat sehingga akan

meningkatkan produksi panas dari dalam tubuh.

c. Vasokonstriksi perifer

Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah

hilangnya panas yang tidak berguna.

C. Kriteria Normal Bayi Baru Lahir

Kriteria Normal Bayi Baru Lahir

Yang perlu diperhatikan Keadaan normal

1. Tonus dan aktivitas

2. Kulit

3. Pernapasan dan tarikan dinding dada bawah ketika menangis

Bayi sehat akan menangis dan bergerak aktif

Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus berwarna merah muda, tanpa adanya kemerahan atau bisul

Frekuensi napas normal 40 – 60 kali per menit

Page 19: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

4. Denyut jantung

5. Suhu bayi (axilla)

6. Berat bayi

7. Panjang bayi

8. Lingkar kepala bayi

Tidak ada tarikan dinding dada bawah yang dalam

Frekuensi denyut jantung normal 120 – 160 kali per menit

Normal 36,5 – 37,5 oC

Normal 2500 – 4000 gram

Normal 48 – 52 cm

Normal 33 – 37 cm

D. Hubungan Riwayat Kesehatan dan Kehamilan Ibu terhadap Bayi Baru Lahir

Dalam skenario, riwayat kesehatan ibu menunjukkan:

1. Vital Sign normal

Vital sign meliputi tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan pernapasan. Vital sign yang

abnormal dapat menunjukkan keabnormalan fungsi system organ vital tertentu,

misalkan pasien dengan penyakit jantung. Dalam masa kehamilan, frekuensi rata-rata

denyut nadi dapat mencapai 88 kali per menit dalam kehamilan 34-36 minggu.

Apabila Ibu hamil memiliki riwayat penyakit jantung, maka jantung yang abnormal

ini tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan kecepatan ini.

2. Pemeriksaan TORCH negative, HbsAg negative, dan gula darah normal.

Pemeriksaan TORCH dan HbsAg digunakan untuk menilai adanya virus Toxoplasma,

Rubela, Herpes, CMV, dan Hepatitis B dalam tubuh Ibu hamil. Hal ini diperlukan

karena virus dapat melintasi plasenta dan dapat berdampak buruk bagi janin, misalnya

dapat mengakibatkan stress pada fetus.

Gula darah digunakan untuk menilai kadar glukosa dalam darah Ibu. Hal ini

diperlukan untuk menghindari penyakit Diabetes Melitus yang dapat menyebabkan

Berat Bayi lahir berlebih, hipoglikemia pada bayi yang dilahirkan, serta stres pada

fetus. Stres pada fetus dapat mengakibatkan keluarnya mekonium ketika masih fetus

dan dapat mengakibatkan keadaan yang lebih fatal, misalnya MAS.

Page 20: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

(Prawirohardjo, 2008)

Sementara itu, riwayat kehamilan ibu menunjukkan:

1. ANC (antenatal care) yang tidak teratur

Tujuan dari ANC adalah mempersiapkan fisik dan mental Ibu hamil sebaik-baiknya,

menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas, sehingga

keadaan postpartum sehat secara fisik dan mental. Ketidakteraturan ANC

mengakibatkan tujuan-tujuan tersebut tidak dapat tercapai secara maksimal.

(Prawirohardjo, 2008)

2. Ketuban pecah 24 jam

Ketuban yang pecah kurang dari atau 8 jam disebut sebagai ketuban pecah dini. Salah

satu fungsi ketuban (amnion) adalah sebagai pelindung fetus terhadap agen

penginfeksi pada jalan lahir. Sehingga bila ketuban pecah lebih cepat, maka fetus

lebih lama terpapar oleh agen-agen yang dapat berpotensi menginfeksi. (Meadow, et

al, 2005)

3. Riwayat demam sebelum melahirkan

Riwayat demam makin memperparah keadaan ketuban yang pecah dini, karena

riwayat demam pada Ibu menandakan adanya agen asing/agen penginfeksi yang

masuk ke dalam tubuh ibu. (Meadow, et al, 2005)

E. Pemeriksaan Fisik Lengkap pada Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang di bawah lampu yang

terang yang berfungsi sebgai pemanas untuk mencegah kehilangan panas. Tangan serta alat

yang digunakan untuk pemeriksaan fisik harus bersih dan hangat. Pemeriksaan fisik pada

BBL dilakukan paling kurang tiga kali, yakni (1) pada saat lahir, (2) pemeriksaan yang

dilakukan dalam 24 jam di ruang perawatan, dan (3) pemeriksaan pada waktu pulang. Yang

harus dicatat pada pemeriksaan fisik adalah lingkar kepala, berat, panjang , kelainan fisik

yang ditemukan, frekuensi napas dan nadi, serta keadaan tali pusar.

1. Pemeriksaan di kamar bersalin

a. Menilai adaptasi

Perlu diperiksakan dikamar bersalin agar mengetahui apakah bayi memerlukan resusitasi atau

tidak. Bayi yang mungkin memerlukan resusitasi adalah bayi dengan pernapasan yang tidak

Page 21: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

adekuat, tonus otot kurang, aada mekonium di dalam cairan amnion atau ahir kurang bulan.

Nilai APGAR juga masih dipakai untuk melihat keadaan bayi pada usia 1 menit dan 5 menit.

Cara menentukan nilai APGAR

Tanda 0 1 2

Laju jantung Tidak ada <100 >100

Usaha bernapas Tidak ada Lambat Menangis kuat

Tonus Otot Lumpuh Ekstremitas fleksi

sedikit

Gerakan aktif

Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi berlawanan

Warna kulit Seluruh tubuh biru/

pucat

Tubuh kemerahan,

ekstremitas biru

Seluruh tubuh

kemerahan

Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2

Nilai tertinggi adalah 10

₋ Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dalam keadaan baik

₋ Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan

resusitasi

₋ Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi segera

sampai ventilasi

Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai APGAR:

a. Pengaruh obat-obatan

b. Trauma lahir

c. Kelainan bawaan

d. Infeksi

e. Hipoksia

f. Hipovolemia

g. Kelainan prematur

Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dimulai dari pengukuran berat badan, panjang badan dan

lingkar kepalanya. Bayi baru lahir normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

₋ Berat badan 2500 – 4000 gram

₋ Panjang badan 48 – 52 cm

₋ Lingkar kepala 33 – 35 cm

Page 22: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

₋ Lingkar dada 30 – 38 cm

Klasifikasi berat badan bayi baru lahir (Manuaba, 2007) :

Bayi dengan berat badan normal : 2.500 – 4.000 gram

Bayi dengan berat badan lebih : > 4.000 gram

Bayi dengan berat badan rendah : < 2.500 gram / 1.500 – 2.500 gram

Bayi dengan berat badan sangat rendah : < 1.500 gram

Bayi dengan berat badan ekstrim rendah : < 1.000 gram

b. Mencari kelainan kongenital

Pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik,

terkena radiasi atau infeksi virus pada trisemester pertama dan juga apakah ada kelainan

bawaan pada keluarga.disamping itu perlu diketahui apak ibu menderita penyakt yang dapat

mengganggu pertumbuha janin seperti diabetes melitus, asma bronkial dan sebagainya.

Sebelum memeriksa bayi perlu juga diperiksa cairan amnion, tali pusar dan plasenta. Pada

pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion ( volume > 2000ml ) sering

dihubungkan dengan obstruksi traktus intestinalis bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu

diabetes atau eklampsi, sedangkan oligohidramnion ( volume < 500 ml) dihubungkan dengan

agenesis ginjal bilateral atau sindrom potter. Pada pemeriksaan tali pusar diperhatikan

kesegaran, ada tidaknya simpul, dan apakah ada dua arteri dan satu vena. Pada pemeriksaan

plasenta diperhatikan adakah perkapuran, nekrosis dan sebgainya.pada bayi kembar dilihat

adanya satu atau dua korion dan anastomosis vaskular antara kedua korion. Bayi diperiksa

secara menyeluruh baik dari mulut, anus, kelainan garis tengah, serta jenis kelamin.

2. Pemeriksaan di ruang rawat

Pemeriksaan ini meliputi :

a. Aktivitas fsik

Keaktifan BBL dinilai dengan melihat posisi dan gerkan tungkai dan lengan. Pada BBL

cukup bulan yang sehat, ekstremitas berada dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai

serta lengan aktif dan simetris.

b. Tangisan bayi

Tangisan bayi dapat memberikan keterangan seperti tangisan melengking mengindikasikan

adanya kelainan neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terjadi pada bayi

yang kesulitan pernapasan.

c. Wajah BBL

Page 23: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Wajah BBL dapat menunjukkan kelainan yang khas seperti sindrom Down, sindrom Pierre-

Robin, sindrom de Lange, dan sebgainya.

d. Keadaan gizi

Dinilai dari berat dan panjang badan serta disesuaikan dengan umur kehamilan, tebal lapisan

sub kutis serta kerutan pada kulit.

e. Pemeriksaan suhu

Suhu tubuh BBL diukur pada aksila. Suhu BBL normal antara 36,5-37,50 C. Suhu meninggi

dapat ditemukan pada dehidrasi, gangguan serebral, infeksi atau kenaikan suhu

lingkungan.Apabila ekstremitas dingin dan tubuh panas emungknan besar disebabkan oleh

sepsis.

3. Pemeriksaan pada waktu memulangkan

Pada waktu memulangkan perlu diperhatikan :

a. Susunan saraf pusat : aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun.

b. Kulit : adanya ikterus, piodermia

c. Jantung : adanya bising yang baru timbul kemudian

d. Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya

e. Tali pusat : adanya infeksi

f. Diperhatikan juga apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah mengerti cara

pemberian ASI yang benar

F. Perbedaan Angka Normal Pemeriksaan Tanda Vital pada Neonatus, Anak, dan

Dewasa

Adult vital signs

Pulse 60 to 100 beats per minute

Blood pressure 90 to 140 mmHg (systolic)60 to 90 mmHg (diastolic)

Respirations 12 to 20 breaths per minute

Child vital signs (age 1 to 8 years)

Pulse 80 to 100 beats per minute

Blood pressure 80 to 110 mmHg systolic

Respirations 15 to 30 breaths per minute

Page 24: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Infant vital signs (age 1 to 12 months)

Pulse 100 to 140 beats per minute

Blood pressure 70 to 95 mmHg systolic

Respirations 25 to 50 breaths per minute

G. Perawatan Neonatal Esensial pada Saat Lahir

1. Penilaian Awal

Untuk semua bayi baru lahir (BBL), dilakukan penilaian awal dengan menjawab 4

pertanyaan:

Sebelum bayi lahir:

Apakah kehamilan cukup bulan?

Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

Segera setelah bayi lahir,sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang

telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera dilakukan penilaian berikut:

Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?

Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau

bernapas spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL normal.Jika bayi

kurang bulan (< 37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥ 42 minggu/283 hari) dan

atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak bernapas atau megap-megap dan

atau tonus otot tidak baik dilakukan manajemen BBL dengan Asfiksia.

2. Pencegahan Kehilangan Panas

Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi sempurna.

Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh

maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk

mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang

tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun

Neonatal vital signs (full-term, <28 days)

Pulse 120 to 160 beats per minute

Blood pressure >60 mmHg systolic

Respirations 40 to 60 breaths per minute

Page 25: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

berada di dalam ruangan yang relatif hangat.Bayi prematur atau berat lahir rendah lebih

rentan untuk mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi

hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,5°C)

Mekanisme Kehilangan Panas

BBLdapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:

Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan

tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri.

Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi

dengan permukaan yang dingin.

Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar

yang lebih dingin.

Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat

benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

3. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat

Tali pusat diklem, dipotong dan diikat dua menit pasca bayi lahir.Sebelumnya ibu

disuntik oksitosin. Puntung tali pusat sebaiknya tidak dibungkus atau dioleskan cairan.

Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila terdapat tanda

infeksi,tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab.

Luka tali pusat dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali pusat mengering dan

terlepas sendiri.

4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6bulan

diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan.

Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang (asih), memberikan nutrisi

terbaik (asuh) dan melatih refleks dan motorik bayi (asah).

5. Pencegahan Perdarahan

Page 26: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka semua bayi

akan berisiko untuk mengalami perdarahan tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI

atau susu formula atau usia kehamilan dan berat badan pada saat lahir. Perdarahan bisa

ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan pada Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi ataupun perdarahan intrakranial.Untuk mencegah kejadian tersebut, maka pada

semua bayi baru lahir, apalagi Bayi Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1

(Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada antero lateral paha

kiri.

6. Pencegahan Infeksi Mata

Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah proses

IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata

dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%.

7. Pemberian Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K1

secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi

Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada

bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada waktu

persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah

terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin.

8. Pemberian Identitas

Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal

berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi,

sebaiknya dilakukan segera setelah IMD. Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan

ayah, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga

dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam medis kelahiran.

9. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis

Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadipada bayi

dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim.

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan

pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,

sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di

fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.Waktu pemeriksaan BBL:

• Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)

• Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)

Page 27: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

• Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)

• Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)

10. Pemulangan Bayi Lahir Normal

Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan minimal 24 jam setelah

lahir apabila selama pengawasan tidak dijumpai kelainan. Sedangkan pada bayi yang

lahir di rumah bayi dianggap dipulangkan pada saat petugas kesehatan meninggalkan

tempat persalinan. Pada bayi yang lahir normal dan tanpa masalah petugas kesehatan

meninggalkan tempat persalinan paling cepat 2 jam setelah lahir.Petugas melakukan

pemeriksaan lengkap untuk memastikan bayi dalam keadaan baik, dan harus

memberikan konseling tanda bahaya dan perawatan bayi baru lahir serta memberi tahu

jadwal kunjungan neonatus 1, 2 dan 3.

H. Sepsis Neonatorum

1.Definisi

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus pada bulan pertama kehidupan

dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis dapat

berlangsung cepat sehingga sering kali tidak terpantau tanpa pengobatan yang memadai

sehingga neonatus dapat meninggal dalam waktu 24 sampai 48 hari. Bakteri, virus, jamur,

dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007).Sepsis neonatorum

adalah infeksi yang terjadi pada bayi dalam 28 hari pertama setelah kelahiran.

2.Faktor Risiko untuk Terjadinya Sepsis Neonatal ialah:

a. Prematuritas dan berat lahir rendah, disebabkan fungsi dan anatomi kulit yang masih

imatur, dan lemahnya sistem imun,

b. Ketuban pecah dini (>18 jam),

c. Ibu demam pada masa peripartum atau ibu dengan infeksi, misalnya khorioamnionitis,

infeksi saluran kencing, kolonisasi vagina oleh GBS, kolonisasi perineal dengan E. coli,

d. Cairan ketuban hijau keruh dan berbau,

e. Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir,

f. Kehamilan kembar,

g. Prosedur invasif,

h. Tindakan pemasangan alat misalnya kateter, infus,pipa endotrakheal,

i. Bayi dengan galaktosemi,

Page 28: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

j. Terapi zat besi,

k. Perawatan di NICU (neonatal intensive care unit) yang terlalu lama,

l. Pemberian nutrisi parenteral,

m. Pemakaian antibiotik sebelumnya, dan

n. Lain-lain misalnya bayi laki-laki terpapar 4x lebih sering dari perempuan

3.Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik.Tanda dan gejala

sepsis neonatorum yaitu: Tanda dan gejala umum meliputi hipertermia atau hipotermi bahkan

normal, aktivitas lemah atau tidak ada tampak sakit, berat badan menurun tiba-tiba; Tanda

dan gejala pada saluran pernafasan meliputi dispnea, takipnea, apnea, tampak tarikan otot

pernafasan,merintih, mengorok, dan pernafasan cuping hidung; Tanda dan gejala pada system

kardiovaskuler meliputi hipotensi, kulit lembab, pucat dan sianosis; Tanda dan gejala pada

saluran pencernaan mencakup distensi abdomen, malas atau tidak mau minum, diare; Tanda

dan gejala pada sistem saraf pusat meliputi refleks moro abnormal, iritabilitas, kejang,

hiporefleksia, fontanel anterior menonjol, pernafasan tidak teratur; Tanda dan gejala

hematology mencakup tampak pucat, ikterus, patikie, purpura, perdarahan, splenomegali.

4.Diagnosis

Dari gejala-gejala klinis / manifestasi klinis

Sepsis neonatorum adalah infeksi yang masuk ke dalam tubuh secara langsung, yang dapat

menimbulkan gejala klinis yang berat. Penyebab sepsis neonatorum adalah bakteri gram

positif dan gram negatif, virus infeksi, dapat masuk secara hematogen, atau infeksi asenden.

Waktu masuknya infeksi dapat berlangsung sebagai berikut.

1. Sebelum in partu. Potensi infeksi neonatus dalam keadaan :

a. Ketuban pecah dini akibat infeksi asenden.

b. Akibat melakukan amniotomi.

c. Infeksi ibu sebelum persalinan.

d. Prematuritas akan lebih rentan terhadap infeksi

e. Pertolongan persalinan yang tidak bersih situasinya.

Page 29: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

2. Pada saat in partu sebagai akibat bayi dengan berat badanlahir rendah/prematuritas

atau akibat alat resusitasi yang tidak steril.

3. Terdapat sumber infeksi (infeksi lokal).

4. Stomatitis,perlukaan badan.

5. Sumber infeksi kulit (furunkel).

Berdasarkan kejadiannya, infeksi sepsis neonatorum berlangsung dalam dua awitan berikut :

1. Awitan dini :

a. Gejala klinisnya tampak secara dini yaitu sekitar/sejak semula (rata-rata 48 jam

pertama).

b. Infeksi berkaitan dengan sumber pada ibunya saat proses persalinan.

c. Kumannya: stafilokokus (E. Coli, H. Infuenzae, Klebsiella, Monilia).

2. Awitan lanjut :

a. Gejala klinisnya tampak setelah7 hari, saat penderita telah pulang.

b. Sumber infeksinya: faktor lingkungan yang kotor dan infeksius, infeksi

nosokomial di rumah sakit.

c. Penyebab infeksinya : S. Aureus, stafilokokus grup beta, E. Coli monositogen.

d. Komplikasi berat : komplikasi susunan saraf pusat.

Diagnosis sepsis neoatorum sulit ditetapkan karena gejalanya tidak khas. Setiap perubahan

keadaan fisik atau gambaran darah neonatus dianggap terjadi infeksi sepsis neonatorum.

Diagnosis ditegakkan jika terdapat lebih dari satu kumpulan gejala berikut ini :

a. Gejala umum infeksi: tampak sakit, tidak man ruinum, suhu naik atau turun,

sklerena/skerederna.

b. Gejala gastrointestinal : terdapat diare, muntah, hepatomegali, splenomegali, atau

perut kembung.

c. Gejala paru : sianosis, apnea, atau takipnea.

d. Gejala kardiovaskular : terdapat takikardia, edema atau dehidrasi.

e. Gejala neurologic : letargi (tampak seperti mayat), peka rangsang atau kejang.

f. Gejala hematologis-laboratorium : ikterus, pendarahan bawah kulit, leukopenia, dan

leukosit kurang dari 5.000/mm3.

Pemeriksaan tambahan untuk memperkuat sepsis neonatorum adalah: KED meningkat,

trombositopenia, granulasi toksis vakuolisasi sel atau granulasi toksis, vakuolisasi nukleus

Page 30: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

polimorf. Diagnosis pastinya ditegakkan bila dijumpai bakteri kuman dalam darah dan semua

cairan yang dikeluarkan oleh tubuh.

5.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk sepsis neonatorum ada tiga tahap yaitu sebagai beikut :

Perawatan umum :

1. Tindakan aseptik dengan cuci kama.

2. Pertahankan suhu tubuh sekitar 36,5-37ºC.

3. Jalan napas harus bersih, artinya jangan sampai ada gangguan napas.

4. Cairan diberikan dengan infus.

5. Lakukan perawatan bayi dan tali pusat dengan baik.

Medikamentosa :

1. Beri antibiotik kombinasi.

2. Evaluasi hasilnya 3-5 hari, bila tidak berhasil, ganti antibiotik.

3. Uji sensitivitas kuman sehingga antibiotik diberikan dengan tepat.

4. Antibiotik diberikan perpanjangan selama 7 hari setelah perbaikan secara klinis.

5. Simtomatik : pengobatan simtomatik diberikan dan sesuai dengan gejala klinisnya

(obat penurun panas, obat anti kejang). Transfusi darah sehingga Hb 11g%.

6. Pemantauan terhadap perawatan pasien adalah sebagai berikut :

7. Perhatikan keadaan umum, tanda-tanda vitalnya,

8. Perhatikan keseimbangan nutrisi dan cairan.

9. Evaluasi gambaran darahnya.

10. Persiapan alat darurat

Kriteria sembuh adalah keadaan umum membaik, gejala penyakit menghilang dan

didukung pemeriksaan laboraturium.

I. Konsep Rawat Gabung dan ASI

Rawat Gabung

a. Pengertian

Page 31: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru

dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di tempatkan dalam sebuah ruangan kamar

atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya (Maryuni, 2009;

Rukiyah, 2010).

b. Tujuan rawat gabung

Tujuan rawat gabung adalah agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin

kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami caraperawatan bayi yang

benar seperti yang dilakukan oleh petugas, ibu mempunyai pengalaman dalam

merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah sakit dan ibu memperoleh bekal

keterampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah pulang dari rumah sakit.

Indikasi ibu dan bayi yang dapat di rawat gabung

Bayi dan ibunya yang dapat dirawat gabung harus memenuhi syarat atau

kriteria antara lain : usia kehamilan >34 minggu dan berat lahir >1800 gram

(berarti berarti refleks menelan dan menghisapnya sudah membaik), nilai APGAR

pada lima menit pertama minimal 7, tidak ada kelainan kongenital yang

memerlukan perawatan khusus, tidak ada trauma lahir atau morbiditas lain yang

berat, dan bayi yang lahir dengan sectio caesarea yang menggunakan pembiusan

umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar, misalnya 4-6 jam

setelah operasi selesai. Apabila pembiusan secara spinal, bayi dapat segera

disusui.Apabila ibu masih mendapat infus, bayi tetap dapat disusui dengan bantuan

petugas, dan ibu dalam keadaan sehat (Prawirohardjo, 2008; Maryuni, 2009).

Kontraindikasi Rawat Gabung

Kegiatan rawat gabung dimulai sejak ibu bersalin di kamar bersalin dan di

bangsal perawatan pasca persalinan.Akan tetapi, tidak semua bayi atau ibu dapat

segera dirawat gabung.Ibu yang tidak dapat melaksanakan rawat gabung adalah ibu

dengan kelainan jantung yang ditakutkan menjadi gagal jantung, ibu dengan

preklamsia dan eklamsia berat, ibu dengan penyakit akut yang berat, ibu dengan

karsionoma payudara, dan ibu dengan psikosis.Sedangkan bayi yang tidak dapat di

rawat gabung adalah bayi dengan berat lahir sangat rendah, bayi dengan kelainan

kongenital yang berat, bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus (bayi

kejang, sakit berat) (Prawirohardjo, 2008).

Page 32: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

c. Manfaat Rawat Gabung

1. Secara fisiologis, rawat gabung memberikan kesempatan pada ibu untuk ekat

dengan bayinya, sehingga bayi dapat segera disusui dan frekuensi ibu memberi

ASI akan lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, di

mana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Hal ini akan

menimbulkan refleks prolaktin yang akan memacu proses produksi ASI. Selain

itu, ibu dengan menyusui akan mengalami refleks oksitosin yang akan

membantu proses fisiologis involusi rahim (Mappiwali, 2008; Suradi dan

Kristina, 2004).

2. Secara psikologis, Ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-

mother bonding) karena adanya sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini

mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis bayi

karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak

dibutuhkan oleh bayi .

3. Secara edukatif, ibu akan diajari cara menyusui yang benar, cara merawat

payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi (Mappiwali, 2008).

Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi

dan dirinya sendiri setelah pulang dari rumah sakit dan di samping pendidikan

bagi ibu, dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga, terutama

suami, dengan cara mengajarkan suami cara merawat ibu dan bayi. Suami akan

termotivasi untuk memberi dorongan moral bagi istrinya agar mau menyusui

bayinya (Prawirohardjo, 2008).

4. Secara ekonomi, rawat gabung memungkinkan ibu untuk memberikan ASI

sedini mungkin. Bagi rumah bersalin terutama rumah sakit pemerintah, hal

ersebut merupakan suatu penghematan anggaran pengeluaran untuk pembelian

susu formula, botol susu, dot serta peralatan lain yang dibutuhkan. Lama

perawatan ibu menjadi lebih pendek karena involusi rahim terjadi lebih cepat

dan infeksi nosokomial dapat dicegah atau dikurangi, berarti penghematan biaya

bagi rumah sakit maupun keluarga ibu (Mappiwali, 2008; Suradi dan Kristina,

2004).

5. Secara medis, pelaksanaan rawat gabung akan menurunkan terjadinya infeksi

nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu

maupun bayi (Mappiwali, 2008; Prawirohardjo, 2008).

Page 33: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Fisiologi Laktasi

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan

mekanik, saraf, dan bermacam-macam hormone. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran

ASI, dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

Masa Kehamilan Pada awal kehamilan terjadi perningkatan yang jelas dari duktus

yang baru ,percabangan-percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon-

hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon yang kurang berperan adenohipofise

adalah hormone ini terjadi pertumbuhan percabangan-percabangan dan penuh.

Sehingga besar payudara selalu tambah pada tiap siklus ovulasi mulai dari permulaan

mentruasi plasenta dan korpus luteum. Hormon yang membantu mempercepat

pertumbuhan plasenta, korionik gonadotropin,insulin ,kortisol hormone tiroid,

parathyroid, dan hormon pertumbuhan.

Pada 3 bulan Kehamilan Prolaktin dari adenohipofise/hipofise anterior mulai

merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum.

Pada masa ini kolostrum masih di hambat oleh estrogen dan progesteron. tetapi

jumlah prolaktim meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang

ditekan.

Pada Trimester kedua Kehamilan Laktogen plasenta mulai merangsang

pembentukan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormone-hormon terhadap

pengeluaran air susu telah didemontrasikan kebenararannya bahwa seorang ibu yang

melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal , tetap keluar kolostrum.

Pembentukan Air Susu

Pembentukan air susu sangat dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan kontrol laktasi serta

penekanan fungsi laktasi. Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-

masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu refleks prolaktin dan refleks

“Letdown”

Refleks prolaktin.

Seperti telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin

memagang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas,

karena aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya

memang tinggi. Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya

Page 34: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

korpus luteum maka estrogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah lagi

dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara, akan

merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang befungsi sebagai reseptor mekaink.

Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula spinalis dan

mesensephalon. Hipotalamus akan menekan prolaktin dan sebaliknya merangsang

pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang

memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior)

sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsan sel-sel alveoli yang berfungsi untuk

membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3

bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan

ada peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu

tetap berlangsung.

Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi

normal pada minggu ke 2-3. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat

dalam keadaan-keadaan seperti,  pengeluaran faktor-faktor yang menghambat :

stres atau pengaruh psikis

anastesi

operasi

rangsangan puting susu

hubungan kelamin

obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin,fenotiazid.

Refleks letdown (milk ejection reflex).

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan yang

berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohipofise (hipofise posterior)

yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut

menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi

involusi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi

sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat dari

alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus

laktiferus masuk kemulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan refleks letdown adalah:

Page 35: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

melihat bayi

mendengarkan suara bayi

mencium bayi

memikirkan untuk menyusui bayi

Pemeiharaan Pengeluaran Air Susu

Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin

dan oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran

permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Proses menyusui

memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus.

Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler

yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya rangsangan

menyusui oleh bayi misalnya bila kekuatan isapan yang kurang, frekuensi isapan yang

kurang da singkatnya waktu menyusui ini berarti pelepasan prolaktin dari hipofise

berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang, karena diperlukan kadar prolaktin

yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama

kelahiran.

MEKANISME MENYUSUI

Bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang diperlukan untuk berhasilnya menyusui

seperti:

Refleksi mencari (Rooting reflekx). Payudara ibu yang menempel pada pipi atau

derah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari

pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel

tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam

mulut.

Refleks mengisap (Sucking reflex) Tehnik menyusui yang baik adalah apabila

kalang payudara sedapat mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal

ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu maka

sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak

kalang payudara di belakang puting susu.

Refleks menelan (Swallowing reflex). Pada saat air susu keluar dari puting susu,

akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-

Page 36: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan

mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi

diberisusu botol di mana rahang mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot

botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat,

yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang ke arah bawah dan selanjutnya

dengan adanya isapan pipi (tekanan negatif) kesemuanya ini akan membantu aliran

susu, sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk mengisap susu menjadi

minimal.

PEMELIHARAAN LAKTASI

Hingga saat ini, ASI merupakan makanan bayi paling balk hingga bayi berusia 6

bulan. Kandungan kompleks pada ASI relatif mudah dicerna, tangos dibutuhkan bayi,

dan tak tergantikan oleh susu formula mana pun.

Kualitas ASI bisa menurun bila status gizi ibu memburuk. Jika terus menerus

berlanjut, kebutuhan gizi buah hati bisa tidak terpenuhi secara maksimal. Untuk

meningkatkan kualitas dari produksi ASI, berikut tips yang bisa diterapkan:

Minum jus buah segar setiap hari.

Jangan banyak makan camilan yang tidak sehat dan tidak memberi asupan gizi. Lebih

baik makan sereal, susu, dan buah.

Perbanyak konsumsi sayur dan buah. Sayuran hijau akan meningkatkan asupan zat

besi untuk menangkal anemia pada ibu dan bayi. Buah sebagai anti oksidan agar ibu

tidak mudah sakit.

Makan saja jika merasa lapar. Biarpun jika dihitung-hitung dalam sehari kita bisa

makan lebih dari lima kali.Tapi, konsumsilah makanan yang mengandung kalsium

dan zat besi, seperti ikan dan minum susu khusus ibu menyusui yang mengandung

DHA, asam folat, kalsium, vitamin, zat besi, dan prebiotik FOS.

Bila perlu, konsumsi pula suplemen yang mengandung kalsium.

Pilih makanan yang mengandung lemak esensial (karena ini penting untuk otak dan

imunitas bayi) seperti minyak ikan, telur, biji bunga matahari,dll.

Pastikan banyak minum air putih.

Relaks dan percaya diri produksi ASI kita berlimpah.

Page 37: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Upayakan istirahat cukup untuk menekan stres yang akan menghambat produksi ASI.

Pada 4-8 minggu pertama, biasanya ibu perlu begadang untuk menyusui. Jadi,

sesuaikan waktu ibu dengan waktu tidur buah hati dan istirahat 7-8 jam sehari.

Lakukan olahraga secara rutin. Ini bertujuan agar suasana hati jadi bahagia dan

selanjutnya akan meningkatkan hormone untuk menunjang produksi ASI. Olahraga

yang bisa dilakukan seperti jalan sehat atau aerobik. Lakukan olahraga ringan ini

secara berkala dengan durasi waktu secukupnya.

Produksi ASI (Prolaktin)

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir

ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan

progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi

untuk produksi ASI.

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar

karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron

akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi

sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks

prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan

isapan bayi.

Refleks Prolaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum,

tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh

estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya

plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga

berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena

ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.

Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan

akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya

merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.

Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar

prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air

susu.

Page 38: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan

sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin

walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.

Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada

minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam

keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting

susu

Refleks Aliran (Let Down Reflek)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang

berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang

kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus

sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah

terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir

melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara

bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.

Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan

bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi:

Refleks menangkap (rooting refleks)

Refleks menghisap

Refleks menelan

Refleks Menangkap (Rooting Refleks)

Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah

sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka

mulut dan berusaha menangkap puting susu.

Refleks Menghisap (Sucking Refleks)

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting

mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan

Page 39: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan

palatum sehingga ASI keluar.

Refleks Menelan (Swallowing Refleks)

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan

rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar

hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan

berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran

oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada

duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh

hipofisis.

J. Langkah-langkah Resusitasi pada Bayi

Neonatus aterm yang cairan ketubannya jernih dan bersih dari mekonium, langsung

bernafas, menangis, dan tonus ototnya baik memerlukan perawatan rutin, seperti

mengeringkan, menghangatkan, dan membersihkan jalan nafas dengan balon penghisap atau

kateter penghisap. Sebaliknya, neonatus yang tidak memenuhi kriteria di atas memerlukan

langkah-langkah resusitasi. Nilai Apgar dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya

resusitasi.

Langkah-langkah resusitasi neonatus antara lain:

1. Stabilisasi

2. Ventilasi

3. Kompresi dada

4. Penggunakan medikasi

Setiap langkah memerlukan waktu 30 detik untuk menuju ke langkah berikutnya. Untuk

menuju ke langkah berikutnya diperlukan penilaian terhadap respirasi, detak jantung, dan

kulit bayi. Contohnya, apnea dan gasping merupakan indikasi bantuan ventilasi. Peningkatan

atau penurunan detak jantung dapat menunjukkan kondisi perbaikan atau perburukan.

Sianosis sentral, penurunan cardiac output, hipotermia, asidosis, atau hipovolemia

merupakan indikasi dari resusitasi lebih lanjut.

Page 40: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri
Page 41: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri
Page 42: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri
Page 43: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

Sumber : E1029 : 2005 American Heart Association (AHA) Guidelines for Cardiopulmonary

and Neonatal Patients: Neonatal Resuscitation Guidelines

Resuscitation (CPR) and Emergency Cardiovascular Care (ECC) of Pediatric . Illinois: American Academy of Pediatrics . 2006.

Page 44: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

BAB IV

PENUTUP

I. Kesimpulan

1. Perlu kewaspadaan dan kesigapan dokter dalam menangani kasus kegawatdaruratan

neonatus, seperti asfiksia neonatorum.

2. Pemeriksaan fisik lengkap pada neonatus terdiri atas pemeriksaan sesaat setelah lahir

dan pemeriksaan umum. Pemeriksaan sesaat setelah lahir terdiri atas pemeriksaan

adaptasi dengan APGAR Score, mencari kelainan kongenital dan garis tengah,

cairan amnion, plasenta, tali pusat, berat badan, jenis kelamin. Sedangkan

pemeriksaan fisik lengkap lanjutan adalah warna kulit, kulit, postur dan gerakan,

kepala, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorok, leher, dada, paru, jantung,

abdomen dan punggung, genitalia dan anus, ekstremitas, urin dan tinja,

antropometri.

3. APGAR score adalah metode untuk mengkaji penyesuaian atau adaptasi segera bayi

baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. Yang dinilai adalah laju jantung, usaha

bernafas, tonus otot, refleks dan warna kulit. Skor APGAR dinilai setiap 5 menit

sekali untuk mengevaluasi tindakan resusitasi.

4. Penting dilakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya agar terjalin kontak sosial

yang erat (attachment) dan inisiasi menyusui dini atau IMD mengingat pentingnya

ASI bagi bayi.

II. Saran

1. Ibu seharusnya melakukan pemeriksaan ANC secara teratur agar masalah kehamilan

dapat terdeteksi dan teratasi lebih dini.

Page 45: Laporan Tutoril Sk 1 Pediatri

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association (AHA) Guidelines for Cardiopulmonaryand Neonatal Patients: Neonatal Resuscitation Guidelines Resuscitation (CPR) and Emergency Cardiovascular Care (ECC) of Pediatric. 2006. Illinois: American Academy of Pediatrics

Direktorat Kesehatan Anak Khusus. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/01/PANDUAN-YANKES-BBL-BERBASIS-PERLINDUNGAN-ANAK.pdf) diakses pada 3 Maret 2014.

Guyton, Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan

Penerbit IDAI.

Meadow, Roy dan Simon Newell. 2002. Lecture Notes Pediatrica. Jakarta : Erlangga.

Wiknjosastro, Gulardi. 2009. Fisiologi Janin: Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirodihardjo. Jakarta: Bina

Pustaka Sarwono Prawirodihardjo.

Kosim MS (2010). Pemeriksaankekeruhan air ketuban.Sari Pediatri, 11(5), 379-384.

De LQ (2005). Fetal distress. basic.shsmu.edu.cn/jpkc/maternity/jiangyi/9.pptdiaksesMaret 2015.